DISUSUN OLEH :
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian Tugas Akhir dan juga sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
4
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari analisa
perhitungan yang telah dilakukan, serta saran sebagai
pendukung laporan Tugas Akhir ini.
BAB II
LADASAN TEORI
5
6
ETAP
ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu
perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini
mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online
8
2.2.3 Daya
Daya adalah suatu energi yang diperlukan dalam melakukan usaha. Daya
dalam sistem tenaga listrik memiliki satuan Watt, yang merupakan perkalian dari
tegangan (volt) dengan arus (ampere). Sehingga besarnya daya dapat dihitung
9
dengan[1]:
P = VxI (2.1)
Dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya, yaitu daya aktif (P),
daya reaktif (Q), dan daya semu (S)[4]. Untuk perhitungan dari ketiga daya
tersebut dapat kita lakukan dengan persamaan dibawah ini :
a. Daya Aktif
Daya aktif adalah daya rata-rata yang sesuai dengan kekuatan
sebenarnya ditransmisikan atau dikonsumsi oleh beban. Beberapa
contoh dari daya aktif adalah energi panas, energi mekanik, cahaya dan
daya aktif memiliki satuan berupa watt (W) dan daya aktif disimbolkan
dengan (P). Berikut ini merupakan persamaan daya aktif :
P = V . I . cos θ (1 phasa) (2.2)
P = √3 . V . I . cos θ (3 phasa) (2.3)
Dimana :
10
b. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka
akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan
daya reaktif adalah trasnformator, motor, lampu pijar dan lain – lain.
Daya reaktif memiliki satuan berupa volt ampere reactive (VAR) dan
daya reaktif disimbolkan dengan (Q). Berikut ini merupakan persamaan
daya reaktif :
Dimana :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
c. Daya Semu
Daya Semu adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara
tegangan dan arus dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil
penjumlahan 8 trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Daya semu
ialah daya yang dikeluarkan sumber alternation current (AC) atau di
serap oleh beban. Satuan dari daya semu yaitu volt ampere (VA) dan
daya semu disimbolakn dengan (S). Berikut persamaan dari daya semu:
S= V. I (2.6)
11
Dimana :
S = Daya Semu (VA)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Hubungan dari ketiiga daya diatas disebut sistem segtiga daya dapat
digmbarkan seperti gambar di bawah ini
Gambar 2.2 Trigonometri Daya Aktif, Daya Semu dan Daya Reaktif
Dimana :
S =V.I
12
P = S . cos φ
Q = S . sin φ (2.7)
Plosses 1ɸ = I². R
Plosses 3ɸ = PlossesR + PlossesS + PlossesT (2.9)
13
Dimana :
Plosses 1ɸ = rugi - rugi daya per fasa (watt).
I = Arus saluran per fasa(Ampere).
R = Resistansi total pada saluran (Ω).
Plosses 3ɸ = rugi - rugi daya 3 fasa (watt)
PlossesR = rugi – rugi daya pada fasa R (watt)
PlossesS = rugi – rugi daya pada fasa S (watt)
PlossesT = rugi – rugi daya pada fasa T (watt)
2. Beban induktif
Beban induktif merupakan beban yang mengandung kumparan
kawat yang dililitkan pada sebuah inti, biasanya terdapat pada inti besi,
contoh : motor-motor listrik, inductor, AC dan juga transformator.
Beban ini mempunyai faktor daya antara 0-1 (lagging), beban ini
menyerap daya aktif (kW) dan juga daya reaktif (kVAr). Pada beban ini
tegangan mendahului arus (tidak se-fasa) sebesar ∅° [4].
3. Beban kapasitif
Beban kapasitif merupakan beban yang mengandung suatu
rangkaian kapasitor. Contoh : capasitor, beban ini mempunyai faktor
daya antara 0-1 (leading), beban ini menyerap daya aaktif (kW) dan
mengeluarkan daya reaktif (kVAr). Pada beban ini arus mendahului
tegangan (tidak se-fasa) sebesar ∅° [4].
