Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Progam Studi Sastra Indonesia
Disusun oleh :
Ardi Tambara
NIM 024114036
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Ardi Tambara
024114036
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
( Van Hallen )
( Gesang )
iv
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan YME karena atas karunianya, penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul
“Ceris”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
strata 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
1. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. Selaku dosen pembimbing I terima kasih atas segala
bimbingan, masukan, kritikan, perhatian dan telah bersedia meluangkan waktu untuk
2. Drs. B Rahmanto., M.Hum. Selaku dosen pembimbing II terima kasih atas perhatian dan
3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Drs. Ari Subagyo, M.Hum,. Drs Heri Antono,
M.Hum,. Drs. FX. Santosa, M.S., Drs. Heri Santoso, M.Hum., Dra. Adjie Tjandrasih.,
M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., dan semua dosen Sastra Indonesia yang
belum disebutkan, terima kasih atas segala pembelajaran yang telah penulis terima
4. Karyawan dan karyawati secretariat Fakultas Sastra yang telah membantu kelancaran
proses administrasi.
v
5. Karyawn dan karyawati perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu
6. Kedua orang tua dan dua adikku yang memberikan inspirasi, kasih sayang, kepercayaan,
7. Teman-teman Bengkel Sastra yang telah menjadi media pembelajaran bagi penulis
9. Dadit dan Rice, terima kasih telah mendukung kelancaran shoting film.
10. Terima kasih kepada Ceris karena telah meluangkan waktu untuk shoting film
11. Semua kru, pemain film, dan pihak-pihak lain yang membantu pembuatan film pendek
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,segalan
saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati. Penulis
Yogyakarta, …………..2010
Penulis
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat
karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Penulis
Ardi Tambara
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
Penulis
Ardi Tambara
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
1.5.2.1 Skenario.......................................................... 6
1.5.2.1.1 Cerita.............................................................. 6
1.5.2.1.2 Kerangka tokoh.............................................. 7
1.5.2.2 Sutradara......................................................... 7
xi
1.5.2.3 Produser dan Modal........................................ 7
5.4 Saran....................................................................... 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 24. Contoh Extreme Long Shoot .................................................. 67
xv
1
BAB I
KARYA SINEMATOGRAFI
PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”
Sebagian orang menganggap film sebagai tontonan atau hiburan saja, padahal
sebuah film tidak sesederhana itu. Dalam sebuah film, terdapat banyak nilai-nilai
positif yang bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa
membangun dan dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik. Sebaliknya, sebuah
bagaimana kita menyikapinya. Film memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan
dengan film kita bisa megenal sejarah, masalah-masalah sosial dalam kehidupan
pro dan kontra. Film diterima sebagai penyebar nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi,
tetapi juga dianggap sebagai sumber kebejatan moral. Film disambut sebagai
pendidik yang baik, tetapi juga ditolak karena eksistensinya sebagi penggoda yang
licik. Film dipuji sebagai alat perkembangan budaya, tetapi juga dikecam sebagai
Sebuah film dapat berfungsi sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai salah
satu cara untuk mengutarakan isi hati kita dalam berkarya. Banyak ide-ide dan
terobosan baru yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia agar menjadi lebih
1
2
baik. Sebagai sebuah wacana, film juga menjadi salah satu bahan pertimbangan, dan
mengajari cara hidup secara mendalam asalkan kita tidak mengambil film itu secara
Dalam Program Studi Sastra Indonesia, terdapat mata kuliah yang mendukung
proses pembuatan sebuah film, antara lain Analisis Drama Indonesia, Penulisan
Berangkat dari mata kuliah yang diajarkan, penulis memberanikan diri untuk
membuat sebuah karya sinematografi yang diwujudkan dalam sebuah film pendek
berdurasi kurang lebih 40 menit dengan judul “Ceris” untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan. Tema “Ceris” ini adalah kesetiaan, karena penulis ingin memberikan
contoh kepada masyarakat arti pentingnya sebuah kesetiaan. Penulis memilih aktor
anjing karena anjing adalah salah satu binatang yang sangat setia terhadap
tetapi tetap setia kepada majikannya. Dalam keseharian, acapkali terjadi seperti itu,
manusia sering kali sombong, angkuh, egois, hingga mereka lupa akan jati dirinya.
walaupun ia sering disiksa, tetapi anjing ini tidak ada rasa dendam atau benci kepada
majikanya, hingga anjing ini menolong dan menyelamatkan majikannya yang sedang
sekarat dan hampir meninggal. Sang majikan pada akhirnya menyesal dengan apa
3
tiada.
1.3 Tujuan
manfaat itu antara lain:(1) Dengan adanya film pendek yang berjudul “Ceris” ini, kita
dapat mengetahui proses dari awal hingga akhirnya menghasilkan sebuah karya film.
(2) Bagi Jurusan Sastra Indonesia sendiri, film ini berguna untuk bahan kajian mata
Kerangka teori yang dibahas dalam sub-judul ini merupakan pengertian atau
definisi dari pembuatan film, seperti sinematografi, skenario, sutradara, produser dan
modal, story board, juru kamera dan penata fotografi, tata artistik, kostum dan tata
rias, tata suara dan tata cahaya, editing, tata musik, serta pemeran / tokoh.
1.5.1 Sinematografi
berasal dari bahasa latin kinema „gambar‟. Sinematografi sebagai ilmu terapan
merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan
pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya
5
sinematografi menangkap rangkaian gambar. Film sebagai genre seni juga merupakan
produk sinematografi. Menurut Sumarno (1996 : 112). Sinema berasal dari bahasa
Yunani yang berarti gerak. Di Inggris, sinema dipakai untuk menyebut gedung
bioskop
1.5.2 Pra-Produksi
Pra produksi adalah proses sebelum produksi sebuah film dijalankan. Pra
Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan syuting nantinya. Oleh karena itu,
proses ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pra produksi meliputi penulisan
1.5.2.1 Skenario
Sekali ide cerita film ditemukan dan dianggap baik, maka dicarilah seorang
penulis cerita film, penulis skenario (scenarioman), penulis skrip (script writer).
Tugas penulis skenario film adalah membuat ide cerita film itu menjadi siap untuk
difilmkan. Cara dan proses karya penulis skenario film berbeda dari satu penulis
dengan penulis lain. Maka pembicaraan mengenai penulisan skenario film selalu
Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan sutradara untuk
memproduksi sebuah film. Penulis skenario menciptakan sebuah cerita secara utuh,
lengkap dengan dialog dan deskripsi visualnya. Namun, pekerjaan seorang penulis
skenario tidak berhenti sampai di atas kertas. Selain harus memikirkan agar cerita
agar enak dibaca secara tulisan (gunanya untuk panduan sutradara, produser, kru,
1.5.2.1.1 Cerita
satu proses lagi yang harus dilewati, yaitu penyusunannya dalam sebuah cerita film
atau video cerita, dengan pemaparan yang lebih berkembang dan lebih detail dari
treatment, dengan dialog dan watak tokoh yang tergambar lebih jelas. Kalau
treatment biasanya per episode, sebuah cerita film atau video cerita masih mungkin
untuk diproduksi sebagai sebuah serial ataupun cerita lepas serta cerita tergambarkan
lebih detail, dengan konflik dan perkembangan tokoh yang sudah jelas pula.
Kelebihan sebuah cerita film atau video cerita ini, terutama terletak pada
pengembangan alur cerita, konflik yang terbangun dengan wajar, dan karena
berbentuk cerita, maka nuansa yang tercipta lebih terasa. (Asura, 2005 : 99-100)
7
Tokoh tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama
dan tokoh tambahan. Ditinjau dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke
dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Altenbert dan lewis via Nurgiantoro,
1995:178).
1.5.2.2 Sutradara
bentuk tulisan menjadi bentuk gambar atau visual. Tugas sutradara adalah
menciptakan sebuah hasil karya menarik dari ide yang dicetuskan atau yang diberikan
penulis naskah. Tuntutan dari seorang sutradara adalah harus kreatif. Kreatif berarti
bisa menciptakan sesuatu yang menarik dan beda, selain itu melahirkan ide-ide
cemerlang. Kalau imajinasinya tajam dan selalu terasah maka kreativitasnya tidak
akan kering, bahkan selalu menghasilkan yang terbaik. Sutradara dituntut mengetahui
seluk-beluk seni peran, kamera, pencahayaan dan suara (Dennis, 2008 : 3-4).
proses pembuatan film dari awal sampai akhir. Untuk itu, sutradara harus menguasai
seluk beluk pembuatan film, memiliki kepribadian yang seimbang, bisa berorganisasi,
penggerak awal sebuah produksi film. Dalam sebuah film, produser akan membantu
sutradara dalam mengelola proses pembuatan film tersebut. Jika istilah produser
tercetus, yang ada di benak kita pastinya urusan uang. Apalagi di Indonesia, istilah
produser diartikan sebagai pemilik modal, pemilik uang yang akan memproduksi film
tersebut. Anggapan itu tidak tepat. Di televisi, produser adalah orang yang
mempunyai progam. Ia bertanggung jawab atas berbagai hal dalam produksi, baik
dihitung menurut pengeluaran seluruh biaya pembuatan film yang bersangkutan. Ini
meliputi harga-harga baku, ongkos peralatan, honorium bagi para petugas pembuat
film, seperti penulis skenario, para bintang film, penyusun film, biaya syuting, biaya
administrasi untuk mencari izin produksi misalnya, biaya pengolahan film sampai
film itu jadi. Kalau seluruh budget pembuatan film itu telah dibuat, budget harus
dipecah-pecah menurut acara syuting. Hal itu untuk menghindari jangan sampai
(Mangunhardjana, 1976:68-69).
terutama film-film pendek, dibuat berdasarkan story board. Story board berupa
9
gambar-gambar film dari adegan atau bagian adegan film yang bersangkutan. Story
Keuntungan dari pembuatan story board ini adalah sutradara bisa langsung
melihat adegan atau bagian pokok dari adegan film yang akan dibuatnya. Sutradara
1.5.2.5 Kostum
lain. Fungsi kedua adalah untuk individualisme peranan, warna dan gaya kostum
membedakan peranan yang satu dengan yang lain dan latar belakang. Fungsi yang
ketiga adalah memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, tetapi juga menambah
efek visualisasi gerak, menambah indah dan menyenangkan setiap posisi yang
Bintang film (artist) merupakan sebuah profesi. Profesi ini menuntut bakat
dan kepiawaian tersendiri. Dasar yang dipakai untuk menilai film adalah dasar
artistik, antara lain : cocok, indah, dan memikat. Hal yang dinilai adalah permainan
(acting), dan aksi (performance). Bagi pembuat film atau produser, bintang film
10
menjadi bahan baku untuk merek dagangannya. Dasar penilaian acting adalah
pelarisan atau alat mendatangkan uang. Jadi, bintang film harus berperan ganda
Di sinilah dedikasi seorang bintang film dituntut. Tanpa dedikasi, artist akan
akan mudah tertarik kesana-kemari untuk “main asal main.” Semua peran disanggupi
tanpa memikirkan apakah peran itu cocok atau tidak, apakah dia mampu atau tidak.
