Anda di halaman 1dari 10

http://munawwarahfarm.blogspot.com/2017/01/makalah-penyakit-seliak.html?

m=1
Munawwarah Farmasi MW

Rabu, 11 Januari 2017


MAKALAH PENYAKIT SELIAK

TUGAS MAKALAH
BIOLOGI MOLEKULER DAN IMUNOLOGI
“ PENYAKIT SILIAK”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUNAWWARAH
NIM : F201501010
KELAS : D1 FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2016

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pada tahun 1984 di Amerika Serikat ditemukan seorang anak bernama
Boby, selama 3 bulan mengalami muntaber. Dokternya mengatakan bahwa dalam tubuhnya
terdapat banyak parasit, dan penyakit ringan lainnya. Boby terlihat seperti anak
yang datang dari suatu Negara yang sedang mengalami peperangan. Tubuh boby kurus
(seperti tidak memiliki lemak), otot-otot pada tubuhnya tidak terlihat, selain itu
perutnya membuncit, dan rambutnya sangat tipis (Hartsook,1984).
Setelah dilakukan banyak tes, ternyata Boby menderita seliak. Sesuai dengan
namanya penyakit ini disebabkan oleh protein yang terdapat serealia yaitu gluten.
Gluten terdapat dalam terdapat dalam gandum, barley, rye, atau oats. Penyakit
ini mengakibatkan lapisan pada usus kecil menjadi rusak. Kerusakan juga akan
terjadi pada jaringan lainnya, karena nutisi dicerna dan diserap dalam usus kecil
(yang sudah rusak lapisannya) (Hartsook, 1984).
Gejala yang terlihat jika seseorang menderita seliak yaitu ;
diare, pembengkakan, turunnya berat badan, anemia, mudah lelah, lemas, nyeri
tulang, keram otot, timbulnya penyakit kulit. Gejala pada anak-anak
yaitu muntah-makanan ringan antar lain cookies, crakers, wafer, roti, dan
termasuk sereal sarapan (Hoseney, 1986).
Makanan adalah suatu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan semua orang.
Menurut McCharty (2002) Memakan makanan ringan merupakan fenomena Pada
waktu senggang atau untuk mengganjal perut, biasanya sebagian besar orang
mengkonsumsi makanan ringan (snack food). Makanan ringan disukai oleh segala jenis
usia. Makanan yang umumnya dibuat dari gandum (salah satu jenis dari serealia).dan
banyak beredar di masyarakat antara lain wafer, biscuit, roti, gorengan, martabak,
bakso, dll.
Masalah seliak ini sebetulnya telah ada sejak lama, bahkan, pada tahun 1973
didirikan CCA (Canadian Celiac Association) merupakan kelompok pertama yang
didirikan untuk menolong para penderita Seliak yana dipimpin oleh Kay Ernst's
(Canadian Celiac Association, 1998).
Selain pendirian kelompok-kelompok penolong penderita seliak, penelitian
seliak juga telah dilakukan "Gluten Detoxification Trial" (Percobaan detoksifikasi
gluten). Sebanyak 20 orang relawan meminum jus jeruk yang
ditambahkan gluten yang telah diberi enzim (PEP). PEP ditambahkan untuk
mengetahuai apakah dapat mendetoksifukasi gluten (Adams, S. 2003).
I.2. Rumusan masalah
1. Bagaiaman definisi penyakit siliak ?
2. Bagaimana mengenali penyakit siliak ?
3. Bagaiamana cara pencegahan dan pengoatan terhadap penyakit siliak ?
I.3. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui definisi penyakit siliak
2. Untuk dapat mengenali penyakit siliak
3. Untuk dapat mengeetahui cara pencegahan dan pegobatan terhadap penyakit
siliak

