Anda di halaman 1dari 2

Sejarah penemuan senyawa organik

Saat ini, kimia organik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hidrokarbon (senyawa dari
hidrogen dan karbon yang saling berpasangan) dan turunannya. Menariknya, hampir seluruh senyawa
organik ditemukan di dalam makhluk hidup sesuai dengan teori vital force ketika definisi yang modern
sudah digunakan. Disisi lain, banyak senyawa yang disintesis di laboratorium yang tidak pernah
ditemukan di alam maupun makhluk hidup, termasuk juga dalam senyawa organik.

Sejarah kimia organik dimulai pada pertengahan abad 17. Pada saat itu para ilmuwan belum
bisa menjelaskan perbedaan antara senyawa yang diperoleh dari makhluk hidup (hewan dan tumbuhan)
dengan senyawa yang diperoleh dari bahan-bahan tak hidup (mineral). Sehingga pada saat itu kimia
organik di definisikan sebagai senyawa kimia yang diperoleh dari makhluk hidup saja.Karena minimnya
pengetahuan, sangat sukar untuk mengisolasi senyawa dari tumbuhan dan hewan. Bahkan jika berhasil
dilakukan pun senyawa-senyawa tersebut ketika di murnikan sangat mudah terdekomposisi. Sedangkan
senyawa yang di isolasi dari bahan-bahan mineral sangat tidak mudah terdekomposisi dan cenderung
stabil.

Pada tahun 1770, seorang ahli kimia dari Swedia, Torbern Bergman, mengekspresikan
penjelasan di atas sebagai perbedaan antara senyawa organik dan anorganik. Selain perbedaan
tersebut, untuk membedakan senyawa organik dan anorganik, para ahli kimia juga menyatakan bahwa
senyawa organik mengandung energi vital (vital force) sebagai hasil dari keaslian mereka dalam tubuh
makhluk hidup. Karena adanya energi vital inilah maka kemudian muncul teori yang menyatakan bahwa
senyawa organik tidak dapat di buat dan di manipulasi. Teori ini di sebut teori vitalitas.

Teori vitalitas tidak bertahan lama.Karena pada tahun 1816, Michael Chevreul (1816)
menemukan sabun. Sabun tersebut diperoleh dari hasil reaksi lemak hewan dan basa. Dalam percobaan
tersebut Michael juga menemukan kenyataan bahwa lemak hewani ternyata dapat dipisahkan dari
beberapa senyawa organik murni yang disebut asam lemak. Ini pertama kalinya suatu senyawa organik
(lemak) diubah menjadi senyawa lain (asam lemak dan gliserin) tanpa intervensi dari energi vital. Teori
vitalitas semakin melemah ketika Friedrich Wohler pada tahun 1828 mampu mengubah garam
anorganik, ammonium sianat, menjadi senyawa organik urea yang ditemukan dalam urin manusia.

Dari peristiwa-peritiwa diatas kemudian definisi kimia organik di susun ulang menjadi seperti yang
sekarang. Dan dimulailah babak baru tentang Kimia Organik Modern.
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yg mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat2
dan perubahan2 dari materi serta energi yg menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan yg
cepat dari ilmu kimia telah menyebabkan perlunya pemisahan ke dalam sejumlah bidang kimia
yg lebih khusus. Dewasa ini kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia analisis, biokimia,
kimia anorganik, serta kimia organik.

Sejak zaman purba manusia telah menggunakan zat2 yg diambil atau diisolasi dari organisme
hidup baik tumbuhan maupun hewan. Untuk membuat obat orang merebus daun2, kulit kayu,
atau akar tumbuhan dengan air. Air rebusan ini tanpa difahami oleh perebusnya, pada
hakekatnya mengandung ” zat-zat organik ” atau zat2 yg berasal dari organisme hidup, yg
berkhasiat bagi penyembuhan berbagai penyakit, atau mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan tubuh. Rebusan daun kumis kucing, dikenal untuk obat kencing batu, demikian juga
kita mengenal rebusan2 obat seperti rebusan daun saga, kulit kina, atau jamu godokan. Karena
zat2 di atas berasal dari makhluk hidup maka zat tersebut disebut senyawa organik. Dengan
demikian ilmu kimia yang mempelajari senyawa itu disebut ilmu kimia organik. sebaliknya
senyawa2 yang bukan berasal dari makhluk hidup disebut senyawa anorganik.

Dalam tubuh makhluk hidup mempunyai sifat2 dan struktur yang berbeda dengan yg berasal dari
bukan makhluk hidup. Keyakinan ini mendorong munculnya doktrin “daya hidup” atau “vital
force“, yg merupakan sisa2 dari mistik sebelumnya. Oleh karena semua senyawa organik yg
diketahui pada awal abad ke 19 bersumber dari makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan,
terdapat perasaan yg kuat bahwa zat2 organik memiliki “daya hidup” yg khusus. Pada masa itu
sebagian besar kimiawan percaya bahwa senyawa2 organik yg memiliki daya hidup tersebut
tidak dapat dibuat atau disintesis dilaboratorium dari zat2 anorganik. Dari uraian di atas kita
dapat mengerti bahwa suatu kepercayaan yg berbau mistik semacam “vital force” itu dapat
menghambat perkembangan ilmu pengetahuan akan tetapi berkat terusnya dilakukan penelitian
yg intensif, kepercayaan akan vital force akhirnya musnah.

Anda mungkin juga menyukai