Anda di halaman 1dari 165

Pleno Modul 2

Kelompok 18 C Blok 4.2


Skenario
KASUS EMERGENSI DI PUSKESMAS
Puskesmas A yang terletak di pinggir jalan raya terlihat sangat sibuk pagi ini. Di samping pasien
poliklinik yang ramai, ada dua orang pasien “emergensi” yang masuk bersamaan.
Pasien pertama, kecelakaan lalu lintas, diantar oleh polisi dengan luka robek pada tungkai bawah
kanan, akibat motor yang dikendarainya bertabrakan dengan angkot. Pada pemeriksaan didapatkan
luka robek di crusis dextra, 5x4x3 cm, dan ada krepitasi. Dokter mendiagnosis fraktur terbuka crusis
dextra dan segera mempersiapkan rujukan. Setelah memasang spalk dokter segera merujuk pasien
ke RS dan mengambil permintaan visum et repertum dari polisi untuk diisi.
Pasien kedua seorang wanita 40 tahun, diantar oleh keluarganya dengan keluhan mencret sejak dua
hari sebelumnya lebih dari 20 x/ hari, disertai munta-muntah. Pada pemeriksaan dokter
mendapatkan, mata cekung, tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 115x /menit, halus, dan turgor jelek.
Dokter mendiagnosis sebagai GEA dengan syok, dan segera menghitung jumlah cairan yang akan
diberikan. Setelah memberikan infus Ringer laktat, pasien segera dirawat di Puskesmas. Dokter
merencanakan akan memberikan penyuluhan kesehatan di desa pasien, supaya kasus ini tidak
menjadi wabah.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada kedua kasus di atas?
Terminologi
• Emergensi : serangan penyakit atau cidera yang bila tidak segera ditolong oleh dokter beserta tim
nya yang tepat dengan peralatan medis yang juga tepat , dapat segera mengancam jiwa orang
tersebut
• Krepitasi : bunyi gemeretak / krek. Dapat muncul akibat gesekan ujung-ujung tulang patah, juga
dari pergerakan sendi. Selain itu bunyi gelembung-gelembung udara pada emfisema subkutis bila
ditekan. Bunyi terjadi akibat ada udara abnormal dibawah kulit ditekan, maka dapat terdengar
bunyi dan juga diarasakan geseran gelembung-gelembung udara.
• Spalk (Bidai) : alat dari kayu,anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan , digunakan
untuk menahan atau menjaga agar bagian tulan yang patah tidak bergerak atau imobilisasi.
• VeR : keterangana yang dibuat oleh doter atas permintaan penyidik yang berwewenang
mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia hidup maupun mati ataupun bagian/diduga
bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuan dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan.
• GEA : atau Gastroenteritis akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri,
virus dan patogen, yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya (>3x/
hari) disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan dan penanganan kasus emergensi?
2. Menapa pasien kecelakaan tergolong emergensi?
3. Bagaimana pasien tersebut bisa mengalami luka robek?
4. Bagaimana interpretasi dari pasien kecelakaan tersebut?
5. Mengapa dokter mendiagnosis fraktrus terbuka cruris terbuka dan
kenapa disiapkan untuk dirujuk?
6. Mengapa dipasang spalk terlebih dahulu lalu dirujuk?
7. Mengapa dokter mengambil VeR dari polisi?
8. Mengapa pasien ini (mengalami mencret sejak dua hari yang lalu)
termasuk kasus emergensi?
9. Apa interpretasi dari pemfis pasien tersebut?
10. Mengapa dokter mendiagnosis dengan GEA dengan syok dan
melakukan perhitungan jumlah cairan?
11. Mengapa diberi infus RL?
12. Mengapa setelah diberi RL pasien dirawat di puskesmas?
13. Apa saja penyuluhan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit
diare tersebut?
Brainstorming
1. Bagaimana pelayanan dan penanganan kasus emergensi?

Pelayanan dengan tujuan untuk menyelamatkan pasien, mencegah


kematian / kecacatan
Untuk IGD mepunyai skala prioritas (triase) = menentukan skala
prioritas mana pasien yang harus ditatalaksana terlebih dahulu mana
yang harus menunggu dulu
2. Menapa pasien kecelakaan tergolong
emergensi?
Beberapa kategori dari kasus emergensi :
• Serangan jantung
• Panas tinggi > 39 derajat celcius
• Muntaber
• Kejang demam
• Kecelakaan / trauma fraktur
3. Bagaimana pasien tersebut bisa mengalami
luka robek?
Kemungkinan karna mengalami trauma yang keras akibat kecelakaan
lalu lintas

Trauma tumpul yang sangat keras -> fraktur terbuka -> luka robek

Harus diketahui juga bagaimana mekanise trauma untuk menilai


derajat keparahan
4. Bagaimana interpretasi dari pasien
kecelakaan tersebut?
• Luka robek = fraktur terbuka
• Cruris dextra = daerah ekstremitas bawah (tulang tibia dan fibula)
• 5 x 4 x 3 = luas luka
• Krepitasi = adanya suara gesekan antar fragmen” tulang -> adana
fraktur
5. Mengapa dokter mendiagnosis fraktrus terbuka
cruris terbuka dan kenapa disiapkan untuk
dirujuk?
Fraktur terbuka : terlihat dari luar, kulit diatasnya tertembus dan ini
suatu keadaan darurat yang perlu penangan yang terstandar untuk
mengurangi resiko infeksi.
Derajat :
• I luka laserasi, 2cm dengan fraktur sederhana , dislokasi fragmen
minimal
• II laserasi > 2cm , kontusio otot sekitarnya, dislokasi fragmen jelas
• III luka lebar , rusak hebat atau hilangnya jaringan sekitarnya, fraktut
kominutif, segmentasi, fragmented, tulang ada yang hilang.
Perlu dirujuk → 3B
6. Mengapa dipasang spalk terlebih dahulu
lalu dirujuk?
• Spalk -> imobilisasi fraktur -> tidak semakin parah / merusak jaringan
disekitarnya
• Juga untuk mencegah spasme otot
• Mencegah udem

