Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP PENYANDANG
DISABILITAS FISIK DI KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Ainul Mardia Oktiara Ketua NIM. 1311211114 Angkatan 2013


Roma Yuliana Anggota NIM. 1311211109 Angkatan 2013
Annisa Wahyuni Anggota NIM. 1411211017 Angkatan 2014
Ameliza Irelvi Anggota NIM. 1310321033 Angkatan 2013
Elsi Guspita Anggota NIM. 1310821020 Angkatan 2013

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

i
PENGESAHAN PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Faktor yang Mempengaruhi Kualitas


Hidup Penyandang Disabilitas Fisik
di Kota Padang, Sumatera Barat
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :
Ainul Mardia Oktiara
b. NIM :
1311211114
c. Jurusan :
Ilmu Kesehatan Masyarakat
d. Universitas :
Universitas Andalas
e. Alamat Rumah dan No . Telp./HP :
Jl. Jati V No. 2, Kelurahan Jati Baru,
Kecamatan Padang Timur, Padang,
RT 03, RW IX; 085374341564
f. Email : am.oktiara@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ade Suzana Eka Putri, Ph.D
b. NIDN : 0005068102
c. Alamat Rumah dan No. Telp./HP : Jl. Perintis Kemerdekaan Padang,
08126761091
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp 10.925.000
b. Sumber lain : Rp -
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan
Padang, 8 November 2016
Menyetujui
Wakil Dekan III, Ketua Pelaksana Kegiatan,

(Dr. Masrizal Dt.Mangguang, S.KM, M.Biomed) (Ainul Mardia Oktiara)


NIP. 197312311998031014 NIM. 1311211114

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping,

(Prof. Dr. Ir.Hermansah, MS, M.Sc) (Ade Suzana Eka Putri, Ph.D)
NIP. 196412251990011001 NIP. 19810605 200604 2 001
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PKM-PENELITIAN.....................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 : PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................2
1.4 Luaran yang Diharapkan................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................3
1.5.1 Manfaat Teoritis......................................................................................3
1.5.2 Manfaat Praktis.......................................................................................3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Definisi Teoritis..............................................................................................4
2.1.1 Pengertian Kualitas Hidup......................................................................4
2.1.2 Ruang Lingkup Kualitas Hidup..............................................................4
2.1.3 Pengertian Disabilitas Fisik.....................................................................6
2.2 Kerangka Pikir...............................................................................................7
2.3 Hipotesis.........................................................................................................7
BAB 3 : METODE PENELITIAN...........................................................................8
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................8
3.2 Desain Penelitian............................................................................................8
3.3 Populasi dan Sampel......................................................................................8
3.4 Instrumen Penelitian.......................................................................................8
3.5 Teknik Analisis Data......................................................................................8
BAB 4 : BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN........................................................9
4.1 Anggaran Biaya..............................................................................................9
4.2 Jadwal Kegiatan.............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing.............................11


Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatang..........................................................22
Lampiran 3 Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas..................24
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Pelaksana......................................................26
1

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disabilitas adalah ketidakseimbangan interaksi antara kondisi biologis dan
lingkungan sosial (Konvensi Hak Penyandang Disabilitas/ CRPD). Penyandang
disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang beragam, diantaranya
penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas fisik, mental, maupun
gabungan dari disabilitas fisik dan mental. Istilah disabilitaspun sangat beragam.
Kementerian sosial menyebut penyandang disabilitas sebagai penyandang cacat,
Kementerian pendidikan nasional menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus,
sedangkan kementerian kesehatan menyebut dengan istilah penderita cacat. Maka
dapat disimpulkan bahwa penyandang disabilitas adalah istilah untuk orang yang
mengalami kecacatan baik fisik maupun mental dan memerlukan layanan khusus
untuk bisa berkembang atau menjalankan fungsi hidupnya secara optimal.
Penyandang disabilitas atau yang sering disebut difabel merupakan
kelompok minoritas terbesar di dunia, Word Health Organisation (WHO)
memperkirakan sebanyak 15 persen dari total penduduk dunia adalah penyandang
disabilitas, 80 persen dari jumlah tersebut berada di negara berkembang, salah
satunya adalah Indonesia. Persentase penduduk penyandang disabilitas di
Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Berdasarkan hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas), tahun 2003 penyandang disabilitas berjumlah 0,69
persen, tahun 2006 meningkat menjadi 1,38 persen, tahun 2009 turun ke angka
0,92 persen dan survei terakhir tahun 2012 kembali meningkat menjadi 2,4
persen. Dari hasil Susenas yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012, diketahui jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sebanyak
6.008.661 orang atau 2,45 persen dari total penduduk Indonesia. Di Sumatera
Barat tercatat sebanyak 154.096 orang mengalami kesulitan sedikit dalam melihat
atau 43,98 persen dari total lima kesulitan fungsional (melihat, mendengar,
berjalan, mengingat, dan mengurus diri) dan 15.116 mengalami kesulitan parah
dalam melihat atau 19,25 persen dari total lima kesulitan fungsional berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010.
Selain kondisi kecacatan atau sebagai kelompok rentan, penyandang
disabilitas juga akan mengalami masalah dari segi fisik, mental, dan sosial yang
dapat memengaruhi kualitas hidup penyandang disabilitas itu sendiri. Menurut
Raeburn dan Rootman terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
seseorang antara lain kontrol diri, kesempatan yang potensial, sistem dukungan,
keterampilan, kejadian dalam hidup, sumberdaya, perubahan lingkungan, dan
perubahan politik. Sedangkan menurut WHOQOL Group, terdapat domain-
domain yang merupakan bagian penting untuk mengetahui kualitas hidup.
Domain-domain yang dimaksud adalah domain kesehatan fisik, domain
psikologis, domain sosial, dan domain lingkungan. Dari uraian tersebut maka
2

dapat diketahui bahwa kualitas hidup difabel tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi
kesehatannya atau kondisi kecacatan tapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penyandang
disabilitas sangat penting untuk diketahui terutama di era Susteinable
Development Goals (SDG’S) saat ini, dimana pemerintah merumuskan tujuan
pembangunan berkelanjutan yang indikator utamanya adalah menekankan pada
jaminan keadilan dan kesempatan yang sama bagi semua orang baik dari segi
gender maupun dari segi kemampuan/ kondisi kerentanan seperti penyandang
disabilitas untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak. Hal ini
dijadikan sebagai target dari tujuan SDG’S yang ke empat dan ke delapan yaitu
“Pendidikan Berkualitas” dan “Kerja Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.”

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan penelitian ini adalah “Faktor
apakah yang mempengaruhi kualitas hidup pada penyandang disabilitas fisik di
Kota Padang, Sumatera Barat?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penyandang
disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di Kota
Padang, Sumatera Barat
2. Mengetahui distribusi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, keadaan
jatuh, tingkat depresi penyandang disabilitas fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat
3. Mengetahui hubungan jenis kelamin kualitas hidup penyandang disabilitas
fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
4. Mengetahui hubungan umur kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di
Kota Padang, Sumatera Barat
5. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup
penyandang disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
6. Mengetahui hubungan keadaan jatuh kualitas hidup penyandang
disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
7. Mengetahui hubungan merokok kualitas hidup penyandang disabilitas
fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
8. Mengetahui hubungan depresi dengan kualitas hidup penyandang
disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
9. Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas hidup
penyandang disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
3

1.4 Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu berupa artikel dan
jurnal ilmiah yang dapat dipublikasikan baik dalam bentuk cetakan maupun
elektronik ke beberapa jurnal kesehatan di Indonesia, sehingga penelitian ini dapat
diketahui oleh masyarakat luas khususnya pemerintah. Tujuannya agar pemerintah
dapat lebih memperhatikan kelompok penyandang disabilitas dan menemukan
solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan pada kelompok disabilitas fisik
dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup tersebut untuk mewujudkan
tujuan SDG’S 2030.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Mengetahui kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat
2. Mengetahui apa saja faktor dominan yang mepengaruhi kualitas hidup
penyandang disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian kualitas hidup penyandang disabilitas
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh
tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup penyandang
disabilitas fisik.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Daerah Kota Padang dalam menyusun program yang sesuai
untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas fisik.
4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA


.