BAB II
PENGENALAN PENYAKIT SILIAK

II. Seliak
II.1 Pengertian Seliak
Penyakit seliak adalah ketidakmampuan yang menetap dalam mentoleransi makanan
gandum atau gluten rye (gandum hitam). (Fadhli, 2010).
Seliak merupakan kondisi tingginya sensitifitas bagian pencernaan
penderita terhadap makan yang mengandung gluten (Hartsook, 1984; Murray, 1999;
Holtmeier and Caspary, 2006; Catassi, C. and Fasano, A., 2008). Penyakit ini
mengakibatkan rusaknya lapisan usus kecil, yang disebabkan oleh protein yang
terdapat dalam beberapa serealia yaitu gandum (gliadin), barley (hordein), rye
(secalin), atau oats (avidin (masih dalam penelitian)) (Hartsook, 1984; Holtmeier
and Caspary, 2006; NIDDK Health Information, 2008; Canadian Celiac
Association, 2010; Team Gutdoctor New Zealand. 2010). Protein yang dimaksud adalah
fraksi protein gluten, yaitu gliadin (Hartsook, 1984; Holtmeier and
Caspary, 2006).
Nama lain dari penyakit seliak adalah nontropical sprue (penyakit yang diderita
orang-orang di daerah non tropis, karena serealia yang dapat tumbuh optimal pada
daerah non tropis), idiopathic steatorrhea, celiac disease dan celiac sprue
(Hartsook, 1984; Holtmeier and Caspary, 2006; Team Gutdoctor New Zealand.
2010). Penderita seliak menjadi tidak mampu menyerap nutrisi
(karbohidrat, protein, dan lemak) yang dibutuhkan oleh tubuhnya
(Canadian Celiac Association, 2010; NIDDK Health Information, 2008)
Penyakit seliak tidak kenal usia. Baru-baru ini, unumnya diderita oleh anak-anak.
Namun rata-rata usia dewasa yang menderita seliak terus meningkat, usianya berkisar
antar 40-50 tahun. Kewaspadaan harus ditingkatkan dan cara mendiagnosa pun semakin
ditingkatkan. Penelitian medis mengindikasi bahwa penyakit ini mungkin akan
menjadi penyakit yang semakin sering dijumpai (Canadian Celiac
Association, 2010).
Sampai sekarang belum diketahui pasti penyebab seliak, namun perhatian masih
tertuju pada mediasi imun (jaringan transglutaminase autoantigen)
(Holtmeier and Caspary, 2006). Penyakit ini merupakan penyakit
autoimun. ketika antibodi memproduksi system imun melawan gliadin,
mengakibatkan reaksi silang dengan jaringan usus yang memliki struktur protein yang
mirip (Team Gutdoctor New Zealand. 2010). Meskipun seringnya penyakit
ini merupakan penyakit turunan (Holtmeier and Caspary, 2006), namun
belum diketahui dengan pasti apakah penyakit turunan, atau bukan. Menurut Canadian
Celiac Association (2010), bahwa seliak merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gen dominan atau resesif yang ada dan merupakan factor genetik yang rumit. Sekitar
10 % keluarga dari penderita seliak, juga mengalami kondisi yang sama. Meratanya
penderita seliak bervariasi dari perbandingan 1 : 270 di Finlandia
sampai 1: 5000 di Amerika Utara (Holtmeier and Caspary, 2006). Kebanyakan
penderita seliak merupakan keturunan Eropa (terutama Eropa utara) (Team Gutdoctor
New Zealand. 2010)
1I.2 Epidemiologi
Angka kejadian penyakit seliak di UK kira-kira 1 dalam 2000 orang dan angka
kejadian ini sama tingginya dengan di Irlandia Barat yaitu 1 dalam 300 orang (Hull
dan Johnston, 2008). Penyakit seliak terjadi pada 1% diantara populasi anak dan
dewasa. Pada usia dewasa, terdapat 2-3 kali lebih banyak perempuan yang menderita
seliak dibandingkan laki-laki. Penyakit ini tidak hanya dikenal di Eropa tetapi
juga di Timur Tengah, Asia, Amerika, dan Afrika. Meskipun banyak manusia terkena
penyakit ini dan angka kejadian semakin meningkat, tetapi masih banyak terjadi
underdiagnosis bahkan di salah satu negara di Eropa dilaporkan terjadi 1 penderita
pada 77 orang. Di Indonesia sampai sekarang masih belum diketahui pasti angka
kejadinannya tetapi diduga angkanya tidak jauh dari 1 dibandingkan 100 (Fadhli,
2010).
I1.3 Etiologi
Penyakit seliak merupakan penyakit permanen yang bersifat jangka panjang. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit seliak, yaitu genetik,
