Anda di halaman 1dari 129

Pleno modul 4

terminologi

• BNPB : sebuah Lembaga Pemerintah Non


Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden
Republik Indonesia dalam: mengkoordinasikan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan
bencana dan kedaruratan secara terpadu
• BPBD : embaga pemerintah non-departemen yang
melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah
baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dengan
berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.
Rumusan masalah

1. mengapa perlu turun dari mobil saat gempa?


2. bagaimana tindakan seharusnya saat tsunami datang?
3. mengapa tsunami dapat terjadi?
4. apakah daerah tempat tinggal andi sudah siap untuk
mitigasi dan manajemen bencana lainnya?
5. apa fungsi BNBP dan BPBD?
6. kapan dikatakan bencana dan apa jenis-jenisnya
7. bagaimana management gawat darurat saat bencana
dalam bidang kesehata?
8. bagaimana tatacara peranserta lembaga asing atau
internasional?
9. kapan perlu diberikan pengobatan psikis dan fisik pada
pasien benca?
hypotesis

1. saat terjadi gempa kendaraan harus dihentikan sebab


jalan pasti padat dan menggunakan mobil dijalan yang
padat juga panik hanya akan menambah korba dan harus
cek lingkungan sekitar saat berhenti karena ada
kemungkinan bisa tertimpa sesaat akan keluar mobil.
2. -kenali potensi gempa
-kenali tsunami, pastikan tempat berdiri aman
-cari gedung tinggi yang kuat sebagai perlindungan
-setelah bencana baru mencari keluarga dan bantuan
3. gempa
-vulkanik : karena gunung berapi yang aktif
-tektonik : pergeseran lempeng
-tumbukan : meteor yang menghantam bumi
akibat gempa yang terjadi dalam laut umumnya tektonik
dapat menyebabkan tsunami karena pergeseran lempeng
memberikan tekanan kepada air yang menakibatkan
bergerak secara vertikal, namun karena gaya gravitasi air
tersebut tertarik dan menjadi gelombang air yang horizontal
membentuk lah ombak yang tinggi.
4. persiapan mitigasi dinai dari beberapa aspek seperti
kesiapan daerah tersebut akan bencana, respon
masyarakat terhadap bencana, program pelatihan siap
bencana, struktur kota, SDM dalam kesehatan, dan
manajemen logistik.
5. BNPB Mempunyai Fungsi :
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak
cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan
Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
BPBD mempunyai fungsi :
Perumusan serta penetapan kebijakan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak
cepat dan tepat, efektif dan efisien ; Pengkoordinasian
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.
6. peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
jenis bencana
-alam (gempa/tsunami)
-non alam (kebakaran /salah teknis)
-sosial (teroris/pertikaian antar suku)
7. dilakukan pengukuran skala bencana bila bencana
tergolong serius dan butuh bantuan maka BNPB akan
melapor kepada pemerintah daerah seperti gubernur, bila
masalah masih belum bisa diatasi maka dilaporkan
kepresiden agar disampaikan ke internasional sebagai
masalah serius.
tugas sebagai tenaga kesehatan yaitu melakukan triase.
dan meminta untuk TRC, TRA , TBM dan tim dvi untuk
segara dikirim dan mengevaluasi apa saja yang diperlukan.
8. lembaga asing atau internasional dapat masuk setelah
diumumkannya bencana nasional oleh presiden. dengan
syarat memasukan proposal.
9. korban terluka akan dipilih dengan status bisa berjalan
atau tidak, dan segera ditangani terlebih dahulu bagi yang
tidak bisa berjalan. untuk anak-anak bisa diberikan mainan
atau diajak bermain sebagai pengobatan trauma. bagi
korban yang meninggal akan segera di cek ol tim DVI dan
di cek identitasnya.
skema

alam tsunami

akibat
bencana non alam
manusia
sosial terorisme

hidup
identifikas
i korban meningga
DVI
l
saat pasca
pra bencana
bencana bencana pemulihan
BNPB
rehabilitasi
alur BPBD
rekonstruksi
evakuasi
mitigasi
manajemen medis
TRHA
peringatan UU yang mengatur
TRC
dini TBM
Learning objective

1 . identifikasi bencana
2. manajemen risiko bencana
3. mitigasi bencana
4. kebijakan penanggualangan bencana
5. sistem penanggulangan pasca bencana
Identifikasi Bencana
UU No 24 Tahun 2007

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis
Jenis Jenis Bencana
1.Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah langsor.
2.Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3.Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
Identifikasi Bencana
UU No 24 Tahun 2007

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis
Jenis Jenis Bencana
1.Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah langsor.
2.Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3.Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
MITIGASI BENCANA
DEFINISI

Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,


melalui pembangunan fisik, penyadaran dan
meningkatkan kemampuan dalam menghadapi bencana.
MITIGASI DALAM UU 24 TH 2007

• Mitigasi dilakukan untuk menurunkan resiko bencana bagi


masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana.
• Kegiatan mitigasi sebagaimana dimaksud melalui
a. Pelaksanaan penataan ruang
b. Pengaturan pembangunan, pembangunan
infrastruktur, tata bangunan
c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan baik secara konvensional maupun modern
UNSUR MITIGASI
• Peta dan analisis bahaya/resiko : dimilikinya pengetahuan
bahaya/resiko oleh masyarakat
• Peringatan dini : teraksesnya peringatan/arahan evakuasi tepat
waktu untuk masyarakat oleh lembaga resmi
• Kapasitas respon : dimiliki dan dilatihkannya rencana evakuasi oleh
masyarakat
• Tindakan struktur : dibangunnya /diperbaikinya konstruksi / vegetasi
penahan untuk meredam energi tsunami
• Kebijakan tata ruang dan keteraturan : ditaatinya oleh seluruh
pemangku kepentingan.
PERENCANAAN MITIGASI

