Anda di halaman 1dari 4

RESUME

BAB VII
PERKEMBANGAN KIMIA ORGANIK
dari Buku “ Kimia dari Zaman ke Zaman” karangan Poedjadi Soemadimedjo dan Anna Poedjadi
Dosen Pengampu: Dr. Ida Farida, M. Pd.

Disusun Oleh :

Asri Lutpiani (1172080012) Pendidikan Kimia III A


Laili Kurmatillah (1172080033) Pendidikan Kimia III A
M Salman Abdul Fatah (1172080039) Pendidikan Kimia III A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG
2018
PERKEMBANGAN KIMIA ORGANIK

A. Penemuan Senyawa Organik


Senyawa organik telah dikenal orang sejak zaman purba. Sekitar tahun 4000 SM orang mesir
telah mengenal zat warna baru indigo yang berasal dari tumbuhan. Obat-obatan yang digunakan
pasa abad pertengahan adalaj senyawa organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
diperoleh dengan cara ekstraksi. Ahli kimia muslim pada abad ke-8 telah mengenal senyawa-
senyawa organic misalnya alkohol,asam cuka, minyak mawar, aldehida. Mereka mampu
memperolehnya dalam keadaan murni melalui proses distilasi. Di Cina juga telah dikenal distilasi
alkohol pada masa pemerintah dinasti Thang, yaitu sekitar abad ke-9. Di Eropa kata alkohol
terdapat dalam sebuah manuskrip atau naskah pada abad ke-12.
Setelah tahun 1800 lebih banyak dilakukan isolasi dan identifikasi terhadap senyawa-
senyawa yang bersal dari organisme hidup. Proust mempelajari cairan dari buah serta
mengidentifikasi tiga jenis gula yaitu sukrosa,glukosa dan fruktosa. Gay-Lussac dan Louis
Jacques Thenard membuktikan melalui analisis bahwa gula,pati dan selulosa mengandung undur
hydrogen dan oksigen dalam perbandingan dua berbanding satu,seperti pada molekul air. Pada
tahun 1844 Karl Schmidt memperkenalkan istilah “ karbohidrat” untuk senyawa-senyawa
sakarida tersebut.
Pada tahun 1805 Friedrich Sertuner berhasil mengisolasi suatu sennyawa berbentuk kristal
dari opium, Senyawa ini disebut morfin dan pada 1816 ia menjelaskan lebih rinci bahwa senyawa
ini mengandung unsur nitrogen dan mempunyai sifat basa. Beberapa tahun kemudian dua orang
guru besar farmasi di paris, Pierre Pelletier dan Joseph Caventou, mengisolasi kristal dari
senyawa yang serupa dan dinamkan “alkaloida”. Mereka memperoleh striknin dan brusin dari
sejenis kacang-kacangan kinin dan sinkonin dari kulit pohon kina.
Michel Eugene Chevreul seorang ahli kimia Perancis, antara tahun 1810-1823 telah
melakukam studi tentang asam-asam lemak. Ia mengemukakan bahwa penguraian lemak oleh
basa menghasilkan sabun dan gliserol dan karenanya proses tersebut dinamakan penyabunan
(Safonification). Pemberian asam misalnya asam klorida pada larutan sabun dapat menghasilkan
asam-asam lemak,seperti asam stearat,oleat,butirat dan kaproat. Ahli-ahli kimia lain juga telah
mengisolasi beberapa senyawa misalnya urea dari urin manusia (Rouella,1773), asam hipurat
dari urin kuda (Liebig,1829), kolestero; dari batu ginjal (Poulletier-de-Lasalle).

