DISCUSSION
C
Kelompok 28 D
Anggota
Addelin Sildferisa
Aprilla Sundari Cludya
Aulia Khatib
Dimas Candra Kusworo
Dinda Puan Rizka Wiranti
Faiz Chalidzar
Muhammad Ridho Bilhaq
Nadia Fathika
TERMINOLOGI
VARUS
Definisi
Gangguan perkembangan ekstremitas inferior
Klasifikasi
idiopatik : timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain
sindromik : sering menyertaigangguan neurologis dan neuromuskular, seperti spina bifi
da maupun atrofi muskular spinal.
fixed : jenis fl eksibel (dapat dikoreksi tanpa operasi)
Rigid : (membutuhkan terapi operatif, walaupun hal ini tidak sepenuhnya benar -
Ponseti).
Epidemiologi
AS : 1-2 kasus dalam 1000 kelahiran hidup
Laki : perempuan = 2:1.
Bilateral : 30-50% kasus.
Etiologi
1. Faktor mekanik intrauteri
Teori tertua oleh Hipokrates.
Kaki bayi ditahan pada posisi equinovarus karena kompresi eksterna uterus.
Oligohidramnion mempermudah terjadinya penekanan dari luar karena keterbatasan
gerak fetus.
2. Defek neuromuscular
3. Defek sel plasma primer
d. Perkembangan fetus terhambat
e. Herediter
f. Faktor-faktor eksternal : infeksi Rubella dan pajanan talidomid
g. Vaskular
Perfusi arteri tibialis anterior selama masa perkembangan muscle wasting di bagian
ipsilateral
Patofisiologi
a. Terhambatnya perkembangan fetus pada fase fi bular
b. Kurangnya jaringan kartilagenosa talus
c. Faktor neurogenik.
d. Telah ditemukan adanya abnormalitas histokimiawi pada kelompok otot peroneus pasien
CTEV.
Hal ini diperkirakan akibat perubahan inervasi intrauterin karena penyakit neurologis, seperti
stroke.
Teori ini didukung oleh insiden CTEV pada 35% bayi spina bifida.
d. Retraksi fibrosis sekunder karena peningkatan jaringan fibrosa di otot dan ligamen.
Pada penelitian postmortem, Ponsetti menemukan adanya jaringan kolagen yang sangat
longgar dan dapat teregang di semua ligamen dan struktur tendon (kecuali Achilles).
Sebaliknya, tendon Achilles terbuat dari jaringan kolagen yang sangat padat dan tidak
dapat teregang. Zimny dkk. menggunakan mikroskop elektron, menemukan myoblast pada
fasia medialis yang dihipotesiskan sebagai penyebab kontraktur medial.
e. Anomali insersi tendon (Inclan)
Teori ini tidak didukung oleh penelitian lain; karena distorsi posisi anatomis CTEV yang
membuat tampak terlihat adanya kelainan insersi tendon.
f. Variasi iklim
Robertson mencatat adanya hubungan antara perubahan iklim dengan insiden
CTEV. Hal ini sejalan dengan adanya variasi serupa insiden kasus poliomielitis
di komunitas. CTEV dikatakan merupakan sequela dari prenatal polio-like condition.
Teori ini didukung oleh adanya perubahan motor neuron pada spinal cord anterior bayi-
bayi tersebut.
Prinsip Diagnosis
Riwayat CTEV dan anomaly neuromuscular keluarga
Riwayat mielomeningokel dan artrogriposis.
Pemfis :
1. Periksa kaki bayi dalam keadaan tengkurap, sehingga bagian plantar dapat terlihat.
2. Periksa juga dengan posisi bayi supine untuk mengevaluasi adanya rotasi internal dan
varus.
3. Pergelangan kaki berada dalam posisi ekuinus dan kaki berada dalam posisi supinasi
(varus) serta adduksi.
4. Tulang navikular dan kuboid bergeser ke arah lebih medial.
5. Terjadi kontraktur jaringan lunak plantar pedis bagian medial.
6. Tulang kalkaneus tidak hanya berada dalam posisi ekuinus, tetapi bagian anteriornya
mengalami rotasi ke arah medial disertai rotasi ke arah lateral pada bagian posteriornya.
Prinsip Diagnosis
7. Tumit tampak kecil dan kosong; pada perabaan tumit akan terasa lembut (seperti pipi).
8. Sejalan dengan terapi, tumit akan terisi kembali dan pada perabaan akan terasa lebih
keras (seperti meraba hidung atau dagu). Karena bagian lateralnya tidak tertutup, maka
leher talus dapat dengan mudah teraba di sinus tarsalis. Normalnya leher talus tertutup oleh
tulang navikular dan badan talus.