Dalam sistem tenagan listrik, dikenal 3 jenis faktor daya, yaitu faktor
daya terdahulu (leading). Faktor daya terbelakang (lagging) dan faktor daya
unity yang ditentukan oleh jenis beban yang ada pada sistem.
1. Faktor daya mendahului (leading) dapat dipengaruhi dengan kondisi
beban, dimana tegangan dijadikan referensi untuk menetukan keadaan
leading atau lagging. Faktor daya leading apabila arus mendahului
tegangan sebesar 𝜃°, sehingga beban akan memberikan daya reaktif[4].
15
Dari Gambar 2.5 terlihat bahwa arus tertinggal dari tegangan, maka
daya reaktif mendahului daya semu, berarti beban membutuhkan atau
menerima daya reaktif dari sistem.
3. Faktor daya unity adalah pada saat nilai cos 𝜃 = 1, dan tegangan sephasa
dengan arus, faktor daya unity akan terjadi apabila beban bersifat
resistif murni[4].
Karena alasan kerugian akibat penurunan faktor daya (PF) inilah, penyedia
layanan listrik PT. PLN menetapkan denda VAR, dalam usaha untuk menghimbau
konsumennya agar ikut berkontribusi menjaga faktor daya pada kondisi idealnya.
listrik. Muatan yang terkumpul memiliki cadangan daya reaktif yang sangat
tinggi. Sehingga jika suatu waktu jaringan membutuhkan pasokan daya reaktif,
kapasitor bisa memberikan cadangan yang dimiliki pada jaringan yang
membutuhkan[1].
Q1 = √S12 − P 2 (2.9)
Q2 = √S22 − P 2 (2.10)
Q3 = Q1 − Q2 (2.11)
kapasitas kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah kVAr
(kilo volt ampere reactif) meskipun pada kapasitor sendiri tercantum besaran
kapasitansi yaitu Farad (F) atau microfarad (μF). Kapasitor yang akan digunakan
untuk memperbesar faktor daya dipasang paralel dengan rangkain beban.
Terdapat dua cara pemasangan kapasitor yaitu secara seri dan shunt/paralel.
Pemasangan kapasitor pada sistem daya menimbulkan daya reaktif untuk
memperbaiki faktor daya dan tegangan, karenanya menambah kapasitas sistem
dan mengurangi kerugian.
Pemasangan kapasitor secara seri maupun shunt memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Ada beberapa aspek tertentu yang menjadi kerugian
pada kapasitor seri. Secara umum dapat dikatakan, biaya untuk memasang
kapasitor seri lebih tinggi dari biaya pemasangan kapasitor shunt. Hal ini
disebabkan karena peralatan perlindungan untuk kapasitor seri sering lebih
kompleks. Juga biasanya, kapasitor seri didesain untuk daya yang lebih besar dari
pada kapasitor shunt untuk mengatasi pengembangan beban nantinya[1].
1. Kapasitansi Kapasitor
Kapasitansi kapasitor didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu
kapasitor untuk dapat menampung muatan electron.
2. Reaktansi Kapasitif
Reaktansi kapasitif merupakan komponen yang menahan arus listrik
bolak-balik dalam rangkaian kapasitif. Reaktansi kapasitif ini
mengakibatkan arus rangkaian yang mendahului tegangannya.
Reaktansi kapasitif dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut
1
Xc = 2𝜋 𝑓 𝑐 (2.12)
Dimana :
𝜋 = konstanta besar 3,14
𝑓 = Frekuensi
19
Xc = reaktansi kapasitif
3. Pembagian Kapasitor
Kapasitor dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
a. Kapasitor Tetap
Kapasitor tetap merupakan kapasitor yang mempunyai nilai
kapasitas yang tetap.
Symbol kapasitor tetap
Q 2 = Q1 − Q c (2.16)
Dimana :
Q1 = daya reaktif awal atau sebelum perbaikan
Qc = daya reaktif kapasitor
- Pemeriksaan kebocoran
- Pemeriksaan kabel dan penyangga kapasitor
- Pemeriksaan isolator
1. Biaya bahan bakar yang tinggi untuk pembangkit dengan bahan bakar
fosil atau level cadangan air yang rendah untuk pembangkit hidro.
