Anda di halaman 1dari 178

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN

PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN SUMBER


WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Oleh :

Ade Setyo Bagaskara


NIM 141510601099

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN
PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN SUMBER
WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program


Sarjana Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh :

Ade Setyo Bagaskara


NIM 141510601099

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Kedua orang tua tercinta, Ayah saya Ir Setiyono MP, Ibu saya Dra Juli
Setyowati MP, terimakasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan
tiada henti dalam mengiringi kesukseskanku;
2. Kakak saya Andri Setyo Nugrahanto dan Aditya Setyo Raharjanto, Adik saya
Ari Setyo Bimantara, yang memberikan doa dan semangat;
3. Natasha Desy Arieni yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan
tugas akhir;
4. Seluruh petani Indonesia, khususnya petani kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso.
5. Bapak/Ibu guru yang sudah membimbing saya dari TK hingga SMA;
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember yang telah
memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;
7. Teman–teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2014 dan teman-teman
organisasi HIMASETA dan UKMO serta Tiban Suluh yang selalu memberikan
dukungan serta semangata tiada henti;
8. Almamater Fakultas Pertanian Universitas Jember.

ii
MOTTO

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23)

“Jangan bandingkan prosesmu dengan orang lain, Karena tak semua bunga
tumbuh dan mekar bersamaan”

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ade Setyo Bagaskara
NIM : 141510601099

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang


berjudul “Analisis Faktor Produksi dan Pedapatan Petani Kopi Arabika di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso” adalah benar-benar hasil
karya sendiri, kecuali dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan
belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya
bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 1 April 2019


Yang Menyatakan,

Ade Setyo Bagaskara


NIM. 141510601099

iv
SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KOPI


ARABIKA DI KECAMATAN SUMBER WRINGIN KABUPATEN
BONDOWOSO

Oleh :

Ade Setyo Bagaskara


NIM 141510601099

Pembimbing

Dosen Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.


NIP. 196403041989021001

v
PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Petani Kopi


Arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso” telah diuji
dan disahkan pada :
Hari, tanggal : Senini, 1 April 2019
Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.


NIP. 196403041989021001

Dosen Penguji 1, Dosen Penguji 2,

Ebban Bagus Kuntadi, S.P., MSc. Lenny Widjayanthi, S.P., MSc., PhD.
NIP. 198002202006041002 NIP. 1968120219994032001

Mengesahkan
Dekan,

Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D.


NIP 196005061987021001

vi
RINGKASAN

Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Petani Kopi Arabika di


Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso; Ade Setyo Bagaskara,
141510601099, 2019; Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial
Ekonomi/Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Sumber Wringin adalah salah satu daerah penghasil kopi di Bondowoso.


Usia rata-rata tanaman kopi di Sumber Wringin adalah 12 tahun, sehingga jika
hasilnya dibandingkan dengan tanaman kopi yang masih dalam usia produktif,
mereka masih jauh. Produktivitas kopi di Sumber Wringin Bondowoso lebih besar
daripada produktivitas kopi nasional. Padahal bila dibandingkan dengan
produktivitas kopi Jawa Timur lebih kecil dari produktivitas kopi di Jawa Timur.
Dalam hal ini, diduga bahwa dalam pelaksanaannya terdapat faktor-faktor yang
mendukung produktivitas kopi di Sumber Wringin sehingga produktivitas mereka
bisa lebih tinggi daripada produktivitas kopi nasional.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui produktivitas kopi
arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso, (2) Untuk
mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi kopi
arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso, (3) Untuk
mengetahui pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dan
analitik. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Alat analisis yang
digunakan yaitu (1) Cobb Douglas (2) Analisis Pendapatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Rata-rata produktivitas
kopi arabika dalam bentuk oce di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso adalah 0,649 Ton/Ha, dengan rata-rata luas lahan petani kopi arabika
sebesar 2,688372/Ha dan rata-rata produksi kopi arabika sebesar 1,815 Ton/Ha.
(2) Produksi kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso, secara
keseluruhan dipengaruhi oleh luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk organik
(X3), pupuk anorganik (X4), umur tanaman (X5) jumlah tanaman (X6). Dari
keenam variabel variabel terdapat dua variabel yang signifikan terhadap nilai

vii
signifikansi sebesar 5% yaitu variabel luas lahan (X1) dengan koefisien regresi
0,317 dan variabel tenaga kerja (X2) dengan koefisien regresi 0,116. Sedangkan
empat variabel lainnya tidak signifikan terhadap nilai signifikansi sebesar 5%
yaitu variabel pupuk organik (X3), variabel pupuk anorganik (X4), variabel umur
tanaman (X5) dan variabel jumlah tanaman (X6) dengan masing-masing koefisien
regresi adalah 0,050, -0,091, 0,027, 0,585. (3) Berdasarkan hasil analisis, maka
pendapatan yang diperoleh petani kopi arabika dalam melakukan pengolahan kopi
arabika menjadi kopi arabika menguntungkan, karena penerimaan lebih besar dari
total biaya yang dikeluarkan (TR>TC). Pendapatan yang diterima oleh petani kopi
arabika dalam satu tahun sebesar Rp 64.476.020,89. Nilai tersebut diperoleh dari
penerimaan sebesar Rp 84.582.058,79 dikurangi dengan biaya total sebesar Rp
20.106.037,90 yang dibutuhkan petani kopi arabika untuk memproduksi kopi
arabika pada satu tahun.

viii
SUMMARY

Analysis of Production Factor and Arabica Coffee Farmer Income in Sumber


Wringin Sub-district Bondowoso Regency. Ade Setyo Bagaskara,
141510601099, 2019; Study Program Agribusiness Major Economical
social/Agribusiness Faculty of Agriculture University of Jember.

Sumber Wringin is one of coffee commodity sector in Bondowoso. The


average age of coffee plant in Sumber Wringin is 12 years, therefore if the result
is compared with the productive-aged coffee, both plants have a wide lag. Coffee
productivity in Sumber Wringin Bondowoso is bigger than productivity of
national coffee. Whereas if we compare the coffee from East Java has a smaller
productivity than the productivity of national coffee. In this case, the suspected
stance that in the execution session there are factors which support the
productivity of Sumber Wringin coffee so their productivity can be more advance
than national coffee productivity.
The purpose of this research such as (1) To identify Arabica coffee in the
Sumber Wringin Sub-district Bondowoso Regency, (2) To identify the factors of
production which affect production level of Arabica coffee in Sumber Wringin
Sub-district Bondowoso Regency (3) To identify the income of Arabica Coffee
Farmer in Sumber Wringin Sub-district Bondowoso Regency. The research
methodology using primary data and secondary. Analysis instrument that had
been used are (1) Cobb Douglas (2) Income Analysis
The result of this research showed that: (1) The average productivity of
Arabica Coffee in the form of Oce in Sumber Wringin Sub-district Bondowoso
Regency is 0,649 tons/Hectare, with the average of plantation area of every
Arabica Coffee Farmer is 2,688372/Hectare and the average production of
Arabica coffee is 1,815 tons/Hectare (2) Coffee production in Sumber Wringin
Sub-district Bondowoso Regency overall is affected by plantation area (X1), the
labor (X2), organic fertilizer (X3), inorganic fertilizer (X4), plant age (X5),
number of plant (X6). From the six variables there are two value significant
variables toward significance is 5% which is plantation area (X1) with the

ix
regression coefficient 0,317 and labor (X2) coefficient 0,116. Meanwhile the rest
four variables are not significant toward the significance 5% value they are
organic fertilizer variable (X3), inorganic fertilizer variable (X4), plant age
variable (X5) number of plant variable (X6) with each regression coefficient
between 0,050, -0,091, 0,027, 0,585. (3) Based on the analysis result, so the
obtained income of Arabica Coffee Farmer in processing the coffee is beneficial
economically, because the reception is bigger from the total needed budget
(TR>TC). The received income for the farmer in a year is Rp 64.476.020, 89. That
nominal is obtained from the reception Rp 84.582.058, 79 reduced by needed total
budget Rp 20.106.037,90 to conduct the production of Arabica coffee in a year.

x
PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Petani Kopi Arabika di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana pada Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jember;
2. Bapak M. Rondhi, SP., MP., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember;
3. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan hingga karya ilmiah tertulis ini dapat terselesaikan;
4. Bapak Ebban Bagus Kuntadi, S.P., MSc. selaku Dosen Penguji Utama, serta
Ibu Lenny Widjayanthi, S.P., MSc., PhD. selaku Dosen Penguji Anggota
yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan karya
ilmiah tertulis ini;
5. Ibu Lenny Widjayanthi, S.P., MSc., PhD. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi dari awal
perkuliahan hingga terselesaikannya karya ilmiah tertulis ini;
6. Bapak dan Ibu petani kopi arabika selaku responden di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso yang telah membantu selama pengumpulan
data penelitian ini hingga karya ilmiah tertulis ini selesai;
7. Ibu saya Dra Juli Setyowati MP dan Ayah saya Ir Setiyono MP, Kakak saya
Andri Setyo Nugrahanto S.P. dan Aditya Setyo Raharjanto S.TP. Adik saya
Ari Setyo Bimantara terimakasih atas segala doa, motivasi, dukungan, materi,
dan kasih sayang yang telah diberikan;

xi
8. Teman-teman seperjuangan Syahrul, Hidayat, Iwan, Angga, Ego,
Abdussyukur, Samsul, Arif, Zangky, Kurnia Anis, Dina, Vivi, Lintang, Titis,
yang setia menemani keseharian selama masa perkuliahan hingga akhir serta
memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan karya ilmiah
tertulis ini;
9. Teman-teman KKN PPM 1 Fauzi, Yudo, Zheka, Roni, Hazmi, April, Pipit,
Novi, dan Intan yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan karya ilmiah tertulis ini;
10. Teman-teman Magang Pendamping Petani Agus, Fauzan, Mas Fariz, Mbak
Widya, Senja, Azizah, Ayu, Ira, dan Mia yang telah memberikan dukungan
dan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah tertulis ini
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah tertulis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya ilmiah tertulis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang ingin mengembangkannya.

Jember, Februari 2019

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................ i


HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................................iv
HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................................... vii
SUMMARY ...............................................................................................................................ix
PRAKATA .................................................................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 9
2.2 Landasan Teori .............................................................................................. 13
2.2.1 Tanaman Kopi ...................................................................................... 13
2.2.2 Usahatani Kopi ..................................................................................... 15
2.2.3 Budidaya Kopi...................................................................................... 16
2.2.4 Teori Produksi ...................................................................................... 18
2.2.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas ...................................................... 25
2.2.6 Teori Biaya ............................................................................................ 26
2.2.7 Teori Pendapatan ................................................................................. 28

xiii
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................ 29
2.4 Hipotesis .................................................................................... 33
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 34
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................... 34
3.2 Metode Penelitian ..................................................................... 35
3.3 Metode Pengambilan Contoh .................................................. 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 38
3.5 Metode Analisis Data................................................................ 39
3.6 Definisi Operasional ................................................................. 42
BAB 4. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ........................................... 45
4.1 Letak Geografis......................................................................... 45
4.1.1 Topografi ........................................................................... 45
4.1.2 Penggunaan Tanah ............................................................ 46
4.1.3 Keadaan Iklim ................................................................... 46
4.2 Keadaan Umum Kopi Rakyat di Kecamatan Sumber Wringin
.................................................................................................... 47
4.3 Kegiatan Pasca Panen Kopi Arabika...................................... 48
4.4 Kegiatan Pemasaran Kopi Arabika ........................................ 49
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 51
5.1 Produktivitas Kopi Arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso ................................................................................. 51
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso ......... 52
5.3 Analisis Pendapatan yang Diperoleh dalam Pengolahan Kopi Arabika di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso ................................................................................. 71
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 77
6.1 Simpulan .................................................................................... 77
6.2 Saran .......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79
KUESIONER.................................................................................................. 82

xiv
LAMPIRAN.................................................................................................... 89
DOKUMENTASI ........................................................................................... 145

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
1.1 Perkembangan Areal dan Produksi Komoditas Utama 3
Perkebunan di Provinsi Jawa Timur 2010-2012 .......................