lingkungan, dan kepekaan terhadap gluten. Makanan yang mengandung bahan tersebut
adalah roti, biskuit, pasta, saos, dan sebagainya. Proses terjadinya kelainan ini
adalah adanya autoantibodi terhadap gluten yang dapat mengganggu permukaan usus
halus. Gangguan ini menyebabkan lapisan usus yang berjonjot-jonjot menjadi rata.
Permukaan yang rata ini kurang mampu mencerna dan menyerapan makanan pada penderita
penyakit seliak. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses terjadinya penyakit
ini diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor imunitas saluran
cerna. Faktor genetik yang telah diidentifikasi adalah protein HLA-DQ2 dan HLA-DQ8
yang merupakan produk dari gen HLA. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah
pemberian ASI eksklusif, pemberian diet gluten terlalu dini atau terlalu banyak
dalam pemberian diet gluten dan infeksi rotavirus saluran cerna pada usia bayi
muda. Berbagai faktor inilah yang ikut menentukan mengapa gejala klinis pada
penderita berbeda dan dangat bervariasi (Fadhli, 2010).
I1.4 Patofisiologi
Penyakit seliak disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara sistem kekebalan
tubuh, diet gluten, dan genetik dari individu. Respon imun terhadap gluten dapat
ditemukan dalam gandum dan gandum hitam yang dapat menyebabkan kerusakan pada usus
halus. Masuknya gluten ke dalam saluran pencernaan akan menyebabkan reaksi autoimun
(menyerang sistem kekebalan sendiri) yang merusak lapisan pelindung dinding usus.
Kerusakan ini menyebabkan lapisan usus yang berjonjot-jonjot menjadi rata sehingga
kurang mampu menyerap nutrisi makanan, yang akhirnya berakibat pada malnutrisi.
Jika alergi gluten disebabkan oleh reaksi antibodi IgE, penyakit seliak disebabkan
oleh reaksi antibodi IgA dan IgG.
Beberapa literatur menjelaskan tentang susunan genetik individu dengan penyakit
seliak. Hampir semua pasien dengan penyakit seliak memiliki gen yang berpasangan
dari antigen leukosit manusia (HLA) varian gen atau alel, HLA-DQ2 atau HLA-DQ8.
Alel yang umum, muncul sekitar 40% dari populasi di Amerika (Gainer, 2011).
II.5 Gejala Seliak
Penderita seliak mengalami sakit perut, diare, pembengkakan, turunnya berat badan,
anemia, mudah lelah, nyeri tulang, keram otot, (Holtmeier and Caspary, 2006;
Team Gutdoctor New Zealand. 2010), munculnya penyakit kulit (seperti dermatitis
herpetiformis) (Hartsook, 1984), menjadi mudah marah (Canadian Celiac
Association, 2010), pengeluaran gas dari usus, konstipasi, munculnya
bisul pada mulut.
Pada anak-anak gejala yang timbul yaitu muntah- muntah atau mungkin
pertumbuhannya menjadi terhambat (Hartsook, 1984; Murray, 1999; Team
Gutdoctor New Zealand. 2010). Gejala mungkin muncul salah satu atau beberapa dari
gejala-gejala di atas (Hartsook, 1984). Bahkan ada penderita seliak yang tidak
mengalami atau mengalami gejala yang berbeda seperti gejala yang disebutkan diatas,
sehingga kebanyakan dari mereka tidak terdiagnosa. Namun, peradangan usus yang
parah dapat terjadi tanpa adanya gelaja gastrointestinal (pencernaan bagian
bawah) (Holtmeier and Caspary, 2006).
Berdasarkan penelitian, akibat penyakit seliak berbeda-beda pada setiap penderita.
Hal yang mempengaruhi kapan dan bagaimana seseorangterkena penyakit
seliak adalah lamanya seseorang meminun asi, usia seseorang mulai memgkonsumsi
makanan yang mengandung gluten, dan jumlah gluten dalam makanan yang Ia konsumsi.
Selain 3 faktor di atas, variasi gejala dipengaruhi oleh usia dan tingkat kerusakan
usus kecil. Semakin lama seseorang tidak didiagnosa dan tidak diobati seliaknya,
maka kemungkinan terjadinya komplikasi dalam tubuhnya lebih lama (NIDDK Health
Information, 2008).
II.6 Test Seliak
Gejala yang muncul pada penderita seliak, mirip atau bahkan sama dengan penyakit
lain (Hartsook, 1984; Canadian Celiac Association, 2010). Pada tahun 1969, European
Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition menetapkan criteria untuk
