Anda di halaman 1dari 21

Sistem medis Barat dan Non Barat

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan kepada kami dalam penusunan makalah “Antropologi
Kesehatan: Sistem Medis Barat dan Non Barat” ini sampai tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang menjadi
panutan terbaik bagi seluruh alam.
Pertama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Baik dengan bantuan moril maupun
materil. Dalam makalah ini kami membahas secara singkat mengenai sistem medis
barat dan non barat. Di mana kedua sistem ini memang menjadi sistem yang sangat
banyak digunakan oleh seluruh manusia di dunia, dalam rangka usaha penyembuhan
penyakit-penyakit yang mereka alami selama ini. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, penyusun
berharap para pembaca memberikan masukan, pesan dan kritik yang dapat kami
gunakan sebagai perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah wawasan para pembaca,
terutama mahasiswa dan masyarakat luas pada umumnya.

Penyusun
5 Oktober 2012

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
A. Pengertian sistem medis menurut para ahli................................. 2
B. Pengertian sistem medis secara umum............................................ 2
C. Sistem medis non barat.............................................................................. 2

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 10


Kesimpulan........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11


BAB I
PENDAHULUAN

Sejak manusia mengalami sakit, ia pun berusaha untuk mencari kesembuhan.


Ada berbagai cara manusia untuk mendapatkan kesembuhan agar bsa menjadi manusia
sehat seperti sediakala. Maka sejak itu pula ditemukan berbagai sistem medis yang
berbeda di setiap kondisi zaman.

Manusia sangat menyadari bahwa kondisi sakit merupakan kondisi yang


membuat hidupnya menderita. Maka dari itu, kesadaran ini membuat manusia mencari
berbagai cara untuk mencari kesembuhan terhadap segala penyakit. Namun, terkadang
sistem medis yang salah dapat membuat manusia menjadi semakin sakit.

Pembahasan dalam sistem medis memfokuskan pada masalah-masalah orang


sakit, teori-teori etiologi, teknik-teknik pengobatan, stategi adaptasi sosial yang
melahirkan sistem-sistem medis, tingkah laku serta bentuk-bentuk kepercayaan yang
berlandaskan budaya yang timbul sebagai respons terhadap ancaman yang disebabkan
oleh penyakit. Pembahasan mengenai masalah orang sakit, teori etiologi, dan teknik
pengobatannya muncul dikarenakan adanya penyakit yang tidak mampu ditangani oleh
masyarakat. Dan bentuk pranata-pranata sosial dan tradisi-tradisi budaya berupa
tingkah laku manusia itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem medis menurut para ahli

Dunn mengatakan bahwa sistem medis adalah pola-pola dari pranata-pranata sosial
dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan
kesehatan, meskipun hasil dari tingkah laku khusus tersebut belum tentu menghasilkan
kesehatan yang baking diharapkan dan sesuai dengan y (Dunn 1976:135).

Saunders (154:7) menambahkan bahwa sistem medis sebagai suatu kompleks luar
dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap,
adat-istiadat, upacara-upacara, dan lain-lain. Karena keharusan, manusia mau tidak
mau senantiasa menaruh perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sejauh batas pengetahuannya mencari
penyelesaian masalah-masalah penyakit (Rubin; 1960).

B. Pengertian sistem medis secara umum

Secara umum, sistem medis adalah segala kepercayaan dalam usaha untuk
meningkatkan kesehatan dan tindakan pengetahuan ilmiah maupun keterampilan
anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.