9. Maleolus medialis menjadi sulit diraba dan pada umumnya menempel pada tulang
navikular.
10. Jarak yang normal terdapat antara tulang navikular dan maleolus menghilang.
11. Tulang tibia sering mengalami rotasi internal.
Radiologis
Adanya kesejajaran tulang talus dan kalkaneus.
Posisi kaki selama pengambilan foto radiologis sangat penting.
Posisi anteroposterior (AP) diambil dengan kaki fleksi terhadap plantar sebesar 30 dan
posisi tabung 30 dari keadaan vertikal.
Posisi lateral diambil dengan kaki fleksi terhadap plantar sebesar 30.
Gambaran AP dan lateral juga dapat diambil pada posisi kaki dorsofl eksi dan plantar
fleksi penuh. Posisi ini penting untuk mengetahui posisi relatif talus dan kalkaneus dan
mengukur sudut talokalkaneal dari posisi AP dan lateral.
Radiologis
Garis AP digambar melalui pusat dari aksis tulang talus (sejajar dengan batas medial)
serta melalui pusat aksis tulang kalkaneus (sejajar dengan batas lateral).
Nilai normalnya adalah antara 25-40.
Bila sudut kurang dari 20, dikatakan abnormal.
Garis anteroposterior talokalkaneus hampir sejajar pada kasus CTEV.
Seiring dengan terapi, baik dengan casting maupun operasi, tulang kalkaneus akan
berotasi ke arah eksternal, diikuti dengan talus yang juga mengalami derotasi.
Dengan demikian akan terbentuk sudut talokalkaneus yang adekuat.
Tatalaksana Non-Operatif
Pemasangan splint pada bayi berusia 2-3 hari.
Urutan koreksi yang akan dilakukan :
1. Adduksi kaki depan (forefoot)
2. Supinasi kaki depan
3. Ekuinus
Tatalaksana Non-Operatif
Usaha-usaha untuk memperbaiki posisi ekuinus di awal masa koreksi dapat
mematahkan kaki pasien, dan mengakibatkan terjadinya rockerbottom foot.
Tidak boleh dilakukan pemaksaan saat melakukan koreksi.
Tempatkan kaki pada posisi terbaik yang bisa didapatkan, kemudian pertahankan
posisi ini dengan :
-strapping diganti tiap beberapa hari
-gips diganti beberapa minggu sekali.
Dilanjutkan hingga dapat diperoleh koreksi penuh
atau sampai tidak dapat lagi dilakukan koreksi
Setelah pengawasan selama 6 minggu ketahui apakah jenis deformitas CTEV mudah
dikoreksi atau resisten komfirmas dengan X-ray
Tatalaksana Operatif
Posisi kaki terkoreksi dipertahankan selama beberapa bulan.
Indikasi tindakan operatif :
-kegagalan terapi konservatif ditandai dengan :
*deformitas menetap
*deformitas berupa rockerbotto foot
*kembalinya deformitas segera setelah koreksi dihentikan.
Komplikasi
Infeksi (jarang)
Kekakuan dan keterbatasan gerak: kekakuan yang muncul awal berhubungan
dengan hasil yang kurang baik.
Nekrosis avaskular talus: sekitar 40% kejadian nekrosis avaskular talus muncul pada
teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral.
Diagnosis Banding
Postural clubfoot
terjadi karena posisi fetus dalam uterus
dapat dikoreksi secara manual.
memberi respons baik pada pemasangan gips serial
jarang relaps.
Metatarsus adductus (atau varus)
deformitas tulang metatarsal saja.
Forefoot mengarah ke garis tengah tubuh, atau berada pada aposisi adduksi.
Abnormalitas ini dapat dikoreksi dengan manipulasi dan pemasangan gips serial.
Prognosis
50% kasus CTEV bayi baru lahir dapat dikoreksi tanpa tindakan operatif.
Tingkat kesuksesan teknik Ponseti (termasuk tenotomi tendon Achilles) : 89%.
