Anda di halaman 1dari 13

MODUL 13

ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA


Syukri Fathudin Achmad Widodo

PENDAHULUAN
Para mahasiswa yang budiman, kita bertemu kembali. Persiapkan diri kalian untuk
bersama-sama mengkotruksi dan mengeksplor pengetahuan baru. Kali ini kita akan
membicarakan topik yang selalu menarik untuk diperbincangkan.
Sekarang ini topik mengenai HAM (Hak Asasi Manusia) sangat menarik untuk dibahas
dan dikupas secara lebih mendalam. Pembahasan tentang HAM dewasa ini bukan hanya
milik dari para penggiat HAM saja, tetapi sudah merambah ke berbagai profesi dan di segala
usia sangat antusias ketika mendengar HAM disebut. Bagi sebagian orang HAM merupakan
hak sebebas-bebasnya dalam menyampaikan pendapat atau berekspresi. Tetapi apakah
hanya sebatas itu saja mengenai HAM? Jawabannya tentu saja tidak. Banyak hal yang harus
kita pelajari tentang HAM itu sendiri. Agar mahasiswa menjadi paham apa itu HAM maka
kita perlu mengenalnya lebih lanjut dan lebih dalam apa itu HAM.
Sebagai seorang akademisi maka Anda tentu paham bahwa di dalam hak terdapat
kewajiban yang harus ditunaikan agar HAM terwujud. Bagaikan mata uang hak dan
kewajiban selalu berdampingan satu sama lain. Selanjutnya, kita harus mengetahui konsep
dasar HAM agar Anda memahami terlebih dahulu apa itu HAM. Oleh karena itu, di dalam
modul ini pertama-tama akan membahas pengertian HAM yang akan memberikan
pemahaman lebih dalam lagi tentang konsep dasar dari HAM, sebelum kita masuk lebih jauh
ke dalam sejarah awal dan perkembangan HAM, serta hak kemanusiaan dalam perspektif
HAM dan Islam.
Diharapkan setelah mempelajari dan memhami isi dan penjelasan modul ini, maka
Anda akan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar HAM;
2. Menjelaskan sejarah awal dan perkembangan HAM dengan sudut pandang dari para
ahli;
3. Mejelaskan hak kemanusiaan dalam perspektif HAM dan Islam.
Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik maka silahkan ikuti petunjuk
belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat kegiatan belajar yang terkandung dalam modul ini sehingga
Anda dapat memahami semua informasi dan pengetahuan yang disajikan;
2. Kuatkan pemahaman Anda dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang ada di alam modul ini;
3. Kaitkan dan maanfaatkan pengetahuan Anda dengan berbagai artikel tentang HAM
yang sudah Anda baca.
Supaya dalam mengkontruksi pengetahuan dapat berjalan dengan baik, maka Anda
diharap mencermati materi berikut ini dengan seksama. Setelah Anda mencermati dan
memahami alurnya dengan baik, maka cobalah untuk membuat pertanyaan kira-kira apa
yang ingin Anda ketahui dari topik dan sub topik yang ada di dalam modul ini.
PETA KONSEP

HAM dan Islam

Konsep Dasar HAM Internasional HAM Perspektif


HAM dan Indonesia Islam

KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP DASAR HAK ASASI MANUSIA

Mahasiswa yang budiman, sekarang ini kita akan mulai membahas tentang konsep
HAM. Oleh karena itu, Anda perlu memahami pengertian HAM terlebih dahulu. Setelah
mempelajari kegiatan belajar 1 ini, maka diharapkan Anda mampu: (1) Menjelaskan
pengertian HAM; (2) Menjelaskan perkembangan HAM Internasional, (3) Menjelaskan HAM
perspektif Islam.

A. Pengertian HAM
Mahasiswa yang budiman, silahkan cermati gambar di bawah ini. Setelah mencermati
gambar di bawah ini apa yang kalian amati silahkan deskripsikan atau jelaskan menurut
pemahaman Anda. Apakah hal tersebut yang sering Anda diskusikan dengan teman bahkan
sampai Anda perjuangkan bersama dengan kelompok Anda?

Gambar 15. Ilustrasi HAM


(Sumber: Google.com)

