Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 3

NAFA YULIANTI (1610422033)


MUHAMMAD ALDI GUSMAN (1610422037)
NISRINA NUR IRBAH (1610422039)
CICI CATRINA (1610422041)
SRI WAHYUNI (1610422045)
FANI SUKRIA FATMA (1610422047)
USWATUL INAYAH (1610422049)
RISKA NUR SAFITRI (1610422051)
PHISKA ASTARI (1610422053)
SISKA UTARI (1610422055)
YOMITA MARDIANTI (1610422057)
SRI HARDIANTI (1610422061)
RISKI OCTAVIAN (1610423003)
Prinsip-Prinsip Bioetik

Beneficence
Beneficence atau tindakan berbuat baik
mengacu pada tindakan yang dilakukan demi
kebaikan pasien. Beneficence bersifat sangat umum.
Artinya bahwa hampir setiap saat prinsip ini
diterapkan dalam mengambil keputusan.
Dalam bioetik prinsip benefience sangat
diperlukan mengingat korban atau pasien
membutuhkan penanganan yang tidak mengakibatkan
trauma atau bertambahnya rasa sakit
Adapun prinsip-prinsip dari beneficence adalah
sebagai berikut:

1. General beneficence :
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada
yang lain
2. Specific beneficence :
menolong orang cacat,
menyelamatkan orang dari bahaya.
3. Mengutamakan kepentingan pasien (altrualisme).
4. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya
sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak
lain tetapi juga sebagai saudara yang patut ditolong.
5. Maksimalisasi akibat baik yang dapat diterima
pasien.
6. Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas
(elok) kita bersikap baik terhadapnya (apalagi ada
yg hidup)
Beneficence biasanya diterapkan dalam
kasus yang simpel dan umum. Kondisi
pasien sadar dan tidak begitu parah.
Pengobatan yang diberikan wajar tidak
berlebihan ataupun dikurang-kurangi.
Intinya, dokter mengutamakan
kepentingan pasien dan bertindak demi
kebaikan pasien.
b. Non-maleficence / Primum non nocere

Prinsip dasar non-maleficence adalah primum


non nocere.Kewajiban dokter untuk menganut non-
maleficence berdasarkan hal-hal berikut :

1. pasien dalam keadaan amat berbahaya atau


berisiko kehilangan sesuatu yang penting.
2. dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan
tersebut
3. tindakan dokter terbukti efektif
4. manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian
dokter
Prinsip double effect:

tindakan tersebut secara intrinsik tidak


salah, setidaknya netral
niatnya memperoleh akibat baik tidak
boleh dari akibat buruk
akibat buruk bukan tujuan untuk
mencapai pokok tujuan
pertimbangan yang layak: tidak ada cara
lain yang lebih tepat
c. Justice

Justice atau keadilan berarti menangani


kasus yang sama dengan cara yang sama.
Prinsip justice selengkapnya adalah sebagai
berikut:
Treat similar cases in a similar way =
justice within morality. Hal ini
mengindikasikan kesamaan rindakan pada
kasus yang sama.
Memberi perlakuan sama untuk setiap
orang (keadilan sebagai fairness) yakni
a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap
kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka
(kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien
yang memerlukan /membahagiakannya)
b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur
dengan kemampuan mereka (kesamaan beban
sesuai dengan kemampuan pasien).
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap
pasien sebagai mahluk berakal budi
(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-
baik
Jenis keadilan :

a. Komparatif (perbandingan antar


kebutuhan penerima)
b. Distributif (membagi sumber) :
kebajikan membagikan sumber-
sumber kenikmatan dan beban
bersama, dengan cara rata/merata,
sesuai keselarasan sifat dan tingkat
perbedaan jasmani-rohani.
c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
bersama :
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan
publik dengan strategi menekankan efisiensi
social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan
bagi pasien.
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan
social ekonomi (mementingkan prosedur adil >
hasil substantif/materiil).
Komunitarian : mementingkan tradisi
komunitas tertentu
Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat
dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap
individu rasional (sering menerapkan criteria
material kebutuhan dan kesamaan).
d. Hukum (umum) :
Tukar menukar : kebajikan memberikan /
mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.
pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan
untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum.
d. Autonomy

Menurut pandangan Kant, otonomi kehendak


otonomi moral yakni kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri
sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau
campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu
motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau
self-legislation dari manusia. Kaidah ikutannya ialah
Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi
informasi konfidensial, mintalah consent untuk
intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah
membuat keputusan penting.
Autonomy erat terkait dengan doktrin
informed-consent, kompetensi (termasuk untuk
kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru,
dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak
tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.
Ciri khusus autonomy, yaitu:
kesukarelaan serta tanpa paksaan atau manipulasi
memahami perspektif pasien
menolong ia bermusyawarah
mencoba mempersuasi pasien
negosiasi rencana terapi timbal balik
terpaut dalam diskusi dengan pasien
mempersilahkan pasien memutuskan

Anda mungkin juga menyukai