Dirujuk karna -> kasus emergensi - > perlu fasilitas yang memadai
7. Mengapa dokter mengambil VeR dari
polisi?
VeR merupakan sebuah alat bukti untuk keperluan peradilan
8. Mengapa pasien ini (mengalami mencret sejak
dua hari yang lalu) termasuk kasus emergensi?
Dehidrasi akut -> sejak dua hari lalu mencret > 20x -> kehilangan
banyak cairan -> bisa syok -> butuh penanganan yang cepat
9. Apa interpretasi dari pemfis pasien
tersebut?
• Mata cekung : tanda dehidrasi berat
• TD 90/60 : pasien mengalami hipotensi (syok)
• Nadi 115x/menit : takikardi dan teraba halus terjadi akibat
kompensasi tubuh untuk mengatasi syok
• Turgor jelek : kembalinya lambat dan ini diakibatkan oleh dehidrasi
10. Mengapa dokter mendiagnosis dengan GEA
dengan syok dan melakukan perhitungan jumlah
cairan?
• pada pasien GEA bisa syok : terjadi kegagalan fungsi sirkulasi secara
akut + dehidrasi berat → banyak cairan yang keluar. Trjd syok
hipovolemik
• tujuan penghitungan : untuk mengganti cairan yang hilang,
penanganan syok hipovolemik dan mengganti elektrolit yang hilang.
11. Mengapa diberi infus RL?
Untuk mengatasi gejala dehidrasi pasien / mengompensasi dari
kekurangan cairan pada pasien
12. Mengapa setelah diberi RL pasien dirawat
di puskesmas?
perlu dirawat untuk mengstabilkan kembali keadaan pasien dengan
pemberian cairan selama dirawat di puskesmas.

Dan juga kenapa tidak dirujuk karna merupakan kasus gawar darurat
4A
13. Apa saja penyuluhan yang bisa dilakukan
untuk mencegah penyakit diare tersebut?
• Dokter perlu memberi penyuluhan karena GEA ini dapat disebabkan
oleh bakteri, virus dan patogen. Ini dapat disebabkan oleh kurangnya
kebersihan juga.
• Sehingga dengan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
mencegah peyakit GEA dan dapat berperan merawat keluarga yang
mengalami GEA sehingga degan demikian penyakit GEA tidak
menjadi wabah
Skema
Tujuan Pembelajaran
• Kegawatdaruratan Penyakit Dalam
• Kegawatdaruratan pada Anak
• Kegawatdaruratan pada Kulit
• Kegawatdaruratan Neurologi
• Kegawatdaruratan Psikologi
HIPOGLIKEMI
Faktor Resiko
• Penggunaan insulin dan OAD sulfonylurea
• Pasien usia lanjut
• Riwayat hipoglikemia sebelumnya
• Penyakit ginjal tahap akhir
Gambaran Klinis
Gejala ringan / simpatis :
• Rasa lelah yang berlebihan
• Gemetar
• Berkeringat
• TD naik, nadi cepat

Gejala berat :
• Neuroglipeni (eg: penurunan kesadaran)
• Kejang
Klasifikasi Hipoglikemi
• Mutlak = GD < 70 mg/dl dan gejala sudah jelas
• Relatif = GD >70 mg/dl gejala sudah jelas
• Ringan = GD sekitar 70 mg/dl dan gejala ringan
• Berat = sudah ada gejala berat
Tatalaksana
Indikatornya ada dua:
1. Sadar
• Berikan larutan gula 20 – 30 mg/dl
• Stop obat DM
• Pantau GD tiap 1-2 jam
• Pertahankan gula adarah sekitar 200 mg/dl

Tatalaksana diatas hanya bersifat simptomatik -> harus mencari


penyebab utama
2. Tidak sadar / penurunan kesadaran
• Suntikan dextrose 50 cc 40 %
• Pasang infus dextrose 10 % 6 jam / kolf
• Pantau GD tiap 30 menit
Jika pasien kesadarannya belum membaik :
• GD masih < 100 mg /dl
• Suntik dextrose 50 cc 40 %
• Pantau GD tiap 30 menit
Jika pasien masih beleum sadar, lakukan tindakan diatas sekali lagi
Jika masih belum sadar juga:
• Injeksi hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
• Deksametason 10 mg IV bolus dlanjutkan 2 mg tiap 6 jam

Sama dengan yang sadar, ini hanya tatalaksana simptomatik -> harus
dicari penyebab lainnya