2. Kekurangan kapasitas pembangkit pada saat beban puncak.
3. Keterbatasan jaringan transmisi.
4. Tingkat emisi untuk lingkungan.
5. Kerugian pendapatan disebabkan tarif uniform pada sistem isolated;
6. Kerugian pendapatan disebabkan oleh masalah pembacaan
pengumpulan dan meter.
7. Kewajiban untuk memenuhi kebijakan pemerintah agar efisien pada
pemakaian dari sumber daya yang ada.
alternative supplay side dan demand side. Pemilihan alternatif tersebut juga
terkait erat dengan tujuan dari perusahaan listrik yaitu : keandalan supply,
biaya produksi yang rendah, akses ke sistem kelistrikan, penggunaan
teknologi terbarukan, tidak tergantung dari minyak dan pengurangan
dampak lingkungan.
METODOLOGI PENELITIAN
24
25
1 25 kVA Trafoindo 2
Transformator
2 25 kVA Unindo 1
Transformator
3 25 kVA B&D 1
Transformator
4 50 kVA Trafoindo 25
Transformator
26
5 50 kVA Sintra 35
Transformator
6 50 kVA B&D 36
Transformator
7 50 kVA Voltra 3
Transformator
Mulai
Pengumpulan Data :
Single Line Diagram Feeder Krapyak 06,Nilai
Arus, Tegangan, Daya Aktif, Daya Reaktif, Daya
Semu, Faktor Daya awal, Transformator Distribusi
Tidak
Data
terpenuhi?
Ya
Hitung :
- Nilai Arus
- Nilai Faktor Daya awal dan
setelah diperbaiki
- Daya Aktif, Reaktif, Semu
- Nilai Drop Tegangan
Kesimpulan
Selesai
08.00 226 210 187 383 51.7 48.5 42.7 83.5 78.4 68.6 0.62 0.61 0.62
09.00 229 209 217 384 52.3 48.9 49.9 85.7 79.2 80.2 0.61 0.61 0.62
29
30
10.00 232 216 230 383 53.5 50.3 50.3 86.9 80.6 84.1 0.61 0.62 0.60
11.00 243 209 234 382 55.7 47.9 52.7 90.2 77.8 85.2 0.62 0.61 0.61
12.00 140.2 167 158 393 33.2 39.2 36.7 53.2 63.6 60.1 0.63 0.61 0.61
13.00 232 211 242 382 53.7 48.1 55.2 86.8 77.6 90.1 0.62 0.62 0.61
14.00 230 191.4 226 384 52.3 44.1 51.3 86.4 70.6 83.8 0.60 0.62 0.61
15.00 226 201 231 388 51.3 46.2 52.8 84.7 75.8 84.7 0.60 0.60 0.62
16.00 156 178 174 387 36.1 41.3 40.4 59.2 64.8 63.5 0.61 0.63 0.60
Sumber : Pengukuran di Lapangan Hasil Penelitian
Tabel 4.2 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif 3 Phase, Daya Semu
3 Phase, Cos Phi
08.00 224 208 184 384 51.8 46.2 41.9 84.2 75.5 67.7 0.61 0.61 0.61
09.00 225 207 213 384 50.0 46.2 46.7 84.7 75.5 78.9 0.60 0.61 0.60
31
10.00 227 207 219 388 51.6 46.7 50.1 86.1 78.3 81.8 0.60 0.60 0.65
11.00 230 152.6 217 387 50.2 35.1 50.7 85.6 56.3 82.9 0.59 0.62 0.61
12.00 196.7 125 119 386 43.5 30.2 29.8 71.2 46.7 44.2 0.61 0.64 0.67
13.00 239 196.6 222 386 53.5 47.5 49.4 89.2 72.7 82.5 0.60 0.60 0.60
14.00 237 193.2 211 384 52.8 43.5 47.3 86.6 70.9 78.9 0.61 0.61 0.60
15.00 276 180.1 251 387 63.2 40.3 55.6 98.2 67.5 93.3 0.64 0.60 0.60
16.00 160 179 175 386 35.6 41.7 40.1 59.7 67.1 65.6 0.60 0.62 0.61
Sumber : Pengukuran di Lapangan Hasil Penelitian
Tabel 4.4 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif 3 Phase, Daya Semu
3 Phase, Cos Phi
3. Hari Ketiga
Tabel 4.5 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif, Daya Semu, Cos Phi