mendiagnosa anak yang menderita seliak dengan cara biopsi, dan merevisinya pada
tahun 1989. Oleh karena itu mengetahui secara pasti penderita mengidap penyakit
seliak atau bukan, adalah dengan cara :
a. Tes darah
Penderita seliak memliki autoimun-protein yang bereaksi kembali
dengan sel atau jaringan dalam tubuhnya sendiri-dalam darahnya yang lebih tinggi
dibandingkan skala normal. Oleh karena itu tes darah dilakukan untuk memastikan
tingginya anti-tissue transglutaminase antibodies (tTGA) or anti- endomysium
antibodies (EMA) (NIDDK Health Information; Snyder, C. L., et al, 2008). Jika
hasil test menunjukan negatif, perlu dilakukan tes kembali, karena penyakit
seliak masih belum bisa dipastikan (NIDDK Health Information, 2008)
Sebelum dilakukan tes darah, seseorang yang akan dites tetap
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten, karena jika makanan yang megandung
gluten sudah tidak dikonsumsi, khawatir hasil tes menunjukan negatif walaupun
sebenarnya positif mengidap seliak (NIDDK Health Information, 2008).
b. Biopsi
Jika tes darah dan gejala penyakit seliak sudah ditemukan, maka perlu dilakukan
biopsi untuk mengetahui kepastian penyakit seliak. Biopsi yaitu mengambil sebagian
kecil dari lapisan usus kecil, untuk memastikan apakah ada kerusakan atau
tidak (Hartsook, 1984; NIDDK Health Information; Snyder, C. L., et al,
2008) yang dilakukan oleh ahli gastrointestinal (Canadian Celiac Association,
2010) Pemeriksaan biospsi dilakukan dengan cara menbandingkan lapisan
usus kecil yang normal dan penderita seliak (Hartsook, 1984).
c. Dermatitis Herpetiformis tes
Dermatitis herpetiformis (DH) adalah penyakit yang gatal luar biasa,
disertai penampakan kulit kemerahan (ruam) dan seperti melepuh, yang dididerita 15-
25 % penderita seliak. Kemerahan biasanya juga terjadi pada siku, lutut, dan
bokong. Kebanyakan penderita DH tidak mengalami gejala pencernaan. Jika tes
antibodi hasilnya positif dan tes biopsy kulit tes menunjukan hasil merupakan tipe
DH, penderita tidak perlu melakukan tes biopsi usus (NIDDK Health Information,
2008).
d. Screening
Dokter biasanya mengandalkan gejala klinis untuk mendiagnosa dan
memilih pasien yang harus diperiksa lebih lanjut untuk membuktikan diagnosa. Jika
gejalanya samar dan bermacam-macam, maka akan menjadi sulit dalam
mendiagnosa. Namun kini dengan adanya screening darah, dalam proses test menjadi
lebih mudah (Canadian Celiac Association, 2010). Pada penyakit seliak, screeing
bertujuan untuk mengetahui adanya autoimun dalam darah dalam
seseorang yang tidak mengalami gejala seliak (NIDDK Health
Information, 2008).
II.7 Akibat Penyakit Seliak
Pada awalnya kerusakan yang ditimbulkan oleh gluten adalah rusaknya lapisan (villi)
pada usus kecil, namun karena pencernaan dan penyerapan terjadi pada usus kecil
(dengan adanya air dan cairan empedu), kerusakan dapat menyebar ke
jaringan lainnya. Pada anak-anak mengalami muntaber selama 3 bulan, tubuhnya
menjadi sangat kurus, perutnya membuncit, dan rambutnya menjadi sangat
tipis. (Hartsook, 1984). Bagi anak-anak yang penyakit seliaknya yang tidak diobati
bahkan dapat menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat, tidak subur, atau gejala
yang berhubungan dengan syaraf. Oleh karena itu sebaiknya diagnosa
terhadap penyakit seliak harus dilakukan secepatnya (Holtmeier and Caspary, 2006).
Penyakit seliak lebih sering ditemukan diantara orang-orang yang
menderita penyakit genetik seperti Down syndrome and Turner syndrome, sebuah
kondisi yang mempengaruhi perkemabnagan anak perempuan (NIDDK Health Information,
2008).
II.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada anak dengan penyakit seliak adalah:
1. Jauhi sereal-sereal yang dicampur dengan gula;
2. Perikasa daftar bahan dan hindari merek-merek yang mencantumkan gandum
dan gula (berbentuk sukrosa, maltosa, dextrosa, atau glukosa) (Marsden, 2008).
II.9 Komplikasi dan Prognosis