C. Sistem medis non barat

Pengetahuan masyarakat terhadap fenomena penyakit dan pengobatan system


non barat dengan pandangan para ahli.
Laudel F Snow (dalam Henderson, 1981:83 – 85) mengatakan bahwa
fenomena penyakit di masyarakat dibagi atas 2 (dua) hal, yaitu:

1. Natural Illnesses (penyakit – penyakit alamiah). Penyakit alamiah ini dibagi atas 2 yaitu:
a. Penyakit yang disebabkan serangan unsur (agents) alami seperti hujan
b. Penyakit yang disebabkan kiriman Tuhan atau hukuman Tuhan atas dosa manusia.
Penyakit ini tidak dapat disembukan oleh obat – obatan modern

2. Unnatural Illnesses
Penyakit ini disebabkan campur tangan kekuatan setan (demons) dan iblis (evil) yang
masuk kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disbabkan iblis dan setan ini juga dapat
berbentuk penyakit alamiah. Dalam pembagian ini antara Natural dan Unnatural
Illnesses terdapat kesamaan. Penyakit – penyakit yang disebabkan faktor alamiah dan
penyakit yang disebabkan setan (demon) dan iblis (evil) sama – sama tidak dapat
disembuhkan dngan obat – obatan modern. Akan tetapi jika iblis atau setan yang
berperan, maka penyakit dianggap tidak ilmiah. Sedangkan menurut Foster dan
Anderson (1986:63) membagi sistem kesehatan berdasarkan kepercayaan dan
penjelasan tetang sebab – sebab penyakit atas 2 (dua) cara yaitu:
a. Personalistik yaitu yang disebabkan campur tangan dari agen – agen tertentu yang
dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhlukyang bukan
manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk manusia (tukang
sihir atau tenung)
b. Naturalistik yang terjadi akibat adanya gangguan ketidak seimbangan didalam tubuh
manusia atau antara tubuh manusia dan lingkungannya. Seperti panas, dingin, cairan
tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut usia
dan kondisi individu.

Dalam hal ini pengobatan alternatif termasuk dalam naturalistik karena


penyakitnya disebabkan oleh gangauan ketidak seimbangnya didalam tubuh manusia
tetapi dalam pengobatannya terdiri atas pengobatan tradisional ditambah pengobatan

lain yang bukan pengobatan barat modern yang tidak menggunakan peralatan medis
(Agoes, 1992:60). Menurut Ortiz dalam pengambilan keputusan (Decision Making
Process) bahwa keputusan itu bersifat rasional ketika keputusan tersebut diambil.
Pengambilan keputusan tesebut berbasic individu maksudnya pengambilan keputusan
seseorang mengenai sesuatu hal berasal dari orang tersebut sendiri yang diambil
berdasarkan pengalaman-pengalaman seseorang.

Keesing (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang berada dikepala seseorang


merupakan hal yang sudah ada atau terlukiskan dibenak orang tersebut, dimana
pengetahuan ini akan membatu orang tersebut untuk bertindak lebih lanjut, dan
mengantikan budaya sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang isinya adalah
seperangakat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterprestasikan lingkungan yang dihadapinya dan untuk
menolong serta menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan. Sistem pengetahuan
dapat dibagi 2 (dua), yaitu :
1. Sistem pengetahuan realita, yaitu pandangan atau penafsiran terhadap suatu objek
yang didasarkan kepada realitas suatu fenomena yang dapat dikaji secara ilmiah dan
secara material dapat terasa.
2. Sistem pengetahuan non realitas yaitu pandangan atau penafsiran terhadap sesuatu
objek yang didasarkan pada sifat tahayul atau mitos yang berkembang dalam suatu
kelompok masyarakat setempat (Noerhadi dalam Alfian, 1985: 209)
Pengetahuan masyarakat dalam memilih penyembuhan penyakitnya diperoleh dari
pengalaman serta dorongan lingkungannya yang menghasilkan tingkah laku yang
disebut juga dengan budaya (Spradley, 1980). Kebudayaan menentukan sesuatu
dapat dikatakan sebagai penyakit atau sesuatu itu tidak dianggap sebagai suatu
penyakit. Pendefinisian penyakit dalam suatu masyarakat dan kebudayaan berbeda –
beda, adanya pendefinisian yang berbeda–beda ini terjadi karena dipengaruhi oleh letak
geografis, kondisi alam dan lingkungan, makanan, pola makan serta kebiasaan makan.