Daya Aktif Daya Semu
Arus (I) Teg Cos Phi
Waktu (kW) (kVA)
(V)
R S T R S T R S T R S T
08.00 225 209 186 383 49.8 46.2 41.2 84.2 78.3 69.3 0.60 0.60 0.60
32
09.00 228 208 201 384 50.6 46.1 44.6 85.6 76.3 75.0 0.60 0.60 0.60
10.00 230 213 215 383 52.9 47.1 47.6 86.7 77.1 80.3 0.61 0.61 0.60
11.00 236 199 217 386 52.6 45.4 49.4 89.0 75.9 81.1 0.60 0.60 0.63
12.00 149.9 130.4 167.2 391 33.9 29.5 37.8 55.6 48.0 64.3 0.60 0.61 0.59
13.00 241 218 187.2 384 53.5 48.4 41.6 90.1 80.5 69.4 0.60 0.60 0.60
14.00 223 215 191.6 381 49.1 47.3 42.2 81.9 78.3 70.6 0.60 0.60 0.60
15.00 193.1 168.9 184.4 387 43.2 37.8 41.3 71.8 62.4 70.3 0.60 0.60 0.59
16.00 177 164 176 387 41.6 36.7 39.4 67.7 61.5 65.1 0.61 0.60 0.60
Sumber : Pengukuran di Lapangan Hasil Penelitian
Tabel 4.6 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif 3 Phase, Daya Semu
3 Phase, Cos Phi
4. Hari Keempat
Tabel 4.7 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif, Daya Semu, Cos Phi
Daya Aktif Daya Semu
Arus (I) Teg Cos Phi
Waktu (kW) (kVA)
(V)
R S T R S T R S T R S T
33
08.00 225 209 186 382 51.7 46.1 41.1 83.2 76.1 68.3 0.62 0.60 0.60
09.00 227 208 219 383 51.2 46.1 48.5 84.9 77.5 80.1 0.60 0.59 0.60
10.00 231 213 225 382 51.1 47.2 51.1 85.1 79.4 83.6 0.60 0.59 0.61
11.00 241 210 230 382 55.2 47.4 50.8 89.9 78.8 85.7 0.61 0.60 0.59
12.00 143.8 175 161 388 32.3 39.2 36.1 53.1 65.1 59.9 0.60 0.60 0.60
13.00 237 215 246 388 54.1 50.2 55.2 89.3 81.9 92.8 0.60 0.61 0.59
14.00 236 193.1 229 386 52.6 43.1 51.1 89.0 71.6 85.7 0.59 0.60 0.60
15.00 226 201 231 387 51.5 45.1 51.7 85.4 74.7 85.9 0.60 0.60 0.60
16.00 154 176 174 385 34.3 39.2 38.7 56.3 65.1 64.6 0.60 0.60 0.60
Sumber : Pengukuran di Lapangan Hasil Penelitian
Tabel 4.8 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif 3 Phase, Daya Semu
3 Phase, Cos Phi
5. Hari Kelima
Tabel 4.9 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif, Daya Semu, Cos Phi
Teg Daya Aktif Daya Semu
Waktu Arus (I) Cos Phi
(V) (kW) (kVA)
34
R S T R S T R S T R S T
08.00 216 208 189 384 50.2 46.2 43.2 79.7 77.4 70.3 0.63 0.59 0.61
09.00 229 214 201 383 52.3 48.3 45.1 85.2 80.9 74.6 0.61 0.60 0.60
10.00 232 207 217 388 53.2 47.9 49.9 88.1 79.2 83.2 0.60 0.60 0.60
11.00 243 152.6 219 387 55.6 35.5 50.2 92.7 55.9 84.1 0.60 0.63 0.59
12.00 140.2 125 246 390 32.2 29.5 55.6 52.1 47.2 93.1 0.60 0.62 0.60
13.00 233 196.6 229 384 52.9 47.2 49.8 86.9 76.3 84.5 0.60 0.61 0.59
14.00 229 211 231 382 51.4 46.1 52.7 85.4 77.3 85.9 0.60 0.59 0.61
15.00 210 191.4 189 387 46.9 44.9 43.2 76.3 72.8 70.8 0.61 0.61 0.61
16.00 163 201 171 383 35.8 45.1 39.7 60.2 74.9 64.3 0.59 0.60 0.61
Sumber : Pengukuran di Lapangan Hasil Penelitian
Tabel 4.10 Arus, Tegangang 3 Phase, Daya Aktif 3 Phase, Daya Semu
3 Phase, Cos Phi
Berikut nilai arus, tegangan, daya aktif, daya semu dan nilai cos phi
setiap harinya.