Apabila tidak ditemukan penyebab lain -> kemungkinan hipoglikeminya


sudah merusak otak
HIPERGLIKEMIA
• Koma ketoasidosis (KAD): Defisiensi Insulin -> menimbulkan
hiperglikemia, dehidrasi, meningkatkan produksi keton dan asidosis
metabolik
• Koma hiperglikemi non ketotik (KHONK) -> defisiensi insulin relatif ->
hiperglikemi dan dehidrasi -> hiperosmolaritas
• Anamnesis
Hasil anamnesis pasien KAD bisa memunculkan keluhan yang
bervariasi diataranya mual/muntah, haus/poliuria, nyeri perut, sesak
napas; gejala berkembang dalam waktu < 24 jam. Faktor presipitasi
meliputi riwayat pemberian insulin inadekuat, infeksi (pneumonia,
infeksi saluran kemih, infeksi intraabdominal, sepsis), infark (serebral,
koroner, mesenterika, perifer), obat (kokain), kehamilan.
• Pemeriksaan Fisik
Gambaran pemeriksaan fisik yang didapatkan diantaranya adala
takikardia, dehidrasi, hipotensi, takipnea, pernapasan Kussmaul,
distres pernapasan, napas bau beton, nyeri tekan perut (menyerupai
pankreatitis akut), letargi atau koma.
• Anamnesis
Hasil anamnesis pasien KHONK biasanya menunjukkan "kondisi
dehidrasi" yang lebih dominan yaitu riwayat poliuria, berat badan
turun, dan berkurangnya asupan oral yang terjadi dalam beberapaa
minggu dan akhirnya terjadi letargi/koma. Faktor presipitasi meliputi
infark miokard, stroke, sepsis, pneumonia, infeksi berat lainnya,
keadaan seperti riwayat stoke sebelumnya atau dimensia atau situasi
sosial yang menyebabkan asupan air berkurang.
• Pemeriksaan Fisik
Gambaran pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan yaitu tanda-tanda
dehidrasi, hipotensi, takikardia, perubahan status mental
• Diagnosis KAD ditegakkan bila ditemukan hiperglikemia (>250
mg/dL), ketonemia dan/atau ketonuria dan asidosis
metabolik (HCO3 < 18) dengan anion gap meningkat.
• Diagnosis KHONK
Hiperglikemia (dapat >600 mg/dL), hiperosmolalitas (>350
mOsmol/L) azotemia prerenal. Asidosis dan ketonemia tidak ada
atau ringan. pH > 7,3 dan bikarbonat > 18 mEq/L.
Tatalaksana
• Terapi Cairan
• Lihat elektrolit
• Lihat asam basa
• Atasi faktor pencetus
• Cegah komplikasi
• Bikarbonat
• Bikarbonat diberikan pada pasien yang mengalami asidosis metabolik.
Jika pH vena < 6,9 berikan 100 mmol natrium bikarbonat dalam 400
ml sterile water ditambah 20 mEq KCl diberikan selama 2 jam. Jika pH
masih <7, ulangi setiap 2 jam sampai pH > 7. Periksan kadar kalium
serum setiap 2 jam. Jika pH vena ≥ 6.9, tidak perlu diberikan natrium
bikarbonat
Komplikasi dan Prognosis
• Pada pasien dengan krisis hiperglikemia pantau tekanan darah, nadi,
napas, status mental, asupan cairan dan urin tiap 1-4 jam. Waspadai
berbagai komplikasi yang mungkin muncul, diantaranya renjatan
hipovolemik, trombosis vena, perdarahan saluran cerna atas, dan
sindrom distres pernapasan akut. Komplikasi pengobatan diantaranya
adalah hipoglikemia, hipokalemia, over load edema serebral. KAD
memiliki angka kematian 2% untuk usia < 65 tahun dan 22% untuk
usia > 65 tahun. SHH memiliki angka mortalitas 20-30%.
KRISIS HIPERTENSI
DEFENISI
Merupakan suatu keaadan klinis yang ditandai oleh peningkatan
tekanan darah mendadak dan sangat tinggi (>180/120 mmHg) dengan
kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan di organ
target.

umumnya terjadi pada pasien hipertensi yang tidak/lalai memakan


obat antihipertensi.
KRISIS HIPERTENSI

Hipertensi Darurat Hipertensi


(Emergency Mendesak (Urgency
Hypertension) Hypertension)
HIPERTENSI DARURAT
(EMERGENCY HYPERTENSION)
• Peningkatan tekanan darah mendadak yang sangat tinggi (> 220/140
mmHg) disertai dengan kerusakan target organ yang bersifat
progresif, sehingga Tekanan darah harus diturunkan segera (dalam
menit-jam) agar dapat membatasi kerusakan terget organ.

• Keluhan TOD = sesak nafas, nyeri dada, nokturia, gangguan


kesadaran, dll.
HIPERTENSI MENDESAK
(URGENCY HYPERTENSION)
• Peningkatan tekanan darah mendadak yang tinggi (>180/120 mmHg)
tetapi tidak disertai dengan kelainan/kerusakan organ target.
DIAGNOSIS
• lama menderita hipertensi
ANAMNESIS • keteraturan konsumsi obat antihipertensi
• gejala dan tanda keterlibatan target organ

• Pengukuran Tekanan darah


PEMERIKSAAN FISIK • Perabaan arteri radialis dan arteri karotis

• bila dicurigai gagal ginjal lakukan pemeriksaan urin , didapatkan proteiunuria,


PEMERIKSAAN LAB hematuria, dan peningkatan ureum kreatinin

• EKG = Untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel atau gangguan koroner


IMAGING • USG = Untuk menilai struktur ginjal
Target Organ Damage (TOD)
• gangguan jantung/diseksi aorta = nyeri dada, sesak napas
• edema papila mata = pandangan kabur
• gangguan otak = sakit kepala hebat , gangguan kesadaran
• gagal ginjal akut= gangguan ginjal
TATALAKSANA
Hipertensi emergensi Hipertensi Urgensi

• pasang jalur intravena, • awasi 3-6 jam, berikan


periksa Lab standar, oral antihipertensi
Terapi obat • periksa ulang dalam 24
antihipertensi parenteral jam
• Rawat di ICU • bila target tidak tercapai,
• target : penurunan TD tingkatkan dosis
pada jam pertama 20-
25% dan minimalisir
hipoperfusis organ vital
Keracunan Organofosfat
• Organofosfat merupakan salah satu zat yang
digunakan sebagai pestisida di pertanian.
• Merupakan kolinesterase inhibitor

Enzim untuk Efek simpatis dan


metabolisme AcH parasimpatis

AcH menumpuk di
post sinaps sehngga
reseptor AcH
terstimulasi terus
menerus
Jalur organofosfat masuk ke tubuh

Penetrasi Kulit
• Paparan pada wajah dan tangan

Saluran pernafasan
• Gas masuk ke paru-paru

Saluran pencernaan
• Makanan terkontaminasi pestisida
• Gambaran Keracunan Organofosfat

Sindrom muskarinik Sndroma Nikotinik

• Konstriksi bronkus • Neuromuskular


• Hipersekresi bronkus paralisis berupa otot
• Udem paru mata, leher, tungkai
• Hipersalivasi • Muncul setelah 2-4
minggu setelah
• Mual, muntah
paparan
• Hiperhidrosis
• Poliuri
• miosis
Tatalaksana
a. Pertolongan Pertama
• Jika tertelan, pasien sadar racun harus dimuntahkan -
> rangsang muntah
• Jika tidak bernafas -> bersihkan mulut dari air liur,
lendir,dsb. Jangan berikan nafas buatan dari mulut ke
mulut
• Jika kena kulit -> lepaskan pakaian yang terkena dan
cuci kulit dengan sabun
• Jika terkna mata cuci dengan air selama 15 menit
b. Pengobatan
• Antidotum sulfas atropin 2 mg iv/im. Diulang tiap 10-
15 menit sampai gejala-gejala keracunan mulai
menghilang
HIPERTERMIA MALIGNA
DEFINISI