Dengan demikian kebudayaan atau tidak akan ditentukan oleh pengklasifikasian


objek-objek tersebut kedalam unsur-unsur kebudayaan. Wilson (1966:51) mengatakan
bahwa kebudayaan adalah pengetahuan yang ditransmisi dan disebarkan sedara
tradisional baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercermin dalam
tindakan (act) dan benda-benda hasil karya manusia (artefact).
Melalui pengamatan dan penelitian yang terus berkembang yang didapat dari
berbagai informasi maka, ditentukanlah struktur kebutuhan atau motif yang terdapat
pada orang yang mengamati. Jadi, sebenarnya motif kita melalui minat dan perhatian
terhadap segala sesuatu yang bersifat tradisional mempunyai peranan besar dalam
menentukan apa yang kita lihat, dengar, amati dilingkungan kita (Berungen, 1986:146).
Kalangie (1994:25) mengatakan bahwa sistem perawatan kesehatan adalah usaha
memelihara kesehatan mencakup berbagai kegiatan yang satu dengan lainnya berkaitan
dan merupakan respons – respons terhadap penyakit dan yang terorganisasi secara
sosial budaya dalam setiap masyarakat. Sedangkan menurut Foster dan Anderson
(1986:46), sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan
interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Fungsi yang
terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilitasi sumber
– sumber daya pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyetarakan
mereka dalam mengatasi masalah tersebut.
Penyakit adalah merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa
menjalankan peran normalnya secara wajar dan, bahwa harus dilakukan sesuatu
terhadap situasi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease)
sebagai suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan
(George M.Foster, 1986:50). Kepercayaan suatu masyarakat terhadap sebab suatu
penyakit adalah sangat penting dalam menentukan tindakan penyembuhan (cure) yang
dipilih.
Helman (1984:75 – 76) membagi atas 4 pandangan manusia tentang sebab suatu
penyakit. Keempat lingkungan penyebab penyakit tersebut saling berhubungan satu
dengan lainnya yaitu :The Supernatural world,the social world.the natural world,the
patient world. Etiologi penyakit ini dipengaruhi oleh nilai yang dianut oleh seseorang.
Jika suatu masyarakat cendrung menganggap penyakit yang disebabkan oleh
etiologi sosal dan supernatural, maka masyarakat ini adalah masyarakat yang masih
tradisional. Masyarakat dalam tipe ini adalahmasyarakat non barat yang akan
mengambil tindakan pengobatan dan kekuatan magis.

D. Aspek positif dari berbagi pengobatan non barat.

Kekuatan-kekuatan dari sistem medis non barat dapat secara tepat di masukan di
bawah kategori pendukung psikososial dan dalam kategori tindakan-tindakan
klinis,terutama farmakopea pribumi.Para ahli antropologi yang telah memikirkan
pertanyaan-pertanyaan itu dan sekelompok psikiater pada kategori yang disebut
pertama,dan bukan pada kategori terakhir.Hal ini mungkin di sebabkan oleh kenyataan
bahwa pada jangkauan paling luas dari pada yang terdapat di Barat.Seperti yang telah
kita lihat penyakit dalam masyarakat-masyarakat tradisional,paling sedikit,penyakit
yang gawat,menunjukan disfungsi tidak hanya dalam tubuh si pasien namun juga yang
berhubungan dengan masyarakatnya,dan mungkin pula,disfungsi yang terdapat
masyarakat itu sendiri. Kerangka pemahaman hubungan manusia-lingkungan inililah
yang menjadi dasar bagi begitu banyak masyarakat non barat umtuk memandang
penyakit,yang menjelaskan,mengapa peranan penyembuh yang kuat(shaman atau
dukun sihir)di terima secara jauh lebih luas dari peran dokter.Penyembuh biasanya
bukan sekedar orang yang menyembuhka,yang trampil dalam cara-cara menangani
gejala-gejala.

