Standar Pelayanan Medis SPM Dan Standar PDF
Standar Pelayanan Medis SPM Dan Standar PDF
ABORTUS
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
badan anak kurang dari 1000 gram.
Abortus komplit:
Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu.
Abortus inkomplit:
Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri, sebagian lagi masih tertinggal.
Abortus insipiens:
Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri.
Abortus imminens:
Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan per vaginam ostium masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Missed Abortion :
Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 0 minggu, akan hasil konsep seluruhnya masih tertahan dalam kandungan
selama 8 minggu atau lebih.
Abortus habitualis:
Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih.
Abortus Infeksiosus:
Abortus yang mengalami infeksi
Definisi :
Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu . Pendarahan per vaginam,
mungkin disertai jaringan hasil konsepsi. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas
Kriteria Diagnosa : simpisis.
1. Kehaliman ektopik
2. Hipermenore
3. Abortus mola hidatidosa
4. Mioma uteri bertangkai
Diagnosa Banding :
Diperlukan pada abortus imminens, abortus habitualis dan missed abortion
a. pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup,
menentukan prognosis
Pemeriksaan penunjang :
b. Pemeriksaan darah
c. Tokolitik
e. Antiprostaglandin 3x500mg
Amoxycicillin 4×500 5 hr
2. Kosongkan uterus
4. Amoxycicillin 4×500 5 hr
V. Missed abortion
Mengeluarkan jaringan nekrosis
v Pemeriksaan faal hemostasis
Kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi dapat segera dikeluarkan.
Sebaiknya bila kadar fibrinogen rendah, perbaiki dulu dengan cara memberikan
fibrinogen kering atau darah segar.
Kehamilan < 12 minggu langsung kuretase
Kehamilan > 12 minggu misoprostol 1 tab/ intra vaginal/tiap 6 jam/ 1hari dilanjutkan
dengan drip oxytosin dan kuretase
Terapi Disarankan monitoring fibrinogen serum
Ada 3 penyulit:
a. Anemia
Penyulit
Biasanya anemia post hemorragia. Pengobatannya adalah pemberian darah atau
komponen darah.
b. Infeksi
Kasus abortus yang datang dalam keadaan infeksi harus mendapat payung antibiotik
dulu, sebelum dilakukan evakuasi. Sedangkan tindakan evakuasi sendiri dapat
menimbulkan infeksi. Untuk itu perlu diberikan antibiotika profilaksia.
c. Perforasi
Pemberian uterotonik
Kuretase secara sistematis dan lege artis.
Informed Consent Perlu, sebelum dilakukan kuretase
Konsultasi Tidak ada
Lama Perawatan Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat, kecuali ada komplikasi
Masa Pemulihan Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling lama 2 minggu
Output Sembuh
PA Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab, Patologi anatomi bila fasilitas memungkinkan
Otopsi -
2. Jones, G.C. Jones H.W. Infertility recurret dan spontaneous abortion, In: Novak‘s
Textbook of Gynaecology, tenth edition, p.659-730 William & Wilkins,
Baltimore/London 1961
3. Pritchard Abortion, In: William Obstetrics (ed by Prichard and Mac Donald
16th ed.537-618, Apleton Century Crofs, New York 1980
Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S. Kelainan dalam lamanya kehamilan In:
Ilmu Kebidanan, Edisi II, hal 258-277, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 1981
KEHAMILAN EKTOPIK
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplikasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uteri.
Yang termasuk kehamilan ektopik adalah:
a. kehamilan abdominasi
e. kehamilan ovarialal
g. kehamilan komu
h. kehamilan serviks
Anamnesis
a. Amenorea atau terlambat haid
b. Timbul sinkop dan gejala abdomen akut. Keadaan ini disebabkan pendarahan intra
peritoneal yang mendadak serta terjadinya hipovolemia pada sirkulasi.
c. Nyeri perut, terutama nyeri unilateral. Gejala ini spesifik untuk kehamilan tuba,
tetapi nyeri bisa juga bilateral, dibawah perut pada 20-25% penderita ada juga yang
mengeluh nyeri bahu. Keadaan ini timbul jika pendarahan peritoneum sudah mengiritasi
diafragma.
d. Pendarahan vagina atau sepoting. Gejala pendarahan dan atau pendarahan bercak
ini timbul hampir pada 75% kasus yang timbul 1 atau 2 minggu setelah keterlambatan
haid. Sekalipun demikian riwayat keterlambatan haid 6 – 8 minggu sebelum gejala sakit
perut atau pendarahan vagina.
Perasaan enek, muntah dan rasa tegang pada mammae serta kadang-kadang gangguan
defekasi.
Pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda syok
Hipotensi
Takikardi
Pucat, ekstremiktas dingin
b. Abdomen akuta
Pemeriksaan Ginekologi:
Terlihat kantong gestasi di luar kavum uteri dan atau deteksi genangan cairan di kavum
douglasi pada KE yang telah terganggu.
c. Pemeriksaan Kuldosentesis
d. Pemeriksaan Laparoskopi
Pemeriksaan laporoskopi kelalinan KET, infeksi pelvik, kisto ovarium segera dapat
dibedakan dengan jelas.
Pemeriksaan penunjang :
Standar tenaga : Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Perawatan RS : Segera dirawat
Prinsip umum penatalaksanaan:
a. Segera dibawa ke rumah sakit
b. Transfusi darah dan pemberian cairan untuk mengkoreksi anemia dan hipovolemia
- Fundektomi bila masih muda untuk kemungkinan masih bisa dapat haid
- Eksisi bila kerusakan pada kornu kecil dan kornu dapat direparasi.
Kehamilan Abdominal:
- Bila mudah kantung dan plasenta diangkat
- Bila besar atau susah (kehamilan abdominal lanjut), anak dilahirkan dan tali pusat
dipotong dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup.
Terapi
Penyulit Syok yang irreversible, perlekatan, obstruksi usus, infertilitas
Informed Consent Perlu
Konsultasi Bagian bedah
Lama Perawatan Tanpa penyulit umumnya pasien pulang hari ke 6
Masa Pemulihan Optimal 6 minggu
Output
PA Pemeriksaan jaringan yang diangkat waktu operasi
Otopsi
1. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2. Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF Hypertensiv disorder in pregnancy. William
obstetric 20th Ed 718-723, 1997
3. Friedman E.A. Gynecology Decision making, The C.V. Mosby Company-Saint Louis-
Toronto-London, 1983, p. 166-167.
4. Russell J.B. The ethiology of ectopic pregnancy. Clin. Obstet & Gynec. 30, No. 1, 191-
190: March 1987.
5. Seppala M., Purthonen M. The Use of HCG and other pregnan4 proteins in the diagnosis
of ectopic pregnancy. Clin. Obstet & gynec. 30, No. 1, ‘148-154 : March 1987.
6. Wectein L.N. Clinical diagnosa of ectopic pregnancy. Clin Obstet & Gynec., 30, No. 1,
Referensi 236-244, March 1987
HYPEREMESIS GRAVIDARUM
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Adalah keadaan dimana penderita muntah-muntah yang berlebihan lebih dari 10 kali
Definisi : dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan penderita
Muntah-muntah yang sering sekali
Perasaan tenggorokan kering dan halus
Kulit dapat menjadi kering ( tanda dehidrasi)
Berat badan turun dengan cepat
Kriteria Diagnosa : Pada keadaan yang berat timbul ikterus dan gangguan saraf.
Diagnosa Banding : Hepatitis dalam kehamilan
Urine
Pemeriksaan penunjang : Liver fungsi
Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Perawatan RS : Segera
Segera penderita dirawat, berikan cairan per infus ( glucose 5 – 10 % dan NaCL
fisiologik)
Obat anti emetik, intra muskuler atau per infus. Penderita dipuaskan sampai muntah
telah berkurang, diukur jumlah muntah ( cairan yang dimuntahkan) dan cairan yang
Terapi diberikan dan diuresis dalam 24 jam. Ukur balans cairan setiap hari.
