Anda di halaman 1dari 4

Celiac

A. Pengertian
Penyakit celiac ( Celiac Disease ) adalah penyakit autoimun yang terjadi akibat mengonsumsi
gluten[1]. Pada penyakit celiac, sistem kekebalan tubuh akan memberikan reaksi setelah mengonsumsi
gluten, yang dapat merusak lapisan usus halus dan menghambat penyerapan nutrisi (malabsorpsi
nutrisi [2] ). Akibatnya, penderita penyakit celiac akan mengalami gangguan sistem pencernaan,
diare[3], lemas, atau anemia [4].
Gluten sendiri merupakan protein yang bisa ditemukan pada beberapa jenis sereal, misalnya gandum.
Beberapa contoh makanan yang mengandung sereal adalah pasta, keik, sereal sarapan, saus atau
kecap tertentu, roti, dan beberapa jenis makanan instan. Gluten berfungsi membuat adonan roti atau
makanan lain menjadi elastis dan kenyal.

B. Gejala
Gejala penyakit celiac dapat muncul lalu menghilang, dari yang ringan hingga yang berat. Gejala pada
kasus yang ringan seringkali tidak nampak jelas. Meski demikian, saat gejala ringan terdeteksi, dokter
akan menganjurkan pengobatan mengingat komplikasi tetap mungkin terjadi. Gejala paling umum
yang dirasakan penderita celiac adalah diare. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan sistem
pencernaan menyerap nutrisi dari makanan secara sempurna. Ketidakmampuan tubuh
menyerap  nutrisi ini membuat tinja mengandung lemak yang tinggi. Kotoran yang dikeluarkan
penderita penyakit celiac akan berbau tidak sedap, berminyak, dan berbusa.
Gejala penyakit celiac pada anak-anak dan dewasa dapat sedikit berbeda, di mana gejala pada
sebagian penderita dewasa tidak berkaitan dengan sistem pencernaan. Gejala tersebut antara lain:
1. Anemia, sebagai akibat dari kekurangan zat besi atau vitamin B12.
2. Kesemutan dan mati rasa pada ujung jari tangan dan kaki (neuropati perifer [5] ).
3. Pembengkakan pada tangan, telapak kaki, lengan, serta tungkai, akibat penumpukan cairan di
jaringan tubuh.
4. Rusaknya kepadatan tulang.
5. Rusaknya lapisan gigi.
6. Ruam pada kulit yang terasa gatal dan lecet (dermatitis herpetiformis [6] ).
7. Nyeri sendi.
8. Gangguan keseimbangan tubuh.
9. Gangguan fungsi limpa.
10. Sulit hamil.
Sedangkan pada anak-anak, gejala penyakit celiac dapat berupa:
1. Nyeri perut.
2. Perut kembung.
3. Konstipasi [7].
4. Turunnya berat badan, hingga gangguan tumbuh-kembang.
5. Tinggi tubuh di bawah rata-rata.
6. Pubertas terlambat.
7. Gangguan saraf, seperti ADHD [8], ketidakmampuan belajar, sakit kepala, dan koordinasi otot
yang buruk.

C. Penyebab
Celiac bukanlah alergi atau intoleransi tubuh terhadap gluten. Penyakit ini merupakan kondisi
autoimun, di mana tubuh salah mengenali senyawa yang terkandung di dalam gluten sebagai ancaman
yang membahayakan dan malah membentuk antibodi untuk mengatasinya, sehingga menyerang
jaringan tubuh yang sehat. Pada kasus celiac, antibodi membuat usus halus mengalami peradangan
dan bengkak. Zat antibodi ini akan membuat bulu-bulu halus (villi) di permukaan usus menjadi rusak,
sehingga proses penyerapan nutrisi dari makanan menjadi tidak sempurna. Selain itu, pada sebagian
besar penderita celiac juga ditemukan kelainan genetik yang dapat menimbulkan perubahan sel pada
usus halus.
Hingga kini penyebab pasti dari penyakit celiac belum diketahui, tetapi kombinasi dari proses
autoimun dan kelainan genetik, serta pengaruh dari kondisi lain, seperti menjalani prosedur
pembedahan, kehamilan dan persalinan, infeksi virus, atau gangguan emosional berat, diduga menjadi
penyebab penyakit celiac.

D. Faktor Risiko
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit
celiac:
1. Faktor keturunan
Jika memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit celiac, maka risiko mengalami
penyakit serupa juga lebih besar.
2. Faktor lingkungan
Seseorang yang pernah mengalami infeksi sistem pencernaan saat masih anak-anak, misalnya
infeksi rotavirus [9], akan memiliki risiko lebih besar terkena penyakit celiac
3. Kondisi Kesehatan
Diabetes tipe 1 [10], kolitis ulseratif [11], gangguan saraf, sindrom Down [12], sindrom bisa
meningkatkan risiko terkena penyakit celiac.