Torrey percaya bahwa lepas dari pembuktian tentang kemampuan penyembuh


dalam masyarakat non barat yang sifatnya agak menggelikan,”Hampir di sepakati untuk
menyatakan bahwa para dukun sihir mendapatkan hasil pengobatan sama dengan para
psikeater”(Torrey 1972:102).Sebagai imbangannya,apabila tidak hanya di nilai dalam
hal akhir pengobatan tetapi juga pada fungsi religious,hokum,social

psikologis yang diharapkan dapat di penuhi oleh system non barat,maka dalam
perkiraan kebnyakan ahli antropologi,system system medis non barat adalah cukup
baik sebagai pranata budaya yang adaptif yang mendorong kesejateraan masyarakat-
masyarakat yang bersangkutan.

E. Aspek negative dari pengobatan non Barat

Apabila kita menoleh khususnya pada aspek-aspek klinis pengobatan non Barat,kita
akan menemukan serangkaian pendapat yang luas di kalangan para ahli antropologi
dan ahli lainya tentang efektivitas.Suatu pendapat yang tegas dari mereka yang percaya
bahwa pengobatan non barat juga merupakan pengobatan yang efektif dalam aspek-
aspek klinisnya,di kemukakn oleh dokter ahli etnologi Ackerknecht,yang menulis
mengenai suatu presentasi yang menakajubkan dari daun-daunan,kulit-kulit kayu dan
akar-akaran yang di gunakan oleh penduduk pribumi. Farmakopea kita sangat
berhutang pada masyarakat sederhana (Ackerknecht 1971:17).Ia mendaftar kinia
sebagai obat khas oleh orang Indian di Amerika Selata.Picrotoxine(sejenis perangsang
yang kuat terhadap pusat system pernafasan dan lainya ke dalam daftar ini,Huard
menambahkan ephrdrinr,strihine,curare,minyak chalmoogrs dan rauwolfia sebagai
suatu jenis obat penenang(Huard 1969:216). Namun ada asumsi bahwa metode-metode
pemeriksaan yang di gunakan oleh para ahli ramuan tradisional tidak berbeda secara
kwalitatif dari apa yang di pakai dalam penelitian medis masa kini, kami rasa tidak rsa
tidak memuaskan dalam suatu segi lain lagi misalnya :
1. Masih belum banyaknya uji klinik mengenai obat tradisional tersebut
2. Standar dari bahan tidak baku, sering berubah baik takaran atau ramuannya.
3. Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
4. Efek farmakologisnya lemah
contohnya :
1. Didalam Kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit itu
juga ada zat anti untuk menekan dampak negatif tersebut.

2. Pada perasan air tebu terdapat senyawa saccharant yang ternyata berfungsi sebagai anti
diabetes. Maka untuk penderita diabetes (kencing manis) bisa mengkonsumsi air
perasan tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian
dari tebu.

Pengobatan – pengobatan non Barat berbagai contoh dan bahaya

Banyak kesalahan dibuat karena penggunaan yang tidak tepat dari sebagian obat
bius. Misalnya dalam penggunaan Mercury dan berbagai metal berat lainnya
yang dapat menimbulkan bahaya.Glaukoma yang disebabkan oleh sejenis candu
(poppy) yang dimasukan kedalam obat tradisional di India dan Pakistan.Penambahan
minuman keras Gordon’s gin kedalam obat yang digunakan untuk kejang – kejang pada
anak kecil di daerah Afrika teryata mengandung campuran nikotin yang keras, yang
dalam jumlah besar dapat menekan aktivitas otak. Anak – anak yang dibawa ke rumah
sakit setelah menerima pengobatan ini dalam dosis yang berlebihan sering tidak
sadarkan diri.
BAB III
KESIMPULAN

Sistem medis sebagai suatu kompleks luar dari pengetahuan, kepercayaan,


teknik, peran, norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap, adat-istiadat, upacara-upacara,
dan lain-lain. Karena keharusan, manusia mau tidak mau senantiasa menaruh perhatian
terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan sejauh batas pengetahuannya mencari penyelesaian masalah-
masalah penyakit.
Sistem Medis Barat adalah sebuah sistem di mana penelitian dan
pengorganisasian terhadap penyakit dan pasien, serta kajian-kajian ilmiah menjadi hal
yang paling menonjol. Disebabkan kemajuan pemikiran dan teknologi. Sementara
sistem medis non barat lebih mengarah kepada sistem pengobatan yang alternatif.