Tabel 4.11 Nilai rata-rata setiap hari Tegangang 3 Phase, Daya Aktif 3
Phase, Daya Semu 3 Phase, Cos Phi
Hari Tegangan (V) Daya Aktif (kW) Daya Semu (kVA) Cos Phi
IV
384,7 46,73 77,51 0,60
V
384,7 46,31 76,27 0,60
Tabel 4.12 Nilai rata – rata Arus per phase, Daya Aktif per phase, Daya
Semu per phase
𝐈𝐑 𝐈𝐒 𝐈𝐓 𝐒𝐑 𝐒𝐒 𝐒𝐓 𝐏𝐑 𝐏𝐒 𝐏𝐓
Hari
(A) (A) (A) (kVA) (kVA) (kVA) (kW) (kW) (kW)
III 211,44 191,7 191,71 79,17 70,92 71,71 47,46 42,78 79,17
4.3 Menghitung nilai Power Faktor, Arus, Daya Semu, Daya Reaktif dan
Kompensasi Daya Reaktif
Faktor daya atau faktor kerja menggambarkan sudut fasa antara daya
aktif dan daya semu. Mengingat sebagian besar beban bersifat induktif, maka
36
a. Hari Pertama
Daya Aktif (P) 3 Phase = 47,64 kW = 47640 W
Daya Semu (S) 3 Phase = 77,23 kVA = 77230 VA
Tegangan (V) 3 Phase = 385,1 V
47640
=
77230
= 0.61
φ1 = cos −1 0,61
φ1 = 52,41
Q1 = √S 2 − P 2
Q1 = √77,232 − 47,642
Q1 = √3694,903
Q1 = 60,78 kVAR
SR 2 = 51,43 VA
PS
SS 2 =
cos φ2
46,05
SS 2 =
0,95
SS 2 = 48,47 VA
PT
ST 2 =
cos φ2
48
ST 2 =
0,95
ST 2 = 50,52 VA
SR 2
IR 2 =
V
38
51,43
IR 2 =
385,1
IR 2 = 133,54 A
SS 2
IS 2 =
V
48,47
IS 2 =
385,1
IS 2 = 125,86 A
ST 2
IT 2 =
V
50,52
IR 2 =
385,1
IR 2 = 131,18 A
b. Hari Kedua
Daya Aktif (P) 3 Phase = 45,97 kW = 45970 W
Daya Semu (S) 3 Phase = 75,25 kVA = 75250 VA
Tegangan (V) 3 Phase = 385,7 V
45970
=
75250
= 0.61
φ1 = cos −1 0,61
φ1 = 52,41
Q1 = √S 2 − P 2
Q1 = √75,252 − 45,972
Q1 = √3549,322
Q1 = 59,57 kVAR
SR 2 = 51,43 VA
PS
SS 2 =
cos φ2
41,93
SS 2 =
0,95
40
SS 2 = 44,13 VA
PT
ST 2 =
cos φ2
45,73
ST 2 =
0,95
ST 2 = 48,13 VA
SR 2
IR 2 =
V
52,88
IR 2 =
385,7
IR 2 = 137,10 A
SS 2
IS 2 =
V
44,13
IS 2 =
385,7
IS 2 = 114,41 A
ST 2
IT 2 =
V
48,13
IR 2 =
385,7
IR 2 = 124,78 A
c. Hari Ketiga
Daya Aktif (P) 3 Phase = 44,32 kW = 44320 W
Daya Semu (S) 3 Phase = 73,93 kVA = 73930 VA
Tegangan (V) 3 Phase = 385,1 V
41
44320
=
73930
= 0.60
φ1 = cos −1 0,60
φ1 = 53,13
Q1 = √S 2 − P 2
Q1 = √73,932 − 44,322
Q1 = √4108,823
Q1 = 64,10 kVAR
SR 2 = 49,95 VA
PS
SS 2 =
cos φ2
42,72
SS 2 =
0,95
SS 2 =44,96 VA
PT
ST 2 =
cos φ2
42,78
ST 2 =
0,95
ST 2 = 45,03 VA
SR 2
IR 2 =
V
49,95
IR 2 =
385,1
IR 2 = 129,70 A
SS 2
IS 2 =
V
44,96
IS 2 =
385,1