Gangguan utama dalam penyakit ini adalah gangguan penyerapan nutrisi tubuh, maka
gangguan yang dapat terjadi addalah anemia (kekurangan zat besi), kadar protein
darah menurun drastis, dan akan terjadi penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan
atau edema. Pada beberapa penderita, gejala tersebut tidak nampak sampai mencapai
usia dewasa. Bila gangguan sudah terjadi sejak usia anak , risiko yang akan terjadi
addalah gangguan pada tulang-tulang panjang atau osteopeni. Gangguan yang terjadi
bergantung pada berat dan lamanya kelainan akibat kadar protein, kalsium, natrium,
dan kalium darah yang rendah.
Akibat adanya malabsorbsi dapat terjadi karena kekurangan zat gizi yang menimbulkan
gagal tumbuh atau gangguan peningkatan berat badan dan tinggi badan. Kekurangan
protrombin yang diperlukan dalam proses pembekuan darah akan menyebabkan penderita
mudah menjadi memar dan mudah mengalami perdarahan.
Beberapa peneliti menyebutkan penyakit seliak dapat mengakibatkan manifestasi
neurologi atau gangguan persyarafan, diantaranya adalah epilepsi, kejang, gangguan
belajar, gangguan konsentrasi, depresi, dan pada anak akan sering rewel yang tidak
diketahui sebabnya. Dilaporkan juga adanya gangguan neuropati perifer dengan gejala
kesemutan dan rasa kebas pada kaki dan tangan. Gangguan neurologis lain dilaporkan
adalah mielopati, ensefalitis brainstem, sindrom sereblar, myoclonic ataxia atau
sindrom Ramsay-Hunt dan leukoencefalopati progresif kronik.
Banyak peneliti mengungkapkan bahwa penderita seliak sering dikaitakn dengan
terjadinya penyakit autoimun lainnya, seperti penyakit thyroid, lupus, diabetes
tipe 1, penyakit liver, penyakit pembuluh darah kolagen, reumatoid artritis atau
sindroma sjogren’s. Penderita seliak akan 50 kali lebih mudah mengalami penyakit
diabetes dibandingkan orang normal.
Penderita juga 10 kali lebih mudah mengalami imunoglobulin A yang mengakibatkan
daya tahan tubuh seseorang berkurang sehingga mudah terserang infeksi demam, batuk,
dan pilek. Penderita seliak yang tidak tertangani dengan baik berisiko menimbulkan
proses keganasan (kanker) pada saluran cerna seperti adenocarcinoma dan
Enteropathy-Associated T-Cell Lymphoma (Fadhli, 2010).
Kerentanan terhadap penyakit seliak bersifat diturunkan tetapi manifestasi penyakit
mungkin tergantung pada diet awal dan faktor lingkungan. Pemberian air susu ibu dan
pemaparan yang lebih lambat terhadap gluten tempaknya memberikan proteksi (Hull dan
Johnston, 2008).
The American Gastroenterological Association Institute Technical Review on the
Diagnosis and Management of Celiac Disease and its accompanying Medical Position
Statement on the Diagnosis and Management of Celiac Disease serta sumber daya
lainnya menawarkan banyak informasi tentang prevalensi penyakit seliak. Populasi
yang berisiko untuk terkena penyakit seliak yaitu saudara dari individu dengan
penyakit seliak dengan prevalensi 10% dari penyakit seliak, serta kerabat jauh
dengan prevalensi 2,6% hingga 5,5%. Individu dengan anemia defisiensi besi yang
tidak dapat dijelaskan dengan (IDA) tanpa gejala pada usus juga mengalami
peningkatan risiko untuk penyakit seliak sekitar 2% sampai 9%. Individu dengan IDA
dan gejala usus memiliki prevalensi lebih tinggi untuk penyakit celiac sekitar 10%
sampai 15%.
Peningkatan prevalensi penyakit seliak telah diidentifikasi pada orang dewasa dan
anak dengan kondisi medis yang banyak. Orang dewasa dengan diabetes mellitus tipe 1
memiliki peningkatan prevalensi 2% sampai 5% dan 3% sampai 8% pada anak. Individu
dengan osteoporosis, terutama mereka dengan osteoporosis fase awal dan osteomalasia
memiliki peningkatan prevalensi penyakit seliak sekitar 1,5% sampai 3%. Prevalensi
penyakit seliak pada individu dengan kadar transaminase tinggi adalah 1,5% sampai
9%, individu dengan hepatitis autoimun 2,9% menjadi 6,4% dan individu dengan PBC
hingga 6%. Pada individu dengan penyakit autoimun tiroid, prevalensi penyakit