2.1 Definisi Teoritis


2.1.1 Pengertian Kualitas Hidup
World Health Organization Quality Of Life atau WHOQOL
mendefinisikan kualitas hidup sebagai presepsi individu terhadap kehidupannya di
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan
tujuan, harapan, standar dan juga perhatian. Selain itu, kualitas hidup dapat
diartikan sebagai derajat di mana seseorang menikmati hidupnya.
2.1.2 Ruang Lingkup Kualitas Hidup
World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas
hidup dalam enam domain utama yang meliputi fisik, psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan sosial, lingkungan dan spiritual.
1. Domain I – Fisik
WHOQOL membagi domain fisik menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang
dialami individu dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang
menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut.
b. Tenaga dan lelah
Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas lain seperti rekreasi.
c. Tidur dan istirahat
Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat.
2. Domain II – Psikologis
WHOQOL membagi domain psikologis menjadi lima bagian, yaitu:
a. Perasaan Positif
Aspek ini menguji beberapa banyak pengalaman perasaan positif individu
dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, dan
menikmati dari hal-hal baik dalam hidup.
b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi
Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,
pembelajaran, ingatan, konsentrasi, dan kemampuannya dalam mebuat
keputusan.
c. Harga diri
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri,
fokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri dan kendali diri.
d. Gambaran diri dan penampilan
Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif dan negatif.
e. Perasaan negatif
5

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif


individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan,
keputusan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup.
3. Domain III – Tingkat Kemandirian
WHOQOL membagi domain tingkat kemandirian pada empat bagian:
a. Pergerakan
Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk
berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar tempat
kerja atau ke pelayanan transportasi.
b. Aktifitas sehari-hari
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang
tepat pada kepemilikan.
c. Ketergantungan pada pengobatan dan perawatan
Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan
alternatif (seperti akupuntur dan obat herbal) untuk mendukung fisik dan
kesejahteraan psikologisnya.
d. Kapasitas pekerjaan
Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja
didefinisikan sebagai aktivitas besar di mana individu disibukkan.
Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan sukarela untuk
masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dengan tugas
rumah tangga.
4. Domain IV – Hubungan Sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian yaitu:
a. Hubungan perorangan
Aspek ini menguji tingkat perasaan individu pada persahabatan, cinta dan
dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya.
b. Dukungan sosial
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman.
c. Aktifitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks dan tingkatan di mana
individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang
tepat.
5. Domain V – Lingkungan
WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
a. Keamanan fisik dan lingkungan
Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.
Ancaman pada keamanan bisa timbul dari sumber seperti tekanan dari
orang lain atau politik.
b. Lingkungan rumah
6

Aspek ini menguji tempat yang terpenting di mana individu tinggal


(tempat berlindung dan menjaga barang-barang).
c. Sumber penghasilan
Aspek ini mengekspos pandangan individu pada sumber penghasilan (dan
penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu itu dapat
menghasilkan atau tidak ada di mana berakibat pada kualitas hidup.
d. Kesehatan dan perhatian sosial
Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian
sosial disekitar yang berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mendapat bantuan.
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan
Aspek ini menguji pada kesempatan individu dan keinginan untuk
mempelajari keterampilan baru, mendapat pengetahuan baru, dan peka
terhadap apa yang terjadi.
f. Partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang
Aspek ini mengekspor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan
untuk berpatisipasi dalam waktu luang, hiburan dan rekreasi.
g. Lingkungan fisik
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungan. Hal ini mencakup
kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan di mana pelayanan ini
dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.
h. Transportasi
Aspek ini menguji pada pandangan seberapa mudah untuk menemukan
dan menggunakan pelayanan transportasi.
6. Domain VI – Spiritual
Menurut WHOQOL, aspek spiritual merupakan aspek pada kepercayaan
individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup. Aspek ini ditujukan
pada individu berbeda agama (Islam, Kristen, Budha, dan Hindu) dan
menghindari kepercayaan yang tidak sesuai dengan orientasi agama.
2.1.3 Pengertian Disabilitas Fisik
Menurut World Health Organization (WHO), Disabilitas adalah suatu
kehilangan atau ketidaknormalan baik itu yang bersifat fisiologis, psikologis,
maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. Sementara cacat fisik menurut
Departemen kesehatan adalah individu yang menderita kekurangan yang sifatnya
menetap pada alat gerak (tulang, otot, sendi) sedemikian rupa sehingga untuk
berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapat perlakuan khusus.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disabilitas Fisik


2.1.4.1 Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan jarang
sembuh sempurna. Walau tidak semua penyakit kronis mengancam jiwa, tetapi
7

akan menjadi beban ekonomi bagi individu, keluarga, dan komunitas secara
keseluruhan. Penyakit kronis akan menyebabkan masalah medis, sosial, dan
psikologis yang akan membatasi aktifitas lansia, sehingga akan menyebabkan
penurunan quality of life (QOL) lansia (Yenni dan Herwana, 165:2006).
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (2009) dalam Zulfitri (2011)
menyebutkan sekitar 74% dari lansia di Indonesia menderita penyakit kronis,
sehingga harus mengonsumsi obat-obatan selama hidup mereka. Tingginya angka
penyakit kronis tersebut, merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia.
Berdasarkan penelitian Hairi et al (2010) di Malaysia menyatakan bahwa jenis
kelamin wanita, usia yang sudah tua, kepemilikan penyakit kronis, depresi, dan
keterbatasan penglihatan adalah faktor risiko terbesar terjadinya disabilitas fisik
dan keterbatasan fungsional.
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak),
penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), dan hipertropi
ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target
utama otak, hipertensi mengakibatkan seseorang terkena stroke dan merupakan
penyebab kematian yang tinggi (Bustan MN, 2007: 60).
Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg untuk usia 13-50 tahun dan
mencapai 160/95 untuk usia di atas 50 tahun. Untuk memastikan keadaan tekanan
darah yang sebenarnya, maka harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal
sebanyak dua kali (Sustrarini, 2005: 14-16).
Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI dalam Darmojo B dan Martono H
(2006), maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
1. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada
6-12% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insidensi
meningkat dengan bertambahnya umur.
2. Hipertensi diastolik (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun
dengan bertambahnya umur.
3. Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia >60
tahun, lebih banyak pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya
umur.

Disamping itu terdapat pula hipertensi sekunder yang diakibatkan oleh


obat-obatan, gangguan ginjal, endokrin, berbagai penyakit neurologik,
dan lain-lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sugiharti pada data
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa p=0,000 dengan OR=1,327 yang
artinya responden dengan hipertensi mempunyai peluang 1,327 kali
8

mengalami disabilitas dibandingkan dengan responden yang tidak


mengalami hipertensi.

2. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah suatu keadaan di mana terjadi kadar gula
darah melebihi kadar normal, yaitu gula darah puasa >126 mg/dL, atau dua jam
sesudah minum 75 gr glukosa, kadar gula darah >200 mg/dL. Hal ini diakibatkan
oleh gangguan produksi insulin dari pankreas ataupun ketidakmampuan insulin
untuk bekerja secara maksimal. Insulin berfungsi untuk membawa gula darah
masuk ke dalam hati, otot, dan sel lemak. Jika insulin tidak berfungsi, terjadi
pemecahan gula dari hati, otot yang menyebabkan gula darah meningkat. Gejala
penting DM adalah polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum),
polyphagia (banyak makan), namun berat badan menurun (Kabo P, 2008:35).
Berdasarkan penelitian Gregg, EW, et al, (2002) menunjukkan adanya
hubungan diabetes melitus dengan kejadian disabilitas yaitu pada insidensi
tahunan kejadian disabilitas, didapatkan hasil 9,8% wanita lansia dengan riwayat
diabetes melitus mengalami disabilitas dan 4,8% wanita lansia tanpa riwayat
diabetes melitus mengalami disabilitas. Dalam penelitian Handajani (2006), lansia
yang menderita diabetes melitus mempunyai risiko untuk mengalami disabilitas
2,9 kali dibandingkan lansia yang tidak mengalami diabetes melitus.

3. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah penyakit negara maju atau negara industri, lebih
tepatnya penyakit di mana perilaku masyarakat negara modern, dengan pola hidup
modern. Penyakit jantung tidak saja memonopoli negara maju, tetapi juga di
negara yang sedang berkembang yang menunjukkan kecenderungan modernisasi
masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena penyebab penyakit jantung berkaitan
dengan keadaan dan perilaku masyarakat maju, misalnya tingginya stres, salah
makan, dan gaya hidup modern seperti rokok dan minum alkohol yang berlebihan
(Bustan, MN, 2007:43).
Penyakit jantung koroner (PJK) identik dengan istilah IHD (Ischaemic
Heart Disease). Menurut WHO, IHD merupakan gangguan kesehatan akibat
ketidak-mampuan jantung yang bersifat akut maupun kronis, disebabkan oleh
bekurangnya suplai darah ke miokardium dan ada kaitannya dengan adanya
kelainan pada sistem arteri koronaria. Menurut Iman Soeharto dalam Fatmah
(2010:150), penyakit jantung koroner merupakan suatu kelainan yang disebabkan
oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke
otot jantung. Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner, penderita
kebanyakan berusia 45 tahun sampai lansia. Penyakit jantung menyebabkan 80%
kematian di dunia dan 87% menyebabkan disabilitas di negara miskin dan
berkembang (World Heart Federation, 2004).
9

Frekuensi penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di negara-negara


sedang berkembang, termasuk Indonesia, cenderung meningkat sebagai akibat
modernisasi, meniru gaya hidup negara sudah berkembang. PJPD pada dasarnya
bukanlah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh suatu organisme tertentu,
namun karena adanya penularan penyakit ini melalui peniruan gaya hidup ada
yang menyebutnya new communicable disease (Bustan, MN, 2007:43).
Berdasarkan penelitian Sugiharti (2010), hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0,0001, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
penyakit jantung dengan disabilitas dan diperoleh hasil OR=1,590 yang artinya
responden yang menderita penyakit jantung mempunyai peluang 1,590 kali
mengalami disabilitas dibandingkan dengan responden yang tidak menderita
penyakit jantung.