Bila tidak berat tidak ada
Penyulit Bila berat: dehidrasi, gangguan fungsi hepat dan febris.
Informed Consent Perlu
Penyakit Dalam
Penyakit Jiwa
Konsultasi Spesialis Saraf
Ringan : 7 hari
Lama Perawatan 1. Berat : Tergantung dengan penyulit yang telah didapat.
Masa Pemulihan Sampai usia kehamilan tinggal 4 minggu
Output Baik pada umumnya kecuali yang sudah berat betul
PA Tidak ada
Otopsi -
1. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2. Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF Hypertensiv disorder in pregnancy. William
Referensi obstetric 20th Ed 718-723, 1997
1 Nama Penyakit : ABORTUS
2 Definisi : Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram.
Abortus komplit:
Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
Abortus inkomplit:
Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri, sebagian lagi masih
tertinggal.
Abortus insipiens:
Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih di dalam
kavum uteri.
Abortus imminens:
Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan per vaginam
ostium masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Missed Abortion :
Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 0 minggu, akan hasil konsep seluruhnya masih tertahan
dalam kandungan selama 8 minggu atau lebih.
Abortus habitualis:
Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih.
Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu . Pendarahan per
vaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi. Rasa sakit atau keram
perut di daerah atas simpisis. Diagnosis abortus imminems ditentukan
3 Kriteria Diagnosa : karena pada wanita hamil.
Abortus komplit
Abortus inkomplit
Abortus insipiens
Abortus imminens
Abortus missed abortion
4 Diagnosa Banding : Kehaliman ektopik terganggu.
Diperlukan pada abortus imminens, abortus habitualis dan missed abortion
c. pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup, menentukan prognosis
Disertai syok karena pendarahan, segera diberikan infus intra vena NaCl
fisiologi atau cairan Ringer yang selakas mungkin dan disusul dengan
darah. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan pasca tindakan disuntikkan
intramuskuler ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus..
V. Missed abortion
e. Infeksi
Kasus abortus yang datang dalam keadaan infeksi harus mendapat payung
antibiotik dulu, sebelum dilakukan evakuasi. Sedangkan tindakan evakuasi
sendiri dapat menimbulkan infeksi. Untuk itu perlu diberikan antibiotika
profilaksia.
f. Perforasi
Pemberian uterotonik
9 Penyulit : Kuretase secara sistematis dan lege artis.
10 Informed Concent : Perlu, sebelum dilakukan kuretase
11 Konsultasi : Tidak ada
12 Lama Perawatan : Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat, kecuali ada komplikasi
13 Masa pemulihan : Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling lama 2 minggu
14 Output : baik
15. PA : Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab, Patologi anatomi bila fasilitas
memungkinkan
16 Otopsi : -
Rawat di RS
Antibiotika kalau ketuban pecah < 6 jam (ampisilin atau eritromicin bila tidak tahan
ampisilin).
Umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi.
Bila sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada usia kehamilan 35 minggu
pertimbangan untuk terminasi kehamilan sangat tergantung pada kemampuan
perawatan. Pada usia kehamilan 34 minggu berikan steroid selama 7 hari, untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau mungkin diperiksakan kadar lesitin dan spingomeilin
tiap minggu.
B.Aktif:
Kehamilan : 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan induksi dengan oksitosin,
bila gagal à seksio sesarea.
Pada keadaan CPD, letak lintang seksio sesarea
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
a. Bila pelvik skor < 5, diakhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Referensi
PERSALINAN PRETERM
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Persalinan neonatus pada usia kehamilan antara 22 dan 37 minggu lengkap, atau antara
140 dan 259 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Mayor :
- Kehamilan multiple
- Hidramnion
- Anomaly uterus
- Iritabilitas uterus
Minor :
- riwayat pielonefritis
- Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai: 1 atau lebih faktor resiko mayor; atau
2 atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
- usia kehamilan antara 22 dan 37 minggu lengkap, atau antara 140 dan 259 hari.
- Kontraksi uterus (his) teratur, sedikitnya setiap 7-8 menit sekali
1. Golongan beta-mimatik :
Salbutamol (Salbron, Salbuven):
Per infus : 20-50 µg/menit
Terapi
Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari (untuk rumatan)
1.
Terbutalin (Bricasma)
Per infus : 10-25 ug/menit (maksimal 80 ug/menit)
1. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 g/iv : pemberian bolus selama 20-30 menit infuse 2-4 g/jam (rumatan)
Efek samping : edema paru, letargia, nyeri dada, depresi pernapasan (pada ibu dan bayi)
1.
Mutlak : gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak
Relatif : gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, pembukaan
serviks lebih dari 4 cm.
- Pemeriksaan kesejahteraan janin : USG, KTG
Cara Persalinan : janin presentasi kepala : per vaginam, dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
- Janin sungsang
Kontra indikasi partus per vaginam lainnya (letak lintang, plasenta previa, dll). Lindungi
bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37Cه
Pada bayi :
- sindroma gawat napas
- perdarahan intracranial
- trauma persalinan
- sepsis
- gangguan neurology
Penyulit
Informed Consent Perlu, tertulis
- Dokter Spesialis Anak
- Dokter Spesialis kebidanan, khususnya perinatologi
PERDARAHAN
ANTE PARTUM
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Definisi : Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
Anamnesis
a. Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih
Obstetrik :
Periksa luar :
- Bagian bawah janin belum /sudah masuk BAP.
Kriteria Diagnosa :
- Ada kelainan letak atau tidak ?
Inspekulo : pendarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina?
Pendarahan fornises : hanya dikerjakan pada presentasi kepala.
PMDO : Bila akan mengakhiri kehamilan
persalinan.
USG
Solusio plasenta
Batasan : terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/corpus uteri
sebelum janin lahir.
a. Ringan:
Pendarahan kurang dari 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan. Janin
hidup, pelepasan plasenta kurang dari 1/8 bagian permukaan, kadar fibrinogen ≥ 250
mg%
b. Sedang:
Pendarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdpt tanda pra renjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ – 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen 120-150
mg%
c. Berat:
Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda rejatan, biasanya janin telah mati,
pelepasan plasenta bisa terjadi lebih dari 2 x 3 bagian permukaan atau keseluruhan
bagian permukaan.
Plasenta Previa:
Batasan :
Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir
Vasa Previa :
Batasan:
Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban dimana pembuluh darahnya diantara lapisan
amnion dan korion melalui pembukaan serviks.
Diagnosa Banding :
a. Laboratorium
Hemogoblin, hematorik, rombosit, waktu pembekuan darah, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, elektrolit plasma.
b. Kardiotokografi
c. USG
I. Solusi Plasenta
A. Ringan :
Ekspektatif
- tunggu persalinan spontan, bila ada perbaikan, pendarahan berhenti, kontraksi
uterus tidak ada, janin hidup
- Tirah baring
- Atasi anemia
Aktif
- Mengakhiri kehamilan, bila ada perburukan, perdarahan berlangsung terus, kontraksi
uterus terus berlangsung, dapat mengancam janin/ibu
- Bila pendarahan dan pelvik score < 5 atau persalinan masih lama> 6 jam seksio
sesarea.
B. Sedang/ Berat:
Resusitasi cairan
Atasi anemia ( transfusi darah)
PDMO:
a. Plasenta previa : partus per abdominal
A. Bila perdarahan sedikit : dirawat sampai usia kehamilan > 36 minggu, mobilisasi
bertahap. Bila ada kontraksi, lihat penanganan persalinan preterm
- resusitasi cairan
- Atasi anemia
Terapi
- PDMO
A. Solusio Plasentae
Partus per abdominal bila persalinan per vaginam diperkirakan berlangsung lama
B. Plasenta Previa
C. Vasa Previa
2. Terdapat Renjatan
1. Solusio plasenta
- Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah.
- Bila renjatan tidak teratasi, upayakan tindakan penyelamat yang optimal. Bila
renjatan dapat diatasi pertimbangkan untuk partus per abdominal bila janin masih hidup
atau bila persalinan per vaginam diperkirakan berlangsung lama
1. Plasenta previa
- Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah.
- Bila tidak teratasi upayakan penyelamat optimal, bila teratasi partus per
abdominal.
A. Karena penyakit:
Pada ibu:
Renjatan
Gagal ginjal akut/akut tubular nekrosis
DIC ( Disseminated Intra vascular Coagulation)
Plasenta acreta
Atonia uteri Uterus coubelaire
Asfiksia
BLLR
Penyulit RDS
B. Karena Tindakan/terapi
Pada Ibu :
Reaksi tranfusi
Kelebihan cairan
Renjatan
Infeksi
Pada Janin :
Asfiksia
Infeksi
Informed Consent Diperlukan secara tertulis saat pasien masuk
Konsultasi Spesialis Anak, Spesialis Anestesi, Spesialis Penyakit Dalam.
Lama Perawatan 7 hari (tanpa komplikasi)
Masa Pemulihan 6 Minggu setelah tindakan / melahirkan
Komplikasi : diharapkan minimal/tidak ada
Output Kesembuhan : diharapkan sempurna.
PA -
Otopsi -
1. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William. Obstetrics. Eigteenth Ed. Appleton & lange,
1989.
2. Friedman, Acker, Sachs, Obstetrical Decision Making. Second Ed. Manly, Graphic
Asian Edition, 1988.
RUPTURA UTERI
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Robeknya dinding uterus, pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa
Definisi : robeknya peritoneum visceral.
- Sakit perut mendadak
- Perdarahan pervaginam
- Renjatan yang cenderung tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar karena
adanya perdarahan intraabdominal
- Sepsis
- Renjatan Irreversibel
Penyulit
Informed Consent Perlu
Konsultasi -
Lama Perawatan 1 minggu
Masa Pemulihan 3 bulan
- sembuh total
- sembuh parsial
- Fistula vesiko-vagina.
Output
PA Jaringan uterus yang diangkat
Otopsi -
.1. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William. Obstetrics. Eigteenth Ed. Appleton &
lange, 1989.
2. Friedman, Acker, Sachs, Obstetrical Decision Making. Second Ed. Manly, Graphic
Asian Edition, 1988.
Referensi
- abses peri-apendikuler.
- mioma uteri.
- hidrosalping.
- perforasi apendik.
Diagnosa Banding :
- perforasi divertikel/abses divertikel.
- Ultrasonografi; bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau adanya masa di
adneksa, melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi
kemajuan terapi.
- Punksi Douglas dilakukan bila pada VT : cabum Douglas teraba menonjoL Pada
ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada ATO yang
pecah atau pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70% kasus.
Pemeriksaan penunjang :
Standar tenaga : Dokter Kebidanan dan Kandungan
Perawatan RS : 7 hari atau lebih tergantung komplikasi
Curiga ATO utuh tanpa gej ala :
- Antibiotika, dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
- Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari ata.u makin membesar
adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut, dengan kemungkinan untuk laparatomi.
- Masuk Rumah Sakit, tirah baring posisi ‖semi Fowler‖, observasi ketat tanda vital
dan produksi urine, periksa lingkar abdomen, k/p pasang infus PZ.
Gentamin 55 mg/kg BB/hari, iv/im. Terbagi dalam 2x/hari selama 5-7 hari
dan Metronida7ole I gr rek.sup 2 xihari atau,
Kloramfenikol 50 mg/kg BB/hari, iv selama 5 hari
Terapi - k/p dilanjutkan laparatomi : SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ genitalia
interna.
ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laparatomi, pasang drain, kultur
nanah.
- syok sepsis, abses intra abdominal, abses subkronik, abses paru / otak.
Penyulit
Informed Consent Perlu sebelum dilakukan tindakan
Konsultasi Penyakit dalam, bedah, anastesi
Lama Perawatan 7 hari atau lebih
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Sembuh, berulang, menetap
PA Perlu
Otopsi -
1. Hutabarat H; Radang dan beberapa penyakit lain in pada alat genitalia wanita, dalam
Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 1982. Edisi pertama, hal. 233.
2. Jones III, HW : Tubolarian Abscess, in Novak‘s Textbook of Gynecbtogy, William
A,
Cynningham F.C.: Pelvic infection, ini Current Obstetrics & Gynaecdlogic Diagnosis
PARTUS KASEP
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
Definisi : berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak
. Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi :
1. Dehidrasi : nadi cepat dan lemah.
2. Meteorismus.
3. Febris.
Kriteria Diagnosa : 1. Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau kadang bercampur
mekonium.
2. His hilang.
didorong ke atas.
vagina.
ireguler.
yang konvulsive).
1. Dehidrasi
2. Panas
3. Meteorismus
4. Syok
5. Anemia
6. Oliguria.
II. Palpasi
- Takikardi / bradikardi
- Ireguler
2. Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim belum robek, tetapi mudah
didorong bila rahim sudah robek, disertai keluarnya darah.
4. Pemberian kalori.
5. Pemberantasan infeksi.
6. Penurunan panas. ‗
l. Sebab kemacetan.
Sebaiknya perbaiki dulu keadaan ibu dengan cepat ( dalam waktu 2-3 jam ), kemudian
dilanjutkan tindakan mengakhiri persalinan.
Perawatan RS :
1. Perbaikan keadaan umum ibu.
Terapi 1. Pasang infus set / ―blood transfusion set‖ yang cukup adekuat ( No. 16-18 ) dan
kateter urine ( ditampung ).
- Dextrose 5 – 10 % : 500 cc
a. Urine produksi
3. Koreksi asam basa dengan dengan pengukuran C02 darah dan pH ( bila perlu ).
- Ampicillin 3 x I gr/hari selama 2 hari, dilanjutkan 4 x 500 mg/hari per.os selama 3 hari
dan
Gentamisin 60-80 mg, 2-3 x sehari selama 5 hari, atau Sefalosporin generasi III 1 gr, 2-3
x sehari selama 5-7 hari.
Kombinasi dengan :
- Kompres basah.
Pengakiran persalinan
Ibu .
1. Infeksi sampai sepsis.
II. Anak
3. Trauma persalinan :
Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.
LETAK SUNGSANG
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Disebut letak sungsang apabila janin terlihat membujur dalam rahim dengan bokong pada
bagian bawah.
- Tergantung dari bagian janin mana yang terendah, dapat dibedakan :
a. letak bokong
c. letak kaki
Definisi :
Pemeriksaan fisik.
1. Palpasi
Kriteria Diagnosa : Leopold II : teraba punggung disatu sisi, bagian-bagian kecil disisi lain. Leopold III
dan IV: bokong teraba dibagian bawah rahim.
2. Ultrasonografi
Dipertahankan untuk :
- konfirmasi letak janin apabila pemeriksaan fisik tidak jelas. – menentukan letak plasenta.
- Bila pada kehamilan 28-30 minggu masih didapatkan letak sungsang, maka dilakukan
ultrasonografi untuk mencari kemungkinan adanya kelainan letak plasenta ( plasenta previa
), cacat bawaan atau kelainan bentuk rahim.
- Apabila pada pemeriksaan USG tidak ditemukan kelainan, maka dicoba / dilakukan versi
luar ke letak kepala ( tanpa paksaan ).
Dengan catatan : bahwa tidak didapatkan suatu kontra indikasi untuk tindakan versi luar (
VL ).
- Apabila versi luar gagal, penderita diminta kontrol seminggu kemudian dan dicoba versi
luar ( VL ) sekali lagi, bila gagal maka VL tidak dilakukan lagi.
2. Persalinan
2.1. Pada kasus dimana versi luar berhasil, maka penatalaksanaan persalinan seperti pada
letak kepala. ,
2.2. Pada kasus dimana versi luar gagai / janin tetap letak, sungsang, maka penetalaksanaan
persalinan lebih waspada.
Terapi a. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar / berbahaya ( Feto Pelvic Disporposi atau skor
Zatuchni Andros kurang dari 3).
- primigravida
- multigravida ( Kala I )
3. Pada dasarnya oksitosin drip pada letak sungsang tidak dianjurkan oleh karena deteksi
kemungkinan adanya CPD / FPD sulit
0 1 2
Paritas Primi Multi -
Pernah su Tidak 1x >2x
Stasion < -3 –2 4
Dilatasi 2 3 4
Syarat : Z.A. skor hanya berlaku untuk kehamilan aterm atau EFW diatas 2500 gram. Skor
kurang dari 3 : persalinan perabdominan.
3. Friedman, Acker, Sachs. Obstetrical Decision Making. Second ed. Manly Graphic Asian
Edition 19.88. .
4. Pritchard, J.A. Mc. Donald, PC, Gant, NF,. William Obstetrics 17 th ed Appleton -
Century, Crafts, Norwalk, 1985, pp 651-659.
Referensi
POST DATE
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Kehamilan Post Date ialah : Kehamilan yang lamanya melebihi 42 minggu ( 294 hari )
dihitung dari hari pertama haid terakhir atau 14 hari setelah perkiraan tanggal persalinan
yang dihitung menurut rumus NAEGELE, dengan asumsi siklus haidnya 28 hari.
Definisi :
Untuk membuat diagnosis kehamilan post date diperlukan kecermatan dalam
menentukan usia kehamilan yang tepat. .
2. Apabila tidak dilakukan pencatatan pada usia kehamilan muda maka Akan terlambat
untuk mengatakan suatu kehamilan menjadi post date.
3. Menentukan usia kehamilan secara tepat memang tidak mudah terutama bila Hari
Pertama Menstruasi terakhir tidak jelas.
4. Data lain yang mungkin dapat membantu dalam menentukan umur kehamilan ialah
riwayat penggunaan obat-obat induksi ovulasi, pemakaian hormonal kontrasepsi dan saat
mulai dirasakannya gerakan janin oleh si ibu (‖Quikening‖).
Pengukuran fundus uteri setinggi umbilikus pada kehamilan 20 minggu dapat dipakai
sebagai indikator dalam menentukan umur kehamilan.
Kriteria Diagnosa :
Persalinan aterm
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan Penilaian Kesejahteraan janin
( Mulai dikerjakan pada usia kehamilan 41 minggu )
Pemeriksaan penunjang : Deteksi kelainan cacat bawaaan, pengukuran jumlah air ketuban dengan ‖Amniotik fluid
index‖ ( AFI ).
- Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan cairan ketuban ( ‖shake test‖ atau L/S
rasio ) harus dikerjakan bila pemeriksaan USG menunjukkan usia kehamilan 35 minggu.
Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan Skor pelvik ( PS ) menurut cara Bush
op.
- Amnioskopi untuk menentukan warna air ketuban ( bila mana perlu dilakukan
amniotomi ).
Tirah baring 1 hari kemudian penilaian kesejahteraan janin di ulang hari berikutnya.
Tunggu dengan melakukan penilaian janin secara seri, dilakukan NST sekurang-
kurangnya 1 x seminggu s/d PS > 5 untuk dilakukan drip oksitosin.
Bila hasil penilaian kesejahteraan janin secara seri ragu-ragu atau jelek lihat bagan
penilaian kesejahteraan janin ragu-ragu atau jelek.
CATATAN:
1. Bila drip oksitosin dinyatakan gagal pada kasus-kasus dengan amniotomi dilakukan
seksio sesar, pada kasus-kasus tanpa amniotomi keesokan harinya dilakukan penilaian
kesejahteraan janin ulang kemudian dilihat hasil penilaian kesejahteraan janin dan diikuti
bagan skema penilaian kesejahteraan janin seperti diatas.
2. Yang dimaksud dengan hasil penilaian kesejahteraan janin ialah has il NST, dan
jumlah cairan ketuban.
3. AHM M.O., Phelan J.P. Epidemiologic Aspect of the Postdate Pregnancy Clinical
Obstetri and Gynecology. Editors : pitkin R.M., Scott J.R. 1989 ; 32: 228-34.
4. Sims M.E., Wlather F.JK. Neonatal morbidity and mortality and Long-term out-come
of postdate infants. Clinical Obstetrics and Gynecology. Editor :Pitkin R.M. Scott J.R.
1989 ; 32 : 285-93.
Referensi
VAGINOSIS BAKTERIAL
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Infeksi vagin yang disebabkan oleh berkembangbiaknya flora normal akibat hilangnya
Definisi : kuman laktobasilus yang memproduksi hidrogen peroksida.
Gx Keputihan berbau terutama post co, kumat kumatan . keputihan bau amis, putih abu-
abu, menempel dinding vagina, ph vagina> 4.5. ditemukan clue cel, pemberian KOH
Kriteria Diagnosa : pada fluor akan memberi bau amis seperti ikan
Diagnosa Banding : Vaginosis trikomoniasis
Vulvovaginal kandidiasis
Terapi
1.
1. Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus, khorioamnionitis
2. Endometritis
Penyulit 3. Adnexitis
Informed Consent -
Konsultasi -
Lama Perawatan 3-5 hari
Masa Pemulihan Seminggu
Output Baik
PA -
Otopsi -
1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp 429-445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease , pelvic pain diagnosis and management.
Referensi Lippincot William 8c Wilkin. Edisi tahun 2000 bab IX
VAGINITIS TRICHOMONIASIS
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Infeksi vagina yang disebabkan oleh parasit trichomonas vaginalis, merupakan penyakit
Definisi : yang ditularkan melalui hubungan sex (STD)
Sebagian besar asimtomatis, fluor berlebihan , purulen, bau, pruritus, parah dinding
vagina kemerahan dengan bercak putih , cerviks seperti strawberi (colpitis macularis),
Kriteria Diagnosa : ph>5 ditemukan trikomonas dapat pula clue cel
Vaginosis bacterial
Vulvovaginal kandidiasis
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan parasit, pH
Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan
Perawatan RS : Bila ditemukan penyulit
Metronidazole : d o c 500mg tiap 12 jam/po selama 7 hari
Metronidazole : 2 gr po / dosis tunggal 3-5 hari
Terapi
Penyulit Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus, khorioamnionitis
Informed Consent -
Konsultasi -
Lama Perawatan -
Masa Pemulihan 1 minggu
Output Baik
PA -
Otopsi -
1.
1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp 429-445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease , pelvic pain diagnosis and management.
Referensi Lippincot William 8c Wilkin. Edisi tahun 2000 bab IX
VULVOVAGINAL KANDIDIASIS
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Infeksi vagina yang disebabkan oleh candida albicans atau specialis C glabrata, C
Definisi : tropicalis
Kriteria Diagnosa : Keputihan seperti susu, gatal, pruritus,di daerah vulva, nyeri dansaat koitus
Vaginosis trikomoniasis
Vaginosis bakterial
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan penunjang : KOH
Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan
Perawatan RS : Bila ada penyulit
1.
1. Ringan –Fluconazole 150 mg/oral dosis tunggal, bila tidak membaik 3 hr diberi
penambahan.
2. Berat :
- Clotrimazole 100mg / intravaginal/ dosis tunggal selama 7 hari
1.
1. Krim hidrokortison 1% menghilangkan gatal dan perih
2. Kasus kronis
- ketoconazole 400mg atau fluokonazole 200mg/ dosis tunggal/hari sampai keluhan
hilang, dilanjutkan ketoconazole 400mg atau fluokonazole 150mg/minggu selama 6
bulan
Terapi
Penyulit Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus, khorioamnionitis
Informed Consent -
Konsultasi -
Lama Perawatan 3-7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA -
Otopsi -
1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp 429-445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease , pelvic pain diagnosis and management.
Referensi Lippincot William 8c Wilkin. Edisi tahun 2000 bab IX
PROLAP UTERI
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat asalnya melalui vagina
sampai mencapai atau melewati introitus vagina
1. Derajat I : berdiri atau mengejan posisi cx distal 1 cm diatas ring hymen
2. Derajat II : berdiri atau mengejan posisi cx 1 cm diatas atau di bawah ring himen
3. Derajat III : berdiri atau mengejan posisi cx distal lebih 1 cm ring hymen tetapi
penojolannya tidak lebih panjang vagina dikurangi 2 cm
4. Seluruh uterus diluar vagina
Definisi :
- Pem Klinis dan ginekologis ,
- Klinis perasaan berat perut bawah , benjolan introitus vagina saat duduk dan
berdiri, hilang posisi tidur
- Kontipasi
Kriteria Diagnosa :
Elongasi cer viks
Cystocele
Enterokele
Rektokele
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan penunjang : -
Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan
Perawatan RS : Bila operatif
- tanpa keluhan tidak perlu pengobatan
- gr I/II latihan kegel
- estrogen
Penyulit ISK
Informed Consent Sebelum tindakan
Konsultasi -
Lama Perawatan Histerektomi 5-7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA -
Otopsi -
1. Wall l lewis. Incontinence, prolapse and disorder of the pelvic floor.Novaks gynecologi.
Edisi 12 bab 12
Referensi 2. Cardoso L Urogynecology. Edisi I tahun 1997 bab 21 p321-350
INFERTILITAS
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Ketidakmampuan pasangan suami istri mewujudkan konsepsi, hamil, melahirkan,
Definisi : meskipun senggama teratur (2-3 kali seminggu) selama minimal 12 bulan tanpa proteksi
Belum punya putra 12 bulan
Abortus berulang
Kriteria Diagnosa :
Diagnosa Banding : -
Analisis sperma
Laparaskopi-histeroskopi
Histerosalfingogrfi (HSG)
Biopsi endometrium
Pemeriksaan penunjang :
Standar tenaga : Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
Perawatan RS : Bila akan dilakukan tindakan
Sesuai dengan kelainannya dari factor suami atau istri seperti induksi ovulasi,
Terapi konservatif, koreksi bedah rekonstruksi, IUI, IVF-ET
Penyulit -
Informed Consent Perlu sebelum dilakukan tindakan
Konsultasi Penyakit dalam, andrologi, bedah
Lama Perawatan 5-7 bila dilakukan tindakan bedah
Masa Pemulihan 2 minggu setelah operasi
Output Baik bila dapat dikoreksi
PA -
Otopsi -
1. Samsulhadi.Alur pemeriksaan pasangan infertile. Protap Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi RSU dr Sutomo Surabaya, 2002
2. Saifudin AB Djajaditaga, Affandi B, Bimo Pengorganisasian dan pengelolaan pelayanan
infertilitas, NRC POGI-YBPSP, 1996
3. Seibef Machelle M Diagnostic evaluation of an infertie couple, Infertility a
Referensi comprehensive text, 2nd ed Appleton & Lange 3-27, 1997
DISTOSIA
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau tidaknya kemajuan proses
Definisi : persalinan dalam ukuran satusan waktu tertentu
Distosia terjadi dalam kala I dan II
Fase persalinan : dalam kala I dan II sehubungan dengan proses membukanya serviks
ialah :
Multigravida 1 jam
- Persalinan normal adalah proses yang progresif yang berlangsung dalam batas
waktu tertentu. Apabila batas waktu tersebut dilampui tanpa diikuti oleh kemajuan proses
persalinan maka dianggap telah berlangsung persalinan abnormal dan distosia.
Apabila telah dilakukan analisa proses kemujuan persalinan dan dijumpai distosia , maka
harus dicari penyebab distosia yang mungkin berasal dari salah satu faktor ataupun
gabungan dari beberapa faktor berikut :
Kelainan tenaga
Kelainan janin
Diagnosa banding :
USG
Pemeriksaan penunjang :
Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kebidanan dan kandungan
Rawat inap
Bila direncanakan sc atau tindakan yang ada kemungkinannya untuk prosedur anastesi
maupun sc harus dilakukan di RS
Perawatan RS :
Disesuaikan dengan sebab distosia, misalnya :
Akselerasi persalinan
Ekstraksi
Sc
Terapi
Ibu : partus lama, infeksi intrapartum, ruptura uteri, fistula, perlukaan jalan lahir
Janin / bayi : asfiksia, cidera, kematian
Penyulit
Informed Consent Tertulis, perlu saat penderita MRS
Konsultasi -
4-5 hari untuk persalinan pervaginam
6-7 hari sc
Lama Perawatan
42 hari untuk persalinan pervaginam
3 bulan untuk sc
Masa Pemulihan
Output Ibu bayi sehat tanpa komplikasi
PA -
Otopsi -
1. . Benson. Current -Obs & Gin Diagnostic & Therapy. 5th Edition, 1985, p. 925-945.
Hange & Maruzeni. .
2. Danforth & Scott. Obstetrics & Gynecology. 5th Edition, 1986, p. 690-721.
3. William Obstetrics. XVII Edition, 1985, p : 641-732.
Kriteria Diagnosa :
Ca endometrium
Ca ovarium
Diagnosa Banding :
Pap smear
Kolposkopi
Biopsi
Konisasi
Labortorium
Radologi
Usg
Endoskopi
Pemeriksaan penunjang :
Standar tenaga : Dokter spesialis kandungan
Perlu dilakukan bila akan dilakukan tindakan diagnostik atau terapetik, atau ada
Perawatan RS : komplikasi
Tergantung stadium
Stadium I sampai IIa Histerektomi Radikal dan getah bening pelvis ( operasi radikal
Wetheim), kadang perlu tambahan ajuvan sitostatika atau radiasi tergantung temuan saat
operasi atau PA
Stadium IIb sampai III pengobatan/ penyinaran / radioterapi dan atau sitostatika
Masa Pemulihan Istahat 1 bulan setelah operasi untu ca cerviks tanpa komplikasi
Output Respon komplit, tidak komplit, tidak berubah atau progesif
PA Seluruh jaringan hasil op
Otopsi -
1. Abdullah MN Soedoko R. peran sitologi pada pemeriksaan pap test dalam deteksi dini
1990
2. Aziz MF, Kampono N Syamsudin S Djakaria M manual prekanker dan ca servis uteri
1985
3. Bag/ SMF ilmu kebidanan dan penyakit kandungan. RSU dr Sutomo
Referensi Surabaya. Pedoman diagnosis dan terapi . Ed III. 2008
MIOMA UTERI
No.Dokumen Halaman
……………. Revisi 0 1 dari 2
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
STANDAR PELAYANAN MEDIS ………………… Direktur
Tumor jinak lapisan miometrium rahim dengan sifat konsistensi padat kenyal, berbatas
jelas dan memiliki pseudokapsul bisa soliter atau multiple dengan ukuran mulai
mikroskopis samapi > 50kg
Letak tumor bisa :
Kriteria Diagnosa :
Kehamilan
Neoplasma ovarium
Endometriosis
Kanker Uterus
v Tes kehamilan
1. konservatif
- bila anemi beri tablet zat besi tiap 8 jam /hari
- diit TKTP
1. operatif
- Bila masih ingin anak : miomektomi
Terapi
Pendarahan sampai anemi
Torsi pada yang bertangkai
Infeksi
Degenerasi merah ( degenerasi karneus) sampai nekrotik
Degenerasi ganas (miosarkoma)
Degenerasi hialin dan kistik
Penyulit Infertilitas
Sebelum pembedahan , penjelasan tentang semua tindakan yang akan dilakukan, resiko,
dll Khusus pada tindakan miomektomi perlu dijelaskan kemungkinan berulangnya
Informed Consent penyakit atau pengangkatan uterus pada saat pembedahan
Konsultasi Tidak ada
1 hari pasca D/K
6 hari pasca histerektomi, miomektomi
Lama Perawatan
2 minggu pasca D/K
6 Minggu pasca histerektomi miomektomi
Masa Pemulihan
Sembuh tanpa komplikasi
Penyakit berulang kembali pasca miomektomi
Output
PA Pemeriksaan histopatologi dari spesimen pembedahan
Otopsi Mencari sebab kematian
1. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2. Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002
Entman Stephen S. Leiomyoma and Adenomyosis. Novak‘s Textbook of Gynecology,
11th ed, Williams & Wilkins, Baltimore, 443-450,1988.
2. Friedman EA, MD, Sc.D, Leiomyoma uteri gynecological decision making. BC
Decker Inc. Toronto, Philadelphia. 148, 1983.
3. Kistner RW, MD, Leiomyoma, gynecology Principles and Practice 3rd Year Book
Medical Publishers Inc, Chicago London. 225, 1975.
4. Novak Erab, MD and Wovdruff, JD, MD. Myoma and other benign tumor of the
uterus, gynecologic and obstetric pathology with clinical and endocrine relation, 7ed
WB. Saunders Co. Philadelphia, London Toronto, 243, 1974.
Referensi
No.Dokumen Halaman
……………. 1 dari 2
Revisi 0
Ditetapkan,
Direktur
Tanggal Terbit :
STANDAR PELAYANAN MEDIS …………………
Adalah pendarahan abnormal dari uterus ( lamany, frekuensi, jumlah) yang terjadi
didalam dan diluar siklus haid kehamilan tanpa kelainan organik dan hematologi,
Definisi : merupakan kelainan poros hipotalmus hipofisis – ovarium.
Kriteria Diagnosa : Terjadinya pendarahan per vaginam yang tidak normal ( lamanya, frekuensi, jumlah)
yang terjadi didalam maupun diluar siklus haid.
Tidak ditemukan kelainan organik maupun kelainan hematologi ( faktor pembekuan) .
Hanya ditemukan kelainan fungsi poris hipotalmus – hipofisis avarium dan organ (
endometrium)
Usia terjadinya:
Penmenars ( usta 8 – 16 tahun)
Kelainan organik
Diagnosa Banding : Kelainan hematology
Biopsi D/C bila tidak ada kontra indikasi
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan reproduksi (bila ada laborat) : ESH, EH, prolaktin, E2 dan progesteron,
Pemeriksaan penunjang : prostaglandin, F2 ( bila ada fasilitas laborat).
Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Perlu untuk tindakan dilatasi Kuratase
Perawatan RS : Pada PUD berat seperti, disertai anemia pendarahan banyak
Terapi operatif : dilatasi dan kuretase:
1. sudah menikah
2. life saving untuk belum menikah.
Pengobatan hormonal:
1. PUD ovulasi
1. Pendarahan pertengahan siklus Estrogen 0.626 – 1.25 hari ke 10-15 siklus.
1. PUD Anovulasi:
Menghentikan pendarahan segera
Kuret medisinalis:
1. Anovulasi – stimulasi CC
2. Hiperprolakstin – bromokriptin
b. Hiperprolaktin – bromokriptin
2. Benson ralph C, et al. Current Obstetrics & Gynaecologic, Diagnosis and Treatment,
Appleton Century/East Narwalk, Connecticut, 5 th edition, 1992, p.149-15I.
RADANG PANGGUL
No.Dokumen Halaman
……………. 1 dari 2
Revisi 0
Ditetapkan,
Direktur
Tanggal Terbit :
STANDAR PELAYANAN MEDIS …………………
4. Adanya pus dan kavun peritonel yang didapat dengan kuldosentesis maupun
laparoskopi
Derajat I : Radang panggul tanpa penyakit ( terbatas pada tuba dan ovarium ),
dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.
Derajat II : Radang panggul dengan penyulit ( didaptkan masa radang, atau abses
pada kedua tuba dan ovarium ) dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.
Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal
adanya abses tubo ovarial
Kriteria Diagnosa :
1. Kehamilan ektopik terganggu
2. Abortus septikus
4. Endometriosis
5. Apendisitis
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan penunjang : leboratorik dan mikrobiologik
Standar tenaga : Dokter umum, dokter spesialis kebidanan dan kandungan
Perawatan RS :
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi
1. Pengobatan rawat jalan
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
- Ampisilin 3,5 g/sekali p.o/sehari selama I hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari
selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
- Amoksilin 3 g p.o sekali hari selama I hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama
1 hari. Dilanjutkan Amoksilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau
- Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/sehari p.o
selama 7-10 hari, atau
- Ampisilin I g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB
im/iv, 2 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2, x sehari selama 5-7
hari, atau
- Sefalosporin genegrasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol l g
rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
Khusus untuk abses tubo-ovarial, pada dasarnya adalah pemberian antibiotik lebih dulu
dan baru kemudian dilakukan pembedahan.
Abses tubo-ovarial yang pecah, dianggap kasus abdomen akut, sehingga perlu segera
Terapi dilakukan pembedahan untuk dilakukan pengangkatan genitalia interna, pasang drain (
lihat bab Abses Tubo Ovarial ).
Penyulit segera pads radang panggul ialah pembentukan abses dan peritonitis,
perihepatitis ( ―Fits-Hugh Curth Syndrome‖ ) dan sakrolitis.
Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas
yaitu berupa
a. Infeksi berulang.
Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita
yang pernah mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode
radang panggul.
b. Infertilitas.
c. Kehamilan ektopik.
Perlu
Informed Consent
Peyakit dalam, bedah
Konsultasi
Lama Perawatan 5- 7 atau lebih tergantung komplikasi
Masa Pemulihan 7-14 hr
Output Sembuh atau menetap, berulang
PA Bila dilakukan tindakan operatif
Otopsi -
1. Faukner.S dan Soman M.‖Pelvic Inflammatory Disease‖ manual of , outpatient
Gynecology. Little Brown & Co, 1986, p.29-38.
2. Hare M.J,.Genital Tract Infection in Women. Churenhil Livingstone, New York,
1988.
3. Jones H.W, Wentz A.C. et al. Novak Textbook of Gynecology, 11`h edition,
William & Wilkins 188, p.507-524.
5. Handaya. Etiologi dan diagnosis penyakit radang pelvik. Seminar, radang Pelvik,
Jakarta Oktober 1987.
ASUHAN ANTENATAL
No. Revisi Halaman
No. Dokumen
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Tujuan
a. Umur suami istri, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama, riwayat haid, KB dan kehamilan
sekarang, pemeriksaan yang telah dilakukan, gerakan janin, riwaynt perkawinan, kehamilan dan
persalinannya, riwayat penyakitnya dahulu, penyakit keluarga.
a. Memeriksa GCS, ada tidaknya anemia, ikterus, sianosis, sesak, mengukur tinggi badan, memeriksa
keadaan organ vital secara sistematis dan singkat
Prosedur
ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
partus.
- SC.
2.1.1. Janin : DJJ, ukuran dan perubahannya, jumlah ketuban, bagian menengah dan
penurunannya, serta aktivitas janin.
2.1.2. Ibu : Tekanan darah, berat badan dan perubahannya, tinggu fundus, keluhan-keluhan.
ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
Unit terkait
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Pengertian
Untuk mengetahui Detak Jantung Janin pada Ibu Hamil yang
merupakan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.
Tujuan
1.2. Jelly
Prosedur
1.3. Lap basah
2. Pelaksanaan
2.1. Perawat cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
RSI. Hasanah
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
1. Unit Rawat Jalan
2. Unit Rawat Inap
Unit Terkait
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic lengkap dan
berakhir saat bayi dilahirkan.
