Anda di halaman 1dari 69

Chapter 1

An Introduction to Accounting Theory

Memahami arti teori akuntansi dan kenapa akuntansi merupakan topik yang penting.

Akuntansi itu bukan hanya angka-angka, tapi akuntansi punya realita sosial. Informasi
akuntansi dapat mempengaruhi realita sosial. Pemilihan akuntansi dan metodenya dapat
mempengaruhi kehidupan sosial. Gimana maksudnya akuntansi yang memiliki “social reality”
itu? Begini, sebagai contoh: Diasumsikan 2 perusahaan yang sama menilai persediaan dan
COGS menggunakan metode yang berbeda. Perusahaan A menggunakan LIFO, dan perusahaan
B menggunakan FIFO, secara total berbeda tapi sama-sama benar. Pemilihan metode FIFO/LIFO
dapat memengaruhi laba. Bisa jadi perusahaan yang menggunakan metode FIFO memiliki laba
yang lebih besar dari yang menggunakan metode LIFO. Misal perusahaan memilih metode
FIFO, metode tersebut akan mempengaruhi laba, selanjutnya laba tersebut dapat memengaruhi
pajak yang harus ditanggung perusahaan. Pajak merupakan social reality. Maka dapat
disimpulkan bahwa Akuntansi memengaruhi “social reality”. Akuntansi mempunyaI social
reality yang penting untuk menentukan “berapa pajak penghasilan yang dibayar”.
Pajak penghasilan bukan satu-satunya realita sosial dari pengaruh akuntansi. Terdapat beberapa
contoh lain seperti berikut:

 Memengaruhi penilaian kinerja manajemen. Laba dapat menjadi instrument dalam


mengevaluasi kinerja manajemen, yang dapat mempengaruhi gaji dan bonus dan bahkan
dapat mengetahui apakah manajemen tersebut menguasai pekerjaannya.

 Laba dan berbagai rasio neraca dapat mempengaruhi pembayaran dividen.

 Laba dan rasio neraca dapat memengaruhi credit standing perusahaan (kemampuan
mencari pinjaman) dan memengaruhi cost of capital.

 Jika pasar sedang tidak efisien, laba juga dapat memengaruhi harga saham jika saham
dijual ke publik dan bursa tidak dapat melihat melalui metode akuntansi yang digunakan.

Maka dari itu, akuntansi itu penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan realita sosial.

Teori akuntansi sebenarnya agak misterius. Ada banyak definisi yang menjelaskan teori
akuntansi tersebut. Teori akuntansi dapat didefinisikan sebagai asumsi-asumsi dasar, definisi-
definisi, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang menjadi dasar penyusunan standar akuntansi
oleh penyusun standar akuntansi (accounting policy making):

 di Indonesia, disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)

 di US, disusun oleh Financial Accounting Standard Board.


Learning Objective kedua tentang:
Memahami hubungan antara teori akuntansi dengan pembuat kebijakan (pembuat
standar – Policy Making)

Lingkungan Akuntansi Keuangan (The Financial Accounting Environment)

Kondisi ekonomi dapat mempengaruhi faktor politik. Kondisi ekonomi dan faktor politik
tersebut dapat mempengaruhi teori akuntansi, Teori akuntansi, faktor politik, dan kondisi
ekonomi mempengaruhi penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi memengaruhi praktek
akuntansi.

Hubungan antara teori akuntansi dan proses penetapan standar harus dipahami dalam
konteks yang lebih luas, seperti yang ditunjukkan dalam tampilan diatas.

1.Kondisi ekonomi berdampak pada keduanya baik faktor politik maupun teori akuntansi.
Faktor politik, pada gilirannya, juga memiliki efek pada teori akuntansi. Misalnya,
setelah Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 96 tentang alokasi pajak
penghasilan muncul pada tahun 1987, beberapa artikel jurnal serta preparers laporan keuangan
perusahaan mengkritik itu. Akhirnya, faktor politik (lihat pembahasan berikut seperti kemahalan
dan kesulitan menerapkan SFAS No. 96) menyebabkannya digantikan oleh SFAS No. 109.
Meskipun sederhana, gambar diatas adalah titik awal yang baik untuk membawa keluar
bagaimana ide-ide dan kondisi akhirnya menyatu menjadi keputusan penyusunan standar yang
membentuk pelaporan keuangan.
Badan-badan seperti FASB dan SEC, yang diberi wewenang membuat aturan akuntansi
keuangan, melakukan fungsi kebijakan. Fungsi kebijakan ini juga disebut standard
setting atau rule making dan khusus mengacu pada proses penerbitan pernyataan yang
dikeluarkan oleh FASB atau SEC. Input ke fungsi pembuatan kebijakan berasal dari tiga sumber
utama (meskipun tidak selalu sama): Faktor ekonomi, faktor politik, dan teori akuntansi.

Contoh terbaik dari faktor ekonomi adalah terjadinya inflasi parah pada tahun 1970-an di
Amerika, yang tidak diragukan lagi menyebabkan FASB untuk memaksa pengungkapan
informasi mengenai perubahan harga, ini adalah contoh klasik dari kondisi ekonomi yang
berdampak pada pembuatan kebijakan. Contoh lain dari faktor ekonomi adalah percepatan
merger dan akuisisi.

2. Faktor-faktor politik merujuk pada pengaruh pembuatan kebijakan terhadap mereka


yang akan tunduk pada aturan atau peraturan yang dihasilkan. Termasuk dalam kategori ini
adalah auditor, yang bertanggung jawab untuk menilai apakah aturan telah diikuti; pembuat
laporan keuangan, yang diwakili oleh organisasi seperti Financial Executive International (FEI);
dan investor, yang diwakili oleh organisasi seperti CFA Institute dan masyarakat itu sendiri, yang
mungkin diwakili oleh kelompok pemerintah seperti Kongres atau oleh departemen atau lembaga
dari cabang eksekutif dari pemerintah, seperti Securities and Exchange Commission (SEC).

3.Teori akuntansi dikembangkan dan disempurnakan oleh proses penelitian akuntansi.


Profesor akuntansi terutama yang melakukan penelitian, tetapi banyak individu dari organisasi
pembuatan kebijakan, kantor akuntan publik, dan industri swasta juga memainkan peran penting
dalam proses penelitian.

Standar dan pernyataan lain dari badan penyusun standar akuntansi ditafsirkan dan
dipraktikkan di tingkat organisasi. Oleh karena itu, output dari tingkat kebijakan dilaksanakan
pada tingkat praktik akuntansi. Tentu saja kita sekarang telah memasuki era ketika kegagalan
besar perusahaan publik (misalnya, Enron, WorldCom) akan memiliki dampak yang signifikan
terhadap standar akuntansi keuangan, peraturan audit, dan struktur kelembagaan organisasi
seperti FASB dan SEC.

Pengguna terdiri dari banyak kelompok dan termasuk pemegang saham yang aktual dan
potensial dan kreditur serta masyarakat luas. Hal ini penting untuk diingat bahwa pengguna tidak
hanya menggunakan laporan keuangan dan pelaporan dalam membuat keputusan, tetapi mereka
juga dipengaruhi oleh fungsi pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya di tingkat praktik
akuntansi.
Selanjutnya Learning objective ketiga, tentang:

Memahami apa itu pengukuran dan aturannya dalam akuntansi.

Pengukuran adalah aspek penting dalam teori akuntansi. Pengukuran dapat diartikan memilih
angka untuk suatu objek yang terukur.

Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung

 Pengukuran langsung –> pengukuran sebenarnya dari objek yang diinginkan, bisa
dengan cara masuk ke gudang, menghitung secara langsung. Metode yang dapat
digunakan adalah perpetual dan periodik.

 Pengukuran tidak langsung –> pengukuran tidak langsung dari objek yang diinginkan.
Misalnya saat gudang terbakar, atau saat ingin mengetahui jumlah persediaan saat akhir
tahun, maka saat akhir tahun digunakan retail inventory method atau gross profit method
untuk mengukur persediaannya.

Pengukuran Penilaian (Assessment) dan Prediksi (Prediction)

 Penilaian –> terkait dengan sifat barang yang diukur. Pendapatan pada dasarnya
merupakan ukuran penilaian karena menunjukkan seberapa baik kinerja perusahaan
selama periode tersebut. Contoh lain dari ukuran penilaian melibatkan surat berharga
sebesar nilai pasar. Pengukuran menilai berapa banyak uang yang dihasilkan jika
sahamnya dijual.

 Prediksi –> terkait dengan faktor-faktor yang menunjukkan kondisi di masa depan.
Misalnya, pendapatan dari periode sekarang ini dapat digunakan untuk memprediksi
dividen untuk periode berikutnya

Tipe-tipe Pengukuran

1. Skala Nominal

Sistem klasifikasi dasar. Contoh:


1 untuk laki-laki
2 untuk perempuan

Sistem penomoran tersebut hanya untuk mengklasifikasikan sesuai gender, tidak memiliki tujuan
lain selain klasifikasi. Contoh lainnya seperti klasifikasi nomor akun, agama, dan nomor
punggung pemain bola.
2. Skala Ordinal
Membedakan dan mengurutkan (ranking), contoh:
Juara 1 –> yang terbaik
Juara 2 –> baik
Juara 3 –> dst

3. Skala Interval

Membedakan, mengurutkan, dan beda jarak antara satu dengan yang lainnya sama.
Contoh: Suhu 20 derajat, 21 derajat, 22 derajat. Perbandingan suhu antara 20 derajat dengan 21
derajat sama dengan perbandingan suhu antara 21 derajat dengan 22 derajat. Intervalnya sama.

4. Skala Rasio
Membedakan, mengurutkan, jaraknya sama, dan menunjukkan ketiadaan (unique value).
Contoh: mata uang –> Rupiah, Dollar, etc
Chapter 2

Accounting Theory and Accounting Research

Apakah teori akuntansi itu?


Teori adalah hasil dari riset, jadi teori akuntansi dihasilkan dari riset akuntansi.

Siapa yang melakukan riset itu?

 di universitas ada dosen dan mahasiswa


 di perusahaan ada pegawai-pegawai yang dibagian research and development
 di swasta misalnya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), disana ada dewan standar, ada ilmuan-
ilmuan yang berkumpul di dewan standar untuk melakukan penelitian sebelum membuat
standar.

Jadi riset itu dilakukan oleh berbagai pihak yang berbeda.

Hasilnya dari riset tadi terkumpul menjadi tulisan-tulisan. Tulisan yang bagus adalah yang
dipublikasi dan diterbitkan di jurnal lokal/nasional/internasional supaya dibaca oleh banyak orang.
Kalau hasil riset itu hanya disimpan di rumah, tidak akan ada yang tau, sehingga tidak membantu
dalam pengembangan teori akuntansi. Kalau tulisan, hasil riset, hanya dijilid dan masuk di
perpustakaan, yang membaca terbatas yang masuk perpustakaan saja. Yang paling luas
pembacanya adalah yang diterbitkan di jurnal. Jadi, semakin banyak orang riset, semakin
berkembanglah teori akuntansi.

Apa yang dimaksud dengan riset?


Yang dimaksud riset adalah process of investigating phenomena. Jadi riset itu apa?
Investigasi, Acquiring, bertanya mencari jawaban, menyelidiki yang terkait dengan sekelompok
aturan, definisi, konsep, dan prinsip akuntansi. Dengan 2 cara formal, yaitu deduktif dan induktif.

Riset itu bisa di perpustakaan, melalui tulisan-tulisan orang, dibahas lalu dipahami, itulah riset
pustaka. Atau bisa ke lapangan mengumpulkan data, cari orang-orang yang ahli di bidangnya, yang
mengerti permasalahannya. Tidak harus melalui orang, bisa juga meneliti laporan keuangan.
Tulisannya harus lengkap, ada daftar pustakanya dan tidak boleh jadi plagiat.

Jangan re-inventing the wheel. Jangan menciptakan roda lagi. Karena sudah ditemukan bahwa roda
itu bulat. Jika dulu peneliti roda hanya menyimpan temuannya di rumah, tidak diketahui orang lain,
maka orang lain akan meneliti lagi tentang roda itu. Oleh karena itu penting sekali untuk
menerbitkan tulisan uintuk mencegah orang membuang tenaga menemukan lagi (re-inventing).
Yang boleh itu extend (menambah). Masukkan factor lain yang belum dibahas.

Metode apa saja yang digunakan dalam riset?


Untuk riset ini, kita menggunakan metode scientific. Metode scientific itu apa? Metode scientific itu
bukan paranormal. Berarti kita menggunakan pendekatan ilmiah. Apa itu pendekatan ilmiah?
Pendekatan formal, yaitu deduktif dan induktif.

Accounting Research and Scientific Method


Teori adalah kumpulan kalimat-kalimat yang mengandung premis yang disebut asumsi atau
postulat. Berarti dapat juga disebut bahwa teori itu berisi sekumpulan asumsi, definisi, konsep,
aturan. Premis dapat berupa self-evident, yaitu sesuatu yang sudah terbukti benar, tidak perlu
dipertanyakan lagi kebenarannya. Atau dapat juga kita bangun dan nantinya kita uji dengan inferensi
statistik. Sebagai contoh, perusahaan mempunyai umur yang tidak terbatas (going concern), ini
asumsinya, ini postulat, itu sudah pasti kebenarannya, tidak ada orang yang berniat membangun
perusahaan dan menargetkan akan menutupnya, Pasti ia menginginkan perusahaannya terus
berjalan. diasumsikan umurnya tidak terbatas. Itu disebut self-evident. Atau melalui premis-premis
yang diuji menggunakan statistik atau disebut hipotesis. Teori mengandung kesimpulan dari premis-
premis tersebut. Sebagai contoh, di dalam pasar modal, harga saham akan berubah-ubah
dipengaruhi informasi akuntansi. Jadi, informasi akuntansi akan mempengaruhi harga saham. Ini
asumsi yang nantinya mau diuji benar atau tidak bahwa informasi akuntansi mempengaruhi harga
saham. Premis yang akan diuji ini disebut hipotesis. Jadi, teori akuntansi ada yang ada hipotesisnya,
bisa juga tanpa hipotesis, yang tanpa hipotesis berarti pakai self-evident.

Teori itu terdiri dari satu set kesimpulan yang diturunkan dari premisnya. Jadi teori terdiri dari
sekelompok premis dasar dan kesimpulan yang dirumuskan dari premis dasar. Jadi premisnya
boleh self-evident, dan premisnya boleh berbentuk hipotesis. Jadi, teori itu isinya dua, premisnya
dan kesimpulannya. Bagaimana cara merumuskan kesimpulannya? Dapat digunakan pendekatan
deduktif dan induktif.

Pendekatan Penelitian
Teori harus terdiri dari sekelompok premis. Kalo deduktif, premis 1 nya itu premis general, premis 2
itu spesifik. Jadi pendekatan deduktif menyimpulkan dari yang umum ke yang khusus untuk
menarik kesimpulan yang spesifik. Sebagai contoh:
Premis 1 : kuda berkaki 4 —> (ini umum sekali)
Premis 2 : John berkaki 2

Kesimpulan : John bukan kuda

Apakah kesimpulan tersebut benar? Belum tau. Karena kita tidak mengetahui seperti apa John.
Apakah john itu adalah manusia, atau John itu kuda yang diamputasi kakinya sehingga kakinya
tinggal 2. Jadi belum terlihat dengan jelas kebenarannya. Untuk tau kesimpulan itu benar atau tidak,
tidak cukup menggunakan pendekatan deduktif. Kita harus liat John, itu bukan deduktif namanya
kalau lihat John. Jadi untuk mengetahui bahwa kesimpulan deduktif itu benar, kita harus melakukan
langkah lain yang disebut induktif. kumpulkan data, lihatlah John. Apakah John manusia sehingga
kakinya 2 dan benar dia bukan kuda. Atau john adalah nama kuda balap yang patah kakinya yang
diamputasi 2. Berarti kesimpulan john bukan kuda adalah salah. Buktikan kesimpulan yang
diperoleh dari pendekatan deduktif itu. Pendekatan deduktif itu tidak objektif, tidak value free,
dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti.

Cara kedua dengan menggunakan pendekatan induktif. Itu Sebaliknya, pendekatan induktif
dimulai dengan premis yang spesifik, yang nantinya mengarahkan ke kesimpulan yang lebih
luas (general). Contohnya: saya melihat kuda no 1 kakinya 4, kuda no 2 kakinya 4, kuda no 3
kakinya 4, dst lalu saya menarik kesimpulannya kuda kakinya 4. Istilahnya dalam bahasa research
kita menggeneralisasi (generalized).

Contoh lain, Perusahaan no 1 menggunakan metode garis lurus untuk mendepresiasikan


gedungnya, perusahaan no2 juga menggunakan garis lurus, perusahaan no 3 dst juga
menggunakan garis lurus. Namun ada beberapa yang tidak menggunakan garis lulus, tetapi
dominannya adalah garis lurus, maka kesimpulannya sebagian besar perusahaan menggunakan
metode garis lulus untuk mendepresiasi gedung. Atau seperti contoh pertama tadi, kuda kakinya 4.
Kita tidak bisa mengatakan harusnya. Kenapa tidak mengatakan harusnya? Karena pendekatan
induktif itu try to describe, berusaha untuk menjelaskan. Saya menjelaskan bahwa sebagian
besar perusahaan menggunakan metode garis lurus untuk mendepresiasikan gedung. Tidak ada
keharusan perusahaan menggunakan metode garis lurus. To describe, jadi teori yang dihasilkan
dari pendekatan induktif bersifat deskriptif yaitu menjelaskan.

Sebaliknya yang deduktif dari umum ke yang khusus, kuda kakinya 4, dengan kata lain yang
kakinya tidak 4 berarti bukan kuda. Deduktif Itu mengharuskan. Yang kakinya tidak 4 harus bukan
kuda. Kalau begitu kesimpulannya bersifat normative.
Jadi dari penelitian-penelitian ada yang tulisannya itu normative atau mengharuskan dan ada yang
deskriptif atau menjelaskan. Deduktif menghasilkan normative, induktif menghasilkan deskriptif.
Dekriptif itu bahasa lainnya positif. Deduktif itu bahasa lainnya prescriptive. Supaya mudah
mengingatnya, resep dokter itu bahasa inggrisnya prescriptive. Resep dokter ga boleh diubah-ubah,
sama seperti deduktif, normative, mengharuskan. Kalau menggunakan pendekatan deduktif, akan
menghasilkan teori yang mengharuskan, kalau menggunakan pendekatan induktif akan
menghasilkan teori yang menjelaskan.

Dalam penelitian harusnya menggabungkan keduanya, deduktif dan induktif. Tidak bisa deduktif
saja karena belum jelas kebenarannya. Kalau hanya menggunakan induktif saja juga tidak boleh,
karena tidak punya dasar teori yang mendukungnya. Contoh, kita meneliti tentang pengaruh tinggi
badan terhadap IPK. Pakai spss. Ini tidak bisa dilakukan walaupun angkanya ada, tapi teorinya ga
ada. Tidak punya dasar teori yang jelas. Teori itu apa? deduktif. Jadi kita harus membangun teori
dulu sebelum menggunakan pendekatan induktif. Jadi harus mengkombinasikan keduanya, deduktif
dan induktif. Harus deduktif dulu baru ada induktif. Kalau cuma deduktif lalu berhenti, tidak bisa
diketahui kebenarannya, harus dilihat lagi dengan menggunakan pendekatan induktif. Deduktif saja
tidak boleh walaupun tidak sepenuhnya salah, tapi kita tidak tau itu benar atau salah. Induktif saja
jelas tidak boleh. Karena juga tidak tau kebenarannya, tidak punya dasarnya. Contoh skripsi, bab 2
ada landasan teori, itu deduktif. Di bab 4 ada hasil penelitian, itu induktif. Skripsi itu sudah
menggabungkan deduktif dan induktif.

Global dan particularistic untuk menunjukan nama lain yang digunakan untuk deduktif yaitu Global,
induktif itu particularistic. Tapi global dan particularistic ini jarang dipakai. Normative dan prescriptive
lebih sering digunakan. Deskriptif atau positif. Singkatnya:

 Deduktif = Normative = Prescriptive = Global


 Induktif = Descriptive = Positive = Particularistic

Akuntansi adalah seni atau ilmu?

 Seni –> Bagaimana akuntan menyelesaikan masalah? tergantung kasusnya


 Ilmu –> Mendapatkan banyak kesepakatan atau persetujuan dari para praktisi

Akuntansi dianggap seni karena tidak ilmiah, tukang catat debit kredit. Dikatakan juga bahwa
akuntansi itu tidak pasti, padahal jika dibandingkan dengan econometrics, climatology, dan
antropology, smuanya juga tidak pasti, seperti ramalan cuaca misalnya. Namun ada juga yang
berpendapat bahwa akuntansi itu adalah ilmu, akuntansi itu language of business, akuntansi itu
engineering (rekayasa). Namun, lebih banyak kesepakatan bahwa akuntansi lebih dekat ke seni.
Menurutmu akuntansi itu apa? Seni kah? Ilmu kah?

Direction in Accounting Research (Arah


Penelitian Akuntansi)
1. Decision Model Approach

 Mencoba mempelajari didalam pengambilan keputusan, informasi apa yang dibutuhkan.


Misalnya kalo membeli saham, informasi apa yang harusnya digunakan untuk membeli saham.
 Mencari informasi apa yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan, bukan apa yang
diinginkan.
 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deduktif, bersifat normative.
 Premis yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pembuat keputusan perlu memikirkan
bagaimana menggunakan informasi yang tidak familiar dengan mereka.
 Pendekatan ini sudah tidak banyak dilakukan. Karena tidak menghasilkan keputusan yang
berbeda sehingga tidak ada kebutuhan informasi yang berbeda.
 Dua keputusan besar yang ada di dalam decision model approach: Memungkinkan user untuk
bisa memprediksi masa depan cash flow dengan lebih baik dan Menganalisis efektivitas dan
efisiensi dari manajemen. Disebut fungsi stewardship.

2. Capital Market Research

 Pasarnya berkembang, researchnya juga berkembang, dasarnya apa? Hipotesis pasar efisien
(efficient market hypothesis – EMH).
 Tokoh yang menulis EMH ini ekonom, ekonom yang di finance. Sehingga dipakai juga oleh
akuntansi. Kenapa? Karena pengertian pasar efisien itu adalah hubungan informasi dengan
harga saham. Informasi itu hasil dari akuntansi. Jadi akuntansi berkepentingan dengan pasar
efisien ini. termasuk didalamnya pembahasan tentang resiko, bahwa untuk saham itu
keputusannya terkait dengan resikonya.
 Penentuan harganya terkait dengan informasinya. Pendekatan induktif – teorinya deskriptif

3. Behavioral Research

 Bagaimana seseorang mengambil keputusan dan informasi apa yang digunakan untuk
mengambil keputusan itu. Contoh: seorang kreditor yang ingin memberikan kredit, apa yang jadi
acuannya.
 Ada 2 kelompok Behavioral research, yaitu yang pertama behavioral, dan yang kedua
experimental.
 Behavioral terkait dengan keputusan individual dalam kondisi 1 orang. 1 orang mengambil
keputusan sendirian itu namanya behavioral.
 Kalau lebih dari 1 orang, keputusan saya memengaruhi orang lain, keputusan orang lain
mempengaruhi saya, itu namanya experimental.
 Pendekatan induktif, hasilnya deskriptif

4. Agency Theory (Contracting Theory)

 Sudut pandang perusahaan itu terdiri atas kumpulan contract yang terjadi antara 2 pihak:
1. Pihak 1: principal –> pemilik perusahaan
2. Pihak 2: agent –> manajemen perusahaan
 Teori keagenan ini melihat adanya konflik kepentingan antara principal (pemilik) dengan agen
(manajemen). Kalau dalam perusahan, manajemen ingin mendahului kepentingan manajemen,
akibatnya bisa merugikan pemilik, pemilik tidak mau dirugikan, pemilik akan melakukan
pengawasan, pengawasannya menimbulkan biaya, timbul monitoring cost. Biaya monitoring ini
mengurangi laba. Laba itu adalah kinerja manajemen. Jadi manajemen berpikir, jika manajemen
mementingkan manajemen, labanya akan turun karena adanya biaya monitoring. Maka
manajemen tidak mementingkan kepentingannya dan menuruti kepentingannya pemilik supaya
tidak ada monitoring cost dan supaya labanya tidak turun. Inilah agency theory.
 Jika saya sebagai manager, saya diberi tau oleh pemilik bahwa saya akan mendapatkan bonus
jika laba diatas 1 M, apa yang akan saya lakukan? Saya akan mementingkan diri saya supaya
labanya sampai 1 M, supaya saya dapat bonus. Pemilik tidak mau dibohongi dengan laba 1 M,
yang sebenarnya bukan 1 M, 1 M nya karena dinaikkan. Sehingga pemilik membuat
pengawasan. Yang umum dilakukan adalah audit (pemeriksaan).
 Pendeketan deduktif-induktif

5. Information Economics

 Riset dibidang ini adalah riset deduktif yang membahas tentang cost and benefit dalam
menerbitkan informasi.
 Bidang ini tidak terlalu banyak dilakukan, karena deduktif, juga ada kesulitan bahwa cost dari
informasi bisa diukur, tapi benefit tidak bisa dihitung.
 Contoh, laporan keuangan itu terbitnya setahun sekali, kalau saya menerbitkannya setahun 2
kali, berapa tambahan costnya? Bisa dihitung costnya. Benefitnya menerbitkan informasi ini
apa? User dapat menggunakannya dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Benar, tapi
bagaimana mengukurnya? merupiahkan benefitnya itu susah. Benefitnya tidak bisa dihitung.

6. Critical Accounting

 Merupakan cabang dari teori akuntansi yang melihat akuntansi memiliki peran penting dalam
mengatasi konflik antara perusahaan dengan pihak sosial seperti tenaga kerja, pelanggan,
masyarakat umum yang berbentuk peran sosial. Critical accounting ini kombinasi dari:
- Public interest: memberikan jasa (layanan) gratis (pro bono) ke masyarakat
- Social accounting: Bagaimana menginternalisasi eksternalitas. Harusnya perusahaan
Memberikan kompensasi ke masyarakat. Contohnya mengganti rugi atas adanya limbah. Itu
yang disebut social accounting. Kerugian masyarakat harus diatasi oleh perusahaan. Beri
manfaat untuk masyarakat, misalnya memperbaiki jalan, memberikan lapangan kerja, dsb. Itulah
tujuan social accounting.
 Orang yang bukan pemilik dan bukan kreditor mengatakan harus ada biaya social dari
perusahaan. Sedangkan manajemen dan investor, tidak ingin labanya berkurang, karena biaya
social itu mengurangi laba. Standar akuntansi masih mementingkan investor dan kreditor. Tidak
mewajibkan membuat laporan keuangan nilai tambah.

Revolusi Ilmiah dalam Akuntansi

 Adakah revolusi ilmiah dalam akuntansi?


- Revolusi: membuang yang lama, mengganti dengan yang baru
- Evolusi: berubah pelan-pelan –> continuous improvement
Ada perubahan, tapi bukan revolusi, adanya evolusi.
 Metode measurement itu ada 5:
- Historical cost
- Current cost
- Exit price
- Liquidation value
- Discounted future cash flow
 Metode tersebut berubah sepanjang waktu. Perubahan pelan-pelan, bukan revolusi.


Chapter 3
Development of The Institutional Structure of
Financial Accounting
Di US sebelum tahun 1930, akuntansi tidak diatur. Praktik dan prosedur akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan pada umumnya bersifat rahasia. Sehingga, suatu perusahaan hanya
sedikit yang mengetahui tentang prosedur yang diikuti oleh perusahaan lain. Hal ini mengakibatkan
kurangnya keseragaman dalam praktik akuntansi diantara perusahaan-perusahaan, baik dari tahun
ketahun maupun dalam industri yang sama.

Berawal dari stock market crash yang terjadi pada tahun 1929, muncul ide untuk mengatur
standar akuntansi, jangan dibebaskan dong. Dulu sebelum pakai IFRS, metode persediaan boleh
memilih salah 1 antara FIFO, LIFO, atau weighted average. Sebelum diatur dengan standar itu,
jaman dulu terserah mau pakai metode persediaan seperti apa, ada yang pakai latest
purchase (harga beli terakhir). Jadi kalau beli dengan harga $10, $11, $12, $13, $14 itu, sisa
persediaan berapapun dikalikan dengan $14, yaitu harga beli yang paling akhir yang dalam standar
akuntansi cara seperti ini tidak dibolehkan. Harusnya pilih antara FIFO, LIFO, atau weighted
average. Dulunya seperti itu, mau depresiasi boleh, mau tidak pakai depresiasi boleh karena tidak
ada aturan.

Krisis di US yang berdampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kenapa Indonesia kena?
Karena ekspor kita jadi tidak ada yang beli. Eropa juga terkena dampaknya. Indonesia pada tahun
1930an ekspornya bukan barang pabrik, kayu juga tidak banyak yang di ekspor, yang di ekspor saat
itu adalah rotan dan rempah-rempah dari Maluku yang paling banyak. Tidak ada yang membeli
karena di US sedang krisis. Karena tidak ada yang beli, di Indonesia tidak bisa menjual, tidak bisa
menggaji pegawai, pegawainya tidak bisa beli makanan dan pakaian, industri makanan dan pakaian
juga terhenti. Indonesia terkena krisis besar.

Di Amerika yang disalahkan profesi akuntansinya. Oleh karena itu dikeluarkanlah undang-
undang (Securities Act) yang membentuk SEC (Securities and Exchange Commisssion) untuk
mengawal surat berharga dan exchange (bursa). Jadi mulailah dibuat aturan. Sekarang surat
berharga sudah diatur dan bursa juga diatur. Siapa yang mengaturnya? SEC. Di Indonesia
namanya BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Undang-undang memberi kewanangan
kepada SEC untuk mengatur sekuritas dan pasar modal, termasuk didalamnya kewenangan untuk
menyusun standar akuntansi dan standar audit yang terkait dengan laporan keuangan yang akan
dilaporkan ke pasar modal. Mulailah timbul ide regulasi.

Dulunya unregulated, sekarang regulated. Dulunya bebas, sekarang diatur. Cuma pada
awalnya SEC tidak mau menggunakan wewenangnya mengatur praktik akuntansi, membuat
standard dan audit, tapi menyerahkannya kepada profesi akuntansi. Standar akuntansi dan standar
audit diserahkan kepada profesi akuntansi untuk membuatnya. Tapi, respon organisasi profesi
lambat hingga SEC marah dan mengeluarkan Accounting Series Release (ASR) No. 4, yang
berisi: Kalau akuntan itu memberi pendapat terhadap laporan keuangan yang laporannya itu disusun
pakai standar akuntansi yang standar akuntansi tidak didukung oleh lembaga yang berwewenang
mendukungnya, maka akuntan tersebut dituduh misleading (menyesatkan) dan akan diproses.

Akhirnya dibentuklah CAP (Committee on Accounting Prosedure) yang tugasnya cuma 1


yaitu membuat standar akuntansi sebanyak-banyaknya supaya akuntannya tidak
dituduh misleading. Jadi kalau di neraca itu ada inventory pakai FIFO, sudah ada standar yang
mendukung FIFO. Kalau di neraca itu ada depresiasi aktiva tetap, sudah ada standar akuntansi
yang membolehkan depresiasi aktiva tetap, dan begitu seterusnya. Jadi, CAP bekerja keras.
Produknya CAP itu adalah standar akuntansi yang bernama ARB (Accounting Research Bulletin).
Itu adalah standar akuntansinya dan diberi nomor.

CAP bekerja dengan baik. hanya saja terkadang timbul konflik, antara accounting
profession, dalam hal ini CAP, dengan SEC. Misalnya, ARB No. 32, CAP mengatakan bahwa
laporan keuangan untuk laba rugi nya memakai current operating performance, SEC mengatakan
jangan dan menyuruh menggunakan all inclusive. Kalau CAP tidak mau menerima permintaan SEC,
SEC akan menerbitkan standar yang lebih berkuasa daripada standar akuntansinya CAP. Konflik-
konflik ini selalu dimenangkan oleh SEC.

Masalah-masalah lainnya timbul, namun akhirnya teratasi. ARB tetap dibuat sampai
51. ARB nomor 43 itu adalah kumpulan dari ARB no 1 sampai 42 dan revisi, karena waktu
sudah berubah dan ide sudah berubah jadi ada yang perlu diperbaiki. Semua ARB yang sudah
dibuat dari ARB 1-42 disatukan menjadi ARB No. 43. Didalamnya termasuk ada revisi-revisi dan
terus dilanjutkan sampai nomor 51.

Pada masa itu, mulailah timbul kritik lagi terhadap prosedur penyusunan standar akuntansi yang
disusun oleh CAP ini. Salah satu diantara masalah-masalah yang timbul adalah standar sudah
banyak dibuat tapi teori standarnya tidak jelas. Conceptual framework nya mana? Orang-orang
mulai mengkritik proses penyusunan standar akuntansi ini dan meminta teorinya. Hal ini di respon
oleh organisasi profesi.

CAP itu dibentuk oleh organisasi profesi yang sekarang namanya AICPA (American
Institute of Certified Public Accountants). Maka CAP kemudian diganti dengan APB
(Accounting Principles Board). CAP dibubarkan dan dibentuklah APB. APB diberi tambahan
tugas selain membuat standar akuntansi seperti CAP, tambahan tugasnya adalah
membuat conceptual framework yaitu kembangkan teori akuntansi seperti kritikan tadi itu. Untuk
mengembangkan teorinya, gunakanlah riset. Berarti ada 3 tugasnya APB:

1. Membuat standar, yang diberi nama APB Opinion


2. Membuat conceptual framework (teori), yang diberi nama APB Statement
3. Melakukan Riset, yang diberi nama Accounting Research Study (ARS)

Kalau CAP tadi nama standarnya ARB, kalau APB namanya APB opinion dan diberi
nomor. Conceptual frameworknya diberi nama APB Statement dan diberi nomor juga. Risetnya
bernama Accounting Research Studies (ARSs) dan dinomori juga.

Lalu muncul masalah lagi, ARS 1 mengenai postulat dan ARS 3 mengenai prinsip ini
ditunggu-tunggu kehadirannya. Sewaktu ARS 1 tentang postulat keluar, mereka belum
mempermasalahkan. Pada waktu ARS 3 nya terbit dan isinya tidak memakai historical cost tetapi
mengusulkan current cost atau replacement cost, marahlah profesi akuntansi disana. ARS 1 dan
ARS 3 dikritik dan ditolak oleh para praktisi. Jadi bukan berarti semua kerja APB diterima, ada juga
yang tidak diterima. Jangan mencoba mengganti historical cost berdasarkan ARS, ARS nya akan
ditolak. Akibatnya APB tidak mengganti historical cost. Itulah kejadian-kejadian selama masa APB.

Bagaimana dengan perkembangan akuntansi di Indonesia?

Sebelum tahun 1930-1942, pada tahun 1942 Belanda dikalahkan Jepang, lalu tahun 1945
merdeka dari Jepang dan memasuki awal kemerdekaan. Yang mengajari akuntansi kepada orang
Indonesia awalnya adalah Belanda. Berarti akuntansi Indonesia memakai akuntansi Belanda yang
pada waktu itu akuntansi Belanda berbeda dengan akuntansi Amerika. Jadi awalnya yang dipelajari
adalah akuntansi Belanda yang menggunakan Continental Approach, sedangkan akuntansi
Amerika namanya Anglo American Approach. Continental itu benua (daratan). Jadi akuntansi
Indonesia dulunya adalah akuntansi dari benua Eropa.

Dulu ada yang namanya tata buku dan administrasi perusahaan modern. Pengakuan
profesinya kalau tata buku itu ada ujian sertifikasi profesinya yang bernama Bond A dan Bond B.
Ujian Bond A untuk perusahaan jasa tanpa persediaan barang, dan jika ingin diakui juga untuk
perusahaan dagang maka harus menempuh ujian Bond B. Kalau ingin mengetahui cost
accounting harus mempelajari APM (administrasi perusahaan modern). Semua itu ada ujiannya
dan itulah yang dipakai di Indonesia. Teorinya tidak berkembang karena continental itu lebih
mementingkan keseragaman teknik dan prosedur.

Lalu Jepang masuk dan Belanda pergi, semua perusahaan berhenti bekerja karena Jepang
menggunakan pendekatan perang jangka pendeknya itu sehingga bisnis hancur semua. Akuntansi
berhenti. Lalu perang kemerdekaan sehingga tidak sempat mengurusi perusahaan. Setelah Jepang
pergi, baru mulai mengelola kembali perusahaan-perusahaan yang ada. Perusahaan yang ada
adalah perusahaan Belanda dulu. Dan ternyata perusahaan belanda dulu itu sahamnya sudah
diperjualbelikan di bursa. Di Indonesia ada bursa saham di Jakarta, Semarang, dan Surabaya yang
memperdagangkan saham perusahaan-perusahaan Belanda. Jadi Indonesia sudah punya bursa
saat dijajah belanda, kemudian dihidupkan lagi bursanya.

Tahun 1959, perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia itu dinasionalisasi,


diambil alih oleh pemerintah dan menjadi milik pemerintah namanya berubah menjadi PN
(Perusahaan Negara). Akhirnya bursa saham yang jual beli saham menjadi mati karena sahamnya
seratus persen jadi milik pemerintah dan yang diluar tidak diakui. Kalau tidak ada bursa berarti tidak
ada laporan keuangan untuk bursa. Kalau tidak ada laporan keuangan untuk bursa berarti tidak ada
auditor yang mengaudit untuk laporan keuangan. Berarti standar akuntansi dan standar auditing
macet semua.

Tahun 1959-1970 pergantian orde lama ke orde baru. Awal tahun 1970an, orde baru mulai
berpikir untuk menghidupkan kembali bursa saham. Dibentuklah panitia persiapan pembukaan
bursa. Diantaranya dalam panitia itu ada panitia penyusun standar akuntansi namanya
adalah Prinsip Akuntansi Indonesia.

Jadi ada komite penyusun prinsip akuntansi Indonesia karena kalau tidak ada standar
akuntansi maka laporan keuangan tidak bisa diaudit dan perusahaan tidak bisa go public. Jadilah
laporan itu menjadi Prinsip Akuntansi Indonesia yang diberi nama Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI) 1974. Isinya adalah ARS 7 yang diambil dari APB. ARS 7 adalah Inventory of Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) for Business Enterprises. ARS 7 adalah kumpulan standar
akuntansi berterima umum untuk perusahaan bisnis. Jadi isinya adalah standar akuntansi yang
berlaku di Amerika. PAI 74 itu disarikan dari ARS 7. Indonesia mendapatkan bantuan buku yang
berisi ARS 7 yang dipelajari oleh mahasiswa akuntansi FEB UGM pada saat itu yang langsung dari
buku aslinya.
Untuk membentuk bursa saham tersebut, pendidikan akuntansi mulai dikembangkan. Mulailah
berubah menuju akuntansi Amerika dengan datangnya dosen dari Amerika yang mengajar
akuntansi di UGM dan UI, dan dosen-dosen UGM dan UI dikirim ke Amerika untuk belajar dan
mahasiswa UGM dan UI diberi buku dari Amerika. UNAIR, UNPAD, UNSRI, UB, USU itu
belakangan. Mereka masih menggunakan akuntansi Belanda. UGM dan UI yang sudah lebih dulu
mempelajarinya, membantu pengembangan akuntansi di universitas lain dan akhirnya pendidikan
akuntansi di Indonesia mulai berkembang dengan menggunakan sistem Amerika.

Lalu bangkit kembali bursa di Indonesia, dulu namanya BAPPEPAM (Badan Pelaksana
dan Pengawas Pasar Modal) karena bursa yang pertama kali itu dijalankan oleh pemerintah dan
yang mengawasi juga pemerintah. Setelah bursanya membesar banyak perusahaan publik mulai
menjual saham, bursanya dilepas ke swasta. BAPPEPAM kemudian berubah nama
menjadi BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Jadi yang merintis bursa pertama kali adalah
pemerintah, sekarang sudah dilepas ke swasta.

Bursa berjalan, akuntansi juga berjalan, lalu prinsip akuntansi Indonesia tahun 1974 diubah.
Dibentuk tim lagi untuk membentuk prinsip baru dan masih menggunakan standar Amerika lagi
yaitu APB Statement No 4. APB Statement no 4 diambil, diterjemahkan, diringkas, lalu
dijadikan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) Tahun 84. Mahasiswa akuntansi FEB UGM
menggunakan APB Statement No 4 untuk dipelajari di kelas.

Mulailah muncul uneven playing field, dimana mulai muncul Internasional Accounting
Standard Committee yang terus berkembang menjadi International Accounting Standard Board
(IASB). Dulu produknya bernama IAS, sekarang namanya IFRS. BAPEPAM sedunia mempunyai
organisasi internasional yang bernama IOSCO (International Organisation of Securities
Commission). Organisasi ini menyadari bahwa kalau standar akuntansi di dunia itu hanya satu.
Mulailah timbul harmonisasi yang belakangan berubah menjadi konvergensi. Jadi, BAPEPAM di
setiap negara berdasarkan hasil rapat IOSCO mendesak profesi akuntansi di negaranya masing-
masing untuk mengadopsi IAS (International Accounting Standard). Hampir semua negara
berubah termasuk Indonesia, sedangkan Amerika paling sulit untuk berubah karena akuntansinya
yang paling maju. Tapi negara lainnya lebih mudah menerima harmonisasi ini karena ditekan oleh
BAPEPAMnya masing-masing. Indonesia menyiapkan tim untuk mengambil IAS yang berjumlah 39
dan kemudian diterjemahkan.

Lalu terbitlah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kalau pernyataan


tersebut diambil dan digabungkan semua namanya SAK (Standar Akuntansi Keuangan). PAI
berubah menjadi SAK dan disetujui oleh IAI dalam kongres tahun 1994 di Bandung. Jadi:
 PAI 1974 menggunakan ARS 7
 PAI 1984 menggunakan APB Statement No. 4
 PSAK yang diterbitkan tahun 1994 menggunakan IAS

Sejak tahun 1994, Indonesia mulai melepaskan diri dari standar Amerika dan beralih ke standar
internasional. PSAK terus dikembangkan sampai akhirnya menggunakan IFRS seperti sekarang ini.

Selain standar akuntansi, Indonesia juga memiliki standar audit. Standar audit di Indonesia
awalnya diambil dari AICPA. Dulu diberi nama NPA (Norma Pemeriksaan Akuntan). Lalu
diperbaiki lagi dengan menggunakan auditing standard dari AICPA dan diberi nama SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik). Diperbaiki lagi dan sekarang namanya Standar Audit, itu juga
diambil dari AICPA, tapi sekarang sudah berubah diambil dari IFAC (International Federation of
Accountants). Jadi sama-sama dimulai dari Amerika dulu dan berubah ke standar internasional.

Kembali ke Standar Amerika

Jadi APB punya APB opinion, APB Statement, dan ARS. APB ini juga tidak lepas dari kritik.
Terutama kritiknya adalah CAP dan APB itu anggotanya semuanya CPA (Certified Public
Accountants). Kritiknya mengatakan enak sekali standar dibuat sendiri, laporan dibuat sendiri,
diaudit sendiri dan diberi pendapat sendiri.

Akhirnya dibentuklah tim oleh AICPA dengan 2 komite yaitu Wheat dan TrueBlood.
Tugas wheat committee adalah menyusun format organisasi standar akuntansi untuk mengatasi
kritik tadi. Jadi hasilnya diawali dengan Konstituen yang berbentuk sponsoring organization. Ada
yang mensponsori penyusunan FASB ini, organisasinya ada 8 yaitu AAA, AICPA, CFA Institute,
Financial Executives International (FEI), Government Finance Officers Association, Institute of
Management Accountant (IMA), Securities Industry Association, and National Association od State
Auditors, Comptroller and Treasurers. FASB tidak dibawah AICPA, berbeda dengan CAP dan APB
karena organisasi yang mensponsori ada 8, sponsor yang 8 tadi membentuk yayasan akuntansi
keuangan (FAF – Financial Accounting Foundation). Yayasan ini bertugas mengusulkan dan
memilih Board of Trustees (Majelis Wali Amanat) yang berjumlah 16, yang 11 orangnya diusulkan
oleh 8 organisasi tersebut.

Tugas Board of Trustees adalah mencari uang, memilih anggota FASB, dan mengawasi
pekerjaan FASB. FASB diawasi oleh Board of Trustees dari FAF, FAF itu salah satunya dipilih oleh
AICPA. Jadi kecil sekali pengaruh AICPA ke FASB. Beda dengan CAP dan APB yang semua
anggotanya dipilih oleh AICPA dan isinya akuntan publik semua. Ini dilakukan untuk mengatasi
kritik.

Tapi ternyata tidak semuanya puas, termasuk AICPA. AICPA kemudian


membentuk Accounting Standard Executive Committee (AcSEC). Dulu yang membuat standar
adalah AICPA melalui CAP dan APB, sekarang hilang powernya karena pembuatan standar telah
diberikan ke FASB. AICPA tidak senang dan membuat badan sendiri tetapi tidak punya power.
Punya tulisan tetapi tidak punya power untuk memberlakukan itu. Pemerintah juga tidak suka karena
FASB mau mengatur standar pemerintahan. Pemerintah membentuk Government Accounting
Standard Board (GASB). Persis seperti di Indonesia, ada DSAK (Dewan Standar Akuntansi
Keuangan) dan ada DSAP (Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan).

Permasalahannya di Amerika itu apa? Setiap kali ada krisis, setiap kali ada kecurangan, jika
krisis dan kecurangannya bisa dikaitkan ke akuntansi, maka regulasinya ditambah. Dulu saat krisis
tahun 1929, tanpa regulasi berubah menjadi regulasi. Yang melakukan regulasi adalah profesi
akuntansi yang diberi kewenangan oleh SEC sampai muncul FASB. Lalu muncul kasus Enron,
kasus besar yang menyebabkan bursa saham amerika terganggu, ternyata kesalahannya
disebabkan oleh akuntan publiknya yang bernama Arthur Anderson yang bekerjasama dengan
manajemen. Dibentuklah tim oleh kongres yang diketuai oleh 2 orang yaitu Mr Sarbanes dan Mr
Oxley. Nama undang-undang di Amerika tergantung ketua timnya. Maka muncullah Sarbanes-
Oxley Act (SOX). Undang-undang tersebut berisi pencabutan wewenang AICPA dalam audit.
Dibentuklah PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yaitu badan yang
mengawasi akuntan publik, mendaftar akuntan publik, dan membuat standar audit. Jadi
kewenangan audit AICPA diambil.

Habislah AICPA. Dulu bisa membuat standar akuntansi kemudian diambil alih oleh FASB.
Kemudian tugas membuat standar audit diambil alih oleh PCAOB. Jadi profesi sudah tidak punya
kewenangan. Regulasinya sekarang dilakukan oleh pemerintah.

Dulu FASB itu milik swasta, namun dengan adanya SOX maka FASB tidak boleh menerima
uang dari orang lain kecuali dari pemerintah melalui SEC. Jadi yang mendanai FASB adalah SEC
dari APBNnya Amerika. Peran SEC menjadi kuat dan peran AICPA menjadi turun.

DSAK Indonesia tidak didanai oleh APBN. Standar audit dibuat oleh IAPI (Institut Akuntan
Publik Indonesia) bukan dibuat oleh badan yang dibentuk oleh pemerintah. Jadi Indonesia lebih
swasta daripada Amerika karena Amerika kena kasus Enron habis-habisan.
KESIMPULAN

 Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia ada hubungannya dengan perkembangan


akuntansi di Amerika.
 Perkembangan yang mengarah ke internasional juga berpengaruh ke Indonesia. Indonesia jadi
tidak lagi terkait dengan amerika tapi lebih terkait ke internasional.
 Standar akuntansinya saat ini pakai IFRS
 Standar auditnya pakai IFAC
Chapter 4
The Economics of Financial Reporting Regulation
Outline Chapter 4
Dari chapter sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dulu di Amerika yang meregulasi itu
swasta, belakangan berubah yang meregulasi adalah pemerintah. Di Indonesia masih lebih
swasta daripada amerika.

Di chapter ini akan dibahas, alasan mendukung regulasi atau mendukung yang tidak ada
regulasi. Mencoba melihat proses regulasinya. Dampaknya regulasi terhadap pihak-pihak yang
terkait dengan akuntansi.
Suka regulasi?
Atau tidak suka regulasi?

Regulasi tidak hanya untuk akuntansi, contoh:


Industri penerbangan di Indonesia dulu hanya ada Garuda Indonesia, satu-satunya perusahaan
penerbangan yang diberi izin mengoperasikan pesawat jet. Pesawat lainnya yang milik
perusahaan penerbangan swasta tidak boleh pakai jet. Berarti ini regulasi. Jika ingin membuat
perusahaan penerbangan, pesawatnya hanya boleh pakai baling-baling, yang boleh pakai jet
cuma Garuda. Waktu tempuh dari Jakarta ke jogja dapat ditempuh dengan menggunakan
pesawat jet dalam waktu 50 menit, sedangkan menggunakan baling-baling bisa hampir 2 jam.
Jadi persaingannya tidak fair. Inilah uneven playing field. Sejak ada perusahaan penerbangan
swasta milik keluarga Presiden Soeharto yang menggunakan jet, perusahaan penerbangan swasta
lainnya juga ingin ikut menggunakan jet. Akhirnya regulasi tentang jet ini dihapus. Jadi yang
awalnya regulated berubah menjadi unregulated karena dipengaruhi oleh kekuatan pasar yang
bersaing.

Seperti harga tiket pesawat dan harga bensin. Harga tiket pesawat bisa murah karena
banyak pesaingnya, sedangkan harga bensin mahal karena hanya ada 1 perusahaannya di
Indonesia dan diatur pemerintah. Berbeda dengan di Amerika yang punya banyak perusahaan
minyak dengan harga yang bersaing setiap saat.

Hal-hal seperti ini membuat kita berpikir untuk lebih baik jika tanpa regulasi.
Asumsinya jika ingin berbicara tentang tanpa regulasi, harus berada dalam posisi pasar
persaingan sempurna.
Alasan yang mendukung tanpa regulasi:

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam situasi persaingan sempurna, kalau pakai teori keagenan, untuk menjelaskan
hubungan dua pihak yang ada di perusahaan. Teori keagenan itu menunjukkan hubungan
antara principal dengan agent. Dalam perusahaan, principalnya adalah pemilik, kalau perusahaan
yg go public maka principalnya adalah pemegang saham, sedangkan agennya adalah
pimpinan/direksi/manajemen perusahaan. Dalam RUPS disepakati pengangkatan manajemen
perusahaan. Karena ini dua pihak, maka keinginan pemilik ini maunya manajemen bekerja untuk
kepentingan pemilik dengan cara menaikkan kekayaan pemilik. Pemilik itu pemegang saham,
jika harga sahamnya naik maka pemiliknya menjadi lebih kaya, kalau labanya besar sebagian
dibagi sebagai dividen dan pemiliknya akan menjadi lebih kaya dan menaikkan wealth pemilik.
Tapi manajemen juga punya kepentingan pribadinya, kepentingan dua pihak ini belum tentu
sejalan, bisa terjadi konflik. Kalau manajemen hanya mementingkan dirinya, jika labanya
semestinya 1 juta, diubah-ubah menjadi 1,5 juta. Apa yang terjadi? Perusahaan memberi bonus
ke manajemen yang seharusnya kalau labanya cuma 1 juta ga dapat bonus. Jadi disini yang
dipentingkan kepentingannya manajemen dan merugikan kepentingannya pemilik. Ini namanya
tidak sejalan. Goalnya tidak kongruen. Kalau seperti ini, pemilik akan melakukan pengawasan,
setiap kali dilakukan pengawasan akan timbul biaya yang biasa disebut monitoring cost. Dan
teori mengatakan monitoring cost merupakan biaya yang mengurangi laba. Labanya berkurang
berarti kinerja manajemennya memburuk. Oleh karena itu manajemen akan berusaha untuk
bekerja tidak merugikan pemilik. Supaya tidak ada monitoring dan tidak timbul monitoring cost.
Ini intinya. Bahwa teori keagenan ini alasan yang menunjukkan ada dorongan kepada
manajemen untuk bekerja demi kepentingan pemilik tanpa perlu regulasi. Karena kalau tidak
begitu akan ada monitoring, costnya bertambah, labanya menurun, bonusnya hilang. Jadi tanpa
ada aturan, manajemen sudah mulai terdorong untuk bekerja demi kepentingan principal.
Kesimpulannya, tidak perlu adanya regulasi, manajemen sudah bekerja sesuai keinginan
principal karena pasar tenaga kerja manajemennya juga bersaing.

2. Competitive Capital Market and Signaling Incentive

Intinya kalau mau jualan harus mengexpose apa yang mau dijual. Kita harus
memberitahu pembeli apa yang kita jual. Kalau mau jual saham, informasi apa yang diinginkan
pembeli kalau mau IPO. Dibuatlah prospectus supaya calon pembeli mengetahui jika ia membeli
akan seperti apa hasilnya. Jika mereka tidak mengungkapkan laporan informasi perusahaannya
secara lengkap, maka tidak usah dibeli, karena bisa jadi ada yang ditutup-tutupi oleh perusahaan
tersebut kecuali jika bisa menawar dengan meminta diskon dari kemungkinan adanya kerugian
yang diakibatkan oleh informasi yang tidak diberikan tersebut. Akibatnya mereka akan
mengungkap informasi tanpa diatur supaya orang-orang mau membeli sahamnya.Karena
pasarnya bersaing, penjual tidak perlu disuruh untuk mengungkap laporannya, mereka akan
menginformasikannya sendiri supaya perusahaannya dipilih.

Tanpa regulasi, informasi akuntansi sudah akan diberikan kepada yang berkepentingan,
karena kalau tidak diberikan akan tidak laku karena ada perusahaan lain yang menjual saham
yang memberi informasi, persaingan terjadi. Disamping itu, perusahaan yang sudah go public,
setiap tahun dia harus mengeluarkan informasi walaupun tidak ada aturan yang mengharuskan,
dia akan menerbitkan informasi. Tanpa penerbitan, pasar akan meminta sahamnya didiskon.
Akibatnya harga saham turun, pemegang saham marah dan memperingatkan manajemen.
Akhirnya tidak perlu disuruh, manajemen pasti akan menerbitkan informasi.

Kalau informasinya itu negative, tetap diterbitkan. Bukan harga informasi yang bagus
saja yang diterbitkan. Kalau dia tidak menerbitkan laporan yang negative, pasar akan
menghukum lebih berat. Bahkan ketika informasinya terlambat terbit, pasar akan mulai bereaksi.
Investor akan curiga dan menjual sahamnya. Kalau semuanya menjual, harga belinya akan turun.
Jadi signaling incentive ini adanya insentif atas pemberian sinyal ke pasar. Karena pasarnya
punya kekuatan (capital market power). Kalau informasi tidak diberikan, orang-orang tidak mau
berinvestasi. Itu namanya information asymmetry, perusahaan punya informasi, tapi pembeli
tidak punya. Adanya kekuatan pasar menyebabkan tidak perlunya regulasi.

3. Arguments in Favor of Private Contracting Opportunities

Yang namanya saham yang dijual di bursa itu ada orang yang kerja di bursa yang
mengikuti perkembangan perubahan harga, informasi, sampai pemberi nasihat ke perusahaan
sekuritasnya yang disebut analis. Perusahaan harus menyediakan informasi untuk analis. Hal ini
juga tidak memerlukan regulasi karena jika informasinya tidak diberikan kepada analis, analis
tidak bisa memberikan rekomendasi sehingga tidak ada orang yang mau membeli sahamnya dan
jadinya sahamnya menjadi saham yang tidak aktif. Hal ini mendorong penyediaan informasi
supaya analis bisa memberikan argumennya tentang perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi
tanpa perlu adanya regulasi akuntansi

Terlihat dari 3 alasan tersebut yang menunjukkan tidak perlunya regulasi karena pasar yang
bersaing.
Alasan yang Mendukung Regulasi

Pendukung regulasi mengatakan Pasar itu tidak selalu bersaing sempurna, pasar itu bisa
gagal yang disebut market failure. Juga kalau tidak ada regulasi, tujuan sosial tidak bisa tercapai.
Yang namanya kekuatan pasar seperti neolib dan kapitalis itu tidak sosial. Kalau mendasarkan
diri pada kekuatan pasar tanpa diregulasi nanti tujuan sosialnya tidak tercapai. Jadi ada 2 alasan
yang mendukung regulasi.

1. Kegagalan pasar (Market Failure)

a. Perusahaan sebagai supplier informasi yang memonopoli

Contohnya, yang menerbitkan laporan keuangan PT Krakatau Steel adalah perusahaan itu
sendiri. Tidak ada perusahaan lain yang bisa menerbitkan laporan keuangan PT Krakatau Steel.
Kalau begitu laporan keuangan PT Krakatau Steel itu dimonopoli oleh PT Krakatau Steel. Orang
yang memonopoli itu biasanya mengurangi informasi dan menaikkan harga jual. Itu untuk
barang, kalau untuk informasi akuntansi maka informasi akuntansinya yang dikurangi karena
informasi itu biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengolah informasi itu biaya. Jadinya dia
mengurangi informasinya. Jadi kalau begitu orang yang berada di luar perusahaan tidak
mendapatkan informasi yang cukup. Oleh karena itu perlu dilakukan regulasi. Laporan keuangan
harus terbit 2 kali setahun supaya tidak dikurangi informasinya. Jika tidak ada regulasi,
perusahaan akan sesukanya mengeluarkan laporan keuangan, bisa cuma sekali setahun. Karena
itu perlu regulasi. Karena pasarnya jadi tidak bersaing.

Perusahaan yang memonopoli informasi akan mengurangi produksi informasi supaya


biayanya lebih murah, menambah informasi itu lebih mahal dan mengeluarkan biaya. Dia
mengurangi supaya biayanya turun.

b. Kegagalan pelaporan keuangan dan auditing

Saat ada regulasi saja laporan keuangan itu masih banyak fraud di dalamnya, sudah
diaudit, masih ada fraud yang terjadi. Bayangkan kalau tidak ada regulasi. Jadi, walaupun sudah
ada regulasi pun masih ada kecurangan, jangan sampai tidak ada regulasi.

c. Akuntansi sebagai public good

Yang dimaksud barang publik itu konsumsi oleh seseorang tidak menyebabkan kegagalan
konsumsi orang lain. Laporan keuangan dipandang sebagai barang publik. Ketika kita membaca
laporan keuangan, tidak membuat orang lain tidak bisa membaca, laporan keuangan tidak bisa
habis. Berarti orang lain juga masih bisa membaca. Kalau begitu dibuat aturan, yang membaca
harap membayar, ya orang tidak mau, orang lain aja bisa membaca kenapa harus bayar. Kecuali
kalau setelah dibaca laporannya jadi habis, orang lain tidak bisa membaca, baru mau bayar. Ini
masalahnya. Jadi biaya mengasilkan informasi karena informasinya itu barang publik, biayanya
itu tidak bisa dibebankan kepada pengguna informasi. Pembaca tidak mau membayar, lalu biaya
untuk membuat informasinya diapakan? Biaya ini tidak bisa dibebankan menjadi istilahnya
eksternalitas. Tidak bisa diinternalisasikan. Tidak bisa dijadikan internalitas. Pembaca yang tidak
mau membayar namanya free rider. Kalau di Indonesia istilahnya penumpang gelap.

Public good adalah barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang, tidak menghilangkan
kesempatan untuk orang lain mengonsumsi itu.
Laporan keuangan yang dimasukkan ke website, di download dan di cetak seseorang, tidak
menjadikan laporan keuangan itu tidak bisa diakses, didownload dan dicetak oleh orang lain.
Makanya laporan keuangan itu disebut sebagai public good. Tapi ada biaya bagi perusahaan saat
menerbitkan laporan keuangan, pembaca tidak mau membayar, karena orang lain juga bisa
menggunakan, kenapa harus bayar. Kegagalan perusahaan meminta pembaca untuk membayar
menyebabkan biayanya menjadi eksternalitas, tidak bisa diinternalitaskan. Lalu perusahaan
berusaha membebankan biaya ini kepada seseorang atau sesuatu, karena harus ada yang
menanggung biaya penerbitan laporan keuangan ini. Harga jual produk dinaikkan. Contoh
perusahaan unilever menaikan harga sabun. Sebagian dari biaya itu adalah biaya untuk menutup
pembuatan informasi. Kalau kenaikan harganya banyak, pembeli akan pindah ke penjual sabun
lain. Akibatnya perusahaan mengurangi produksi informasi supaya tidak mengeluarkan banyak
biaya sehingga harga jualnya tidak naik terlalu banyak. Maka dari itu perlu diatur, supaya tidak
terbit 1 kali. Harus terbit 2 kali. Itu alasannya.

2. Tujuan sosial

Sosial itu ada 2:

Pertama, Regulasi akan meningkatkan comparability. Masalah sebelum tahun 1930 di


amerika adalah tidak ada keterbandingan karena standarnya beda-beda. Tidak ada regulasi
sehingga bisa memilih standar tanpa aturan yang akibatnya comparabilitynya jadi jelek. Regulasi
akan meningkatkan komparabilitas.

Kedua, regulasi digunakan untuk mengurangi asimetri supaya imbang informasi


antara perusahaan dan pengguna informasi.
Alasan tentang regulasi dan tanpa regulasi ini kedua-duanya kuat. Yang terjadi di dunia
saat ini adalah regulasi. Dimana-mana pakai regulasi. Akibatnya kita tidak bisa membandingkan
kalau tidak menggunakan regulasi.

The Conditional Justification of Standard Setting

Standar setting dilakukan oleh DSAK. Ada banyak pembenaran terkait adanya standar
akuntansi yang diterbitkan oleh DSAK. Justifikasinya dalam bentuk kodifkasi. Kodifikasi itu
pendekatan pragmatis untuk meningkatkan standar akuntansi. Jadi, standar settingnya itu bisa
dibenarkan karena standar akuntansinya akan diperbaiki terus-menerus. Itulah yang
disebut codificational justification. Ini akan bekerja paling bagus di masyarakat yang relatif
terbuka dan demokratis. Dalam situasi demokratis itu perbedaan pendapat bisa terjadi. Perbedaan
pendapat disampaikan, pendapat yang baik dipakai untuk memperbaiki, yang tidak baik tidak
dipakai. Ini yang dimaksud terus-menerus dalam kodifikasi. Jadi, standar akuntansi tidak terbit
sekali langsung bagus, standar itu akan dipakai, akan ada masukan, akan ada perubahan, revisi,
peningkatan terus menerus itulah yang disebut evolusi justifikasi kodifikasi.

Ketidaksempurnaan Regulasi Akuntansi

Regulasi itu diperlukan karena pasar itu bisa gagal dan jika tanpa regulasi tujuan sosial
tidak tercapai. Tapi kenyataannya setelah regulasi itu dijalankan, tidak bisa diyakinkan bahwa
adanya regulasi itu memberikan kondisi yang terbaik, optimal, efisiensi yang tertinggi. Kita tidak
bisa meyakinkan hal itu karena tidak ada yang bisa mengukurnya. Jadi sudah ada regulasi tapi
hasilnya belum tentu yang terbaik. Ini yang disebut paradox. Supaya jadi lebih baik dibuatlah
regulasi, setelah ada regulasi belum tentu akan jadi lebih baik. kalau begitu akan jadi paradox.
Kita tidak bisa mengukur kepentingan publik dan tidak bisa mengukur kemakmuran masyarakat
itu meningkat atau tidak. Itu yang disebut paradox regulasi. Itu yang disebut impossibility theory.
Kelemahan regulasi karena adanya paradox. Akibatnya regulasi itu mendorong terjadinya over
production, menyebabkan produksinya menjadi berlebih. Jika informasi sebagai public good dan
biayanya dilimpahkan ke pengguna produk bukan ke pengguna informasi ini tidak fair. Ini
masalah yang timbul dari adanya over production karena adanya regulasi. Disclosure itu jika
tidak diatur setiap tahun akan semakin banyak ketentuannya. Kecenderungannya regulasi itu
menambah (over production). Kalau yang diproduksi itu informasi akuntansi berarti akan
semakin banyak informasi akuntansinya. Yang menanggung biaya informasi itu pembeli barang
bukan pengguna informasi akuntansi. Jadi pengguna informasi disubsidi oleh pembeli barang. Ini
tidak fair.

The Regulatory Process

Political nature dan regulatory behavior itu ranahnya fisipol.


Karena ini sosial maka ini termasuk proses politik. Proses politik itu kepentingan, harusnya
keputusannya itu bisa mendukung untuk semua yang berkepentingan. Win-win solution.
Harusnya tidak boleh ada yang merasa dikalahkan. Berusaha untuk melibatkan semua pihak
yang terkena dampak dalam musyawarah dan mempertahankan legitimasi proses regulasi

Regulasi sebenarnya untuk siapa?


Semakin besar risiko terhadap standar akuntansi, semakin besar penolakan auditor.

Regulatory Behavior
 Capture Theory, berpendapat bahwa kelompok yang diatur akhirnya mendatangi proses
hukum untuk mendukung kepentingannya sendiri. Hasilnya adalah bahwa proses regulasi
dipertimbangkan untuk menangkap pendapat tersebut.
 Life-Cycle Theory, berpendapat bahwa proses regulasi berjalan melalui beberapa tahap yang
berbeda. Dimulai untuk kepentingan umum, tetapi kemudian menjadi instrumen untuk
melindungi kelompok yang diatur
Economic Consequences of Accounting Policy
 Accounting policy (Kebijakan akuntansi) bukan hanya masalah tentang efisiensi atau
optimalisasi ekonomi, tapi juga mempengaruhi laba dan kekayaan distribusi.
 FASB mempertimbangkan biaya-manfaat dari memproduksi informasi. Standar dibuat satu
set untuk semua perusahaan. Biaya kepatuhan yang amat tinggi untuk perususahaan kecil
yang berbentuk non publik
Chapter 5
Postulates, Principles, and Concepts

Dulu ada CAP, APB, dan FASB yang tugas utamanya membuat standar akuntansi dan
melakukan regulasi, tetapi dikritik-dikritik dan standarnya harus berbasis pada teori sehingga
CAP diganti oleh APB. APB disamping membuat opinion (standar), dia juga
buat statement (teori). APB juga menerbitkan Accounting Research Studies (ARSs) yang ini
dilanjutkan oleh FASB. ARS itu riset untuk menanggapi kritik-kritik yang menginginkan adanya
teori pendukung standar. Tidak hanya teori tetapi hubungan dengan lingkungan disekitar
perusahaan seperti yang telah dibahas di chapter 1, ada economic condition dan political
factor yang dihadapi perusahaan.

Yang mau dibahas disini adalah usaha lembaga mengembangkan teori. Lembaga yang
teorinya mulai digunakan itu APB. Jadi APB selain menerbitkan
APB opinion dan statement juga menerbitkan ARS. Dimulai dari ARS 1 dan ARS 3. Yang
ditunggu-tunggu teorinya seperti apa. Orang pada waktu itu lebih menyukai historical cost.
Begitu ARS 1 terbit tentang postulat ada kritik tetapi tidak begitu ribut. Tapi begitu terbit ARS 3
tentang prinsip dan prinsipnya banyak membahas tentang penggunaan current cost berarti nanti
kalau prinsip ini digunakan maka historical cost akan diganti. Masyarakat saat itu belum siap
mengganti dengan historical cost. Jadi ditolaklah ARS 1 dan ARS 3.

Ada beberapa pihak yang sepakat dengan adanya teori. Jadi teori itu diawali dari postulat.
Postulat itu nanti diturunkan menjadi prinsip, setelah itu baru berbicara tentang standar akuntansi
dan di dalam standar itu akan dibicarakan berbagai metode akuntansi, ada prosedur akuntansi.
Teorinya itu terdiri dari postulat dan prinsip. Standar akuntansi itu bukan teori.

Gambar diatas menunjukkan teori akuntansi sendiri, standar akuntansi sendiri. Teori
akuntansi bukan standar akuntansi. Teorinya terdiri dari postulat dan prinsip. Postulat sudah
berhenti dibahas sejak tahun 1960an.

Konsep yang dibahas dalam chapter ini disebut postulat, aksioma, asumsi, doktrin,
konvensi, constrain, principle, dan standard (bukan standar akuntansi, tapi prinsip akuntansi).
Semuanya disebut konsep. Konsep itu kesepakatan terhadap arti.

Karena ARS 1 dan ARS 3 ditolak, maka dipakai yang sudah disepakati.
Postulat ada 4, yaitu:

1. Going concern

Diasumsikan umur perusahaan itu selamanya, tidak terbatas. Kalau ada bukti sebaliknya seperti
akan membuat usaha catering selama kuliah, berarti setelah kuliah dia akan mengentikan
usahanya, maka ini bukan disebut going concern.

2. Time period

Untuk menilai perkembangan perusahaan, maka umurnya dipotong menggunakan time period.
Disepakati time periodnya selama 1 tahun. Laporan dibuat pertahun. Tapi sekarang bisa dibuat
laporan interim, setahun 2 kali, dan laporan juga bisa dibuat setiap 3 bulan. Dengan
menggunakan sistem, laporan harian juga bisa dibuat. Namun saat ini yang disepakati laporan
harus dibuat sekali setiap tahun. Time period yang disepakati adalah 1 tahun. Agar tidak sulit
auditnya.

3. Accounting Entity

Yang dilaporkan adalah perusahaannya. Entitas perusahaan dipisah dari entitas pemilik. Postulat
itu isinya ada 2, yang satu mengatur bagian-bagiannya, yang kedua tentang pemisahan dengan
pemilik. Standar akuntansi mengenai konsolidasi itu melanggar postulat.

4. Monetary Unit

Semua harus dirupiahkan menggunakan monetary unit, dan diasumsikan unit moneternya stabil.
Artinya daya belinya tidak menurun atau naik. Terutama permasalahannya adalah inflasi.

Prinsip-Prinsip Akuntansi

Prinsip adalah pendekatan umum yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran
kejadian akuntansi. Prinsip dibagi dalam 2 tipe utama:

1. Orientasi input

Aturan-aturan umum yang luas yang jadi aturan umum di dalam fungsi akuntansi. Prinsip
berorientasi input terbagi menjadi 2 klasifikasi umum, yaitu:

a. General underlying rules of operation (prinsip yang umum yang mendasari aturan operasi) –>
Prinsip yang sifatnya umum.
b. Constraining principle (prinsip yang menjadi batas) –>Prinsip ini diarahkan pada situasi tipe-
tipe tertentu (yang khusus).

2. Orientasi output

Terkait dengan kualitas atau karakteristik tertentu yang akan dimiliki oleh laporan
keuangan apabila prinsip berorientasi inputnya digunakan dengan benar. Jadi output oriented
principle adalah dampak penerapan prinsip berorientasi input. Kalau prinsip berorientasi
inputnya tidak diterapkan dengan benar maka output oriented principlenya tidak tercapai.

Jadi perusahaannya seharusnya berpikir menerapkan prinsip berorientasi input.


Outputnya itu dampak (akibat) dari penerapan prinsip berorientasi input.

Input Oriented Principle

a. General underlying rules of operation:

1. Recognition

Recognition (pengakuan) biasanya dipakai untuk revenue. Revenue itu akan dicatat
berdasarkan ketentuan tertentu. Ketentuan tertentunya kalau sudah direalisasi. Realisasi itu akan
terjadi kalau event yang kritis sudah terjadi. Contohnya misalnya pembuatan sepatu mulai dari
pembelian bahan, pembuatan, penjualan, dijual secara kredit, baru uangnya diterima setelah satu
bulan kemudian. Siklus tersebut mulai dari pembelian bahan sampai penerimaan uang kembali
dalam bentuk kas bagian paling kritisnya disebut critical event. Umumnya paling kritis pada saat
menjual. Yang paling sulit adalah saat menjualnya. Kalau begitu critical eventnya adalah
penjualan. Berarti realisasi terjadi setelah ada penjualan. Begitu penjualan, begitu critical
event terjadi, maka direalisasi. Ada pengakuan terhadap revenue. Critical event tiap perusahaan
berbeda-beda. Prinsipnya pengakuan terjadi pada saat critical event tersebut. Jenis perusahaan
boleh beda-beda, critical eventnya boleh beda-beda.

2. Matching

Matching digunakan untuk biaya, jadi biaya mau dipertemukan dengan revenuenya
supaya bisa menentukan besarnya laba atau rugi.
Ini adalah prinsip dasarnya akuntansi yang sekarang berlaku bahwa kita harus bisa mengakui
pendapatan, kemudian setelah mengakui pendapatan maka kita harus bisa mempertemukan biaya
dengan pendapatannya.
b. Constraining principle:

1. Conservatism

Coservatism itu memperlambat menurunkan pendapatan dan mempercepat menaikkan


biaya, begitu juga dengan aset dan hutang. Itu prinsip yang pengakuan pendapatannya baru bisa
dilakukan kalau sudah pasti, pengakuan biayanya harus segera diakui kalau sudah bisa
diperkirakan. Jadi akibatnya laba lebih rendah, karena pendapatan belum diakui tapi biayanya
sudah diakui. Ini jadi masalah. Prinsip ini adalah salah satu prinsip paling tua dalam akuntansi.
Konservatisme ini disebut bias. Bias itu cenderung perhitungannya di laporan keuangan jatuh di
satu sisi, itu disebut bias. Pesimis terus jadi labanya terlalu kecil terus atau optimis terus jadi
labanya terlalu besar terus, itu bias. Kalau labanya kadang pesimis kadang optimis itu salah, tapi
tidak bias. Bias itu cenderung pada satu sisi. Konservatisme itu bias karena cenderung
pesimis. Cenderung menurunkan aset, cenderung menaikkan hutang, cenderung menurunkan
revenue, cenderung menaikkan biaya. Jadi kalau pakai teori konservatisme tidak dianggap teori.
Ini merupakan masalah yang harus diatasi. Informasi seharusnya menunjukkan apa adanya.

2. Disclosure (pengungkapan)

Disclosure menunjukkan penyajian informasi keuangan yang relevan baik didalam


maupun di luar main body dari laporan keuangan. Jadi tidak cuma di neraca atau di laba rugi itu
di dalam tapi juga diluar neraca dan laba rugi. Termasuk metode yang digunakan di laporan
keuangan kalau lebih dari satu pilihan tersedia. Pelaporan yang diluar body itu tadi ada 5:

 Supplementary financial statement schedule


 Disclosure dalam footnote
 Disclosure material atau major poststatement event dalam laporan tahunan
 Forecast operasi untuk masa yang akan datang
 Analisis management dari operasi dalam laporan tahunan
Ini semua disclosure. Dalam bahasa sekarang, kalau kita mengambil 1 laporan tahunan
(annual report) yang berisi laporan keuangan dan lain-lain itu adalah disclosure. Diluar yang
diwajibkan, perusahaan menerbitkan laporan setiap 3 bulan padahal wajibnya setiap 6 bulan
berarti ini namanya voluntary (sukarela). Jadi yang sudah diwajibkan, ini regulasi, di luar
regulasi kita juga memberikan informasi tambahan kalau dalam bahasa disclosure berarti kita
memisahkan antara mandatory dan voluntary.
3. Materiality

Sebetulnya pengambilan keputusan akuntansi untuk pelaporan itu tidak menggunakan


semua informasi. Hanya informasi yang material saja. Yang material itu sudah dicoba untuk
ditentukan tapi tidak ada standar formal untuk materiality, biasanya judgement.
Biasanya materiality ditentukan berdasarkan pentingnya item itu untuk pengambilan keputusan.
Contoh ruangan kelas yang terpelihara, salah satu lampunya mati, ruangan tersebut mau dijual
harganya 1 M. Jika 1 lampu mati tidak mengubah harga jual yang 1 M itu berarti harga lampunya
tidak material. Tidak penting dalam pengambilan keputusan. Berapa batas menentukan
materialnya? Ada beragam cara dilakukan tapi biasa dikaitkan dengan jumlah lain. Apakah 1%
dari laba itu dianggap material atau 1% dari revenue yang dianggap material. Ini nanti lebih
banyak terkaitnya dengan auditor. Auditor kalau membuat adjustment, tidak semuanya di adjust.
Kalau tidak material dan tidak mempengaruhi dalam pengambilan keputusan maka tidak perlu
di adjust. Ada juga yang menentukan 5%, biasanya orang yang sudah berpengalaman
punya judgement yang lebih baik.

4. Objectivity (Verifiability)

Kaitannya dengan sumber data (dokumen) yang berasal dari luar perusahaan itu
dipandang lebih objective. Objectivity atau verifiability, kalau seseorang menentukan pengukuran
atas aset tertentu, orang lain juga melakukan pengukuran aset yang sama, kalau hasilnya sama
berarti dapat diverifikasi (verifiability), tapi kalau beda berarti verifiabilitynya rendah. Jadi kalau
sekarang itu yang penting pengukurannya, kalau dulu itu sumber dokumennya. Data dari luar
perusahaan lebih objective daripada dari dalam perusahaan.

Output Oriented Principle ada 3:

1. Comparability

Comparability antar perusahaan untuk periode yang sama ini bahasa statistiknya cross sectional.

2. Consistency

Consistency antar perusahaan dalam periode waktu yang berbeda bahasa statistiknya time series.
Perbandingan antar waktu. Penggunaaan metode akuntansi yang sama dari waktu ke waktu.

3. Uniformity
Uniformity mengacu pada perlakuan akuntansi yang sama dalam situasi yang sama. Interpretasi
dari uniformity sebagai berikut:

 uniformity mengatur prinsip untuk semua perusahaan, dengan interpretasi dan aplikasi
diserahkan kepada entitas masing-masing
 perlakuan akuntansi yang sama diperlukan dalam situasi yang sama luas, terlepas dari
keadaan yang mendasari yang mungkin berbeda (keseragaman yang kaku - rigid
uniformity)
 perlakuan akuntansi yang memperhitungkan keadaan ekonomi akun yang berbeda dalam
transaksi yang sama secara luas (keseragaman terbatas - finite uniformity)

Equity Theory

1. Proprietary theory

Jangan mengaitkan equity terhadap bentuk perusahaan. Tapi sebenarnya untuk


analisis, proprietary itu timbul pada zaman dulu dimana belum ada PT. dimana perusahaan itu
sama dengan pemiliknya, karena masih individual owner, karena pemilik menjalankan sendiri
perusahaannya, jadi pemiliknya adalah perusahaan. Akibatnya kalau mau dilihat jadinya semua
biaya menjadi biaya pemilik dan labanya menjadi laba pemilik. Maka yang ditonjolkan disini
adalah pemiliknya. Itu fokusnya pada pemilik, sehingga kalau mau menghitung laba dengan
mengurangkan expense pada revenue maka expensenya termasuk pengurangan untuk tenaga
kerja, untuk pajak, untuk bunga, tapi tidak untuk dividen baik saham preferen maupun saham
biasa. Karena kalau dari sisi pemilik, perusahaan itu sama dengan pemilik. Perusahaan itu
membayar bunga, labanya akan turun, berarti bunga termasuk dalam biaya. Kalau perusahaan itu
membagi dividen itu bukan biaya, karena dividen diberikan kepada pemilik. Jadi dalam
proprietary yang dimaksud biaya adalah upah, pajak, bunga karena sudut pandangnya adalah
pemilik.

Dirumuskan sebagai berikut:

∑Assets - ∑liabilities = owner’s equity

2. Entity Theory

Persamaannya: ∑Asset = ∑Equities (termasuk liabilities)

Entity theory itu focus pada perusahaan bukan ke pemilik. Kenapa? Karena dianggap ini
entity yang terpisah. Oleh karena itu modal harusnya dipenuhi perusahaan ini. Kalau perusahaan
ini modalnya kurang berarti pemilik kurang memberikan modal, harus hutang, itu bukan
bebannya perusahaan. Oleh karena itu kalau menghitung laba rugi memakai entity theory itu
dalam biaya itu termasuk semua yang dibayarkan dari perusahaan itu upah, pajak, bunga, juga
dividen. Itu dipandang sebagai biaya bagi perusahaan. Dividen kepada pemilik juga biaya.
Bunga juga biaya. Jadi praktiknya masih seperti di proprietary.

3. Residual Equity Theory

Fokusnya pada residual equity yaitu pemegang saham biasa. Saham preferen bukan
residual. Contohnya perusahaan dilikuidasi, dijual, yang harus dilunasi semua kreditor, pegawai
yang belum dibayar upahnya, pemerintah yang harus dilunasi pajaknya, pemberi pinjaman yang
belum dilunasi bunganya, semuanya dibayar, jika ada sisa maka saham preferen dibayar, jika
masih ada sisa lagi baru melunasi saham biasa. Jika tidak ada sisa maka saham biasa tidak
dilunasi. Saham biasa adalah residual equity. Akibatnya untuk menghitung laba untuk residual
equity berarti kita harus mengurangkan semua biaya upah, pajak, bunga, dan dividen untuk
saham preferen. Dividen saham biasa tidak mengurangi laba karena tujuannya adalah
menghitung laba bagi pemegang saham biasa.

4. Fund Theory

Biasanya digunakan di sektor publik. Fund Theory mengasumsikan sekelompok aset dan
kewajiban terkait yang ditujukan untuk tujuan tertentu.

5. Commander

Commander adalah sinonim untuk manajemen. Mengasumsikan manager memberikan


pandangan management kepada investor.
Chapter 6
The Search for Objectives

Postulat tidak dianggap sebagai bagian pokok dari teori lagi, tapi postulat itu menjadi
semacam asumsi, kondisi yang melandasi teori akuntansi. Kondisinya perusahaan harus
diasumsikan umurnya tidak terbatas sehingga perlu dipotong-potong ada time periodnya lalu
laporan dibuat untuk perusahaannya bukan untuk pemiliknya memakai rupiah. Itu seperti asumsi
kondisi. Berdasarkan asumsi itu kita membangun akuntansi termasuk teori akuntansi. Jadi
suasananya, lingkungannya, itu adalah lingkungan postulat itu tadi. Jadi kalau tanpa lingkungan
seperti itu, teorinya tidak berubah. Dalam postulat itu, dalam lingkungan itu, berdasarkan yang 4
postulat tadi. Kalau seandainya kita membuat perusahaan yang hanya berumur 2 tahun saja, nanti
teori akuntansinya akan berbeda. Berbeda dengan kalau diasumsikan umur perusahaannya tidak
terbatas. Jadi postulat tidak resmi menjadi bagian struktur teori, tapi dasarnya seperti latar
belakangnya itu menjadi dasar dengan situasi dan kondisi yang seperti itu, dari lingkungan dimana
akuntansi itu dikembangkan. Kalau lingkungannya berbeda, yang akan dikembangkan pun berbeda.
Karena sudah disepakati bahwa postulat tidak akan diubah-ubah lagi maka kita sepakat bahwa
lingkungannya tidak berubah. Jadi kita bisa mengembangkan akuntansi dan teorinya.

Akuntansi itu harusnya jangan disusun berdasarkan maunya penyusun. Akuntansi itu kan
menyediakan informasi, akuntansinya itu harusnya mempertimbangkan yang akan menggunakan.
Ini yang disebut user approach dalam ASOBAT. Jadi harusnya tidak
mempertimbangkan preparer (penyusun), perusahaan, tapi mempertimbangkan siapa yang akan
menggunakan informasi itu. Kalau begitu, kita tidak memakai postulat lagi sebagai teori. Postulat itu
orientasinya perusahaan. Perusahaan itu umurnya tidak terbatas, laporan itu dipotong umurnya
setiap tahun, dibuat laporannya untuk entitas itu, itu oerientasinya orientasi preparer. Sebagai
contoh, restaurant, hanya bisa membuat 1 jenis makanan tertentu. Ini orientasinya producer
(preparer), sedangkan pembelinya belum tentu suka. Bisa jadi tidak ada yang membeli. Lain halnya
jika telah dilakukan survey untuk melihat selera masyarakat. Lalu dibuatlah menu dengan
mempertimbangkan selera masyarakat tersebut. Restaurantnya harapannya bisa lebih sukses.

ASOBAT itu customer oriented, menggunakan user approach. User approach disini adalah
akuntansi itu dikerjakan agar berguna bagi pemakainya bukan agar pemakainya senang karena
diubah-ubah (window dressing).

Usaha ini dilihat dari kelembagaan bukan individual. Yang dibahas disini ada 4. Dimulai dari:

1. ASOBAT, diterbitkan oleh AAA pada tahun 1966


2. APB Statement No. 4, diterbitkan oleh APB pada tahun 1970
3. Trueblood Committee Report, diterbitkan oleh AICPA pada tahun 1973
4. SATTA, diterbitkan oleh AAA pada tahun 1977

Pada tahun 1966, ASOBAT sudah berbicara tentang objective. Dalam conceptual
framework bagian pertamanya objective yang sudah mulai dirintis oleh ASOBAT dalam tahun
1966. Objectivenya ASOBAT masih berlaku termasuk tambahannya dari Trueblood yang
orientasinya arus kas itu juga masih berlaku. Jadi bukan berarti adanya usaha kedua, usaha
pertama dilupakan. Sebagian ide usaha pertama masih diterusakan di usaha kedua. Dikembangkan,
diubah, begitu juga untuk yang ketiga, keempat dan seterusnya. Ada keterkaitan antara semua
dokumen itu. Cuma disesuaikan dengan kondisinya. Jadi sekarang teori akuntansinya tidak
menggunakan postulat, tapi menggunakan objective.

Yang menerbikan ASOBAT dan SATTA itu AAA (American Accounting Association). AAA ini
kalau di Indonesia setara dengan IAI kompartemen akuntan pendidik. AAA isinya adalah dosen-
dosen universitas jurusan akuntansi. Pekerjaannya riset, menulis. Termasuk ASOBAT itu adalah
tulisan mereka. AAA ini tidak punya kewenangan mengatur praktik, yang punya kewenangan
AICPA. Lembaga-lembaga dibawah AICPA diberi kewenangan oleh AICPA. Untuk standar ada
CAP, APB, berikutnya berubah menjadi FASB. AAA tidak punya kewenangan, sehingga ASOBAT
itu tidak punya otoritas untuk memaksakan. Hanya APB melihat ada ASOBAT yang bagus sekali
maka idenya dipakai oleh APB. APB itu punya kewenangan ke praktik.

Trueblood committee report juga tidak punya kewenangan. Laporan trueblood ini agak telat
karena setelah terbentuk FASB. Dulu ada 2 komite, Wheat dan Trueblood. Laporannya trueblood
juga dipakai oleh FASB. FASB lembaga yang punya kewenangan. Jadi dari 4 itu tadi yang langsung
punya kewenangan adalah APB Statement No.4. Sedangkan ASOBAT, Trueblood Committee
Report, dan SATTA itu tidak punya kewenangan.

Masalahnya, APB Statement no 4 itu dipakai oleh IAI, diterjemahkan, diringkas, dan dipakai
sebagai Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 84, yang tahun 74 pakai ARS 7. Jadi, APB Statement
No. 4 itu ada kaitannya dengan Indonesia yaitu menjadi PAI yang kedua stelah yang pertama tahun
74.
Kalau dilihat yang keluar pertama kali itu yang tidak punya otoritas, idenya dipakai juga oleh APB
yang punya otoritas menjadi APB Statement No.4 walaupun tidak sepenuhnya dipakai, diubah
sebagian dari ide sebelumnya.

Disamping APB statement no.4, AICPA juga punya komite dan ada laporannya yang
semuanya nantinya juga dipakai oleh yang paling belakangan, yaitu FASB. Terbitannya FASB itu
namanya SFAC. Yang mengikat adalah kelembagaan sampai nanti menjadi rumusan bersama
mengenai tujuan akuntansi melalui proses.

ASOBAT (A Statement of Basic Accounting Theory)


ASOBAT tidak hanya merumuskan objective. ASOBAT merumuskan banyak hal mulai dari:

Definisi dan Teori Akuntansi Menurut


ASOBAT
ASOBAT mendefinisikan akuntansi sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan
megkomunikasikan economic information untuk memungkinkan dibuatnya judgement dan keputusan
berdasarkan informasi oleh pengguna (user) informasi itu. Berarti dalam definisi ini
penekanannya user approach.

Ada definisi dan aplikasi dari teori. Aplikasi definisi:

 untuk mengidentifikasi bidang akuntansi sehingga informasi umum yang berguna dapat dibuat
dan teori dapat dikembangkan
 untuk menetapkan standar yang dengan standar itu maka informasi akuntansi dapat dinilai
 untuk menunjukkan kemungkinan perbaikan dalam praktek akuntansi
 untuk menyajikan kerangka kerja yang bermanfaat bagi para peneliti akuntansi dan berusaha
untuk memperluas penggunaan akuntansi dan ruang lingkup akuntansi karena kebutuhan
masyarakat yang meluas

Teori META adalah teori yang paling atas.


Tujuan Akuntansi Menurut ASOBAT
1. Membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas dan menentukan
sasaran dan tujuan perusahaan.

Tujuan akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan. Keputusannya yang terkait


dengan bisnis, keputusannya harus rasional. Contoh investor yang ingin membuat keputusan terkait
saham antara mau dijual atau mau dibeli, dan antara mau dimiliki atau dilepas. Informasi akuntansi
seharusnya berguna untuk keputusannya investor itu jadi kalau investornya mau membuat portofolio
saham maka yang disebut decision usefulness itu yang berguna untuk portofolio saham. Informasi
akuntansi juga harus berguna bagi kreditor contohnya dalam menentukan yield. Usernya bisa
banyak tapi pada akhirnya dibatasi yang paling utama pada investor dan kreditor.

2. Secara efektif mengarahkan dan mengawasi (mengendalikan) sumber daya manusia dan
material di organisasi.

Informasi akuntansi harus berguna bagi manajemen untuk melakukan pengarahan (direct)
dan pengawasan (control).

Bedanya tujuan 1 dan tujuan 2 adalah tujuan 1 itu untuk pihak diluar perusahaan (eksternal),
sedangkan tujuan 2 adalah untuk pihak di dalam perusahaan (internal). Perlakuan untuk no 1 dan
no 2 ini beda. Akuntansinya beda. Akuntansi No 1 menggunakan akuntansi keuangan, sedangkan
no 2 menggunakan akuntansi manajemen. Jadi ASOBAT mengcover 2 bidang sampai no 2 ini.

3. Menjaga dan melaporkan pemeliharaan sumber daya.

Manajemen memiliki hak custody untuk aset perusahaan, maka harus dilaporkan dan harus
dijaga asetnya. Akuntansi harus berguna untuk digunakan untuk memelihara aset dan melaporkan
apa yang telah dilakukan yaitu custody (pemeliharaan) tadi. Custody = stewardship =
accountability = pertanggungjawaban = amanah berarti memiliki hak memelihara aset. Manajemen
bertanggung jawab kepada investor (pertanggungjawaban kepada pihak luar perusahaan). Ini
akuntansi keuangan.

4. Memfasilitasi fungsi dan pengawasan akuntansi sosial.

Menurut ASOBAT, Akuntansi harus bisa memenuhi kebutuhan user di 4 hal ini. Ini terlalu
luas, jadi yang digunakan oleh FASB hanya yang no 1 dan no 3 karena no 2 dan no 4 bukan
bidangnya FASB. Selanjutnya no 2 dan no 4 tidak dikembangkan karena yang digunakan hanya
yang lingkupnya financial accounting.
Untuk mencapai tujuan itu, ASOBAT mengatakan informasi itu harus ada standarnya.

Standar Informasi Akuntansi Menurut


ASOBAT
1. Relevansi

Informasi yang relevan itu informasi yang penting bagi pengambilan keputusan. Informasi harus
terkait untuk pengambilan keputusan. Relevan juga dipengaruhi oleh materialitas.

2. Verifiability

Informasi akuntansi harus verifiable. Kalau seseorang mengukur, diulangi orang lain mengukur,
hasilnya harus bisa dibandingkan. Kalau tidak berarti tidak verifiable. Berarti tidak memenuhi standar
untuk mencapai tujuan.

3. Freedom from bias

Arti kata bias adalah pengukuran yang berulang yang hasilnya cenderung pada satu sisi. Apakah
terlalu rendah terus (understatement) atau terlalu tinggi terus (overstatement). Kalau suatu saat
rendah, suatu saat tinggi, itu bukan bias. Kalau pindah-pindah itu salah biasa bukan bias. Bias
hanya untuk kecenderungan. Konservatisme itu bias. Freedom from bias tidak boleh konservatisme.
Bias itu selalu salah di tempat yang sama.

4. Quantifiability

Informasi akuntansi dapat dikuantifikasikan, berupa data kuantitatif. Ini tidak digunakan lagi.

ASOBAT ini sudah bagus dan dijadikan dasar untuk yang selanjutnya.

APB STATEMENT NO 4 (Basic Concepts and


Accounting Principles Underlying Financial
Statements of Business Enterprises)
Definisi:

Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya menyediakan informasi kualitatif terutama bersifat
keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk berguna dalam mengambil keputusan
ekonomi. Tekanannya pada decision usefulness yaitu kegunaan dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan memiliki tujuan umum, hanya ditujukan kepada group user yang terbatas.
Berasumsi ada high user homogeneity bahwa kelompok-kelompok tadi memiliki banyak kesamaan
dalam kebutuhan terhadap informasi akuntansi. Asumsinya 14 user (shareholders, creditors,
financial analysts and advisers, employees, labor unions, customers, suppliers, industry trade
associations, governmental agencies, public interest groups, researchers and standard setters,
auditors, management, and communities touched by the firm’s operations) memiliki kebutuhan
informasi yang sama, walaupun tidak 100% sama, tapi harapannya sebagian besar kebutuhannya
sudah terpenuhi.

APB Statement no 4 ada kesalahan definisi karena ada kata-kata “diakui dan diukur dengan
prinsip akuntansi berterima umum (GAAP)“. FASB memperbaikinya. Economic resources diganti
menjadi economic benefit.

Trueblood Committee Report (Objectives of


Financial Statements)
AICPA membentuk Komite Trueblood sewaktu ketika APB berada dibawah krisis berat. Trueblood
Committee dibentuk April 1971. Dibebani dengan menggunakan APB Statement 4 sebagai
kendaraan untuk menyempurnakan tujuan laporan keuangan.

Tujuan Laporan Keuangan Menurut Trueblood Committee

Ada 12 tujuan:

1. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi


2. Membantu pengguna yang mengandalkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utama
3. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk memprediksi,
membandingkan, mengevaluasi arus kas potensial dalam arti jumlah, waktu, dan ketidakpastian
terkait.
4. Menyediakan bagi pengguna informasi untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
5. Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam menilai kemampuan manajemen untuk
menggunakan sumber daya perusahaan secara efektif dalam mencapai tujuan utama
perusahaan.
6. Menyediakan informasi yang faktual dan interpretatif tentang transaksi dan kejadian lain yang
berguna untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba.
7. Menyediakan laporan posisi keuangan yang berguna untuk memprediksi, membandingkan, dan
mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
8. Menyediakan laporan laba rugi yang berguna untuk memprediksi, membandingkan, dan
mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
9. Menyediakan informasi tentang aktivitas keuangan yang berguna untuk memprediksi,
membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
10. Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memprediksi proses. Ramalan keuangan harus
disediakan untuk mempertinggi reliabilitas prediksi pengguna
11. Tujuan laporan keuangan untuk pemerintah dan lembaga nonprofitadalah menyediakan
informasi yang berguna untuk mengevaluasi efektivitas manajement sumber daya dalam
mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja harus dihitung dalam sasaran yang
diidentifikasi.
12. Melaporkan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan,
digambarkan, dan diukur yang merupakan peranan penting perusahaan di lingkungan sosialnya.

2 konsep dasarnya ASOBAT, yaitu no 1 dan no 3 ada disini.

Hyrarchy of Objectives
Tier 1 - Basic Objective

Tujuan (1)

Tier 2 - Users and Their Needs

Tujuan (2), (3), (11), (12)

Tier 3 - Users’ Needs in Terms of the Enterprise Issuing Financial Statements

Tujuan (4), (5)

Tier 4 - Enterprise Information Staisfying This Need

Tujuan (6)

Tier 5 - Financial Statements Communicating This Information

Tujuan (7), (8), (9), (10)


SATTA (Statement on Accounting Theory and
Theory Acceptance)
SATTA ini bukan perumusan objective, tapi survey teori dan mempelajari mana yang
dipakai. Teori yang berlaku diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

1. Pendekatan Klasik (Classical Approaches)

Pendekatan yang sudah lewat. Isinya deduktive approach yaitu teori-teori lama yang menggunakan
pendekatan deduktif.

2. Decision Usefulness Approach, isinya 2:

a. Decision-Model Orientation

b. Decision-Maker Orientation (orientasi pada pengambil keputusan) sekarang namanya behavioral


accounting.

3. Information Economics

Riset deduktif yang membahas tentang cost and benefit dalam menerbitkan informasi.
User Objectives Menurut SATTA
1. Primary objective, terdiri dari:

a. Predictive Ability

Predictive Ability sama dengan decision usefulness. Informasi untuk pengambilan keputusan di
masa yang akan datang. Untuk kebutuhan pengambilan keputusan maka informasi akuntansi harus
punya kemampuan membuat prediksi.

b. Accountability

Sama dengan ASOBAT

2. Secondary objective

a. Capital Maintenance

Informasi akuntansi harus bisa digunakan memaintain capital

b. Adaptability

Kemampuan perusahaan beradaptasi pada situasi, berubah-ubah, berganti bisnis. Laporan


keuangan harusnya bisa menunjukkan perusahaan memiliki adaptability tinggi atau rendah
ditunjukkan melalui likuiditas. Perusahaan yang aktiva lancarnya tinggi lebih adaptable daripada
yang aktiva tetapnya yang tinggi.
Chapter 7
The FASB’s Conceptual Framework
Ada keterkaitan tujuan mulai dari ASOBAT – APB Statement No 4 – trueblood committee
report – SFAC No. 1 dan SFAC No.8 bab 1

Conceptual framework memenuhi syarat untuk disebut sebagai teori.


Teori yang digunakan, yang disebut conseptual framework, tergantung pada orangnya. Conceptual
framework masih dalam lingkup teori akuntansi. Teori akuntansi lebih luas dari conceptual
framework. Conceptual framework itu teori yang digunakan oleh DSAK untuk mempengaruhi
penyusunan standar akuntansi.

 SFAC No. 1,2,3,4 sudah tidak digunakan lagi. SFAC No. 8 mengganti SFAC No. 1 dan 2.
 SFAC No. 1 sampai 7 buatan FASB
 SFAC No. 8 kolaborasi FASB dan IASB

Statement of Financial Accounting Concepts


(SFAC)
1. SFAC No. 1 (1978): Tujuan pelaporan keuangan perusahaan bisnis
2. SFAC No. 2 (1980): Karakteristik kualitatif informasi akuntansi
3. SFAC No. 3 (1980): Mendefinisikan 10 elemen laporan keuangan dari perusahaan bisnis
4. SFAC No. 4 (1980): Berhubungan dengan tujuan keuangan non-bisnis
5. SFAC No. 5 (1984): Menguraikan masalah pengakuan dan pengukuran di laporan keuangan
untuk perusahaan bisnis
6. SFAC No. 6 (1985): Elemen laporan keuangan
7. SFAC No. 7 (2000): Menggunakan informasi arus kas dan nilai sekarang dalam pengukuran
akuntansi
8. SFAC No. 8 (2010): Kerangka konseptual akuntansi keuangan

SFAC No. 8 Dibandingkan dengan SFAC No.1 & 2


SFAC No. 8 Bab 1 Dibandingkan dengan SFAC No.1

Tujuan 1: OB 2:

Tujuannya berguna untuk pengambilan keputusan = ASOBAT


Tujuan 2: OB 4:

 untuk menilai prospek cash flow –>Turunan dari trueblood commitee


 untuk menilai pertanggungjawaban manajemen –> ASOBAT No. 3

Tujuan 3: OB 12:

Menyediakan laporan keuangan yang isinya neraca dan laba rugi

 memberi informasi tentang posisi keuangan (neraca) yang isinya tentang sumber daya ekonomi
dan claim terhadap sumber daya itu. Neraca bagian kiri itu aset. Neraca bagian kanan itu claim
isinya hutang dan ekuitas. Transaksi yang mengubah aset, hutang, dan ekuitas adalah transaksi
pendapatan dan biaya.
 Menyediakan laba rugi

SFAC No. 8 Bab 3 Bandingkan dengan SFAC No. 2

Qualitative Characteristic

Supaya informasi berguna untuk pengambilan keputusan, harus terkait keputusannya itu
dengan fenomena ekonomi dan informasinya harus memiliki sifat kualitatif. Sifat kualitatifnya bisa
dikelompokkan menjadi 2:

1. Relevance

Relevansi adalah kualitas yang diambil dari ASOBAT dan diungkapkan agak janggal pada
SFAC menjadi ‘mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan dengan membantu
pengguna membentuk prediksi tentang outcome masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang
atau untuk mengkonfirmasi atau memeriksa ekpektasi.

Relevansi memiliki 2 aspek utama: predictive value dan feedback value, serta 1 aspek
tambahan: ketepatan waktu

 Predictive value
 Confirmatory value –> di SFAC No. 2 namanya feedback value
 Timeliness

Predictive Value dan Feedback Value –yang merupakan karakteristik kualitatif– diturunkan
dari tujuan menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memprediksi cash flow dan untuk
pertanggungjawaban. Sejak Trueblood Report sampai SFAC 1 dan kemudian SFAC 2, (penjelasan)
yang sedikit lebih detail ditambahkan pada setiap dokumen yang menggantikan (dokumen terbaru).
Melalui ketiga dokumen ini ditekankan pentingnya pengambilan keputusan oleh pengguna eksternal.

Predictive value dan confirmatory value hanya dilakukan untuk yang jumlahnya material
(Materialitas). Relevan dibatasi hanya untuk jumlah-jumlah yang material. Tetap mempertimbangkan
materialitas, hanya item-item yang material saja. Semua pengeluaran dibawah jumlah tertentu
dianggap revenue expenditure (dianggap sebagai expense). Pengeluaran diatas jumlah tertentu
dianggap capital expenditure (asset). Dibawah jumlah tertentu itu tidak material, diatas jumlah
tertentu itu material.

2. Reliability

Reliabilitas (dapat diandalkan) terdiri dari verifiabilitas (dapar diuji), keyakinan yang
representatif dan netralitas

 Verifiability

Verifiabilitas pada SFAC 2 (sebagaimana dokumen sebelumnya) diartikan sebagai tingkat


kadar kesepakatan di antara pengukur (alat ukur yang digunakan?) dengan teori pengukuran
(measurement). Tidak seperti aspek-aspek relevansi, pada verifiablitas terdapat sebuah elemen
yang dapat dikuantifikasi (quantifiable), tetapi –tidak diragukan- sulit mengukurnya, SFAC 2
menghentikan singkatnya rincian berapa seharusnya derajat verifiabilitas tersebut.

 Representational Faithfulness

Representational faithfulness juga berhubungan dengan teori pengukuran. Ia merujuk pada


gagasan bahwa pengukuran sendiri harus cocok dengan fenomena yang dicoba mengukurnya.

 Neutrality

Netralitas merujuk pada keyakinan bahwa proses penyusunan kebijakan terutama


dihubungkan dengan relevansi dan reliabllitas daripada dampak sebuah standar atau aturan yang
mungkin dimiliki kelompok pengguna yang spesifik

Data harus lengkap, tidak boleh berpihak pada 1 yang berkepentingan, netral, dan bebas dari
kesalahan. Supaya informasi itu relevan dan faithful representation maka harus tepat waktu
(timeliness). Kalau informasinya bisa dibandingkan, bisa diverifikasi, disajikan tepat waktu, maka
kualitas relevan dan faithful representationnya meningkat.
SFAC 5
Recognition and Measurement
Recognition: memasukkan item ke dalam laporan keuangan menggunakan huruf dan angka
dan angkanya dimasukkan dalam total maka item tersebut merupakan item yang diakui.

Kriterianya ada 4, di halaman 242:

1. Definition: item harus sesuai dengan definisi laporan keuangan, sesuai SFAC No.6
2. Measurability, ada 5 measurement attributes. Harus dapat diukur yang reliabilitynya cukup, ada
di SFAC No. 5
3. Relevance, informasi mengenai kemampuannya membuat informasi yang berbeda pada
keputusan pengguna, SFAC No. 2
4. Reliability, informasi secara representatif meyakinkan, verifiabilitas dan netral, SFAC No. 2

Earnings itu laba yang berulang (recurring) atau disebut juga dulunya current operating
performance. Lawannya operating income.

Dua perhitungan earnings, ada 2 cara:

1. Current operating performance:


2. all inclusive

Statement of earnings and comprehensive income. Yang membedakan adalah cumulative


accounting adjustment dan other non-owner changes in equity.

Measurement Attributes ada 5, yaitu:

1. Historical cost
2. Current cost (replacement cost)
3. Current market value (exit value)
4. Net realizable value
5. Present (discounted) value of future cash flow

SFAC 6
Elemen-elemen dari SFAC No. 6 adalah:

1. Asset adalah penyebab manfaat ekonomi di masa depan yang diperoleh dan dikendalikan oleh
entitas sebagai suatu hasil dari kejadian atau transaksi masa lalu.
2. Kewajiban adalah penyebab pengorbanan masa depan dari manfaat ekonomi muncul dari
obligasi saat ini dari entitas untuk mentransfer asset atau menyediakan jasa untuk entitas
lainnya di masa depan sebagai sebuah hasil dari kejadian atau transaksi masa lalu.
3. Ekuitas dan net asset adalah residual interest dalam asset dari suatu entitas yang tersisa
setelah mengurangi kewajibannya.
4. Penanaman modal oleh investor meningkat dalam ekuitas dari organisasi laba hasil dari transfer
ke entitas lain yang bernilai untuk mengumpulkan atau meningkatkan ownership interest
5. Distribusi kepada owner mengurangi dalam ekuitas dari suatu organisasi laba hasil dari
mentransfer asset, menyumbang jasa, atau incurring kewajiban oleh perusahaan kepada
pemilik.
6. Pendapatan komprehensif adalah perubahan ekuitas dari organisasi laba dari suatu transaksi ke
non pemilik sumber daya.
7. Pendapatan adalah aliran masuk dari asset akibat adanya pengiriman atau produksi barang,
pemberian jasa.
8. Beban adalah aliran keluar dari kewajiban mengirimkan atau memproduksi barang, pemberian
jasa.
9. Keuntungan adalah kenaikan ekuitas dari suatu transaksi entitas.
10. Kerugian adalah pengurangan ekuitas dari suatu transaksi entitas

SFAC 7
Point penting mengapa SFAC No 7 dibuat :

Keterangan dari pentingnya Trueblood Committee Report yang berdampak pada pentingnya
aliran kas. Kedua, standar ini memfokuskan pada permasalahan pengukuran daripada
permasalahan tipe konseptual yang bisa dilihat pada SFAC No. 5

SFAC 7 dibagi dalam 2 bagian:

 Present Value Asset Measurement

Poin terpenting tentang pengukuran asset adalah mengukur present value yg dimaksudkan untuk
membangkitkan fair value dibandingkan fakta asset present value utk perusahaan tersebut.

 Present Value Liability Measurement

Kunci pentingnya adalah tingkat diskon harus terikat dengan credit standing perusahaan.
Chapter 8
Usefulness of Accounting Information to Investors
and Creditors
Sebelum ujian sisipan, di chapter 6 sebelumnya kita uda belajar tentang Search for
Objectives, sudah sepakat dinyatakan bahwa ASOBAT, APB Statement No 4, Trueblood Committee
report, SATTA, dilanjutkan chapter 7 SFAC, kita sepakat tujuan menyediakan informasi akuntansi
adalah untuk berguna dalam pengambilan keputusan (usefulness dalam decision making). Disitu,
ASOBAT juga menyatakan perubahan approach. Kalo dulunya akuntansi dari definisi dan lain-lain
itu adalah proses pencatatan, pengelompokan, dan seterusnya sampai menjadi laporan keuangan
itu adalah dilihat dari penyiapannya/preparernya/penyaji informasi. ASOBAT dan lain-lain mengubah
orientasinya kepada user, jadi tidak lagi yang dlihat adalah proses menyiapkan tapi yang dilihat
adalah kegunaannya bagi usernya. Kegunaan untuk apa? Nomor satu untuk pengambilan
keputusan, walaupun ada tambahannya juga untuk pertanggungjawaban.

Kita juga sudah membahas bahwa usernya itu banyak, di chapter sebelumnya kita sepakat
bahwa usernya banyak tetapi user itu bisa dikelompok-kelompokkan. Dan kita sepakat juga di SFAC
bahwa yang paling utama itu ada 2, yaitu investor dan kreditor. Jadi kalau dilihat dari judul chapter
ini, usefulness of accounting information to investors and creditors, berarti untuk users,
cuma usersnya diwakili oleh yang paling utama. Usefulnessnya untuk apa? Untuk decision making.

Kalo chapter 6, chapter 7, itu akuntansi yang menyatakan bahwa kita menyediakan informasi
supaya berguna bagi user untuk pengambilan keputusan. Sekarang chapter 8 ini mau membuktikan,
betul berguna ga tuh yang disampaikan oleh akuntansi tadi? providing informasi untuk pengambilan
keputusan, betul-betul digunakan gak dalam pengambilan keputusan. Ini yang mau kita lihat
sekarang. Oleh siapa? Oleh user yang 2, investor dan kreditor.

Investor itu keputusannya selalu terkait dengan saham, makanya chapter ini mulai dari
bagian depannya panjang lebar itu terkait dengan pasar modal. Sampai tentang risk and return,
portofolio, dan sebagainya itu capital market yang dibahas, ada efisiensi pasar dan seterusnya. Di
bagian akhir juga dibahas sedikit tentang kegunaan informasi bagi kreditor. Kreditor itu
informasinya apa? Memberi pinjaman. Pinjamannya itu ada dua macamnya. Kalo bank itu ada
kredit, tapi kalo di pasar modal berarti obligasi.

Chapter ini mau membuktikan statementnya profesi yang ada di chapter 6 dan chapter 7
bahwa akuntansi menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh user. Ini
yang harus dibuktikan sekarang. Bagaimana membuktikannya?
 Keputusan oleh investor terkait dengan saham
 Keputusan oleh kreditor terkait dengan obligasi

Kalau kita sebagai investor, keputusan kita terkait dengan mau jual atau mau beli saham.
Kalau kita punya saham, ga mau dijual, mau dimiliki berapa lama. Kan orang finance bilang buy,
hold, sell. Apakah individual saham satu-satu atau mau portofolio juga silahkan. Tapi selalu beli,
miliki, menahan, atau jual. Obligasi juga begitu. Keputusannya terkait dengan mau memberi
pinjaman atau gak. Kalau kita memberi pinjaman melalui organisasi, berarti kita memutuskan mau
beli obligasi atau tidak. Kalau kita tidak mau memberi pinjaman, kita tarik uangnya minta dilunasi,
kalau dalam bentuk obligasi bisa kita jual obligasinya. Berarti keputusannya tetap sama, yaitu buy,
hold,sell. Yang banyak yang saham, yang sedikit yang obligasi.

Komposisi uang yang beredar di pasar modal itu lebih banyak di saham atau lebih banyak di
obligasi? Lebih banyak di saham. Sebanding dengan jumlah uang yang beredar di bursa, sebanding
dengan saham. Jadi permasalahannya disini juga banyak. Masalahnya apa? Membuktikan apakah
informasi akuntansi betul-betul digunakan. Kalau tidak digunakan artinya informasinya tidak ada
gunanya, kalau digunakan berarti informasinya ada gunanya. Yang disebut information content,
kalau digunakan berarti informasi itu punya kandungan, informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan. Kalau tidak digunakan berarti informasinya tidak punya kandungan yang berguna untuk
pengambilan keputusan.

Jadi itulah ide besar dalam chapter ini. Di buku teori akuntansi yang lain itu dibilang begini,
kalau saya tukang masak (cook-nya), terus saya buat pudding, bagaimana saya mengatakan
bahwa pudding buatan saya ini enak. Bagaimana kamu membuktikan bahwa pudding buatan saya
itu enak atau tidak, harus dicicipi. Pepatahnya orang yang berbahasa Inggris itu mengatakan “the
proof of the pudding is in the eating”. Jadi membuktikan puddingnya itu enak atau gak dengan cara
memakannya. Chapter ini membuktikan omongan berguna itu dengan melihat reaksi-reaksi di pasar
modal. Itu yang mau dilihat. Lalu ada hubungan apa gak antara informasi akuntansi dengan pasar
modal? dicoba dijelaskan di awal ada laba, ada dividen, ada harga saham.
Mari kita lihat.

Earnings, Dividends, and Stock Price


Contoh, misalnya hari ini PT A mau jual saham di bursa, IPO, harga sahamnya 2000 per
lembar, mau beli ga? Saya langsung beli pak. Kalau itu berarti namanya naïve investor, investor
yang tidak punya pengetahuan yang cukup. Pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mengatakan
ok saya mau beli atau oh gak saya ga mau. Kita mau investasi itu tujuannya apa sih? Mencari laba
(return).

Sebenarnya itu earnings, tapi earnings kalau di capitalmarket itu


disebut return (kembalian). Return yang kita terima asalnya darimana? Kalau kita beli saham, terus
dapat return, sumber returnnya dari dividen. Kita mendapat uang dari perusahaan namanya dividen.
Berarti ini return kita yang pertama. Return keduanya apa? Capital gain. Kalau kita jual sahamnya,
kalau harganya lebih tinggi dari 2000, kita dapat keuntungan. Berarti kita akan beli dengan harga
2000 kalau laba yang kita dapatkan nanti lebih tinggi dari 2000. Itu keputusan dasar investasi. Kalau
labanya lebih rendah dari 2000 ngapain dibeli. Karena capital gain itu didapatnya dari jual saham,
sedangkan investor itu adalah orang yang memiliki saham, maka capital gain itu kita abaikan kalau
sudah dijual sahamnya berarti sudah tidak jadi investor lagi.

Jadi yang menjadi sumber return utamanya adalah dividen. Jadi kalau sahamnya saya beli
2000, dividennya mau dapat berapa ya kira-kira? Dari perusahaan sejenis, pengalaman kemarin
kira-kira bisa dapat 100 dividennya. Tahun berapa, anggap saja biar mudah setiap tahun 100.
Berarti 2000 akan balik (di payback) dalam periode berapa lama? 20 tahun. Itu yang
namanya payback period. Sekarang pertanyaannya, apa mau berinvestasi yang kembalinya 20
tahun? Tidak. Kita harus punya batas. Kalau lebih dari batas ini kita ga mau investasi. Kalau
dibawah batas ini kita mau investasinya. Terserah batasnya berapa. Misalnya batasnya 7 tahun,
berarti yang 20 tahun ditolak. Saya ga mau beli saham yang 2000 ini. Benarkah seperti itu? Ada hal
lain yang harus dipikirkan. Present value. 100 hari ini sama 100 yang akan datang harus di present
value-kan. Paybacknya jadi lebih lama dari 20 tahun.

Laporan keuangan itu harus untuk orang yang memahami bagaimana mempelajari laporan
keuangan itu. Investor yang tidak berpengetahuan itu di hipotesis itu namanya naïve investor
hypothesis. Investor itu bisa dibohongi, tapi setelah diteliti ternyata ga bisa. Orang yang mau
membayar 2000 itu uang betul lho, orang kalau mengeluarkan uang betul itu walaupun tidak tau dia
akan tanya-tanya dulu, ada advisernya yang memberi advice (investing advice). Siapa? Broker
saham. Kalau mau beli saham kan lewat broker, kantor sekuritas, itu punya ahlinya disitu. Kita akan
diberi tahu, apalagi kalau kita minta, tolong nanti saya di email atau nanti saya telpon atau saya
datang ke kantor dan tolong dijelaskan ya. Berarti yang naïve tadi tidak terbukti. Keputusannya tetap
keputusan yang canggih.

Berarti artinya mau beli saham harus mikir return, kalau returnnya ga cukup ga jadi
beli. Returnnya apa tadi? Dividen. Sekarang perusahaan akan membagi dividen dalam kondisi kalau
perusahaan mendapatkan laba. Laba itu informasi akuntansi. Berarti dividen tergantung pada
informasi akuntansi. Dividen menjadi dasar untuk memutuskan harga sahamnya terlalu tinggi atau
tidak. Kalau saya tidak mau beli artinya apa? Harganya terlalu tinggi (over price). Kalau harganya
masuk hitungan saya, berarti paling tidak itu under price, kecil atau tidak yang penting masih laba.

Jadi kalau begitu ada hubungan antara dividen, informasi akuntansi, dan harga saham. Saya
bisa menentukan harga saham kalau saya tau dividennya. Saya bisa tau dividen kalau saya tau laba
akuntansinya. Berarti kalau saya pakai persamaan sederhana begitu harga saham dipengaruhi oleh
dividen. Dividen dipengaruhi oleh earnings (laba).

Jadi, apakah dalam praktik itu, teori ini nanti bisa terjadi betul di perusahaan yaitu apakah laba yang
terjadi atau dihasilkan oleh perusahaan itu betul-betul mempengaruhi harga saham.

Inilah dasar untuk melakukan penelitian pasar modal. Jadi ada teori mengenai dividen, mengenai
laba, mengenai harga saham yang mengaitkan ketiganya itu akibatnya saya bisa melakukan
penelitian pasar modal yaitu mencari hubungan antara informasi akuntansi dalam bentuk laba
dengan harga saham.

Residual Income
Disini itu ada informasi laba akuntansi. Laba akuntansi itu
apa? Revenue dikurangi expense. Itulah laba akuntansi. Tapi ada para pengguna informasi di luar,
misalnya begini, saya punya uang 1 Milyar. Uang saya 1M kalau saya simpan di bank saya bisa
dapat 100 juta per tahun. Terus ada yang bilang, investasikan saya diperusahaan kami. Lalu saya
tanya kira-kira perusahaan itu bisa memberikan laba berapa. Dari pengalaman sebelumnya 15%.
Berarti kalau 1M dimasukkan ke perusahaan itu, saya akan dapat laba 150 juta. Menurut akuntansi
labanya 150 juta, tapi sebetulnya 150 juta itu hanya lebih 50juta dibanding kalau uangnya saya taruh
di bank. Berarti yang di bank itu 100 jutanya itu namanya cost of capital (biaya modalnya). Modal
itu ga gratis, alternative earningsnya itulah yang disebut cost of capital. Berapa cost of capitalnya?
100. Kalau uangnya ditanamkan di perusahaan, yang saya dapatkan 150. Kalau cost of capitalnya
dikeluarkan berarti laba saya tinggal 50. Laba tinggal sama dengan laba residu. Itulah yang
disebut dengan residual income, yaitu laba setelah dikurangi dengan cost of capital.

Pilih mana, naruh uang di bank atau investasi di perusahaan tadi? Karena residual
incomenya positif, berarti saya pilih nanam modal di perusahaan tadi, saya dapat kelebihan sebesar
50 yaitu residual income yang disebut juga economic profit. Dikembangkan rumusnya.
Ngitungnya dari laba yang ditengah-tengah itu namanya NOP (Net Operating Profit).

Cara ngitung NOP:


NOP = (Revenue – CGS) – Operating expense
NOP = Gross Profit – Operating expense

Tidak cuma NOP, tetapi ada after tax. Berarti kalau tariff pajaknya 28%, maka NOP ini dikurangi
28% sebagai Tax. Berarti NOPAT (Net Operating Profit After Tax) nya tinggal 72%.

Karena Net income = NOP – extraordinary, Kalau di perusahaan itu tidak ada extraordinary,
maka Net Operating Profit (NOP) nya = Net Income. Jadi NOP itu dalam bahasa teori akuntansinya
disebut earnings. Net income dalam bahasa teori akuntansinya disebut comprehensive income.

Di SFAC No.5 kita mengenal 2 konsep laba, yaitu earnings dan comprehensive income.

NOP (Net Operating Profit) = earnings


NI (Net Income) = comprehensive income => berasal dari NOP - extraordinary

Kalau extra ordinary nya 0, maka:

NOP – tax = NIAT (Net Income After Tax)


NOPAT – Capital charge = economic profit

Capital charge itu apa? Cost of capital tadi. Kalau uangnya di bank dapat 100 itu capital charge,
dalam bahasa finance itu namanya cost of capital.
Kalau modalnya itu kompleks, ada utang, obligasi, ada preferred stock, ada common stock berarti
struktur modalnya kompleks, cost of capitalnya nyatatnya pakai WACC (Weighted Average Cost of
Capital). Jadi, NOPAT – Capital charge itu bisa berubah menjadi NOPAT – WACC.

Ini analisis tambahan di luar laporan keuangan. Laporan keuangan kita hanya menyediakan neraca,
laba rugi, cash flow, ekuitas, catatan atas laporan keuangan. Analisis tersebut dilakukan
berdasarkan informasi yang ada di laporan keuangan. Perusahaan tidak menyediakan informasi
EVA dan economic profit, yang membutuhkan bisa menghitungnya sendiri. Tujuannya meningkatkan
kegunaan informasi dalam pengambilan keputusan.

Sekarang pilih mana, nyimpan uang di bank atau investasi di perusahaan tadi? Kalau tidak ada
hitungan residual income, jawabnya hanya dari laba di dalam laporan laba rugi, tidak cocok jadinya.
Tidak ada alternatif yang tersedia. Setelah saya tahu residual incomenya, saya bisa tau oo lebih
baik investasi disini. Berarti informasinya lebih berguna dalam pengambilan keputusan. Walaupun
ada plusnya, walaupun ada minusnya, tapi ada gunanya.

Introduction to Capital Market Research in


Accounting
Jadi penelitian pertama itu penelitian seminal, yaitu penelitian yang menonjol, yang besar,
yang awal memakai kata seminal. Berarti pertama dilakukan, bagus, yang kemungkinan di masa
depannya akan berkembang. Itu yang namanya seminal. Yang melakukan itu adalah dua orang
pertama yang namanya Ball and Brown, sehingga sangat terkenal penelitian pasar modal itu yang
merintis adalah Ball and Brown. Publikasinya tahun 1968. Apa yang diteliti? Apakah informasi
akuntansi direspon oleh pasar modal atau tidak. Kalau hari ini saya memberikan informasi, hari ini
harga saham bergerak berarti informasi saya dipakai oleh investor dalam keputusan terkait dengan
harga saham. Kalau gitu informasinya memiliki information content.

Penelitiannya memakai event study (studi peristiwa). Jadi kita lihat apakah hari ini
diumumkan, hari ini responnya terjadi. Kalau iya, berarti informasinya punya konten, kalau tidak
berarti informasinya tidak punya konten. Ball and Brown (1968) membuktikan bahwa informasi
akuntansi punya konten.

Lalu dikembangkan lagi, tidak hanya dilihat dari responnya, tapi dilihat dari sign (tandanya).
Kalau informasinya positif, responnya positif. Kalau informasi negatif, responnya negatif.
Berarti information content sesuai dengan tanda informasi.

Lalu dilihat dari besarannya (magnitudenya) gimana. Kalau labanya naik 10%, apakah
responnya berbeda dengan kalau labanya naik 30%? Kalau labanya turun 5% apakah berbeda
dengankalau labanya turun 10%. Dilihat besarannya. Ternyata penelitiannya juga membuktikan
pasar bereaksi juga terhadap magnitude. Jadi tidak cuma information content, tapi sign and
magnitude.

Terus orang berpikir, bagaimana mengembangkan bisnis pasar modal ini. Apakah respon
pasar untuk perusahaan yang berbeda itu juga berbeda? Misalnya, PT A labanya naik 10%, PT B
labanya naik 10%. Apakah pasar merespon 10% sama-sama atau beda? Diteliti, ternyata berbeda
responnya. Respon yang berbeda itu disebabkan oleh ERC (Earnings Response Coefficient). Jadi
tiap perusahaan itu bisa dihitung ERCnya. Misalnya PT A ERCnya 1, kalo dia mengumumkan laba
naik 10%, maka respon pasarnya 10 x 1 = 10%, sedangkan PT B ERC nya 0,9. Kalo dia
mengumumkan labanya naik 10%, pasarnya akan bereaksi 10 x 0,9 = 9%. Sehingga terjawablah
pertanyaan mengapa ada respon yang berbeda-beda ke perusahaan yang berbeda diakibatkan oleh
ERC. Terus orang bertanya lagi, ERC itu dipengaruhi oleh apa? Apa faktor penentu ERC? Itulah jadi
perkembangan berikutnya . sudah ada penelitiannya.

Itu penelitian information content yang sebetulnya dasarnya adalah efficient market hypothesis
(EMH). Kenapa kita mencari hubungan information content yang kita kembangkan sampai ketemu
ERCnya itu karena kita percaya bahwa pasar modal itu efisien. Efisiensinya ada 3 level.

1. Weak, mengatakan bahwa harga saham di bursa tergantung dari harga historisnya (historical
price). Berarti harga-harga yang lalu mempengaruhi harga sekarang
2. Semi strong, mengatakan bahwa kalau ada informasi masuk ke bursa, maka informasi itu akan
secara instan dimasukkan ke dalam harga saham. Instant = tidak ada tenggang waktu. Begitu
ada informasi, langsung harga sahamnya berubah. Tidak ada jeda waktunya. Kalau ada jeda
waktu artinya tidak efisien. Karena yang dimaksud dengan efisien semi kuat yaitu kalau
informasi yang masau pasar secara instan direspon dalam perhitungan penentuan harga saham
3. Strong, semua informasi baik yang tersedia untuk masyarakat publik maupun informasi yang di
perusahaan tidak disediakan untuk masyarakat luar namanya privat, jadi baik informasi untuk
publik maupun informasi untuk privat diperhitungkan dalam penentuan harga saham.

Akuntansi pasar modal risetnya menggunakan asumsi pasar modalnya efisien semi kuat.
Kita tidak berasumsinya pasar modalnya efisien kuat. Karena kalo efisien kuat, kita ga tau ada
respon terhadap apa, karena ada informasi di dalam perusahaan yang orang tidak tahu. Tapi kalau
yang semi kuat, hanya informasi yang disediakan untuk publik yang masuk ke bursa itu yang
direspon.

Jadi artinya, berdasarkan pasar modal efisien, kita akan setuju penghimpunan informasi
yang masuk ke pasar itu akan di respon secara instan ke dalam penentuan harga saham. Berarti
kalau begitu hasil penelitian harus menunjukkan ada information content, yaitu pasarnya bereaksi.
Kalau pasarnya tidak bereaksi berarti tidak ada information content. Penelitian sejak Ball and
Brown sampai hari ini menunjukkan ada information content. Berarti cocok dengan teori atau
hipotesis pasar efisien.

Anomali
Penelitian yang dicari saat ini adalah penelitian-penelitian yang anomaly, penelitian yang
pada saat seperti ini atau seperti itu ternyata tidak efisien. Karena yang mendukung efisien sudah
terlalu banyak. Penelitiannya sudah kuat. Beberapa contoh anomaly yaitu:
1. Ada jeda waktu dalam memproses data fundamental. Tadi dikatakan harus instan, kalau
tidak instan berarti tidak efisien, kalau tidak efisien berarti namanya anomaly. Penelitinya Ou
dan Penman berhasil membuktikan ada jeda waktu.
2. Ternyata laba dan return saham ternyata korelasinya rendah. Tadi dibilang ada information
content, ada ERC, sehingga kalo dicari hubungannya ada, tapi sekarang dibuktikan kalau
korelasinya rendah.
3. Ada post-earning-announcement drift, ada informasi yang diserap pasar harus secara instan
menentukan harga saham, tidak boleh ada sisa penentuan. Misalnya hari ini laba diumumkan,
pasar diam saja. Dua hari yang akan datang harga saham naik. Kalau begitu pasar tidak efisien.
Ada post-earning-announcement drift. Jadi sisa-sisa dari pengumuman earnings itu tidak boleh.
4. Mispricing related to accruals

The Incomplete Revelation Hypothesis (Hipotesis


pengungkapan yang tidak lengkap)
Artinya, kalau bicara disclosure (pengungkapan), disclosure itu intinya adalah
menyampaikan informasi. Cara menyampaikan, bentuk penyampaiannya itu tidak penting, yang
penting informasinya tersampaikan. Tapi ternyata setelah diteliti, kalau laporan keuangan itu
informasinya ada di tubuh laporannya, itu respon pasar akan berbeda dengan kalau informasinya
ditaruh di lampiran. Berarti disclosure (pengungkapan)nya / to reveal nya tidak lengkap. Ini
dibuktikan oleh penelitian. Kalau begitu ini pasarnya tidak efisien. Kalau efisien itu yang penting ada
informasinya. Bukan cara mengungkapkannya yang dipertanyaan.

Yang kedua, adanya noise trader. Harga saham itu turun harusnya logikanya orang ga mau
jual, karena kalo dijual kan rugi. Seharusnya dia tunggu, kalau nanti naik baru dijual. Tapi ternyata
ada orang-orang yang pas harga turun itu butuh uang, misal bayar rumah sakit, bayar uang sekolah,
yang menyebabkan dia terpaksa untuk menjual sahamnya. Ini namanya pedagang yang noisy
(mengganggu). Harusnya trennya itu orang membeli, ini malah menjual, karena adanya informasi
yang tidak lengkap tadi.

Dalam filsafat ilmu, “teori itu tidak kita terima kebenarannya, teori itu tidak kita tolak keberadaannya”.

Kalo orang filsafat itu, tidak menolak tidak berarti sama dengan menerima.
Jadi teori efficient market hypothesis itu tidak kita terima, tapi kita tidak bisa menolak teori itu.
Kecuali kalo kita bisa menemukan anomaly banyak. Kalau bisa menemukan anomalinya banyak
baru bisa bilang tidak efisien. Anomalinya belum cukup banyak untuk mengganti teori efisiensi pasar
tadi. Salah satu syarat pasar efisien itu pembeli dan penjualnya banyak. Kalau pembelinya 1,
penjualnya 1, itu ga bakalan efisien.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ada tokoh akuntansi yang menyampaikan sesuatu
yang tidak benar, pasar modal itu bisa dibodohi oleh akuntan, kita ganti aja metode akuntansi,
supaya labanya naik, sehingga ada reaksi pasar. Kan kalo harga naik, pasar juga akan bereaksi
harga pasarnya naik, berarti akuntan bisa mengatur pasar modal. Lalu diteliti, ternyata pasar modal
itu tidak bereaksi terhadap metode akuntansi, pasar modal itu hanya bereaksi terhadap dampak
metode akuntansi terhadap aliran kas. Kalau setelah ganti metode, cash flownya tidak berpengaruh,
berarti pasar tidak akan bereaksi. Ganti metode mungkin direaksi, mungkin juga tidak, tergantung
apakah penggantian tadi mempengaruhi cash flow atau tidak mempengaruhi cash flow.

Summary of Capital Market Research


1. Laba akuntansi memiliki kandungan informasi dan mempengaruhi harga saham
2. Kebijakan akuntansi alternatif dengan konsekuensi cash flow yang tidak nyata secara langsung
atau tidak langsung bagi perusahaan tidak tampak mempengaruhi harga saham
3. Kebijakan akuntansi alternatif yang mempunyai konsekuensi cash flow langsung atau tidak
langsung bagi perusahaan atau pemiliknya, mempengaruhi harga saham
4. Ada bukti bahwa pasar modal tidak bereaksi secara penuh atau secara instan untuk
memastikan tipe data akuntansi dalam situasi tertentu
5. Terdapat dorongan untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu memberikan konsekuensi kas
tidak langsung.
6. Ukuran risiko berdasar akuntansi berkorelasi dengan ukuran risiko pasar, mengusulkan bahwa
angka-angka akuntansi berguna untuk menilai risiko.

Accounting Data and Creditors


Ada 4 bidang penelitian yang terkait kegunaan informasi akuntansi bagi kreditor:

1. Kegunaan data akuntansi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang menunjukkan


kegagalan pinjaman. Kalau perusahaannya bangkrut artinya pinjamannya tidak bisa dibayar,
kreditnya macet.
2. Hubungan data akuntansi dengan rating obligasi yang menunjukkan rating itu seperti atau sama
dengan risiko kegagalan.
3. Hubungan data akuntansi dengan taksiran premi risiko tingkat bunga atas hutang
4. Studi eksperimen peran data akuntansi dalam keputusan pemberian pinjaman,

Pertama, kebangkrutan.

Kalau kita mau beli obligasi, obligasi itu mesti jangka panjang paling tidak 5 tahun. Berarti
kita harus punya keyakinan bahwa uang kita dalam waktu 5 tahun itu pokoknya akan dibayar
kembali ke kita. Perusahaan tidak akan bangkrut dalam 5 tahun ini. Makanya dicoba diprediksi
apakah informasi akuntansi bisa membedakan perusahaan yang bangkrut dengan perusahaan yang
tidak akan bangkrut dalam 5 tahun kedepan. Model Altman digunakan dalam memprediksi
kebangkrutan. Ternyata informasi akuntansi berguna untuk informasi bagi kreditor yaitu untuk
memilih membeli obligasi perusahaan yang tidak akan bangkrut, jangan membeli obligasi
perusahaan yang diprediksi akan bangkrut.

Kedua, kegunaan data akuntansi untuk bond rating.

Obligasi itu ada bond ratingnya, yang menerbitkan rating yaitu PEFINFO (PT Pemeringkat
Efek Indonesia). Rating ini menunjukkan risiko kegagalan. Semakin tinggi ratingnya, semakin
rendah kemungkinan gagal bayar obligasi itu. Berarti kalau mau beli obligasi tinggal lihat ratingnya.
Cari yang ratingnya minimum AA. Semakin tinggi rating obligasinya, semakin rendah bunganya.

Ketiga, kalau perusahaan itu jelek, risikonya tinggi, maka bunga yang dibayarkan oleh
perusahaan itu harusnya lebih tinggi daripada untuk perusahaan yang baik. selisihnya
namanya premi on interest atas risk premier.

Jadi karena lebih beresiko, kamu membeli premi atas risiko itu. Ini bisa juga diukur pakai
informasi akuntansi kayak rating tadi. Rating itu bisa diprediksi pakai informasi akuntansi. Banyak
penelitian menggunakan informasi akuntansi untuk memprediksi rating obligasi.

Contoh, PT A menjual obligasi, tidak dirating oleh PEFINDO, trus bagaimana risikonya, tidak tau.
Prediksi ratingnya bisa dilakukan pakai informasi akuntansi. Berarti kita bisa menggunakan informasi
akuntansi untuk keputusan kreditor.

Keempat, studi eksperimen

Prosedur analisis peminjaman uang di bank. Analisis apakah diterima atau tidak permohonannya.
Analisis uang yang akan diberikan berapa. Analisis berapa bunganya. Analisis berapa jaminannya.
Ada studi eksperimen, pura-pura jadi loan officer. Kalau ada orang minta pinjaman itu keputusannya
kira-kira seperti apa sih. Jadi ada 4 bidang yang keempat-empatnya menunjukkan bahwa informasi
akuntansi ternyata bisa digunakan untuk membangun kreditor mengambil keputusan.
Chapter 9
Uniformity and Disclosure: Some Policy-Making
Directions

Uniformity
Uniformity berarti perlakuan akuntansi yang sama, artinya sama itu apa? Maksudnya
pencatatan akuntansinya itu uniform (seragam). Dampak dari uniformity pencatatan ini adalah pada
peningkatan comparability. Comparability itu apa? Comparability itu termasuk dalam output oriented
principle. Berarti kalau sudah menerapkan prinsip orientasi input dengan benar, kita akan
mendapatkan output principle. Jadi prinsip berorientasi output itu adalah akibat kalau kita
menggunakan prinsip input yang benar. Prinsip inputnya ada yang general, ada yang constrain.
Kalau input diterapkan dengan benar hasilnya adalah output. Output itu apa? Comparability,
consistency, dan uniformity. Jadi kalau sekang yang kita lihat uniformity ini pencatatannya, berarti
kita mencatat dengan cara yang sama, berarti laporan hasil pencatatan tadi bisa dibandingkan
(comparable). Yang dibahas dalam chapter ini hanya perbandingan perusahaan, tidak berpikir
tentang antar negara (internasional), tapi hanya antar perusahaan.

Kalau kembali ke SFAC No.8 Bab 3, Comparability itu enhancing the fundamental characteristic.
Jadi kita akan punya informasi relevant, faithful, kalo itu akan lebih baik kalo salah satunya
adalah comparable. Kalau laporan keuangan tidak bisa dibandingkan, masih relevant bisa,
masih faithful bisa, tapi tidak sebaik relevant dan faithfulnya kalo comparable. Comparable ini bisa
dicapai kalau kita menggunakan pencatatan yang uniform.

Finite and Rigid Uniformity


Contoh, sekarang dibuat aturan siswa sekolah pakai seragam. Seragam siswa sekolah itu
menghasilkan uniformity, pakaian sekolah. Semua siswa, tidak peduli laki-laki dan perempuan,
bawahnya harus merah, atasnya harus putih untuk SD, semua siswa diperlakukan sama, ini Rigid.
Sekarang ditambah lagi, siswi harus pakai rok bawahnya dan baju atasnya, siswa harus pakai
celana bawahnya dan baju atasnya, itu Finite.

Jadi, siswa (sebagai event) untuk berpakaian seragam itu ada relevant circumstancesnya
(keadaan yang membedakan). Kalau di akuntansi ada keadaan ekonomi yang membedakan. Kalau
untuk siswa tadi, laki-laki dan perempuannya yang membedakan. Jadi, kalau eventnya itu bisa
dibedakan, jangan dipaksakan hanya satu aturan.

Misalnya, seragam untuk anak SMA semua tidak peduli laki-laki atau perempuan harus abu-
abu dan putih warnanya tapi harus pakai rok semuanya, laki-laki juga harus pakai rok, itu gimana?
Itu namanya rigid. Harusnya jangan diperlakukan rigid, karena apa? Ada beda antara laki-laki dan
perempuan, ada relevant circumstances. Yang cocok seharusnya pakai finite uniformity, yang
seragam untuk perempuan pakai rok, yang seragam untuk laki-laki pakai celana. Harusnya relevant
circumstancesnya dipertimbangkan, harusnya pake finite.

Contoh lain yang ada yang relevant circumstancesnya, di Amerika tahun 70-an pada
awalnya FASB dibentu, FASB menerbitkan SFAS No. 2, yaitu standar akuntansi untuk research and
development. Sebelum SFAS No.2, standar akuntansi yang berlaku adalah finite
uniformity karena research and development (R&D) itu complex event, ada relevant
circumstancesnya. R&D itu bisa gagal, bisa berhasil, itulah relevant circumstancesnya. Riset bisa
berhasilkan mengembangkan dan menghasilkan sesuatu, atau riset bisa gagal dan tidak
menghasilkan apa-apa. Itulah yang disebut dengan relevant circumstances. Harusnya akuntansinya
berbeda untuk yang berhasil dan yang gagal. Dulu kalau berhasil dicatat sebagai asset, kalau gagal
dicatat sebagai expense, itu finite, mempertimbangkan relevant circumstances. Ternyata ada
dibahas manajemen itu berperan mengatur relevant circumstances. Apa tujuan manajemen?
manajemen itu punya kepentingan, ada 3:

The role of management in relevant circumstances, ada 3:

1. Memaksimalkan laba jangka pendek yang dilaporkan, jika kompensasi manajerial berdasarkan
laba tersebut
2. Meminimalkan laba jangka pendek, jika terdapat kekhawatiran adanya intervensi pemerintah
terkait dengan antitrust.
3. Meratakan laba (smoothing income) untuk menunjukkan kepada pemegang saham bahwa
perusahaan mempunyai risiko yang cukup rendah.

Contohnya begini, laba saya (manajer) dianggarkan 1 M, sekarang laba saya sudah 1,1M,
berarti saya mencapai target anggaran, berarti kinerja saya dinilai positif, berarti ada kemungkinan
saya diberi bonus. Lalu ini ada biaya R&D 300 juta 1 tahun, ternyata risetnya gagal, berarti 300 juta
harus di expense-kan. Laba saya tidak lagi menjadi 1,1, berarti tinggal 800jt, sedangkan anggaran
1M. Berarti saya tidak mencapai anggaran, kinerja saya buruk, bonus saya mungkin tidak diberikan.
Lalu saya berpikir, relevant circumstancesnya saya atur, supaya bisa tidak dicatat sebagai biaya tapi
dicatat sebagai aset. Trus saya bilang sekarang belum berhasil, tapi nanti akan berhasil. Jadi karena
ada harapan berhasil maka saya masukkan ke dalam aset. Laba saya tetap 1 M.

Lalu FASB melihat, apa gunanya diberi standar akuntansi finite kalau relevance
circumstancesnya diatur. Maka terbitlah SFAS No.2, semua biaya R&D tidak peduli sukses ataupun
gagal dimasukkan ke expense. Jadi dulunya finite dengan mempertimbangkan relevan
circumstances, tapi karena manajemen ngatur-ngatur relevant circumstancesnya, FASB
menerbitkan standar yang rigid uniformity.

Karena manajemen dalam praktiknya ikut mengatur relevant circumstances,


berarti measurabilitynya itu susah diperoleh. Kalau measurabilitynya susah diperoleh
menurut formulating accounting policy harusnya pakai rigid, karena sulit measurenya. Kalau bisa
di measure baru pakai finite.

Jadi, masalah uniformity ini sebetulnya sederhana masalahnya. Kita punya event, lalu kita
putuskan event ini simple atau complex. Kalau simple langsung rigid, standar akuntansinya tidak
boleh yang lain. Kalau complex, ada relevant circumstances, misalnya leasing, misalnya R&D. Kalau
begitu yang bener kalau bisa diukur relevant circumstancesnya dan tidak mahal maka kita harus
membuat standar akuntansi yang finite. Bisa capital lease, bisa operating lease sepanjang syaratnya
dipenuhi. Syarat apa? Syarat relevant circumstances.

Flexibility
Kecenderungan akuntansi zaman dulu itu dulu-dulunya unregulated, baru belakangan ada
regulasi. Unregulated berarti yang memilih akuntansi siapa? Manajemen perusahaan yang memilih
metodenya karena tidak ada akuntansi jadi terserah manajemen. Pendapat yang beredar pada
waktu itu adalah manajemen itu adalah pihak yang paling tau kondisi perusahaan dibanding yang
lain. Untuk itu maka diberilah kewenangan bagi manajemen untuk memilih standar akuntansi yang
bisa menggambarkan perusahaannya dengan baik. karena yang paling tau dia, maka diberilah
kewenangan kepadanya. Akibatnya apa? Berlakulah pemilihan metode akuntansi sesuka
manajemen yang kita sebut dengan flexibility.

Eventnya simple, tapi metodenya beda-beda. Contohnya persediaan, persediaan itu sebelum LIFO
dihapus oleh IFRS, persediaan itu boleh pake LIFO, weighted average, atau FIFO. Jaman sebelum
tahun 1930 itu banyak metode lain. Setelah ada standar akuntansi, standar akuntansinya masih
fleksibel. Ada 3 metode silahkan pilih, tidak diberi catatan kalau begini harus pilih ini, kalau begitu
harus pilih itu, tidak ada. Kamu kok pilih FIFO? Tetangga saya juga pake FIFO. Kenapa pake LIFO?
Disana kelompok saya perusahaan ini semua pake LIFO. Tidak ada aturan. Ini yang disebut
dengan flexibility.

Akibatnya apa? Ini lawannya uniformity, akibatnya comparabilitynya rendah. Dulu belum
terpikir comparability itu sebagai suatu kualitas. Informasi harus comparable dulu tidak terpikir. Baru
belakangan comparability terpikirkan. Jikalau begitu supaya comparable jangan menerapkan
prinsip flexibility.

Sedapat mungkin jangan ada yang flexibility. Misalnya persediaan kok masih ada? Itu sisa lama
yang belum bisa dihapus. Kalau sekarang ada perusahaan pakai LIFO, terus dilarang LIFOnya,
terus dia harus berubah ke FIFO, jangan dikira tidak mahal. Dia harus mengganti software
akuntansinya, dia harus menguji dulu, dan itu memakan waktu dan biaya. Jadi mengubah tidak
mudah apalagi yang memakai detail rincian seperti persediaan. Ini masalahnya.

Walaupun kita tau flexibility harus dihindari tapi dalam praktik kita lihat masih ada sisa-sisa dari
konsep flexibility. Kedepan kalau bisa dihilangkan, supaya nantinya uniform. Uniform yang baik
yang rigid atau yang finite? Harus dibagi 2, simple atau complex. Complexnya bisa diukur dan tidak
mahal, pakai finite. Tidak bisa diukur atau mahal jadikan sama dengan simple, pakai rigid.

Disclosure (Pengungkapan)
Jadi, pengungkapan informasi di laporan keuangannya (neraca, laba rugi, dst) dan informasi
tambahannya (catatan atau lampiran) itu semua masuk bidang disclosure walaupun di SFAC di
definisikan berbeda, selain recognition, tapi ini kita pakai arti luas. Semua informasi yang
diungkapkan itu adalah disclosure.

Pencatatan akuntansi yang menimbulkan masalah uniformity dan menjadi konsep comparability, itu
adalah masalah standar akuntansi. Yang mengatur standar akuntansi harusnya SEC. tapi sejak
awal SEC sudah bilang silahkan AICPA membuat standar. AICPA membentuk CAP, APB, lalu
dikritik-kritik jadi FASB. Jadi, standar akuntansi yang membuat adalah profesi. Termasuk di
Indonesia, DSAK (Dewan Standar Akuntansi keuangan) itu adalah profesi akuntansi, bukan
bapepam. Jadi, standar akuntansinya yang mengarah pada nanti ada uniformity, itu yang
menyiapkan adalah profesi akuntansi.
Disclosure yaitu pengungkapan informasi itu adalah bidangnya SEC yang tidak banyak diserahkan
kepada profesi. Jadi SEC tetap aja buat aturan sendiri. Akibatnya apa? Standar akuntansi tidak
terlalu banyak mengatur disclosure. Standar akuntansi banyak mengatur akuntansi, pencatatan,
pengukuran, pengakuan, tapi pengakuan informasinya itu diatur melalui peraturan SEC. Di
Indonesia dulu BAPEPAM, sekarang OJK.

Jadi kita punya 2 set aturan. Aturan pencatatan itu ada recognition, measurement, kemudian
pencatatan itu yang mengatur adalah standar akuntansi. Menyusun laporan menjadi laporan apa
saja yang harus diungkap itu standar mengenai pengungkapan (disclosure) yang membuat
BAPEPAM. Jadi ada dua pihak, akuntansinya oleh profesi, pelaporannya pengungkapannya oleh
SEC atau BAPEPAM. Di Amerika, urusan disclosure adalah urusannya SEC,
urusan accounting adalah urusannya AICPA. Sehingga yang dijelaskan disini adalah disclosure
function of the SEC.

The Disclosure Function of the SEC


Jadi, sesudah krisis tahun 1929-1930 di amerika dibentuk SEC, ada undang-undang, dll, mulailah
ada regulasi. SEC meregulasi disclosure. Tujuannya apa? Karena krisisnya di Amerika itu tadi
akibat dimulai dari crashnya pasar modal, yang dirugikan pertama kali adalah para investor.
Berkembang menjadi krisis ekonomi. Maka SEC mencoba mengatur disclosure dalam rangka
memproteksi investor. Supaya investornya aman tidak dirugikan. Maka disebutlah protective
disclosure, perusahaan diminta mengungkap informasi supaya investornya terjaga, terproteksi.

Informasi yang harus diungkap untuk memproteksi investor adalah informasi yang sudah terjadi
(historical transaction), datanya sudah ada, namanya data yang sudah ada itu ada transaksinya
disebut dengan data keras (hard data). Laporan keuangan, rincian transaksi yang sudah terjadi, itu
semua adalah hard data. Jadi SEC menugasi perusahaan menerbitkan informasi itu tadi yang
disebut dengan nama protective disclosure.

Sesudah itu, tambah informasi lagi sampai timbul kesadaran bahwa sebetulnya keputusan investor
ini adalah untuk masa yang akan datang. Keputusan yang dibuat investor tentang jual beli saham itu
sebetulnya mempertimbangkan kondisi masa yang akan datang. Kok informasinya cuma yang masa
lalu ini. Lalu mereka meminta sekarang perusahaan menerbitkan ramalan mengenai masa yang
akan datang. Buatlah forecast. Forecast itu datanya belum terjadi, tapi baru ramalan. Oleh karena
itu disebut soft. Disclosure yang seperti ini memberi informasi kepada investor untuk memperbaiki
keputusannya, karena itu disebut informative disclosure.
Jadi bukan berarti yang protective dihilangkan, yang protective itu diawal-awal diminta.
Sesudah protectivenya diminta, sudah ada, ditambahi dengan yang informative.
Jadi disclosure terdiri dari dua jenis data, yang hard dan soft.

Imperfections of The Disclosure Process

Ada juga informasi yang tidak dipublikasi, tapi oleh SEC perusahaan diminta melaporkannya ke
SEC. ada 2 laporan, yaitu laporan 10-K dan laporan 10-Q. 10-K itu laporan tahunan, rinci sekali, tapi
hanya setahun sekali. 10-Q itu quarter, seperempat, triwulan, 3 bulanan. Ini tambahan informasi ke
SEC, tidak dipublikasi.

Forms and Methods of Disclosure


1. Management’s Discussion and Analysis (MD&A)

Ada di annual report perusahaan go public, MD&A isinya minimum ada 4 poin:

1. harus ada hasil operasi, termasuk informasi perubahan harga jual, perubahan biaya,
perubahan volume
2. harus ada penilaian likuiditas masa yang akan datang dari perusahaan itu
3. harus ada sumber modal dan rencana capital expenditure.
4. tren, ketidakpastian, dan peristiwa di masa yang akan datang yang dapat memiliki pengaruh
pada 1-3.

itu salah satu bentuk disclosure, isinya sebagian data masa lalu, sebagian forecast. Berarti itu
termasuk protective dan informative disclosure.

2. Signaling and Management earnings forecasts

Jadi perusahaan itu diluar MD&A bisa menambah lagi dengan forecast-forecast,
seperti forecast laba. Ini apa? Ini tambahan, ini sebetulnya tidak masuk mandatory, tapi masuk
ke voluntary (sukarela).

Perusahaan go public dituntut oleh BAPEPAM untuk membuat laporan dua kali setahun, desember
dan juni. Tapi banyak perusahaan menerbitkan akhir maret, akhir juni, akhir September, akhir
desember, ini voluntary disclosure. Untuk apa? Memberi sinyal ke pasar modal. menerbitkan
informasi itu membutuhkan biaya, mereka mau membayar biaya demi memberi sinyal ke pasar
modal. supaya pasar bereaksi positif.

3. SFAS No. 131


Mengatur mengenai segmen, pelaporan segmen. Segmen itu bagian operasi yang dilihat cukup
besar. Harus diungkap sendiri, perusahaan punya segmen apa. Pelanggan yang besar itu segmen,
daerah penjualan yang besar itu segmen, jenis produk yang lebih dari sekian persen itu segen, itu
harus dilaporkan khusus ada pengungkapannya.

4. Quarterly information

Informasi 3 bulanan. Ada 2 pendekatan:

 Discrete view: berdiri sendiri setiap 3 bulan, berarti dianggap sama seperti time periodenya
menjadi 3 bulanan
 Integral view: time periodnya masi 1 tahun, cuma sekarang dilaporkan 3 bulanan, jadi 3
bulanan adalah bagian dari satu tahun.

Akibatnya apa? Tidak ada perataan dalam discrete view. Dalam integral view, ada perataan.
Dalam integral view, Kalau ada laporan keuangan maret, labanya 1 M, kira2 laba setahunnya nanti
4M, karena disitu ¼ dari satu tahun. Tapi kalo discrete view, 3 bulan pertama 1 M, 3 bulan kedua
belum tentu 1 M lagi, 3 bulan berikutnya juga belum tentu karena dia berdiri sendiri. Praktik kita
menggunakan yang integral view.

5. Small Firms vs Larger Firms

Keberadaan standar overload. Kasian perusahaan kecil kalo diperlakukan sama dengan
perusahaan besar. Kemampuan perusahaan kecil mengeluarkan biaya akuntansi tidak sebesar
perusahaan besar. apakah perlu dibuat standar akuntansi yang berbeda untuk perusahaan kecil dan
untuk perusahaan besar.

Amerika pernah melakukan itu pada waktu menerbitkan SFAS No. 33, yaitu pada waktu inflasi
tinggi. Hanya perusahaan besar yang kena standar itu, yang diluar perusahaan besar tidak kena
standar. Di Indonesia kita punya 2 standar sekarang, IFRS dan ETAP. Kalo perusahaan publik wajib
pakai IFRS. kalo perusahaannya tidak go public, standar yang digunakan adalah ETAP. Asumsinya
yang tidak go public itu yang kecil, yang besar itu yang go public. Berarti kita memakai small vs
larger firms.

1. Ujian minggu depan akhir semester dan bawa karu rencana studi
2. Membahas makalah dengan hasil sendiri presentasi nya diluar kepala
3. Boleh menggunakan internet
4. Repare kembali atas kesalahan sendiri di makalah
5. Oranglain harus paham
6. Memperkaya laporan atau presentasi
7. Karansi (permasalahn), mata uang sendiri sendiri, kenapa, alat bantu apa
(konversi, kurs) dari mana berasal kata kurs
8. Accounting treatment berbasis standar
9. Menindikasikan rate yang berbasis di Negara mana, trancation adjustment,
standar akuntansi mengacu pada rate mana(curreny rate), distorical rate (kalo
bergeser ke nilai tukar lain)
10. Keunkan laporan keuangan (accounting international), berbagai macam akuntansi
di indonesia
11. united expert anccounting theory
12. perbandingan system akuntansi dengan Indonesia
13. sejarah currency dan definisi rate / valuta asing yang yang standar diakui di
indonesia.

Anda mungkin juga menyukai