4. Gangguan Sendi
Gangguan muskuluskeletal yang mempengaruhi sendi yang menimbulkan
peradangan yang sakit dan kekakuan sendi adalah arthritis. Arthritis adalah penyakit
yang paling mahal karena termasuk golongan penyakit yang menyebabkan kecacatan,
namun tidak sampai meninggal (Tamher dan Noorkasiani, 2009:33). Artritis secara
harfiah berarti sendi yang meradang. Artritis juga menunjukkan sebuah sendi yang
cedera, teregang, terinfeksi, dan rusak atau aus. Artritis adalah penyebab paling
umum yang mengakibatkan kecacatan (disabilitas) di dunia barat. Penyakit ini
membatasi aktivitas sehari-hari, seperti naik turun tempat tidur, memakai baju,
naik turun tangga, bahkan berjalan. Hal lain adalah dapat menyebabkan
berkurangnya gerakan, hilangnya pekerjaan, rusaknya hubungan sosial dan
perkawinan, nyeri kronis kelelahan, dan depresi. Penderita yang sudah cacat
karena artritis membutuhkan dukungan lebih banyak dari pengasuh yang
mengunjunginya, yang dapat memandikan dan membantunya berbelanja, atau
bahkan mereka membutuhkan perawat yang mengasuh mereka sampai
purnawaktu (Charlis, 2010:12). Artritis dilaporkan merupakan penyakit yang
paling banyak ditemukan dan diadapatkan merata pada setiap kelompok usia
lansia. Tiga tipe arthritis yang umum adalah osteoartritis, rheumatoid artritis, dan
gout (Rustiana, 2011:125).
Osteoartritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh
hilangnya tulang rawan (artikular). Tanpa adanya tulang rawan sebagai
penyangga, maka tulang di bawahnya akan mengalami iritasi yang akhirnya
menyebabkan degenerasi sendi. Osteoartriris disebabkan oleh degenerasi bertahap
tulang rawan yang mengelilingi dan melindungi sendi yang terkena. Tulang rawan
sehat yang melapisi bagian ujung tulang pada sendi biasanya sangat halus, kuat,
dan fleksibel. Pada osteoartritis, semakin lama permukaan ini akan semakin kasar,
pecah-pecah, dan menjadi lebih keras, tetapi lebih rapuh. Sendi yang paling sering
terpengaruh oleh osteoartritis adalah tangan, terutama sendi-sendi jari, lutut,
panggul, kaki, dan tulang belakang (Charlish, 2010:19).
10

Asam urat atau gout artritis merupakan hasil metabolisme akhir dari purin
yaitu salah satu komponen asam nukleat terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia
seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa
nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh penumpukan
kristal di daerah tersebut akibat tingginya kadar asam urat dalam darah. Penyakit
ini sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal di masyarakat sebagai penyakit
asam urat (Andry, 2009).
Artritis Rhuematoid (AR) adalah bentuk arthritis paling umum setelah
osteoporosis. Artritis Rheumatoid berbeda dengan gangguan robek dan keausan pada
osteoartritis, ini merupakan penyakit peradangan pada sistem kekebalan yang
mempengaruhi sendi dan jaringan lain. Gejala primer dari penyakit ini adalah nyeri
sendi dan kekakuan. Gejala lain termasuk pembengkakan sendi, kurang nafsu makan,
demam ringan, merasa sangat lelah, dan perasaan tidak enak badan. Pada
gangguan ini, peradangan dimulai dari membran sendi yang membatasi sendi,
kemudian berubah menjadi pembengkakan atau efusi pada ruang sendi dan
kerusakan pada tulang (erosi) (Charlish, 2009:16).
Menurut penelitian yang dilakukan Sugiharti (2010), didapat hasil
p=0,0001 dengan OR=1,477. Hal ini menunjukkan penderita gangguan sendi
mempunyai peluang 1,477 kali untuk mengalami disabilitas dibandingkan dengan
yang bukan penderita gangguan sendi.

5. Stroke
Stroke adalah suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang mempengaruhi
suplai darah ke otak. Ketika dokter berbicara mengenai stroke berarti terdapat
gangguan dalam fungsi otak (sering permanen), disebabkan oleh penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Untuk dapat
berfungdi dengan baik, sel-sel saraf di dalam otak harus mempunyai
kelangsungan penyediaan darah, oksigen dan glukosa (gula darah). Apabila
pasokan ini mengalami gangguan, bagian otak dapat berhenti sementara. Jika
gangguan parah, atau berlangsung cukup lama, sel-sel otak akan mati dan akan
mengalami kerusakan permanen. Karena gerakan dan fungsi berbagai bagian
tubuh ini dikendalikan oleh sel-sel tersebut. Gejala-gejala yang dialami pasien
akan tergantung pada bagian mana dari otak yang terpengaruh (Brass, 2002:215).
Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan pembuluh darah ke otak.
Gangguan peredaran darah otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak
atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Otak yang seharusnya mendapat pasolan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke
otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini
akan memunculkan gejala stroke (Pinzon dan Asanti, 2010: 1).
11

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju


setelah penyakit jantung dan kanker, namun merupakan penyebab kecacatan
nomor satu (Ginsberg, 2005: 89). Secara patologi terdapat dua macam stroke,
yaitu stroke sumbatan (stroke iskemik) dan stroke perdarahan. Stroke iskemik
disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak dan stroke perdarahan
(hemorrhagic) disebabkan oleh perdarahan ke dalam otak atau jaringan yang
berdekatan. Stroke sumbatan dibagi menjadi dua, yaitu sumbatan akibat thrombus
dan sumbatan akibat emboli. Thrombus terjadi di dinding pembuluh darah sebagai
bagian dari proses pengerasan dinding pembuluh darah (atherosklerosis). Emboli
adalah jendalan darah yang berasal dari tempat lain. Stroke perdarahan dibagai
menjadi dua, yaitu stroke perdarahan intraserebral (pada jaringan otak) dan stroke
perdarahan subarachnoid (di bawah jaringan pembungkus otak). Proporsi stroke
sumbatan (infark) pada umumnya mencapai 70% kasus, stroke perdarahan
intrasebral 25%, dan perdarahan subarachnoid 5%. Menurut WHO, sekitar 5,71
juta orang meninggal karena stroke pada tahun 2004 dan diperkirakan naik
menjadi 6,3 juta pada tahun 2015 dan 7,8 juta pada tahun 2030 (Brass, 2002).
Terdapat suatu penilaian sederhana terhadap gejala awal stroke yang harus
diwaspadai, yang lebih dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive, Speech,
and Three of signs). Face (wajah), yaitu wajah tampak mencong sebelah tidak
simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke
sudut mulut atas tampak mendatar. Arms drive (gerakan lengan), yaitu angkat
tangan lurus sejajar kedepan (90 derajat) dengan telapak tangan terbuka keatas
selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak
disadari oleh penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi
tidak sejajar lagi). Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut
sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
Speech (bicara), yaitu bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak bisa
berkata-kata (gagu) atau bisa bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang,
sehingga komunikasi verbal tidak nyambung. Three of signs (ketiga tanda di atas),
yaitu ada tiga gejala yiatu perubahan wajah, kelumpuhan dan bicara, dan gejala
lainnya adalah orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan
kesadaran/pingsan, pusing berputar, rasa baal/kesemutan separuh badan, dan
gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada satu mata atau dua mata (Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia dan Yayasan Stroke Indonesia).