Para mahasiswa yang budiman, merupakan hal yang penting untuk memahami HAM
agar pengertian HAM tidak melenceng dari pengertan aslinya. Di dalam memaknai HAM
yang sangat luas cakupannya maka harus ada batasan-batasan yang harus Anda gunakan
seperti harus diimbangi dengan pengertian lainnya yaitu kewajiban.Anda harus dapat
mendefinisakan dan menjabarkan makna HAM secara terperinci, sehingga dapat
membimbing dan mengidentifikasi lebih lanjut prinsip-prinsip dan implemtasi HAM di
dalam kehidupan sehari-hari.Di dalam pengertian sederhananya HAM merupakan hak dasar
yang dimiliki oleh manusia sejak dia dilahirkan. Dengan menggunakan hak dasar tersebut,
maka manusia dapat hidup sesuai dengan harat dan martabatnya sebagai manusia yang
dimanusiakan.
Banyak ahli yang memberikan konsep dasar mengenai HAM. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonsia, HAM didefinisikan sebagai hak yang mempunyai perlindungan secara
internasional yang tertuang dalam Declaration of Human Right (Deklarasi PBB) seperti hak
untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memliki, serta hak untuk mengeluarkan
pendapat.Dengan kata lain ke empat komponen tersebut harus dilindungi oleh negara tetapi
jangan lupakan seperti yang sudah saya katakakan di atas, maka antara hak dan kewajiban
haru seimbang.
Beberapa pakar dan praktisi HAM terdapat perbedaan dalam memahami HAM.
Wolhof (2015: 2) mendefinisikan bahwa manusia mempunyai hak-hak yang sifatnya kodrat
yang tidak dapat dicabut oleh siapapun dan hak tersebut tidak dapat dipindah tangankan ke
orang lain. Pandangan Wolhof menegaskan bahwa HAM merupakan hal yang selalu melekat
pada diri manusia dan tidak dapat dipindahkan ke orang lain. Hal ini sesuai dengan
penjelasan HAM secara etimologi yang menjalaskan hak merupakan unsur yang bersifat
normatif yang berfungsi sebagai pedoman untuk berperilaku, melindungi kebebasan, serta
adanya jaminan peluang bagi manusia dindalam menjaga harkat dan martabatnya. Asasi
merupakan hak yang paling menadasar yang dimiliki oleh manusiasebagaifitrah sehingga
orang lain tidak dapat mengintervensi maupun mencabut. John Lock dalam Daya Negeri
Wijaya (2014: 18) juga menyatakan bahwa HAM pada hakikatnya dimiliki oleh manusia sejak
dia dilahirkan atau seperti yang dijelaskan sebagai natural right is right to life, health, freedom,
and property preveration.
Rosseu merasa bahwa manusia yang lahir di dunia ini dengan membawa hak alamiah
seperti kemerdekaan, kesamaan, dan hak milik sehingga menginginkan kebebbasan yang
nyata di dalam kehidupan di dalam komunitas yang sederhana (Daya Negeri Wijaya, 2016:
18). Hal ini berarti Rousseu menitik beratkan pada persamaan untuk setiap manusia.
Johannes A. Van Derven (2010: 67) menjelakan bahwa:
The legal sistem, especially human rights, is based on the notion that every citizen deserves to be
recognised on the basis of her intrinsic human dignity. That is why everybody is equal before the
law and has equal freedom. Violations of this principle assume two forms. One is discrimination
on the grounds of attributes like gender, sexual orientation, race, colour, language, culture, or
religion, which violates the dignity of individuals and drives them to all kinds of struggle-
economic, political,cultural, and religious.

Hal tersebut menjelaskan bahwa di dalam HAM didasarkan pada gagasan setiap warga
negara yang martabatnya layak untuk diakui di hadapan hukum dan setiap warga negara
mempunyai kebebasan yang sama. Oleh karena itu, harus dihilangkan diskriminasi yang
berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, bahasa, budaya, dan agama. Pendapat ini mengacu
pada persamaan HAM terhadap sikap diskriminasi.
Secara alami konsep HAM berasal dari berbagai kewenangan negara yang bersumber
baik dari ajaran agama, budaya serta sifat dasar di dalam suatu masyarakat. Apabila melihat
pada sejarah HAM maka dapat dilihat bahwa selama ini kita merujuk pada HAM Internasioal
yang dipengarushi oleh budaya yang ada di negara-negara Barat yang lebih mengedepankan
hak individu di dalam suatu negara. Hal tersebut akan membatasi terhadap rakyarnya.
Penggunaan istilah “asasi” dalam istilah HAM malah menimbulkan kesan bahwa hak bersifat
mutlak yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Oleh karena itu, HAM yang bersifat
universal yang tidak harus diberikan kepada individu sebelum ada kewajiban secara
universal dari individu tersebut (Rohidin, 2015: 4).
Pemikiran HAM yang disampaikan oleh Hatamar Rasyid (2017: 1) yang menyatakan
bahwa esensi HAM dalam Islam sesungguhnya apa yang telah dimiliki manusia
sesungguhnya bukanlah suatu hak yang dimiliki sejal dia dilahirkan sebagaimana pengertian
HAM dari dunia Barat. HAM menurut Islam merupakan preskripsi yang dititahkah kepada
manusia yang diturunkan darisnumber-sumber yang ditafsirkan dari titah Ilahi yang
meliputi hak dan kewajiban. Pada dasarnya HAM pada dasarnyakewajiban manusia kepada
Tuhan dan hak Tuhan kepada manusia.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa antara hak dan kewajiban harus
seimbang. Hak dan kewajiban ibarat seperti mata uang yang kedua sisinya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, antar hak dan kewajiban harus balance satu sama
lain. Tidak boleh ada ketimpangan di antara keduanya. Dengan demikian akan menciptakan
suatu kehidupan yang harmonis di antara sesama manusia bahkan dengan sesama makluk
hidup yang lainnya.