1.2 Data Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan 4


Rakyat menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015 ...........

1.3 Luas Areal Produksi Dan Produktivitas Tanaman Perkebunan 5


Kecamatan Sumber Wringin Tahun 2015–2016 .......................

1.4 Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di 6


Dalam Kawasan Hutan Kabupaten Bondowoso menurut
Kecamatan Tahun 2016 .............................................................

3.1 Data Produksi Kopi Arabika Luar Kawasan Hutan di 34


Kabupaten Bondowoso Menurut Kecamatan Tahun 2011-
2016............................................................................................

3.2 Jumlah Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumber Wringin ... 36


3.3 Jumlah Sampel Penelitian di Masing-Masing Desa .................. 37
4.1 Ketinggian Luas Wilayah dan Jarak dari Kantor Desa ke 46
Kantor Kecamatan Tahun 2016 .................................................

4.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumberwingin Tahun 2016 46


5.1 Hasil Rata-rata Luas Lahan, Produksi Kopi Arabika dan 52
Produktivitas Kopi Arabika dalam Bentuk Oce ........................

5.2 Hasil Analisis Uji Multikolinearitas menggunakan Variance 55


Inflantion Factor (VIF) .............................................................

5.3 Nilai Koefisien Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 57


Produksi Kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso ................................................................................

5.4 Rata-Rata Biaya Tetap Petani Kopi Arabika dalam Satu 70


Tahun .........................................................................................

5.5 Rata-Rata Biaya Variabel Petani Kopi Arabika dalam Satu 70


Tahun .........................................................................................

5.6 Total Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Kopi 71

xvi
Arabika dalam Satu Tahunn dalam Bentuk Oce .......................

5.7 Hasil Perbandingan Pendapatan Petani Kopi Arabika dengan 73


Upah Minimum Kabupaten Bondowoso ...................................

xvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Hubungan antara Produk Total, Produk Rata-Rata dan Produk 22
Marginal ........................................................................................

2.2 Elastisitas Produksi dan Daerah-Daerah Produksi ........................ 23


2.3 Kurva Biaya Produksi ................................................................... 27
2.4 Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 32
5.1 Gambar Histogram dan Scater Plot ............................................... 54
5.2 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Luas Lahan .. 59
5.3 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Tenaga Kerja 61
........................................................................................................

5.4 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Pupuk 63


Organik ..........................................................................................

5.5 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Pupuk 64


Anorganik ......................................................................................

5.6 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Umur


Tanaman ........................................................................................
66
5.7 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Jumlah 67
Tanaman ........................................................................................

5.8 Elastisistas Produksi dan Daerah-Daerah Produksi ..................... 68

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Data produksi, luas lahan dan produktivitas usahatani kopi di 89
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso, 2017 .......

2 Data Penggunaan Lahan, Tenaga Kerja, Pupuk Organik, Pupuk 91


Anorganik, Umur Tanaman Dan Jumlah Tanaman Pada
Usahatani Kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso tahun 2017 ...............................................................

3 Nilai Logaritma Natural Penggunaan Lahan, Tenaga Kerja, 93


Pupuk Organik, Pupuk Anorganik, Umur Tanaman dan Jumlah
Tanaman Pada Usahatani Kopi di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso Tahun 2017 ............................................

4 Hasil Analisis Menggunakan SPSS pada Usahatani Kopi di 95


Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun
2018 .............................................................................................

5 Biaya Bibit dan Alat Usahatani Kopi Arabika Perkebunan 98


Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ..

6 Biaya Sewa Lahan Usahatani Kopi Arabika Perkebunan Rakyat 104


di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ...............

7 Biaya Pupuk Petani Kopi Arabika di Kecamatan 106


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

8 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan 108


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

9 Biaya Tetap Pengolahan Kopi Arabika (OC) di Kecamatan 118


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

10 Biaya Sewa Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan 122


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

11 Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan 124


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

12 Total Biaya Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan 130


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

xix
13 Penerimaan Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin 132
Kabupaten Bondowoso ................................................................

14 Total Biaya Tetap Petani Kopi Arabika di Kecamatan 134


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

15 Total Biaya Variabel Petani Kopi Arabika di Kecamatan 138


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

16 Total Pendapatan Petani Kopi Arabika di Kecamatan 142


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso ......................................

xx
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan suatu kegiatan manusia seperti bercocok tanam,
peternakan, perikanan, perkebunan dan juga kehutanan. Sektor pertanian sangat
penting untuk dikembangkan di Indonesia. Mata pencaharian masyarakat
Indonesia mayoritas di bidang pertanian. Berbagai macam komoditas dibidang
pertanian mudah untuk dibudidayakan di Indonesia karena tanah Indonesia yang
dikenal subur. Pertanian dapat diberikan dalam arti terbatas dan luas. Dalam arti
terbatas, pertanian ialah pengolahan tanaman dan lingkungannya agar
memberikan suatu produk. Sedangkan dalam arti luas, pertanian ialah pengolahan
tanaman, ternak, dan ikan agar memberikan suatu produk. (Soetriono, 2006:1)
Perkebunan meliputi semua kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai. Komoditas
tanaman yang dibudidayakan perkebunan bukan tanaman yang menjadi makanan
pokok. Tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu
penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan. Luas
untuk areal perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas
yang dipasarkannya. Perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga
keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Komoditas perkebunan
memiliki jenis yang bermacam-macam. Komoditas kopi yang mendukung
perekonomian Indonesia salah satunya adalah kopi. Kopi Menjadi salah satu
komoditas perkebunan yang dibudidayakan diberbagai negara termasuk
Indonesia. Kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis
relatif tinggi di pasar dunia, kopi juga menjadi salah satu komoditas unggulan
yang terus dikembangkan di Indonesia. Kopi menjadi salah satu komoditi yang
berperan penting bagi perekonomian Indonesia, kopi diharapkan agar tetap
menjadi komoditas ekspor terbesar dan menjadi pendukung perekonomian
Indonesia. Kopi sebagai penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja bagi
sebagian masyarakat, dan juga sebagai sumber pendapatan petani. Tahun 2012
Indonesia menjadi penghasil kopi terbesar nomor tiga di dunia setelah dua negara

1
2

lainnya yaitu Brazil dan Vietnam. Hal tersebut menjadi salah satu faktor
pendukung yang membuat Indonesia memiliki keberagaman spesialiti yang telah
dikenal oleh beberapa negara khususnya Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Kopi spesialiti merupakan kopi berkualitas premium yang memiiliki cita rasa
tinggi dan aroma yang khas. Kopi spesialiti yang dibudidayakan dan dihasilkan
Indonesia diperoleh dari dua jenis kopi yang berbeda, yaitu kopi arabika dan kopi
robusta(Kusmiati, 2015:3).
Kopi arabika merupakan salah satu spesialiti kopi yang menjadi unggulan
Indonesia. Kopi arabika merupakan jenis kopi pertama yang ditemukan dan
dibudidayakan hingga sekarang. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian
700–1700 mdpl dengan suhu 16-20°C. Kopi arabika rentan terhadap serangan
penyakit karat daun Hemileia vastatrix (HV), terutama bila ditanam di daerah
dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga dari segi perawatan dan
pembudidayaan kopi arabika memang membutuhkanperhatian lebih dibanding
jenis kopi lainnya. Kopi arabika saat ini telah menguasai sebagian besar pasar
kopi dunia sehingga kopi arabika disebut dengan komoditas perkebunan
mendunia. Harga kopi arabika berada ditingkat relatif lebih tinggi dibandingkan
jenis kopi lainnya. Indonesia merupakan wilayah yang cocok untuk proses
pembudidayaan kopi arabika, karena di Indonesia memiliki banyak wilayah
dataran tinggi. Kopi arabika sebagian besar berada di perkebunan daerah
pegunungan Toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa.
Kopi arabika sebelum masuk dan dibudidayakan di Indonesia sebagian besar
berasal dari Colombia, Amerika Tengah, dan Brazil. Kopi arabika merupakan
spesies yang paling banyak dihasilkan dalam setiap produksi kopi. Produksi dari
kopi arabika bisa mencapai 70% dari jumlah total produksi disetiap periode
(Fauziah, 2015:1).
Budidaya kopi di Indonesia ada beberapa jenis. Jenis kopi yang
dibudidayakan antara lain, robusta, arabika, dan liberika. Wilayah Indonesia yang
membudidayakan kopi antara lain Toraja, Sumatera Utara, Aceh, dan wilayah
Jawa. Wilayah di Jawa yang banyak membudidayakan kopi arabika adalah Jawa
Timur. Jawa Timur merupakan wilayah Indonesia dengan wilayah dataran tinggi
3

cukup luas. Komoditas perkebunan lain selain kopi juga banyak di budidayakan di
Jawa Timur. Tahun ke tahun perkembangan luas areal dan produksi komoditas
perkebunan mengalami perubahan. Perluasan lahan terjadi pada komoditas
unggulan saja, sedangkan pada komoditas pendukung mengalami pengurangan
luas areal dikarenakan ada peralihan ke komoditas lain, atau dijadikan sebagai
perluasan komoditas utama. Berikut merupakan data perkembangan areal
komoditas utama perkebunan di Jawa Timur mulai tahun 2010 hingga 2012.
Tabel 1.1 Perkembangan Areal dan Produksi Komoditas Utama Perkebunan di
Provinsi Jawa Timur 2010-2012
Komoditas Areal (Ha) Produksi (Ton)
2010 2011 2012 2010 2011 2012
Tebu 192.970 192.587 198.278 1.014.272 1.051.642 1.252.788
Tembakau 109,250 130.824 154.141 53.695 114.816 136.62
Kapas 1.704 2.05 1.031 345 1 227
Kopi 95.692 99.122 100.847 56.202 57.397 64.239
Kakao 54.657 61.169 63.04 24.2 23.522 32.912
Kelapa 293.75 296.921 297.632 257.891 271.768 277.119
Jambu 48.284 51.234 52.903 10.5 12.36 12.719
Mete
Cengkeh 42.007 43.876 46.902 10.34 6.807 11.699
Lain- 145.801 188.572 145.798 99.475 144.448 141.448
lainnya