E. Diagnosis
Ada beberapa prosedur diagnosis yang akan dilakukan dokter jika pasien dicurigai menderita penyakit
celiac, yaitu:
1. Tes darah
Tes darah yang dilakukan berupa tes serologi dan genetik. Tes serologi bertujuan mencari
antibodi celiac dalam tubuh, sedangkan tes genetik mencari kelainan genetik pada penderita
penyakit celiac (HLA-DQ2 dan HLA-DQ8).
2. Endoskopi dan biopsi
Untuk mengetahui kondisi usus halus, maka dapat dilakukan endoskopi. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan memasukkan alat endoskop (selang kecil dengan cahaya dan kamera) dari
mulut atau dubur hingga mencapai daerah yang dituju. Setelah ditemukan, akan diambil
sampel jaringan untuk dilihat perubahannya di bawah mikroskop. Terdapat juga pemeriksaan
endoskopi kapsul, yaitu kamera nirkabel yang ditelan untuk melihat keadaan sepanjang
saluran pencernaan. Namun, pemeriksaan ini tidak dapat dibarengi dengan pemeriksaan
biopsi.
3. Biopsi kulit
Jika pasien terlihat menderita dermatitis herpetiformis, maka diperlukan pengambilan sampel
kulit untuk memastikannya.
4. BMD. Pasien akan menjalani pemeriksaan kepadatan tulang dengan BMD
Tes untuk mengidentifikasi penyakit celiac ini dijalani pasien sebelum melakukan diet bebas gluten
terlebih dahulu.

F. Komplikasi
Jika penyakit celiac tidak ditangani atau tetap mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, maka
ada beberapa komplikasi yang bisa dialami penderita, yaitu:
1. Malabsorpsi dan malnutrisi [13]. Tubuh penderita tidak bisa menyerap nutrisi dengan sempurna
(malabsorpsi), yang bisa mengakibatkan anemia defisiensi zat besi [14], osteoporosis[15],
turunnya berat badan, dan pertumbuhan terhambat. Pada kondisi ini juga akan timbul gejala
lemas, pusing, atau tampak bingung
2. Infertilitas [16] dan keguguran. Kurangnya kalsium dan vitamin D bisa menyebabkan gangguan
pada organ reproduksi.
3. Intoleransi laktosa [17]. Penderita akan berisiko mengalami intoleransi laktosa karena
tubuhnya kekurangan enzim untuk mencerna laktosa, yang biasanya ditemukan pada produk
susu seperti keju, susu, atau yogurt.
4. Kanker. Penderita penyakit celiac memiliki risiko lebih besar terkena kanker usus [18] dan
limfoma usus.
5. Berat badan bayi lahir rendah. Risiko ini lebih tinggi pada ibu hamil dengan penyakit celiac
yang tidak terkontrol.

G.Pencegahan 
Dr. Stefano Guandalini dari Rumah Sakit Anak-Anak, Universitas Chicago Medicine Comer,
mengatakan bahwa seorang anak memiliki 50 persen kemungkinan terkena penyakit celiac jika salah
satu atau kedua orang tua memiliki gen yang terkait dengan penyakit tersebut. Namun, ibu dapat
mengurangi risiko anak mereka untuk penyakit celiac dengan:
1. Saat hamil, tetap jalani diet bebas gluten yang ketat: Seorang wanita hamil dengan penyakit
celiac dianjurkan untuk tetap konsisten dalam mengikuti diet bebas gluten. Konsumsi gluten
selama kehamilan dapat membuat penyakit aktif dan menyebabkan malabsorbsi nutrisi baik
pada ibu dan anak dan dapat menjadi risiko lebih tinggi untuk keguguran.
2. Melakukan tes genetik untuk bayi: Bayi yang baru lahir dapat diperiksa apakah membawa gen
yang terkait dengan penyakit celiac, oleh dokter. Jika hasilnya positif, tes darah antibodi harus
dilakukan setelah anak berusia 3 tahun dan setiap dua hingga tiga tahun setelahnya. Berguna
untuk menentukan apakah penyakit telah menjadi aktif pada anak.
3. Menyusui bayi setidaknya enam bulan: Berdasarkan penelitian, keterlambatan gejala antara
bayi dengan risiko penyakit celiac yang disusui minimal 6 bulan, bisa saja terjadi.
4. Memperkenalkan gluten secara perlahan setelah anak berusia antara 4 hingga 6 bulan: Sebuah
studi di antara anak-anak Swedia menunjukkan bahwa menambahkan gluten pada diet anak-
anak saat menyusui menurunkan risiko penyakit celiac setelah mereka berusia 2 tahun.
5. Ibu yang terus menyusui anak-anak setelah menambahkan gluten ke dalam diet juga akhirnya
mengurangi risiko anak-anak mereka untuk penyakit celiac.
6. Pastikan memberi bayi sedikit gluten terlebih dahulu, karena gluten dalam jumlah besar dapat
meningkatkan risiko anak untuk penyakit celiac.

Anda mungkin juga menyukai