• Suatu kondisi mengancam jiwa yang timbul akibat peningkatan


konsumsi dari energi tubuh setelah paparan obat anastesi

• Merupakan penyakit genetik (autosomal dominan)

• Akibat mutasi gen reseptor Ryanodine (RYR1)


HIPERTERMIA MALIGNA
PATOFISIOLOGI
• Terjadinya peningkatan kalsium intraseluler dlm otot rangka
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis

• MMR atau generalized muscle rigidity


• Karena otot masseter memiliki miofilamen tipe I yang memiliki
afinitas tinggi terhadap Ca2+

• MMR akan menghilang dalam 5 menit

• Takikardia  overaktivitas saraf simpatis

• Hiperkapnia ETCO2 meningkat

• Aritmia  karena hiperkalemia

• Hipertermia  meningkat 1oc setiap 5 menit

• Urin berwarna keruh  karena mioglobinuria


DIAGNOSIS

1. Diagnosis Klinis

• Clinical Grading Scale

• Manifestasi Klinis

2. Diagnosis Laboratorium

• In Vitro Contracture Test (IVCT)

• Tes genetik
Tatalaksana
Tatalaksana anastesi untuk pasien susceptible
MH

1. Mengenali gejala atau manifestasi klinis dari


hipertermia maligna serta bagaimana cara
penanganannya

2. Tidak menggunakan obat-obatan anastesi


pemicu

3. Menyiapkan malignant hyperthermia kit


(MH kit) atau malignant hyperthermia cart
(MH cart)
Tatalaksana saat episode serangan atau krisis hipertermia maligna

1. Menghentikan agen anastesi, mengganti mesin anastesi,


mengganti filter setiap 1 jam

2. Hiperventilasi dengan pemberian O2 100% atau dengan


kecepatan 10 L/menit.

3. Pemberian dantrolene

Dosis pemberian awal : 2,5 mg/kg BB bolus secara intravena.

Gejala masih berlanjut : 2,5 mg/kg BB setiap 5 menit, dengan


dosis maksimal 10 mg/kg BB
4. Koreksi asidosis

- Infus sodium bikarbonat dengan dosis 1-2 mEq/kg


(dosis maksimum pemberian 50mEq)

5. Koreksi hipertermia

- meletakkan ice packs atau kantung yang telah diisi es


batu pada permukaan kulit torso, axilla, dan groin

- pemberian cairan infus atau saline dingin yang telah


diletakkan di dalam lemari pendingin  hentikan jika
suhu sudah turun hingga 38oc
6. Koreksi hiperkalemia
- pemberian sodium bikarbonat
- pemberian kalsium klorida
- pemberian glukosa serta insulin.
Dewasa : glukosa 50 gr + Insulin 10 U
Anak : glukosa 25 gr + insulin 5 U
Insulin dilarutkan dalam 50 mL dextrose 50%.

7. Atasi aritmia
- lidocaine 2% atau
- procainamide 200 mg IV atau
- amiodarone 150mg/3mL
8. Mencegah mioglobinuria  gagal ginjal
- mannitol 0,25 gr/kg BB IV, diberikan maksimal 4 kali dosis
anjuran
- furosemide 1mg/kg BB IV, diberikan maksimal 4 kali dosis
anjuran
Pemberian mannitol dan furosemide dihentikan jika urine
output sudah mencapai 2 ml/kgBB/jam
9. Monitor
- urine output
- Elektrolit  setiap 10 menit
- tes pembekuan darah
- analisa gas darah  setiap 5-10 menit
- capnograph
Tatalaksana post krisis hipertermia maligna

Tanda sudah stabil :


• ETCO2 sudah menurun atau kembali normal
• nadi kembali stabil
• sudah diberikan dantrolene intravena
• suhu tubuh sudah menurun
• generalized muscle rigidity sudah menghilang
Tatalaksana post krisis hipertermia maligna

Pemberian dantrolene diteruskan hingga 24-28 jam setelah


krisis MH

Oral dantrolene  4-8 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3-4 dosis


diberikan selama 1-3 hari Dantrolene intravena  1mg/kg BB

Tujuannya adalah untuk menghindari :

1. Malignant hyperthermia recrudescence

2. Disseminated intravascular coagulation (DIC)

3. mioglobinuria yang menyebabkan gagal ginjal


PENCEGAHAN

1. Riwayat anastesi menyeluruh

2. Pemberian dantrolene sebagai profilaksis  tidak lagi


disarankan

3. MH Cart

Dantrolene oral 4-8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4kali pemberian


dan diberikan 1-2 hari sebelum operasi dilakukan.

Dantrolene intravena 2,5 mg/kgBB diberikan 1-2 jam sebelum


operasi dengan pemberian melalui infus selama 1 jam.
Kegawatdaruratan anak
PENILAIAN AWAL ANAK SAKIT
1. Jalan napas dan Pernapasan:
(Airway and Breathing) Obstruksi?
Pernapasan - mendengkur, kemerahan pada hidung,
pengurangan atau retraksi Frekuensi pernapasan,
Auskultasi ,
Sianosis?
2. Sirkulasi (Circulation):
• Frekuensi jantung Detak nadi
• Pengisian kembali kapiler Suhu kulit
3. Kecacatan (Disability):
• Postur tubuh dan tonus otot
• Status mental - Skala AVPU
A - Waspada (Alert)
V - Berespons terhadap rangsangan verbal (verbal
stimuli)
P - Berespons terhadap rangsangan nyeri (painful
stimuli)
U - Tidak memberikan respons (Unresponsive)
KEDARURATAN PEDIATRIK
PERTIMBANGAN FISIOLOGIS
1. Tanda Tanda Vital