DAFTAR PUSTAKA
Foster, George M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan. Jakarta: UI Press.
Shandra. 2011. Sistem Medis dalam Kacamata Sosial-Budaya. Diakses pada tanggal 25 Maret
2012 darihttp://shandrarizal.blogspot.com /2011/01/ sistem-medis-dalam-kacamata-
sosial.html.
Ahira, Anne. _. Sistem Medis: Sebuah Cara Mencari Kesembuhan. Diakses pada tanggal 25
Maret 2012 darihttp://www.anneahira.com/sistem-medis.htm.
Bayu. 2011. Etiologi Penyakit. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2012 dari
http://krokofdoctor.wordpress.com/2011/05/21/etiologi-penyakit/.

Sistem Medis dalam Kacamata Sosial-Budaya

Latar Belakang
Setelah leluhur-leluhur primata kita berevolusi menjadi makhluk manusia, banyak macam
penyakit yang mereka bawa, disamping penyakit-penyakit baru yang mereka peroleh, hal itu
tidak lagi berupa fenomena biologis semata-mata, karena penyakit-penyakit ini juga
mempunyai dimensi sosial dan budaya. Bagi masyarakat dunia, penyakit dapat mengancam
secara besar-besaran, tidak hanya pada keamanan biologis si penderita dan sesamanya, juga
pada kehidupan sosial dan ekonomi kelompok yang bersangkutan.
Sebagai contoh yaitu masih adanya diskriminasi sosial terhadap orang yang menderita
penyakit kusta di Indonesia. Penyakit ini dianggap sebagian masyarakat Indonesia sebagai
penyakit kutukan dan menjijikkan. Sehingga para penderitanya dikucilkan dan dan
diasingkan. Hal ini secara tidak langsung menjatuhkan hukuman mati sosial kepada mereka
sebelum mati secara fisik. Hal demikian tentu dipandang melanggar hak asasi manusia.
Definisi Sistem Medis
Pembahasan dalam sistem medis memfokuskan pada masalah-masalah orang sakit, teori-teori
etiologi, teknik-teknik pengobatan, stategi adaptasi sosial yang melahirkan sistem-sistem
medis, tingkah laku serta bentuk-bentuk kepercayaan yang berlandaskan budaya yang timbul
sebagai respons terhadap ancaman yang disebabkan oleh penyakit. Pembahasan mengenai
masalah orang sakit, teori etiologi, dan teknik pengobatannya muncul dikarenakan adanya
penyakit yang tidak mampu ditangani oleh masyarakat. Dan bentuk pranata-pranata sosial
dan tradisi-tradisi budaya berupa tingkah laku manusia itu sendiri bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan manusia.
Dengan adanya ketidakmampuan keterampilan manusia dalam menangani penyakit untuk
menyembuhkannya, maka munculah perilaku adaptif yang merupakan upaya preventif dari
penularan kuman-kuman dan virus. Terdapat dua perilaku adaptif yang nanti akan dikupas,
yakni perilaku adaptif sosial dan perilaku adaptif baru.
Sistem Medis sebagai Strategi Adaptasi Sosial Budaya
Strategi adaptasi ini dilakukan karena ketiadaan keterampilan untuk menyembuhkan penyakit
sehingga memilih jalan dengan melakukan preventif dengan menjauhkan diri atau lari dari si
sakit dalam usaha untuk melundungi diri dari ancaman infeksi penyakit. Hal ini secara tidak
langsung memunculkan artian menjatuhkan hukuman mati sosial kepada penderita sebelum
mereka mati secara fisik.
Disini tampak bahwa penyakit tidak lagi berupa fenomena biologis semata, tetapi juga
mempunyai dimensi sosial dan budaya.
Sistem Medis sebagai Perilaku Adaptif Baru
Strategi adaptasi ini merupakan tingkah laku adaptif baru yang didasari oleh logika dan rasa
kasih sayang. Dalam hal ini manusia berusaha untuk menyembuhkan si sakit dan menaruh
perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta tampak adanya usaha manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sejauh batas pengetahuannya dan mencari solusi
terhadap masalah-masalah penyakit.
Dalam kehidupannya manusia memiliki aktivitas-aktivitas tersendiri yang kemudian