seliak bervariasi di kisaran 1,5% sampai 6,7%.
Individu dengan gangguan genetik juga memiliki peningkatan risiko penyakit seliak.
Prevalensinya dalam sindrom Down dapat berkisar dari 3% sampai 12%, sindrom Turner
berkisar 2% sampai 10%. Meskipun informasi yang tersedia terbatas, penyakit seliak
telah meningkatkan prevalensi pada individu dengan sindrom William (sebuah sindrom
yang jarang terjadi dengan abnormalitas wajah dan kardiovaskuler) (Gainer, 2011).
II.10 Implikasi Keperawatan
Perawat harus dapat mendidik pasien tentang konsumsi gluten yang menyebabkan
kerusakan tidak hanya pada saluran usus, tetapi juga pada seluruh tubuh. Individu
dan keluarga harus diajarkan untuk fokus pada apa yang dapat dimakan daripada apa
yang harus dihindari. Lakukan konsultasi dengan ahli gizi yang memiliki pengetahuan
luas sangat membantu meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga. Adanya dukungan
dan advokasi dari kelompok juga dapat membantu bagi mereka untuk dapat menyesuaikan
gaya hidup bebas gluten, dan perawat harus memberikan informasi kontak untuk
kelompok tersebut.
Perawat dapat menjadi penyedia layanan kesehatan primer untuk individu dengan
penyakit seliak selama mereka berpengalaman dalam mendidik pasien dan mendukung
perawatan pasien (Gainer, 2011).
II.11 Pengobatan
Cara pengobatan seliak yaitu tidak mengkonsumsi (diet) secara disiplin dan
terkontrol, terhadap makanan yang mengandung gluten adalah satu-satunya cara yang
diketahui (Hartsook, 1984; Murray, 1999; Canadian Celiac Association, 2010). Tidak
mengkonsumsi serealia berikut yaitu ; gandum, rye, barley oats, maupun produk hasil
olahannya (Hartsook, 1984).
Ketika gluten tidak lagi ada dalam jaringan usus kecil, usus kecil mampu
memperbaiki kerusakan yang ada pada dirinya. Sehingga setelah 3-6 hari gliadi tidak
ada dalam tubuh penderita, gejala yang muncul/ diderita oleh penderita akan
berangsur-angsur berkurang dan akhirnya hilang. Selain itu jika dilakukan biopsy
terhadap penderita yang telah melakukan diet non gluten, hasil biopsinya akan
menunjukan bahwa villinya telah kembali menjadi normal (Hartsook, 1984).
Menahan diri dari produk-produk yang mengandung gluten merupakan peranan pentiing
dalam perbaikan histology dan klinis. Meskipun untuk kembali pada keadaan normal,
butuh waktu beberapa tahun (Holtmeier and Caspary,2006).
Sebagai tambahan gluten-free diet, semua penderita seliak yang baru
didiagnosa yang secara klinis mengalami malabsorpsi mengkonsumsi
multivitamin dan supplement yang cocok untuk mencegag defisiensi zat besi (Fe) dan
folat. Dalam suatu penelitian, ternyata jika penderita seliak
melakukan gluten-free diet secara disiplin, akan mengurangi resiko terkena kanker.
(Adams,2002).
II.12 Obat Penyakit Seliak
Ace Maxs Untuk Penyakit Celiac
Description: aceobat penyakit celiac ini terbuat dari Kulit manggis manggis;
yang mana buah manggis dan kulitnya ini disebut sebagai ratu dari segala buah
dengan banyak khasiat yang ada didalamnya. Bahkan dengan kandungan yang ada pada
kulit manggis mampu mengatasi berbagai macan jenis penyakit.
Untuk kulit manggis itu sendiri memiliki antioksidan yang 10x lipat lebih banyak
dibanding kandungan buah lainnya.
Buah manggis banyak mengandung vitamin C, B1, B2 , kalsium , potasium, sodium serta
zat besi. Di dalam kulit buah manggis mengandung banyak xanthone yang bermanfaat
sangat penting mencegah radikal bebas jadi dengan adanya asupam serat dari zat besi
dari kulit manggis maka akan menambah sel darah merah yang terbuang, jadi anemia
penyebab penyakit celiac bisa segera teratasi.
Selain kulit manggis, daun sirsak tidak kalah hebatnya untuk mengobati celiac,
khasiat lain yang luar biasa pada sirsak adalah bagian daun yaitu daun sirsak dapat
jadi obat alami untuk berbagi penyakit .
Keunggulan Khasiat Daun Sirsak Untuk celiac Yaitu :
· Meningkatkan sistem imun/ kekebalan
· Meningkatkan stamina, energi dan vitalitas