Terutama bagi bintang film yang sedang laris, cara kerja seperti ini cepat atau lambat
akan “menjerat lehernya sendiri.” Cepat atau lambat permainannya akan merosot,
akhirnya tidak terpakai lagi. Uang imbalan memang perlu, tapi bila dimutlakkan akan
sutradara, juru fotografi dan stage manager, agar sesui dengan apa yang diharapkan
tertulis, perihal waktu dan tempat sesuai yang diharapkan. Jadwal kegiatan disusun
11
oleh sutradara berdasarkan kesiapan para kru dan alat pendukung dalam pembuatan
film.
1.5.3 Produksi
Tahap produksi merupakan tahap dimana seluruh tim mulai bekerja. Seorang
sutradara, produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap
disusun menjadi film. Dia merupakan orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas
segala segi fotografis dari film yang dibuat. Setiap juru kamera selalu mendapat
pembantu sedemikian lengkap dalam setiap pembuatan film. Hal ini sangat
tergantung dari situasi dan kebutuhan orang sewaktu membuat film itu
(Mangunhardjana,1976:19).
betul, walaupun dasar-dasarnya sama, tetapi komposisi foto dan film punya
kontras gelap terang dan kontras warna. Perbedaanya, film merekam subyek-subyek
yang bergerak. Jika gerak itu tidak mendapat perhatian utama, gerak bisa merusak
12
komposisi. Oleh karena itu, komposisi untuk film harus dipikirkan dengan seksama.
Urusan penampilan artis dalam hal busana dan make-up menjadi tanggung
jawab penata artistik. Dalam bekerja, penata artistik dibantu oleh properti master,
film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Penata artistik boleh mempunyai
kecenderungan, namun bukan gaya yang harus tunduk pada tuntutan cerita atau
latar depan sebagaimana di latar belakang. Selain itu, penata artistik tidak boleh
berarti juga menyangkut pakaian-pakaian yang harus dikenakan pada tokoh film,
bagaimana tata riasnya, dan barang-barang (properti) yang harus ada. Karena tugas
yang beragam itu, penata artistik akan didampingi oleh sebuah tim kerja yang terdiri
atas bagian penata kostum, bagian make-up pemeran, pembangun dekor-dekor, dan
wajah pemeran. Fungsi rias akan berhasil baik kalau pemain-pemain itu mempunyai
syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian yang dibutuhkan oleh oleh peranan-peranan
yang akan dilakukannya. Rias film membentuk suasana atau karakter pemeran yang
yang kita dengar sewaktu kita menikmati film. Untuk membuat film bersuara,
perekaman suara tidak selalu dilakukan bersama dengan shoting filmnya. Suara-suara
yang biasa direkam bersama dengan shoting adalah suara manusia, dialog atau suara
khas manusia. Untuk setiap film, bahkan film yang paling sederhana sekalipun juru
dipengaruhi oleh jenis film yang akan dibuat. Agar juru penata suara bisa
mempersiapkan suara-suara itu dengan baik, dia perlu mengetahui bagaimana jenis
film itu akan dibuat dan bagaimana bentuk dan cara film itu akan disusun
(Magunhardjana,1976:24-42)
Tata cahaya adalah sutu cara penyinaran khusus pada sutu objek membentuk
gambar objek itu menjadi lebih jelas dari pada objek-objek lain di sekitarnya. Karena
lebih jelas, objek itu juga memberi kesan khusus. Objek itu menunjukkan diri sebagai
14
objek yang penting daripada objek-objek yang lain. Dengan cara penyinaran khusus
itu, penonton dipaksa untuk melihat dan memperhatikan objek itu serta melupakan
saja objek-objek yang lain. Objek itu berbicara lebih keras daripada objek-objek
1.5.4 Pasca-Produksi
Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shoting yang
diselesaikan pada tahap ini. Pasca produksi meliputi editing, dan tata musik (Dennis,
2008:34).
1.5.10 Editing
atau editing. Dalam editing ini, seluruh gambar hasil shoting dirangkaikan menjadi
satu membentuk film yang utuh. Proses editing sendiri baru dimulai setelah seluruh
shoting selesai. Hasil shooting yang berupa film-film mentah itu kemudian diproses
menjadi film-film negatif. Dari film negatif ini dibutuhkan rangkap dua sampai tiga
turunan (copy). Copy film inilah yang akan dijadikan landasan kerja menjadi working
copy. Tugas penyusun film dapat bebas memotong, menyambung, memotong lagi
untuk membuatnya menjadi satu film. Dengan demikian, film negatif asli tidak rusak
untuk mengiringi adegan-adegan di atas layar, agar suasana tidak sepi. Lambat laun,
tidak mungkin diperoleh dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan penyajian
Musik dapat dipakai untuk melucu dan menyindir. Musik dapat dipakai untuk
menambah rasa takut. Singkatnya musik dapat menjadi penghubung yang efektif
antara gambar-gambar yang ada di atas layar dan para penontonnya. Musik
upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk
(Koentjaraningrat, 1977:16).
deskriptif. Metode observasi diterapkan oleh penulis untuk menyusun skenario film.
Penulis mengobservasi fenomena figur anjing yang mempunyai sifat penurut dan
16
setia pada majikannya. Berangkat dari pengamatan tersebut penulis memperoleh ide
awal yaitu tentang kesetian anjing terhadap majikannya. Ide tersebut diwujudkan
menjadi sebuah skenario film pendek berjudul “Ceris”. Metode deskriptif digunakan
oleh penulis dalam memaparkan proses pembuatan film “Ceris” dari tahap pra
Sistematika penyajian dapat disusun sebagai berikut. Bab pertama berisi latar
penelitian, sistematika penyajian, dan jadwal kegiatan. Bab kedua berisi pra produksi.
Bab ketiga berisi produksi. Bab keempat berisi pasca produksi.. Bab kelima
merupakan penutup yang berisi kesimpulan, catatan reflektif, dan saran. Bagian akhir
berupa lampiran yang berisi contoh story board, contoh desain kostum, contoh desain
setting, contoh jadwal shooting, contoh catatan scene atau adegan, foto-foto
dokumentasi selama pembuatan film berlangsung dan pengepingan VCD atau DVD
film “Ceris”.
BAB II
PRA PRODUKSI
produksi merupakan tahap persiapan sebelum kegiatan shooting dimulai dan sangat
memaparkan tahap pra produksi yang terdiri dari cerita, karakter, skenario, pemeran,
persiapan sutradara dan produser, rencana modal, story board, kostum, hunting
mengawalinya dengan konsep cerita dan karakter film “Ceris”. Hal ini bertujuan
dan karakter film “Ceris” terlebih dahulu, penulis dapat lebih mudah menyusun
17
18
2. Pra-Produksi
2.1 Skenario
2.1.1 Cerita
Tahap pertama penulisan skenario film pendek berjudul “Ceris” dimulai bulan
Juni dan selesai bulan Agustus tahun 2009. Tema film “Ceris” adalah kesetiaan. Film
ini bercerita kesetiaan seekor anjing yang bernama Ceris kepada majikannya, Dadit.
Walaupun anjing itu sering dimarahi dan dihukum, ia tidak memiliki rasa benci,
dendam, dan marah kepada majikannya. Sebaliknya, anjing itu menyelamatkan Dadit
saat ia tengah sekarat karena sakit. Anjing tersebut akhirnya mati karena kecelakaan.
Dadit sangat sedih mengetahui kematian Ceris dan menyesali apa yang telah
Penulis terinspirasi pada anjing peliharaannya sendiri. Ide cerita muncul dari
kisah nyata karena penulis hidup bersama dua ekor anjingnya. Sebelum penulis
membuat skenario, penulis terlebih dahulu melakukan riset terhadap anjing. Penulis
mempelajari tingkah laku anjing, apa yang tidak disukai, dan tidur bersama dua ekor
anjingnya.
ending pada akhir cerita. Ini karena penulis ingin memberi kesan dramatis dan arti
sebuah pengorbanan pada penonton. Kebanyakan film sekarang, film layar lebar,
televisi maupun film pendek banyak memilih akhir cerita dengan happy ending,
19
penulis ingin karya filmnya berbeda dengan yang lain, itupun sesuai dengan isi dari
skenario.
pemeran berimprovisasi dengan batasan tidak keluar dari skenario, apalagi tokoh
a. Kultural
Ceris
Januari 2008
manusia
berguling, duduk,
lain- lain
b. Fisikal / biologis
Tinggi badan : 35 cm
Berat badan : 15 kg
Penampilan : Seadanya
c. Psikologis
berusaha )
Dadit, dia
pendiam
bersaudara dari
golden retriver)
e. Sosial – Ekonomi
khusus anjing
Tokoh protagonis adalah tokoh yang selalu dikagumi, disebut hero, tokoh
yang yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai serta apa yang ideal
dalam film ini adalah Ceris. Ceris menjadi tokoh penggerak alur dalam film “Ceris”.
a. Kultural
b. Fisikal / Biologis
Berat badan : 50 kg
c. Psikologis
Inteligensia : Normal
e. Sosial – Ekonomi
kuliah di perguruan
tinggi swasta,
menempuh semester
delapan.
