Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan telah lama telah lama ada sebelum pemerintahan kolonial

Belanda berkuasa di Nusantara. Pada masa Praaksara, pendidikan memiliki tiga

sifat, yaitu sebagai berikut: pertama, bersifat praktis dengan keterampilan yang

diajarkan terutama keterampilan yang berguna untuk hidupnya. Kedua, bersifat

imitatif, yaitu meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Dan ketiga, bersifat

statis, yaitu hanya terbatas pada kemampuan orangtua yang tetap. 1 Selanjutnya

pada masa Hindu Buddha lembaga pendidikannya dikenal dengan nama

padepokan, sedangkan pada masa Islam, lembaga pendidikannya disebut

pesantren. Ketiga macam pendidikan di atas masih bersifat tradisional dan

belum memiliki kurikulum formal sebagai dasar pengajaran. Sebelum abad ke-

20 umat Islam Indonesia hanya mengenal satu jenis lembaga pendidikan yang

disebut “lembaga pendidikan asli”, yakni sekolah-sekolah agama Islam dalam

berbagai bentuknya.2

Pembangunan sekolah oleh pemerintah Belanda di Indonesia merupakan

suatu kegiatan dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi bumi putera

di daerah jajahan termasuk di Yogyakarta. Sekolah yang didirikan antara lain

sekolah-sekolah kelas satu pada tahun 1850 dan sekolah-sekolah desa tiga
1
Muhammad Rifa’i, Sejarah Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2016), hlm. 14-15.
2
Mochtar Lubis, Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1987), hlm.176.

1
tahun pada tahun 1907 atas perintah Gubernur Jendral van Heutsz.3 Bahasa

Belanda merupakan pelajaran penting yang harus diberikan, bahkan menjadi

bahasa pengantar pelajaran. Selain mewajibkan bahasa Belanda, pemerintah

kolonial juga memberikan corak dan sifat kebudayaan bangsa Belanda, lebih

tepatnya menanamkan pengaruh budaya Barat dalam pelaksanaan pendidikan

pribumi. Pada tahun 1919 berdiri sekolah menengah tingkat atas yang dikenal

dengan Algeme Middelbare School (AMS).4

Berdirinya sekolah-sekolah bersifat Barat tersebut tidak memperhatikan

keberadaan agama Islam sebagai agama yang banyak dianut oleh penduduk

pribumi. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda, terlihat

bahwa sekolah-sekolah Belanda tidak mengajarkan pendidikan agama.

Penekanan pendidikan hanyalah untuk menjadi pegawai Belanda dan sistem

pendidikannya disusun menurut perbedaan lapisan sosial masyarakat.

Pendidikan diukur dan diarahkan kepada pembentukan suatu elite sosial untuk

selanjutnya dipergunakan sebagai alat bagi kepentingan supremasi politik dan

ekonomi Belanda di Nusantara.5 Melihat keadaan seperti itu, maka organisasi-

organisasi swasta yang pada masa itu ikut menyelenggarakan pendidikan yang

bersifat nasional untuk mengubah keterbelakangan rakyat Indonesia.

3
Sri Sutjianingsih dan Sutrisno Kuntoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa
Yogyakarta, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Investarisasi
dan Dokumentasi Kebudayaan daerah, 1980/1981), hlm. 58.
4
AMS merupakan sekolah yang lebih tinggi dari MULO. Pada zaman Jepang
disebut Sekolah Menengah Tinggi dan pada zaman Kemerdekan disebut Sekolah
Menengah Atas dan sebagai persiapan untuk universitas di Nederland. (Nasution, Sejarah
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 141.
5
Muhammad Yusron Asrofie, K.H. Ahmad Dahlan: Pemikiran dan
Kepemimpinannya, (Yogyakarta: Yogyakarta Ofsett, 1983), hlm. 15.

2
Dan lahirlah sekolah-sekolah partikelir (swasta) atas usaha para perintis

kemerdekaan. Sekolah-sekolah itu semula memiliki dua corak, yaitu pertama

sesuai dengan haluan politik seperti Taman Siswa yang mula-mula didirikan di

Yogyakarta, Sekolah Sarikat Rakyat di Semarang yang berhaluan komunis,

Ksatrian Institut yang didirikan oleh Dr. Douwes Dekker di Bandung, dan

Perguruan Rakyat di Jakarta dan Bandung. Kedua, sesuai dengan tuntutan

ajaran agama (Islam), yaitu Sekolah-sekolah Serikat Islam, Sekolah-sekolah

Muhammadiyah, Sumatera Tawalib di Padang Panjang, Sekolah-sekolah

Nahdatul Ulama, Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI), Sekolah-

sekolah Al Jami’atul Wasliyah, Sekolah-sekolah Al-Irsyad, Sekolah-sekolah

Normal Islam, dan masih banyak lagi sekolah-sekolah lain yang didirikan oleh

organisasi Islam maupun perorangan di berbagai kawasan kepulauan Indonesia

baik dalam bentuk pondok pesantren maupun madrasah.6

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi besar pada masa itu juga

mendirikan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah berlipat ganda banyaknya dari