B. Sintesis senyawa organik


Timbulnya kimia organik diawali oleh adanya pendapat bahwa senyawa-senyawa yang
berasal dari hewan dan tumbuhan dibedakan dengan senyawa-senyawa yang berasal dari benda
mati, misalnya mineral atau batu-batuan dan logam. Senyawa yang berasal dari hewan dan
tumbuhan disebut senyawa organik. Pada waktu itu orang percaya bahwa senyawa organik dalam
alam dapat terbentuk karena adanya “kekuatan hidup” (vital force). Ini berarti bahwa senyawa
organik hanya dapat terbentuk dalam mahluk hidup (in vivo), yaitu manusia, hewan dan
tumbuhan. Doktrin vitalisme ini berlangsung lama sampai Wohler membuktikan melalui
eksperimennya bahwa doktrin tersebut tidak benar.
Friedrich Wohler adalah seorang ahli kimia Jerman, lahir pada 31 Juli 1800 di
Eschersheim, dekat Frankfurt. Dalam eksperimen yang dilakukan dalam tahun 1828 ia
memanaskan campuran alkali sianat dengan garam amonium dan terbentuklah urea. Wohler
menarik kesimpulan bahwa urea dapat dibentuk dalam laboratorium (in vitro) dengan jalan
memanaskan amonium sianat. Atas keberhasilannya ia dianggap sebagai pelopor kimia organik.
Adolf Wilhelm Hermann Kolbe dilahirkan di Eliehausen dekat Gottingen pada 27
September 1818.ia mempelajari ilmu kimia di Gottingen di bawah bimbingan Wohler.
Sumbangan kolbe bagi kimia organik ialah penelitian dalam bidang kimia organik serta
mengenai struktur senyawa organik dari zat anorganik, dengan cara mereaksikan karbondisulfida
dengan klor menjadi triklor asam cuka. Senyawa ini kemudian dapat diubah menjadi asam cuka
dengan jalan mereaksikannya dengan hidrogen. Kolbe juga melakukan eksperimen penguaian
asam organik oleh elektrolisi; reaksi sianogen dengan alkohol; dan sintesis kakodil.
C. Analisi senyawa organik
Pada periode antara tahun 1800-1850 sangat banyak dilakukan isolasi senyawa organik yang
berasal dari tumbuhan maupun hewan dan sintesis senyawa organik dari bahan-bahan mineral.
Senyawa-senyawa yang berhasil disintesis tadi, kemudian direaksikan lagi dengan zat-zat
tertentu sehingga terjadi senyawa baru yang merupakan derivat atau turunannya. Kemudian ada
masalah yang timbul yaitu yang berkaitan dengan rumus molekul, klasifikasi dan hubungan
antara senyawa yang satu dengan yang lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, perbaikan dalam
analisis kuantitatif sangat dirasakan perlunya.
Justus von Liebig adalah seorang ahli kimia organik dan juga seorang pelopor pendidikan
berbasis laboratorium. Lahir di Darmastadt pada 13 Mei 1803. Liebig mengembangkan analisis
senyawa organik dengan menentukan karbon dan hidrogen dengan metode yang lebih baik.
Dalam analisis yang dilakukannya, sampel zat yang akan dianalisi, setelah ditimbang
ditempatkan dalam tabung gelas bersama dengan tembaga oksida sebagai oksidator lalu
dipanaskan. Air yang terbentuk dari reaksi oksidasi ini, ditampung dalam tabung pengering yang
telah ditimbang, sedangkan karbon dioksida ditampung pada gelas penampung yang telah berisi
kalium hidroksida, yang telah ditimbang juga. Dari berat air dan karbon dioksida yang dihitung
dari pertambahan berat gelas penampung tadi, berat hidrogen dan karbon dapat ditentukan.
Jean Baptista Andre Dumas lahir di Alais, Prancis, pada 16 Juli 1800. Bersama Charles
Coindet ia memperkenalkan penggunaan iodium untuk mengatasi penyakit gondok. Dalam
analisis senyawa organik, khususnya analisis unsur nitrogen, Dumas telah melakukannya dengan
metode yang hingga kini masih dipergunakan orang. Dalam metode Dumas sampel senyawa
organik yang dianalisis dipanaskan dalam tabung yang berisi tembaga oksida dan kawat kasa
tembaga.
D. Beberapa Teori Tentang Senyawa Organik
1. Teori Radikal : Abad ke-19 belum ada konsep yang menyeluruh dan terpadu mengenai
senyawa organik. Ahli kimia menyatakan pendapatnya sesuai eksperimen. Menurut lavoisier
senyawa organik adalah gabungan antara radikal dengan oksigen. Pengemuka pendapat teori
radikal: Liebig dan Wohler, Berzelius, Bunsen dan yang lainnya.
2. Teori Substitusi dan Teori Inti : Lahir akibat penelitian Dumas yang meragukan teori radikal
tahun 1834 “kalor dapat menggantikan hidrogen dalam senyawa organik”. Yang bertentangan
dengan pendapat Berzelius yang menyatakan “penggabungan kimia senyawa organik
tergantung pada keadaan muatan listrik atom-atom yang membentuknya”. Teori Dumas ini
dikenal dengan teori substitusi, yang didukung oleh Auguste Laurent tahun 1837 yang
berpendapat “senyawa orgaanik terdiri atasinti atau rangka yang dibentuk oleh atom-atom
karbon” (Teori Inti).
3. Teori-Teori Tipe : perbedaan pandangan dari hasil eksperimen menimbulkan beberapa teori.
Bebrapa ahli kimia diantaranya;
a. August Wilhelm von Hofmann, lahir 8 april 1818 di Giessen. Karyanya yang terkenal tentang
anilina dan berhasil mengelompokkan senyawa-senyawa tipe amonia.
b. Alexander William Williamson, lahir 11 mei 1824 di Wandsworth, London. Mempunyai arti
penting bagi teori kimia organik ialah penelitiannya pada tahun 1850 tentang alkohol dan
eter.
c. Charles Frederic Gerhardt, lahir 21 Agustus 1816 di Strasbourg. Ia menerima pendapat
Avogadro bahwa molekul gas itu terdiri atas dua atom dan mengembangkannya untuk
menerangkan reaksi kimia. Ia juga mengembangkan tipe-tipe yang dikemukakan oleh
Hofmann dan Williamson. Tahun 1853 mengemukakan pendapat “senyawa organik
diturunkan dari 4 macam tipe anorganik, yaitu H2O, HCl, NH3 dan H2”. Tahun 1848 “senyawa
organik merupakan suatu kesatuan”.
4. Teori Valensi : merupakan kelanjutan setelah teori tipe, Edward Frankland seorang ahli kimia
Inggris yang lahir 18 Januari 1825 mengemuakakan pendapatnya tentang konsep kapasitas
penggabungan atom-atom atau disebut “valensi”. Teori valensi lambat laun membuka jalan
pengembangan rumus struktur senyawa organik oleh Friedrich August Kekue von Stradonitz. Ia
lahir 17 September 1829 di Darmastadt, Jerman. Pada tahun 1857-1858 ia mengemukakan
pendapatnya tentang valensi atom karbon, atom karbon mempunyai valensi empat, artinya satu
atom karbon dapat bergabung dengan empat atom hidrogen atau atom lain yang valensinya satu.
Atom karbon juga dapat berkaitan dengan sesama atom karbon lain sehingga membentuk rantai
atom karbon yang lurus, bercabang, lingkaran atau tertutup.