• Main hazard = bencana


• Potensi bahaya ikutan = likuifaksi , bahan bangunan, dan
kepadatan industri berbahaya
PRINSIP MITIGASI

• Bencana adalah titik awal upaya mitigasi


bagi bencana serupa berikutnya.
• Upaya mitigasi itu kompleks, saling
tergantung dan melibatkan banyak pihak
• Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding
upaya mitigasi pasif
• Jika sumberdaya terbatas, prioritas harus
diberikan kepada kelompok rentan
• Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan
evaluasi terus menerus untuk mengetahui
perubahan situasi.
STRATEGI MITIGASI BENCANA
Pemetaan Melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Peta rawan bencana tersebut
sangat berguna bagi pengambil keputusan
terutama dalam antisipasi kejadian bencana
alam.
Pemantauan Dengan mengetahui tingkat kerawanan
secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi
jika sewaktu –waktu terjadi bencana,
sehingga akan dengan mudah melakukan
penyelamatan. Pemantauan di daerah vital
dan strategis secara jasa dan ekonomi
dilakukan di beberapa kawasan rawan
bencana.
Penyebaran informasi Penyebaran informasi dilakukan antara lain
dengan cara: memberikan poster dan leaflet
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Propinsi seluruhIndonesia yang rawan
Sosialisasi dan Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala
penyuluhan aspek kebencanaan kepada aparat dan
masyarakat bertujuan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapan menghadapi
bencana jika sewaktu- waktu terjadi.

Pelatihan / pendidikan Pelatihan difokuskan kepada tata cara


pengungsian dan penyelamatan jika terjadi
bencana.
Peringatan dini Peringatan dini dimaksudkan untuk
memberitahu-kan tingkat kegiatan hasil
pengamatan secara kontinyu di suatu
daerah rawan dengan tujuan agar
persiapan secara dini dapat dilakukan guna
mengantisipasi jika sewaktu - -waktu terjadi
bencana.
BENTUK MITIGASI
• Mitigasi struktural
Aktifitas kegiatan dalam upaya mengurangi
dampak dan resiko bencana secara struktur/fisik
• Mitigasi non struktural
Aktifitas kegiatan dalam upaya mengurangi
Dampak dan resiko bencana lebih kearah Penyadaran
dan persiapan masyarakat maupun Lembaga.
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
BENCANA

 UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG


PENANGGULANGAN BENCANA

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)
• Pasal 10 ayat 2: Badan Nasional Penanggulangan
Bencana merupakan Lembaga Pemerintah
Nondepartemen setingkat menteri.

• Pasal 15: BNPB mempunyai fungsi koordinasi,


komando dan pelaksana dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Prinsip Penanggulangan Bencana
a. cepat dan tepat;
b. prioritas;
c. koordinasi dan keterpaduan;
d. berdaya guna dan berhasil guna;
e. transparansi dan akuntabilitas;
f. Kemitraan;
g. Pemberdayaan;
h. nondiskriminatif; dan
i. nonproletisi.
Tujuan Penanggulangan Bencana
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana;
b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah
ada;
c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. menghargai budaya lokal;
e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan
g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana
Tanggungjawab Penanggulangan Bencana (Pasal 5)
Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(Pasal 6)
Tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;
d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang memadai;
f. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap
pakai; dan
g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan
dampak bencana.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi:
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur
kebijakan penanggulangan bencana;
c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan
negara lain, badan-badan, atau pihak internasional lain;
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai
sumber ancaman atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya
alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala
nasional.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana

Penetapan status dan tingkat bencana nasional dan daerah


indikator yang meliputi:
a. jumlah korban;
b. kerugian harta benda;
c. kerusakan prasarana dan sarana;
d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana

Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan


penanggulangan bencana meliputi:
a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang
terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan; dan
d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang memadai.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana
Wewenang pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada
wilayahnya selaras dengan kebijakan pembangunan daerah;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan
unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana;
c. pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan
bencana dengan provinsi dan/atau kabupaten/kota lain;
d. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai
sumber ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya;
e. perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan
sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada
wilayahnya; dan
f. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang
yang berskala provinsi, kabupaten/kota.
 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 2008
TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
BENCANA

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah


serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi

Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tahap


prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.
 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2008
TENTANG PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL
DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA

Kepala BNPB berwenang menentukan peran serta lembaga internasional dan


lembaga asing nonpemerintah dalam penanggulangan bencana.

Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah yang akan


berperan serta dalam penanggulangan bencana harus menyusun:
A. Proposal;
B. Nota kesepahaman
C. Rencana kerja.

Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah wajib


menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatannya yang akuntabel kepada
BNPB, yang dilakukan secara periodik, pada akhir masa tugasnya atau sewaktu-
waktu jika diminta oleh BNPB
• Pasal 11
Para pekerja dari lembaga internasional atau lembaga asing
nonpemerintah yang melakukan kegiatan penanggulangan
bencana mendapat jaminan perlindungan dari Pemerintah, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Pasal 14
Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah yang
berperan serta dalam penanggulangan bencana, wajib
memperhatikan dan menghormati latar belakang sosial, budaya,
dan agama masyarakat setempat.
Peran Lembaga Nasional dan Internasional dalam
Penanggulangan Bencana
UU Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana

Pasal 5
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi
penanggungjawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana
Pasal 10
Pemerintah membentuk Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)
Pasal 18
Pemerintah Daerah membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
BENCANA

• Dasar Hukum
– Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
• Dasar Pembentukan
– Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
• Struktur Organisasi
– Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja BNPB
Kedudukan Badan Penanggulangan
Bencana
 Tingkat Nasional
 BNPB merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) yang dipimpin seorang Kepala setingkat Menteri.
 Tingkat Provinsi
 BPBD tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat
di bawah Gubernur atau setingkat eselon I/b.
 Kepala BPBD dijabat secara ex-officio oleh Sekretaris Daerah
Provinsi.
 Tingkat Kabupaten / Kota
 BPBD tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat
setingkat di bawah bupati/ walikota atau setingkat eselon II/a
 Kepala BPBD Kab/Kota dijabat secara ex-officio oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota.
Tugas BNPB
 Memberikan pedoman dan pengarahan usaha
penanggulangan bencana
 Menetapkan standardisasi dan kebutuhan PB
 Menyampaikan informasi kepada masyarakat
 Melaporkan penyelenggaraan PB kepada Presiden
setiap bulan
 Menggunakan dan mempertanggungjawaban
sumbangan/bantuan nasional & internasional
 Mempertanggungjawaban penggunaan anggaran
 Melaksanakan kewajiban lain sesuai peraturan
perundangan
 Menyusun pedoman pembentukan BPBD
Tanggungjawab Pemerintah Daerah
dalam Penanggulangan Bencana

 Pemerintah Daerah bertanggungjawab dalam


penyelenggaraan penanggulangan bencana di
wilayahnya.
Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab utama
Gubernur memberikan dukungan perkuatan
 Tanggungjawab Pemerintah Daerah
Mengalokasikan dana penanggulangan bencana
Memadukan penanggulangan bencana dalam
pembangunan daerah
Melindungi masyarakat dari ancaman bencana
Melaksanakan tanggap darurat
Melakukan pemulihan pasca bencana
Wewenang Pemerintah Daerah
dalam Penanggulangan Bencana

• Merumuskan kebijakan penanggulangan bencana di wilayahnya


• Menentukan status dan tingkat keadaan darurat
• Mengerahkan potensi sumberdaya di wilayahnya
• Menjalin kerjasama dengan daerah lain
• Mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi yang berpotensi
menimbulkan bencana
• Mencegah dan mengendalikan penggunaan sumberdaya alam
yang berlebihan
• Menunjuk komandan penanganan darurat bencana
• Melakukan pengendalian bantuan bencana
• Menyusun perencanaan, pedoman dan prosedur penyelenggaraan
penanggulangan bencana
Pembentukan BPBD

Setiap Provinsi wajib membentuk BPBD


Provinsi.
Setiap Kabupaten/Kota dapat membentuk
BPBD berdasar kriteria:
Beban Kerja
Kemampuan Keuangan
Kebutuhan
Dalam hal Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota tidak membentuk BPBD,
maka penanganan penanggulangan bencana
diwadahi oleh SKPD yang sesuai.
Landasan Hukum
Pembentukan BPBD

Dasar hukum:
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 46 Tahun 2008
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD
Peraturan Kepala BNPB No. 3 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pembentukan BPBD
Fungsi BPBD

• Perumusan dan penetapan kebijakan


penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak
cepat dan tepat, efektif dan efisien serta
• Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh
Tugas BPBD

• Menetapkan pedoman dan arahan


• Menetapkan standardisasi dan kebutuhan
• Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan
bencana
• Menyusun dan menetapkan prosedur tetap
• Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana
• Melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan penanggulangan
bencana
• Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan
barang
• Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran
• Melaksanakan kewajiban lain
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

• BPBD terdiri atas unsur:


– Pengarah
• Keanggotaannya terdiri dari pejabat pemerintah
daerah terkait dan anggota masyarakat profesional
dan ahli
• Anggota masyarakat profesional dan ahli dipilih
melalui uji kepatutan oleh DPRD
– Pelaksana
• Keanggotaannya terdiri dari tenaga profesional
dan ahli
• Pembentukan unsur pelaksana merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah
Fungsi

• Unsur Pengarah
– Menyusun konsep pelaksanaan kebijakan
– Memantau dan
– Mengevaluasi penyelenggaraan PB
• Unsur Pelaksana
– Melakukan koordinasi
– Melakukan komando dan
– Pelaksana dlm penyelenggaraan PB
Unsur Pengarah BPBD