masa penjajahan Belanda dahulu. Menurut siaran Muhammadiyah (Edisi

Oktober) banyak sekali jumlah sekolah/madrasah Muhammdiyah. Salah satu di

antaranya adalah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta. 7 Di

mana Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang dahulu awalnya

bernama Al-Qismu Arqa dan sempat berganti nama menjadi Kweekschool

Islam dan Kweekschool Istri dan sampai akhirnya berganti nama menjadi

6
Zuharini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara., 2008), hlm.
158-159.
7
Ibid, hlm. 177-178.

3
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah untuk putera dan Madrasah Mu’allimat

untuk putri pada Kongres Muhammadiyah ke 23 di Yogyakarta pada tahun

1934.

Perkembangan Madrasah M’allimin Muhammdiyah ini juga berjalan

sangat pesat, di mana sekolah ini menerima santri dari daerah mana saja.

Bahkan salah satu dari santri ini adalah bapak Dawam Rozie. Bapak Dawam

Rozie ini setelah lulus dari Madrasah Mu’allimin Yogyakarta berniat untuk

mendirikan sekolah di daerahnya. Di mana Galur daerah tempat beliau tinggal

ini, belum ada satupun sekolah yang sangat penting bagi pendidikan. Oleh

karena itu beliau mendirikan kelas jauh (Vilial) dari Madrasah Mu’allimin

Yogyakarta di Wanapeti, Galur. Madrasah ini menjadi cikal bakal bagi

Madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur. Madrasah yang berdiri di pada

5 Juli 1932 ini sangat diminati banyak masyarakat sekitar daerah tersebut.

Mulai dari masyarakat Galur, Lendah, Sentolo bahkan dari Bantul seperti

Srandakan, dan Pandak juga bersekolah di sini. Dikarenakan pada saat itu

belum ada sekolah lain yang bisa mereka gunakan untuk belajar. Bahkan bapak

AR. Fachrudin yang merupakan tokoh Muhammadiyah juga lulus dari sekolah

ini.8

Perkembangan madrasah ini terus berjalan, namun sejak tahun 1945

sampai dengan 1968, sekolah/lembaga pendidikan guru banyak sekali jenisnya

yang itu mengikuti kebutuhan guru menurut jenjang sekolah. Salah satunya

pendidikan guru yang berada di bawah pembinaan Departemen Agama, yaitu

8
Tim, Reuni dan Milad ke-52 Madrasah Darul Ulum Pak AR Lulusan Pertama
beri Pengajian, Majalah Suara Muhammadiyah, Vol II Juli tahun 1984, hlm. 3.

4
Pendidian Guru Agama (PGA) 4 dan 6 tahun yang lulusannya disiapkan untuk

menjadi guru agama SD, SLTP dan SLTA.9 Sehingga pada tahun 1959

Madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur berubah menjadi PGA Darul

‘Ulum Muhammadiyah agar siswa lulusan dari madrasah ini bisa diterima

menjadi guru agama di manapun dan memiliki pengetahuan umum juga. Dan

hampir semua lulusan PGA ini menjadi guru agama di sekolah-sekolah yang

ada. Namun pada tahun 1977, hampir bersamaan dengan alihfungsi SPG/SGO,

PGA juga dialihfungsikan, yaitu PGA 4 tahun menjadi MTs dan PGA 6 tahun

menjadi MA.10 Sesuai dengan alihfungsi tersebut, maka pada tahun 1977 PGA

Darul ‘Ulum ini berganti nama menjadi Madrasah Aliyah dan Madrasah

Tsanawiyah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur.11 Hal ini sesuai dengan

keputusan Depertemen Agama tahun 1978, bahwa Departemen Agama

melakukan reorganisasi sehingga jenis lembaga pendidikan di lingkungan

Departemen Agama antara lain madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah,

madrasah aliyah dan PGAN. Setelah pembukaan Perguruan tinggi Islam yang

di dalamnya terdapat fakultas tarbiyah (pendidikan), keberadaan PGA tidak

ditambah bahkan dikurangi. Lembaga pendidikan guru yang beragam jenisnya

yang bersifat swasta termasuk PGA, diubah menjadi MA dan Mts.12 Oleh

9 Dedi Supriadi dkk, Guru di Indonesia: Pendidikan, Pelatihan, dan


Perjuangannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hlm. 78.