Tanda Tanda Vital Normal berdasarkan Umur

Respirasi Jantung Tekanan Urine


Umur Napas/mnt Denyut/ mnt darah ml/jam
Mm Hg

Tahun I 40 120 80 / 40 10

1 - 5 tahun 30 100 110 / 60 20

6 – 12 tahun 20 80 120 / 80 30
Pertimbangan Fisiologis lanjutan….
2. Warna Kulit
Warna kulit pd anak bayi dan anak masih labil dibandingkan
dengan orang dewasa. Anak kecil sering menderita
vasokontriksi perifer dan kulit bercak-bercak terutama bila
ia terbuka dan dingin
3. Suhu
Bayi sering mengalami hipotermi dikarenakan lapisan lemak
subcutis sedikit
4. Dilatasi lambung
Gelisah kerena nyeri  hiperventilasi  dilatasi lambung
PERTIMBANGAN TEKNIS KHUSUS

• Saluran Pernafasan
• Bila anak tidak bernafas tengadahkan kepalanya dan cepat
bersihkan faring dr darah, sekresi / benda asing.
• Pasang pipa orofaringeal dan lakukan ventilasi dari mulut
ke mulut
• Gunakan alat artifisial ( alat buatan )yang dikontrol tangan
secepat mungkin
• Mandibula harus diangkat ke depan agar lidah yg relatif
besar pd anak tdk jatuh ke belakang & menutupi saluran
pernafasan.
• Bila tdk memungkinkan pemasangan pipa endotrakeal
maka harus dipertimbangkan trakeostomi
Endotracheal
PERTIMBANGAN TEKNIS KHUSUS lanjutan

• Sirkulasi
• Bila jantung berdenyut dan anak terutama menderita
hipovolemi maka kanula intravena harus dipasang ke vena
yg terlihat pd ektremitas yang tidak cedera.
• Bila terjadi cedera abdomen, maka lebih baik memilih
intravena diatas diafragma.
• Bila pasien syok karena perdarahan maka harus cepat
ditangani
Hal yg perlu diperhatikan pd bayi dan anak

• Sewaktu membersihkan saluran pernafasan bayi,


hati-hati agar tdk terlalu menegadahkan kepalanya.
• Leher bayi begitu lunak sehingga tindakan
penegadahan kepala yg kuat dpt menutup jalan
pernafasan bukannya membukanya.
• Selama dilakukan pernafasan buatan , jangan
mencoba menutup lubang hidung.
Lanjutan..

• Cakup mulut dan hidung bayi atau anak kecil yg


tidak bernafas. Gunakan pernafasan kecil dgn
volume kecil u/ mengembangkan parunya.
Berikan satu pernafasan kecil setiap 3 detik.
• Tidak adanya denyut nadi pd anak atau bayi
mungkin mudah ditentukan dgn perabaan pd
putting kiri.
Sewaktu melakukan kompresi dada

• Pada anak kecil gunakan hanya satu tangan.


Tengan lainnya bisa diselipkan dipunggung anak u/
memberikan sokongan yg kuat pd punggungnya.
• Untuk bayi gunakan hanya ujung jari telunjuk &
tengah u/ kompresi dada di med sternum.
• Sternum ditekan antara ½ dan ¾ inci pada
kecepatan 80 – 100 kali per menit
Lanjutan …

• Untuk anak kecil hanya digunakan pangkal satu


tangan u/ menekan dada. Tekan sternum antara 3/3
dan ½ inci yg tergantung besarnya anak. Kecepatan
harus antara 80 – 100 kali per menit.
• Pernafasan harus diberikan selama relaksasi setelah
tiap kompresi dada yg kelima bagi bayi dan anak kecil
TERAPI CAIRAN & KEBUTUHAN CAIRAN

Kebutuhan cairan Kebutuhan


Berat badan
per hari cairan per jam

10 kg pertama 100 ml/kg 4 ml/kg

10 kg kedua 50 ml/kg 2 ml/kg

Berat
20 ml/kg 1 ml/kg.
berikutnya
Rangkuman teknik-teknik pertolongan kehidupan dasar pada bayi dan anak-ana,k

Bayi Anak kecil Anak lebih

« 1 tahun) (1-8 tahun) besar


Posisi jalan napas Netral Menghirup Menghirup
(Airway)
Pernapasan Mulut ke mulut Mulut ke mulut Mulut ke mulut
(Breathing ) dan hidung
Sirkulasi (Circulation) Brakial atau Karotid Karotid
Periksa denyut nadi femoral
Kompresi dada: 1 jari di bawah ga- 2 jari di atas xifoid 2 jari di atas xifoid
Tanda ris puting payudara
Teknik Mencekap at au Satu tang an Dua tangan
duajari
Kedalamam (Cm) 1.5-2.5 2.5-3.5 4-5
Rasio kompresi dada 5:1 5:1 15:2
dengan ventilasi
Jumlah kompresi 100 100 80
per mnt
Posisi manuper
TEKNIK KOMPRESI

Dorong rahang

TEKNIK MENCEKAM
Perabaan nadi dan teknik mencekam
Pemberian bantuan nafas
Definisi
• Asma adalah proses obstruksi reversibel yg ditandai
dgn peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan
nafas bagian bawah
• Status Asmatikus adalah serangan asma akut,berat
dan berkepanjangan dimana distres pernafasan terus
terjadi meskipun telah dilakukan tind terapeutik yg
hebat.
MENILAI BERATNYA ASMA
RINGAN/ BERAT MENGANCAM
MODERAT KEHIDUPAN

Perubahan taraf Tidak Ada Berkembang Ya


kesadaran

Kelelahan Tidak Ada Berkembang Ya


Sianosis Tidak Ada Berkembang Ya
Mengi + + Paru-paru tenang
Retraksi Tidak Ada Jelas
Ada/Ringan
Penggunaan otot Tidak Ada Ada Jelas
tambahan