• Ketua Unsur Pengarah dijabat oleh


Kepala BPBD
• Anggota Unsur Pengarah berasal dari:
– Lembaga/instansi pemerintah yakni dari
badan/dinas terkait dengan penanggulangan
bencana
• pejabat eselon II untuk provinsi
• pejabat eselon III untuk kabupaten / kota
– Masyarakat profesional yakni pakar,
profesional dan tokoh masyarakat di daerah
Unsur Pengarah BPBD
• Unsur Pengarah BPBD Provinsi
– Jumlah anggota 11 (sebelas) orang, terdiri atas:
• 6 (enam) orang dari unsur Pejabat Pemerintah terkait
• 5 (lima) orang dari unsur Masyarakat Profesional dan
Ahli, yang dipilih melalui uji kepatutan oleh DPRD
Provinsi
• Unsur Pengarah BPBD Kabupaten/Kota
– Jumlah anggota 9 (sembilan) orang, terdiiri atas:
• 5 (lima) orang dari unsur Pejabat Pemerintah terkait
• 4 (empat) orang dari unsur Masyarakat Profesonal
dan Ahli yang dipilih melalui uji kepatutan oleh DPRD
Kab/Kota
Unsur Pengarah BPBD

Mekanisme Penetapan Anggota Unsur Pengarah


Anggota dari instansi/lembaga pemerintah daerah
Diajukan oleh instansi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
Anggota dari masyarakat profesional dan ahli
Persyaratan
Pendaftaran dan seleksi
Pengajuan hasil seleksi dari Pemda ke DPRD
Uji kepatutan
Penetapan Anggota terpilih
Unsur Pengarah BPBD

• Penetapan dan Masa Jabatan


– Pengangkatan anggota Unsur Pengarah
ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
– Masa jabatan Unsur Pengarah dari instansi /
lembaga pemerintah dilakukan sesuai
peratuan perundangan.
– Masa jabatan Unsur Pengarah dari
Masayarakat Profesional adalah selama 5
(lima) tahun.
Unsur Pengarah BPBD

Pemberhentian Anggota:
 Pemberhentian anggota dari instansi/lembaga pemerintah
dilakukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku
 Pemberhentian anggota dari masyarakat profesional
dilakukan setelah berkonsultasi dan mendapat persetujuan
dari DPRD
Pergantian Antar Waktu dilakukan dengan alasan:
 Meninggal dunia
 Tidak menduduki jabatan dalam instansi
 Mengundurkan diri
 Tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai anggota unsur
pengarah
Unsur Pelaksana BPBD

• Mempunyai tugas secara terintegrasi yang meliputi:


– Pra bencana
– Saat tanggap darurat
– Pasca bencana
• Ketentuan tentang struktur organisasi, fungsi,
tugas, tata kerja BPBD diatur dalam Peraturan
Daerah.
• Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah diatur dengan
Peraturan Mendagri No 46 Tahun 2008.
SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA

LEGISLASI

PERENCANAAN KELEMBAGAAN PENDANAAN

PENGEMBANGAN KAPASITAS

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA


Aspek Legislasi

• Pemerintah Daerah harus membuat:


– Peraturan Daerah tentang Penanggulangan
Bencana
– Peraturan Daerah tentang Pembentukan BPBD
– Pedoman Teknis
– Standard Kebutuhan Minimum Penanganan
Bencana
– Prosedur Tetap
– Prosedur Operasi
– Dan peraturan lainnya.
Aspek Kelembagaan

• Pemerintah Daerah harus:


– Membentuk BPBD
– Menyiapkan personil
• Profesional
• Ahli
– Menyiapkan prasarana dan sarana
• Peralatan dan Logistik
• Pusat Pengendali Operasi
• Pusat Data, Informasi dan Komunikasi
Aspek Perencanaan

• Pemerintah Daerah harus:


– Memasukkan Penanggulangan Bencana dalam
Rencana Pembangunan (RPJP, RPJM dan RKP
Daerah)
– Membuat Perencanaan Penanggulangan
Bencana
• Rencana Penanggulangan Bencana
• Rencana Kontinjensi
• Rencana Operasi Darurat
• Rencana Pemulihan
– Memadukan rencana penanggulangan bencana
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Aspek Pendanaan

• Pemerintah Daerah harus:


– Mengalokasikan amggaran penanggulangan
bencana dalam bentuk:
• Dana rutin dan operasional melalui DIPA
• Dana kontinjensi dan siap pakai untuk tanggap
darurat
• Dana pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi
– Menggalang dan mengawasi pengumpulan
dana yang berasal dari masyarakat
Aspek Pengembangan Kapasitas

• Pengembangan SDM:
– Pendidikan (formal, informal dan non formal)
– Pelatihan (manajerial dan teknis)
– Latihan (drill, simulasi dan gladi)
• Pengembangan Kelembagaan:
– Pusat Operasi
– Pusat Data dan Media Center
• Pengembangan Infrastruktur:
– Peralatan informatika dan komunikasi
Penyelenggaraan PB
Perencanaan
Situasi Tidak Pencegahan
Ada Pengurangan Risiko
Pendidikan
Bencana
Pelatihan
Penelitian
Prabencana Penaatan Tata Ruang
Situasi Terdapat Mitigasi
Potensi Bencana Peringatan Dini
Kesiapsiagaan

Kajian Cepat
Penyeleng Status Keadaan Darurat
garaan Saat Tanggap Penyelamatan & Evakuasi
Darurat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan

Prasarana dan Sarana


Rehabilitasi
Sosial
Ekonomi
Pascabencana Kesehatan
Rekonstruksi Kamtib
Lingkungan
Peran Masyarakat
dalam Penanggulangan Bencana

• Membentuk Kelompok Masyarakat Peduli


Bencana (volunteer).
• Meningkatkan kemampuan dalam hal
pengetahuan melalui pendidikan,
pelatihan, keterampilan dan
simulasi/gladi.
• Melakukan upaya penanggulangan
bencana untuk tahap prabencana,
tanggap darurat dan pasca bencana.
PERAN SERTA
LEMBAGA INT’L & LEMBAGA ASING
NONPEMERINTAH DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA
DI INDONESIA