10
Ibid.
11
Bapak Agus Rohib Rozie, wawancara pada Ahad 20 Mei 2018.
12
Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia abad 20 : Pergumulan
antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 245.

5
karena menariknya kajian mengenai pendidikan guru agama di Indonesia

maka, penulis ingin melakukan penelitian mengenai PGA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur tahun 1959-1977.

Penelitian sejarah dibatasi oleh tempat dan waktu. Batasan tempat

penelitian ini karena PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur hanya ada di

Kulon Progo yang terletak di selatan dan utara lapangan Karangsewu (sekarang

menjadi MTs dan MA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur serta bertambahnya

SMK Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur). Sementara batasan waktu antara

tahun 1959-1977. Tahun 1959 diambil sebagai awal penelitian karena pada saat

itu baru saja keluar surat keputusan PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah

Majelis Pengajaran yang membagi Darul ‘Ulum menjadi dua tingkat yaitu

Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) yaitu kelas I sampai dengan kelas

IV, Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) yaitu kelas V dan VI. Keputusan itu

muncul disebabkan pemerintah sudah mendirikan PGA (Sekolah Pendidikan

Guru Agama) dan pada waktu itu Madrasah Darul ‘Ulum berkembang sangat

pesat dan alumni madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah banyak dibutuhkan

terutama dalam pendidikan agama. Selanjutnya tahun 1977 digunakan sebagai

batas akhir penelitian karena ini saat itu PGA Darul ‘Ulum mengalami

penurunan dan kemunduran yang disebabkan banyak hal. Dan diputuskanlah

status PGA dirubah dan dijadikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul ‘Ulum

dan Madrasah ‘Aliyah (MA) yang juga sesuai dengan alih fungsi SGO/SPG

dan PGA oleh pemerintah.13

13
http://mts-du.mysch.id/sejarah

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul di atas, maka penulis bermaksud

mencari jawaban atas masalah-masalah berikut.

1. Bagaimana Pendidikan Guru Agama pada masa awal kemerdekaan

Indonesia?

2. Bagaimana Latar Belakang berdirinya PGA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur tahun 1959?

3. Bagaimana sistem Pendidikan PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah

Galur tahun 1959-1977?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan kemampuan berpikir secara analitis, objektif dan

sistematis dalam penulisan karya sejarah.

b. Menerapkan metodologi penelitian sejarah dalam mengkaji suatu

peristiwa sejarah secara mendalam yang telah didapatkan selama

kuliah.

c. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang

sejarah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pendidikan Guru Agama pada masa awal kemerdekaan

Indonesia.

b. Mengetahui latar belakang berdirinya PGA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur tahun 1959.

7
c. Mengetahui sistem pendidikan PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah

Galur tahun 1959-1977.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pembaca

a. Memberikan wawasan sejarah pendidikan khususnya mengenai

sejarah Pendidikan Guru Agama pada masa awal kemerdekaan

Indonesia.

b. Memberikan wawasan mengenai sejarah berdirinya PGA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur tahun 1959.

c. Memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang sistem pendidikan

PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur tahun 1959-1977.

2. Bagi Penulis

a. Sebagai tolak ukur kemampuan penulis untuk meneliti, menganalisis,

membaca sumber-sumber sejarah, dan merekonstruksinya menjadi

suatu karya sejarah.

b. Memberikan wawasan sejarah yang kritis dan berfaedah bagi penulis

terutama sejarah pendidikan Islam di Indonesia.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang kesejarahan

PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur.

8
E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau literatur yang

menjadi landasan pemikiran dalam penelitian.14 Kajian pustaka memiliki

peran penting dalam proses penelitian sejarah sebagai sarana untuk

menelaah literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian.15

Literatur atau pustaka yang memuat informasi atau data-data yang lengkap

terkait hal yang dikaji dapat digunakan untuk membantu dalam memahami

judul penelitian yang dipilih oleh peneliti. Adapun pustaka yang digunakan

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Rumusan masalah yang pertama akan dikaji dari beberapa pustaka di

antaranya: untuk mengkaji kondisi pendidikan guru di Yogyakarta masa

pada masa awal kemerdekaan yaitu buku yang berjudul “Guru di Indonesia :

Pendidikan, Pelatihan, dan Perjuangannya sejak Zaman Kolonial hingga era

Reformasi”. Buku ini mengkaji mengenai sejarah pendidikan, pelatihan dan

perjuangan guru di Indonesia, dari masa kolonial hingga reformasi. Buku

lainnya adalah “Sejarah Pendidikan di Indonesia zaman kemerdekaan 1945-

1966”. Buku ini menjelaskan mengenai sejarah pendidikan yang terdapat di

Indonesia pada masa kemerdekaan.

Rumusan masalah yang kedua akan dikaji dari beberapa pustaka di

antaranya: untuk mengkaji kondisi perkembangan pendidikan Islam

14
Tim Penyusun, Pedoman Penulisam Tugas Akhir Skripsi Program Studi
Pendidikan Sejarah FIS UNY “Jenis Penelitian Historis, Kualitatif, Kuantitatif, dan
PTK”, (Yogyakarta: Prodi Pendidikan Sejarah, 2013), hlm. 3.
15
Ririn Darini, Pedoman Penulisan Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2009), hlm. 2.

9
Indonesia khususnya hingga berdirinya PGA secara umum, dan PGA Darul

‘Ulum secara khususnya yaitu buku yang berjudul “Sejarah Pendidikan

Islam di Indonesia” diterbitkan oleh Penerbit Mutiara. Buku ini

menggambarkan secara luas tentang sejarah pertumbuhan dan

perkembangan pendidikan Islam di beberapa daerah di Indonesia termasuk

pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam mulai

dari surau, pesantren, madrasah, maupun sekolah-sekolah Islam lainnya.

Buku lainnya adalah “Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20:

Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas” diterbitkan oleh Kencana.

Buku ini mengkaji mengenai madrasah sebagai salah satu pendidikan Islam

yang sudah tersebar luas di Indonesia. Madrasah juga sebagai simbol

sekaligus identitas lembaga pendidikan di dunia Islam. Di Indonesia sendiri,

lembaga pendidikan Islam berkembang dengan keragaman. Selain madrasah

juga ada pesantren, meunasah, dan surau.

Rumusan masalah yang ketiga akan dikaji dari beberapa pustaka di

antaranya: untuk mengkaji sistem pendidikan PGA, khususnya PGA Darul

‘Ulum Muhammadiyah Galur yaitu buku yang berjudul “Paradigma Baru

Pendidikan Muhammadiyah”. Buku ini mengkaji mengenai paradigma baru

yang ingin dikedepankan Muhammadiyah pada pendidikan saat ini dan

selanjutnya. Dengan paradigma ini, segala cita-cita dan tujuan serta visi dan

misi pendidikan Muhammadiyah yang membuat semakin sistematis dan

terencana dan akan sampai pada tujuan yang sebenarnya. Buku ini juga

menulis berbagai hal tentang pendidikan Muhammadiyah mulai sejak awal

10
hingga masa kontemporer, termasuk di dalamnya perjalanannya,

kondisinya, serta paradigmanya hingga mengenai kondisi pendidikan

Muhammadiyah dengan perjalanan sejarahnya. Buku lainnya adalah

“Pendidikan Indonesia dari Jaman ke jaman” yang diterbitkan oleh Balai

Pustaka. Buku ini mengkaji mengenai perkembangan pendidikan secara

menyeluruh dan sepanjang masa yang masih dapat dijangkau yaitu dari

sebelum datangnya Belanda hingga sekarang.

F. Historiografi yang Relevan

Tugas sejarawan adalah mengungkap peristiwa sejarah. 16 Karya

sejarah akan lebih jelas dan bermakna untuk diteliti apabila mengungkapkan

historiografi yang relevan dalam tahapan penelitiannya. Historiografi

merupakan rekonstruksi melalui proses menguji dan menganalisis secara

kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau.17 Sedangkan

historiografi yang relevan itu menjelaskan mengenai kajian-kajian historis

dengan tema atau topik yang sama, yang pernah dilakukan sebelumnya.

dalam bagian ini juga dijelaskan apa yang membedakan dan kesamaan

antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang mendahului.18

Adapun Historiografi relevan yang digunakan dalam skripsi ini sebagai

berikut.

16
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah: Historical Explanation, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008), hlm. 99.
17
Louis Gottschalk, Understanding of History, Ter. Nugroho Notosusanto,
Mengerti Sejarah, (Jakarta: UII Press, 1986), hlm. 32.
18
Tim Penyusun, Pedoman Penulisam Tugas Akhir Skripsi Program Studi
Pendidikan Sejarah FIS UNY “Jenis Penelitian Historis, Kualitatif, Kuantitatif, dan
PTK”, (Yogyakarta: Prodi Pendidikan Sejarah, 2013), hlm. 3.

11
Pertama, skripsi tidak diterbitkan oleh Ambar Ariyani yang berjudul

Sejarah Pendidikan Muhammadiyah Tahun 1923 sampai 1987 di

Yogyakarta Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, tahun 1989. Skripsi

ini menjelaskan mulai dari keadaan umum pendidikan Islam di Indonesia

awal abad ke-20 hingga pendidikan Islam model Muhammadiyah.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ambar Ariyani dengan peneliti

adalah terletak pada tempat (DIY) serta sama-sama membahas mengenai

pendidikan Muhammadiyah. Adapun perbedaannya terletak pada objek

kajiannya yang mana penelitian Ambar Ariyani meneliti mengenai Sejarah

Pendidikan Muhammadiyah di Yogyakarta secara umum sementara penulis

hendak mengkaji salah satu sejarah lembaga pendidikan Muhammadiyah di

DIY yaitu PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur. Selain itu periodisasi

yang digunakan juga berbeda, penelitian Ambar Ariyani anatara tahun 1923

sampai 1987, sementara penulis membatasi penelitian dari tahun 1959-1977.

Kedua, skripsi tidak diterbitkan oleh Joko Purwanto yang berjudul

Model Pembaharuan Pendidikan Islam Oleh Muhammadiyah di Indonesia

Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, tahun

1998. Skripsi ini menjelaskan sejarah berdirinya Muhammadiyah dan

pembaharuan pendidikan Islam, perkembangan pendidikan Muhammadiyah

hingga perkembangan jenis sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Joko Purwanto dengan peneliti

adalah terletak pada tempat (DIY) serta sama-sama membahas mengenai

pendidikan Muhammadiyah. Adapun perbedaannya terletak pada objek

12
kajiannya yang mana penelitian Joko Purwanto meneliti mengenai Model

Pembaharuan Pendidikan Islam oleh Muhammadiyah di Yogyakarta

sementara penulis hendak mengkaji sejarah lembaga pendidikan

Muhammadiyah di DIY yaitu PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur.

Ketiga, skripsi tidak diterbitkan oleh Salis Mustani yang berjudul

Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1932-1978,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, tahun 2002. Skripsi ini

menjelaskan tentang berdirinya Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah dari

awal hingga perkembangan selanjutnya. Persamaan penelitian yang

dilakukan oleh Salis Mustani dengan peneliti adalah terletak pada tempat

(DIY) serta sama-sama membahas mengenai sejarah lembaga pendidikan

Muhammadiyah. Adapun perbedaannya terletak pada objek kajiannya yang

mana penelitian Salis Mustani meneliti mengenai sejarah Madrasah

Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta sementara penulis hendak

mengkaji sejarah PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur.

G. Metode Dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Setiap ilmu memiliki metode penelitian sendiri, tanpa metode

kumpulan pengetahuan tentang objek tertentu dapat dikatakan sebagai

ilmu, sekalipun masih ada syarat yang lain.19 Sejarah sebagai disiplin

ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mengungkapkan peristiwa

19
Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Majid, Pengantar lmu Sejarah,
(Yogyakarta: Ombak, 2008), hlm. 40.

13
sejarah masa lampau agar menghasilkan karya sejarah yang kritis, ilmiah,

dan objektif. Metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan teknis

tentang bahan, interpretasi dan penyajian sejarah.20 Sedangkan menurut

Kuntowijoyo metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan teknis

tentang bahan, kritik, dan interpretasi sejarah serta penyajian dalam

bentuk tulisan.21 Menurut Kuntowijoyo ada lima tahap dalam penelitian

sejarah yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi,

interpretasi, dan penulisan.22

a. Pemilihan Topik

Pemilihan topik ini merupakan tahap pertama dalam penelitian

sejarah, karena sejarah memiliki suatu tema. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan dalam mencari dan mengumpulkan sumber atau data

sejarah yang akan digunakan dalam penelitian. Ada dua kedekatan

yang digunakan dalam pemilihan topik yaitu:23

1) Kedekatan Emosional, guna kedekatan ini adalah subyektif dan

obyektif sangat penting karena orang hanya akan bekerja kalau dia

senang. Kedekatan emosional bisa juga akibat adanya ketertarikan

20
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm. 12.
21
Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah,
(Yogyakarta: Ombak, 2015), hlm. 42.
22
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,
1995), hlm. 90.
23
Ibid, hlm. 70

14
pribadi peneliti dengan yang akan ditelitinya. 24 Kedekatan

emosional dalam penelitian ini karena adanya ketertarikan penulis

terhadap pendidikan Muhammadiyah di DIY, khususnya di Galur

yang di mana daerah Galur merupakan daerah peneliti tinggal dan

sekolah Darul ‘Ulum juga tempat peneliti menuntut ilmu.

2) Kedekatan Intelektual, guna kedekatan ini adalah guna kedekatan

ini adalah subyektif dan obyektif sangat penting karena orang

hanya akan bekerja kalau dia dapat/mampu dengan tidak mengubah

sejarah menjadi pengadilan.25 Kedekatan Intelektual dalam hal ini,

karena penulis merupakan mahasiswa pendidikan sejarah. Penulis

juga telah diberi pengetahuan terkait sejarah pendidikan di

Indonesia dalam perkuliahan.

b. Heuristik

Heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber

sejarah yang sesuai dengan tema penelitian. Tahap ini menyita banyak

waktu, biaya, tenaga dan pikiran juga perasaan.26 Sumber sejarah

disebut juga data sejarah. Dalam bahasa Latin datum artinya

pemberian yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang

ditulis. Sumber menurut bahannya ada dua yaitu tertulis (dokumen

atau lainnya) dan tidak tertulis (artefact dan lsinnya). Ada juga

24
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm.
70-71.
25
Ibid, hlm. 72.
26
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012) hlm. 67.

15
sumber lisan (seperti hasil wawancara) serta sumber kuantitatif (arsip

atau catatan lainnya). Beberapa klasifikasi sumber sendiri menurut

Helius Sjamsudin adalah mutakhir/kontemporer dan lama, formal dan

informal, pembagian menurut asal, isi, tujuan, yang masing-masing

dibagi-bagi lebih lanjut menurut waktu, tempat, dan cara atau

produknya.27

Pencarian sumber dilakukan di berbagai tempat seperti di MTs

dan MA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur; Perpustakaan Pimpinan

Pusat Muhammadiyah Yogyakarta; Perpustakaan Ignatius;

Perpustakaan Pusat UNY; Perpustakaan FIS UNY; Perpustakaan dan

Laboratorium Pendidikan Sejarah UNY; dan Perpustakaan Kota

Yogyakarta.

Sumber sejarah terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber sejarah yang apabila disampaikan oleh

saksi mata.28 Adapun sumber primer yang peneliti gunakan adalah

sebagi berikut.

1) Piagam pendirian perguruan Muhammadiyah No. 3369/II. 168/

DIY.32/ 79. Berisi tentang pengesahan pendirian/perubahan

Madrasah Tsanawiyah Darul ‘Ulum Muhammadiyah dari PGA

Darul ‘Ulum Muhammadiyah oleh Pimpinan Pusat

Muhammadiyah.

27
Ibid, hlm. 14.
28
Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, op.cit, hlm. 44.

16
2) Piagam Madrasah No. 77/004/c/77 dari Departemen Agama

untuk Madrasah Tsanawiyah Darul ‘Ulum Muhammadiyah

Galur untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran dan diperbolehkan mengikuti ujian persamaan

madrasah negeri.

3) Wawancara dengan Bapak Agus Rohib selaku anak dari pendiri

Madrasah Darul ‘Ulum dan siswa PGA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur.

4) Wawancara dengan bapak Suwardjana selaku direktur Pondok

Pesantren Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur periode 1978-

2003, di mana pondok ini yang menaungi Madrasah Darul

‘Ulum Muhammadiyah Galur.

5) Majalah Suara Muhammadiyah tahun terbit Juli 1984, tentang

pernyatan bahwa AR. Fachrudin adalah alumnus pertama dari

Madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur.

Sedangkan sumber sekunder yang peneliti gunakan adalah

sebagai berikut:

Arief Subhan. 2012. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia abad 20 :

Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas. Jakarta: Kencana.

Dedi Supriadi dkk. 2003. Guru di Indonesia: Pendidikan, Pelatihan, dan

Perjuangannya, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga

Kependidikan.

17
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah

Pertumbuhan Dan Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Helius Sjamsuddin dkk. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia zaman

kemerdekaan 1945-1966. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Sejarah Nasional.

Mahmud Yunus. 1979. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

Mutiara.

Muhammad Rifa’i. 2016. Sejarah Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz

Media.

Muhammad Yusron Asrofie. 1983. K.H. Ahmad Dahlan: Pemikiran dan

Kepemimpinannya. Yogyakarta: Yogyakarta Ofsett.

Sri Sutjianingsih dan Sutrisno Kuntoyo. 1980. Sejarah Pendidikan Daerah

Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Proyek Investarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah.

Sumarsono Moestoko. 1986. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman.

Jakarta: Balai Pustaka.

Zuharini dkk. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

c. Verifikasi (Kritik Sumber, Keabsahan Sumber)

Ada dua macam kritik sumber yaitu pertama adalah otentisitas

(keaslian sumber/kritik ekstern). Melalui pengecekan pada misal

dokumen, harus dilihat kondisi fisiknya, bahan kertasnya, warnanya,

tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-

katanya, hurufnya dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui

18
otentisitasnya.29 Misalnya saja dalam majalah Suara Muhammadiyah

terbit bulan Juli 1984 yang penulis temukan, penulis melakukan

pengecekan dengan melihat kondisi fisik, bahan kertas, dan warna

kertas yang masih kuning itu menandakan sejaman dengan masa itu.