melahirkan peranan. Terdapat dua macam peranan , yaitu peran wajib dan peran yang
diharapkan, dimana dalam menjalankan peranan masing-masing, tiap individu memiliki rasa
saling terkait dalam hubungan dukung-mendukung dan ketergantungan.
Contoh kegiatan saling mendukung dalam ketergantungannya ini tercermin dalam kegiatan
penduduk Iban di Kalimantan, di mana upacara-upacara pengobatan tidak hanya melibatkan
keluarga si sakit, tetapi juga melibatkan seluruh penghuni rumah panjang yang jumlahnya
dapat mencapai 12 unit keluarga. Dalam upacara tersebut semua penghuni secara langsung
terlibat dalam masalah si sakit, serta masing-masingnya mempunyai kewajiban-kewajiban
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan bagi upacara penyembuhan, dan seringkali harus
mentaati pantangan-pantangan tertentu setelah upacara, agar pasien tetap sembuh.
Dalam contoh tersebut menggambarkan aktivitas masyarakat dalam menjalankan peran
masing-masing yang saling mendukung dalam ketergantungan, di mana si “orang sakit”
memiliki hak-hak tertentu dan mengharapkan bentuk-bentuk tingkah laku dari orang lain
dengan siapa ia berinteraksi. Dan masyarakat memiliki kepentingan utama mereka juga agar
pasien sembuh dan tidak kehilangan anggota-anggotanya yang sakit.
Contoh tadi di atas mencerminkan perilaku adaptif baru, hal tersebut ditunjukkan dengan
anggota kelompok yang berusaha memulihkan si sakit agar ia dapat kembali memenuhi
peranan kewajiban-kewajiban normalnya dalam masyarakat. Namun dalam perilaku adaptif
baru ini juga memperhitungkan faktor-faktor “untung-rugi” yang diukur dengan faktor
kegunaan si sakit bagi kelompoknya.
Teori Penyakit dan Sistem Perawatan Kesehatan
Sistem medis dapat dibagi ke dalam dua kategori besar, yaitu sistem teori penyakit dan sistem
perawatan kesehatan.
1. Sistem Teori Penyakit

Teori penyakit ini meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab


sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter.

 Konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat


Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek.

WHO melihat sehat dari berbagai aspek.


Definisi WHO (1981):
Health is a state of complete physical, mental and social well -being,and not merely the
absence of disease or infirmity.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan sosial seseorang. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan
baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri
dari unsur -unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian
integral kesehatan.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis),
atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya terganggu.

Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik.

Penyebab Naturalistik
Penyebab bersifat naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang
dianut pengobat tradisional sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta
gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar,
nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap
sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya
orang yang sehat.

Penyebab Personalistik
Sedangkan konsep personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).

Sistem teori penyakit merupakan suatu sistem ide konseptual yang berkenaan dengan
penjelasan mengenai hilangnya kesehatan, mengenai gangguan keseimbangan antara unsur
panas-dingin dalam tubuh, atau kegagalan pertahanan imunologi organ manusia terhadap
agen-agen patogen seperti kuman-kuman dan virus. Ide konseptual dalam teori penyakit
menyangkut tentang tiga ahal. Yaitu klasifikasi, penjelasan, serta sebab dan akibat.