Peran antagonis juga sering menjadi tokoh sentral dalam cerita yang tugasnya
a. Kultural
bermain gitar.
b. Fisikal / Biologis
Berat badan : 60 kg
c. Psikologis
Intelegensia : Tinggi
kawan
keroncong
e. Sosial – Ekonomi
dua belas
atau peran pembantu yaitu peran pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita. Peran
ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi bisa juga sebagai
a. Kultural
b. Fisikal – Biologis
Berat badan : 85 kg
Penampilan : Elegan
c. Psikologis
Intelegensia : Tinggi
sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini
tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).
a. Kultural
tionghoa)
b. Fisikal / Biologis
Berat badan : 40 kg
Penampilan : Rapi
c. Psikologis
Intelegensia : Tinggi
sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini
tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).
2.1.2.6 Karakter Bu Is, Pak RT, Koho, Rebo, Bangun, Udin, Pengemis, Dokter
sebagai tokoh pelengkap guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak
CERIS
Dadit
(secara serentak musik tiba-tiba berhenti) Wah ditunggu ket mau kok ora
teko-teko?
Dian
Wah, sorry bro, biasa tau sendiri anak muda kalau malam minggu ngapain?
Dian
Ya udah, latihan lagi yuk?
28
Teman-teman
Yuk gah yuk (sambil melihat ke wajah Dian).
Dadit
Yang harusnya ngajak latihan itu aku, ayo kita latihan lagi, ayo cepat!!, tiga,
empat
Mereka pun kembali latihan, tidak terasa ayam jantan telah berkokok
tiga kali menunjukkan waktu sudah pagi. Teman-teman band dadit pun segera
pulang ke rumah masing-masing, kecuali dian yang masih tinggal di rumah
dadit, lalu mereka ngobrol di dalam kamar.
FADE OUT
CUT TO
02.INT.Dikamar Dadit /Subuh
Dian
Wah kamar kok panasnya kayak gini, mbok dipasangi AC. (sambil menghisap
sebatang rokok)
Dadit
Lha ini kamu lihat ! angin jendela
Dian
Angin jendela dari Arab?
Dadit
Lha iya memang pesannya di Arab!
Dian
He tak bilangin! mbok kamu itu cari cewek, biar di rumah gak sendirian
Dadit
Repot!
Dian
Repot apanya?
Dadit
Aku juga belum siap, lha wong kamu tau sendiri , tugas kampus aja numpuk
kayak gitu
29
Dian
Dadit
(Sambil melihat dan menegaskan) We, aku ini normal brow! Mau dicek po?
Walaupun aku suka kayak gini, aku normal (sambil minum air kemasan)
Dian
(dengan wajah agak jijik) Gak-gak, njijiki tenan kamu itu.
Dian
He kamu itu tho, kalau mau tau tak saranin ya? Mbok beli anjing. Kata orang
tua, kalau kita belum punya anak, kita mancing anak dengan cara ngadopsi
anak dulu, seperti halnya kamu, kamu ngadopsi anjing biar dapat cewek.
Dadit
Tis-tisan, emangnya aku ini binatang po?
Dian
Yo nggak, itu kan pepatah orang tua, apapun bisa terjadi. Ah aku ngantuk
mau tidur dulu, dibilangin kok ngeyel. Kalau mau beli anjing, ada temenku
om Broto namanya, mau jual anjingnya bagus.
Dadit
Ah embuh lah aku juga udah ngantuk nih (Sambil mematikan rokok, mereka
berdua segera tidur).
CUT TO
FADE IN
Dian
Kulo nuwun..kulo nuwun..om.Broto.(sambil mengetuk pintu, sela beberapa
saat pintu terbuka) Sugeng siang Om?
Om Broto
Sugeng siang (sambil berjabat tangan), ayo.. silahkan duduk!
Dian
Ya Om..
Om broto
(sambil mempersilahkan masuk) Gimana kabarnya?
Dian
Baik Om..
Om broto
Udah lulus belum?
Dian
Wah baru memperdalam ilmu, gimana kabarnya Om?
Om Broto
(sambil tertawa) Baik saya! Gimana, ada bisa saya bantu?
Dian
Ini teman saya mau beli anjing (sambil tertawa, ingat obrolan semalam)
katanya mau dijual anjingnya?
Om Broto
Oh ya, sebenarnya saya sayang sih, tapi mertua gak suka jadi terpaksa saya
jual, mau lihat?
Dian
Ia boleh om, boleh! (sambil berdiri mau menuju kebelakang rumah)
Dadit
(Sambil menunjuk ke arah meja yang di atasnya ada seekor ular yang ditaruh
di dalam aquarium) Eh serem banget?
31
Dian
Oh..om Broto kan sukanya klenik!
Dadit
(Sambil geleng-geleng kepala) Pantes..ayo ke belakang!
Om broto
Nah..ini anjingnya!
Dadit
Wah lucu banget om..
Om broto
Ia ini jinak kok!
Dadit
Bener gak gigit om?
Om Broto
Nggak!
Dadit
Udah dikasih nama belum?
Om broto
Udah, namanya keris!
Dadit
Wah lucu banget, ini jenis apa om?
Om Broto
Ini jenis golden retriver! Udah divaksin kok, sehat (sambil melepas rantai) ini
pegang aja!
Dadit
Siapa Om namanya?
Om broto
Keris
32
Dadit
(Sambil memanggil) keris! (dadit mengajak main keris), he kamu suka bola
ya? (Dadit ngajak bicara keris) ini bisa apa Om?
Om Broto
Bisa macam-macam, bisa nangkap bola, salaman, roll, tos..
Dadit
Wah om, pintar banget anjingnya
Om Broto
Ya, gimana?
Dadit
Kalau gitu, okelah saya ambil keris
om Broto
Jadi? Kalau begitu tak ambil makanannya dulu ya..
CUT TO
Akhirnya Dadit membeli Keris, dan mereka berdua pun segera pulang
ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka berdua pun masih ngobrol.
Dadit
Kamu kok serem banget sih namanya?(melihat kearah Ceris sambil
mengelusnya) anjing kok namanya serem banget, padahal kamu anjing pintar!
Dadit
Kamu aku kasih nama aja ya? (sambil melihat kearah Ceris) kamu mau gak
ganti nama? Beris?
Ceris
Ceris menolak dengan cara berbaring
Dadit
Ceris?
Ceris
Guk-guk! (Ceris setuju dengan nama itu)
33
Dadit
(dengan gembira) namamu Ceris..Namamu Ceris..oke kalau begitu kita tos
dulu? (sambil tos dengan Ceris)
CUT TO
Dadit dan Ceris suka bermain dan bercanda, Ceris sangat manja
sekali, bandel dan juga lincah. Ceris pun tumbuh menjadi dewasa tapi
tingkahnya masih bandel dia sangat menurut dengan Dadit.
CUT TO
Di malam hari, Dadit sedang tidur di kamar, sedangkan Ceris sedang
santai-santai di ruang tamu. Beberapa menit kemudian terdengar suara
ketukan pintu dari luar, tetapi Dadit tidak mendengar karena tertidur pulas.
CUT TO
Bu Is
(Mengetuk pintu sambil menengok kiri-kanan)
Mas Dadit..mas Dadit..mas
Pak RT
Cari siapa Bu? Mas Dadit?
Bu Is
Oiya Pak, cari mas Dadit!
Pak RT
Ada kok di dalam!
CUT TO
Bu is
“ (Bu Is masuk rumah karena pintu tidak dikunci) Mas Dadit..mas Dadit!
(baru masuk beberapa langkah, Bu Is sangat kaget, karena didepanya ada
Ceris. Sebaliknya Ceris juga kaget, karena sama-sama belum kenal. Bu Is
hanya diam kaku seperti es. Beberapa detik kemudian Ceris melolong).
(Tanpa pikir panjang Bu Is mengambil langkah seribu)
asu...segawon..toloooooong..tolooooooong..ada segawon!!
34
Karena mendengar gaduh, Dadit pun terbangun dari tidurnya, melihat apa
yang terjadi. Selagi Dadit mencari tahu apa yang terjadi, Bu Is masih teriak-
teriak di luar rumah!
CUT TO
Dadit
(Dadit keluar rumah bersama ceris) Eh ibu, ada apa bu kok teriak-teriak?
Bu Is
Anjingmu itu lho, aku takut he..
Dadit
Oalah..si Ceris tho bu? Gak apa-apa Dia gak gigit kok Bu, sakestu! Lho kan
gak gigit tho bu? (sambil mengelus-elus ceris menunjukkan ke Bu Is bahwa
ceris ramah)
Bu Is
(Dengan wajah ragu-ragu) “Beneran?
Dadit
Yakin Bu sakestu, mari masuk bu! (akhirnya Bu Is masuk ruang tamu)
CUT TO
Dadit
Mari silahkan duduk Bu! (sambil duduk berhadapan) mau nagih uang
kontrakan ya bu?