Juga dilihat gaya bahasa, serta hurufnya itu menandakan sejaman

dengan tahun 1984.

Sedangkan kedua adalah kredibilitas (bisa dipercaya/kritik

intern). Apabila suatu sumber sudah otetik baru dipertanyakan

kebenarannya. Apakah isi informasi itu benar ataukah salah.30

Contohnya, peneliti menemukan berita dalam majalah suara

Muhammadiyah pernyataan bahwa mengenai bapak A.R Fachrudin

adalah alumnus pertama yang lulus dari Madrasah Darul ‘Ulum

Muhamamdiyah Galur. Setelah terbukti bahwa majalah itu otentik,

maka penulis melihat apakah benar ada Madrasah Darul ‘Ulum

Muhammadiyah di Galur, melalui pengecekan di Badan Amal Usaha

Muhammadiyah. Dan dari hasil pengecekan ditemukan bahwa

Madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah merupakan salah satu badan

amal usaha Muhammadiyah di dalam pendidikan.

d. Interpretasi (analisis dan sintesis)

Sering disebut dengan biang subyektivitas. Tanpa penafsiran

sejarawan data tidak bisa berbicara. Interpretasi bisa melalui dua hal

29
Kuntowijoyo, op.cit. 77
30
Ibid, hlm 77-78.

19
yaitu pertama analisis (menguraikan) dari kemungkinan-kemungkinan

dari sumber-sumber yang ada dan yang kedua adalah sintesis

(menyatukan) dari banyak data yang ditemukan.31

e. Historiografi (penulisan)

Dalam penulisan sejarah aspek kronologi sangat penting.

Penyajian penelitian dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1)

Pengantar, (2) Hasil Penelitian, dan (3) Simpulan.32

2. Pendekatan Penelitian

Untuk mempermudah penelitian ini maka pendekatan-pendekatan

yang nantinya diharapkan dapat menjadi jembatan penyeberangan

pembaca dalam memahami apa yang ingin disampaikan oleh tulisan ini.

Di mana pendekatan penelitian menjelaskan sudut pandang yang

diginakan oleh penulis untuk menemukan fakta-fakta yang utuh.33 Dalam

penulisan ini peneliti akan menggunakan berbagai pendekatan seperti

sosiologi dan politik.

a. Pendekatan Sosiologi

Pendekatan sosiologi adalah pendekatan yang digunakan

mengungkap unsur sosial, jaringan interaksi, struktur organisasi, pola

31
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm.
78-79.
32
Ibid, hlm. 80-81
33
Tim Penyusun, loc.cit.

20
kelakuan, dan sistem sosial.34 Teori sosiologi yang digunakan adalah

teori sosiologi fungsional struktural yang dicetuskan oleh Emile

Durkheim dan Max Weber. Di mana dari teori fungsional struktural

ini akan juga berkaitan dengan stratifikasi sosial. Stratrifikasi sosial ini

dianggap sebagai suatu kenyataan universal untuk mempertahankan

keberlangsungan hidup suatu masyarakat.35 Pendidikan itu akan

mengantarkan seseorang untuk memperoleh status yang tinggi dan

memperoleh kesamaan kesempatan untuk semua pesertanya.

Pendekatan sosiologi akan membantu mengungkapkan bagaimana

pendidikan bisa merubah status sosial para pesertanya. Pendekatan

sosiologi ini digunakan untuk melihat bagaimana suatu sekolah atau

lembaga pendidikan seperti PGA bisa menghasilkan lulusan yang

akan menjadi pendidik agama bagi sekolah-sekolah lain di masanya

setelah munculnya kebijakan adanya pelajaran agama di sekolah-

sekolah.

b. Pendekatan Politik

Pendekatan politik adalah pendekatan berdasarkan aktivitas atau

sikap yang berhubungan dengan kekuasaan atau relasi kuasa dan

bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau

34
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta:
Gramedia Pustaka, 1993), hlm. 87.
35
Muhammad Rusydi Rasyid, Pendidikan dalam Perspektif Teori Sosiologi,
Auladuna, Vol 2 No, 2, 2015, hlm. 276-278.

21
mempertahankan bentuk susunan masyarakat.36 Teori politik yang

digunakan adalah teori politik dari Miriam Budiarjo. Menurut Miriam

Budiarjo, politik merupakan berbagai macam kegiatan pada suatu

sistem politik yang menyangkut proses dalam menentukan tujuan-

tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakannya.37 Dalam penelitian

ini, pendekatan politik digunakan untuk mengungkapkan kebijakan-

kebijakan-kebijakan pemerintah atau penguasa mengenai pendidikan.

Di antaranya adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan

dengan lembaga pendidikan di awal kemerdekaan hingga tahun 1977.

Kebijakan-kebijakan tersebut berpengaruh pada eksistensi dan juga

fungsi lembaga-lembaga pendidikan salah satunya Pendidikan Guru

Agama (PGA). PGA merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam

Muhamadiyah yang bercorak modern.38

36
Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta: Rajawali, 1995), hlm. 87.
37
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1980),
hlm. 8.
38
Hamdan, Paradigma Baru Pendidikan Muhammadiyah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009), hlm. 25-27.

22
H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dalam penulisan ini akan dibagi menjadi lima

bagian agar memudahkan untuk memahami isi dari skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diawali dengan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, historiografi

yang relevan, metode penelitian, pendekatan penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II PENDIDIKAN GURU AGAMA PADA MASA AWAL

KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada bab ini menjelaskan mengenai kondisi pendidikan guru agama

pada masa awal kemerdekaan, serta masalah-masalah pendidikan guru

agama pada masa awal kemerdekaan.

BAB III LATAR BELAKANG BERDIRINYA PGA DARUL ‘ULUM

MUHAMMADIYAH GALUR 1959

Pada bab ini menjelaskan mengenai biografi bapak Dawam Rozie

selaku pendiri Madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur, latar belakang

berdirinya PGA Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur, hingga kondisi PGA

Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur setelah tahun 1959.

23
BAB IV SISTEM PENDIDIKAN PGA DARUL ‘ULUM

MUHAMMADIYAH GALUR 1959-1977

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai sistem pendidikan PGA

Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur yang meliputi kurikulum, murid, guru,

buku pelajaran dan gedung sekolah, hingga perkembangan PGA Darul

‘Ulum Muhammadiyah Galur.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini adalah bab penutup dari penelitian ini. Bab ini berisi tentang

jawaban dari rumusan masalah yang dikemukakan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. 2015. Pengantar Ilmu Sejarah.

Yogyakarta: Ombak.

Arief Subhan. 2012. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia abad 20 : Pergumulan antara

Modernisasi dan Identitas. Jakarta: Kencana.

Dedi Supriadi dkk. 2003. Guru di Indonesia: Pendidikan, Pelatihan, dan Perjuangannya,

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.

Deliar Noer. 1995. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta: Rajawali.

Hamdan, 2009, Paradigma Baru Pendidikan Muhammadiyah, Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah pertumbuhan

dan perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

____. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

____. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

____. 2008. Penjelasan Sejarah: Historical Explanation. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Louis Gottschalk. 1986. Understanding of History, Ter. Nugroho Notosusanto, Mengerti

Sejarah. Jakarta: UII Press.

Miriam Budiarjo. 1980. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Mochtar Lubis. 1987. Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Muhammad Rifa’i. 2016. Sejarah Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

25
Muhammad Yusron Asrofie. 1983. K.H. Ahmad Dahlan: Pemikiran dan

Kepemimpinannya. Yogyakarta: Yogyakarta Ofsett.

Nasution, 2011, Sejarah Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Ririn Darini. 2009. Pedoman Penulisan Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.

Sartono Kartodirjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:

Gramedia Pustaka.

Soegarda Poerbakawatja. 1970. Pendidikan dalam Alam Indonesia. Jakarta: Gunung

Agung.

Sri Sutjianingsih dan Sutrisno Kuntoyo. 1980. Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek

Investarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Tim Penyusun, 2013, Pedoman Penulisam Tugas Akhir Skripsi Program Studi

Pendidikan Sejarah FIS UNY “Jenis Penelitian Historis, Kualitatif, Kuantitatif,

dan PTK”, Yogyakarta: Prodi Pendidikan Sejarah.

Zuharini dkk. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Jurnal:

Muhammad Rusydi Rasyid. 2015. Pendidikan dalam Perspektif Teori Sosiologi,

Auladuna, Vol 2 No, 2.

Majalah:

Tim, 1984, Reuni dan Milad ke-52 Madrasah Darul Ulum Pak AR Lulusan Pertama beri

Pengajian, Majalah Suara Muhammadiyah, Vol II Juli tahun 1984, hlm. 3.

26
Web:

http://mts-du.mysch.id/sejarah

Wawancara:

wawancara singkat dengan Bapak Agus Rohib Rozie, selaku putera dari pendiri

Madrasah Darul ‘Ulum Muhammadiyah Galur dan murid PGA Darul ‘Ulum

Muhammadiyah Galur

27

Anda mungkin juga menyukai