B. Tujuan Dirumuskan HAM

Gambar 16. Formasi HAM


Sumber google.com

Dari gambar di atas dapat kalian lihat bahwa dari sekian banyak aspek kehidupan
manusia hal yang paling menonjol yang dihadapi oleh suatu masyarakat adalah HAM. Hal
ini menyebabkan HAM menjadi amat penting bagi semuanorang di dalam aktivitas yang
berada di dalam lingkungan akademik. HAM tidak hanya berbicara mengenai hak-hak
seseorang ketika dia menjadi komunitas tertentu. Ketika hak melekat pada individu maka
akan melahirkan kewajiban dan tanggung jawab pada sisi yang lainnya. Apabila
membicarakan hak dasar pada suatu kelompok maka akan sekaligus membicarakan
mengenai kewajinan dan tanggung jawab pada kelompok yang jauh lebih besar lagi atau
supra komunitas (Halili, 2014: 4).
Penegakan HAM dalam perkembangannya menjadi salah satu kebutuhan akan
keamanan, kemajuan budaya, pendidikan, stabilitas ekonomi, dan seterusnya. Bersamaan
dengan hal itu maka akan muncul harapan adanya negara sejahtera yang dapat
menggantikan negara polisi. Di dalam perkembangannya HAM kemudian menjelma menjadi
salah satu pilar dalam demokrasi yang saling terkait satu sama lain. Suatu negara dikatakan
demokratis apabila menjunjung tinggi HAM dengan ketentuan yang sudah dilegalkan (Vita
Fitria, 2007: 4).
Tuntutan individu sebagai makluk hidup adalah kebebasan. Manusia di sisi lainnya
merupakan makluk sosial. Manusia tidak bisa hidup dengan sendiri karena manusia selalu
berada di tengah masyarakat. Dalam kedudukan manusia sebagai makluk sosial maka
masalah tentang HAM menjadi lebih kompleks. Banyak sekali terjadi benturan manusia yang
satu dengan manusia yang lain, kelompok yang satu dengan kelompok yang laian (Sri
Rahayu Wilujeng, 2013: 1). Oleh karena itu, tujuan dirumuskannya HAM agar manusia bisa
secara kodrati mempunyai kebebasan tetapi kebebasan tersebut juga akan menimbulkan
suatu kewajiban yang dibebankan kepadanya.
HAM dipandang mempunyai karakter yang universal dan internasional tetapi good
governace kemungkinan belum sampai pada nilai pandangan unversal. Oleh karena itu,
democratic governace yang ditumpukan pada tiga hal dalam persyratan hubungan donor
resipen tidak sepenuhnya akan bisa diikuti karena terdapat usaha untuk memenuhi
persyaratan di ruang-ruang lainnya tidak memiliki kecepatan yang sama dalam
perwujudannya (Kurniawan K. Yuliarso dan Nunung Prajarto, 2005: 305). Tujuan HAM di
sini jelas bahwa HAM harus dapat mewujudkan goodgovernance agar menciptakan suatu
masyarakat yang tidak terkotak-kotak. Ham dapat mewujudkan masyarakat tanpa kasta
yang akan membuat orang yang tidak masuk ke dalam lingkaran kasta tersebut merasa
termarginlalkan.
Johanes A. Van Der Ven (2010: 67)menyatakan bahwa dalam sistem hukum hak asasi
manusia didasarkan pada gagasan bahwa setiap warga negara layak untuk diakui atas dasar
martabat manusia. Tujuan dari HAM adalah agar kedudukan manusia di dalam hukum itu
sama dan juga memiliki kebebasan yang sama. Dengan adanya HAM diharapkan agar tidak
adanya diskriminasi atas jenis kelamin, ras, warna kulit, agama, dan budaya. HAM
merupakan alat peradaban di mana terdapat potret kebiadaban negara sudah berlangsung
jauh sebelum Perang Dunia II. Oleh karena itu, HAM isu HAM menjadi suatu gerakan global
untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih beradab.
Pengamatan umum tentang gagasan HAM yaitu dengan kemunculan dalam hukum
internasional yang perkembangnnya relatif masih baru meskipun gagasan HAM itu sudah
ada sejak dulu. Selain itu gagasan HAM itu merupakan moralitas mendasar yang mengakui
bahwa seorang manusia harus menjalani hidup sesuai dengan yang seharusnya yang di
dalamnya tidak melakukan pelanggaran ketentuan terhadap HAM. Oleh karena itu, setiap
manusia yang menerima gagasan tentang HAM harus mempunyai batas moral sebagai
landasan fundamental sebagai seorang manusia baik secara individu maupun secara kolektif
( Perry, 1998: 5).