Bu Is
Ia mas Dadit, maaf mas Dadit ini uang kontrakan saya naikkan sepuluh
persen! Mas Dadit Tau sendiri sekarang apa-apa mahal.
Dadit
Masak dinaikin bu? Kayak uang kuliah aja, tiap tahun naik! Mbok ya jangan
bu?(dengan wajah memelas)
35
Bu Is
Habis gimana ya mas Dadit, kan tau sendiri apa-apa kan sekarang mahal!
Dadit
Begini saja, saya sudah saya siapin sebenarnya, tunggu sebentar ya bu, saya
ambilkan di dalam!
Dadit
Bu, ini seperti yang sudah saya siapkan, mau dihitung dulu bu kira-kira
Bu Is
(sambil mengambil uangnya) Makasih ya...saya sudah percaya dengan mas
Dadit!
Sela beberapa saat Bu Is pun segera beranjak dari tempat duduk, dan
berpamitan untuk segera pulang.
CUT TO
Pada sore hari yang cerah, Ceris diajak jalan-jalan Dadit, mereka
berlari-lari sambil bercanda. Ceris senang karena banyak bertemu anjing,
tidak jauh dari situ ada seorang cewek yang sedang lari-lari menghampiri
Ceris. Cewek itu lalu mendekat dan menghampirinya
Cece
(menghampiri ke arah Ceris sambil memegang kepala Ceris) Aduh lucunya,
namanya siapa Mas?
Dadit
(dengan wajah kagum dan percaya diri melihat cewek di depannya) Nama
saya Dadit mbak!
Cece
Maaf mas, maksudnya nama anjingnya?
Dadit
Ooo..maaf, namanya Ceris..he..he (Dadit tersipu malu)
36
Cece
Halo Ceris, bulumu kok lembut sekali sih..boleh tak ajak jalan-jalan sebentar
mas? (sambil melihat ke arah Dadit sambil jongkok)
Dadit
Silahkan, gak apa-apa, kalau mau pakai bolanya sekalian. (wah benar juga
apa kata Dian…Dadit ngomong sendiri dalam hati, sambil memainkan
tangannya)
(Ceris pun diajak jalan-jalan sambil berlari-lari memutari taman itu. Ceris
senang sekali punya teman baru. Setelah beberapa menit diajak jalan-jalan,
cewek itupun menghampiri Dadit yang dalam keadaan melamun).
Cece
(Sambil menghampiri dadit bersama ceris) Mas makasih
ya!..Mas..Mas..Mas.. (sambil memegang bahu dadit)
Dadit
“(Dadit pun kaget sekali, karena dia sedang melamun) ia sayang…ha!
Maaf..maaf?
Cece
Makasih ya mas udah dipinjami ngajak jalan-jalan Ceris? (sambil tersenyum)
Dadit
Sama-sama mbak, oiya perkenalkan nama saya Dadit? (sambil mengulurkan
tangan)
Cece
(Sambil mengulurkan tangan) Saya Cece!
Dadit
Mbaknya tinggal di sini juga ya?
Cece
Ia, saya tinggal di gang Tlogo..
Dadit
Oh kalau saya tinggal di gang Kapling mbak..
Cece
Oiya kok jarang kelihatan ya?
37
Dadit
Iya, saya paling keluar ngajak jalan-jalan Ceris saja. (sambil mengelus dan
menyuruh duduk Ceris)
Cece
Wah pintar ya, hebat nih anjingnya mas?
Dadit
Iya..
Cece
Wah hujan mas, kita pulang aja sekarang?
Mereka bertiga berlarian, karena hujan mulai turun dengan deras. Akhirnya
mereka mendapatkan tempat berteduh tidak jauh dari situ. Dadit dan Cece
sudah semakin akrab saja, mereka saling bertukar nomor telepon.
FADE OUT
CUT TO
Dadit
Ayo masuk sayang!
Cece
Makasih
Dadit
(Mereka berdua sedang asik menonton televisi, lalu tiba-tiba ceris datang
ingin bergabung, tapi Dadit malah mengusirnya)Ceris ayo keluar!!!
38
Cece
(Mereka berdua menuju berjalan menuju rumah, di sebelah rumah pak RT
sedang mengecat rumahnya, lalu Cece menyapanya) Mari pak?
Pak RT
Ya mari
Dadit
Ayo masuk! (sambil membukakan pintu, merekapun duduk di ruang tamu)
Cece
Makasih
Dadit
Aku mau ke dalam dulu ya?
Cece
Mau ngapain?(menunggu di ruang tamu)
Dadit
Ada aja..pokoknya.
Cece
Ya udah
Dadit
Oke
Dadit pun segera menuju dapur, dia sangat kaget melihat roti tart-nya
lenyap dan berantakan. Tidak jauh dari situ Dadit melihat Ceris belepotan
39
wajahnya oleh kue tart. Saat mereka berhadapan, rasa kaget itu datang
bersamaan.
Dadit
Ceriiiiiiiiis!!!!
Ceris
Uggh.. (Ceris langsung lari ngacir)
Dadit
Sini kamu!! (Dadit memanggil Ceris dan memarahi) itu bukan buat kamu!
Sekarang masuk! Ceris masuk! (Ceris sangat sedih, dia hanya termenung
diam)
Cece mendengar suara gaduh dan tidak lama kemudian dia menyusul ke
belakang menghampiri Dadit.
Cece
Ada apa sih saya? (sambil berjalan menuju suara gaduh, lalu mendekati
Dadit sambil memegang bahunya)
Dadit
Itu ceris, lihat dia!
Cece
(Sambil menenangkan dan menatap mata Dadit) “Yah..udahlah, mungkin
kamu belum kasih makan? Iya nggak?
Dadit
(Sambil melihat ke arah Cece) Ya-iya sih emang bener, tapi itu bukan buat
dia!
Cece
Udahlah kue tart gak begitu penting, yang penting kan doanya (sambil
menenangkan Dadit yang sedang marah)
Dadit
Maafin aku ya yang ya? Tapi tetap cinta kan?
Cece
He..eem..(sambil dicium keningnya sama Dadit)
CUT TO
FADE IN
40
Dian
Lho Ceris kenapa ada di sini? (ngomong sendiri)Ceris? Lho mana
juraganmu?(sambil mendekati Ceris dan mengelus-elusnya).
Ceris
Guk…guk…guk…(Ceris terus menggongong di depan Dian, berharap Dian
mengikutinya)
CUT TO
13. EXT.- Di pinggir jalan/Pagi
Dian
Dadit bangun! Kamu kenapa? Dit?
Koho
(Sambil menoleh ke temannya) Kayaknya kita nabrak sesuatu kita?
Rebo
Nabrak apa lu? (sambil membuka pintu mobil, lalu keluar)
Koho
Gimana Brow? (sambil menengok di jendela)
Rebo
Asu man!
Koho
Hancur dah mobil gue (dengan wajah panik)
Rebo
Asu!!!
Koho
Apanya?
Rebo
Asu!
42
Koho
Lho kamu kok malah misuhi aku? (Koho keluar dari mobil).
Rebo
Anjingnya ketabrak brow!
Koho
Kita cabut aja brow?
Rebo
Anjing(sambil menunjuk kearah anjing)
Koho
Udah tinggali duit aja!! (sambil menaruh uang di atas tubuh Ceris lalu
mereka segera pergi)
Pemulung melewati jalan itu. Kemudian dia melihat ada uang di atas tubuh
Ceris. Pengemis itu ingin mengambil uang tersebut. Dia melihat keadaan
sekitar lalu mengambil uang itu. Setelah mengambil uang, dia langsung
pergi.
CUT TO
FADE IN
Dua orang itu pun segera pergi meninggalkan Ceris sendiri, tidak
lama kemudian lewat anak muda. Melihat ada anjing mati, pemuda itu
berhenti matanya melotot karena melihat uang di dekat anjing itu. Tanpa
pikir panjang, pemuda itu turun dari motor dan menyambar uang tersebut
dan segera kabur.
Berselang beberapa menit, teman Dadit yang juga tetangganya lewat
jalan itu. Mereka kaget melihat mayat seekor anjing yang sedang terkapar di
jalan yang tidak asing lagi. Mereka pun berhenti, turun dari motor dan
menghampiri mayat anjing tersebut!
Udin
(Dengan wajah kaget) Lho anjing siapa nih? Kok pernah lihat?
Bangun
Ini kan Ceris! Anjingnya Dadit
43
Udin
( Sambil berpikir sejenak) Oiya-ya, ini kan Ceris! Anjingnya Dadit, Ayo kita
bawa ke rumah Dadit?
Bangun
Din-din mana ada orang, Dadit di rumah sakit.
Udin
(Dengan wajah ling-lung)Ia po? Masak aku gak tau ya?
Bangun
Din-din kerja tidur melulu, mana bisa tau!
Udin
Kayak orang tua aja kamu? Namamu kan Bangun, makanya kamu sering
bangun pagi!
Bangun
( Dengan wajah sebel) ngeyel!
Udin
Yo wis yo kita bawa aja! (mereka segera membawa Ceris pulang dengan
sepeda motornya)
CUT TO
Udin
(Sambil membangunkan Dian yang sedang tertidur karena menjaga
Dadit) Dian..an bangun an!
Dian
(Terbangun dan agak kaget melihat kedatangan Udin) Ada apa din?
Udin
Si..si..Ceris!!
44
Dian
Tenang dulu, Ceris kenapa?
Udin
Eh..Ceris itu ditabrak mobil, dia udah..udah mati!
Dian
Kamu yang benar?Apa bener itu Ceris, kamu jangan mengada-ada?
Udin
Bener itu memang Ceris! Sekarang Ceris sama Bangun lagi mau
diurus.
Dian
Waduh..gimana ya? Tolong urusin Ceris dulu ya!