6. Osteoporosis
Osteoporosis adalah istilah umum untuk suatu penyakit tulang yang
menyebabkan berkurangnya jumlah jaringan tulang dan tidak normalnya struktur atau
bentuk mikroskopis tulang. Kuantitas dan kualitas tulang yang tidak normal membuat
tulang tersebut lemah dan mudah patah, bahkan mengalami trauma ringan (Cosman,
2009:11). Menurut International Osteoporosis Foundation, osteoporosis secara
harfiah berarti tulang keropos, adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan
12

densitas yang cepat dan penipisan jaringan tulang. Osteoporosis dapat pula diartikan
sebagai keadaan rendah massa tulang dan kerusakan mikroarsitektur jaringan
tulang yang mengakibatkan meningkatnya kerapuhan tulang dan risiko keretakan
tulang. Secara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan densitas massa
tulang (DMT) yang berada di bawah nilai rujukan menurut usia, atau berada satu
standar deviasi (1 SD) di bawah rata-rata nilai rujukan pada usia dewasa muda.
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel
osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan
bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan
pertumbuhan badan (proses remodelling). Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan perusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila
hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi),
maka akan timbul osteoporosis (Darmojo R dan Martono H, 2006:216).
WHO memberikan definisi terakhir bahwa osteoporosis adalah penurunan
massa tulang >2,5 kali standard deviasi massa tulang rata-rata dari populasi usia
muda. Penurunan antara 1-2,5 standard deviasi dari rata-rata usia muda disebut
osteopenia. Penurunan massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya
pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya
(Darmojo R dan Martono H, 2006:216). Menurut pembagian dapat dibedakan atas:
1. Osteoporosis Primer, yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang
lain, yang dibedakan lagi atas;
- Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan tulang
terutama di bagian trabekula.
- Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan massa tulang
daerah korteks.
- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan
penyebab tak diketahui.
2. Osteoporosis Sekunder, yang terjadi pada atau diakibatkan oleh
penyakit lain, seperti hiper-paratiroid, gagal ginjal kronis, artritis
rematoid, dan lain-lain.
2.1.4.2 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang dapat memberi petunjuk apakah seseorang
menderita gizi kurang, baik, atau lebih. Status gizi seseorang dapat diketahui salah
satunya dengan cara antropometri. Antropometri adalah serangkaian teknik
pengukuran dimensi kerangka tubuh manusia secara kuantitatif (Fatmah, 2010:57).
Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut WHO (1999)
2 2 2
yaitu: <20 kg/m (gizi kurang/underweight), 20-25 kg/m (normal), 25-30 kg/m
2
(gizi lebih/overweight), dan >30 kg/m (obesitas). Penilaian status gizi lansia
menurut Departemen Kesehatan RI (2005) adalah <18,5 kg m2 (gizi kurang),
18,5-25 kg/m2 (gizi normal), >25 kg/m2 (gizi lebih) (Fatmah, 2010).
13

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi
kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit
atau terjadi sebagai akibat adaya penyakit tertentu (Darmojo R dan Martono H,
2006:545). Dalam penelitian Sugiharti (2010), lanjut usia dengan status gizi kurus
berpeluang mengalami disabilitas 2,104 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
lanjut usia dengan status gizi normal (nilai p=0,0001; OR=2,104; 95% CI=1,935-
2,287). Lanjut usia dengan status gizi berlebih bepeluang 1,810 kali lebih besar
untuk mengalami disabilitas dibandingkan dengan lanjut usia yang berstatus gizi
normal (nilai p=0,0001; OR=1,810; 95% CI=1,546-2,119). Untuk lanjut usia yang
berstatus gizi kegemukan, berpeluang 1,369 kali lebih besar untuk mengalami
disabilitas dibandingkan dengan lanjut usia yang berstatus gizi normal (nilai
p=0,0001; OR=1,369; 95% CI=1,308-1,432).
2.1.4.3 Sosiodemografi
1. Usia
Kejadian disabilitas meningkat seiring berjalannya usia. Berdasarkan hasil-
hasil survei dilaporkan bahwa seiring bertambahnya usia, insidensi disabilitas pada
lansia mengalami peningkatan yang cukup signifikan (Palestin, 2006:20). Pada
penelitian Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur,
persentase kejadian disabilitas semakin meningkat, yaitu kelompok usia ≥ 75 tahun
merupakan kelompok dengan indikator disabilitas tertinggi, 23,8% untuk status
disabilitas sangat bermasalah, dan 61,4% untuk status disabilitas bermasalah. Hal
yang sama ditunjukkan pada penelitian Riskesdas 2013 yaitu pada kelompok umur
≥75 tahun angka prevalensi menunjukkan 55,9%.
Palestin B, (2006:94) mengungkapkan bahwa variabel usia memberikan
sumbangan efektif terhadap variasi skor GARS (skala keterbatasan Groningen)
lansia sebesar 18,2% dan mempunyai hubungan bermakna (r=0,426; p=0,000)
dengan disabilitas fungsional lansia di PSTW Abiyoso dan PSTW Budi Dharma
Yogyakarta.

2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin mempunyai dampak yang sangat besar terhadap
beberapa hal, seperti status sosial, bagaimana lansia mengakses pelayanan
kesehatan, pekerjaan, pendidikan, serta perilaku kesehatan. Banyak lansia,
khususnya wanita yang tinggal sendiri di pedesaan, tidak mempunyai atau tidak
cukup penghasilannya. Hal ini akan berdampak terhadap kesehatannya dan
kemandiriannya. Walaupun wanita hidup lebih lama dari pria, akan tetapi
cenderung mengalami disabilitas, mereka tampak lebih tua dibandingkan pria
pada usia yang sama (Handajani, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Ediawati E (2012) mengenai tingkat
kemandirian lansia menunjukkan persentase responden berjenis kelamin
perempuan lebih tinggi daripada jumlah lansia laki-laki. Berdasarkan penelitian
Riskesdas 2007, kejadian disabilitas fisik persentase tertinggi terdapat pada wanita
14

(28,7%) dibandingkan laki-laki. Hal serupa juga terjadi pada penelitian Riskesdas
2013 bahwa prevalensi wanita adalah 12,8% dan laki-laki 9,2%. Hal ini
bertentangan pada penelitian yang dilakukan Rodrigues, et al, (2009) yang
menyatakan bahwa jenis kelamin bukanlah faktor risiko insidensi disabilitas
fungsional.

3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang
dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi (Tamher
dan Noorkasiani, 2009:9). Pendidikan yang telah dijalani penduduk lansia juga akan
berpengaruh terhadap pengetahuan, wawasan, dan pandangan hidupnya. Hal ini
akan berpengaruh terhadap pola perilaku kehidupan sehari-hari, termasuk pola
makan, cara pandang terhadap hidup sehat, dan akses mereka terhadap pelayanan
kesehatan. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Riskesdas 2007 bahwa dengan
semakin tingginya prevalensi disabilitas, semakin rendah pula tingkat
pendidikannya. Hasil penelitian lain dilakukan Rinajumita (2011) bahwa lansia
memiliki pendidikan rendah yaitu SMP ke bawah sebanyak 71,1%.

4. Tipe Daerah
Lokasi tempat tinggal atau tipe daerah penduduk lansia mencerminkan
perbedaan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya dari kehidupan
masyarakatnya. Perbedaan ini tentunya menyebabkan pola perilaku masyarakat
yang berbeda termasuk cara pandang terhadap kehadiran penduduk lansia.
Penduduk lansia di pedesaan mempunyai ruang gerak yang relatif lebih bebas
untuk beraktivitas dibanding rekannya di perkotaan (Sugiharti, 2010: 36).
Pada analisis Astuti dan Budijanto (2009:391) mengenai data Riskesdas
2007, disabilitas fisik lebih banyak terjadi di pedesaan daripada di perkotaan.
Menurut kajian tersebut, mengungkapkan bahwa penyakit jantung lebih banyak
terjadi di pedesaaan (2,8%) daripada di perkotaan (2,4%) dan penyakit diabetes
melitus dan tumor lebih banyak terjadi di perkotaan daripada di pedesaan.

5. Status Kawin
Status perkawinan adalah faktor sosial penting untuk kematian lansia. Status
masih pasangan lengkap atau sudah hidup menjanda atau duda akan mempengaruhi
keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologisnya (Bustan, MN, 2007).
Berdasarkan penelitian Trihandini (2007), lansia yang menikah dapat
mempertahankan aktifitas fisik dasar sebesar 1,25 kali dibanding dengan lansia
yang tidak menikah. Dan menurut penelitian Sugiharti (2010) lansia yang tidak
menikah mempunyai risiko disabilitas 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
lansia yang menikah.

6. Kondisi Sosial Ekonomi


15

Tiga aspek pada determinan ekonomi ini sangat mempengaruhi lansia aktif,
yaitu pendapatan, pekerjaan, dan perlindungan sosial. Lansia yang miskin
meningkatkan risiko untuk menjadi sakit dan disabilitas. Menurut Trihandini
(2007), lansia yang memiliki penghasilan rata-rata di atas median dapat
mempertahankan aktifitas fisik dasar 1,2 kali dibanding dengan lansia yang
memiliki penghasilan rata-rata di bawah atau sama dengan median.
Banyak lansia wanita yang tinggal sendiri dan tidak punya cukup uang
untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan
kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai aset, sedikit,
atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiun, dan tidak dapat membayar keamanan
atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah
(Haryono L, 2008:14).
2.1.4.4 Perilaku
1. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot-otot rangka dan yang menyebabkan pengeluaran energi. Olahraga
merupakan bagian dari kegiatan fisik secara terencana, terstruktur berulang untuk
meningkatkan kebugaran tubuh (William R. Hazzard dalam Fatmah 2010:74).
Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang pengeluaran tenaga yang
sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Aktifitas fisik sangat penting peranannya terutama bagi lansia. Dengan melakukan
aktifitas fisik, maka lansia tersebut dapat mempertahankan bahkan meningkatkan
derajat kesehatannya. Namun karena keterbatasan fisik yang dimilikinya akibat
pertambahan usia serta perubahan dan penurunan fungsi fisiologis, maka lansia
memerlukan beberapa penyesuaian dalam melakukan aktifitas fisik sehari-hari.
Berdasarkan penelitian oleh Trihandini (2007), dimana pada tahun 1993
terdapat 94 (5,8%) responden tidak dapat melakukan aktifitas fisik dasar, dan
meningkat menjadi 126 (7,7%) responden pada tahun 2000. Laju insidensi
responden dari tahun 1993-2000 adalah 3,2 tahun. Nilai ini dapat diartikan bahwa
dari 100 responden lansia, 3-4 lansia tidak dapat melakukan aktivitas fisik dasar
setiap tahunnya. Pada penelitian Handajani (2006) responden yang tidak
melakukan olahraga maupun melakukan olah raga tidak teratur akan mengalami
disabilitas 2,5 kali dibanding responden yang melakukan olahraga teratur.