BAB III
PEMBAHASAN

Mengkonsumsi makanan yang mengandung terigu adalah hal yang sangat biasa di
indonesia. Belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui, akibat mengkonsumsi
makanan yang mengandung terigu. Terigu dibuat dari gandum,
yang dapat membentuk gluten karena memiliki kandungan protein glutenin dan
gliadin.
Adanya penelitian tentang seliak yang merupakan penyakit yang
merupakan suatu penyakit yang asing bagi masyarakat Indonesia,
padahal penyakit ini sudah diketahui lebih dari 30 tahun oleh
dunia. Seliak adalah penyakit yang ditimbulkan adanya antoimun pada
tubuh sehingga pada saat mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten. Gejala
seliak adalah diare, muntah-muntah (pada anak-anak), mudah lelah, anemia, nyeri
tulang, kram otot, pembengkaan atau pembuncitan perut, timbulnya penyakit kulit
seperti Dermatitis herpetiformis (kulit memerah dan seprti melepuh), dan rusaknya
lapisan usus.
Untuk mengetahui seseorang mengidap seliak atau tidak tes yang perlu dilakukan
adalah :
a. Tes darah
b. Biopsi usus kecil
c. Dermatitis Herpetiformis tes
d. Screening
Seliak dapat mengakibatkan rusaknya lapisan usus, sehingga sebanyak
apapun penderita makan (makanan bernutrisi), ia dapat mengalami malnutrisi-
karena makananya tidak terserap-. Untuk mengobati penyakit seliak, penderita
harus menghindari konsumsi apapun (makanan, obat, minuman, dll)
yang mengandung gluten (glute-free diet). Jika penderita mengkonsumsi makanan yang
mengandung gluten baik dalam jumlah sedikit atau banyak tetap akan merusak usunya.
Oleh karena itu membaca label kemasan produk yang akan dikonsumsi adalah hal yang
sangat dianjurkan dilakukan oleh penderita.
Masih sedikitnya produk pangan yang mengandung gandum di Indonesia
menjadikan masyrakat Indonesia kesulitan dalam melakukan (glute-free diet).
Selain itu belum banyaknya yang mengetahui akibat mengkonsumsi gluten adalah
masalah yang perlu dipecahkan. Perlunya dilakukan sosialisasi terhadap penyakit
seliak. Peran ahli dalam bidang kesehatan, kimia, teknologi pangan, pemerintah,
dan produsen produk pangan juga diperlukan untuk mencegah penyakit seliak
yang mungkin belum terdeteksi pada masyarakat Indonesia.
Untuk menghindari penyakit siliak ini dapat dilakukan pencegahan dengan
mengatur pola hidup menjadi lebih teratur dan sehat dengan menghindari jenis-jenis
makanan yang mengandung gladin yang dapat memicu pertumbuhan penyakit siliak ini.
Sedangkan untuk pengobatan dapat digunakan obat herbal Ace-Maxs yang terbuat dari
ekstrak kulit manggis yang memiliki antioksidan yang 10x lipat lebih banyak
dibanding kandungan buah lainnya. Sealain itu daat pula mengonsumsi daun sirsak
yang tidak kalah hebatnya untuk mengobati celiac, khasiat lain yang luar biasa pada
sirsak adalah bagian daun yaitu daun sirsak dapat jadi obat alami untuk berbagi
penyakit diantaranya penyakit siliak yaitu dengan meningkatkan sistem imun/
kekebalan dan meningkatkan stamina.