IS 2 = 116,74 A
43
ST 2
IT 2 =
V
45,03
IR 2 =
385,1
IR 2 = 116,93 A
d. Hari Keempat
Daya Aktif (P) 3 Phase = 46,73 kW = 46730 W
Daya Semu (S) 3 Phase = 77,51 kVA = 77510 VA
Tegangan (V) 3 Phase = 384.7 V
46730
=
77510
= 0.60
φ1 = cos −1 0,60
φ1 = 53,13
Q1 = √S 2 − P 2
Q1 = √77,512 − 46,732
Q1 = √3824,107
Q1 = 61,84 kVAR
Qc = P (tan φ1 − tan φ2 )
= 46730 (tan 53,13 − tan 18,20)
= 46730 (1,33 − 0,32)
= 46730 x 1,01
= 47197,3 VAR = 47,19 kVAR
SR 2 = 50,75 VA
PS
SS 2 =
cos φ2
44,84
SS 2 =
0,95
SS 2 = 47,2 VA
PT
ST 2 =
cos φ2
47,14
ST 2 =
0,95
ST 2 = 49,62 VA
SR 2
IR 2 =
V
50,75
IR 2 =
384,7
IR 2 = 131,92 A
SS 2
IS 2 =
V
47,2
IS 2 =
384,7
IS 2 = 122,69 A
ST 2
IT 2 =
V
49,62
IR 2 =
384,7
IR 2 = 128,98 A
e. Hari Kelima
Daya Aktif (P) 3 Phase = 46,31 kW = 46310 W
Daya Semu (S) 3 Phase = 76,27 kVA = 76270 VA
Tegangan (V) 3 Phase = 385,3 V
46310
=
76270
= 0.60
φ1 = cos −1 0,60
46
φ1 = 53,13
Q1 = √S 2 − P 2
Q1 = √76,272 − 46,312
Q1 = √3672,497
Q1 = 60,60 kVAR
Dengan mengetahui Daya Reaktif yang baru, dapat dihitung Daya Nyata
:
PR
SR 2 =
cos φ2
47,83
SR 2 =
0,95
SR 2 = 50,34 VA
47
PS
SS 2 =
cos φ2
43,41
SS 2 =
0,95
SS 2 = 45,69 VA
PT
ST 2 =
cos φ2
47,71
ST 2 =
0,95
ST 2 = 50,22 VA
SR 2
IR 2 =
V
50147,4
IR 2 =
385,3
IR 2 = 130,65 A
SS 2
IS 2 =
V
45,69
IS 2 =
385,3
IS 2 = 118,58 A
ST 2
IT 2 =
V
50,22
IR 2 =
385,3
IR 2 = 130,40 A
48
Tabel 4.13 Data Hasil Perhitungan Nilai Cos Phi dan Daya Semu
Faktor Daya Daya Semu (kVA)
Hari
𝐜𝐨𝐬𝛗𝟏 𝐜𝐨𝐬𝛗𝟐 𝐒𝐑 𝟏 𝐒𝐒 𝟏 𝐒𝐓 𝟏 𝐒𝐑 𝟐 𝐒𝐒 𝟐 𝐒𝐓 𝟐
Tabel 4.14 Data Hasil Perhitungan Arus, Daya Reaktif dan Kompensasi
Daya Reaktif
Arus (A) Daya Reaktif Qc
Hari
𝐈𝐑 𝟏 𝐈𝐒 𝟏 𝐈𝐓 𝟏 𝐈𝐑 𝟐 𝐈𝐒 𝟐 𝐈𝐓 𝟐 𝐐𝟏 𝐐𝟐 (kVAR)
III 211,44 191,7 191,71 129,70 116,74 116,93 64,10 19,34 44,76
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran yang sudah dilakukan, dapat diketahui
pemakaian daya aktif, arus dan juga tegangan setiap hari selama operasi kerja
dari pukul 08.00 – 16.00. dengan mengetahui hasil pengukuran tersebut, maka
dapat dilakukan perhitungan untuk mencari nilai cos φ awal, daya reaktif
awal, daya reaktif kapasitor awal, daya reaktif induktif, daya semu akhir, nilai
cos φ akhir, nilai arus akhir, dan nilai kompensasi daya reaktif akhir yag
49
44.32