Jumlah 984.115 1.028.708 1.060.572 1.526.920 1.673.363 1.929.771


Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2013)
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa areal perkebunan kopi pada
tahun 2012 yaitu seluas 100.847 Ha, sedangkan pada produksi kopi di Jawa Timur
pada tahun 2012 sebanyak 64.239 ton, hasil produksi tersebut cukup tinggi dan
selalu meningkat untuk setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh permintaan akan
produk olahan kopi semakin meningkat. Areal kopi tersebut merupakan areal
terluas kelima di Jawa Timur dan produksi terbesar keempat di Jawa Timur
dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Wilayah Jawa Timur
memiliki potensi besar dalam budidaya dan produksi kopi.
Luas areal perkebunan dilihat secara menyeluruh didominasi oleh
perkebunan rakyat yang masih kurang mendapatkan dukungan penuh dari
pemerintah dan didunia bisnis, pengolahan perkebunan rakyat cenderung
dibiarkan oleh pemerintah tanpa adaya perhatian kepada keberadaan perkebunan
4

rakyat. Perkebunan rakyat diolah sendiri oleh pemilik dan bersifat mandiri.
Perkebunan rakyat disebut dengan pola swadaya yang menduduki hampir 80%
dari seluruh areal perkebunan yang ada di Indonesia. Pengelolaan yang masih
terbatas, yang berarti belum ada pembagian untuk masing-masing sistem. Petani
tanaman perkebunan dapat berfungsi dan bertidak sebagai manajer, dan dapat
bertindak sebagai pelaksana setiap kegiatan usaha yang dijalankan. Pemilik lahan
memiliki semua peran dalam pengelolaan perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat
yang sudah banyak diusahakan di Indonesia adalah tanaman kopi. Tanaman kopi
tersebar di berbagai wilayah Indonesia diantaranya Sumatera, Jawa, Bali,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Berkisar 95% areal tersebut merupakan tanaman
kopi rakyat (Suwarto, 2010:139).
Tabel 1.2 Data Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat menurut
Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015
No Kabupaten Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
1 Magetan 172 114
2 Ngawi 0 0
3 Ponorogo 466 86
4 Pacitan 326 190
5 Malang 971 245
6 Pasuruan 3.418 1.406
7 Probolinggo 962 98
8 Lumajang 335 75
9 Bondowoso 1.811 982
10 Situbondo 1.774 1.426
11 Jember 1.940 462
12 Bojonegoro 0 0
13 Batu 80 25
14 Surabaya 0 0
Jawa Timur 12.255 5.109
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan 2017
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa terdapat 4 sentra produksi kopi
arabika di Jawa Timur yaitu Kabupaten Situbondo, Pasuruan, Bondowoso dan
Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan penghasil kopi arabika perkebunan
rakyat terbesar ketiga setelah Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Pasuruan.
Produksi kopi arabika perkebunan rakyat di Kabupaten Bondowoso mencapai 982
ton dengan luas areal 1.811 ha. Kabupaten Bondowoso memberikan sumbangan
sebesar 982 ton dari total produksi kopi arabika perkebunan rakyat di Jawa Timur
sebesar 5.109 ton atau 19,22%.
5

Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu


daerah yang dikaruniai keunggulan absolut yang cocok untuk ditanami kopi. Biji
kopi arabika menjadipilihan jenis kopi yang dibudidayakan dan menjadi komoditi
ekspor andalan di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso. Kopi
arabika mampu memberikan kesejahteraan yang cukupbaik bagi para petaninya
serta tambahan pendapatan daerah Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso.Berikut merupakan data perkembangan areal komoditas utama
perkebunan di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso mulai tahun
2015 hingga 2016.
Tabel 1.3 Luas Areal Produksi Dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Kecamatan
Sumber Wringin Tahun 2015-2016.
Jenis Tanaman Luas Areal (Ha) Produksi (ton)
2015 2016 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kopi Arabika Dalam 989,00 319,00 560,73 127,50
Kawasan Hutan
2 Kopi Arabika Rakyat 96,00 146,00 55,50 43,20
Sumber : Kecamatan Dalam Angka (2017)
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa areal perkebunan kopi arabika
rakyat pada tahun 2015 yaitu seluas 96,00 Ha, sedangkan pada produksi kopi
arabika rakyat pada tahun 2015 sebanyak 55,50 ton, hasil produksi tersebut cukup
tinggi sedangkan untuk kopi arabika dalam kawasan hutan pada tahun 2015
memiliki luas areal 989,00 Ha, sedangkan pada produksi kopi arabika dalam
kawasan hutan sebanyak 560,73 ton. Pada tahun 2016 produksi kopi mengalami
penurunan baik kopi arabika rakyat maupun kopi arabika dalam kawasan hutan.
Luas areal kopi arabika rakyat pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar
146,00 Ha, akan tetapi jumlah peningkatan itu tidak dibarengi dengan produksi
yang dihasilkan, produksi yang dihasilkan kopi arabika rakyat mengalami
penurunan sebesar 43,20 ton. Penurunan produksi juga dihasilkan oleh kopi
arabika dalam kawasan hutan. Luas areal kopi arabika dalam kawasan hutan
mengalami penurunan sebesar 319,00 Ha, sedangkan untuk hasil produksi yang
didapatkan sebesar 127,50 ton. Berdasarkan data luas areal dan produksi, produksi
kopi yang dihasilkan mengalami penurunan, sehingga ada beberapa faktor yang
menghambat terjadinya penurunan jumlah produksi.
6

Tabel 1.4 Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Dalam
Kawasan Hutan Kabupaten Bondowoso menurut Kecamatan Tahun 2016
No Kecamatan Dalam Kawasan Hutan
Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
1 Maesan 227,85 82,03
2 Grujugan 0,00 0,00
3 Tamanan 0,00 0,00
4 Jambesari DS 0,00 0,00
5 Pujer 0,00 0,00
6 Tlogosari 15,00 5,25
7 Sukosari 0,00 0,00
8 Sumber Wringin 1.504,52 541,63
9 Tapen 0,00 0,00
10 Wonosari 0,00 0,00
11 Tenggarang 0,00 0,00
12 Bondowoso 0,00 0,00
13 Curahdami 0,00 0,00
14 Binakal 15,00 5,40
15 Pakem 49,00 17,64
16 Wringin 0,00 0,00
17 Tegalampel 0,00 0,00
18 Taman Krocok 0,30 0,10
19 Klabang 0,00 0,00
20 Botolinggo 307,50 107,63
21 Sempol 363,21 134,39
22 Prajekan 0,00 0,00
23 Cermee 153,00 55,08
Kabupaten Bondowoso 2.635,38 949,14
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso 2017
Berdasarkan tabel 1.4 dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Sumber Wringin
adalah penghasil kopi arabika terbesar di Kabupaten Bondowoso. Luas areal
perkebunan rakyat kopi arabika sebesar 1.504,52 ha dengan produksi 541,63 ton.
Kecamatan Sumber Wringin mempunyai kontribusi terbesar dalam produksi kopi
arabika di Kabupaten Bondowoso, dimana Kecamatan Sumber Wringin
menyumbang 57,06% dari total produksi kopi arabika yang dihasilkan Kabupaten
Bondowoso.
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso memiliki areal
komoditas kopi arabika yang cukup luas dengan produksi tiap tahunnya juga
cukup tinggi, namun semakin lama produksinya juga semakin turun. Penurunan
produksi dari kopi arabika juga akan mengakibatkan penurunan dari pendapatan
yang diterima oleh petani. Penurunan produksi kopi arabika yang terjadi di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupten Bondowoso karena penggunaan faktor-
7

faktor produksi yang kurang optimal yang masih belum sesuai dengan kebutuhan.
Faktor-faktor produksi yang kurang optimal secara tidak langsung akan
mengurangi produksi kopi arabika
Berdasarkan uraian di atas maka dianggap penting untuk melakukan
penelitian mengenai analisis produksi dan pendapatan kopi arabika. Guna melihat
perkembangan produksi akan dianalisis faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
produksi kopi arabika. Analisis faktor-faktor produksi nantinya kan dapat
diketahui faktor apa saja yang berperan penting dalam produksi kopi arabika
sehingga nantinya peningkatan produksi kopi arabika akan mempengaruhi
pendapatan yang diterima oleh petani kopi arabika. Maka peneliti mengambil
judul “Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Kopi Arabika di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso”.
8

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana produktivitas kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi arabika di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso?
3. Bagaimana pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui produktivitas kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi
kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
3. Untuk mengetahui pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso.

1.3.2 Manfaat Penelitian


1. Bagi petani kopi diharapkan dapat memberikan masukan bagi peningkatan
produksi kopi arabika terutama di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian merupakan rekomendasi/masukan bagi
pengambil kebijakan di Kabupaten Bondowoso terkait dengan peningkatan
produksi kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
3. Bagi peniliti, untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam menganalisa
masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia disesuaikan dengan
pengetahuan yang diperoleh.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Retno, Heru dan Hendra. 2012
yang berkaitan dengan produksi kopi dengan judul “Analisis produksi dan
pendapatan kopi robusta kualitas ekspor (Studi kasus di PT Perkebunan Nusantara
XII (Persero) Kebun Ngrangkah Pawon, Kabupaten Kediri) Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui produksi yang dihasilkan dengan beberapa faktor
pendukung didalamnya dan mengetahui pendapatan. Metode yang digunakan
adalah deskriptif analitik dengan mengunakan model Cobb Douglasdengan regresi
linear berganda dengan mengunakan program analisis data yaitu SPSS. Hasil yang
ditunjukkan dalam penelitian bahwa produksi yang dihasilkan cenderung rendah,
penurunan produksi sebesar 34% dibandingkan periode sebelumnya hal tersebut
dikarenakan faktor lahan yang tidak mendukung, lahan yang tidak diolah lagi
memberikan kesuburan yang kurang sehingga penanaman kopi tidak optimal.
Produksi yang dihasilkan juga dalam kategori kualitas sedang karena proses saat
pasca panen tidak mendapat perlakuan seperti yang dianjurkan. Proses
pemanenan, pengupasan, pencucian, hingga pengeringan belum optimal sehingga
kualitas produk yang didapat masih rendah dan juga tingkat produksi yang
dihasilkan juga rendah. Perlunya evaluasi dan perbaikan ulang mulai dari lahan
hingga proses setelah panen dan pasca panen diperlukan agar produksi kopi yang
dihasilkan meningkat kembali. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap
produksi kopi robusta adalah lahan, dan pupuk KCL, sedangkan untuk pupuk urea
tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi robusta.
Penelitian yang berkaitan dengan produksi kopi arabika yang dilakukan
oleh Dewi dan Nyoman (2017) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Modal, Tenaga Kerja, dan Luas Lahan Terhadap Jumlah Produksi Kopi Arabika
di Kecamatan Kintamani Kabupaten Baangli”. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis linear berganda Cobb Douglas. Hasil
dari penelitian ini menyatakan bahwa,variabel modal, tenaga kerja dan luas lahan

9
10

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi kopi arabika
diKecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.
Penelitian yang dilakukan Risal, Widjajanti, dan Jumiati (2014) yang
berjudul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi Rakyat
Di Kecamatan Silo Kabupaten JemberAnalisis Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”. Tujuan
dari penelitian ini untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Alat analisis yang
digunakan regresi linier berganda pendekatan Cobb-Douglas. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan variabel modal berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi
rakyat, sedangkan variabel tenaga kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap produksi kopi rakyat.
Penelitian tentang produksi menurut Risandewi (2013) yang berjudul
“Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta di Kabupaten Temanggung” tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui dari faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi tingkat produksi kopi rakyat di Kecamatan Candiroto. Metode
untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi
kopi digunakan analisis regresi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat produksi kopi
robusta di Kecamatan Candiroto adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah
tanaman, penggunaan pupuk, dan umur tanaman. Hanya variabel umur tanaman
kopi yang bertanda negatif terhadap tingkat produksi kopi robusta.
Penelitian menurut Yordy, G. 2017 dalam judul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Kopi Arabika di Sulawesi Selatan” Metode Regresi
Linear Berganda dengan menggunakan Eviews, menunjukkan bahwa variabel
modal, luas lahan, tenaga kerja, secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap
produksi kopi arabika di Sulawesi Selatan, sedangkan Variabel pupuk tidak
signifikan mempengaruhi produksi kopi arabika di Sulawesi Selatan. dapat
diketahui dalam penelitian ini variabel modal, luas lahan, tenaga kerja dan pupuk
terhadap produksi kopi arabika di Sulawesi Selatan berpengaruh positif terhadap
produksi kopi arabika, artinya ketiga faktor yang diteliti tersebut memberi
11

