Sistem Medis Barat Dan Non Barat
Sistem Medis Barat Dan Non Barat
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan kepada kami dalam penusunan makalah “Antropologi
Kesehatan: Sistem Medis Barat dan Non Barat” ini sampai tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang menjadi
panutan terbaik bagi seluruh alam.
Pertama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Baik dengan bantuan moril maupun
materil. Dalam makalah ini kami membahas secara singkat mengenai sistem medis
barat dan non barat. Di mana kedua sistem ini memang menjadi sistem yang sangat
banyak digunakan oleh seluruh manusia di dunia, dalam rangka usaha penyembuhan
penyakit-penyakit yang mereka alami selama ini. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, penyusun
berharap para pembaca memberikan masukan, pesan dan kritik yang dapat kami
gunakan sebagai perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah wawasan para pembaca,
terutama mahasiswa dan masyarakat luas pada umumnya.
Penyusun
5 Oktober 2012
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
A. Pengertian sistem medis menurut para ahli................................. 2
B. Pengertian sistem medis secara umum............................................ 2
C. Sistem medis non barat.............................................................................. 2
Dunn mengatakan bahwa sistem medis adalah pola-pola dari pranata-pranata sosial
dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan
kesehatan, meskipun hasil dari tingkah laku khusus tersebut belum tentu menghasilkan
kesehatan yang baking diharapkan dan sesuai dengan y (Dunn 1976:135).
Saunders (154:7) menambahkan bahwa sistem medis sebagai suatu kompleks luar
dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap,
adat-istiadat, upacara-upacara, dan lain-lain. Karena keharusan, manusia mau tidak
mau senantiasa menaruh perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sejauh batas pengetahuannya mencari
penyelesaian masalah-masalah penyakit (Rubin; 1960).
Secara umum, sistem medis adalah segala kepercayaan dalam usaha untuk
meningkatkan kesehatan dan tindakan pengetahuan ilmiah maupun keterampilan
anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.
1. Natural Illnesses (penyakit – penyakit alamiah). Penyakit alamiah ini dibagi atas 2 yaitu:
a. Penyakit yang disebabkan serangan unsur (agents) alami seperti hujan
b. Penyakit yang disebabkan kiriman Tuhan atau hukuman Tuhan atas dosa manusia.
Penyakit ini tidak dapat disembukan oleh obat – obatan modern
2. Unnatural Illnesses
Penyakit ini disebabkan campur tangan kekuatan setan (demons) dan iblis (evil) yang
masuk kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disbabkan iblis dan setan ini juga dapat
berbentuk penyakit alamiah. Dalam pembagian ini antara Natural dan Unnatural
Illnesses terdapat kesamaan. Penyakit – penyakit yang disebabkan faktor alamiah dan
penyakit yang disebabkan setan (demon) dan iblis (evil) sama – sama tidak dapat
disembuhkan dngan obat – obatan modern. Akan tetapi jika iblis atau setan yang
berperan, maka penyakit dianggap tidak ilmiah. Sedangkan menurut Foster dan
Anderson (1986:63) membagi sistem kesehatan berdasarkan kepercayaan dan
penjelasan tetang sebab – sebab penyakit atas 2 (dua) cara yaitu:
a. Personalistik yaitu yang disebabkan campur tangan dari agen – agen tertentu yang
dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhlukyang bukan
manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk manusia (tukang
sihir atau tenung)
b. Naturalistik yang terjadi akibat adanya gangguan ketidak seimbangan didalam tubuh
manusia atau antara tubuh manusia dan lingkungannya. Seperti panas, dingin, cairan
tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut usia
dan kondisi individu.
lain yang bukan pengobatan barat modern yang tidak menggunakan peralatan medis
(Agoes, 1992:60). Menurut Ortiz dalam pengambilan keputusan (Decision Making
Process) bahwa keputusan itu bersifat rasional ketika keputusan tersebut diambil.
Pengambilan keputusan tesebut berbasic individu maksudnya pengambilan keputusan
seseorang mengenai sesuatu hal berasal dari orang tersebut sendiri yang diambil
berdasarkan pengalaman-pengalaman seseorang.