70
RENCANA NASIONAL PB 2009 – 2014
RENAS PB : sebagai acuan bagi semua pihak dalam PB
(program/kegiatan)

Peningkatan Kapasitas PB :
 Pemberdayan Perguruan Tinggi
 PB berbasis Masyarakat
 Peningkatan peran LSM dan organisasi mitra pemerintah
 Peningkatan peran Dunia Usaha

Ke depan, sektor swasta yang bergerak di bidang finansial,


dapat berperan dalam upaya pengembangan mekanisme
transfer risiko (risk financing), misalnya melalui asuransi
atau perangkat lainnya. 71
PP 23 / 2008
PERAN SERTA LEMBAGA INT’L &
LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH
DALAM PB
Tujuan :
 Mendukung penguatan upaya PB,
pengurangan ancaman dan risiko
bencana, pengurangan penderitaan
korban bencana, serta mempercepat
pemulihan kehidupan masyarakat.
 Meliputi kegiatan pada tahap pra
bencana, saat tanggap darurat, pasca
bencana.
 Dikoordinasikan oleh Kepala BNPB
TATA CARA
Pra-Bencana & Pasca-Bencana
Menyusun:
- Proposal
- Nota Kesepahaman,
- Rencana kerja.

 Proposal dikonsultasikan ke perwakilan RI di LN


 Nota Kesepahaman dikoordinasikan oleh BNPB
dengan melibatkan instansi yang
bertanggungjawab di bidang luar negeri &
instansi terkait.
Saat Tanggap Darurat
- Bantuan secara langsung tanpa melalui prosedur
normal
- Menyampaikan daftar jumlah personil, logistik,
peralatan, dan lokasi kegiatan.
- Penyampaian daftar jumlah personil, logistik, dan
peralatan dapat dilakukan sebelum, pada saat, atau
segera sesudah bantuan tiba di Indonesia.
- Persetujuan pemberian bantuan oleh Kepala BNPB
dan berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait.
- Bantuan dana disampaikan atau dikirimkan secara
langsung kepada BNPB, dengan memnuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan
 Pada tahap pra-bencana dan pasca-
bencana wajib menyesuaikan dengan
kebijakan penyelenggaraan PB &
dikoordinasikan oleh BNPB.
 Saat tanggap darurat - berada dibawah
komando BNPB.
 Lembaga internasional atau lembaga
asing nonpemerintah dapat berperan
serta dalam penanggulangan bencana
secara sendiri-sendiri, bersama-sama,
dan/atau bersama dengan mitra kerja dari
Indonesia.
 Kegiatan PB oleh lembaga int’l dapat
diberi kemudahan akses dan dilakukan
Kemudahan Akses
Status Keadaan Darurat Bencana
BNPB / BPBD mempunyai kemudahan
akses :
 Mengerahkan sumberdaya manusia
 Mengerahkan peralatan
 Mengerahkan logistik
 Imigrasi, cukai dan karantina
 Perizinan
 Pengadaan barang dan jasa
 Mengelola & pertanggungjawaban uang
dan/atau barang
 Penyelamatan
 Komando untuk memerintahkan
sektor/lembaga.
Pengawasan & Pelaporan
 BNPB melakukan pengawasan terhadap
peran serta lembaga int’l & lembaga
asing nonpemerintah dalam PB untuk
mengetahui aktivitas kegiatan.
 Ketentuan mengenai tata cara
pengawasan diatur dengan Peraturan
Kepala BNPB (telah ditetapkan Perka
BNPB 22/2010).
PERATURAN KEPALA BNPB 22 /
2010

tentang

Pedoman Peran Serta Lembaga


Int’l & Lembaga Asing
Nonpemerintah
pada Masa Tanggap Darurat
Ruang Lingkup
Pedoman
 Acuan bagi instansi pemerintah terkait
dan lembaga int’L dan lembaga asing
nonpemerintah pemberi bantuan
bencana pada masa tanggap darurat.

 Meliputi koordinasi, administrasi,


pengawasan, pengamanan dan
pengaturan ke luar-masuknya personil
dan barang bantuan untuk korban
bencana pada masa tanggap darurat.
Proses Penyusunan:
bersama inter-kementerian
• 27-28 Juli 2009: Loka Karya Aplikasi
Fasilitasi Peraturan dan Hukum
Domestik Internasional dalam Respon
Bencana untuk Bantuan Kemanusiaan
Int’l di Indonesia;
• 24-26 Nov. 2009: Lokakarya I
penyusunan draft pedoman pemberian
bantuan kemanusiaan int’l dalam
tanggap darurat di Indonesia;
• 15-17 Des. 2009: Lokakarya II
penyusunan draft pedoman pemberian
bantuan kemanusiaan int’l dalam
tanggap darurat di Indonesia;
• Konsultasi Publik (Komunitas
Internasional) 12 Agustus 2010.
Peserta Workshop
 BNPB
 TNI / POLRI / BIN
 Kementerian (Kes (POM), Dagri,
Kumham (Imigrasi), Keu (Bea
Cukai/Pajak, Pertanian (Karantina
Hewan), Setneg (KTLN),
Perhubungan/Bandara Soekarno-
Hatta), Pertahanan, Perdagangan, PT
JAS, LSM .
PERAN SERTA LEMBAGA INT’L & LEMBAGA ASING NON-
PEMERINTAH
PADA MASA TANGGAP DARURAT
BENCANA

