NIM : 22.0.K.025
PRODI : D4 K3
Sakit perut.
Mual.
Anemia.
Ruam lecet atau dermatitis herpetiformis).
Hilangnya kepadatan tulang.
Sakit kepala atau kelelahan umum.
Tulang atau nyeri sendi.
Ulkus mulut.
Penurunan berat badan.
Mulas.
Pada anak-anak, mereka berisiko mengalami masalah usus ketimbang orang dewasa.
Gejalanya ditandai dengan:
Tes serologi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari antibodi dalam darah. Peningkatan kadar
protein antibodi tertentu menunjukkan reaksi kekebalan terhadap gluten.
Tes genetik. Pemeriksaan dilakukan dengan antigen leukosit manusia (HLA-DQ2 dan HLA-
DQ8) untuk menyingkirkan penyakit celiac.
Jika hasil tes menunjukkan penyakit celiac, dokter kemungkinan akan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan:
Endoskopi. Prosedur dilakukan menggunakan tabung panjang dengan kamera kecil di bagian
ujungnya. Kamera memungkinkan dokter untuk melihat usus kecil dan mengambil sampel
jaringan kecil (biopsi) untuk menganalisis kerusakan pada vili.
Endoskopi kapsul. Prosedur dilakukan menggunakan kamera nirkabel kecil untuk
mengambil gambar seluruh usus kecil. Kamera berada di dalam kapsul vitamin yang ditelan.
Saat kapsul berjalan melalui saluran pencernaan, kamera akan mengambil gambar dari
kondisi usus
Gandum.
Jelai.
Bulgur.
Tepung kentang.
Malt.
Semolina.
Triticale.
Roti.
Pasta.
Sereal.
Spelt.
Gluten dapat disembunyikan dalam makanan, obat-obatan dan produk non-makanan,
termasuk:
Malnutrisi. Ini terjadi jika usus kecil tidak dapat menyerap nutrisi yang cukup dari makanan.
Malnutrisi menyebabkan anemia dan penurunan berat badan. Pada anak-anak, kekurangan
gizi menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perawakan yang pendek.
Melemahnya tulang. Malabsorbsi kalsium dan vitamin D menyebabkan pelunakan tulang
(osteomalacia atau rakitis) pada anak-anak dan hilangnya kepadatan tulang (osteopenia atau
osteoporosis) pada orang dewasa.
Infertilitas dan keguguran. Malabsorbsi kalsium dan vitamin D menyebabkan masalah
reproduksi.
Intoleransi laktosa. Kerusakan pada usus kecil menyebabkan sakit perut dan diare setelah
makan atau minum produk susu yang mengandung laktosa.
Kanker. Pengidap tidak mempertahankan diet bebas gluten memiliki risiko lebih besar
terkena beberapa bentuk kanker, termasuk limfoma usus dan kanker usus kecil.
Masalah sistem saraf. Beberapa pengidap mengalami kejang atau penyakit saraf pada tangan
dan kaki (neuropati perifer).
Saat hamil, tetap jalani diet bebas gluten. Konsumsi gluten selama kehamilan membuat
penyakit aktif dan menyebabkan malabsorbsi nutrisi baik pada ibu dan janin sehingga
berisiko lebih tinggi keguguran.
Melakukan tes genetik untuk bayi. Jika hasilnya bayi positif mengidap Celiac, tes darah
antibodi harus dilakukan setelah anak berusia 3 tahun dan setiap dua hingga tiga tahun
setelahnya.
Menyusui bayi setidaknya enam bulan. Berdasarkan penelitian, keterlambatan gejala antara
bayi dengan risiko penyakitCeliac yang disusui minimal 6 bulan, bisa saja terjadi.
Memperkenalkan gluten secara perlahan setelah anak berusia antara 4 hingga 6 bulan.
Menambahkan gluten pada anak-anak saat menyusui menurunkan risiko penyakit Celiac
setelah mereka berusia 2 tahun.
Ibu yang menyusui anak-anak setelah menambahkan gluten ke dalam dietnya mengurangi
risiko anak terkena penyakit Celiac kemudian hari.