Saturasi O2 < 92 %
PENGKAJIAN
• Observasi tanda-tanda yg berhubungan dgn
pernafasan
• Observasi tanda-tanda yg berhubgn. dgn distres
pernafasan
• Prosedur diagnostik : gas darah, pH, elektrolit,
oksimetri tes fungsi paru, berat jenis urine
Masalah Keperawatan
• Bersihan jalan nafas tak efektif b/d respon alergik dan
inflamasi
• Intoleransi aktivitas b/d suplai oksigen yg kurang
• Risiko tinggi asfiksia b/d bronkhospasme, sekresi
mukus
• Risiko tinggi cedera (asidosis respir., ketidak
seimbangan elektrolit)
• Risiko tinggi kekurangan volume cairan
Penanganan Asma Berat
• Berikan Oksigen beraliran tinggi
• Salbutamol dgn uap Nebulizer
• Steroid

NILAI BERATNYA ASMA


ADA PERBAIKAN

• Pertimbangkan rawat RS
• Lanjutka Nebulizer seperti yang diindikasikan
TIDAK ADA PERBAIKAN

• Rawat
• Lanjutkan pemberian oksigen dan steroid
• Lanjutkan Nebulizer seperti yg diindikasikan
• Pertimbangkan aminopilin
Gambaran yg Mengancam Kehidupan

• Cari pertolongan bila anda membutuhkannya


• Dapat diberikan penguapan (neubulizer) secara
kantinu
• Dapat diberikan aminopilin
• Pertimbangkan foto rontgen dada dan rawat dalam
ruangan khusus
Bertambah Buruk

• Pertimbangkan salbutamol IV
• Pertimbangkan ventilasi
Kunci penanganan asma berat yang
sukses adalah penilaian berulang,
pengobatan yang agresif, dan banyak
jaminan dan penjelasan
DEFENISI
• Kejang Demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial
• Kejang Demam merupakan salah satu kelainan neurologis yg paling
sering dijumpai pada bayi dan anak
• Status Epileptikus
Urutan kejang pada interval yg terlalu singkat untuk
memungkinkan anak sadar kembali diantara waktu
berakhirnya satu episode dan dimulainya episode
berikutnya
Memerlukan intervensi darurat karena dapat
menimbulkan kelelahan, gagal nafas dan klelahan
PENGKAJIAN
• Demam
• Kejang ( sifat, durasi, frekwensi )
• Usia saat kejang
• Keadaan neurologis
• Gambaran EEG
Masalah keperawatan
• Hipertermi
• Bersihan jalan nafas tak efektif
• Risiko tinggi cedera, hipoksia dan aspirasi
Penanganan
• A irway ( jalan nafas )
• B reathing (pernafasan)
• C irculation (sirkulasi)
• D rag (obat-obatan)

Cari penyebab demamnya!


Status Pasca Kejang
• Tampak rileks
• Dapat tetap semi-sadar dan sulit untuk bangun
• Dapat bangun dalam beberapa menit
• Koordinasi buruk
• Kerusakan ringan pd gerakan motorik halus
• Dapat mengalami kesulitan penglihatan dan bicara
• Muntah atau mengeluh sakit kepala berat
Lanjutan…

• Tidak timbul refleks menelan selama beberapa waktu


• Biasanya mengeluh lelah dan sakit otot
• Tidak ada ingatan mengenai seluruh kejadian
• Pada saat sadar biasanya sadar sepenuhnya
Kegawatdaruratan Neurologi
Kegawatdaruratan :

• Serangan penyakit tiba-tiba


• Butuh diagnosis, tindakan dan penanganan segera bertujuan untuk
menekan angka kesakitan dan kematian
• Pelaksana harus mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang
penyakit, mampu berkonsultasi dengan baik dengan bidang terkait
Kegawatdaruratan neurologi :

Suatu kondisi di bidang neurologi yang memerlukan tindakan


pengobatan segera dan bila tidak dilakukan dapat menyebabkan
kerusakan lebih berat bahkan kematian.
Carroll LS dan Lorenzo N (2007):
9 jenis kegawatdaruratan neurologi yaitu:
1. Perubahan status mental dan koma
2. Nyeri kepala
3. Cerebrovascular accident : stroke
4. Vertigo
5. Bangkitan kejang : status konvulsivus/epileptikus
6. Neuropathi perifer: krisis miastenia, SGB
7. Multipel sklerosis, neuritis optik
8. Gangguan otot: periodik paralisis
• Jaringan otak merupakan jaringan dengan tingkat metabolisme tinggi,
meskipun pada area dengan densitas kapiler yang rendah.
• Fungsi sel otak sangat tergantung pada ketersediaan O2 & energi
(glukosa) yang kontinyu.
• Tidak ada cadangan O2 dan sumber energi di otak.
Injuri serebral :
• Primer
• Sekunder

Pada stroke akut, trauma kepala, kejang, infeksi SSP, hipoksik-iskemik


akan terjadi gangguan metabolisme otak berupa ketidak-seimbangan
antara suplai & kebutuhan (demand).
Mekanisme Injuri Primer Serebral, melalui:

• Trauma
• Iskemia
• Inflamasi
• Kompressi
• Metabolisme
Injuri Otak Sekunder

• Hipoperfusi
• Hipoksia
• Gangguan elektrolit atau asam basa
• Injuri reperfusi
Jenis-jenis kegawatdaruratan neurologi :

• TIK meningkat : stroke, neoplasma, abses, trauma


• Kejang : epilepsi, stroke, infeksi
• Penurunan kesadaran : stroke, neoplasma, infeksi, trauma, epilepsi
• Kelemahan/kelumpuhan : stroke, trauma, infeksi, SGB
Peningkatan TIK