2. Perilaku Tidak Sehat (Unhealhty Behaviours)


Pada penelitian Artaud, et al, (2013) di Perancis yang dilakukan dari tahun
2001-2012 mengenai kebiasaan hidup tidak sehat kaitannya terhadap kejadian
disabilitas meliputi frekuensi makan sayur dan buah, merokok, dan konsumsi
alkohol. Didapatkan bahwa konsumsi sayur dan buah, dan merokok berkaitan
dengan peningkatan kejadian disabilitas dan tidak ada hubungan yang signifikan
antara konsumsi alkohol dengan peningkatan kejadian disabilitas.
WHO menyatakan, rokok membunuh lebih dari lima juta orang per tahun,
dan diproyeksikan akan membunuh sepuluh juta sampai tahun 2020. Jumlah
16

tersebut, 70% korban berasal dari negara berkembang. Lembaga demografi


Universitas Indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit disebabkan rokok
tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 2,25%
dari total kematian di Indonesia (Bustan, 2007).
Perokok dikategorikan menjadi tiga, perokok ringan yaitu orang yang
menghisap kurang dari 10 batang rokok per hari, perokok sedang yaitu orang yang
menghisap 10-20 batang rokok per hari, sedangkan perokok berat yaitu orang
yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari. Menghisap sebatang rokok
berpengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah karena pada dasarnya
perokok menghisap CO (karbon monoksida) yang berakibat berkurangnya
pasokan O2 (oksigen) ke dalam jaringan tubuh. Gas CO mengikat hemoglobin
(Hb) yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan dengan
oksigen. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha
meningkatkan melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau
spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah dan terjadinya proses
aterosklerosis (penyempitan) (Bustan, 2007).
Berdasarkan penelitian Handajani (2006), responden yang tidak merokok
maupun merokok <10 batang/hari akan mengalami disabilitas 0,5 kali dibanding
dengan responden yang merokok >10 batang/hari atau responden yang merokok
≥10 batang/hari akan mengalami disabilitas 2 kali lebih besar dibanding
responden yang tidak merokok atau merokok < 10 batang/hari.
2.1.4.5 Kejadian Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk
di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka (Reuben dalam Darmojo R, 2006). Apabila seseorang bertambah tua,
kemampuan fisik dan mentalnya akan perlahan menurun. Kemampuan fisik dan
mental yang menurun sering menyebabkan jatuh pada lansia dan berakibat pada
menurunnya aktifitas dalam kemandirian lansia. Pada penelitian Kane et al (1994)
dalam Azizah (2011:19), lanjut usia di Amerika Serikat mengalami patah tulang
pangkal paha (fractura columna femoris) dan 5% akan mengalami perlukaan jaringan
lunak. Perlukaan jaringan lunak yang sering, yaitu subdural haematoma, memar, dan
keseleo otot. Dinyatakan pula 5% lanjut usia yang jatuh akan mengalami patah tulang
iga (sterm), humerus (tulang lengan), dan pelvis.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS
Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu
pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang
kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari
immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence
(inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation
(depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), hingga immune
deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Padila, 2013:56).
17

Penyebab jatuh pada lanjut usia sendiri merupakan gabungan dari


beberapa faktor atau multifaktor. Jatuh pada lanjut usia biasanya menimbulkan
komplikasi-komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi, antara lain:
1. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sakit
2. Patah tulang
3. Hematoma
4. Disabilitas
5. Kematian
2.1.4.6 Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
WHO (2002) dalam Sugiharti (2010), merumuskan beberapa determinan
yang mempengaruhi lansia untuk menjadi aktif salah satunya adalah lingkungan
fisik. Lingkungan fisik dimana dibutuhkan lansia sehingga membuat lansia dapat
mandiri atau malah bergantung dan lingkungan fisik penting untuk kehidupan
lansia. Risiko-risiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cedera
yang menyakitkan diantara lansia. Cedera dari jatuh, terbakar, kecelakaan lalu
lintas adalah yang paling sering. Air bersih, udara yang bersih, dan makanan yang
aman penting untuk sebagian besar kelompok usia rentan dan mereka yang
mempunyai penyakit kronis dan sistem kekebalan tubuh menurun.
Lingkungan berperan sebagai prediktor terjadinya disabilitas, seperti
lingkungan fisik yang tidak nyaman sebagai contoh penerangan yang kurang,
transportasi umum yang tidak nyaman dan bersahabat dengan lansia, ternyata
membuat lansia terasing dan mengalami gangguan fungsional yang lebih besar
daripada lansia yang hidup dalam lingkungan fisik yang memadai.

2. Lingkungan Sosial
Determinan sosial mencakup variabel dukungan sosial, adanya kekerasan atau
tindakan pelecehan yang dialami serta pendidikan/tingkat melek huruf. Dukungan
sosial, kesempatan pendidikan dan belajar seumur hidup, kedamaian dan
perlindungan terhadap tindak kekerasan, dan pelecehan merupakan faktor dalam
lingkungan sosial yang meningkatkan kesehatan, partisipasi, dan keamanan lanjut
usia. Ketersendirian, isolasi sosial, buta huruf dan tingkat pendidikan yang rendah,
pelecehan dan ketidakamanan akibat situasi konflik meningkatkan risiko lanjut
usia menjadi cacat dan mengalami kematian dini (Susanti V, 2010:28). Dukungan
sosial yang kurang tidak hanya berhubungan dengan peningkatan mortalitas,
morbiditas, dan distress psikologi, tetapi juga dengan penurunan kesehatan dan
rasa sehat secara keseluruhan.

2.1.4.7 Gangguan Psikososial


1. Demensia
18

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang


dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Demensia adalah keadaan dimana
sesorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan
kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-
hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood
dan tingkah laku, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
penderita (Azizah, 2011:81). Penelitian yang dilakukan Palestin (2006)
menunjukkan bahwa status demensia berpengaruh terhadap kejadian disabilitas
2
fungsional lansia (r=0,512; r =26,2%; p=0,000).

2. Depresi
Depresi adalah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang dapat
merupakan suatu diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons dari
kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan. Depresi ditandai dengan
perasaan depresi atau hilangnya minat terhadap suatu hal atau kesenangan, disertai
dengan perubahan selera makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotor,
menurunnya energi, perasaan tidak berguna atau rasa bersalah, kesulitan berpikir,
konsentrasi atau membuat keputusan, pikiran berulang tentang kematian atau ide
bunuh diri bahkan percobaan bunuh diri (American Psychiatric Association/APA
dalam Palestin 2006:24). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Azizah, 2011:66).
Depresi banyak terjadi di kalangan lansia, tetapi sering didiagnosis salah
atau diabaikan. Rata-rata 70-70% lanjut usia yang mengunjungi praktik dokter
umum adalah mereka dengan depresi, tetapi acapkali tidak terdeteksi karena lansia
lebih banyak memfokuskan pada keluhan badaniah yang sebetulnya adalah
penyerta dari gangguan emosi (Azizah, 2011:67). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Palestin (2006) mengenai depresi dan hubungannya dengan kejadian
disabilitas fungsional menunjukkan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan
2
yang bermakna, yaitu r=0,313; r =9,8%; p=0,008.