RANGKUMAN
1. Banyak sekali para ahli di dunia internasional mengemukakan pendapat tentang
pengertian HAM. HAM secara etimologi yang menjalaskan hak merupakan unsur yang
bersifat normatif yang berfungsi sebagai pedoman untuk berperilaku, melindungi
kebebasan, serta adanya jaminan peluang bagi manusia dindalam menjaga harkat dan
martabatnya. Asasi merupakan hak yang paling menadasar yang dimiliki oleh
manusiasebagaifitrah sehingga orang lain tidak dapat mengintervensi maupun mencabut.
2. Gagasan mengenai HAM sudah ada sejak dulu, namun kemunculan HAM di dalam
hukum intenasional masih tergolong baru. HAM merupakan moralitas mendasar yang
mengakui bahwa seorang manusia harus menjalani hidup sesuai dengan yang seharusnya
yang di dalamnya tidak melakukan pelanggaran ketentuan terhadap HAM.
3. Tujuan adanya HAM adalah agar manusia di dalam kedudukannya di dalam hukum itu
sama dan tidak ada diskriminasi dalam hal apapun. Oleh karena itu, HAM isu HAM
menjadi suatu gerakan global untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih beradab.

KEGIATAN BELAJAR 2: SEJARAH HAM INTERNASIONAL

Mahasiswa yang budiman, sekarang ini kita akan mulai membahas tentang HAM
secara internasional dan akan kita krucutkan ke HAM di Indonesia. Oleh karena itu, Anda
perlu memahami sejarah HAM secara global terlebih dahulu kemudian mempelajarai HAM
yang ada di Indonesia. Setelah mempelajari kegiatan belajar kedua ini, maka diharapkan
Anda mampu: Menjelaskan sejarah HAM internasional dan di Indonesia.

A. HAM Internasional dan Indonesia


Menurut Linda Hajjar Leib (2011: 43-44) sepanjang sejarah HAM, ruang lingkup dari
HAM itu sendiri telah berkembang secara bertahap dan telah mencakup seluruh manusia
tanpa memandang ras, etnis, jenis kelamin, atau status sosial. Dalam upaya untuk
memperluas ruang lingkup HAM maka ada yang berpendapat bahwa perbedaan HAM
antara yang satu dengan yang lainnya terletak di dalam faktor manusia dalam bentuk
universal. Namun, argumen tersebut tidak dapat dipertahankan karena inti dari HAM adalah
tentang karakteristik yang melekat ada martabat manusia untuk memperbaiki ketidakadilan
antara manusia. Sehingga dengan adanya HAM diharapkan terdapat kesetaraan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya.
Polemik tentang HAM sudah dimulai sejak beberapa abad yang lalu di mana ada
kondisi yang membuat timbulnya pemikiran tentang HAM. Di Eropa Barat pemikiran
tentang HAM berawal sejak abad 17 dengan konsep timbulnya hukum alam serta hak-hak
alam, meskipun sebenarnya maslaah tentang HAM sudah mulai ada sejak abad pertengahan
di Inggris (Budiardjo, 2008: 2013). Manifestasi pemikiran mengenai HAM pada waktu itu
dirumuskan dalam Undang-undang seperti Bill of Rightdi Inggris pada tahun 1889, Declaration
des droits de I'hommeet du citoyen di Perancis 1789, serta Bill of Right of America pada tahun 1789.
Akan tetapi jauh sebelum hal itu semua pada tahun 1215 sudah muncul Piagam Agung
(Magna Charta) yang pada waktu itu lebih banyak terpengaruh dari natural law serta batasan
terhadap hak yang baru dibatasi terhadap hak muatan politis (Puspitasari, 2000: 49).
Mahasiswa yang budiman, mari kita akan membahas satu persatu mengenai isi dari
perjanjian-perjanjian tersebut di atas satu persatu sebelum kita akan melangkah ke diskusi
internasional yang terdapat di PPB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang telah menghasilkan
beberapa piagam yang bisa dijadikan acuan HAM secara universal.

1. Magna Charta (1215)


Magna Charta muncul karena adanya kesewenang-wenangan Raja Inggris mendorong
para bansawan agar mengadakan perlawanan dimana Raja dipaksa untuk menandatangani
piagam besar yang dikenal dengan Magna Charta yang berisi 63 Pasal. Tujuan dari hal
tersebut adalah untuk membela keadilan dan melindungi hak-hak para bangsawan yang di
dalam perkembangannya piagam ini berlaku bagi seluruh warga masyarakat. Esensi dari
piagam ini adaah untuk supremasi hukum di atas kekuasaan sehingga piagam ini menjadi
landasan terbentuknya pemerintahan monarki konstitusional (Wilujeng, 2013: 4). Isi secara
garis besar Magna Charta adalah sebagai berikut.
a. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan kebebasan
Gereja Inggris;
b. Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak. Para
petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.