Sistem Perawatan Kesehatan


Sistem perawatan kesehatan merupakan kebalikan dari teori penyakit di mana sistem
perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat
untuk menolong pasien dengan memanfaatkan pengetahuan yang ada. Sistem perawatan
kesehatan melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh.
Fungsi yang terwujudkan dari sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi
sumber-sumber daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan
mereka dalam mengatasi masalah tersebut.

Unsur Universal dalam Sistem-Sistem Medis

Terdapat suatu struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk memudahkan
kita dalam pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan peranan dan kewajiban-
kewajiban antara pasien dan penyembuh. Beberapa unsur universal dalam sistem medis
adalah sebagai berikut:

Sistem Medis Merupakan Integral dari Kebudayaan-Kebudayaan

Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-pola kebudayaan.
Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat sangat terjalin erat
dengan magis dan religi, di mana sebagian masyarakat masih mempercayai mitos dan
makhluk-makhluk lain yang mendatangkan penyakit, serta adanya pantangan-pantangan yang
didapat dari sesepuhnya.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di
Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak
yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
"kantong kering" (tidak punya uang).

Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :


1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan kedua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain.
Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka
terhadap penyebab sakit.

Peyakit Ditentukan oleh Kebudayaan

Dari pandangan budayam penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa
menjalankan peran normalnya secara wajar, dan harus dilakukan sesuatu terhadap kondisi
tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu konsep
patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap munculnya penyakit
disebabkan oleh intervensi suatu aagen aktif yang dapat berupa makhluk atau bukan manusia.
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagaisuatu konsep patologi atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Suatu penyakit menjadi penting secara sosial hanya apabila diidentifikasikan sebagai
penyakit (illness) dalam masyarakat yang ditentukan oleh endemik penyakit tersebut dalam
suatu daerah. Hal ini juga berkaitan dengan persepsi masyrakat di daerah endemik tersebut.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.

Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah
sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal
terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa
gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat
berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit
tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik
daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh
penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai
penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun.
Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman
berbisa, binatang, dan sebagainya.

Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi–jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

Sistem Medis Memiliki Segi-segi Pencegahan dan Pengobatan

Segi-segi pencegahan umumnya dilakukan dengan upaya preventif dari tindakan individu itu
sendiri, dan tindakan ini merupakan tingkah laku individu yang secara logis mengikuti
konsep tentang penyebab sakit, menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, dan tentang apa yang
harus dilakukan untuk menghindari penyakit itu. Apabila penduduk percaya bahwa penyakit
terjadi karena dikirim oleh dewa-dewa atau leluhur yang marah untuk menghukum suatu dosa,
maka prosedur untuk melakukan upaya preventifnya adalah dengan pengakuan dosa.
Contoh nyata dalam masyarakat di beberapa daerah, yaitu penyakit kejang-kejang di mana
masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan
oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu
jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan
bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring. Contoh lain adalah penyakit campak yang
dalam asumsi masyarakat mengatakan bahwa Penyebabnya adalah karena anak terkena panas
dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya
dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau
memberikan daun suwuk,
Walaupun banyak praktik-praktik “pencegahan” ala pribumi tidak lebih dari mitos atau
tahayul, namun beberapa tindakan memberikan hasil, walaupun tidak untuk alasan yang
diasumsikan. Namun hal demikian juga termasuk dalam upaya preventif di mana tindakan
tersebut dilakukan untuk mencegah sakit.

Sistem Medis Memiliki Sejumlah Fungsi

1) Sistem teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan


Maksudnya setiap penyakit memiliki upaya pengobatan demi kesembuhan si pasien.