Udin
Baik! kalau begitu, saya pulang dulu ya?
Dian
Terimakasih banyak ya, maaf merepotkan!
Udin
Iya gak apa-apa..
CUT TO
Dadit
(Dengan wajah bingung dan masih pucat pasi) Aku di mana? Lho kok kamu
ada di sini?
45
Dian
(Sambil menghampiri Dadit) Tenang Dit kamu sudah berada di rumah sakit,
tadi kamu pingsan di jalan!
Dadit
(Sambil melihat wajah Dian) Terimakasih banyak ya, An kamu selamatkan
aku.
Dian
Jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah kepada Ceris karena dia
yang telah menyelamatkanmu!
Dadit
Dimana Ceris sekarang An? Aku mau berterimakasih kepadanya! Kalau aku
sudah sembuh nanti aku mau ajak jalan-jalan dia, pasti dia sangat suka.. An
dimana Ceris sekarang? Jawab An?
Dian
Maaf Dit, Ceris sekarang sudah bahagia selama-lamanya!
Dadit
(Dengan ekspresi sedih dan tegang ) maksud kamu apa An, kamu bercanda
kan?(sambil meraih pergelangan tangan Dian) katakan An?
Dian
(Dengan wajah berbela sungkawa) Maaf, Dit, Ceris sudah tiada!!
Dadit
Tidak mungkin, gak mungkin An Ceris ninggalin aku..aku mau pulang
sekarang! Ceris...ceris..ceris! (Dadit meronta ingin bangun dari ranjang
tidurnya) aku mau lihat Ceris!
Dadit
(Dadit memaksa keluar dari ranjang, tapi Dian terus menghalanginya,
karena keadaan Dadit belum pulih) Tolong lepasin! Aku mau cari
Ceris!..Ceris..Ceris..
Dian
(Mendekat dan measehati Dadit) Sudah, Dit, tenang..tenang!
suster..suster?(Dian memanggil suster)
46
Dadit
Tidak..tidak..aku mau bertemu Ceris..tidaaaaaaaaaaak…(Dadit memaksa
bangun dan berjalan walaupun keadaannya masih belum fit, menuju pulang
rumah untuk menemui Ceris, walaupun Ceris sudah mati, tapi dia tetap tidak
percaya)
CUT TO
Dadit
(Dengan wajah sedih) Terima kasih Ceris……
SELESAI
2.3 Pemeran
sekedar dilakukan untuk memilih orang yang cantik ataupun tampan saja, walaupun
tampan dan cantik menjadi salah satu daya tarik agar orang mau menonton sebuah
dengan karakter dalam skenario film. Sutradara bersama penulis skenario yang
mereka dilatih berdialog dan berakting sesuai tuntutan peran serta kemampuan
47
1976:62).
Jumlah pemain yang direkrut dalam film pendek “Ceris” berjumlah tujuh
belas orang. Klasifikasinya sebagai berikut: dua pemeran utama, yaitu Ceris (seekor
anjing) dan Dadit. Dua orang pemeran pembantu wanita dan tiga belas pemeran
pembantu pria serta pemain musik keoncong “Kagol Asmoro”. Latihan dialog dan
bloking kamera dilakukan pemeran film selama tiga minggu sebelum syuting film.
Dalam film ini, jikalau ada orang lain yang tertangkap oleh kamera itupun karena
Ceris belum bisa akrab dengan orang-orang baru, dan Ceris juga takut
mendengar suara keras, hair drayer, galon. Selebihnya, ia mampu berperan dengan
baik.
Tokoh Dadit diperankan oleh Dian Wijanarko RBN dan Dian diperankan
oleh Ardi Tambara. Sutradara menginginkan tokoh utama pria yang muda dan
yang bertempat tinggal di sebuah rumah kontrakan. Kegiatan mereka berdua bermain
musik dengan teman-temannya. Selain itu, Dadit juga memiliki kekasih bernama
Cece, itupun atas usulan Ardi Tambara. Setelah melalui proses casting, Dian
Wijarnako dianggap dapat memerankan tokoh ini. Dian Wijarnako belum mempunyai
teater. Dian Wijarnako dapat memerankan tokoh ini walaupun harus berakting
dengan seekor anjing, itu tidak menjadi hambatan bagi dirinya memerankan tokoh
Gambar 2 dan 3. Pemeran Wijanarko sebagai Dadit dan Ardi Tambara sebagai Dian
cantik, rapi, sopan, dan komunikatif. Pemeran tokoh ini didapat dari proses casting.
Setelah melalui proses casting, Hedwik ternyata dapat memerankan tokoh Cece.
Hedwik belum memiliki pengalaman dalam dunia perfilman. Namun, hal tersebut
tidak menjadi hambatan, justru sutradara ingin mendapat tokoh yang dapat berakting
secara natural.
romantis dengan lawan mainnya Dadit. Dari ekspresi dan gesture, Hedwik dapat
sebagai tokoh figuran. Karakter tokoh ini memiliki sifat yang dewasa, berwibawa,
familiar, elegan, dan suka hal-hal magis. Dalam film ini, Om Broto mempunyai
anjing kesayangan yang bernama Keris yang kemudian dijual kepada Dadit manjadi
Ceris. Secara garis besar, tokoh ini digambarkan seorang pengusaha. Sama seperti
50
tokoh lainnya, Joe Ingridion belum memiliki pengalaman akting dalam dunia
perfilman maupun dalam dunia teater. Tokoh Om Broto sangup diperankan oleh Joe
Ingridion dengan baik, sehingga saat berakting sangat natural dan tidak dibuat-buat.
Kekurangan yang terdapat pada tokoh ini saat memerankan Om Broto adalah intonasi
dan Ekspresi wajah. Secara keseluruhan Joe Ingridion sanggup bermain dengan
maksimal.
Kedua tokoh ini merupakan peran pembantu. Tokoh Rebo yang diperankan
oleh Aloysius digambarkan seorang pemuda gaul. Tokoh Koho diperankan oleh
Simplisius. Tokoh Koho digambarkan pemuda gaul. Walaupun tokoh ini tidak
banyak berdialog, tetapi kedua tokoh ini sudah memerankan tokoh Rebo dan Koho
kontrakan yang ditinggali oleh Dadit. Tokoh ini diperankan dengan sangat baik oleh
Muji Rahayu. Kekurangan dari Bu Muji Rahayu ialah intonasi dialog. Tokoh Pak RT
hanya berdialog satu scence saja, saat Ibu Muji Rahayu mencari Dadit untuk menagih
uang kontrakan. Tokoh ini diperankan dengan sangat sempurna oleh Pak Kasio yang
juga belum memiliki pengalaman berakting sedikit pun. Tokoh pemulung yang hanya
memainkan gesture dan mimik wajah juga diperankan dengan sangat baik oleh
Dominikus Ganang.
52
Gambar 8, 9 dan 10. Muji Rahayu sebagai Bu Is, pak Kasio sebagai pak RT dan Domenikus Ganang sebagai
Bangun diperankan oleh Reza Aditya. Sutradara memilih tokoh ini karena memiliki
sifat dan karakter yang sesuai dengan keinginan sutradara. Kedua tokoh ini
merupakan pemeran pembantu, Kedua tokoh ini digambarkan sebagai teman Dadit
Gambar 11 dan 12. Dika Prasetyo sebagai Udin dan Reza Aditiya sebagi Bagun dalam film “Ce
53
Tokoh pemain musik diperankan oleh Desy, Sanda, Kido, Wawan, Petruk,
Triyas. Tokoh ini tidak berperan dominan dari tokoh-tokoh yang lainnya. Kelima
tokoh ini hanya muncul saat scence pertama pada saat opening. Namun, beberapa
tokoh tersebut berperan penting dalam film pendek “Ceris”, yaitu sebagai penjelas
Gambar 13. Pemain musik kroncong “Kagol Asmoro dalam opening film “Ceris”
televisi, sinetron maupun dalam film pendek atau indipenden. Pembuatan film dari
awal sampai akhir sutradara sebagai panutan yang mempengaruhi laju dan alur cerita
tersebut. Tidak bisa dipungkiri, dalam pembuatan film pendek sutradara mempunyai
banyak peran dan jabatan. Sutradara bisa berperan sebagai aktor, kameramen, editor,
kru, dan juga merangkap sebagai produser. Memang, jauh dari professional tapi
54
semua itu bisa terjadi, salah satu faktor penyebabnya adalah karena dana yang kurang
mencukupi.
saat berteriak action dan cut. Lebih dari itu, sutradara haruslah memiliki bekal dan
beluk produksi, kejelian kontinuitas, serta ketelitian adalah beberapa kunci sukses.
Sutradara harus memiliki citra rasa seni. Citra rasa seni yang dimaksudkan di sini
adalah kekhasan seorang sutradara saat mengemas karya filmnya. Termasuk juga
kreativitasnya dalam menyajikan film agar terkesan tidak dipaksakan atau bahkan
memiliki kuasa dalam memilih ataupun mengganti sutradara jika dirasa tidak cocok.
Produser identik dengan pemilik modal atau penyokong dana dalam produksi film.
Produser berhak memberi masukan pada skenario, pemeran dan alur cerita dalam
merangkap sebagai produser dan pemeran. Tidak bisa dipungkiri, banyak pemeran
pembantu yang merangkap sebagai kru dan lighting. Sutradara sangat berperan
penting dalam proses pembuatan film. Seperti layaknya direktur sebuah perusahaan,
pedoman, yaitu film yang sedang dibuatnya. Segala susunan dan pengaturan kerja itu
diarahkan pada kesuksesan pembuatan film. Setiap kru di dalam pembuatan film ini
sesuai tugas masing-masing juga ikut bertanggung jawab atas film yang dihasilkan,
pada waktu perencanaan mereka juga diajak bicara. Pada pertemuan itu, mereka
diberi kesempatan untuk memberikan usul, saran, baik mengenai hal-hal yang praktis
1976:64).
waktu istirahat yang cukup, dan banyak melakukan komunikasi, tukar pendapat
dengan para kru dan pemain agar menjaga mood mereka. Semua itu dilakukan
sutradara agar dalam proses syuting berjalan dengan lancar dan tidak mengalami
hambatan.