2. Declaration des droits de I'hommeet du citoyen di Perancis (1789)


a. Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.
b. Manusia mempunyai hak yang sama.
c. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.
d. Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta
pekerjaan umum.
e. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.
f. Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
g. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
h. Adanya kemerdekaan surat kabar.
i. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.
j. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
k. Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan kerajinan.
l. Adanya kemerdekaan rumah tangga.
m. Adanya kemerdekaan hak milik.
n. Adanya kemedekaan lalu lintas.
o. Adanya hak hidup dan mencari nafkah.
Munculnya Declaration des droits de I'hommeet du citoyen di Perancis akibat
darikesewenang-wenangan Raja Lois XIV sehingga mendorong munculnya revolusi Prancis
dimana rakyat menyerang penjara Bastile yang merupakan simbol dari keabsolutan dari
penguasa. Semboyan dari revolusi Pransis adalah perasaan persaudaraan dan kebebasan
dalam perkembangannya ini menadi landasan perjuangan HAM di Perancis. Rvolusi dari
Pernacis ini diilhami oleh pemikiran J. J. Rousseau. Montesqieuw, dan Voltaire (Wilujeng,
2013: 4)

3. Bill of Right di Inggris(1889)


a. Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen;
b. Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing;
c. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
Dengan adanya Bill of Right telah membuat ruang partisipasi warga Inggris untuk ikut
dalam berpolitik di parleman, hal tersebut berlaku sejak Parlemen Inggris melakukan
ratifikasi terhadap piagam tersebut. Dengan adanya ratifikasi tersebut maka hak warga
masayarakat Inggris untuk berkecimpung dalam parlemen semakin terbuka lebar. Hal ini
menjadi cikal bakal demokratisasi yang ada di kerajaan Inggris. Bill of Right juga telah
menjadi salah satu hal yang mengakhiri periode monarki absolut Kerajaan Inggris yang
sudah berlangsung sampai dengan saat ini.
Upaya-upaya untuk memasukan ketentuan HAM dalam Kovenan Liga Bangsa-Bangsa
mempunyai rencana agar dibuat tetapi mengalami kegagalan. Akan tetapi usaha-usaha terus
berlangsung baik di dalam maupun di luar Liga Bangsa-Bangsa untuk mewujudkan HAM
secara internasional. Hal tersebut diwujudkan olehInstitute of International Law yang
merupakan sebuah badan swasta yang terdiri atas otoritas-otoritas terpandang dalam hukum
internasional di Eropa, Amerika, dan Asia pada tahun 1929 telah mengesahkan Deklarasi
Hak-hak Asasi Manusia (Declaration of the Right of Man) yang mengakui tugas tiap negara
untuk mengakui hak setara tiap individu atas hidup, kebebasan, dan kepemilikan (Baderin,
2010: 17). Pendekatan HAM untuk pembangunan didasarkan pada gagasan utama dari
kewajiban negara dan komunitas internasional agar mendapatkan kepastian bahwa warga
negara dapat mengklaim hak ekonomi sosial, dan budaya mereka yang bersamaan dengan
hak-hak sipil dan politik mereka sudah terpenuhi.
Pada abad ke-20 terdapat perumusan HAM yang monumental yaitu Franklin D.
Rooselvelt mengeluarkan empat kebebabasan manusia yang dilatar belakangi oleh situasi
politik yang terus mewarnai sepanjang perang dunia pertama dan perang kedua. Pada tahun
1941 Roesevelt meyampaikan gagasan mengenai HAM. Pada waktu itu telah terjadi
peperangan yang menyebabkan ribuan bahkan jutaan manusia menjadi korban. Kondisi ini
yang melatar belakangi kegelisahan nurani intelektula Roosevelt sehingga dengan lantang
mengatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menganut agama yang
diyakininya, kebebabasan berbicara dan menyatakan pendapat, bebas dari kekurangan dan
kemiskinan, serta bebas dari rasa takut (Puspitasari, 2000: 50)
Pada tahun 1946 merupakan awal dari deklarasi yang diadakan oleh UNESCO di mana
Jacques Maritain mengumpulkan sebuah komite untuk mengidentifikasi isu-isu teoritis
dalam framing piagam HAM untuk semua orang dan semua bangsa. Pekerjaan dari komite
HAM tersebut pindah ke PBB yang pada awalnya di tahun 1947 telah memberikan wewenang
pada anggotanya untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan pendahuluan Rancangan
HAM. Setelah pindah ke Komisi PBB, pekerjaan untuk menyusun suatu piagam HAM secara
universal pindah ke komite penyusunan resmi yang terdiri dari anggota delapan negara
bagian. Komisi yang merumuskan HAMtersebut anggotanya berjumlah 18 yang berasal dari
latar belakang politik, budaya, dan agama yang dipimpin oleh Eleanor Roosevelt yang
merupakan istri dari mantan Presiden Franklin D. Roosevelt (Brown, 2016- 29-30).
PPB telah menghasilkan beberapa piagam penting terkait dengan HAM antara lain
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), dua perjanjian yaitu Kovenan Hak Sipil dan
Politik, dan Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (1966), serta Deklarasi
Wina (1993). Di dalam Deklarasi Wina telah mencerminkan konsensus antara negara-negara
Barat dan Non Barat bahwa HAM nempunyaisifat yang universal sekalipun terdapat
beberapa perbedaan di dalam pengimplementasiannya dengan disesuaikan oleh kondisi dari
masing-masing negara. Pada tahun 2002 kemajuan di dalam konsep HAM sudah mencapai
tonggak baru dengan didirikannya International Criminal Court atau ICC yang mengadili
khusus kasus pelanggaran terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan peran (Budiardjo,
2008: 211).
Semua dokumen di bidang HAM Internasional sudah mewakili prisnsip-prinsip yang
sudah dibutuhkan dalam keamanan dan kesejahteraan tatanan sosial. Hal tersebut selaras
dengan apa yang diungkapkan oleh Farhad Malekian (2011: 109) menyatakan bahwa:
All these documents in the field of international human rights represent certain core
principles necessary for the security and well being of social structure. Some of them deal
especially with those consolidated principles of criminal jurisdiction which should be respected
by all legislations. They have not only emphasised the rights of every individual to security
and liberty, but also, the fact that all rights integrated in the documents are applied to
everyone without distinction to race, colour, sex, language, religion, political or other ethnic
background. Furthermore, they guarantee that no one shall be subjected to arbitrary arrest,
detention, exile or retroactive law. This also means that ‘Everyone is entitledin full equality
to a fair and public hearing by an independent and impartial tribunal, in the determination
of his rights and obligations and of any criminal charge against him.

Formulasi sejarah HAM di atas hampir sama dengan apa yang sudah dirumuskan oleh
para ulama terdahulu. Sesunggugguhnya jauh sebelum HAM yang dideklarasikan oleh PBB
dalam Universal Declaration of Human Right pada piagam PBB, Islam sudah menjunjung tinggi
tentang nilai-nilai tentang HAM yaitu, tindakan politis untuk menyusun masyarakat
Madinah yang tertuang ke dlam Piagam Madinah dan yang masuk didalam fatwa terakhir
Nabi Muhammad pada peristiwa Haji Wada’ yang terjadi 1400 tahun yang lalu seperti yang
dikutip oleh Hatamar Rasyid (2017: 3-4).
"Dengarlah ucapanku wahai Manusia, karena saya tidak tahu apakah saya akan
melihat kamu di sini tahun depan. Semua kebiasaan menyembah berhala telah
dilenyapkan di bawah kaki saya. Orang Arab tak lebih tinggi dari bangsa non-Arab,
dan kaum non-Arab tidak lebih tinggi dari bangsa Arab. Kamu semua adalah anak
Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Sungguh, seluruh Muslim adalah
bersaudara. Budak-budakmu, berilah makan sebagaimana kamu makan, dan berilah
pakaian sebagaimana kamu berpakaian. Permusuhan berdarah yang terjadi zaman
jahiliyah telah dilarang. Ingatlah Allah ketika kamu menggauli wanita. Kamu
mempunyai hak atas mereka dan mereka pun berhak atas kamu. Sesungguhnya,
kamu harus mempertimbangkan darah kamu masing-masing, hak milik, dan
kehormatan yang tak dapat diganggu gugat hingga hari Pengadilan. Dengan
sesungguhnya, seorang manusia hanya bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
Anak-anak tidak bertanggung jawab atas tindakan ayahnya, tidak juga ayahnya
bertanggung jawab atas kejahatan anaknya. Apabila seseorang budak Abesinia yang
cacat memegang kekuasaan atas kamu dan memimpin kamu sesuai dengan kitab
Allah, maka taatilah ia."

Dari isi khotbah tersebut dapat dilihat bahwa terdapat wasiat yang berisi penghormatan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan secara luas yang diejawantahkan melalui HAM. Hal ini
tampak bahwa di dalam khotbah Nabi di Haji Wada’ terkandung mengenai hak hidup, hak
pemilika harta, dan hak kehormatan laiinya dilindungi oleh hukum Islam. Oleh karena itu, di
sini dapat dilihat bahwa sebelum HAM dengan konsep Barat yang secara resmi
dideklarasikan oleh PBB maka Islam terlebih dahulu mengakui HAM secara universal.
Di sini sudah jelas bahwa jauh sebelum tonggak sejarah HAM dari Barat umat muslim
sudah mempunyai tonggak sejarah HAM terlebih dahulu. Selain itu apabila kita mencermati
Piagam Madinah maka di situ bukan hanya terdapat hak tetapi juga terdapat kewajiban-
kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang disebut di dalam Piagam Madinah.
Pada sejarah HAM di dalam Islam adalah keseimbangan antara Hak dan Kewajiban yang bisa
dilihat dari isi Piagam Madinah. Dengan demikian, terdapat keadilan di dalam kehidupan
bermasyarakat dan aan terdapat saling menghargai satu sama lain yang hal ini berbeda
dengan konsep HAM dari barat yang hanya fokus ke dalam hak individu saja.
Demikianlah perkembangan HAM Internasional baik sejarah HAM dari perspektif
Barat atau dari perspektif Islam. Kita sebagai akademisi harus kritis dalam menyikapi tentang
HAM. Dengan adanya sejarah HAM baik dari Barat maupun dari Islam mahasiswa yang
budiman akan bisa merenungkan dan menarik kesimpulan bahwa pengakuan tentang HAM
ada sebelum HAM berkembang di dunia Barat. Peristiwa penting dalam perkembangan
HAM menurut sejarah Islam adalah ketika disusunnya Piagam Madinah dan pada waktu
khotbah Nabi Muhammad saw. di Haji Wada’.

B. HAM di Indonesia
Ketika kita berbicara mengenai HAM di Indonesia akan kita bisa jelaskan bahwa di
Indonesia HAM mengalami pasang surut dalam penegakannya. Di era reformasi ini HAM
ingin lebih memajukan HAM, namun masih banyak pelanggaran hak secara vertikal maupun
secara horizontal. HAM di Indonesia bersumber pada Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa
dan negara yang secara konseptual HAM yang terkandung dalam Pancasila telah
mengakomodasi manusia sebagai makluk yang monodualis (sebagai makluk individu dan
makluk sosial). Pengakuan HAM di dalam Pancasila terdapat di sila-sila Pancasila yang
dijabarkan ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia hasil amandemen
Pasal 27 sampai Pasal 31 yang di situ sudah jelas bahwa negara mengakui adanya hak serta
negara menjamin hak tersebut.
Perjuangan HAM di Indonesia dimulai pada saat masa penjajahan Belanda yang pada
waktu itu masayarakat dibagi menjadi tiga strata sosial. Pembedaan strata sosial tersebut
mempunyai implikasi yang luas yang terjadi di masyarakat. Terdapat diskriminasi di segala
bidang baik diskriminasi politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Pembagian strata sosial
tersebut di bagi menjadi tiga, yaitu masyarakat Eropa sebagai kelas pertama, masyarakat
Timut Asing (China, India Arab) sebagai kelas dua, dan masyarakat pribumi sebagai
masyarakat kelas tiga.
Munculnya diskriminasi tersebut telah membuat pertentangan harkat dan martabat
manusia sebagai makluk Tuhan yang sederajat. Kondisi semacam inilah yang telah membuat
para pejuang Bangsa Indonesia mengangkat senjata. Tonggak-tonggak perjuangan HAM di
Indonesia menurut (Sri Rahayu Wilujeng, 2013: 6) adalah sebagai berikut.
1. Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908) sebagai tonggak tidak adanya sifat kedaerahan yang
dibuktikan dengan peleburan organisasi-organisasi yang bersifat kedaerahan melebur
menjadi satu menjadi Budi Utomo. Hal ini bisa dilihat bahwa semangat ingin
menghilangkan perlawanan HAM di bidang suku, agama, dan ras.
2. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) sebagai tonggak berdirinya suatu bangsa. Di dalam
Sumpah pemuda melakukan persamaan manusia sebagai satu kesatuan bangsa dalam
wadah Indonsia.
3. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945); merupakan puncak perjuangan untuk
menghapuskan penjajahan dengan penetapan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 yang didalamnya terkandung pengakuan HAM.
Di era reformasi ini HAM semakin gencar ditegakan meskipun masih terdapat
kekurang di dalam penegakaannya namun aturan untuk HAM semakin dipertegas di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia hasil dari amandemen yang pasal-pasal
mengenai HAM ditambah serta dipertegas lagi ke dalam undang-undang yang dikeluarkan
oleh rezim reformasi. Berikut ini undang-undang yang mengatur tentang yaitu sebagai
berikut.
1. UU Nomor 5 Tahun 1998 yang berisi tentang ratifikasi terhadap aturan anti kekejaman,
penyiksaan, perlakuan, atau penghukuman yang kejam, tidak berperikemanusiaan, dan
merendahkan martabat;
2. UU Nomor 9 TAhun 1998 yang berisi tentang kebebasan menyatakan pendapat;
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 yang mengatur tentang hak dan kewajiban buruh di Indonesia;
4. UU Nomor 8 Tahun 1999, berisikan tentang hak dan perlindungan konsumen;
5. UU Nomor 19, 20, dan 21 Tahun 1999, berisi tentang perburuhan. Dalam hal ini UU
mengatur tentang penghapusan ekrja paksa, upah minimum pekerja, dan diskriminsai
dalam pekerjaan;
6. UU Nomor 26 Tahun 1999, berisikan tentang pencabutan hukum subsversi yang
dianggap membatasi hak berpendapat;
7. UU Nomor 39 Tahun 1999 berisikan tentang HAM;
8. UU Nomor 40 Tahun 1999, berisikan tentang pers, hak dan kewajibannya;
9. UU Nomor 26 TAhun 2006, berisikan tentang pengadilan terhadap pelanggar HAM.
Masiswa yang budiman, pengaturan perlindungan HAM di Indonesia sudah banyak
namun seperti yang sudah saya katakan di atas bahwa pengakan HAM masih belum seratus
persen tuntas. Selain itu jauh sebelum peraturan perundang-undangan tersebut dibuat
meskipun di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum
amandemen sudah terdapat pasal jaminan tentang HAM, namun terdapat banyak kasus
pelangaran HAM yang sampai sekarang belum bisa dituntaskan. Pelanggaran HAM tersebut
antara lain:
1. Peristiwa Tanjung Priok (1984);
2. Kasus pembunuhan Marsinah (1993);
3. Peristiwa Trisakti (12 Mei 1988);
4. Penculikan Aktivis Pro Demokrasi (1997-1998);
5. Tragedi Semanggi I (13 November 1998);
6. Tragedi Semanggi II (24 September 1999);
7. Kasus Pembunuhan Munir (7 September 2004).
Demikianlah contoh kasus pelanggran HAM di Indonesia baik pada waktu jaman Orde
Baru maupun setelah reformasi. Yang disebutkan di atas hanya sebagian saja dan masih
banyak lagi contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Kasus-kasus tersebut
sekarang ini seperti tidak pernah bisa diselesaikan dan semakin ngambang tanpa kejelasan.
Begitu dahsyatnya HAM dalam aspek kehidupan manusia namun masih banyak terjadi
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh sesama manusia. Sebagai pembelajaran kepada kita
agar kita senantiasa menghargai hak-hak orang lain dan juga kita harus menajalankan
kewajiban kita sebagai umat manusia dengan sebaik mungkin agar negara tidak chaos.