E. Struktur molekul
Ide tentang struktur molekul lebih berkembang setelah tahun 1860. Dengan diaplikasikannya
rumus struktur pada molekul senyawa organik memungkinkan dipelajarinya sifat-sifat senyawa
tertentu. Tahun 1829-an Liebig menemukan rumus kimia asam fulminat, Wohler menemukan
rumus kimia asam sianat, dan Berzelius menamainya dengan “isomeri”. Kemudian timbul
problem terhadap valensi senyawa C2H4 dan C2H2. Alexander Crum Brown mengemukakan
“antara dua atom karbon tersebut terdapat ikatan lebih dari satu” (konsep Brown). Konsep Brown
dikembangkan oleh Emil Erlenmeyer, ia menyatakan bahwa pada molekul etilena (C 2H4)
terdapat ikatan rangkap dua, sedangkan pada molekul asetilena (C 2H2) terdapat ikatan rangkap
tiga.
F. Stereokimia
Jean Baptiste Biot 1813 menemukan bahwa senyawa organik mempunyai sifat dapat
memutar cahaya terpolarisasi. Kemudian dibuat alat yang dinamakan polarimeter dan sejak 1840
digunakan untuk menganalisis zat-zat yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi
(aktivitas optik). Louis Pasteur menemukan bahwa senyawa organik mempunyai karbon yang
asimetrik. Jacobus Henricus van”t Hoff menjelaskan atom karbon asimetrik dengan
memperkenalkan bentuk atom karbon dengan empat ikatannya dalam bentuk tiga dimensi. Emil
Fischer menemukan senyawa fenilhidrazina yang dapat bereaksi dengan sakarida membentuk
derivat sakarida (fenilhidrazon) yang mudah diidentifikasi. Norman Haworth menemukan
peristiwa mutarotasi / perubahan putaran, misal kristal glukosa murni dalam air. Dan masih
banyak yang lainnya seperti Johann Anton Guether, Corad Laar, Ludwing Knorr, Kurt Meyer,
William Henry Perkin, Johann Friedrich Wilhelm Adolf von Baeyer dan masih banyak lagi, yang
berperan penting dalam kemajuan kimia organik khusus ilmuan yang disebutkan adalah dalam
bidang Stereokimia.

Anda mungkin juga menyukai