LEMBAGA INT’L/
LEMBAGA ASING
Jika Pemerintah menerima BNPB POS TERPADU NON-
tawaran bantuan
kemanusiaan int’l dan/atau PEMERINTAH
jika bencana ditetapkan
sebagai bencana nasional
Form 1
Laporan
Respon Internasional Inisiasi/situas POS TERPADU
i Form 4 & 5
Surat
Surat
MULAI permintaan
penawaran
Form 2 bantuan/Pen
bantuan giriman dana
PENGELOLAAN

Form 3
ID Card Registrasi

Dokumen
Penerimaan pemasukan
Barang barang

Form 7 Form 6
Surat Pendistribusian Pengawasan
Terminasi barang dan Pelaporan
BERAKHIR dan ucapan
terima kasih
Operasi TD
Isi Pedoman
 DIMULAINYA BANTUAN
INTERNASIONAL
 PENGELOLAAN BANTUAN
INTERNASIONAL
 SANKSI
 BERAKHIRNYA BANTUAN
INTERNASIONAL
Latar belakang
1. Skala kecil dan menengah -- mampu
mengatasi, namun skala besar msh memerlukan
dukungan dan bantuan LI dan LANP
2. Empati internasional -- wujud komitmen
kemitraan dan kerjasama regional dan global
(Jumlah korban berskala besar)
3. LI & LANP diijinkan berperan serta jika
Pemerintah
menyatakan membutuhkan dan atau menerima
tawaran bantuan sesuai kebutuhan.
4. Cepat, tepat dan bermanfaat,.
Prinsip
 Menghormati kedaulatan
 Kesetaraan dlm bermitra dan
berkoordinasi,
 Sesuai budaya setempat
 Sesuai kebutuhan (barang maupun jasa)
 Tidak membedakan
 Menghormati dan melindungi martabat &
hak-hak korban
 Memberikan dampak positif
 LI & LANP hrs mandiri dlm memberikan
dan mendistribusikan
 Tidak melanggar hukum.
Dimulainya Bantuan Int’l
 INISIASI
- Pemicu masuknya bantuan Int’l
- Mekanisme masuknya bantuan Int’l
 PENYELENGGARAAN BANTUAN
- Pengkajian secara cepat & tepat
terhadap lokasi,
kerusakan & sumber daya
- Penyelamatan & evakuasi
- Pemenuhan kebutuhan dasar
- Perlindungan terhadap kelompok rentan
- Pemulihan dengan segala prasarana &
sarana
vital
Bantuan Internasional
 Inisiasi
- Kebijakan Pemerintah/Pernyataan Menerima
Bantuan
- Bantuan sesuai kebutuhan
- Jenis/jumlah bantuan hasil kaji cepat
BNPB/BPBD
- Surat Edaran BNPB: Laporan singkat bencana,
periode
tanggap darurat, informasi kebutuhan logistik,
peralatan,
tenaga ahli.
 Menetapkan Entry Point
 Pos Pendukung (BNPB & Instansi terkait)
Jenis Bantuan
 Bantuan dana dan hibah dikirim
langsung ke BNPB, administrasi
pencatatan sesuai ketentuan.
 Barang hibah hrs dikemas,
dikelompokkan, ditandai
dan alamat jelas
 Bantuan tenaga ahli, harus
memenuhi kualifikasi dan
didampingi oleh tenaga Indonesia.
Ketentuan Umum

 Harus mendapatkan ijin Pemerintah, koordinasi


melalui
BNPB
 Diberikan kemudahan akses dalam proses
pelayanan
keimigrasian, cukai dan karantina (personil
asing, logistik maupun peralatan
 Berhak menolak bantuan dr negara yg terkena
wabah
 Ada hubungan diplomatik
 Bantuan militer (personil, peralatan/pesawat
/kapal) harus mendapatkan Security Clearence
dari Kemenhan
Perijinan

Dapat diproses melalui Pos Pendukung, sedang diluar


masa tanggap darurat, prosesnya sesuai dg ketentuan
perUUan
Proses: PERSONIL
 Memberikan daftar personil, logistik dan peralatan – sebelum,
pd saat, segera setelah tiba di Indonesia
 Memenuhi kwalifikasi kebutuhan: Kesehatan, SAR, Konstruksi,
Komunikasi, tenaga ahli, penghubung dll
 Regristrasi personil dg lampirkan FC passport, visa, foto 4x6 dan
dasar penugasan
 Diberikan kemudahan akses dibid keimigrasian, visa, ijin masuk,
ijin tinggal terbatas dan ijin keluar
 Pos pendukung memberikan ID card dan dikembalikan setelah
menyelesaikan tugasnya
Perijinan Barang
 Menyampaikan daftar jumlah logistik, peralatan, dan lokasi
kegiatan -BNPB berkoordinasi dg Kemen/lembaga terkait
 Aset militer asing, ijin masuk mengacu pada paraturan
Mabes TNI
 Dilengkapi sertifikasi & dokumen persyaratan karantina
 Barang Impor :
- Diberikan pembebasan/penangguhan bea masuk dan
cukai, tdk
dipungut PDRI, kemudahan ijin, prosedur impor & ekspor
- Mengajukan permohonan kpd BNPB tentang hal tersebut
diatas
- Menyertakan: Manifest, Invoice, airway bill, surat hibah
dan certificate
of analysis
- Barang yg akan dibawa pulang kembali harus dilengkapi
dgn dokumen
re-ekspor
- Menjamin kualitas, kesesuaian dan keamanan makanan,
obat2an dg
masa kadaluarsa 2 tahun utk makanan 6 bulan
 Karantina :
Distribusi Barang
menjadi tanggungjawab Pemda