Pengaturan waktu juga sangat berarti ketika kita bekerja dengan orang lain.
Bagi sutradara, hal itu sangat mutlak dan harus dilakukan. Untuk melaksanakan
produksi dengan baik, sutradara perlu menegaskan sistem kerja yang harus disepakati
sutradara harus bisa melatih dan membagi tugas secara tepat kepada kru dan pemeran.
Sang sutradara pun harus mengolah skenario, mempelajarinya dengan seksama serta
milah dana yang akan dialokasikan ke berbagai elemen, yaitu buat properti, kru,
lamanya syuting berlangsung, dan juga faktor cuaca bisa menambah pembengkakan
biaya. Banyak unsur tak terduga yang juga harus mempersiapkan dana tambahan
sebagai cadangan.
Dalam pembuatan film pendek, seringkali rincian modal atau dana dihitung
setelah film itu selesai. Tetapi, dalam proses pembuatan film, modal sangat
mempengaruhi akan dibuat seperti apa film tersebut. Dalam membuat film, harus
bisa menentukan kira-kira modal yang akan dikeluarkan sesuai kapasitas produser.
Dalam pembuatan film pendek yang berjudul „Ceris”, modal sudah ditentukan dari
1. Produksi
a.Peralatan:
b. Operasional:
pengambilan gambar. Penata artistik dan kameramen juga sangat membutuhkan story
board, karena terbantu mengetahui ke mana film ini akan dibawa. Penata artistik akan
lebih mudah dalam memilih setting dan unsur-unsur artistik dalam proses pembuatan
film. Kameramen pun akan lebih mudah dalam pengambilan gambar dan angel-angel
yang akan digunakan dalam proses pembuatan film walaupun sering terjadi
Akan tetapi, tidak keseluruhan adegan berdasarkan story board, hanya mewakili saja
dalam setiap scene yang dianggap penting, selebihnya improvisasi sutradara dalam
proses pembuatan film. Scene yang memiliki story board yaitu, adegan dialog di
dalam kontrakan Dadit, di taman, di pinggir jalan, di rumah sakit. Contoh story board
2.7 Kostum
Kostum dalam film pendek berjudul “Ceris” dirancang terlebih dahulu dengan
sket gambar. Dengan melihat gambar atau foto hasil hunting lokasi, maka sutradara
memiliki gambaran tentang kostum yang akan digunakan tokohnya dan didiskusikan
dengan kru. Setelah sket rancangan kostum jadi, lalu diserahkan kepada bagian
Kostum yang akan dikenakan para pemeran dalam film pendek berjudul
“Ceris” adalah berpakaian anak muda layaknya mahasiswa masa kini. Kostum Ceris
adalah pakaian yang dibuat khusus untuk seekor anjing. Untuk warna, penulis
memilih warna biru, karena sesuai dengan warna kulitnya. Kostum yang digunakan
harus terjangkau, tersedia sumber energi, baik listrik maupun logistik, terlebih
konsumsi, dan juga akomodasi yang memadai untuk setiap kru pelaksana produksi.
Proses ini tidak hanya dilakukan sutradara, tetapi juga melibatkan kameramen, penata
fotografi, tata artistik, dan koordinasi lokasi. Tujuannya untuk mendapatkan angle
yang baik dan nyaman dalam proses syuting, sedangkan yang mengurusi persoalan
sebelum syuting film. Sutradara bersama tim mempelajari kondisi lapangan dan
mengambil gambar dengan foto. Hasil foto hunting lokasi dipelajari oleh kru dan
pemain agar mereka memperoleh gambaran tentang fotografi lapangan yang akan
Berikut ini merupakan daftar lokasi yang didapat melalui hunting lokasi
1.Adegan di “ruang tamu dan kamar kontrakan Dadit” diambil pada sebuah
Gambar 15. Lokasi saat Dadit bertemu Gambar 16. Lokasi dekat sanggar tari Candi
dengan Cece Prambanan
Mataram.
4. adegan “di pinggir jalan”, “Dadit menelepon Cece”, diambil di daerah desa
di sekitar Prambanan
Dharma Mrican.
Jadwal kegiatan yang akan digunakan dalam proses pembuatan karya film pendek
Pengambilan gambar.
Mastering Film.
BAB III
PRODUKSI
3. Produksi
Penata fotografi dan juru kamera merupakan dua kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Mereka juga ikut bertanggung jawab secara artistik atas semua objek
yang akan ditangkap oleh kamera. Penata fotografi dalam film pendek berjudul
“Ceris” menggunakan kamera foto SLR canon D1000. Bertujuan untuk mencari
sudut-sudut yang artistik dalam pengambilan gambar, dan agar gambar tampak
terlihat jelas. lalu didiskusikan dengan sutradara dan juru kamera. Setelah
selanjutnya diserahkan kepada juru kamera untuk merekam setiap adegan dan tidak
lepas dari pengarahan sutradara. Sebelum merekam adegan. Proses pembuatan film
dengan Ceris, ditambah lagi Ceris yang baru menyesuikan diri dengan lingkungan
hingga membuat juru kamera bekerja keras dan harus mengulang pengambilan
fotografi. Seorang penata fotografi merupakan seorang ahli dalam bidang fotografi
63
64
atau memahami seluk-beluk dunia fotografi. Adapun tugas yang diemban oleh
seorang fotografi menentukan angel kamera untuk mendapatkan hasil gambar yang
bagus walaupun keputusan dipakai atau tidaknya gambar ditentukan oleh seorang
sutradara. Dalam film pendek “Ceris”, penata fotografi ditangani oleh Aditya Wira
Putra, Eklesia Arya Nugraha dan Taufik Budi Sumbandono, mengunakan kamera
Hal lain yang dipelajari oleh penata fotografi ialah menjelajahi lokasi
syuting sebelum dilakukan take gambar, dan penata fotografi juga harus bisa
memanfaatkan tata cahaya yang ada pada saat syuting berlangsung. Tujuannya ialah
tiada lain untuk mendapatkan sudut yang artistik pada saat pengambilan gambar oleh
kameramen.
Gambar 19. kameramen saat mencari tempat yang pas dalam pengambilan gambar
ditimbulkan di dalam hati para penonton. Dengan perasaan penonton tidak hanya
65
mengerti obyek yang disajikan, tetapi juga membuat orang ikut mengambil bagian
Pada film pendek “Ceris”, teknik letak kamera mengenal beberapa macam
gambar atau shot. Framing pengambilan gambar dengan jarak sedang atau dikenal
dengan istilah medium long shot. Dalam suatu medium long shot suatu objek, baik
benda atau orang, berdiri penuh-penuh sedikit kejauhan dengan sela-sela tersisa pada
bagian atas maupun bawah layar. Sedangkan, medium shot menonjolkan objeknya.
Gambar 20. Contoh medium long shot gambar 21. Contoh medium shot
Sedang medium close shot, penonton dipaksa berurusan dengan objek yang tampak.
Teknik shot ini mempunyai sudut pandang paling jelas memberikan keterangan
mengenai objek yang diambil, walaupun belum bersifat dramatis, namun shot ini
Gambar 22. Contoh gambar close up Gambar 23.Contoh gambar medium close up
Dan untuk pengambilan jarak jauh, dikenal dengan istilah Extreme long
shot. Shot ini mempunyai letak sudut paling besar. Shot ini menunjukan seluruh latar
Gambar 24. Contoh extreme long shoot gambar 25.Contoh long shoot
extreme close up. Shot ini memiliki sangat kuat dengan karakter atau perasaan. Dalam
67
film pendek “Ceris”, shot close up lebih banyak digunakan, yaitu lebih mengacu pada
tokoh Ceris guna memberikan kesan khusus. Ini mengambarkan kalau Ceris tokoh
sejajar tingginya dengan objek yang diambil gambarnya. Kalau dalam pengambilan
gambar itu kamera diletakkan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada objek yang
camera akan membuat objek yang diambil gambarnya tampak gagah, besar,dan
agung. Sedang dengan mengunakan high angel maka objek yang akan diambil akan
Hal yang berhubungan dengan gerak kamer dalam film pendek “Ceris”
mengunakan teknik panning dan tracking. Teknik panning merupakan gerak kamera
disekeliling sumbu vertikalnya. Dengan gerak ini, kamera dapat melihat dan
mengamati keadaan sekitar, dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Sedang gerak tracking
merupakan gerak kamera maju atau mundur, ke samping kanan atau ke samping kiri.
Gerakan tracking ini terjadi pada kamera karena kamera-kamera diletakkan di atas
benda bergerak. Biasanya, kamera tracking yang maju atau mundur hampir sama
dengan pemakaian lensa zoom. Hanya bedanya, dalam gerak kamera tracking, obek-
objek yang ada jauh di belakang tidak berubah bentuknya. Sedang dengan kamera
zoom, objek-objek yang ada di belakang objek yang diambil gambarnya ikut menjadi
Juru kamera bukan sekedar orang yang mengambil gambar saja, tetapi juga
menjadi seniman. Setiap juru kamera memiliki gaya, cara, watak khusus dalam
kamera untuk film yang mau dibuatnya. Setiap sutradara akan memilih sendiri juru
kamera untuk film yang mau dibuatnya. Seperti bintang film, juru kamera ditunjuk
merupakan alat penanda adegan setiap gambar yang diambil oleh kamera dan orang
yang disebut petugas clapper. Petugas clapper merangkap juga sebagai asisten juru
kamera. Dalam film pendek “Ceris”, petugas clapper dipegang oleh Aloysius
Gambar 27. Petugas clapper dan kameraman Gambar 28. Peralatan utama shooting
69
Dengan melihat pencatatan setiap adegan, editor dapat mengetahui adegan mana yang
merupakan alat yang wajib dibawa ke lapangan saat pengambilan gambar atau
shoting.
dibutuhkan pada saat shoting dalam ruangan saja. Untuk setting di luar ruang
dibiarkan apa adanya, tujuannya agar suasana yang tertangkap oleh kamera film
Untuk seting dalam film ini, dicari melalui proses hunting lokasi. Lokasi di
luar ruangan diperhitungkan juga kondisi artistik bangunan utama atau yang berada di
sekitarnya. Pemilihan lokasi yang berseting alam bebas pun juga diperhitungkan sisi-
sisi artistiknya. Khusus untuk lokasi dalam ruang, sutradara membuat sketsa gambar
terlebih dahulu. Setelah itu, diserahkan pada bagian tata artistik untuk dicari
70
perabotan dan pernak-pernik seperti yang dirancang. Tim penata artistik dalam
pembuatan film pendek “Ceris”, ditangani oleh Basuki, Simplisius, dan Adit yang
sutradara untuk segala hal yang mendukung aksi pemain di depan kamera. Hal
tersebut biasanya meliputi properti yang digunakan saat shoting berlangsung. Khusus
untuk lokasi dalam ruangan, sutradara membuat sketsa gambar terlebih dahulu,
seperti yang terdapat dalam adegan dalam rumah kontrakan Dadit, klinik merupakan
hasil kreasi dari penata tim artistik. Mereka bekerja sesuai dengan sketsa yang sudah
digambar oleh sutradara. Dengan adanya sketsa tersebut, akan memudahkan tim
penata artistik untuk mendekor ruangan yang akan dilakukan untuk shoting.
Seting tempat yang digunakan dalam film pendek berjudul “Ceris” ialah
kota Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah, kota Klaten. Lokasi antara lain meliputi
jalan raya dan fasilitas umum, parkir sendra tari Rama Sinta candi Prambanan, rumah,
pinggir jalan depan candi Plaosan, klinik Sanata Dharma dan lain sebagainya
71
Untuk tata rias atau make-up dalam proses pembuatan film pendek
akan dilihat menggunakan kamera film. Melalui kamera film akan tampak tebal atau
Make-up untuk talent biasanya bertujuan agar talent terlihat cantik dan
tampan sehingga layak direkam dalam pita kamera. Hal yang perlu diperhatikan di
sini adalah kondisi make-up yang harus stabil dan dinamis. Artinya, jika adegan
masih menceritakan kondisi yang sama, maka make-up haruslah sama juga. Namun,
yang diceritakan adalah kondisi tokoh yang sudah berusia lanjut, maka wajah talent
permasalahan yang rumit. Untuk pemeran pria, menggunakan make-up yang sama,
yang sudah disediakan oleh juru tata rias yang ditangani oleh Nuri. Sedangkan untuk
pemeran wanita, mereka membawa make-up sendiri, karena disesuaikan dengan jenis
kulit wajah pemeran. Semua itu dilakukan untuk segi kesehatan, karena tidak setiap
merk make-up sesuai dengan semua pemeran, terlebih pemeran wanita karena kulit
dilakukan melalui mikrofon yang berada pada kamera film. Hasil rekaman suara ini
dinilai cukup baik jika berada dalam ruangan, tetapi jika berada di luar ruangan maka
akan banyak suara yang mengganggu atau bising yang ikut terekam. Untuk
mengatasi suara bising itu sendiri, dilakukan pada proses editing. Selain murni hasil
menghidupkan suasana.
penyusunannya, juru penata suara akan memilih jenis-jenis suara yang dianggap
cocok. Dia akan menyesuaikan panjang pendeknya sesuai dengan panjangnya film
yang akan dibuat. Singkatnya, semua rekaman harus dibuat bagus sehingga bisa
seting di luar ruang. Jadi, banyak tergantung pada pencahayaan alamiah yang tidak
lepas dari perhitugan keadaan waktu dalam script, musim dan cuaca. Untuk lokasi
73
dalam ruang, maka akan digunakan pencahayaan dari lampu tembak. Warna kuning
dan lampu bawaan dari kamera. Warna kuning digunakan karena warna kuning ini
Suatu cara penyinaran khusus pada saat objek membuat gambar objek itu
menjadi lebih jelas dari pada obyek-obyek lain disekitarnya. Karena lebih jelas, objek
itu memberi kesan khusus. Objek itu menunjukkan diri sebagai objek yang lebih
penting dari pada objek-objek lainnya. Dengan cara penyinaran khusus itu, penonton
film dipaksa untuk melihat dan memperhatikan objek itu serta melupakan saja objek-
BAB IV
PASCA PRODUKSI
4. Pasca Produksi
pengambilan gambar selesai. Tahap pertama editing ialah menyusun gambar sesuai
plot dan ruang waktu cerita, jika ada kekurangan gambar akan dilakukan
Proses editing dilakukan oleh kru yang bertugas sebagai pengedit film dan
dibantu sutradara. Kaset yang digunakan selama shoting film ialah format mini DV.
Pertama hasil shoting ditransfer ke dalam komputer, lalu setelah itu diedit. Proses
pengeditan awalnya menyeleksi hasil gambar shoting per adegan, dengan berpatokan
pada catatan pencatat scenes. Melalui catatan tersebut, kita bisa mengetahui nomor
Firewire. Hasil kaset akan ditransfer ke komputer berupa file AVI atau Video for
windows dan program yang digunakan untuk mengedit film ini adalah Adobe Premier
Pro 2.0.
74
75
scenesnya masing-masing seperti pada skenario. Sehabis itu, maka proses editing bisa
segera dimulai. Awalnya menyusun setiap frame menjadi sebuah rangkaian dalam
scenes, lalu digabungkan menjadi sebuah sequence hingga film besar. Proses ini
sangat rumit karena banyak aspek yang diperhitungkan, seperti penambahan filter
warna dan pergantian adegan harus menggunakan teknik cut, wipe out, dissolve atau
dari pita kaset video kedalam data komputer. Dan juga berarti proses perekaman atau
Beberapa jenis kamera tertentu yang digunakan dalam keadaan on atau hidup
agar dapat mengaktifkan port firewire, tetapi ada juga yang dapat langsung digunakan
walaupun dalam mode sleep atau mati. Dan kamera yang digunakan dalam
pembuatan film pendek berjudul “Ceris” posisi kamera dalam keadaan on atau hidup.
76
Dalam film pendek berjudul “Ceris” mengunakan sistem digital video source
karena pada komputer atau hardware yang dimiliki mengunakan 1394IEEE. Tahap
kedua merupakan tahap memasukkan semua source gambar yang telah dicapture
berfungsi untuk menambah durasi atau mengurangi durasi atau juga bisa disebut
untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak penting dalam film. Dalam film
pendek berjudul “Ceris” memanjangkan dan memendekkan terdapat pada adegan saat
bagian-bagian gambar atau film yang sudah diedit, untuk dilakukan penyeleksian
gambar yang layak atau baik. Maka bagian yang tidak dibutuhkan dapat dibuang dari
video.
Tahap kelima adalah pemberian kesan dramatisasi atau disebut juga dengan
efek. fungsi dari pemberian efek dalam sebuah film diantaranya: 1. Sebagai
peneyeimbang warna. Misalnya dalam film pendek berjudul “Ceris” warna hitam
alami. 3. Pemberian garis block atau yang disebut juga clip. Clip berfungsi sebagai
garis pembatas frame yang bisa diletakkan pada sisi kiri, kanan, atas dan bawah. 4.
Memberi kesan teduh (gelap/terang) atau juga yang disebut dengan tint. Efek ini
berfungsi untuk menggambarkan suasana agar terlihat seperti nyata. 5. Mengatur dan
menegaskan komposisi warna merah, hijau, biru agar tidak terlalu mencolok dan
terlihat natural seperti yang diinginkan atau juga disebut cannel mixer
Fade out adalah apabila satu shot makin hilang dari pemandangan. Berbagai cara
irama film dan menunjukkan irama waktu dan peristiwa. (Mangunhardjana 1976:51)
Dalam proses editing suara film pendek berjudul “Ceris” meliputi suara
dialog pemain dan suara yang terekam disekitar pemain. Proses ini merupakan
bagian yang sangat rumit dan sulit mengingat suara yang direkam karena hanya
Suara sangat vital bagi sebuah film. Selain mengedit suara dialog pemain,
juga pemberian efek suara. Pemberian efek suara tidak melupakan dan harus
disesuaikan dengan suara asli lokasi yang terekam oleh mikrofon kamera. Efek suara
berguna untuk menghidupkan situasi dalam film, misalnya pemberian suara alam,
telepon berdering, derap langkah kaki, membuka pintu, dan lain sebagainya. Tahap
terakhir adalah penggabungan antara suara dialog yang sudah diedit, suara asli lokasi,
dan efek-efek suara, tahap ini disebut mixing. Sehingga, semuanya tergabung menjadi
seperti yang diinginkan. Banyak kendala yang terjadi dalam editing suara yaitu
banyak noise karena alat perekam yang minim. Banyak adegan yang suara
lingkungan sekitar masih terasa tebal, misalnya adegan di jalan raya depan Candi
81
Plaosan yang mana suara kendaraan bermotor yang terekam kadang menutupi suara
meminimkan noise pada grafik suara yang terekam melalui mikrofon kamera dengan
menggunakan system audio (track noise gate, track EQ, dan track compressor).