Sosiodemografi
2.2 Kerangka Teori
- Umur
- Jenis Kelamin
- Tingkat Pendidikan
- Pekerjaan
- Tipe Daerah
- Status Kawin
- Kondisi Sosial
Ekonomi
19

Penyakit Kronis :
- Status Diabetes
Mellitus
- Status Penyakit Jantung
- Status Gangguan Sendi
- Status Hipertensi
- Status Osteoporosis Kualitas Hidup
- Status Stroke Disabilitas Fisik
- Status Stroke - Dimensi Fisik
- Dimensi
Status Gizi Psikologis
- Dimensi Sosial
Keadaan Jatuh - Dimensi
Lingkungan

Perilaku
- Aktivitas Fisik
- Unhealthy Behaviours
(Frekuensi Makan Buah
dan Sayur, Merokok,
Konsumsi Alkohol)

Lingkungan
- Fisik
- Sosial

Gangguan Psikososial
- Depresi
- Demensia

Gambar TINJAUAN PUSTAKA.1 Kerangka Teori


(Sumber : Modifikasi Palestin, 2006., Haryono, 2008., Sugiharti 2010)

2.3 Kerangka Pikir

Jenis Kelamin
20

Umur

Kualitas Hidup
Tingkat Pendidikan Disabilitas Fisik

Keadaan Jatuh

Prilaku Merokok

Depresi

2.4 Hipotesis
1. Adanya hubungan jenis kelamin kualitas hidup penyandang disabilitas
fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
2. Adanya hubungan umur kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di
Kota Padang, Sumatera Barat
3. Adanya hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup penyandang
disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
4. Adanya hubungan keadaan jatuh kualitas hidup penyandang disabilitas
fisik di Kota Padang, Sumatera Barat
5. Adanya hubungan merokok kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di
Kota Padang, Sumatera Barat
6. Adanya hubungan depresi dengan kualitas hidup penyandang disabilitas
fisik di Kota Padang, Sumatera Barat

BAB 3 : METODE PENELITIAN


21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di beberapa panti sosial penyandang disabilitas
fisik di kota Padang selama empat bulan. Dimulai dengan pengumpulan data
penyandang disabilitas fisik di Kota Padang di Dinas Kesehatan Tenaga Kerja
(Dinsosker) Kota Padang, dilanjutkan dengan penghitungan besar sampel,
pelaksanan penelitian, dan penyusunan hasil penelitian.

3.2 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini kami menggunakan metode penelitian survei analitik
dengan pendekatan cross sectional. Survei cross sectional ialah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point time approach).

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua penyandang disabilitas fisik di
Kota Padang, Sumatera Barat dengan teknik random sampling. Peneliti
mengambil sampel yang mewakili yaitu penyandang disabilitas fisik dengan
kriteria sebagai berikut:
A. Kriteri Iinklusi
a. Penyandang disabilitas fisik yang tinggal di Kota Padang
b. Berusia 15-64 tahun
c. Hanya mengalami satu jenis disabilitas fisik
B. Kriteria Ekslusi
a. Mengalami lebih dari satu jenis disabilitas fisik
b. Penyandang disabilitas fisik yang tidak mau jadi responden.

3.4 Instrumen Penelitian


Intrumen penelitian ini menggunakan observasi, dokumentasi, serta
kuesioner yang berupa data demografi dan kuesioner tentang kualitas hidup dari
segi fisik, psikologi, dan sosial.
1

3.5 Definisi Operasional


Tabel METODE PENELITIAN.1 Defenisi Operasional Penelitian

Cara
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Pengukuran
Variabel Dependen
1. Kualitas Hidup Penyandang Persepsi atau pandangan subjektif Kuesioner 1. Kualitas hidup rendah jika Ordinal
Disabilitas Fisik penyandang disabilitas fisik tentang hasil skor < mean/median
terhadap kepuasan dan dampak kualitas hidup 2. Kualitas hidup baik jika hasil
yang dirasakan, baik terhadap diabetes skor ≥ mean/median
kemampuan fisik, psikologis, menggunakan
hubungan sosial dan lingkungan WHOQOL
yang dialami pada satu minggu
terakhir.
Variabel Independen
1. Usia Lama waktu hidup responden Kuisioner 1. ≥30tahun
yang dihitung dari tanggal 2. <30 tahun Ordinal
kelahiran hingga saat penelitian
berlangsung.

1. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang Kuisioner 0. Rendah (≤SMP) Ordinal
telah diselesaikan oleh 1. Tinggi (>SMP)
responden.

2. Keadaan Jatuh Keadaan subyek penelitian yang Kuisioner 0. MengalamiJatuh Nominal


pernah terbaring atau terjatuh 1. Tidak mengalami Jatuh
dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka
2

3. Perilaku Merokok Perilaku atau kebiasaan Kuisioner 0. Perokok (perokok ringan, Ordinal
menghisap rokok dan atau pernah sedang, berat)
merokok (pertama kali merokok 1. Bukan perokok (tidak
sampai berhenti merokok hingga memiliki kebiasann
pengisian kuisioner) dalam merokok)
sehari-hari sebelum diagnostik
disabilitas fisik
4. Tingkat Depresi Persepsi responden terhadap Kuisioner 0. Depresi tinggi jika total skor Ordinal
gejala-gejala dasar gangguan ≥mean/median
mood depresi yang dialami 1. Depresi rendah jika total
selama 1 minggu terakhir. skor ≥mean/median
1

3.6 Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bivariat dan multivariat
dengan menggunakan metode Chi square.
2

BAB 4 : BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.2 Tabel Ringkasan Anggaran Biaya
PKM-P

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Peralatan Penunjang 1.635.000,00
2. Bahan Habis Pakai 4.200.000,00
3. Perjalanan 2.800.000,00
4. Lain-lain 2.290.000,00
Jumlah 10.925.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.3 Tabel Jadwal Pelaksanaan Program

No Kegiatan Bulan

Ke – I Ke - II Ke – III Ke – IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pustaka
Pengambilan
2
data awal
Penentuan dan
Penghitungan
Besar Sampel
Penyusunan
3 instrumen
penelitian
Melakukan
pengumpulan
data menggu-
4
nakan
Instrumen
penelitian
Pengolahan
5 dan Analisis
Data
Penyusunan
6
Laporan Akhir
Penyusunan
7
artikel ilmiah
8 Publikasi
3

BAB 5 : HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden


5.2 Univariat
Variabel f %
Laki-laki 22 46,8
Jenis kelamin Perempuan 25 53,2
Jumlah 47 100

< 30 tahun 38 80,9


Umur ≥ 30 tahun 9 19,1
Jumlah 47 100

Tinggi 11 23,4
Tingkat Pendidikan Rendah 36 76,6
Jumlah 47 100

Mengalami jatuh 23 48,9


Keadaan Jatuh Tidak mengalami jatuh 24 51,1
Jumlah 47 100

Merokok 18 38,3
Perilaku Merokok Tidak Merokok 29 61,7
Jumlah 47 100

Tinggi 31 66,0
Tingkat Depresi Rendah 16 34,0
Jumlah 47 100

Kualitas Hidup Rendah 20 42,6


Tinggi 27 57,4
Jumlah 47 100
4

5.3 Bivariat
Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk melihat hubungan variabel

independen (jenis kelamin, umur, pendidikan,keadaan jatuh, perilaku merokok

dan depresi) dengan variabel dependen (kualitas hidup) Penyandang Disabilitas

Fisik di Kota Padang, Sumatera Barat. Analisis bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji chi-square dengan hubungan bermakna ditunjukkan oleh nilai

p <0,05 dan derajat kepercayaan 95%.

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan


Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat

Jenis Kualitas Kualitas Total POR


Kelamin Hidup Hidup (95% CI) P
Rendah Tinggi value
f % f % f %
Perempuan 12 66,7 10 45,5 22 100

Laki-Laki 8 27,6 17 68,0 25 100 2,55


0,206
(0,778-8,362)
Total 20 42,6 27 57,4 47 100

INTERPRESTASI :

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.5 Hubungan Umur dengan Kualitas


Hidup Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Padang, Sumatera
Barat

Umur Kualitas Kualitas Total POR


Hidup Hidup (95% CI) P
Rendah Tinggi value
f % f % f %
>=30 tahun 3 33,3 6 66,7 9 100

<30 tahun 17 44,7 21 55,3 38 100 0,62


0,805
(0,134-2,842)
Total 20 42,6 27 57,4 47 100
5

INTERPRESTASI

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.6Hubungan Tingkat Pendidikan dengan


Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat

Pendidikan Kualitas Kualitas Total POR


Hidup Hidup (95% CI) P
Rendah Tinggi value
f % f % f %
Rendah 12 33,3 24 66,7 36 100

Tinggi 8 72,7 3 27,3 11 100 0,19


0,035
(0,042-0,838)
Total 20 42,6 27 57,4 47 100

INTERPRESTASI :

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa kualitas hidup penyandang disabilitas fisik

yang rendah lebih banyak pada responden dengan pendidikan rendah

(64,3%) dibandingkan responden dengan pendidikan tinggi (26,7%). Berdasarkan

uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di RSUP DR. M.