RANGKUMAN
Perkembangan HAM di Eropa Barat di mulai sejak abad ke 17 yang secara tertulis dimulai
dengan ditandatangani perjanjian Magna Charta di Inggris pada Tahun 1215 antara Raja Jonh
dengan sejumlah kaum bangsawan Inggris. Setelah perang dunia ke II menimbulkan
keinginan untuk merumuskan HAM secara universal yang kemudian pada Tahun 1948
lahirlah Universal Declaration of Human Right yang merupakan produk kerja dari
Commission on Human Right (Komisi Hak Asasi Manusia) yang didirikan oleh PBB pada
Tahun 1946

DAFTAR PUSTAKA

An-Naim, Abdullah Ahmad. (1999). Dekonstruksi Syariah.Yogyakarta: LKiS.

Malekian, Farhat. (2011). Human Right Law. Boston: Brill.

Brown, Gordon. (2016). The Long and Influential Life of the Universal Declaration of Human Rights.
United Kingdom: Open Book Publisher.

Halili. (2015). Hak Asasi Manusia: Dari Teori ke Pedagogi. Buku Ajar: Fakultas Ilmu Sosial.

Rasyid, Hatamar . (2017). Esensi Ham Dalam Islam Dan Relevansinya Dengan Demokrasi.
Jurnal Kependidikan dan Sosial Agama, 3, 1, 1-19.

Vander Ven, Johanes A.. (2010). Human Rights or Religious Rules?. Boston: Brill.

El-Fadl, Khalid M. Abou. (2005). The Great Theft Wrestling Islam from the Extremists, United
State: HarperCollins Publishers.

Yuliarso, Kurniawan Kunto dan Prajatno, Nunung. (2015). Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 8, 3, 291-308.

Leib, Linda Hajjar. (2011). An Overview Of The Characteristics and Controversies Of human Rights.
Boston: Brill.
Baderin, Mashood A.. (2003). Hukum Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam. (Terjemahan
Musa Kazhimdan Edwin Arifin). Jakarta: Komisi Hak Asasi Manusia.

Perry, Michael J.. (1998). The Idea of Human Right. New York: Oxford University Press.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Madjid, Nurcholish. (1997). “Memahami Kembali Pidato Perpisahan Nabi”, Makalah KKA
seri ke-120/Tahun XII.

Rohidin. (2015). Konstruksi Baru Kebebasan Beragama. Yogyakarta: FH UII Press.

Rudini. (1994). Atas Nama Demokrasi Indonesia. Yogyakarta: Bigraf.

Puspitasari, Sri Hastuti. (2000). Perlindungan HAM Dalam Bermasyarakat Bernegara. Jurnal
Hukum, 7, 14, 46-61.

Wilujeng, Sri Rahayu. (2013). Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Aspek Historis dan Yuridis.
Jurnal Humanika, 18, 2, 1-10.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia.

Fitria, Vita. (2007). Islam dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Humanika, 7, 1, 1-11.

Wijaya, Daya Negri. (2014). Jonh Locke Dalam Demokrasi, 8, 1, 13-22.

GLOSARIUM

Amandemen adalah hak untuk mengusulkanperubahan rancangan undang-undang.


Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb).
Haji wada’ adalah haji perpisahan merupakan haji terakhir bagi Muhammad yang
dilaksanakan pada tahun 10 Hijriyah (632 Masehi).
Politik adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang
sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan).
Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan dl suatu masyarakat atau negara
yg meliputi bidangsosial, politik, atau agama.

Anda mungkin juga menyukai