A. Jelaskan mengenai stunting pada balita 1. Apa itu stunting? Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar, bisa mengakibatkan anak gagal tumbuh karena kekurangan nutrisi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan dimulai sejak masa janin hingga usia 2 tahun, berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/masalah-stunting-anak https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan- gangguan-metabolik/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia 2. Jelaskan dampak stunting! a. Gangguan Pertumbuhan Fisik: Dampak paling jelas dari stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik, yang dapat menghasilkan tubuh yang lebih pendek atau berat badan yang lebih rendah daripada yang seharusnya pada usia tertentu. Hal ini dapat membuat anak-anak lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. b. Penurunan Daya Tahan Tubuh: Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Mereka mungkin sering sakit dan memerlukan perawatan medis lebih sering. c. Keterlambatan Perkembangan Kognitif: Stunting juga dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak-anak, termasuk kemampuan berpikir, belajar, dan memecahkan masalah. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam pendidikan dan perkembangan akademis. d. Dampak Sosial dan Ekonomi pada Masyarakat: Tingginya prevalensi stunting dalam suatu populasi dapat memiliki dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial suatu negara. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki produktivitas yang lebih rendah saat dewasa. 3. Jelaskan faktor risiko stunting! Risiko terjadinya stunting pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut: a. Perawakan pendek. b. Berat badan ibu tidak naik selama kehamilan. c. Tingkat pendidikan rendah. d. Kemiskinan. e. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih. f. Intrauterine growth restriction (IUGR). Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang meningkatkan risikonya mengalami stunting adalah: a. Mengalami penelantaran. b. Tidak mendapatkan ASI eksklusif. c. Mendapatkan gizi MPASI yang berkualitas buruk. d. Menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti penyakit TBC, anemia, penyakit jantung bawaan, infeksi kronis, serta sindrom malabsorbsi. e. Rendahnya akses terhadap makanan bergizi. f. Rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan g. Buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1529/faktor-faktor-penyebab-kejadian-stunting- pada-balita https://dppkbpppa.pontianak.go.id/informasi/berita/penyebab-dan-faktor-risiko-stunting 4. Jelaskan pencegahan stunting! Cara mencegah stunting dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa upaya berikut ini: a. Memastikan anak makan buah dan sayur yang sehat. b. Mencukupi asupan gizi sejak pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun, Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan. c. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan. d. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter. e. Terus memantau tumbuh kembang anak Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya. f. Selalu jaga kebersihan lingkungan Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. Semoga informasi ini membantu para ibu mencegah stunting dan meningkatkan kualitas kesehatan anak. https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting
B. Jelaskan mengenai overnutrition
1. Apa itu overnutrition? Overnutrition merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami kelebihan berat badan, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Ada yang menyebutkan bahwa masalah gizi lebih identik dengan kegemukan. Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih banyak lagi (Soerjodibroto, 1993). Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Batas IMT untuk dikategorikan overweight adalah antara 25,1 – 27,0 kg/m2 , sedangkan obesitas adalah ≥ 27,0 kg/m2 . https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-overnutrition/5878 2. Jelaskan macam-macam overnutrition! a. Obesitas: Kondisi ketika seseorang memiliki berat badan yang signifikan lebih tinggi dari yang seharusnya akibat penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. b. Kelebihan gula: Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan, seperti yang terdapat dalam minuman manis dan makanan olahan, dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan risiko diabetes. c. Kelebihan lemak jenuh: Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan, khususnya dari makanan tinggi lemak hewani, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. d. Kelebihan natrium: Mengonsumsi natrium (garam) dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan masalah kardiovaskular. 3. Jelaskan faktor risiko overnutrition! Kebiasaan makan yang buruk, Pola makan cepat, makan berlebihan, dan konsumsi makanan olahan yang tinggi gula dan lemak seringkali menjadi faktor risiko overnutrition. Kurangnya aktivitas fisik, Gaya hidup yang tidak aktif atau kurangnya aktivitas fisik dapat berkontribusi pada akumulasi kalori berlebih dan obesitas. 4. Jelaskan pencegahan overnutrition! Mengadopsi pola makan seimbang, dengan Mengonsumsi makanan yang mencakup berbagai nutrisi dengan membatasi asupan kalori, gula, lemak jenuh, dan natrium. Berolahraga secara teratur dengan Aktivitas fisik membantu membakar kalori berlebih dan menjaga berat badan yang sehat.