Kekuatan-kekuatan dari sistem medis non barat dapat secara tepat di masukan di
bawah kategori pendukung psikososial dan dalam kategori tindakan-tindakan
klinis,terutama farmakopea pribumi.Para ahli antropologi yang telah memikirkan
pertanyaan-pertanyaan itu dan sekelompok psikiater pada kategori yang disebut
pertama,dan bukan pada kategori terakhir.Hal ini mungkin di sebabkan oleh kenyataan
bahwa pada jangkauan paling luas dari pada yang terdapat di Barat.Seperti yang telah
kita lihat penyakit dalam masyarakat-masyarakat tradisional,paling sedikit,penyakit
yang gawat,menunjukan disfungsi tidak hanya dalam tubuh si pasien namun juga yang
berhubungan dengan masyarakatnya,dan mungkin pula,disfungsi yang terdapat
masyarakat itu sendiri. Kerangka pemahaman hubungan manusia-lingkungan inililah
yang menjadi dasar bagi begitu banyak masyarakat non barat umtuk memandang
penyakit,yang menjelaskan,mengapa peranan penyembuh yang kuat(shaman atau
dukun sihir)di terima secara jauh lebih luas dari peran dokter.Penyembuh biasanya
bukan sekedar orang yang menyembuhka,yang trampil dalam cara-cara menangani
gejala-gejala.
psikologis yang diharapkan dapat di penuhi oleh system non barat,maka dalam
perkiraan kebnyakan ahli antropologi,system system medis non barat adalah cukup
baik sebagai pranata budaya yang adaptif yang mendorong kesejateraan masyarakat-
masyarakat yang bersangkutan.
Apabila kita menoleh khususnya pada aspek-aspek klinis pengobatan non Barat,kita
akan menemukan serangkaian pendapat yang luas di kalangan para ahli antropologi
dan ahli lainya tentang efektivitas.Suatu pendapat yang tegas dari mereka yang percaya
bahwa pengobatan non barat juga merupakan pengobatan yang efektif dalam aspek-
aspek klinisnya,di kemukakn oleh dokter ahli etnologi Ackerknecht,yang menulis
mengenai suatu presentasi yang menakajubkan dari daun-daunan,kulit-kulit kayu dan
akar-akaran yang di gunakan oleh penduduk pribumi. Farmakopea kita sangat
berhutang pada masyarakat sederhana (Ackerknecht 1971:17).Ia mendaftar kinia
sebagai obat khas oleh orang Indian di Amerika Selata.Picrotoxine(sejenis perangsang
yang kuat terhadap pusat system pernafasan dan lainya ke dalam daftar ini,Huard
menambahkan ephrdrinr,strihine,curare,minyak chalmoogrs dan rauwolfia sebagai
suatu jenis obat penenang(Huard 1969:216). Namun ada asumsi bahwa metode-metode
pemeriksaan yang di gunakan oleh para ahli ramuan tradisional tidak berbeda secara
kwalitatif dari apa yang di pakai dalam penelitian medis masa kini, kami rasa tidak rsa
tidak memuaskan dalam suatu segi lain lagi misalnya :
1. Masih belum banyaknya uji klinik mengenai obat tradisional tersebut
2. Standar dari bahan tidak baku, sering berubah baik takaran atau ramuannya.
3. Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
4. Efek farmakologisnya lemah
contohnya :
1. Didalam Kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit itu
juga ada zat anti untuk menekan dampak negatif tersebut.
2. Pada perasan air tebu terdapat senyawa saccharant yang ternyata berfungsi sebagai anti
diabetes. Maka untuk penderita diabetes (kencing manis) bisa mengkonsumsi air
perasan tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian
dari tebu.
Banyak kesalahan dibuat karena penggunaan yang tidak tepat dari sebagian obat
bius. Misalnya dalam penggunaan Mercury dan berbagai metal berat lainnya
yang dapat menimbulkan bahaya.Glaukoma yang disebabkan oleh sejenis candu
(poppy) yang dimasukan kedalam obat tradisional di India dan Pakistan.Penambahan
minuman keras Gordon’s gin kedalam obat yang digunakan untuk kejang – kejang pada
anak kecil di daerah Afrika teryata mengandung campuran nikotin yang keras, yang
dalam jumlah besar dapat menekan aktivitas otak. Anak – anak yang dibawa ke rumah
sakit setelah menerima pengobatan ini dalam dosis yang berlebihan sering tidak
sadarkan diri.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Foster, George M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan. Jakarta: UI Press.
Shandra. 2011. Sistem Medis dalam Kacamata Sosial-Budaya. Diakses pada tanggal 25 Maret
2012 darihttp://shandrarizal.blogspot.com /2011/01/ sistem-medis-dalam-kacamata-
sosial.html.
Ahira, Anne. _. Sistem Medis: Sebuah Cara Mencari Kesembuhan. Diakses pada tanggal 25
Maret 2012 darihttp://www.anneahira.com/sistem-medis.htm.
Bayu. 2011. Etiologi Penyakit. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2012 dari
http://krokofdoctor.wordpress.com/2011/05/21/etiologi-penyakit/.