I II III IV V
I II III IV V
I II III IV V
I II III IV V
I II III IV V
I II III IV
I II III IV V
I II III IV V
19.34
14.1 14.52 14.65 13.83
I II III IV V
45.05
44.76
I II III IV V
10000
IC =
380
= 26,31 A
Vc
XC =
Ic
380
XC =
26,31
= 14,44 ohm
1
C =
ω XC
ω = 2 .π .f
XC = 14,44 ohm
1
C=
2. π . f . XC
1
C=
2 . 3,14 . 50 . 14,44
1
C=
4534,16
= 0,00022055 = 220 mF
55
= √3 . kapasitansi fase
= √3 . 220
= 381,04 mF.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada PT. Karya Toha Putra saat setelah dilakukan pengukuran dan
perhitungan selama operasi kerja pada pukul 08.00 – 16.00 nilai faktor
daya masih rendah dengan nilai rata – rata 0.60.
2. PT. Karya Toha Putra nilai faktor daya saat sebelum dilakukan
perbaikan faktor daya, rata – rata nilainya yaitu 0,60, nilai ini masih
jauh dengan ketentuan standar yang sudah ditetapkan oleh PLN, bahwa
nilai faktor daya minimal 0,85 dan maksimal yaitu 1. Rendahnya nilai
faktor daya ini terjadi karena banyaknya beban induktif, maka
diperlukan sumber daya reaktif tambahan untuk memperbesar faktor
daya yaitu dengan memakai sebuah kapasitor bank.
3. Dengan rendahnya nilai faktor daya pada PT. Karya Toha Putra, maka
upaya untuk meminimalisasi hal tersebut, maka dilakukan penempatan
sebuah kapasitor dengan memperhitungkan nilai daya reaktif yang akan
dipasang.
4. Hasil kompensasi daya reaktif setelah dilakukan perbaikan, nilai
tertinggi yaitu 47,19 kVAR. Jadi besarnya kompensasi untuk perbaikan
faktor daya 0,95 adalah 50 kVAR. Untuk memasang kapasitor bank
dalam jaringan listrik digunakan PFR (Power Factor Controller) 6 step
dengan 1 step dibutuhkan 10 kVAR.
5. Nilai kapasitor yang dibutuhkan agar bisa dilakukan perbaikan faktor
daya yaitu sebesar 381,04 mF.
5.3 Saran
57
58
Adapun saran yang bisa disampaikan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, bisa menjadi acuan untuk lebih
dilakukan penghematan biaya listrik bagi konsumen listrik.
2. Pada PT. Karya Toha Putra agar lebih mempertahankan kondisi dari
faktor daya, karena dengan mepertahankan nilai faktor daya dapat
menghemat penggunaan daya listrik sehingga dapat meningkatkan
proses produksi di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
59