pengaruh yang cukup berarti terhadap produksi kopi arabika. Faktor modal yang
dikeluarkan oleh petani dapat mendorong untuk menambah jumlah bibit kopi dan
membiayai faktor-faktor produksi lain agar produksi kopi arabika dapat terus
meningkat. Faktor lahan sangat berpengaruh karena jika semakin luas areal lahan
yang ditanam maka juga akan berpengaruh dengan jumlah produksi kopi arabika.
Faktor tenaga kerja dapat membantu dalam memaksimalkan dalam hal mengolah
kebun kopi sehingga semakin besar peluang meningkatkan produksi kopi arabika.
Sedangkan untuk faktor pupuk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi kopi arabika di Sulawesi Selatan. Artinya pupuk yang digunakan tidak
secara efisien dalam meningkatkan produksi kopi arabika.
Berdasarkan penelitan yang dilakukan Thamrin, S. 2014 dalam judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi Arabika di
Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan” dalam penelitian ini metode analisis yang
digunakan untuk fungsi produksi yaitu Cobb Douglas metode ini dipilih karena
sederhan.Penelitian ini menggunakan sepuluh faktor produksi, antara lain: luas
lahan, jumlah pohon produktif, pupuk urea, ZA, SP36, KCL, pestisida, herbisida,
pupuk kandang, dan tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui
bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
produksi kopi arabika. Adapun faktor-faktor input yang berpengaruh terhadap
produksi per luas lahan kopi arabika adalah pupuk Urea, pupuk ZA, herbisida,
pupuk kandang dan tenaga kerja.
Penelitian tentang pendapatan menurut Supriyadi et al. (2014) yang
berjudul “Analisis Pendaatan Usahatani Kopi (Coffea sp) Rakyat di Kecamatan
Limbangan Kabupaten Kendal” dalam penelitian ini Biaya dari usahatani kopi
rakyat di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal yaitu biaya tetap Rp. 200.800
dan biaya variabel Rp. 1.722.900 sehingga diperoleh biaya total Rp. 1.923.700 per
musim panen. Hasil produksi rata-rata per musim panen dari usahatani kopi rakyat
di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal yaitu 1.646,08 Kg dengan harga jual
Rp. 4.000 per/kg maka total penerimaan dari usahatani kopi adalah Rp. 6.584.300
per musim panen. Pendapatan usahatani kopi rakyat di Kecamatan Limbangan
Kabupaten Kendal yaitu penerimaan Rp. 6.584.300 per musim panen dikurangi
12

biaya total Rp. 1.923.700 per musim panen sehingga diperoleh pendapatan sebesar
Rp 4.660.600 per musim panen (satu tahun).
Berdasarkan penelitan yang dilakukan Syusantie (2013), dengan judul
penelitian “Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Margin
Pemasaran di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai”. Penelitian ini menyatakan
bahwa penerimaan usahatani diperoleh dari hasil kali jumlah produksi dengan
harga produk yang diterima oleh petani, sedangkan pendapatan diperoleh dari
selisih antara penerimaan dengan total biaya usahatani yang dikeluarkan. Rata-
rata pendapatan petani kopi arabika diatas merupakan hasil perhitungan dalam
satu kali musim panen sedangkan hasil survei di lokasi penelitian menunjukkan
bahwa dalam satu tahun terjadi empat kali musim panen sesuai dengan masa
tunggu buah kopi arabika dari awal berbuah sampai proses panen. Pendapatan
menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh petani kopi arabika
sebesar Rp 1.164.083,30 dengan total penerimaan sebesar Rp 1.823.250,00 dan
total biaya sebesar Rp 659.166,67, sehingga dapat diketahui bahwa usahtani kopi
yang dilakukan menguntungkan, Ini berarti bahwa adanya keuntungan yang
diperoleh masing-masing petani.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewi (2017), Risal (2014), dan
Retno (2012) yaitu membahas tentang produksi kopi. Melihat kekurangan dari
penelitian tersebut yaitu hanya beberapa variabel saja yang digunakan. Variabel
yang digunakan oleh ketiga peneliti tersebut antara lain, modal, tenaga kerja, luas
lahan, dan pupuk (KCL dan urea). Dari ketiga penelitian tersebut hasil yang
diperoleh memiliki perbedaan yang mempengaruhi faktor-faktor produksi kopi.
Penelitian yang dilakukan menurut Thamrin (2014), Yordy (2017), dan Risandewi
(2013). Dengan pokok pembahasan produksi kopi. Varibel yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain luas lahan, jumlah pohon produktif, pupuk urea, ZA,
SP36, KCL, pestisida, herbisida, pupuk kandang, dan tenaga kerja. Kekurangan
dari ketiga ini dapat dilihat dari perbedaan penggunaan variabel sehingga hasil
yang diperoleh tidak memilik kesamaan.
13

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Tanaman Kopi
Tanaman kopi digolongkan ke dalam genus Coffea keluarga Rubiaceae.
Genus Coffea memiliki lebih dari 100 anggota spesies. Tiga spesies yang
dibudidayakan untuk tujuan komersial, yakni Coffea arabica, Coffea canephora,
dan Coffea liberica. Klasifikasi jenis tanaman kopi sebagai berikut :
Kingdom : Plantea
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianacea
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica; Coffea robusta; Coffea liberica.
Tanaman kopi hanya dimanfaatkan bijinya untuk diekstrak sebagai minuman.
Beberapa tempat ada juga yang mengkonsumsi daunnya dengan cara diseduh
seperti daun teh. Daun kopi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, beberapa
daerah membuat teh berbahan dasar kopi untuk pengobatan dan juga
memanfaatkan keberadaan daun kopi yang banyak terbengkalai. Pemanfaatan
kopi juga bisa pada bagian kayu, kayu pohon kopi dijadikan sebagai bahan
kontruksi dan mebel jarang dilakukan (Rahardjo, 2012:10).
Menurut Rahardjo, (2012:9). Biji kopi yang diperdagangkan secara global
dihasilkan dari tanaman Coffea arabica dan Coffea canephora dengan nama
popular kopi arabika dan kopi robusta. Sisanya dalam jumlah yang tidak
signifikan merupakan jenis Coffea liberica yang diperdagangkan dengan nama
kopi liberika dan kopi excelsa. Indonesia membudidayakan dua jenis kopi, arabika
dan robusta. Tiga jenis yang memiliki nilai ekonomis bagi manusia sehingga
dibudidayakan oleh masyarakat antara lain:

1. Coffea arabica (Kopi Arabika)


Pohon kopi arabika berbentuk perdu, namun bila tidak dipangkas
ketinggiannya bisa mencapai 6 meter. Tanaman ini bisa ditanam di bawah
14

naungan pohon peneduh ataupun lahan terbuka. Pohon kopi arabika memiliki
perkaran yang dalam, bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman kayu atau
tanaman lainnya. Daun kopi arabika berukuran relatif kecil dibanding jenis kopi
lainnya, panjangnya 10-15 cm dan lebarnya 4-6 cm. Tanaman bisa menyerbuk
sendiri, proses penyerbukan bisa terjadi diantara bunga yang terdapat dalam satu
pohon. Lamanya perkembangan buah sejak berbunga hingga siap panen berkisar
7-9 bulan. Buahnya berwarna merah ketika matang dan mudah rontok.
Tanaman kopi arabika hanya tumbuh dengan baik bila dibudidayakan di
atas ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Idealnya ditanam pada
ketinggian 1.200-1.950 meter. Suhu harian rata-rata yang dibutuhkan tanaman
kopi arabika berkisar 15-24°C dengan curah hujan 1.200-2.200 mm per tahun.
2. Coffea canephora var. Robusta (Kopi Robusta)
Pohon kopi robusta bisa tumbuh hingga 12 meter bila tidak dipangkas.
Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang dangkal sehingga membutuhkan
tanah yang subur. Daun kopi robusta cukup besar dengan panjang sekitar 20-35
cm dan lebar 8-15 cm.Tanaman kopi robusta melakukan penyerbukan silang.
Ukuran buahnya lebih kecil dibanding arabika. Diameternya berkisar dari 16-18
mm. Waktu yang diperlukan mulai dari berbunga hingga buah siap panen sekitar
9-11 bulan. Buah yang telah matang tetap kuat menempel pada tangkainya.Jenis
robusta bisa tumbuh dengan baik di dataran yang lebih rendah, sekitar 250-1.500
meter dari permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan suhu rata-rata yang lebih
hangat, sekitar 18-36°C dengan curah hujan 2.200-3.000 mm per tahun.
3. Coffea liberica var. Liberica (Kopi Liberika)
Pohon kopi liberika memiliki ukuran cukup besar, tingginya bisa mencapai
18 meter. Ukuran buah kopi liberika paling besar diantara kopi budidaya lainnya
dengan diameter sekitar 18-30 mm. Rasio berat kering terhadap berat buah
segarnya sangat rendah. Tanaman kopi liberika bisa hidup dengan baik pada
ketinggian kurang dari 700 meter. Bahkan ada tipe kopi liberika yang tahan
ditanam di lingkungan tanah yang memiliki tingkat keasaman tinggi seperti lahan
gambut.
15

2.2.2 Usahatani Kopi


Ilmu usahatani pada umumnya dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Usahatani juga dapat di definisikan sebagai kegiatan mengenai
penggunaan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian
agar diperoleh hasil yang maksimal dengan total pengeluaran yang minimal.
Sumber daya yang digunakan dalam berusahatani tersebut adalah lahan, tenaga
kerja, modal dan manajemen. Kegiatan usahatani bertujuan memproduksi untuk
menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Adanya efisiensi pada usahatani
sangat penting karena dengan efisiensi, maka usaha yang dilakukan dapat optimal.
Usaha dapat dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi
faktor produksi (input) (Soetriono, 2006:30).
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani dapat juga berupa usaha bercocok tanam
atau juga memelihara ternak. Usahatani kopi berarti melakukan usaha atau
serangkaian kegiatan untuk mengembangkan kopi agar memiliki nilai ekonomis.
Indonesia memiliki wilayah perkebunan kopi yang cukup luas sebagian besar
masyarakat di daerah tertentu menjadikan usahatani kopi sebagai matapencaharian
utama. Kegiatan usahatani kopi memiliki pendapatan yang cukup besar karena
kopi memiliki penggemar yang cukup banyak (Iski, dkk. 2015:142).
Melakukan usahatani kopi yang terpenting tahap awal adalah menentukan
jenis kopi apa yang cocok dibudidayakan diwilayah tersebut, karena berbagai
jenis kopi yang ada membutuhkan wilayah yang berbeda-beda. Penentuan jenis
kopi selesai dilanjutkan dengan pemilihan bibit unggul karena pengggunaan bibit
ungul akan mempengaruhi produksi kopi yang dihasilkan. Penanaman kopi dapat
dilakukan dengan membuat lubang pertanaman untuk meletakkan bibit kopi. Bibit
16

kopi sebelum ditanam didalam lubang yang disediakan sekitar 2-3 bulan
sebelumya ditanam didalam polybag. Dua atau tiga bulan berlalu baru bibit kopi
yang di polybag dipindahkan kedalam lubang yang telah disediakan. Bibit kopi
yang telah ditanam setelahnya mendapat perawatan an perlakuan pendukung agar
pertumbuhan kopi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan kopi bisa berpa
pemberian pupuk, penyiraman, serta pemangkasan (Zainura, dkk. 2016:132).
Kegiatan usahatani kopi juga memiliki beberapa teknik agar kualitasnya
tetap baik dan juga kandungan manfaatnya lebih banyak. Usahatani kopi organik,
menggunakan bahan yang aman dan tanpa pestisida. Kopi organik dipercaya
sebagai kopi dengan kualitas baik karena selama proses usahatani kopi tidak
terkontaminasi dengan bahan kimia yang berlebih jadi aman untuk kesehatan dan
juga kualitas yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan kopi non organik
(Affandi, dkk. 2014:93).