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Penyakit seliak adalah penyakit yang disebabkan autoimun dalam tubuh, apabila
penderita mengkonsumsi gluten. Gejalanya adalah diare, anemia, muntah- muntah,
pembengkaan atau pembuncitan perut, muadah lelah, kram otot,
timbulnya penyakit kulit (Dermatitis herpetiformis), serta rusaknya lapisan usus.
Akibat dari penyakit seliak adalah penderita mengalami malnutrisi (karena apa yang
Ia makan tidak terserap dengan baik), selain itu berdasarkan
statistik,Mpenderita seliak yang mengkonsumsi gliadin, akan meningkatkan resiko
terkena kanker tertentu (Hartsook, 1984).
Cara mendiagnosa dpenyakit seliak yaitu dengan tes darah, biopsi,
Dermatitis herpetiformis tes, dan screening. Cara pengobatannya adalah dengan tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten.

IV.2 Saran
Perlunya sosialisasi terhadap masyarakat Indonesia mengenai penyakit seliak,
karena penyakit tersebut masih belum banyak yang mengetahui. Namun peran ahli
kimia. kesehatan, ahli teknologi pangan juga dibutuhkan untuk
menyediakan makanan yang tidak mengandung gluten. Agar masyarakat
Indonesia dapat dengan mudah mengkonsumsi makanan non gluten untuk
mencegah penyakit seliak. Karena sebetulnya gejala-gejala seliak sering kita
jumpai di masyarakat, namun terbatasnya pengetahuan yang menjadi kendala.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, S. 2002. Recovery from Celiac Disease. New England Journal of Medicines 346
(30).

Canadian Celiac Association. 2010. Celiac Disease (CD).


http://www.celiac.ca/celiac.php. Diakses tanggal 24 mei 2010

Catassi, C. and Fasano, A. 2008. 1 - Celiac Disease. Gluten-Free Cereal Products


and Beverages Chapter 1, Pages 1-27.
Fadhli, A. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Gainer, C. L. 2011. The Nurse Practitioner: The American Journal of Primary
Healthcare. http://www.nursingcenter.com. [24 Mei 2012].

Hartsook, E. I., 1984. Celiac Sprue : Sensitivity to Gliadin. Cereal Food World
XXIV (2): 157-158.

Holtmeier, W and Caspary, W. F. 2006. Celiac Disease. Orphanet Journal of Rare


Diseases, 1:3

Hull, D. 2008. Dasar-Dasar Pediatri. Edisi 3.Jakarta: EGC.

Marsden, K. 2008. The Complete Book of Food Combining: Panduan Diet Sehat
Terlengkap, Terbaru, dan Mudah Sekali Dipraktikkan. Bandung: Qanita.

NIDDK (National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney


Diseases) Health Information. 2008. Celiac disease
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/celiac/. Diakses tanggal 24 mei 2010

Snyder, C. L., Young, D. O., Green, P HR., and Taylor, A. K. 2008 . Celiac
Disease. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi? book=gene&part=celiac.
Diakses tanSggal 24 mei 2010

Team Gutdoctor New Zealand. 2010. Celiac.


http://www.gutdoctor.co.uk/condition-list/10_celiac.html. Diakses tanggal 24 mei
2010.

Unknown di 04.43
Berbagi
1 komentar:

Helmy Adi28 Agustus 2018 02.18


Saya saran kan kalau ada yg menderita penyakit setiap ini mungkin dr eliza bisa
membantu nya... Karna beliau punya ramuan resep obat untuk sistem pencernaan an...
Coba deh konsultasi dng beliau... Kalau bisa brobat sekalian...no beliau
082294989494

Balas



Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai