YL-BLOK 1- 2010
The patient’s contexts for prima facie’s choice
(Agus Purwadianto , 2004)
Beneficence Autonomy
Non Justice
Time maleficence
Vulnerables,
> 1 person, others
emergency, life
similarity, community /
saving, minor YL-BLOK 1- 2010
social’s rights
Principles-based ethics
Prima Facie
T.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)
Patient’s preference
Beneficence
Autonomy
Value-based medicine
1. Tindakan berbuat baik (beneficence)
1) General beneficence :
2) Specific beneficence :
6) Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya”
(apalagi ada yg hidup).
1) Berbuat baik kepada siapapun – termasuk “yang tidak kita kenal” (impartially), merupakan etika
normative. PBE hal. 263 – 265. Contoh : zakat 2,5%
2) Bermoral bila tindakan baik ditujukan pada pihak khusus “yang kita kenal” : pasien, anak-anak,
teman-teman. PBE, hal. 263. Hal ini menimbulkan kewajiban “mutlak” profesi, khususnya secara
psikologis.
3) Setiap tindakan ditujukan demi memajukan kepentingan penting dan sah pasien. Dasar utama dari
altruisme (pengorbanan diri demi melindungi, menyelamatkan pasien) dan “roh” profesionalisme
(“janji” atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpercaya. Misal memilihkan keputusan
terbaik pada pasien yang tidak otonom ( kurang mampu memutuskan bagi dirinya), seperti anak,
gangguan jiwa, gawat). Positive beneficence mempersyaratkan indicator tunggal : keuntungan pasien
(mahluk individu). Beda dengan utility : boleh ada kerugian, asal seimbang dengan keuntungan (konteks
mahluk social). Utilitarianisme memperluas beneficence menjadi : boleh pandang bulu (impartial
obedience) asal bermanfaat atau boleh menghukum bila seseorang melanggar aturan.
4) Istilah beneficence lainya : bermurah hati; kewajiban atau tugas untuk menyebarkan kebaikan,
meningkatkan minat yg benar dari seseorang, dan mencegah atau mengatasi keburukan. Dokter
berlaku profesional, bersikap jujur dan luhur pribadi (integrity), menghormati pasien, peduli pada
kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif memperthankan kompetensi pengetahuan dan
ketrampilan teknisnya.
5) Dasarnya adalah uraian William Frankena. Apapun situasinya (dalam etika situasi ketika menghadapi
kasus individual konkrit yang sering tidak menjamin keberlakuan etika umum-abstrak yang memakai
kaidah deontologi peraturan), diupayakan memunculkan akibat baik, apapun bentuknya (hal ini pada
akhirnya dikenal sebagai utilitarianisme). EU, hal 102 – 103. Sejalan dengan kewajiban beneficence :
“one ought to do or promote good”, selain prevent evil/harm dan remove evil/harm. PBE, hal. 190.
6) Prinsip utilitarian. Banyak berguna untuk penelitian teknik/obat baru. Lihat kriteria proporsionalitas
atau asas ganda.
2. Tidak merugikan atau
nonmaleficence /primum non nocere
1.Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :
a) Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
b) Minimalisasi akibat buruk
•: Selain melindungi hal-hal yang bersifat pribadi yang unik/otentik dari pasien, juga lebih mengutamakan/memenangkan pasien dalam
menjaga rahasianya atau ketika berkonflik akan membuka informasi dirinya kepada pihak lain.
4) Konfidensialitas.
•: Menghormati privasi pasien. Ciri lain : menyembunyikan identitas pada presentasi kasus, tidak bergosip, membuka sebagian rahasia
kepada orang yang peduli seperti anggota keluarga, sahabat/kerabat, pers; membiarkan informasi peka pada catatan medik, membuka
demi pihak ketiga, peringatan kepada partner (kewajiban atau harus minta ijin terlebih dahulu). dll
6) Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi kepada pasien atau pihak ketiga seperti perusahaan
asuransi, pemerintah, dll.
7) Menghindari membunuh
Lampiran
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
TERIMA KASIH