 Diserahkan ke Pemerintah/Pemda setelah


mendapat ijin masuk
 Bekerjasama dengan mitra kerja di
Indonesia
 Berkoordinasi dengan Posko induk dan
Pos
pendukung dalam pendistribusian barang
bantuan
Pengelolaan Bantuan

 Koordinasi (Rpt koordinasi sebagai sumber


informasi dgn instansi terkait, koord. Kaji
Cepat,
Cluster, dll
 Perlindungan & Keamanan
 Biaya
 Kewajiban (Pemerintah dibebaskan dari
kewajiban
membayar dan mengganti kerugian)
 Pengawasan & Pelaporan
Sanksi

Jika tidak memenuhi aturan yang


telah ditetapkan akan dikenakan
sanksi sesuai peraturan
perundangan-undangan
Berakhirnya Bantuan
 Bersamaan dg berakhirnya masa tanggap
darurat
 Memperhatikan perkembangan di daerah
 BNPB
bencana: maupun situasi nasional
- Membuat laporan singkat situasi &
kondisi
terakhir
- Kemajuan kegiatan tanggap darurat
- Menetapkan berakhirnya masa
tanggap
darurat
- Memberikan ucapan terima kasih
Manajemen SDM dan Logistik
Logistik
• Logistik mempunyai peran penting dalam upaya penanggulangan bencana, terutama pada
saat prabencana, kesiapsiagaan, dan respon penanganan bencana, untuk dapat
memastikan tujuh tepat,
yaitu:
• (1) tepat jenis bantuan barang;
• (2) tepat kuantitas;
• (3) tepat kualitas;
• (4) tepat sasaran;
• (5) tepat waktu;
• (6) tepat pelaporan; dan (7) tepat biaya.

Pengelolaan logistik yang efektif, efisien, dan andal menjadi faktor penting dalam
penanggulangan bencana.
Tujuan

• Tujauan kegiatan ini untuk memberikan pedoman sistem


manajemen logistik sampai pendistribusiannya, sehingga
didapatkan suatu sistem yang cepat, tepat, terpadu dan
akuntable.
• peningkatan keterampilan dan pengetahuan SDM dalam
pelaksanaan manajemen pergudangan. Hal ini untuk
mendorong terwujudnya tertib administrasi, sehingga
terwujudnya sistem yang cepat, tepat, terpadu dan
akuntabel dalam sistem manajemen logistik
penanggulangan bencana.
Lingkup Logistik Bantuan Kemanusiaan

• Manajemen bencana sering digambarkan sebagai proses


yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
• (1) mitigasi;
• (2) persiapan;
• (3) respon;
• (4) rekonstruksi.
ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB
• Penangan bencana tidak akan berhasil
dengan baik jika tidak didukung oleh
pengorganisasian baik pada level taktis
maupun pada level strategis
• Disetiap level organisasi harus dibentuk
organisasi tanggap darurat yang bentuk,
struktur dan tanggung
jawabnyadisesuaikan dengan kebutuhan
atau potensi risiko bencana yang dihadapi.
Organisasi tanggap darurat bencana
sekurang-kurangnya mengandung fungsi
atau unsur
1. Unsur komando yang bertanggung jawab
mengkoordinir seluruh fungsi manajemen
bencana yang ditetapkan.
2. Tim inti yang terdiri atas unsur :
penanggulangan, penyelamatan dan
evakuasi, penyelamatan material dan
unsur medis
3. Tim penunjang : logistik, transportasi,
keamanan, komunikasi, humas, unsur
SUMBERDAYA PENANGANAN BENCANA
• Pada saat keadaan darurat bencana, Kepala
BNPB dan kepala BPBD berwenang
mengerahkan sumber daya manusia,
peralatan, dan logistik dar instansi/lembaga
dan masyarakat untuk melakukan tanggap
darurat.
• Pengerahan sumber daya manusia,
peralatan dan
logistik meliputi permintaan, penerimaan dan
penggunaan sumber daya manusia,
peralatan, dan logistik.
SUMBERDAYA PENANGANAN BENCANA

• Pengerahan sumber daya manusia,


peralatan, dan logistik dilakukan untuk
menyelamatkan dan mengevakuasi korban
bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan
memulihkan fungsi prasarana dan sarana
vital yang rusak akibat bencana.
• Pengerahan sumber daya manusia,
peralatan, dan
logistik ke lokasi bencana harus sesuai
dengan kebutuhan.
PEMBINAAN DAN PELATIHAN

• Pelatihan sangat diperlukan baik untuk


petugas maupun untuk masyarakat yang
bakal terkena bencana
• Pendidikan dan pembinaan dilakukan
secara formal maupun informal dapat
melalui tokoh masyarakat, lembaga
pendidikan, media massa dan jalur lainnya.
TRIAGE
Definisi

TRIAGE
Berasal dari bahasa Francis yg berarti “pemilahan”. Jadi Triage
adalah proses pemilahan penderita berdasarkan tingkat kegawatan
& kebutuhan akan pertolongan life saving
Teori & Filosofi Triase :
pemilahan berdasarkan prioritas