2.2.3 Budidaya kopi


Menurut Sri(2004:17), berikut adalah langkah-langkah dalam
pembudidayaan kopi secara benar dan tepat :
1. Pemilihan Jenis dan Varietas
Pemilihan varietas ataupun jenis kopi yang akan dibudidayakan berfungsi
untuk menentukan wilayah atau area tanam yang cocok untuk kopi tersebut.
Beberapa kopi yang banyak di budidayakan di Indonesia memiliki kebutuhan
yang berbeda agar dapat dilakukan pembudidayaan. Kopi arabika salah satu jenis
kopi yang harus ditanam diatas ketingian 800 mdpl atau juga lebih dari itu, jika
ditanam dibawah ketinggian 800 mdpl kopi arabika akan tumbuh dengan hasil
yang tidak diharapkan.
2. Persiapan Bibit Kopi
Bibit kopi yang akan digunakan diusahakan adalah bibit unggul agar
produksi yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Budidaya kopi arabika sumber
tanaman yang digunakan adalah varietas, seperti varietas S 795, USDA 762,
Kartika-1 dan Kartika-2. Budidaya kopi robusta sumber tanaman yang digunakan
17

dalah klonseperti klon BP 42 atau BP 358. Perbanyakan bibit kopi terdapat dua
cara, bisa generatif dan juga vegetatif.
3. Persiapan Lahan dan Pohon Teduh
Budidaya kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun rendah,
tergantung dari jenis kopi yang dipilih. Secara umum kopi membutuhkani tanah
gembur yang kaya bahan organik. Menambah kesuburan berikan pupuk organik
dan penyubur tanah di sekitar area tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada
keasaman tanah 5-6,5 pH, sedangkan robusta pada tingkat keasaman 4,5-6,5 pH.
Hal yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya kopi adalah
menanam pohon peneduh. Pohon peneduh memiliki manfaat untuk mengatur
intensitas cahaya matahari yang masuk. Tanaman kopi termasuk tumbuhan yang
menghendaki intensitas cahaya mataheri tidak penuh.
4. Penanaman Bibit Kopi
Memindahkan bibit dari polybag ke lubang tanam di areal kebun. Jarak
tanam budidaya kopi yang dianjurkan adalah 2,75×2,75 meter untuk robusta dan
2,5×2,5 meter untuk arabika. Jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian
lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang dan semakin rendah semakin rapat
jarak tanamnya. Lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm. Dua bulan sebelum
penanaman campurkan 200 gram belerang dan 200 gram kapur dengan tanah
galian bagian bawah, selanjutnya masukkan kedalam lubang tanam. Sekitar 1
bulan sebelum bibit ditanam campurkan 20 kg pupuk kompos dengan tanah galian
atas, kemudian masukkan ke lubang tanam. Serangkaian proses telah selesai maka
bibit kopi siap ditanam dalam lubang tanam. Papas daun terlebih dahulu yang
terdapat pada bibit hingga tersisa ⅓ bagian untuk mengurangi penguapan.
Keluarkan bibit kopi dari polybag, kemudian gali sedikit lubang tanam yang telah
dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan panjang akar. Bagi bibit
yang memiliki akar tunjang usahakan agar akar tanaman tegak lurus. Tutup
lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri ajir untuk
menopang tanaman agar tidak roboh.
18

5. Perawatan Budidaya Kopi


a. Peyulaman
Bibit selesai ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut
setidaknya seminggu dua kali. Bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya satu
bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada pohon
kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama.
Perawatan yang dilakukan lebih instensif agar tanaman penyulam bisa menyamai
pertumbuhan pohon lainnya.
b. Pemupukan
Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik
atau pupuk buatan. Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun
seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap
tanaman sekitar 20 kg dan diberikan sekitar 1-2 tahun sekali.
c. Pemangkasan pohon
Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang
tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang
sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan
diperkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada
perkebunan di daerah dataran rendah dan basah.

2.2.4 Teori Produksi


Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) untuk
menghasilkan suatu output. Faktor produksi merupakan semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang terpenting di antara faktor
produksi yang lain diantaranya lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-
obatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen. Hubungan antara faktor produksi
19

(input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau juga
disebut dengan factor relationship (Soekartawi, 2010:46).
Menurut Soetriono (2015:70) Produsen dalam kegiatan ekonomi (mikro)
akan mengalokasikan anggarannya dengan membeli faktor-faktor produksi untuk
dipergunakan memproduksi barang dan jasa dengan tujuan untuk mencapai
keuntungan yang maksimum (atau tingkat produksi yang optimum). Dalam
menggunakan faktor-faktor produksi pada proses produksi berlaku Hukum
Kenaikan produksi yang Menurun (The Law of Diminishing Return).
Beberapa faktor produksi atau input yang digunakan akan menghasilkan
output (keluaran). Jumlah output juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan.
Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output yang dihasilkan,
dengan teknologi tertentu, disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu
fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara faktor-faktor produksi
dan tingkat produksi yang diciptakan. Model ini, hubungan antara input yaitu
faktor-faktor produksi dan output yaitu jumlah produksi disusun dalam fungsi
produksi (Soetriono, 2015:71).
Lahan pertanian di banyak daerah mengalami degradasi lahan akibat
konversi lahan dan degradasi tanah (kurang subur). Konversi lahan disebabkan
oleh banyak faktor seperti: kebutuhan perumahan karena bertambahnya jumlah
orang, pembangunan infrastuktur, pembangunan industri dan bangunan non
pertanian. Degradasi tanah (kurang subur) disebabkan oleh petani bertani dalam
kegiatan bertani. Kondisi tersebut akan menjadi ancaman di masa depan sektor
pertanian, terutama untuk ketersediaan produksi tanaman panganPenerapan teknik
budidaya untuk komoditas kedelai, beras, dan jagung bervariasi di antaranya. yang
disebabkan oleh banyak faktor seperti: kondisi geografis dan topografi, pola curah
hujan yang berhubungan dengan kalender dan pola penanaman, kebiasaan pola
lokal dalam praktik budidaya (misalnya, pengolahan lahan, pengolahan lahan
penggunaan benih lokal atau bersertifikat, ruang tanam, dan pengolahan tanaman,
variasi kualitas sumber daya petani, terutama untuk keterampilan dan pengalaman
dalam bertani. ketersediaan layanan teknis informasi dan budidaya, dan modal
usaha pertanian (Soetriono, 2016:124)
20

Fungsi produksi dapat dituliskan dalam rumus :

Q = f(K, L, R, T)

Sumber: Soetriono, 2015:71


Keterangan :
Q (quantity) = Produksi (output)
f (function) = Simbol persamaan
fungsi K (capital) = Kapital/modal
L (labour) = Tenaga kerja
R (resources) = Sumber daya alam
T (technology)= Teknologi
(K, R, L, T) = Faktor-faktor produksi (input)
Dalam suatu kegiatan usahatani juga berlaku hukum The Law of
Diminishing Returns yang dapat digunakan untuk menganalisis peranan masing-
masing faktor produksi dengan menganggap bahwa salah satu faktor produksi
dianggap berubah-ubah sedang faktor produksi lainnya konstan. Asumsi tersebut
berlaku bagi semua faktor produksi. Hubungan antara Total Product (TP) dengan
Marginal Product (MP) dan Avarage Product (AP). Kurva fungsi produksi
menjelaskan beberapa tahap.
1. Tahap I, membuktikan penambahan input akan meningkatkan produksi
total maupun produksi rata-rata. Hasil yang diperoleh dari input masih
jauh lebih besar dari tambahan biaya yang harus dibayarkan. Produsen
akan mengalami kerugian apabila berproduksi pada tahap ini.
2. Tahap II, berlaku hukum The law of Deminishing Return, baik produksi
marginal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan, akan tetapi
nilainya masih positif. Penambahan input akan tetap menambah produksi
total sampai mencapai nilai maksimum.
3. Tahap III, produsen tidak mungkin melanjutkan produksi karena
penambahaninput justru dapat menurunkan produksi total sehingga
21

produsen akan mengalami kerugian. Dengan demikian, hanya tahap II


yang merupakan tahap produsen untuk produksi yang rasional.
Menurut Hariyanti (2007), hubungan antara berbagai faktor produksi
variabel dapat ditunjukkan melalui penggunaan kurva-kurva. Didalam
mempelajari tingkat penggunaan faktor produksi dalam suatu proses produksi, ada
tiga buah kurva yang penting untuk dipelajari, yaitu :
a. Kurva Produk Total (Total Product = TP)
Kurva yang menunjukkan hubungan antara faktor produksi yang
dipergunakan dengan produk total yang dihasilkan dinamakan kurva produk total
(TP). Apabila produk total dinyatakan dalam satuan fisik, seperti kilogram,
kuwintal, ton dan lain-lain maka disebut kurva produk fisik total. Apabila produk
total itu dinyatakan dalam nilai uangnya maka dinamakan kurva nilai produk total.
Hubungan yang umum terjadi adalah dengan meningkatnya faktor
produksi variabel akan meningkatkan total produksi sampai suatu titik dimana
penggunaan faktor produksi pada kondisi tersebut akan menghasilkan produk
yang maksimum. Apabila penggunaan faktor produksi ditambah tidak lagi
meningkatkan produk, akan tetapi justru menurunkan produksi.
b. Kurva Produk Rata-Rata (Average Product = AP)
Produk rata-rata adalah rasio antara produksi dengan faktor produksi yang
digunakan. Kurva produk rata-rata (average product curve) merupakan kurva
yang menunjukkan hubungan antara penggunaan faktor produksi yang
dipergunakan dan produk rata-rata pada bermacam tingkat penggunaan faktor
produksi. Apabila produk rata-rata dinyatakan dalam satuan fisik, kurva tersebut
dinamakan produk fisik rata-rata (average physical product curve).
22

Produksi (Y) C

Y2 B
Kurva Produk Total (TP)

Y1

0 X3 X1 X4 X2

I II III
eprod≥1:Daerah 1>eprod eprod≤0:Daerah

Y MP maks

AP Maks

Kurva Produk Rata-Rata (AP)

0 X1 X2 X

Gambar 2.1 Hubungan antara Produk Total, Produk Rata-Rata dan


Produk Marginal (Sumber: Hariyati, 2007)

c. Kurva Produk Marginal (Marginal Product = MP)


Produk marginal (MP) adalah tambahan produksi karena penambahan satu
satuan faktor produksi. Kurva yang menunjukkan hubungan antara faktor
produksi dan produk marginal pada berbagai tingkat oemakaian faktor produksi
dinamakan kurva produk marginal (marginal product curve). Apabila produk
marginal dinyatakan dalam satuan fisik maka kurvanya dinamakan kurva produk
fisik marginal (marginal physical product curve).
Menurut Hariyati (2007:97-100), perubahan dari produk yang dihasilkan
yang disebabkan oleh perubahan pada faktor produksi yang dipakai, dapat
dinyatakan dengan elastisitas produksi. Yang disebut dengan elastisitas produksi
23

adalah rasio perubahan relatif produk yang dihasilkan dengan perubahan relatif
jumlah faktor produksi yang dipakai. Elastisitas produksi ini juga disebut dengan
koefisien fungsi dan disimbolkan dengan tanda e atau eprod. Berikut ini adalah
daerah-daerah produksi :

output

C
TP

B
A

A
a
Input
variabel
0
output

Tahap II

Tahap I Tahap III


0 < Ep < 1
Ep > 1 Ep < 1

MP Maks
a
b
AP Maks
b

AP
c Input
0 MP = 0 variabel
MP

Gambar 2.2 Kurva The law of deminishing return


Sumber : Hariyati (2007)
Gambar 2.2 menunjukkan tahap-tahap produksi yang berhubungan dengan
peristiwa “Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang”. Kurva
24

fungsi produksi tersebut terdiri dari beberapa kurva, yaitu; (a) Kurva produksi
total (TP) yang bergerak dari 0 menuju A, B dan C; (b) Kurva produksi rata-rata
(AP); dan (c) Kurva produksi marginal (MP). Kurva fungsi produksi tersebut
dibagi menjadi tiga fase/tahap yang terdiri dari: a. Tahap I