Normal TIK: 5-20 cmH2O


Penyebab : SOL dan edem serebri (edem vasogenik dan edem
sitotoksik)
Edem vasogenik: rusaknya fungsi BBB pada neoplasma/infeksi (abses)
Edem sitotoksik : disfungsi membran sel dan peningkatan cairan
intraseluler pada stroke, trauma kepala
Tanda-tanda peningkatan TIK:
• Sakit kepala
Akibat kompresi saraf kranialis, arteri dan vena
Memburuk pada pagi hari.
Diperberat oleh aktivitas.
• Muntah
Tidak didahului mual.
Mungkin projektil
• Perubahan tingkat kesadaran
Paling sensitif dan indikator penting, tahap awal mungkin tidak
spesifik: gelisah, irritabilitas, letargi
• Perubahan Vital Sign
Cushing’s triad: Peninggian TDS, bradikardi (muncul belakangan),
pola nafas iregular (late sign)
Perubahan suhu
• Ocular signs
Pelebaran pupil akibat tekanan pada N III
Refleks pupil melambat dan anisokor.
• Penurunan fungsi motorik
Hemiparesis atau hemiplegia
Dekortikasi – gangguan pada traktus motorik
Deserebrasi – kerusakan berat pada mesensefalon dan batang otak
Terapi penatalaksanaan peningkatan TIK:

• Posisi tidur 15-30 derajat


• Usahakan tekanan darah yang optimal
• Atasi kejang
• Atasi rasa cemas
• Atasi rasa nyeri
• Menjaga suhu tubuh normal < 37,50 C
• Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit
• Atasi hipoksia
Mengurangi volume LCS:

• Pada hidrosefalus, TIK ↑.


3 cara :
• kateter intraventrikel,
• Lumbal punksi
• Kateter lumbal.
Pengaliran LCS dengan kateter lumbal dapat dikerjakan apabila diyakini
pada pemeriksaan imaging tidak didapatkan massa intrakranial atau
hidrosefalus obstruktif.
Kejang

Gerakan otot berulang yang biasanya berhenti spontan dalam 2 menit


Gawat darurat --> status epileptikus yaitu serangan kejang > 30 menit
terus menerus dan tanpa perbaikan kesadaran

Penatalaksanaan : oksigenasi, sirkulasi, terapi komplikasi, terapi


farmakologis ( benzodiazepin, fenitoin, valproat, fenobarbital,
topiramat)
Etiologi :

Pada penderita epilepsi : putus obat, dosis obat tidak adekuat


Bukan penderita epilepsi : stroke, trauma kepala, tumor otak, gangguan
metabolik, intoksikasi

Penatalaksanaan :
Umum : perbaiki fungsi vital: amankan jalan nafas, awasi tekanan darah
dan jalan nafas, pemasangan jalur intravena, NGT, kateter urine, EKG
Terapi medikamentosa :
Hentikan kejang dan koreksi komplikasi

Tahap premonitoring : diazepam 10 mg iv/per rektal


Tahap 1 tahap kompensasi (0-30 menit)
Diazepam 10 mg iv /per rektal, jika status berlanjut, ulang
pemberian setelah 15 menit
Tahap II tahap dekompensasi (30-60 menit)
Jika status berlanjut setelah 30 menit, maka :
Rawat intensif
Fenitoin IV dalam NaCl 0,9 % dosis 15-18 mg/kg kec 50 mg/menit awasi
TD dan EKG atau fenobarbital 10- 20 mg/kg sampai 100 mg/menit
dengan pengawasan TD dan respirasi

Tahap III tahap refrakter (>60 menit)


Anastesi umum dengan propofol atau tiopental di ICU
Stroke

A. Gejala & tanda klinis


Anamnesa
Pemeriksaan fisik neurologi:
- kesadaran
- saraf kranial
- gangguan motorik
- gangguan sensorik
B. Stroke skor :
Algoritma Stroke Gajah Mada, Siriraj Stroke Skor
C. Laboratorium darah
D. CT scan & MRI
Penatalaksanaan Umum

1. Posisi kepala & badan 20-30 derajat


2. Pasang infus
3. Bebaskan jalan nafas (berikan O2 1-2 L/1’ sampai ada hasil
pemeriksaan gas darah)
4. Kandung kemih dikosongkan (kateterisasi intermitten)
5. Penatalaksanaan tekanan darah secara khusus
6. Hiperglikemia atau hipoglikemia segera dikoreksi
7. Suhu tubuh dipertahankan normal
8. Asupan nutrisi per oral (hasil fungsi menelan baik) , bila
gangguan menelan (+) / penurunan kesadaran --> NGT
(1500 kalori)
9. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
10. Pemberian cairan IV 24 jam I
11. Mobilisasi & rehabilitasi dini bila kontra indikasi (-)
Krisis miastenia :
Eksaserbasi penyakit miastenia gravis dimana kelumpuhan
menyebabkan episode akut kegagalan pernafasan yang memerlukan
alat respirator.
Merupakan suatu keadaan yang mengancam nyawa.

Etiologi:
Infeksi saluran pernafasan
Pemakaian obat-obatan miastenia
Gejala:
• Kelemahan motorik semakin berat
• Kelemahan otot pernafasan
• Disfagia
• Stridor

Penatalaksaan :
• Identifikasi pencetus
• Respirator
• Terapi disfungsi neuromuskuler
Sindrom Stevens-Johnson
(SSJ)
Definisi
Sindrom yang ,engenai kulit,selaput lender orifisium dan mata dengan
keadaan umum bervariasi dengan klinis eritema,vesikula,bula dan
purpura
Etiologi
• Etiologi pasti belum diketahui
PATOGENESIS
Belum diketahui dgn jelas & diduga diperan oleh reaksi alergi tipe III dan tipe IV

• Reaksi tipe III (reaksi kompleks imun) – akibat terbentuk kompleks antigen-
antibodi yg membentuk mikropresipitasi hingga terjadi aktivasi sistim komplemen.
Akibatnya terjadi akumulasi sel neutrofil yg melepaskan lisozim  kerusakan
jaringan organ target

• Reaksi tipe IV(delayed-type hypersensitivity) – akibat sel limfosit T yang telah


tersensitisasi dan terkontak ulang dgn antigen yg sama.