Rencana penanganan situasi emergensi


sederhana: personil, ruang, sarana,
peralatan, suplai = sistem

"Terbaik untuk terbanyak" = kebijakan

Pasien prioritas adalah mereka yang


memiliki kemungkinan besar untuk selamat.
Tujuan dalam situasi dengan
jumlah korban banyak adalah :

MELAKUKAN YANG
TERBAIK UNTUK JUMLAH
TERBANYAK
Triase tidak dapat diorganisir secara ad
hoc (mendadak) Memerlukan perencanaan
• Persiapan sebelum krisis
• Pengorganisasian personil
• Pengorganisasian ruang /tempat
• Pengorganisasian sarana
• Pengorganisasian peralatan
• Pengorganisasian suplai
• Pelatihan
• Komunikasi
• Keamanan
Convergence reaction = relasi, teman &
orang-orang yang ingin tahu (terutama angkatan
bersenjata)
Dokumentasi Triase
• Masukkan informasi dasar : nama, waktu cedera,
penyebab cedera, first aid yang telah diberikan

• Tanda-tanda vital : Tensi, Nadi, respirasi, neuro

• Diagnosis : concise dan lengkap

• Kategori triase

• Urutan tindakan pre-operasi yang lengkap


“3T Principle”
Pos Medik lapangan

 Tag/Label

 Treat/Rawat

 Transfer/Evakuasi
Triage (ketenagaan)

Team SAR Tenaga non medis


Tenaga medis
Polisi/PMK Tenaga medis Team medis
Tenaga non medis
Relawan Team ambulance
Pos I Pos medis
Pos lapangan
Menjauhi bahaya Lanjutan/depan

RED AREA YELLOW AREA GREEN AREA OPD/IPD/OT etc

Triage I Triage II Triage III Triage IV


POS PELAYANAN MEDIS LANJUTAN

NON AKUT

NON Hitam Hijau


AKUT

AREA

TRIASE Evakuasi

AKUT

Merah Kuning

AKUT
Syarat Pelaksana Triage
1. Banyak pengalaman menangani
pasien luka luar, dll
2. Pengetahuan ttg pertolongan pada
saat bencana
3. Daya kepemimpinan, keputusan yg
tepat, dan kreatif
4. Kemampuan untuk berhumor
Kategori Triage
Tingkat Warna kode kategori Keadaan penyakit / luka
Kelompok Keadaan krisis nyawa, terlihat
utama utk gejala yg segera ditangani seperti
1 Ⅰ pengobatan saluran pernapasan tersumbat,
sesak napas, pendarahan, shock,
gangguan kesadaran, dll.

Kelompok Kelompok yg tidak bermasalah


yg bisa ditunggu beberapa jam. Vital sign-
2 Ⅱ menunggu nya stabil.
sementara
Kelompok Kebanyakan korban luka yg bisa
3 Ⅲ yg bisa berjalan kaki sendiri dan cukup
ditangguhkan dengan pengobatan jalan/kontrol.

Kelompok yg Semakin berkurang respons hidup


sudah mati / atau sudah meninggal
4 0 tidak bisa
diselamatkan
Metode Triage
(Metode START)
Simple Triage And Rapid Treatment

- Penilaian pertama tidak lebih


dari 30 detik / orang.
- Konsentrasi utk laksanakan
Triage, tidak lakukan
pengobatan
Arur Kerja Metode START
Anak 1-8th: Bisa
RINGAN
<15/min atau >40/min berjalan
atau pernapasan tidak
stabil dianggap PARAH. Pernapasan
Anak 1-8th:
Yes No
15
Jika pernapasannya
~40/min & Stabil, Bebaskan jalan napas
> 30/min < 30/min check peredaran darah.

check Peredaran Bernapas Tdk Bernapas


PARAH
PARAH MATI
Tdk ada denyut CRT Ada denyut nadi
nadi radialis radialis Anak: diagnosa
dengan respons
>2detik <2detik kesadaran terhadap rasa
PARAH
Ada respons sakit
perintah
Tidak ada Respons sederhana

PARAH SEDANG
Dasar Triage:

・Check pernapasan
・Check pernapasan lagi
sesudah menjaga arus pernapasan
・Check Peredaran (denyut nadi & Branch test)
・Check kesadaran
・Check respons
START Triage
Triage Tag/label
Triage Tag/label
Triage Tag/label
FLAGGING TAPE
Manajemen Resiko
Manajemen resiko bertujuan untuk mengurangi resiko
bencana

R = H X V/C

R = Resiko, potensi dampak dari suatu bencana


H = Hazard, kejadian atau peristiwa yang potensi menimbulkan kerusakan
infrastruktur, kehilangan jiwa dan kerusakan lingkungan
V = Vulnerability, kondisi fisik, sosial, ekonomi yang menurunkan
kemampuan dalam menghadapi bahaya
C = Capacity, penguasaan dan penggunaan teknologi, kekuatan
masyarakat, cara untuk mencegah, mempersiapkan diri, menanggulangi
dan mempertahankan diri menghadapi bahaya
Penanggulangan Resiko Bencana

Tahap 1 :
Asistensi --> Identifikasi --> Ploting --> Peta respon

Tahap 2 :
Rencana kontijensi

Tahap 3 :
Simulasi

Anda mungkin juga menyukai