Tahap I, berlaku “Hukum Pertambahan Hasil Produksi yang Semakin


Besar (Law of Increasing Return)”. Penggunaan input variabel sebelum titik A
pada kurva TP akan menyebabkan produktivitas dari input variabel akan terus
naik. Semakin banyak input variabel yang digunakan, maka akan semakin besar
kemungkinannya untuk diadakan spesialisasi, sehingga setiap input variabel
mampu memberikan hasil yang lebih besar. Apabila penambahan input variabel
diteruskan, maka manfaat spesialisasi semakin berkurang, karena satu unit output
yang tetap harus menggunakan input variabel yang semakin besar, sehingga
produktivitas per unit input variabel menjadi semakin menurun, meskipun
kenaikan hasil masih positif. Hal ini ditunjukkan pada gambar kurva produksi
total pada titik B, dimana kurva AP mencapai maksimum dan berpotongan dengan
kurva PM di titik B. Di sinilah batas dimana hukum kenaikan hasil yang semakin
berkurang itu mulai berlaku. Disebelah kiri dari titik B pada kurva TP dan titik b
pada kurva AP dan PM, produksi termasuk dalam ‘tahap irrasional’, dimana
elastisitas produksinya (Ep>1). Berarti penambahan faktor produksi sebesar (1%)
akan menyebabkan penambahan produksi yang selalu lebih besar dari (1%). b.
Tahap II
Tahap II, ini penggunaan input variabel setelah titik A pada kurva TP dan
titik a pada kurva AP, berlaku “Hukum Penambahan Hasil Produksi yang
Semakin Berkurang (Law of Deminishing Return)”. Apabila penambahan input
variabel diteruskan, produktivitas dari input variabel menjadi nol dan kemudian
negatif. Terlalu banyak input variabel yang digunakan, malah justru kurang
efektif. Kuantitas produksi sebelumnya malah justru lebih besar daripada
sesudahnya. Dengan demikian fase penggunaan input variabel yang mempunyai
arti penting bagi produsen adalah antara titik B dan C. Fase ini biasanya disebut
sebagai fase ekonomis, karena kuantitas input variabel yang memberikan manfaat
25

terbesar terletak pada batas-batas ini. Sedangkan efisiensi secara teknis/fisik


terjadi pada fase ini tepatnya pada saat kurva AP mencapai maksimum pada titik
B. Efisiensi akan dapat dicapai pada fase ini apabila informasi harga input
variabel dan harga produknya untuk menentukan jumlahnya yang tepat. Harga
input dan harga outputnya dikatakan sebagai indikator pilihannya. Pada tahap/fase
ini dikatakan sebagai daerah produksi rasional dimana elastisitas produksinya
0<Ep<1. Penambahan faktor produksi sebesar (1%), akan menyebabkan
penambahan produksi paling tinggi (1%) dan paling rendah (0%) c. Tahap III

Tahap III, ini penggunaan input variabel setelah titik C pada kurva TP
dimana bersamaan dengan kurva MP yang nilainya mulai negatif, sehingga tidak
ada penambahan produktivitas per unit input variabel yang ditambahkan. Apabila
input variabel terus ditambahkan maka produk total yang dihasilkan menurun.
Pada fase ini akan berlaku “Hukum Penambahan Hasil Produksi yang Semakin
Menurun (Law of Decreasing Return)”. Oleh sebab itu tahap/fase ini disebut
sebagai ‘daerah produksi irrasional’ dimana elastisitas produksinya Ep<0. Berarti
setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan pengurangan produksi.
Jadi penambahan faktor produksi pada daerah ini akan mengurangi pendapatan.

2.2.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Fungsi Produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel. Hasil analisis penggunaan faktor produksi
dilakukan dengan bantuan fungsi Cobb-Douglas, dimana variabel dependen
yaitu(Y) adalah produksi dan variabel independen yaitu (X) adalah faktor
produksi. Fungsi Cobb-Douglass sering digunakan karena beberapa alasan praktis
yaitu bentuk produksi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah dalam
penerapannya. (Soekartawi, 2010:59).Penyelesaian fungsi Cobb-Dauglas suatu
penyelesaian yang selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi
fungsi linear, maka ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan sebelum
menggunakan fungsi Cobb-Dauglas antara lain:
26

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite),
2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective
technologies). Artinya, jika pada model Cobb-Dauglas yang digunakan dalam
suatu pengamatan dan bila analisis yang diperlukan lebih dari satu model
katakanlah dua model maka perbedaaan terletak pada intercept dan bukan
pada kemiringan garis (slope) model tersebut,
3. Tipe variabel X adalah perfect competition,
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi ) seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan, u.
Fungsi Cobb-Douglass mampu menggambarkan keadaaan skala hasil (return
to scale) apakah sedang meningkat atau menurun, dan koefiensi-koefisiensi fungsi
produksi Cobb-Douglass secara langsung menggambarkan elastisitas produksi
dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam
fungsi Cobb-Douglass. Koefisiensi intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglass
merupakan indeks produksi yang menggambarkan elastisitas produksi dari setiap
produksi yang sedang dikaji (Ramadhani, 2011:63).
Menurut Ramadhani (2011:65), beberapa alasan praktis yang membuat
produksi Cobb-Douglass sering digunakan adalah :
1) Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah dalam
penerapannya.
2) Fungsi produksi Cobb-Douglass mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(Return to Scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3) Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglass secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan
dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglass itu.
4) Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglass merupakan indeks
efisiensi produksi yang secara langsung mengambarkan efisiensi penggunaan
input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang sedang dikaji.
27

2.2.6 Teori Biaya


Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses
produksi karena biaya produksi berada pada posisi yang langka dan harus
digunakan seefien mungkin agar membuahkan pendapatan yang optimal. Kegiatan
produksi yang efisien adalah kegiatan produksi yang dilakukan dengan menekan
biaya serendah-rendahnya dengan meningkatkan produksi setinggitingginya dan
diinvestasikan sesuai dengan hasil yang ingin dicapai pada akhir produksi. Biaya
produksi merupakan penegluaran selama proses produksi meliputi pengeluaran
yang dilakukan untuk faktor produksi dan jasa yang digunakan dalam proses
produksi (Soetriono 2015:72).
Biaya produksi dapat dibagi menjadi biaya tetap (FC) dan biaya variabel
(VC). Biaya tetap adalah semua biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi, yang termasuk dalam biaya tetap misalnya sewa tanah,
sewa gedung dan lain-lain. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
berpengaruh terhadap hasil produski, yang termasuk biaya variabel adalah jumlah
bibit, biaya pengolahan tanah dan lain-lain (Hanafie, 2010:88). Rumus biaya total
adalah sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC : Total Biaya (Total Cost)
TFC : Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
TVC : Total Biaya Variabel (Total Variabel Cost)
Kurva biaya-biaya untuk fungsi produksi dapat dilihat pada Gambar 2.3
28

Biaya (Rp) TC

TVC

TFC

0 Y1 Y2 Produksi (Q)

Gambar 2.3 Kurva Biaya Produksi


Sumber: Sukirno, 2011:134
Kurva di atas menggambarkan terkait biaya jangka pendek yang terdiri
atas biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total. Kurva TFC merupakan
penggambaran biaya tetap total, biaya variabel total, dan biaya total yang
merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Kurva TFC garisnya
horizontal karena biaya tetap tidak berubah mengikuti output yang ingin
diproduksikan. Kurva TVC bermula dari titik nol dan semakin naik ke kanan atas
yang berarti kondisi biaya variabel berubah mengikuti output yang ingin
dihasilkan. Biaya variabel bermula dari titik nol yang berarti apabila tidak ada
output, tidak akan ada pula biaya variabel dan semakin besar jumlah output
semakin besar pertambahan biaya variabel. Sedangkan kurva TC merupakan hasil
penjumlahan antara kurva TFC dan kurva TVC. Oleh karena itu, kurva TC
bermula dari pangkal kurva TFC (Sukirno, 2011:135).

2.2.7 Teori Pendapatan


Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasanya
dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa,
maupun, laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses
produksi. Definisi lain dari pendapatan adalah sejumlah dana yang diperolah dari
pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki. Menurut Soekartawi (2006)
29

mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh


dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan
penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan jumlah
pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan
seharihari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya.
Pendapatan ini juga digunakan untuk mencapai keinginan-keinginan dan
memenuhi kewajibankewajibannya.
Menurut Hariyati (2007), secara grafis, Kurva Pendapatan yang didapat
dari hubungan antara total penerimaan dan total biaya dinyatakan pada gambar
2.1.

TC
Biaya
TR
TVC

LABA
BEP
P

RUGI
TFC

Q
0 Y0 Y1 Y Y2

Gambar 2.4. Kurva Pendapatan (Hariyati, 2007)


Berdasarkan gambar 2.4 menunjukkan bahwa Kurva total penerimaan
(TR) merupakan garis mirng yang dimulai dari titik nol sampai titik tertentu yang
bersudut positif dengan sumbu horizontal. Kurva total penerimaan (TR)
merupakan hasil perkalian antara poduksi usahatani dengan harga. Sedangkan
30

kurva total biaya berawal dari titik tertentu yang sesuai dengan penjumlahan
antara biaya tetap dengan biaya variabel. Pendapatan merupakan pengurangan
antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Apabila pendapatan bernilai
positif maka akan memperoleh laba, dan apabila pendapatan bernilai negatif maka
akan memperoleh rugi. Laba terbesar terjadi pada selisih positif terbesar antara
TR dan TC, pada selisih negatif antara TR dan TC menunjukkan bahwa dalam
menjalankan usahataninya seseorang mengalami kerugian, sedangkan titik
perpotongan antara garit antara biaya total (TC) dan penerimaan total (TR) akan
membentuk BEP pada kondisi saat ini jumlah produksi yang didapat tidak
mengalami keuntungan ataupun kerugian hal ini dikarenakan biaya total sama
dengan penerimaan total.
Pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau
rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan petani akan menjadi lebih besar
pabila petani dapat menekan biaya variabel yang dikeluarkan dan diimbangi
dengan produksi yang tinggi (Soetriono,2015:73). Untuk menghitung pendapatan
dideteksi dengan rumus:

Keterangan:
= Pendapatan bersih
TR = Total penerimaan usahatani
TC = Total biaya
Menurut Supartama (2013), pendapatan usahatani dapat dihitung
berdasarkan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Biaya-biaya
tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Pendapatan merupakan
selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu musim
tanam. Besarnya penerimaan pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi oleh
besarnya jumlah penerimaan usahatani dan jumlah total biaya yang dikeluarkan
untuk usahatani. Menurut Suratiyah (2015), secara sistematis total pendapatan
usahatani dinyatakan dalam rumus:
31

∏ = TR – TC
Keterangan :
∏ = Pendapatan usaha tani (Rp)
TR = Penerimaan usaha tani (Rp)
TC = Total Biaya usaha tani (Rp)
Pendapatan petani bisa dihitung menggunakan rumus analisis berikut:
Pd = TR – TC
TR = Y. PY
TC = FC + VC
Keterangan:
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
FC = total biaya tetap (fixed cost)
VC = total biaya variabel (variabel cost)
Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = harga Y
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika total penerimaan > total biaya, maka usahatani untung
Jika total penerimaan = total biaya, maka usahatani berada pada titik impas
Jika total penerimaan < total biaya, maka usahatani rugi