Proses ini sangat rumit dan memakan waktu lebih lama dari pengeditan gambar
karena memerlukan kepekaan telinga dan harus diulang beberapa kali. Grafik suara
Proses akhir dari editing suara film pendek berjudul “Ceris” adalah
menggabungkan suara-suara yang telah diedit menjadi satu dengan gambar, proses ini
disebut rendering. Suara yang dihasilkan masih murni tanpa musik, hanya berupa
Melihat peranan yang begitu besar di dalam film, kita menjadi sadar betapa
pentingnya para pembuat film berusaha membuat suara dalam filmnya sebaik
mungkin. Sutradara Jepang yang terkenal, Akira Kurosawa, mengatakan film berhasil
atau gagal tergantung dari penggabungan suara-suara dalam gambar. Suara dalam
film bukan sekedar menambah, melainkan melipatgandakan dua tiga kali efek
Dalam film pendek berjudul “Ceris” proses editing suara bisa dikatakan
berhasil, karena kerja sama tim yang baik. Walaupun banyak suara yang bocor,
editing, gambar dan suara selesai, maka selanjutnya ialah menyisipkan suara musik
yang gunanya ialah memberikan efek dramatisir pada adegan yang sudah ditentukan.
Selain menambah efek dramatisir, fungsi lainnya ialah menutupi suara bising yang
melatarbelakangi setiap scene ialah musik instrumental, lagu daerah dan lagu-lagu
yang beraliran rock, karena sesui dengan cerita dan karakter dalam film “Ceris”
mendapat masukan musik-musik yang cocok dalam setiap adegan. Dalam filmnya,
sutradara lebih banyak menggunakan MP3. Selain terdapat video track, untuk
mengedit gambar dan audio track untuk mengedit suara juga terdapat musik track
untuk mengedit musik. Besar kecilnya musik, diatur dengan menggunakan line
system yang diberi add point. Selain mengatur besar kecilnya suara, dilakukan
pemotongan musik agar sesuai dengan gambar atau adegan. Musik dirangkai sewaktu
penyusunan film, lalu kembali dilakukan proses rendering. Film pendek “Ceris”
1. Opening dan credit title : “Jali-jali” oleh pemain musik dalam film
5. Dadit dan Ceris di lapangan : “Toss The Feathers oleh The Corrs
semata maupun dinilai sebagai bagian keseluruhan film. Musik film harus diterima
tidak sebagai dekorasi tapi sebagai bagian dari sebuah arsitektur film. Sungguh pun
kita sering menerima musik film tanpa bertanya dan terkadang bahkan tanpa
menonton film tidaklah penting. Musik telah punya efek luar biasa dalam tanggapan,
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Film bukanlah hasil karya satu orang. Banyak tenaga, bakat, kepandaian,
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah film. Setelah melewati
seluruh proses yang menghasilkan sebuah karya film pendek melalui tahap pra
pemain, hunting lokasi, pembuatan story board, tata artistik, modal, persiapan
sutradara & produser, jadwal kegiatan, serta kostum. Tahap produksi meliputi tata
rias, pengambilan gambar, tata artistik, tata cahaya, penata fotografi, dan tata suara
proses. Proses pasca produksi meliputi editing dan tata musik sampai menghasilkan
sebuah film pendek “Ceris”. Dari proses ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
mudah, karena aktor utamanya adalah seekor binatang yaitu anjing. Sutradara
bersama tim harus bekerja keras dan ekstra sabar, banyak kendala yang dihadapi.
Terutama saat syuting, pemeran utama Anjing (Ceris) takut dengan kamera,
Dalam proses pembuatan film pendek berjudul Ceris memang mempunyai nilai
kreatif tersendiri bagi tim yang ikut terlibat dalam menghadapi seekor anjing. Tapi
memposisikan diri sebagai kru, hingga terwujudlah film pendek berjudul “Ceris”
85
86
cemerlang. Sutradara juga harus bisa berkomunikasi baik dengan tim produksi dan
para pemainnya, karena komunikasi yang baik dan lancar bisa menggali kreativitas
Ketiga, skenario merupakan bahan baku dasar kerja produksi, atau dengan
kata lain skenario adalah patokan awal dalam proses pembuatan film. Banyak
perubahan dalam skenario merupakan hal yang biasa dalam proses pembuatan film,
asalkan tidak melenceng dari benang merah karena akan berakibat buruk
Walaupun kita mempunyai ide yang muluk-muluk dalam sebuah film, tetapi modal
tidak mencukupi maka berakhirlah film tersebut. Modal sangat mempengaruhi dalam
laju pembuatan film, jika modal habis sangat memungkinkan film akan berhenti di
tengah jalan.
Kelima, kekompakan tim, adalah kunci keberhasilan sebuah film. Setiap tim
menyelesaikan film dengan baik. Dalam film pendek “Ceris”, terdiri dari tiga belas
pemain dan dua belas kru. Mereka memiliki tugas masing-masing, dan
berkomunikasi baik dengan kru yang lainnya. Walaupun sempat ada sedikit masalah,
tapi bisa diselesaikan dengan baik, berkat komunikasi yang lancar sesama kru.
87
Keenam, editing adalah unsur terakhir dalam proses pembuatan film, yang
meliputi penyusunan setiap adegan dari awal hingga akhir menjadi satu kesatuan.
Memang, proses ini sangat sulit dibandingkan pada waktu sedang produksi. Jadi,
seorang editor dituntut harus jeli dan teliti. Baik buruknya sebuah film, sangat
ditentukan oleh hasil editing. Jadi, seorang editor harus sabar, mau menerima
Dalam film pendek yang berjudul “Ceris” yang menjadi tujuan utamanya
adalah proses pembuatan film dari awal sampai akhir. Banyak rintangan dan kendala
dari berbagai faktor itu biasa terjadi dalam pembuatan film. Untuk membuat sebuah
karya film, memang tidak bisa dianggap gampang, kita dituntut kerja ekstra keras.
Bukan hanya berat dalam pembuatan tetapi tidak sedikit juga dana yang harus
disiapkan. Untuk menghasilkan karya ini, tidak hanya tenaga yang terkuras, ide, daya
imajinasi dan totalitas kita dipertaruhkan agar mendapatkan karya yang maksimal.
Banyak hal yang diketahui dalam pembuatan film. Baik itu dari segi teori,
struktur dalam pembuatan film, hingga akhir atau proses dalam menciptakan sebuah
film. Banyak orang yang menilai film hanya dari segi pemeran entah itu dari segi
fisik (tampan, cantik), tema apakah film yang diangkat tentang percintaan (seperti
zaman sekarang ini perindustrian film Indonesia dikuasai oleh sinetron yang
film kurang mengikuti zaman, membosankan dan tidak sesuai dengan zaman era
88
globalisasi seperti sekarang ini. Tetapi, marilah kita menilai film bukan hanya sekedar
tontonan semata, tetapi marilah kita melihat film itu sendiri sebagai sesuatu yang
sangat berharga.
bertujuan untuk membawa orang menghadapi film secara dewasa. Seluk beluk film di
antaranya mencakup bahasa dan tata bahasa serta prinsip-prinsip estetik. Menghadapi
film secara dewasa berarti menghadapi film dengan tanpa rasa takut, namun tetap
Pendapat dan penilaian itu mungkin ada benarnya atau mugkin ada salahnya,
tergantung pandangan orang yang menikmati film. Seperti film yang marak untuk
sekarang ini adalah film adegan ranjang. Pandangan orang selalu tertuju pada adegan
dan perbuatan mesum, tidak senonoh. Tetapi harus dilihat penyebab yang membawa
atau alur yang membawa pemeran masuk dalam adegan ranjang itu yang
berpikir tentang isi film, melainkan masuk, ikut merasakan, terlibat dengan apa yang
disuguhkan di dalam film itu. Sehingga, orang bisa membuat penilaian baik menurut
cengkraman kekuasaan film itu. Tetap terbuka terhadap nilai pengetahuan, nilai seni
dan moral serta keagamaan yang disajikan film, sekaligus tetap kritis terhadap
kekeliruan, kesalahan dan pemalsuan yang ada di dalam film. Singkatnya, pendidikan
89
film bertujuan membudayakan orang di dalam dunia film, sehingga orang itu
1976:132).
Film bukanlah seni yang bersifat monolit, melainkan seni yang bersifat
menampilkan bahasa gambar. Tidak seperti bahasa lisan biasanya, bahasa film
memiliki gaya bahasa tersendiri dan idiom tersendiri. Karena bahasa film pada
dasarnya bersifat visual, maka gaya bahasanya hanya dituangkan melalui gambar-
gambar. Sifat film sebagai seni karena film merupakan bagian dari kehidupan
5.4 Saran
Hasil film pendek “Ceris” memang jauh dari sempurna. Untuk menghasilkan
film pendek yang baik dan berkualitas, penulis memberikan saran-saran yang
mungkin bisa membantu bagi anda yang akan membuat film kelak. Adapun saran-
standar perfilman.
Kerja tim yang solid, komunikatif dan profesional bekerja dalam tim.
Asura, Enang Rokajat. 2005. Panduan Praktis Menulis Skenario Dari Iklan Sampai
Bazin, Andre. 1996. Sinema, Apakah Itu? Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayan.
Hendratman, Hendi ST. 2008. The Magic Of Adobe Premiere Pro. Bandung:
Informatika.
Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: PT. Gramedia
WidiaSarana Indonesia.
University Press
Said, Salim. 1982. Profil Dunia Film Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers
Widagdo, M. Bayu, dan Gora S. Winastwan. 2007. Bikin Film Indie Itu Indah.
Yogyakarta: Andi Offset.
92
LAMPIRAN
LAMPIRAN
FOTO-FOTO DOKUMENTASI
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN