Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Klasifikasi Landak


Landak merupakan hewan mamalia yang bersifat soliter dan nokturnal.
Landak memiliki ciri khas pada rambutnya. Secara umum, landak memiliki dua
macam rambut, yaitu rambut halus dan rambut yang mengeras atau duri. Seekor
landak mempunyai kurang lebih 30.000 duri di tubuhnya (Roze 1989). Duri-duri
landak merupakan alat pertahanan utama dari predator. Klasifikasi landak
menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodensia
Subordo : Hystricomorpha
 Famili Hystricidae: Old World Porcupines
 Atherurus africanus, African Brush-tailed Porcupine
 Atherurus macrourus, Asiatic Brush-tailed Porcupine
 Hystrix cristata, African Porcupine
 Hystrix africaeaustralis, Cape Porcupine
 Hystrix hodgsoni, Himalayan Porcupine
 Hystrix indicus, Indian Porcupine
 Hystrix brachyura, Malayan Porcupine
 Hystrix javanica, Sunda Porcupine/ Javan Porcupine
 Thecurus crassispinis, Bornean Porcupine
 Thecurus pumilis, Philippine Porcupine
 Thecurus sumatrae, Sumatran Porcupine
 Trichys fasciculata, Long-tailed Porcupine
 Famili Erethizontidae: New World Porcupines
Landak mempunyai panjang badan antara 40 sampai dengan 91 cm dan
panjang ekor berkisar antara 6 sampai dengan 25 cm. Bobot badan landak secara
normal berada di antara 5.4 sampai dengan 16 kg (tergantung spesies). Landak
memiliki bentuk tubuh lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat.
Landak memiliki berbagai macam corak rambut dan duri, yaitu coklat, hitam, abu-
abu, dan putih (Parker 1990). Kebanyakan orang mengira landak berhubungan
dengan hedgehogs (Erinaceomorph) karena tubuh mereka sama-sama ditutupi
oleh duri. Padahal, landak dan hedgehogs mempunyai hubungan kekerabatan
filogenetik yang jauh (Vaughn et al. 2000).
Landak mempunyai daerah penyebaran yang cukup luas. Rata-rata landak
tinggal pada daerah tropis seperti Asia, Italia, Afrika, Amerika Selatan, dan
Amerika Utara. Habitat landak adalah hutan, padang pasir, tempat berbatu, lereng
bukit, dan padang rumput (Goodwin 1865).

Deskripsi Hystrix
Genus Hystrix mempunyai ekor yang paling pendek di antara semua
subgenus Old World porcupines. Hystrix memiliki duri berderak di bagian
ekornya. Hal ini menyebabkan adanya suara berderik ketika duri-duri ekor
bergerak (Grzimek 1975). Gabungan suara duri pada ekor dengan penampakan
duri-duri di punggung landak dapat menyebabkan hewan lain menjadi takut
terhadap landak. Hystrix cenderung hidup di tanah ( Goodwin 1865).
Beberapa spesies Hystrix adalah hewan herbivora. Mereka memakan
buah, akar tanaman, dan umbi-umbian. Tetapi, beberapa spesies Hystrix lainnya
ada yang memakan tulang kering binatang. Tidak seperti rodensia lainnya,
Hystrix memiliki gigi seri yang sangat besar, sehingga dapat menghancurkan
tulang kering. Namun, Hystrix tidak memiliki gigi taring. Jumlah gigi Hystrix
adalah 20 (Grzimek 1975). Formula gigi Hystrix dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Formula gigi Hystrix


I C P M
(Gigi seri) (Gigi taring) (Gigi premolar) (Gigi molar)
1 0 1 3
2x
1 0 1 3
Sumber : Gale (2004)

Masa kebuntingan pada Hystrix adalah sekitar 100 sampai dengan 112 hari
(Van Aarde 1985). Hystrix termasuk hewan poliestrus. Seekor Hystrix biasanya
memiliki 2 sampai dengan 4 anak per kelahiran. Landak betina dapat melahirkan
sebanyak dua kali dalam setahun (Norsuhana et al. 2009). Sebelum melahirkan,
landak betina akan menggali tanah untuk membuat suatu ruangan sebagai tempat
melahirkan. Landak yang baru dilahirkan memiliki duri-duri lembut yang akan
mengeras beberapa jam kemudian setelah kelahiran. Walaupun anak landak mulai
dapat memakan pakan keras setelah 2 minggu kelahiran, induk landak masih
harus menyusuinya selama 13 sampai 19 minggu postpartus (Van Aarde 1985).
Landak muda akan tinggal secara berkoloni sampai mereka mencapai umur dua
tahun. Sebelum mereka mencapai umur 2 tahun, mereka akan tinggal bersama
dengan induknya di dalam sarang (Norsuhana et al. 2009).
Di Indonesia, terdapat 3 jenis Hystrix. Namun, ketiganya hanya dikenal
dengan satu nama yaitu “landak”. Ketiga jenis landak tersebut adalah Malayan
porcupine (Hystrix brachyura), Sunda porcupine atau Javan porcupine (Hystrix
javanica), dan Sumatran porcupine (Hystrix sumatrae). Selain di Indonesia,
Malayan Porcupine dapat ditemui juga di Malaysia, Brunei Darussalam,
Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, China, Nepal, India, dan Banglades.
Sedangkan kedua jenis lainnya merupakan satwa endemik Indonesia. Hystrix
javanica merupakan satwa endemik Jawa dan Hystrix sumatra satwa endemik
Sumatera.

Hystrix Javanica
Hystrix javanica atau biasa dikenal sebagai landak ekor pendek Jawa.
Landak Jawa ditemukan oleh F. Cuvier pada tahun 1823 di Jawa (Grzimek 1975).
Landak Jawa memiliki karakteristik sebagai berikut: berat rata-rata sekitar 8 kg
dengan panjang tubuh sekitar 45.5 sampai dengan 73.5 cm. Panjang ekornya
berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm (Gambar 1). Susunan dan struktur duri
landak Jawa menyerupai subgenus Thecurus (Grzimek 1975).
Landak Jawa terdapat di sekitar Pulau Jawa, Lombok, Madura, Flores, dan
Sumbawa. Landak Jawa dapat ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit,
dan area pertanian. Pakan landak Jawa dapat berupa buah-buahan, sayur-sayuran,
akar, dan batang tumbuhan.
Gambar 1 Hystrix javanica.
Landak Jawa memiliki ekor yang pendek (6 cm sampai dengan 13 cm)
dengan panjang tubuh berkisar antara 45.5 cm sampai dengan 73.5 cm.
Bar 10 cm.

Rambut
Rambut adalah struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi
epitel epidermis. Warna, ukuran, dan penyebarannya bervariasi sesuai spesies,
umur, jenis kelamin, dan bagian tubuh (Dyce et al. 2002). Rambut berfungsi
sebagai penyekat, pelindung, dan reseptor sensoris. Jumlah rambut pada hewan,
khususnya hewan domestik, secara langsung berhubungan dengan ukuran dan
banyaknya folikel rambut yang terdapat di dalam kulit.
Secara sederhana, rambut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang
rambut dan akar rambut (Aspinall dan O‟Reilly 2004). Batang rambut masih
dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian: kutikula, cortex, dan medulla. Kutikula
adalah lapisan epitel yang telah mengalami proses kornifikasi. Kutikula juga
merupakan bagian yang akan berhubungan dengan sel kutikula akar rambut.
Batang rambut sebagian besar dibentuk oleh bagian cortex. Cortex merupakan
daerah yang terdiri dari beberapa lapisan sel yang mengalami proses kornifikasi
oleh „hard‟ keratin. Lapisan sel tersebut juga mengandung pigmen. Bagian
terakhir dari batang rambut, daerah medulla terdiri dari sel-sel yang berbentuk
kuboid (Akers dan Denbow 2008).
Pertumbuhan rambut dimulai ketika sel-sel di bagian apex akar rambut
berkembang menjadi sel medulla yang baru. Sel medulla kemudian berkembang
menjadi cortex dan kutikula. Pertumbuhan rambut akan berjalan secara analog
dengan pertumbuhan epidermis. Sel-sel yang terdapat di bawah secara progresif
akan menggantikan sel-sel di atasnya (Akers dan Denbow 2008). Dalam beberapa
kasus, rambut dapat berdiri karena adanya kontraksi dari musculus arrector pili.
m. arrector pili merupakan lapis otot halus yang melekat pada jaringan ikat di
sekitar folikel rambut dan bagian batang rambut di bawah kulit (Aspinall dan
O‟Reilly 2004).
Pertumbuhan rambut memiliki dua fase, fase tumbuh dan fase istirahat.
Fase tumbuh merupakan fase ketika rambut akan terus menerus tumbuh. Rambut
tidak akan mengalami proses pertumbuhan ketika berada di fase istirahat. Kedua
fase ini tidak berlangsung secara sinkron di semua bagian tubuh atau bahkan di
daerah yang sama (Aspinall dan O‟Reilly 2004). Lama masa pertumbuhan dan
masa istirahat rambut juga bervariasi sesuai daerah tubuh. Siklus pertumbuhan
rambut dibagi menjadi tiga fase: anagen, katagen, dan telogen (Gambar 2).
Rambut berasal dari proliferasi sel di dalam folikel rambut selama masa anagen.
Penambahan sel secara kontiyu akan menghasilkan proses elongasi menjadi
batang rambut. Penghentian proses elongasi terjadi ketika aktivitas mitosis dari
sel basal menurun. Katagen adalah fase peralihan. Sel-sel di folikel rambut
secara progresif diubah menjadi semakin solid, banyak mengandung masa keratin,
dan bagian distal dari folikel akan menjadi semakin tipis. Folikel rambut akan
terdorong menuju ke lapisan atas dan papilla akan menghilang. Setelah itu,
struktur rambut yang baru akan muncul. Formasi dari pembentukan folikel akan
dimulai dengan fase telogen yang dapat berlangsung selama beberapa minggu
bahkan bulan (Akers dan Denbow 2008).
a
Batang
rambut

Kelenjar
sebaseus

Gambar 2 Skema siklus pertumbuhan rambut (Akers dan Denbow 2008).


Pertumbuhan rambut mulai berjalan lambat pada fase akhir anagen (a).
Setelah itu, folikel rambut akan mengalami kontriksi pada fase awal katagen
(b). Pada fase akhir katagen, folikel rambut akan terdorong menuju ke
lapisan atas dan papilla akan menghilang (c). Folikel dan batang rambut
baru mulai terbentuk pada fase awal anagen (d). Pertumbuhan folikel
rambut baru akan mengikuti alur yang sama dengan folikel rambut
sebelumnya.

Duri Landak
Landak mempunyai sistem pertahanan diri yang unik. Landak
mempertahankan dirinya dengan menggunakan duri pelindung atau duri
pertahanan. Duri pelindung berfungsi untuk menyembunyikan atau menutupi
tubuhnya pada saat landak dalam keadaan terancam (Parker 1990). Panjang duri
landak pada bagian wajah hanya sekitar 1.2 cm, sedangkan pada bagian
punggung, panjang rambut landak bisa mencapai 12.5 cm (Goodwin 1865).
Setiap duri yang ada pada tubuh landak tertanam di dalam kulit. Duri
melekat pada otot yang berfungsi sebagai penarik duri tersebut ke atas (penegang)
ketika ada ancaman yang mendekat (Grzimek 1975).
Duri-duri pertahanan landak akan ditegangkan ketika landak merasa
terancam oleh predator. Landak mampu menghempaskan duri-duri pertahanannya
ke tubuh predator ketika predator mendekati landak. Duri-duri pertahanan
tersebut dapat terlepas dan menancap pada tubuh predator. Duri-duri yang hilang
tersebut akan diganti oleh duri-duri baru. Duri-duri baru ini akan tetap berada
atau tertanam di dalam kulit sampai mereka tumbuh sempurna. Pertumbuhan duri
baru akan sama dengan proses pertumbuhan rambut pada umumnya (Akers dan
Denbow 2008).
Landak menggunakan duri-durinya dengan dua cara, defensive (bertahan)
dan offensive (menyerang). Cara defensive digunakan ketika musuh akan
mendekat atau menganggu landak. Pada saat ini, duri-duri landak akan
menegang. Cara offensive dilakukan dengan menusukkan sejumlah duri pada
bagian tubuh musuh. Duri landak yang tertancap pada daging akan terus masuk
atau berpenetrasi ke dalam daging. Duri landak tersusun oleh matrik yang
membuatnya sangat kaku dan tajam (Roze 1989).

Anda mungkin juga menyukai