2.3 Kerangka Pemikiran


Pertanian Indonesia setiap tahunnya mengalami perkembangan mulai dari
perluasan area sampai dengan produksi yang dihasilkan. Pertanian menjadi
penyumbang devisa negara karena beberapa produksi dari pertanian telah masuk
ke pasar dunia atau internasional. Beberapa produk yang mampu beredar dipasar
dunia salah satunya produk dari subsektor perkebunan banyak yang menjadi
barang ekspor atau juga menjadi bahan konsumsi oleh negara lain selain
Indonesia.
32

Perkebunan menjadi salah satu subsektor dalam pertanian. Perkebunan


mengharuskan area yang dipakai dalam skala luas. Perkebunan umumnya
dilaukan oleh sekelompok orang atau suatu badan negara yang memiliki tujuan
dalam perekonomian nasional. Permodalan untuk melakukan usaha skala besar
seperti perkebunan tidak sedikit dan juga tenaga kerja yang dibutuhkan banyak.
Komoditas perkebunan yang ada di Indonesia berbagai macam, salah satunya
adalah kopi. Kopi salah satu komoditas yang memiliki banyak manfaat.
Kopi menjadi salah satu komoditas perkebunan yang banyak memiliki
peminat baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kopi yang banyak
dimanfaatkan adalah bagian biji kopi. Kopi yang di produksi Indonesia sebagian
besar untuk memenuhi kebutuhan pasar Internasional. Indonesia dipercaya
sebagai penghasil kopi dengan cita rasa yang khas dan juga kualitas yang dapat
dibandingkan dengan produk negara lain. Kopi banyak dibudidayakan di
Indonsesia, salah satu wilayah yang membudidayakan kopi adalah Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso Jawa Timur.
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso salah satu wilayah
Indonesia yang melakukan usahatani atau pembudidayaan kopi. Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso menjadi penyumbang pasokan produksi
kopi Indonsia untuk pasar internasional. Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso memliki luas areal perkebunan seluas 351,9 Ha, ketinggian 700 mdpl.
Kecamatan Sumber Wringin memiliki potensi dalam perkembangan kopi arabika
karena wilayahnya yang berada di dataran tinggi. Tahun 2011 petani kopi di
Kecamatan Sumber Wringin untuk pertama kalinya sudah melakukan proses
panen kopi arabika dan beberapa kopi organik. Petani Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso masih kurang mendapat perhatian dari
pemerintah, perkebunan rakyat sebagian besar dikelola sendiri secara mandiri.
Petani di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso sebagian memilih
jalan untuk bermitra dengan Perhutani.
Kemitraan yang dijalankan oleh petani kopi dengan Perhutani merupakan
upaya untuk meningkatkan produksi dan juga pendapatan petani. Sistem
kemitraan dengan sistem bagi hasil yaitu petani kopi dengan perusahaan besar
33

seperti Perhutani. Kemitraan menjadi jalan yang mampu membawa hal positif
bagi petani kopi arabika dan juga Perhutani. Produksi yang dihasilkan setelah
melakukan sebuah jalinan mitra mengalami peningkatan. Produksi merupakan
hasil akhir yang didapatkan setelah melakukan suatu rangkaian usahatani.
Produksi yang diharapkan petani yang dijalankan mendapatkan keuntungan lebih
besar. Produksi yang diterima bisa mencapai hasil yang maksimal dengan yang
diinginkan oleh petani.
Pendapatan yang diterima petani bergantung terhadap produksi yang
dihasilkan. Pendapatan merupakan hasil akhir berupa uang atau materi yang
dihasilkan langsung oeh petani dari penjualan hasil produksi. Produksi meningkat
dapat membuat pendapatan petani yang diterima juga ikut meningkat. Tingkat
produksi serta pendapatan yang dihasilkan oleh petani berdampak bagi strategi
pengembangan kopi yang berada di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso. Produksi dan pendapatan menjadi faktor pendukung dalam
menyusun perkembangan kopi selanjutnya. Pengembangan kopi yang dilakukan
terus menerus akan berdampak baik bagi kehidupan petani kopi yang akan
semakin mendapat tingkat sejahtera lebih baik.
Rumusan masalah pertama yaitu mengenai tingkat produksi kopi dn
produktivitas kopi arabika dan untuk rumusan masalah yang kedua mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi arabika. Penggunaan faktor
produksiuntuk mengetahui variabel apa saja yang berpengaruh terhadap produksi
kopi arabika. Faktor-faktor yang berpengaruh luas lahan, modal, tenaga kerja,
pupuk, jumlah tanaman. Produksi didukung dengan variabel input yang lebih
banyak dari sebelumnya. Analisis yang digunakan untuk menjelaskan rumusan
masalah pertama adalah analisis produksi dengan menggunakan fungsi Cobb
Douglass.
Usahatani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso memiliki beberapa masalah terkait dengan produksi dan pendapatan.
Produksi dan pendapatan menjadi faktor pendukung dalam menyusun
perkembangan kopi selanjutnya. Pendapatan yang diharapkan oleh petani kopi
arabika yang diterima dapat maksimal. Strategi yang dikembangkan dengan
34

peningkatan produksi dan pendapatan berdampak baik bagi kelangsungan


pengembangan usahatani kopi. Berikut merupakan kerangka pemikiran yang
dapat dilihat melalui skema. Ringkasan dari kerangka pemikiran diuraikan dalam
skema berikut :
35

Pertanian
Harapan :
Hambatan :
1. Produksi
1. Produksi rendah Subsektor Perkebunan kopi lebih
2. Pendapatan baik
rendah. 2. Produksi kop
3. Kurang Usahatani Kopi Rakyat Arabika di bekualitas baik
mengetahui Kab. Bondowoso memiliki 3. Pendapatan
tentang GAP on permasalahan yaitu : petani
Coffee 1. Produksi kurang meningkat
2. Pendapatan petani rendah

Produksi Kopi
Arabika

Indikator Faktor-
Produksi Faktor Produksi : Pendapatan
1. Luas lahan
2. Tenaga kerja
3. Pupuk organik
Analisis Produksi 4. Pupuk Analisis
anorganik Pendapatan
5. Umur tanaman
Cobb Douglass 6. Jumlah
tanaman
Π = TR-TC

Produksi dan Pendapatan Usahatani Kopi Rakyat Arabika di Kecamatan


Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran


36

2.4 Hipotesis
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap produksi kopi
arabika adalah luas lahan, tenaga kerja, jumlah tanaman, penggunaan pupuk
organik dan pupuk anorganik, dan umur tanaman.
2. Pendapatan petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso adalah menguntungkan.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Metode yang digunakan untuk menentukan daerah penelitian adalah
dengan sengaja (purposive method). Purposive method merupakan teknik untuk
menentukan sampel dalam sebuah penelitian dengan beberapa pertimbangan
tertentu yang memiliki tujuan agar data yang diperoleh lebih representatif atau
sesuai (Sugiyono, 2010:31). Lokasi penelitian yang berada di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso dipilih dengan sengaja karena lokasi sangat
mendukung untuk mendorong peneliti untuk memilih daerah tersebut. Daerah
yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan di
Kecamatan Sumber Wringin merupakan sentra penghasil kopi arabika terbesar di
Kabupaten Bondowoso.
Tabel 3.1 Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Dalam Kawasan
Hutan Kabupaten Bondowoso menurut Kecamatan Tahun 2016
No Kecamatan Dalam Kawasan Hutan
Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
1 Maesan 227,85 82,03
2 Grujugan 0,00 0,00
3 Tamanan 0,00 0,00
4 Jambesari DS 0,00 0,00
5 Pujer 0,00 0,00
6 Tlogosari 15,00 5,25
7 Sukosari 0,00 0,00
8 Sumber Wringin 1.504,52 541,63
9 Tapen 0,00 0,00
10 Wonosari 0,00 0,00
11 Tenggarang 0,00 0,00
12 Bondowoso 0,00 0,00
13 Curahdami 0,00 0,00
14 Binakal 15,00 5,40
15 Pakem 49,00 17,64
16 Wringin 0,00 0,00
17 Tegalampel 0,00 0,00
18 Taman Krocok 0,30 0,10
19 Klabang 0,00 0,00
20 Botolinggo 307,50 107,63
21 Sempol 363,21 134,39
22 Prajekan 0,00 0,00
23 Cermee 153,00 55,08
Kabupaten Bondowoso 2.635,38 949,14
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso 2017

37
38

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Sumber Wringin


adalah penghasil kopi arabika terbesar di Kabupaten Bondowoso. Luas areal
perkebunan rakyat kopi arabika sebesar 1.504,52 ha dengan produksi 541,63 ton.
Kecamatan Sumber Wringin mempunyai kontribusi terbesar dalam produksi kopi
arabika di Kabupaten Bondowoso, dimana Kecamatan Sumber Wringin
menyumbang 57,06% dari total produksi kopi arabika yang dihasilkan Kabupaten
Bondowoso.
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso dipilih sebagai
tempat penelitian karena Kecamatan Sumber Wringin sendiri merupakan salah
satu wilayah sentra produksi kopi di Kabupaten Bondowoso selain itu komoditas
kopi di daerah tersebut merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai
ekonomis dan produknya telah mempunyai sertifikat coffee Java Ijen.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan analitik. Penelitian
deskriptif yaitu menganalisis data yang telah terkumpul dan mendiskripsikan atau
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Penelitian analitik adalah
digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel secara
observasional, dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan, hubungan atau
pengaruh (Rianse, 2009:30). Penelitian deskriptif pada penelitian ini yaitu
digunakan untuk mendeskripsikan faktor-faktor produksi kopi arabika dan
pendapatan petani kopi arabika. Metode analitik pada penelitian ini menganalisis
faktor produksi kopi arabika dan pendapatan petani kopi arabika.

3.3 Metode Pengambilan Contoh


Metode pengambilan contoh yang digunakan untuk memperoleh data
terkait daya saing dan sensitivitas daya saing kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso adalah metode Simple Random Sampling. Simple
Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih secara acak dan
setiap unsur populasi memiliki kesempatan yang sama untuk bisa dipilih menjadi
39

sampel. Pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan acak dengan
tidak memperhatikan besar dan kecilnya skala usaha dikarenakan semua sampel
pada populasi memiliki kesempatan yang sama sehingga pengambilan contoh
dilakukan dengan teracak secara sederhana (Soetriono, 2007).
Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan di 3 desa dari 6 desa yang
ada di Kecamatan Sumber Wringin. Hal ini dikarenakan petani kopi arabika di
Kecamatan Sumber Wringin tersebar di 3 desa yaitu, Desa Sukorejo, Desa
Rejoagung dan Desa Sumber Wringin. Berikut ini merupakan jumlah petani kopi
arabika di masing - masing desa.