Pengertian
Sebagai pedoman agar setiap persalinan Kala II fisiologis dikerjakan secara benar.
Tujuan
1.4. Bengkok.
1.5. Timba.
2. Pelaksanaan
2.1. Penolong berada di depan vulva/disamping kanan pasien.
Prosedur
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Tanggal terbit
2 Agustus 2008
PROSEDUR TETAP
2.3. Memberi penjelasan pada pasien proses persalinan dan langkah yang akan dikerjakan serta cara
mengejan yang benar.
2.5. Melakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat eposiotomi menggunakan lidocain 1%.
2.7.1. Menahan perineum dan menekan ke arah kranial menggunakan ibu jari dan jari II, III penolong
yang tertutup duk steril.
2.7.3. Berturut-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut dan dagu.
2.8. Membiarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar, bila perlu membantu putar paksi luar.
2.9. Melahirkan bahu, dengan melnegang kepala secara biparietal dan menahan ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, kemudian menari ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.
2.10. Melahirkan badan dengan memegang kepala secara bifarietal, melakukan tarikan ke arah
lengkung panggul sampai lahir seluruh badan bayi.
2.11. Meletakkan badan bayi pada duk steril di atas perut ibu.
(MELAHIRKAN PLASENTA)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
½
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Pengertian
Tujuan Sebagai pedoman agar persalinan Kala III dikerjakan dengan benar
1.5. Timba.
2. Pelaksanaan
2.1. Penolong berada didepan vulva atau sampaing kanan pasien
2.2. Memasang duk steril untuk menutup daerah vulva
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
2.5. Melakukan observasi tanda pelepasan plasenta dengan memperhatikan parameter sebagai berikut
2.5.1 Perut ibu Glubuler/cembung
2.5.2 Tali pusat menjulur sedikit
2.6 Melakukan tes separasi dengan cara merenggangkan tali pusat dengan tangan kanan, menekan
fundud uteri dengan tangan kiri, bila tali pusat tidak tertarik ke dalam artinya plasenta sudah lepas atau
separasi.
2.7. Bila plasenta sudah separasi, lahirlah plasenta dengan menekan fundus uteri ke arah bawah. Tali
pusar ditarik pelan sampai plasenta lahir.
PADA PERSALINAN
No. Revisi Halaman
1/3
No. Dokumen
Tanggal terbit
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR TETAP
Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun
Pengertian
Tujuan Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi maupun akselerasi persalinan
2. Pelaksanaan
2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi pemberiannya, dan bila his memang
tidak adekuat.
2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama 15 menit, bila his belum adekuat
tetesan dinaikkan menjadi 4 tetes/menit sampai timbul his yang adekuat
2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40 tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose
habis his tetap belum adekuat maka oksitosin dianggap gagal.
Prosedur
PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP
PADA PERSALINAN
No. Revisi Halaman
1 2/3
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his yang mempunyai sifat sebagai
berikut:
2.5.3. lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan dengan menekan fundus uteri dengan jari-jari
tangan puncak kontraksi. lntensitas dianggap cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak menjadi
cekung.
2.6. Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang adekuat.
2.7.1. Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis tidak didapatkan his yang adekuat.
2.7.2. Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak terjadi kemajuan persalinan. Juga
tennasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.
2.7.3. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress, tetania uteri, ruptura uteri
irroninens dan lain-lain. Bila terjadi penyulit-penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh diulang
kembali.
2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukart oleh dokter jaga sendiri.
2.9. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip dilanjutkan dalam kala II dan dihentikan
paling sedikit 2 jam post partum.
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
3. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri pada persalinan fase aktif setelah
dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk menilai kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.
4. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab terjadinya hal tersebut. Bila persalinan
pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi kelainan letak, maka dilakukan seksio caesarea.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01/MED/15 1 1/5
Ditetapkan
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada suatu tarikan cunam yang dipasang pada
Pengertian kepalanya
Untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu
maupun janin.
Tujuan
1.2.1. Indikasi De Lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah di dasar panggul, putaran paksi
dalam sudah sempurna, levator ani sudah terenggang, dan syaratsyarat ekstrasksi cunam lainnya sudah
dipenuhi. Ekstraksi cunam atas indikasi elektif, di negara-negara Barat sekarang banyak dikerjakan,
karena dinegara-negara tersebut banyak dipakai anestesia atau conduction analgesia guna mengurangi
nyeri dalam persalinan. Anestesia atau conduction analgesia menghilangkan tenaga mengejan, sehingga
persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi cunam.
Prosedur
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/5
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
1.2.2. Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de lee, hanya di sini
Pasien harus sudah mengejan selama 2 jam.
3. Indikasi Kontra
3.1. Bila semua syarat dipenuhi, tidak ada indikasi kontra.
4. Syarat
Untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
4.1. Janin harus dapat lahir pervaginam ( tidak ada disproporsi, sefalopelvik).
4.3. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement).
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 3/5
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit
5. Persiapan
5.1.Persiapan untuk lbu.
5.1.10. Uterotonika.
5.2.3. Oksigen.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 4/5
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
6. Teknik
6.1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada waktu cunam tersebut
dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :
6.1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap kepala), ialah pasangan cunam
dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun
cunam terpasang secara simetrik di kiri kanan kepala.
6.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pcmasangan cunam sehingga sumbu
panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral kepala dan melintang panggul.
Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan
di bawah simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila :
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 5/5
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 ¼
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Pengertian
Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan
jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau
ventouse.
Tujuan
1.2. Botol
2. Indikasi
2.1. Ibu
2.1.1. Untuk memperpendek kala II, misalnya :
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/4
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
2.2. Janin.
2.2. 1. Gawat Janin (masih kontroversi)
3. INDIKASI KONTRA
3.1. Ibu
3. l. l. Ruptura uteri membakat.
3.2. Janin
3.2.1. Letak muka.
4.2 Penurunan kepala janin boleh pada hodge II Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga
pengejan.
Teknik
1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada waktu cunam tersebut
dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :
1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap kepala), ialah pasangan cunam
dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun
cunam terpasang secara simetrik di kiri kanan kepala
EKSTRAKSI VAKUM
No. Revisi Halaman
1 ¾
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
.
1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pemasangan cunam sehingga sumbu panjang
cunam sesuai dengan sumbu panggul.
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral kepala dan melintang panggul.
Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan
di bawah simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila :
cunam
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
TINDAKAN OPERATIF
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Suatu tindakan yang
bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan plasenta
Pengertian
Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu.
Tujuan
2. Syarat
2.1. Uterus berkontraksi balk dan veksika urinaria kosong.
Prosedur 3. Pelaksanaan
3.1. Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/4
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
beberapa alili yang berpendapat bahwa perasat ini berbahaya karena menimbulkan karena menimbulkan
tromboplastin atau fibrinolis okinase yang mengakibatkan koagulopati. Kalangan lain mengatakan baliwa
hal tersebut tidak mengatakan bahwa hal tersebut tidak terbukti dan menganggap perasat crede‘ yang
dilakukan secara artis artinya tanpa paksaan tetap berguna.
3.3. Perasat crede‘ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual.
4.2. Pelaksanaan
4.2.1. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkose, karena relaksasi otot
mernudahkan pelaksanaannya. Sebaiknya juga dipasang infus garam fisiologik sebelum tindakan
dilakukan. Setelah disinfeksi tangan dan vulva, termasuk daerah sekitarnya maka daerah labia dibeberkan
dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkann secara obsterik ke dalam vagina.
4.2.2. Tangan kiri sekarang menahan fundus untuk mencegah kolpaporeksis tangan kanan dengan
gerakan mernutar-rnutar menuju ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali
pusat agar tidak terjadi false route.
4.2.3. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke
plasenta maka tangan tersebut pergi ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas
untuk menentukan bidang pelepasan yang tetap. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking
plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding ralrim dengan
gerakan yang sejajar dengan dinding
rasSetelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01/MED/17 1 ¾
Tanggal terbit
2 Agustus 2008
PROSEDUR TETAP
Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta meningkatkan insidensi infeksi tidak boleh dilupakan
bahwa perasat ini justru bermaksud menghemat darah dan menangguhkan kejadian melahirkan plasenta
paling lama 30 menit setelah anak lahir.
4.2.4. Kesulitan yang mungkin dijumpai waktu pelepasan plasenta secara manual ialah adanya lingkaran
konstriksi, yang hanya dapat dilalui dengan diatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam
narkosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan
daripada lokasi pada dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual
seperti halnya pada plasenta akreta.
4.2.5. Plascnta akreta ditanggulangi dengan histerektomi. Setelah pelepasan plasenta secara manual
sebaiknya pasien diberi antibiotika apalagi kalau kehilangan darah banyak.
4.2.6. Post tindakan dapat dilakukan eksplorasi uterovaginal, dengan inspeculo dilihat portio uteri,
fornix posterior, anterior dan lateral, kemudian dilihat dinding vagina.
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
5.2. Penatalaksanaan
5.2.1. Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan plasenta secara manual dan mencari sisa
plasenta yang seterusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. Untuk
menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil
melepaskan plasenta secara manual
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
.
PROSEDUR TETAP
Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala
nifas dini yaitu perdaralran lebilr dari 500 cc setelah plasenta
Pengertian
Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala
nifas dini yaitu perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir
Tujuan
2. Petunjuk :
2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah menggumpal atau meresap dalam kain)
2.2 Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung dalam formula Giesecke
3. Penatalaksanaan
3.1. Pemasangan infus ukuran besar apabila belum terpasang, bila pendarahan banyak dan syok berat
sebaiknya dipasang lebih dari satu saluran infus.
3.3. Pemasangan kateter tetap den mengukur produksi urine secara berkala.
Prosedur
3.4. Monitor tanda vital secara intensif selarna pertolongan diberikan.
PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
3.6. Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui drip, dengan 20 – 30 unit oksitosis
dalam 1000 cc cairan kristaloid dengan kecepatan 200 cc/jam Quilligan menganjurkan pemberian
oksitosin 10 – 20 unit RL 5000 cc/jam disertai massege bimanual kemudian intermitten fundal massege
selama 10 – 20 merit dilakukan selama beberapa jam sampai kontraksi uterus cukup keras tanpa stimuli.
3.7. Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc cairan tidak berhasil dapat diberikan derifat
ergot atau prostagladin.
3.8. Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk menghentikan perdarahan karena atonia yang
gagal dengan obat-obatan: Pernasangan tampon harus secara hati-hati den secara padat. Bahaya adalah
memberi rasa aman yang semu sehingga menunda tindakan definitif yang perlu. Tampon yang padat
menyerap darah sampai 1000 cc. Untuk mencegah infeksi sebaiknya diberikan antibiotika dan diangkat
dalam 24 jam.
3.9. Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat dipertimbangkan tindakan operatif yang ligasi arteria
hypogastrika pada wanita yang masih ingin anak atau histerektomi bila sudah tidak menginginkan.
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Pengertian
Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik, yang terjadi
akibat luka episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat
Tujuan
dijahit dengan benar.
2. JENIS/TINGKAT
2.1. Robelan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat :
2.1.1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum sedikit.
2.1.2. Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selanput lendir vagina juga
mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sphinter ani.
2.1.3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot
sphinfer ani.
Prosedur
PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM
No. Revisi Halaman
1 2/2
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
2.2.2. Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat lt maupun tingkat III,
jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut yang
diratakan terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan
luka robekan.
2.2.3. Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara
terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit
perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
PROSEDUR TETAP
Pengertian
3.1. Antibiotik
3.2. Analgesik
3.3. Roborantia
3.4. Laxantia
Prosedur
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
POST PARTUM DINI
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
1.11. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin maksimal 3 (tiga) hari.
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
.
Pengertian
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara benar.
Tujuan
1.2. Berbaring
1.3. Berdiri
2. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
3. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
1. Cara memegang payudara dengan ibu jari berada dibagian payudara bagian atas, 4 jari bagian payudara
bawah.
Prosedur
2. Memasukkan putting susu sampai areola mamae.
3. Memperhatikan posisi putting susu dalam mulut bayi sehingga bayi kelihatan menghisap dengan kuat.
7.Menyendawakan bayi setelah menyusu dengan cara menggendong bayi tegak dengan kepala bersandar
pada pundak ibu kemudian menepuk punggungnya perlahan-lahan.
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
PEMERIKSAAN VAGINAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
½
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
.
Pengertian
Sebagai pedoman untu.k pemeriksaan vaginal dibidang Ginekologi, agar
pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.
Tujuan
2. Persiapan Tindakan
2.1. Syarat :
2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati-hati.
2.2. Indikasi
ASUHAN NIFAS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
½
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Tujuan
Kebijakan
Diagnosis : – Anamnesis / MMPI tes.
- Pemeriksaan fisik.
- USG dan Doppler.
- CT-Scan (khusus tersangka Sindroma Sheehan pada HPP berat)
- Laboratorium.
• Mensuport involusi sempurna.
• Mensuport ASI eksklusif.
• Mensuport system kardio vaskuier GIT, traktus urinarius kembali ke N
• Mensuport estetik perempuan.
• Kewaspadsan post partum blus.
Manajemen : – Keluhan yang berhubungan dengan infeksi:
• Antibiotik
• Perawatan luka terinfeksi
• Drainase
• Laparotomi
• Perawatan intensif pada keadaan lanjut (sepsis)
- Kelainan yang berhubungan dengan perdarahan
• Preparat Ergometrin / Oksitosin
• Kuretase
• Laparotomi
• Antibiotik
- Kelainan yang berhubungan dengan tromboemboli
• Obat Antikoagulan
• Antibiotik
• Ambulasi dini
1. Konseling
1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal pada pasien.
2. Persiapan Tindakan
2.1. Syarat :
2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati-hati.
2.2. Indikasi
Prosedur
PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman No. Revisi Halaman
2/2
3.10. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui keadaan rahim. Jika arah uterus
antefleksi, uterus dapat diraba diantara dua tangan, yang satu di dalam vagina pada forniks anterior dan
yang lain menekan uterus ke bawah dari dinding perut. Ditentukan konsistensi, besar, kontur, mudah
digerakkan atau tidak, apakah nyeri tekan, ada atau tidaknya tumor. Jika arah uterus retrofleksi, tangan
yang berada di vagina menekan forniks posterior untuk dapat meraba uterus.
3.11. Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula keadaan ligarnen sakrouterium dan rongga
douglas menonjol.
3.12. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menekan adneksa parametrium kanan dan kiri. Tangan yang
berada di vagina menekan forniks.lateralis dan yang berada diluar menekan dinding perut. Diraba
ovarium: besarnya, nyeri tekan, tumor dan derajat kebebasannya.
3.13. Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan rongga douglas, kadangkala dilakukan pula
pemeriksaan rektovaginal. Jari telunjuk dimasukkan vagina dan jari tengah dimasukkan rectum.
4. Tindak Lanjut
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR TETAP
Suatu tindakan untuk terminasi kehamilan dengan obat misoprostol dengan cara mematangkan cerviks
.
Pengertian
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan induksi /terminasi kehamilan dengan misprostol
Tujuan
1. Misoprostol ada 2 kemasan 200 mcg dan 100mcg, oral, vaginal maupun rectal
2. Menigkatkan skor pelvic
6. Dosis 25-50 mcg tiap 6-8 jam pervaginal maksimal 4x pemberian , pemberian oral lebih dianjurkan
Prosedur
Unit terkait . Unit Rawat Inap