Hasil terbaik didapatkan pada anak-anak yang dioperasi pada usia
lebih dari 3 bulan
PERTHES DISEASE
C
LEMPENG EPIFISIS TULANG
-Pusat pertumbuhan tulang & Menutup umur 17-18 tahun
a. Stop Growth
b. Dis Growth
c. Over Growth C
GANGGUAN PERTUMBUHAN
EPIFISIS
-Trauma fraktur epifisis
-Non trauma
X Gangguan kongenital Dwafirsme
Non Trauma
C
Legg-Calve-Perthes Disease
-
PERDARAHAN KAPUT FEMORIS
a.v teres femoris
-Pria : Wanita = 4 :1
-Bilateral 10-15%
berdegenerasi
deformitas
Gejala klinis
-Nyeri panggul
-Ggn Abduksi
Catterall )
Crescent
-Group I : 25 % sign
-Group II : 50 %
-Group III : 75 %
-Obat-obatan
-Kerusakan luas
-Umur dewasa
DD
TB Sendi Panggul (Coxitis tbc)
-Mulai pengobatan
-Good : Jika pengobatan mulai umur <5 tahun.
F.Risk :
Riwayat keluarga dg defek neural tube
Penggunaan obat-obat anti kejang
Overweight berat
Demam tinggi pd awal kehamilan
Diabetes mellitus
Patogenesis
Klasifikasi
Tipe Malformasi Spina Bifida :
Spina bifida okulta
Spina bifida kistika
Spina bifida dg meningokel
Spina bifida dg meningomielokel
Spina bifida dg mielokisis/rakiskisis
Spina Bifida Occulta
Jenis paling Ringan
Lengkung-lengkung vertebranya dibungkus oleh kulit
yg biasanya tidak mengenai jaringan saraf yg ada
di bawahnya.
Tidak trjadi herniasi meninges pada defek vertebrae
Cacat di daerah lumbosakral ( L4 S1 )
Biasanya ditandai dengang plak rambut yg
menutupi daerah yg cacat.
Tidak disertai gejala neurologik
Spina Bifida Kistika
Terbagi 2 :
1. Meningokel :
Yaitu jenis SB yg kehilangan lamina vertebrae dan isi kanalis vertebrae tsb
prolaps membentuk defek berupa kantung pada menings berisikan CSF
2. Meningomielokel
Jenis sb mirip dengan meningokel, dengan defek kantung berisikan korda
spinalis dan akar saraf
Manifestasi Klinis
Adanya Kantung (sakus) sejak lahir
Sakus tsb tidak tembus cahaya jk disinari
Inkotinensia urin (bladder & bowel control problem )
Paralisis / kelemahan pada pinggul,tungkai,kaki
Ada pigmentasi dan tumbuh rambut di daerah spina
Diagnosis
Anamnesis : mll analisa riwayat kesehtan individu, keluarga,
dan gejala abnormal selama kehamilan
Pemeriksaan Fisik :
Memeriksa tanda spina bifida pada pasien
1. Asimptomatik / tdak
2. Ada / tidaknya Defek berbentuk pigmentasi, berkas
rambut
3. Ada/Tidaknya gangguan jaringan neural
4. Paralisis tubuh bawah / tidak
Dll
Pem.Penunjang (prenatal) :
1. Triple Screening Ibu hamil pada trimester pertama
AFP, USG tl.Belakang janin, & Amniosentesis
Tatalaksana
Multidisiplin : Bedah Saraf, ortopedi, Urologi, Fisioterapi,
Pediatric
Sindaktili
Gambaran klinis
Polidaktili
Tatalaksana
Syndactili : pembedahan 3-6 bulan (jempol dan telunjuk) dan 12-16 bulan (jari tengan
dan manis).
Polidactili : pembedahan 1,5-2,5 tahun
MARFAN
SYNDROME
C
Definisi
Spectrum of disorder karena defek genetik yang mengenai jaringan ikat dan melalui
autosomal dominant transmission.
Epidemiologi
1 in 5000 sampai 2-3 in 10000 persons.
Etiologi
Mutasi gen fibrillin (FBN1) yang terletak di kromosom 15q21.1
Patogenesis
Mutasi daru gen fibrillin mengakibatkan gangguan produksi fibrilin. Struktur dan fungsi
fibrilin terganggu dan mempengaruhi residu sistein dalam mikrofibril. Struktur dan fungsi
fibrilin digantikan oleh lipatan protein abnormal kerena adanya perubahan ikatan
antara residu sistein. Yang menyebabkan produksi mikrofibril tidak sempurna.
Manifestasi klinis
Tinggi
Long thin limbs
Long thin face
Sternal defect (pectus excavatum/carinatum)
Hiperfleksibilitas sendi
Dilatasi ascending aorta
Diseksi ascending aorta
Dislokasi lensa mata
Tatalaksana
Medical untuk mengatasi kardiovaskular kompromise.
Surgical untuk mengoreksi komplikasi seperti diseksi aorta, regurgitasi
mitral,etc.