2) Sistem teori penyakit menjelaskan “mengapa”


Sistem teori penyakit tidak hanya mendiagnosis sebab penyakit dan memberikan pengobatan
yang logis untuk penyembuhan, tetapi juga menjelaskan mengapa penyakit tersebut dapat
menyerang seseorang dengan menjelaskan tentang apa yang telah mengganggu hubungan
sosial si pasien atau apakah adanya gangguan keseimbangan alam yang terjadi pada pasien.
Hal ini guna memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk mengetahui penyebab penyakit nya
agar dapat melakukan upaya-upaya agar penyakitnya tidak kembali.

3) Sistem-sistem teori penyakit berperan dalam memberi sanksi dan dorongan


norma-norma budaya sosial dan moral
Hal ini menyatakan bahwa penyakit disebabkan oleh dosa, pelanggaran tabu, dan bentuk-
bentuk lain dari kesalahan tindakan. Dalam hal ini penyakit dilihat sebagai ganjaran bagi
tingkah laku yang tidak baik atau tidak disukai. Hal itu merupakan akibat dari tingkah laku
yang menyimpang dari pola-pola umum yang berlaku dalam hubungan antarpribadi, baik
sesama manusia atau antara manusia dengan makhluk lain yang bukan manusia.
Sistem teori penyakit juga berperan dalam dorongan norma-norma budaya sosial dan moral,
psikiater John Cawte menyatakan dalam sanksi atas ketidaksepakatan sosial di kalangan
penduduk asli Australia, di mana timbale balik antara dominasi-submissi digunakan oleh para
dukun pribumi sebagai suatu dorongan menuju kesepakatan sosial. Dukun mengatakan:
sesuaikan diri atau kamu akan menjadi sakit, ia memaksakan para pembangkang pada
tindakan yang kompromistis supaya kelompok kekerabatan tersebut dapat hidup bersama
secara lebih baik.
4) Sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi pelaksanaan-pelaksanaan
konservasi (perlindungan alam)
Hal ini dapat dilihat di kalangan tertentu, misalnya kalangan pemburu orang-orang Indian
Tukano di daerah Amazon Columbia. Mereka tidak boleh sembarangan memburu dan untuk
melakukan perburuan mereka harus mentaati beberapa peraturan tertentu dari sang penguasa
yang ditakuti oleh orang-orang Tukano. Mereka mempercayai bahwa hewan buruan dapat
melakukan tindakan balasan terhadap para pemburu dengan mengakibatkan penyakit di
kalangan penduduk desanya. Dengan demikian hal tersebut menekankan pemburu agar
membunuh hewan apabila makanan diperlukan. Kepercayaan-kepercayaan terhadap penyakit
jelas menghasilkan konservasi yang baik bagi pelaksanaan perburuan.

5) Sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi


Dalam masyarakat luas yang terbuka, jumlah tertentu dari sifat-sifat agresif yang terbuka
dapat diserap tanpa mengancam masyarakat. Namun dalam masyarakat kecil yang tertutup,
agresi terbuka merupakan ancaman yang tak dapat diterima bagi kelangsungan hidup
masyarakat tersebut.

6) Peran nasionalistik pengobatan tradisional


Pengobatan tradisional suatu negara berperan dalam pengembangan kebangsaan nasional, hal
ini dikarenakan pengobatan tradisional mencerminkan tingkatan kebudayaan suatu negara di
masa silam. Misalnya, kebangsaan Cina termasuk salah satu kebudayaan yang maju, hal ini
ditandai dengan teknik-teknik pengobatan Cina yang telah dikenal dan digunakan lama
sebelum pengobatan itu muncul di Barat (Huard dan Wong 1968).
Salah satu contoh peran nasionalistik pengobatan tradisional di Indonesia adalah jamu yang
merupakan khas milik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Foster, George M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan.
Jakarta: UI Press.
Koentjaraningrat. 1985. Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan Kesehatan. Jakarta:PT
Gramedia.

Sudarti, 1987
Zainal, Nizar Abidin. Laporan Penelitian Pengobatan Tradisional Daerah Bandung. Disajikan
pada Lokakarya II tentang Penelitian Pengobatan Tradisional. Ciawi, 22-24 Februari 1993.

Anda mungkin juga menyukai