Latar Belakang
Setelah leluhur-leluhur primata kita berevolusi menjadi makhluk manusia, banyak macam
penyakit yang mereka bawa, disamping penyakit-penyakit baru yang mereka peroleh, hal itu
tidak lagi berupa fenomena biologis semata-mata, karena penyakit-penyakit ini juga
mempunyai dimensi sosial dan budaya. Bagi masyarakat dunia, penyakit dapat mengancam
secara besar-besaran, tidak hanya pada keamanan biologis si penderita dan sesamanya, juga
pada kehidupan sosial dan ekonomi kelompok yang bersangkutan.
Sebagai contoh yaitu masih adanya diskriminasi sosial terhadap orang yang menderita
penyakit kusta di Indonesia. Penyakit ini dianggap sebagian masyarakat Indonesia sebagai
penyakit kutukan dan menjijikkan. Sehingga para penderitanya dikucilkan dan dan
diasingkan. Hal ini secara tidak langsung menjatuhkan hukuman mati sosial kepada mereka
sebelum mati secara fisik. Hal demikian tentu dipandang melanggar hak asasi manusia.
Definisi Sistem Medis
Pembahasan dalam sistem medis memfokuskan pada masalah-masalah orang sakit, teori-teori
etiologi, teknik-teknik pengobatan, stategi adaptasi sosial yang melahirkan sistem-sistem
medis, tingkah laku serta bentuk-bentuk kepercayaan yang berlandaskan budaya yang timbul
sebagai respons terhadap ancaman yang disebabkan oleh penyakit. Pembahasan mengenai
masalah orang sakit, teori etiologi, dan teknik pengobatannya muncul dikarenakan adanya
penyakit yang tidak mampu ditangani oleh masyarakat. Dan bentuk pranata-pranata sosial
dan tradisi-tradisi budaya berupa tingkah laku manusia itu sendiri bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan manusia.
Dengan adanya ketidakmampuan keterampilan manusia dalam menangani penyakit untuk
menyembuhkannya, maka munculah perilaku adaptif yang merupakan upaya preventif dari
penularan kuman-kuman dan virus. Terdapat dua perilaku adaptif yang nanti akan dikupas,
yakni perilaku adaptif sosial dan perilaku adaptif baru.
Sistem Medis sebagai Strategi Adaptasi Sosial Budaya
Strategi adaptasi ini dilakukan karena ketiadaan keterampilan untuk menyembuhkan penyakit
sehingga memilih jalan dengan melakukan preventif dengan menjauhkan diri atau lari dari si
sakit dalam usaha untuk melundungi diri dari ancaman infeksi penyakit. Hal ini secara tidak
langsung memunculkan artian menjatuhkan hukuman mati sosial kepada penderita sebelum
mereka mati secara fisik.
Disini tampak bahwa penyakit tidak lagi berupa fenomena biologis semata, tetapi juga
mempunyai dimensi sosial dan budaya.
Sistem Medis sebagai Perilaku Adaptif Baru
Strategi adaptasi ini merupakan tingkah laku adaptif baru yang didasari oleh logika dan rasa
kasih sayang. Dalam hal ini manusia berusaha untuk menyembuhkan si sakit dan menaruh
perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta tampak adanya usaha manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sejauh batas pengetahuannya dan mencari solusi
terhadap masalah-masalah penyakit.
Dalam kehidupannya manusia memiliki aktivitas-aktivitas tersendiri yang kemudian
melahirkan peranan. Terdapat dua macam peranan , yaitu peran wajib dan peran yang
diharapkan, dimana dalam menjalankan peranan masing-masing, tiap individu memiliki rasa
saling terkait dalam hubungan dukung-mendukung dan ketergantungan.
Contoh kegiatan saling mendukung dalam ketergantungannya ini tercermin dalam kegiatan
penduduk Iban di Kalimantan, di mana upacara-upacara pengobatan tidak hanya melibatkan
keluarga si sakit, tetapi juga melibatkan seluruh penghuni rumah panjang yang jumlahnya
dapat mencapai 12 unit keluarga. Dalam upacara tersebut semua penghuni secara langsung
terlibat dalam masalah si sakit, serta masing-masingnya mempunyai kewajiban-kewajiban
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan bagi upacara penyembuhan, dan seringkali harus
mentaati pantangan-pantangan tertentu setelah upacara, agar pasien tetap sembuh.
Dalam contoh tersebut menggambarkan aktivitas masyarakat dalam menjalankan peran
masing-masing yang saling mendukung dalam ketergantungan, di mana si “orang sakit”
memiliki hak-hak tertentu dan mengharapkan bentuk-bentuk tingkah laku dari orang lain
dengan siapa ia berinteraksi. Dan masyarakat memiliki kepentingan utama mereka juga agar
pasien sembuh dan tidak kehilangan anggota-anggotanya yang sakit.