Djamil Padang Tahun 2016 (p<0.05). Responden dengan pendidikan rendah

berpeluang 4,95 kali memiliki kualitas hidup yang rendah dibandingkan

responden dengan pendidikan tinggi

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.7 Hubungan Keadaan Jatuh dengan


Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat

Keadaan Kualitas Kualitas Total POR


Jatuh Hidup Hidup (95% CI) P
Rendah Tinggi value
f % f % f %
6

Mengalami 15 65,2 8 34,8 23 100


Jatuh

Tidak 5 20,8 19 79,2 24 100


7,12
Mengalami 0,005
(1,929-26,312)
Jatuh

Total 20 42,6 27 57,4 47 100

INTERPRESTASI :

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.8 Hubungan Perilaku Merokok dengan


Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat

Merokok Kualitas Kualitas Total POR


Hidup Hidup (95% CI) P
Rendah Tinggi value
f % f % f %
Merokok 6 33,3 12 66,7 18 100

Tidak 14 48,3 15 51,7 29 100 0,54


Merokok 0,482
(0,158-1,816)
Total 20 42,6 27 57,4 47 100

INTERPRESTASI :

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.9 Hubungan Tingkat Depresi dengan


Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Padang,
Sumatera Barat

Depresi Kualitas Kualitas Total POR P


Hidup Hidup (95% CI) value
Rendah Tinggi
7

f % f % f %
Tinggi 18 58,1 13 41,9 31 100

Rendah 2 12,5 14 87,5 16 100 9,69


0,007
(1,872-50,186)
Total 20 42,6 27 57,4 47 100

INTERPRESTASI :

5.4 Multivariat
Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi logistik model prediksi untuk menguji variabel independen (jenis

kelamin, pendidikan,keadaan jatuh, dan depresi) yang memiliki pengaruh lebih

dominan terhadap variabel dependen (kualitas hidup penyandang disabilitas

fisik). Hanya variabel bivariat yang memiliki nilai p<0,05 yang diikutsertakan

dalam pemodelan analisis multivariat. Berdasarkan hasil uji bivariat, variabel

independen yang akan diujikan yaitu jenis kelamin, pendidikan,keadaan jatuh,

dan depresi), seperti tampak pada tabel 4.15 berikut :

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.10 Variabel Kandidat Analisis Multivariat

Variabel p value Keterangan


Jenis Kelamin 0,206 Kandidat
Tingkat Pendidikan 0,035 Kandidat
Keadaan Jatuh 0,005 Kandidat
Tingkat Depresi 0,007 Kandidat
8

Langkah selanjutnya dilakukan analisis regresi logistik untuk memperoleh

variabel independen yang paling dominan terhadap kejadian variabel dependen.

Hasilnya dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut :

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.11 Hasil Analisis Multivariat Variabel


yang Dominan terhadap Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas
Fisik di Kota Padang, Sumatera Barat

95% CI p-value
Variabel POR
Lower Upper
Jenis Kelamin 9,52 1,351 67,07 0,024
Tingkat Pendidikan 0,07 0,008 0,709 0,024
Keadaan Jatuh 9,97 1,595 62,291 0,014
Tingkat Depresi 11,28 1,388 95,071 0,006

Hasil analisis multivariat pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa tingkat

depresi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup

penyandang disabilitas fisik di Kota Padang, Sumatera Barat. Hasil uji regresi

logistik diperoleh POR 11,28. Artinya variabel tingkat depresi merupakan faktor

yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di

Kota Padang, Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Mangunsong, Frieda. Dkk. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa (Cet.
1). Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3)

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2012.

Susteinable Development Goals (SDG’S).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 mengenai


Pengesahan Konversi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
9

Yao G, Chung CW, Yu CF, Wang JD. 2002. Development and verification of
Validity And Reliability of the WHOQOL-Bref. Taiwan: J Formos Med
Assoc.
10

Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Ainul Mardia Oktiara
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
4 NIM 1311211114
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tanjung Lolo/ 11 Oktober 1994
6 E-mail am.oktiara@gmail.com
7 No Telepon/HP 085374341564
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
012 Koto Kari,
Nama Institusi Kecamatan 2 Kota Solok 2 Padang
Kuantan Singingi
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2000-2007 2007-2010 2010-2013
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentatation)
Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
1 - - -
2 - - -
3 - - -
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terahir
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Kecamatan Kuantan
1 Juara 1 Lomba Ceramah Agama 2007
Singingi

Juara 1 Lomba Pidato


2 SMP N 2 Kota Solok 2009
Tingkat Sekolah

Juara 2 Lomba Puisi Bahasa Inggris


3 SMP N 2 Kota Solok 2009
Tingkat Sekolah

Juara 1 Lomba Kaligrafi


4 Pekan Muharram 1433 H SMA N 2 Padang 2012
Tingkat Kota Padang

Forum Studi Islam


Juara 3 Lomba Kaligrafi (FORSIPOL)
5 2012
Tingkat Kota Padang Politeknik Negeri
Padang
11

Juara 3 Lomba Mendongeng Tingkat


6 SMA N 3 Padang
Kota Padang

Juara 3 Lomba Menulis dan


7 Membaca Puisi SMA N 6 Padang
Tingkat Kota Padang
Departemen Informasi
Juara 2 Lomba Minat dan Bakat
dan Komunikasi
8 Mading MAKAMB 2013
(INFOKOM) BEM
Tingkat FKM Unand
KM FKM Unand

The Best Speaker dalam Acara Departemen PSDMO


9 Sekolah Kepemimpinan 2 BEM KM FKM 2014
(SEMIMPI) Unand
Pemenang Essay Lomba jurnalistik
dengan Judul “Epidemi Sosmed dan
UKPM Pena FKM
10 Pengaruhnya terhadap Mental 2016
Unand
Remaja”
Tingkat Universitas Andalas
12

E. Karya Tulis Ilmiah yang pernah dibuat


No Judul Tahun
1. Pelegalan Aborsi, Peluang Perzinaan 2014

Produksi Telur Ayam Buras di Lingkungan Rumah Secara


2. 2014
Sehat di Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam

Pembudidayaan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) melalui


Pembentukan dan Pemberdayaan HEG (Healthy
Environment Group) sebagai upaya Pencegahan Penyakit
3. 2015
dan Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat di Nagari
Tanjung Lolo Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung”.

Metode 3P (Pendidikan, Pengaplikasian, Pengembangan)


4 2015
Desa Binaan Menuju Independent Community
Epidemi Sosmed dan Pengaruhnya terhadap Mental
5 2016
Remaja

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikain biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Padang, 28 Oktober 2016


Pengusul

(Ainul Mardia Oktiara)


13

Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Roma Yuliana
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
4 NIM 1311211109
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sijantang Koto /5 Juli 1995
6 E-mail romayulianafkmunand13@gmail.com
7 No Telepon/HP 082170033209
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SDN 05 MTsN SMAN 1
Nama Institusi
Limbanang Limbanang Limbanang
- - IPA
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus 2000-2007 2007-2010 2010-2013
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentatation)
Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
1 - - -
2 - - -
3 - - -
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terahir
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Juara 1 Oliampiade Biologi Tingkat Dinas Pendidikan
1 2009
Kabupataen/Kota Sawahlunto Kota Sawah Lunto

Juara 2 LCC UUD 1945/TAP MPR


2 MPR RI 2011
tingkat Provinsi Sumatera Barat

Juara 2 LCC Lalu Lintas tingkat


Dinas Pendidikan 2012-
3 SLTA Se Kabupaten/Kota
Kota Sawah Lunto 2013
Sawahlunto.

Juara 1 LCC KPU Tingkat Dinas Pendidikan


4 2012
Kabupaten/Kota Sawahlunto. Kota Sawah Lunto

Juara 2 Lomba Fortofolio tingkat


Dinas Pendidikan
5 SLTA Se kabupaten/Kota 2012
Kota Sawah Lunto
Sawahlunto.

Finalis 6 Lomba Olimpide Biologi


6 MPR RI 2013
tingkat Provinsi Sumatera Barat.
14

Presenter in recognition of attending


The 2nd Andalas Public Health
7 FKM Unand 2015
Conference “ Solving Public Health
Problem Through Innovation”.
E. Karya Tulis Ilmiah yang pernah dibuat
No Judul Tahun
Menggalakkan Kebun Gizi Keluarga dengan Media Polybag
1. 2014
Didesa Sijantang Koto, Kota Sawahlunto

Gerakan 3M (Memfungsikan, Memfasilitasi Dan Menata) TK


2. Sayang Mandeh Di Desa Lundar, Kecamatan Panti, 2015
Kabupaten Pasaman
Pembudidayaan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) melalui
Pembentukan dan Pemberdayaan HEG (Healthy Environment
3. Group) sebagai upaya Pencegahan Penyakit dan Peningkatan 2015
Derajat Kesehatan Masyarakat di Nagari Tanjung Lolo
Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung”.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikain biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Padang, 28 Oktober 2016


Pengusul

(Roma Yuliana)
15

Anggota 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Annisa Wahyuni
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
4 NIM 1411211017
5 Tempat dan Tanggal Lahir Padang, 15 Juni 1996
6 E-mail Annisawahyuni89@gmail.com
7 No Telepon/HP 081277749615
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SDN 19 Kepalo SMPN 14 SMAN 9
Nama Institusi
Koto Padang Padang
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentatation)
Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
1 - - -
2 - - -
3 - - -
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terahir
No Jenis Penghargaan Tahun