• Sel T tsb melepaskan limfokin & terjadinya peradangan


Manifestasi Klinis
Pada keadaan
• Dapat disertai berat
gejala prodormal:
• Demam tinggi • Tidak bisa makan
• Malaise dan minum.
• Nyeri kepala • Kesadaran
• Batuk/pilek menurun
• Nyeri tenggorok • Stupor sampai
koma
Mulainya
penyakit akut
Trias kelainan :
Kelainan pada kulit …

Sindrom Stevens-Johnson
Kelainan pada mukosa …
Kelainan pada mata …
Diagnosis pemeriksaan kulit …

Efloresensi/
sifatnya: Eritema berbentuk
Lokalisasi cincin,berkembang
menjadi urtikari/lesi
papular berbentuk target
Biasanya dengan pusat ungu
generalisata
kecuali pada
kepala yang Purpura(petekie),vesikel dan
berambut bula,numular sampai plakat.erosi
ekskoriasi,perdarahan,dan krusta
berwarna merah hitam.
LABORATORIUM
Tidak khas
Leukositosis (+) : infeksi
Eosinofilia : kemungkinan alergi obat
Enzim transaminase serum ↑ , albuminuria, ggn elektrolit, ggn
fungsi organ tubuh yang terkena
Gambaran
Histopatologi
Peradangan bagian atas kulit & dilatasi
pemb.darah.infiltrasi
perivaskular,ekstravasasi eritrosit serta
edema pada stratum korneum.

Perubahan epidermis sedang-


berat,spongiosis dan edema intraseluler,
pembentukan vesikel & bula yang
mengandung serum &sel
polimorfonuklear,sebagian eosinofil.

Apoptosis keratinosit
KOMPLIKASI
• Paling sering (16 %)  Bronkopneumonia
Kematian
Komplikasi lain :
• Kehilangan cairan
• Gangguan keseimbangan elektrolit
• Sepsis
• Syok
• kekeruhan kornea dan kebutaan
PENGOBATAN
Harus cepat dan tepat
Terapi suportif:
- Cairan sesuai kebutuhan
- Kebutuhan kalori dan protein yg sesuai
- Pemberian nutrisi melalui NGT, dilakukan sampai
mukosa oral kembali normal.
1) Kortikosteroid (KS)  Life-saving
Deksametason : dosis awal 1mg/kgBB tiap 6 jam i.v.
 Kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kgBB tiap 6 jam,
setelah itu diturunkan beransur-ansur bila dimungkin diganti dgn prednisone
oral.
2) Antibiotika spectrum luas (utk infeksi)
eg: Gentamisin 5mg/kgBB/hari
3)Antibiotik selanjutnya nerdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman
dari sediaan lesi kulit/
4) Kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1 %.
5) IVIG
PROGNOSIS
Angka kematian : 5 – 15 %
Bl pengobatan cepat & tepat, prognosis cukup memuaskan
Prognosis buruk bl KU buruk, purpura, bronkopneumonia (+)
NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)
SINONIM
• Sindrom Lyell
• Toxic Epidermal Necrolysis (TEN)
• Epidermolisis nekrotikans kombustiformis
DEFINISI
NET: penyakit akut & berat. Ditandai dengan :
Epidermolisis luas
Kelainan selaput lendir, orifisium, mata
Lesi eritema, vesikel, bula, erosi & purpura
PATOGENESIS
Belum diketahui
Dianggap NET – bentuk berat SSJ
Sebagian SSJ  NET
• SIMTOMATOLOGI
• Gejala prodromal : malaise, lelah, mual, muntah, diare, angina, demam,
konjungtivitis ringan, radang mukosa mulut & genital
• Beberapa jam – hari kemudian kelainan kulit : makula, papel, eritematosa,
morbiliformis disertai dengan bula flaccid  cepat meluas & konfluens
• Lesi  wajah, ekstremitas & badan
• Lesi eritem,vesikel, erosi  mukosa pipi, bibir, konjungtiva, genitalia, anus
• Onikolisis, alis, bulu mata rontok + epidermolisis kelopak mata
• KU buruk, suhu ↑, Kesadaran ↓
• Tanda Nikolsky (+)
• Organ tbh : perdarah tr. GI, trakeitis, bronkopneumonia, udem paru, emboli
paru, ggg keseimbangan cairan & elektrolit, syok hemodinamik & kegagalan
ginjal
• Komplikasi lain : sepsis akb inf Staphylococcus aureus / Pseudomonas aeroginosa,
sering  kematian
• Gambar NET

Nekrolisis epidermal toksik


LABORATORIUM
Leukositosis
Enzim transaminase serum ↑
Albuminuria
Ggg keseimbangan elektrolit & cairan
PEM. RADIOLOGI
Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi : TBC,
bronkopneumonia

HISTOPATOLOGI
Nekrosis di seluruh lapisan epidermis, kecuali str. Korneum
DIAGNOSIS
Anamnesis, gejala klinik
Bl ragu  laboratorium, histopatologi

DIAGNOSIS BANDING
SSJ
Kombusio
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)
Eksantema fikstum multipel / generalisata
Perbedaan antara SSJ dengan NET

SSJ NET
Usia Anak sp dewasa Dewasa
KU Ringan sp berat Berat
Kesadaran Kompos mentis Sering menurun
Tanda Nikolsky (-) (+)
Epidermolisis (-) (+)
Nekrosis epidermis (-) (+)
Prognosis Lebih baik Buruk
Komplikasi NET

Perdarahan tr. Gastro-intestinal Kegagalan ginjal


Trakeitis Sepsis
Bronkopneumonia Simblefaron
Udem paru-paru Ektropion
Emboli paru Kekeruhan kornea
Ggg keseimbangan cairan & elektrolit Kebutaan
Syok hemodinamik Kematian
PENGOBATAN
T.U  Penanganan infeksi
Mempertahankan keseimbangan cairan &
elektrolit
Pasien sebaiknya dirawat secara aseptik di ruang
khusus / unit luka bakar
PENGOBATAN
4. Terapi topikal : lihat SSJ
5. Konsultasi ke disiplin ilmu lain : lihat SSJ
6. Tindakan lanjut : lihat SSJ
7. Lain-lain : lihat SSJ

PROGNOSIS
> Buruk dari SSJ

Anda mungkin juga menyukai