Contoh tadi di atas mencerminkan perilaku adaptif baru, hal tersebut ditunjukkan dengan
anggota kelompok yang berusaha memulihkan si sakit agar ia dapat kembali memenuhi
peranan kewajiban-kewajiban normalnya dalam masyarakat. Namun dalam perilaku adaptif
baru ini juga memperhitungkan faktor-faktor “untung-rugi” yang diukur dengan faktor
kegunaan si sakit bagi kelompoknya.
Teori Penyakit dan Sistem Perawatan Kesehatan
Sistem medis dapat dibagi ke dalam dua kategori besar, yaitu sistem teori penyakit dan sistem
perawatan kesehatan.
1. Sistem Teori Penyakit
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik.
Penyebab Naturalistik
Penyebab bersifat naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang
dianut pengobat tradisional sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta
gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar,
nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap
sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya
orang yang sehat.
Penyebab Personalistik
Sedangkan konsep personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Sistem teori penyakit merupakan suatu sistem ide konseptual yang berkenaan dengan
penjelasan mengenai hilangnya kesehatan, mengenai gangguan keseimbangan antara unsur
panas-dingin dalam tubuh, atau kegagalan pertahanan imunologi organ manusia terhadap
agen-agen patogen seperti kuman-kuman dan virus. Ide konseptual dalam teori penyakit
menyangkut tentang tiga ahal. Yaitu klasifikasi, penjelasan, serta sebab dan akibat.
Terdapat suatu struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk memudahkan
kita dalam pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan peranan dan kewajiban-
kewajiban antara pasien dan penyembuh. Beberapa unsur universal dalam sistem medis
adalah sebagai berikut:
Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-pola kebudayaan.
Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat sangat terjalin erat
dengan magis dan religi, di mana sebagian masyarakat masih mempercayai mitos dan
makhluk-makhluk lain yang mendatangkan penyakit, serta adanya pantangan-pantangan yang
didapat dari sesepuhnya.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di
Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak
yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
"kantong kering" (tidak punya uang).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan kedua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain.
Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka
terhadap penyebab sakit.
Dari pandangan budayam penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa
menjalankan peran normalnya secara wajar, dan harus dilakukan sesuatu terhadap kondisi
tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu konsep
patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap munculnya penyakit
disebabkan oleh intervensi suatu aagen aktif yang dapat berupa makhluk atau bukan manusia.
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagaisuatu konsep patologi atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Suatu penyakit menjadi penting secara sosial hanya apabila diidentifikasikan sebagai
penyakit (illness) dalam masyarakat yang ditentukan oleh endemik penyakit tersebut dalam
suatu daerah. Hal ini juga berkaitan dengan persepsi masyrakat di daerah endemik tersebut.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah
sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal
terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa
gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat
berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit
tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik
daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh
penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai
penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun.
Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman
berbisa, binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi–jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
Segi-segi pencegahan umumnya dilakukan dengan upaya preventif dari tindakan individu itu
sendiri, dan tindakan ini merupakan tingkah laku individu yang secara logis mengikuti
konsep tentang penyebab sakit, menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, dan tentang apa yang
harus dilakukan untuk menghindari penyakit itu. Apabila penduduk percaya bahwa penyakit
terjadi karena dikirim oleh dewa-dewa atau leluhur yang marah untuk menghukum suatu dosa,
maka prosedur untuk melakukan upaya preventifnya adalah dengan pengakuan dosa.
Contoh nyata dalam masyarakat di beberapa daerah, yaitu penyakit kejang-kejang di mana
masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan
oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu
jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan
bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring. Contoh lain adalah penyakit campak yang
dalam asumsi masyarakat mengatakan bahwa Penyebabnya adalah karena anak terkena panas
dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya
dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau
memberikan daun suwuk,
Walaupun banyak praktik-praktik “pencegahan” ala pribumi tidak lebih dari mitos atau
tahayul, namun beberapa tindakan memberikan hasil, walaupun tidak untuk alasan yang
diasumsikan. Namun hal demikian juga termasuk dalam upaya preventif di mana tindakan
tersebut dilakukan untuk mencegah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, George M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan.
Jakarta: UI Press.
Koentjaraningrat. 1985. Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan Kesehatan. Jakarta:PT
Gramedia.
Sudarti, 1987
Zainal, Nizar Abidin. Laporan Penelitian Pengobatan Tradisional Daerah Bandung. Disajikan
pada Lokakarya II tentang Penelitian Pengobatan Tradisional. Ciawi, 22-24 Februari 1993.