1 Perwakilan Lomba MSQ tingkat Kota Padang 2010

Perwakilan lomba pidato peringatan hari bahasa di Balai


2 2011
Bahasa Padang

Peserta GEMARAME (Gemar Membaca, Gemar


3 2011
Menulis) di hotel Basko Padang

Pengisi ceramah ramadhan selama 3 periode berturut-


4 2011-2013
turut di Mushalla Jamiaturrahmah Padang

5 Perwakilan lomba PRA OSN Biologi Sekota Padang 2013

Pengisi acara Pembukaan FRESH 7 (speech) FKM


6 2014
Unand
Juara 2 LCC pada kegiatan FRESH 8 Nasional FKM
7 2015
Unand

8 Juara 2 LCC umum tingkat SMA SUMBAR di TVRI 2016


16

Perwakilan lomba story telling tingkat SUMBAR di


9 2016
UBH Padang
Pemateri dalam Public Health Action Prahima IKM
10 2016
Unand di SDN Kompleks Pulau Air Padang

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikain biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Padang, 28 Oktober 2016


Pengusul

(Annisa Wahyuni)
17

Anggota 3
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Ameliza Irelvi
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Psikologi
4 NIM 1310321033
5 Tempat dan Tanggal Lahir Lhokseumawe, 20 Maret 1995
6 E-mail Relvi.rasyid@gmail.com
7 No Telepon/HP 085278734280
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SMPN 1 VII SMAS IT
SDN 07 VII Koto,
Nama Institusi Koto, Padang Mutiara, Duri
Padang Pariaman
Pariaman Riau
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentatation)
Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
1 - - -
2 - - -
3 - - -
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terahir
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 - - -
2 - - -
3 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikain biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Padang, 28 Oktober 2016


Pengusul

(Ameliza Irelvi)
Anggota 4
A. Identitas Diri
18

1 Nama Lengkap Elsi Guspita


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Antropologi Sosial
4 NIM 1310821020
5 Tempat dan Tanggal Lahir Saruaso, 8 Agustus 1995
6 E-mail Guspitaelsi@gmail.com
7 No Telepon/HP 082386440807
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SDN 30 Sungai Mtsn Tanjung SMA 2
Nama Institusi
Emas Emas Batusangkar
Jurusan - - IPS
Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentatation)
Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
1 - - -
2 - - -
3 - - -
D. Penghargaan dalam 10 tahun Terahir
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 - - -
2 - - -
3 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikain biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Padang, 28 Oktober 2016


Pengusul

(Elsi Guspita)
Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
Ade Suzana Eka Putri, SKM, M.
1 Nama Lengkap
Comm. Health Sc., PhD
19

2 Jenis Kelamin Perempuan


3 Program Studi Epidemiologi dan Biostatistik
4 NIP/NIDN 198106052006042001/ 0005068102
5 Tempat dan Tanggal Lahir Koto Baru, 5 Juni 1981
6 E-mail adesuzana@gmail.com
7 No Telepon/HP 07517057509/ 08126761091
B. Riwayat Pendidikan Perguruan Tinggi
Diploma Sarjana Magister Doktor
University Kebangsaan
Universiti Malaysia, United
Nama APIKES Universitas
Kebangsaan Nations University
Institusi IRIS Padang Andalas
Malaysia International Institute
for Global Health
Rekam Medis
dan Ilmu Community
Community Health
Jurusan Manajemen Kesehatan Health
Science
Informasi Msyarakat Science
Kesehatan
Tahun 2003 2005 2011 2015
C. Konferensi/Seminar/Lokakarya/Simposium
No Judul Kegiatan Penyelenggara Tahun
Seminar Nasional Peran Program Studi Ilmu
Profesi Kesehatan Kesehatan Masyarakat,
1 2007
Masyarakat Menuju Fakultas Kedokteran,
MDGS Universitas Andalas
Seminar Nasional
Antisipasi Tenaga
Politeknik Kesehatan
2 Kesehatan dalam 2009
Padang
Penanggulangan
Pandemi Flu Babi
Seminar Servical Cancer
Universitas Putra
3 Screening: Opportunities 2010
Malaysia
and Barriers
5th Postgraduate Forum
4 on Health System and Universitas Gadjah Mada 2011
Policy
5 Seminar Nasional Fakultas Kesehatan 2012
Pembiayaan Kesehatan Masyarakat, Universitas
Berbasis Case Based Andalas
Group (INA CBGS)
dalam Mendukung
20

Pelaksanaan Universal
Health Coverage di
Indonesia Tahun 2014
D. Pengalaman Penelitian
N
Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana Tahun
o
Survei Kebutaan dan
APBD Provinsi
1 Kesehatan Mata Provisi Anggota 2008
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Maternal Mortality and
Universitas Andalas
Community Risk Factors
2 Ketua dan Universiti 2010
in West Sumatera
Kebanggaan Malaysia
Province (Tesis S2)
The Extend of Universal
Health Coverage and
Health Service Utilization Universitas Andalas
3 Prior to the Ketua dan Universiti 2013
Implementation of Kebanggaan Malaysia
National Health Insurance
in the Citi of Padang
Survei Kesehatan Mental APBD Provinsi
4 Anggota 2014
Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikain biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Padang, 28 Oktober 2016


Pembimbing

(Ade Suzana Eka Putri, PhD)


21

Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Pemakaian Satuan
Buku catatan dan Pencatatan
2 set 50.000,00 100.000,00
alat tulis kegiatan
Mencetak
Tinta printer 4 warna 40.000,00 160.000,00
dokumen
Sewa Kamera
Dokumentasi 4 buah 250.000,00 1.000.000,00
Digital
Pulsa modem Searching 4 bulan 75.000,00 300.000,00
Penyimpanan
Flash disk 8 GB 1 buah 75.000,00 75.000,00
data
Sub Total 1.635.000,00

2. Bahan Habis Pakai

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Pemakaian Satuan
Instrumen 480
Print kuisioner 500,00 240.000,00
penelitian lembar
Spanduk 4x1 Kegiatan 4 120.000,00 480.000,00
Pencetakan
Kertas A4 2 rim 40.000,00 80.000,00
dokumen
Konsumsi Tim
Pelaksana Selama Konsumsi 28 100.000,00 2.800.000,00
Kegiatan
Konsumsi
Perangkat Tempat Konsumsi 20 30.000,00 600.000,00
Penelitian
Sub Total 4.200.000,00

3. Perjalanan

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Pemakaian Satuan
Perjalanan ke
Transportasi Tim
lokasi 28 100.000,00 2.800.000,00
Pelaksana
pengabdian
Sub Total 2.800.000.00
4. Lain-lain
22

Justifikasi Harga
Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Pemakaian Satuan
Cetak Foto
Dokumentasi - 150.000,00 150.000,00
Kegiatan
Biaya komunikasi Sarana
28 5000,00 140.000,00
via telepon komunikasi
Kenang-
Souvenir 120 15.000,00 1.800.000,00
kenangan
Biaya tak terduga 200.000,00 200.000,00
Sub Total 2.290.000,00
23

Lampiran 3 Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang Waktu
No Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/
minggu)
- Mempersiapkan
semua kebutu-
han penelitian
- Mengkoordinir
tim dalam
pelaksanaan
Ainul Mardia Ilmu penelitian
1 Oktiara Kesehatan Kesehatan 10 - Menyusun
1311211114 Masyarakat rancangan dan
hasil akhir luaran
penelitian
- Menyusun
laporan
- Membuat artikel
ilmiah
- Membantu ketua
tim dalam
pelaksanaan
penelitian
- Memperbanyak
Ilmu
Roma Yuliana/ kuesioner
2 Kesehatan Kesehatan 8
1311211109 penelitian
Masyarakat
- Melaksanakan
analisis data
- Menyusun
laporan bersama
tim
3 Annisa Ilmu Kesehatan 8 - Membantu ketua
Wahyuni/ Kesehatan tim dalam
1411211017 Masyarakat pelaksanaan
penelitian
- Mengatur
persiapan dan
konsumsi untuk
penelitian
24

- Menyusun
laporan bersama
tim
- Membantu ketua
tim dalam
pelaksanaan
penelitian
Ameliza Irelvi/
4 Psikologi Kesehatan 8 - Mengelola
1310321033
keuangan
- Menyusun
laporan bersama
tim
- Membantu ketua
tim dalam
pelaksanaan
penelitian
Elsi Guspita/ Antropologi - Membuat
5 Sosial 8
1310821020 Sosial dokumentasi
kegiatan
- Menyusun
laporan bersama
tim
25

Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS ANDALAS
Gedung Rektorat Limau Manis-25163
Kampus Limau Manis Telepon (0751) 71181 Fax. 71085, 363, 303
E-mail: wr3@unand.ac.id, bid3unand@yahoo.co.id
http : www.unand.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap : Ainul Mardia Oktiara
NIM : 1311211114
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM Penelitian saya dengan saya ajukan
dengan judul: Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Penyandang Disabilitas
Fisik di Kota Padang, Sumatera Barat yang diusulkan untuk tahun anggaran 2017
bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.

Padang, 8 November 2016


Mengetahui, Yang menyatakan,
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Ir.Hermansah, MS, M.Sc) (Ainul Mardia Oktiara)


NIP. 196412251990011001 NIM.1311211114

Denah Lokasi

Anda mungkin juga menyukai