Kriteria untuk pengambilan sampel yang digunakan yaitu petani kopi


arabika. Untuk mengetahui petani kopi arabika menggunakan key informan. Key
informan sendiri bertujuan untuk mengetahui siapa saja yang nantinya menjadi
sampel. Key informan terdiri dari PPL di Kecamatan SumberWringin Kabupaten
Bondowoso dan ketua kelopok tani yang ada di 3 Desa yaitu Desa Sukorejo, Desa
Sumber Wringin dan Desa Rejoagung.
Tabel 3.2 Jumlah petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin

No Desa Jumlah Petani Kopi


1 Rejoagung 400
2 Sukorejo 428
3 Sumber Wringin 320
Jumlah 1148
Sumber: Data Diolah (2018)
Penentuan sampel penelitian harus mampu mewakili dari keseluruhan
populasi yang telah diketahui. Penentuan jumlah sampel dari populasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus Slovin. Menurut
Arikunto dalam Fachriyan (2015), apabila subjeknya atau populasi besar maka
dapat diambil 10-15% atau 20-15% dari keseluruhan populasi. Hal tersebut dapat
memudahkan peneliti apabila jumlah populasi terlalu banyak sehingga dapat
menghemat tenaga, waktu dan biaya peneliti. Berikut ini merupakan perhitungan
sampel penelitian petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso:
40

Keterangan:
n = ukuran sampel
N= ukuran populasi
e= presentase tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (15%)
Hasil perhitungan sampel dari total populasi sebanyak 1148 petani dengan
tingkat kesalahan 15% maka diperoleh sampel sebesar 43 petani. Selanjutnya, dari
jumlah sampel yang telah ditentukan digunakan untuk mengetahui jumlah sampel
per-wilayah berdasarkan alokasi sampel berimbang. Jumlah sampel per-wilayah
diambil dengan menggunakan metode proportionate random sampling sehingga
jumlah sampel yang akan digunakan dapat terbagi secara rata pada masing-masing
desa di Kecamatan Sumber Wringin. Untuk menentukan jumlah sampel di
masing-masing desa, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
n = Jumlah petani kopi arabika tiap desa
k= jumlah populasi
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh hasil sampel penelitian setiap
desa di Kecamatan Sumber Wringin adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah sampel penelitian di masing-masing desa
Jumlah Sampel Petani
No Desa Jumlah Populasi
Kopi
1 Rejoagung 400 15
2 Sukorejo 428 16
3 Sumber Wringin 320 12
Jumlah 1148 43
Sumber: Data diolah (2018)
41

3.4 Metode Pengumpulan Data


Penelitian memerlukan banyak data untuk dapat membuktikan fenomena
yang terjadi memang benar adanya, dalam penelitian data yang dibuutuhkan bisa
dalam jumlah yang banyak atau juga bisa dalam jumlah sedikit sesuai dengan
penelitian. Memperoleh data dapat dihasilkan dari berbagai cara bergantung
kepada cara-cara yang dipilih oleh peneliti dan juga meyesuaikan dengan
kebutuhan penelitian. Data memiliki dua bentuk yaitu data primer dan juga data
sekunder. Penelitian umumnya menggunakan dua bentuk data tersebut sekaligus
untuk menunjang hasil yang ingin dicapai. Metode pengumpulan data dalam
penelitian yang dilakukan yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses untuk dapat memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab langsung dengan bertatap muka antara
pewawancara dengan narasumber dan tanpa menggunakan pedoman wawancara
(Rianse, 2009:219). Data yang dihasilkan dari wawancara merupakan data primer.
Data primer merupakan data yang didapatkan dari narasumber pertama atau asli
yang berkaitan langsung dengan penelitian. Data ini berupa data mentah yang
nantinya akan diolah dan diproses lagi untuk tujuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Data primer dapat dihasilkan dengan melakukan wawancara
atau pengamatan langsung kepada petani dengan memberi kuisioner yang telah
disiapkan sebelum melakukan penelitian langsung. Kuisioner dalam wawancara
berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahan penelitian
dan juga hal yang diteliti dalam penelitian. Data primer yang dikumpulkan dari
petani kopi arabika Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso
menyangkut produksi kopi arabika, pendapatan yang dihasilkan petani kopi
arabika, dan juga prospek pengembangan usahatani kopi arabika.
2. Observasi
Observasi atau yang biasa dikenal dengan pengamatan adalah salah satu
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian,
data-data penelitian tersebut dapat diamati secara langsung oleh peneliti melalui
penggunaan pancaidra (Rianse, 2009:213). Pengamatan yang dilakukan terhadap
42

objek penelitian bisa dilakukan dengan cara melihat, mendengarkan, merasakan,


dan dilanjutkan dengan mencatat seobjektif mungkin. Pada kegiatan ini peneliti
dapat mengamati beberapa proses yang dilakukan petani kopi arabika dalam
melakukan usahatani kopi.
3. Dokumentasi
Menurut Bungin (2011:84), metode dokumenter atau dokumentasi adalah
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang
tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan juga bisa
yang lainnya. Data yang diperoleh dari dokumentasi merupakan data sekunder.
Menurut Rianse (2009:215), data sekunder merupakan data yang diambil melalui
sumber kedua atau bukan langsung dari narasumber utama. Data sekunder bisa
dalam bentuk data yang tersaji dalam tabel, grafik, dan lain sebagainya. Beberapa
literatur yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian antara lain data
luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan secara nasional, perkembangan
areal dan produksi perkebunan Provinsi Jawa Timur, dan data luas areal dan
produksi perkebunan rakyat Kabupaten Bondowoso.

3.5 Metode Analisis Data


Pengujian pada hipotesis yang pertama mengenai tingkat produksi dan
produktivitas kopi arabika. Analisis yang digunakan dalam bentuk deskriptif.
Analisis deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan data yang terkumpul
kemudian nantinya akan ditarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
Pengujian pada hipotesis kedua mengenai produksi yang dihasilkan petani
kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso digunakan
analisis fungsi produksi yaitu persamaan yang melibatkan 6 variabel saling
berhubungan, 6 variabel yang berhubungan antaralain Luas lahan, Tenaga kerja,
Pupu organik, Pupuk anorganik, Umur tanaman dan Jumlah tanaman.
Permasalahan yang pertama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso dapat
dianalisis menggunakan Fungsi produksi Cobb-Douglas dengan formulasi sebagai
berikut (Soekartawi, 1995:93)
43

Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5……Xnbn
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel bebas sehingga formulasinya sebagai
berikut:

Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6
Untuk memudahkan pendugaan parameter, maka persamaan tersebut
diubah dalam bentuk linier berganda dengan model logaritma natural yang
selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan software SPSS. Persamaan
linier berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Ln Y = Ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 +b5 ln X5+b6 ln X6+ e
Keterangan :
Y = produksi kopi arabika (Ton)
X1= luas lahan (Ha)
X2= tenaga kerja (HOK)
X3= pupuk organik (Kg)
X4= pupuk anorganik (Kg)
X5= umur tanaman (tahun)
X6= jumlah tanaman (pohon)
e = error
a = konstanta
b1-6 = koefisien regresi yang ditaksir
Untuk melihat apakah pada persamaan diatas sudah memenuhi kriteria
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan pengujian
terhadap pelanggaran asumsi klasik yang meliputi:
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal. Salah satu uji yang bisa digunakan
untuk menguji normalitas data adalah Kolmogorof-Smirnov test.
b. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas merupakan gejala korelasi antar variabel bebas yang
ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antar variabel bebas. Korelasi antara
44

variabel bebas dapat dideteksi dengan menggunakan Variance Inflation Factor


(VIF) dengan kriteria yaitu : Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10
dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas dan jika angka tolerance di
bawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala multikolonearitas.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Pengujian ini menggunakan uji Durbin-
Watson (DW test). Jika nilai du < DW < - du dikatakan tidak terjadi korelasi, lalu
apabila dl ≤ DW ≤ du atau 4-du ≥ 4-dl dikatakan tidak menghasilkan kesimpulan
yang pasti, lalu apabila DW < dl dikatakan terjadi autokorelasi positif, lalu apabila
DW > 4 – dl dikatakan terjadi autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola
tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar
satu varians dari residual.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen dalam penelitian, dilakukan uji hipotesis atau uji statistik atau
disebut juga uji orde pertama (first order test) yang meliputi:
1. Uji F
Uji F bertujuan untuk menguji hipotesis apakah variable X1, X2, X3, X4,
X5, X6 berpengaruh secara bersama-sama terhadap variable Y Kriteri
pengambilan keputusan :
a. Jika F - hitung > F - tabel = H1 diterima Ho ditolak
b. Jika F - hitung < F - tabel = H1 ditolak Ho diterima
2. Uji T
Uji T bertujuan untuk mengetahui apakah variabel X1, X2, X3, X4, X5,
X6 berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel Y. Kriteria pengambilan
keputusan :
45

a. Jika t - hitung > t - tabel = H1 diterima Ho ditolak


b. Jika t - hitung < t - tabel = H1 ditolak Ho diterima

3. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk menghitung seberapa besar
variabel indepenten dalam menjelaskan variasi perubahan dependen.
Permasalahan yang ketiga mengenai tingkat pendapatan petani kopi
arabika, dapat dianalisis menggunakan teori pendapatan. Pendapatan merupakan
selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Total penerimaan didapatkan
dari hasil produksi (output) dikalikan dengan harganya. Total biaya didapatkan
dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel. Hasil perhitungan pendapatan
dibandingkan dengan UMK Kabupaten Bondowoso. Pendapatan dapat dituliskan
dengan rumus (Soetriono, 2015:73)
Π = TR – TC
TR = P.Q
TC = TFC + TVC

3.6 Definisi Operasional


1. Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dipasarkan dalam
bentuk biji atau bubuk memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mampu
menembus pasar Internasional (ekspor). Kopi banyak ditanam oleh petani
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
2. Petani merupakan seseorang yang mengusahakan usaha pertanian diluasan
lahan yang dimiliki di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
3. Responden adalah kumpulan petani kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso.
4. Sampel merupakan beberapa petani yangg melakukan usahatani kopi arabika
yang dapat mewakili seluruh populasi petani kopi arabika di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
46

5. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
6. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan
oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbgai instansi demi
mendukung penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso.
7. Faktor-faktor produksi, merupakan komponen variabel yang dibutuhkan
dalam kegiatan budidaya kopi arabika yang meliputi luas lahan, tenaga kerja,
pupuk organik, pupuk anoganik, umur tanaman, jumlah tanaman di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
8. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani kopi
arabika untuk melakukan kegiatan usahatani yang terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel yang dinyatakan dala satuan rupiah (Rp).
9. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang sama
walaupun tidak melakukan proses produksi dan tidak dipengaruhi oleh
besarnya produksi kopi arabika yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp).
10. Biaya variabel adalah biaya yang pengeluarannya dipengaruhi oleh besar
kecilnya proses produksi usahatani seperti benih, pupuk, tenaga kerja, dan
lainnya yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp).
11. Harga adalah tingkat nilai dari kopi arabika yang dinyatakan dalam bentuk
rupiah (Rp).
12. Penerimaan total adalah nilai hasil produksi usahatani kopi arabika yang
diperoleh dari perkalian antara hasil produksi (Q) dengan harga kopi (P)
dinyatakan dalam rupiah.
13. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usahatani kopi arabika
yang sudah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama musim tanam.
14. Produksi kopi arabika adalah total produksi kopi arabika (Kg) yang
dihasilkan petani pada luasan lahan tertentu dan diukur dalam satuan
kilogram.
47

15. Tenaga kerja adalah tenaga yang digunakan untuk kegiatan usahatani kopi
arabika dari budidaya hingga masa panen. Tenaga kerja diukur dengan satuan
Hari Orang Kerja (HOK). Biaya yang dikeluarkan adalah tingkat upah dalam
satuan harian kerja.
16. Luas lahan adalah luasan lahan yang digunakan petani dalam usahatani kopi
arabika, diukur dalam satuan hektar.
17. Biaya lahan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani kopi arabika untuk
membayar pajak lahan untuk usahatani dengan luasan tertentu, diukur dalam
satuan rupiah.
18. Pajak lahan merupakan salah satu bentuk biaya tetap yang dikeluarkan dan
biasanya dibayarkan oleh petani selama satu tahun sekali bergantung kepada
luas lahan dan diukur dalam satuan rupiah.
19. Jumlah pohon adalah banyaknya pohon kopi arabika yang ditanam oleh
petani yang dapat menunjang peningkatan produksi kopi arabika.
20. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi mahluk hidup, seperti
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia, pupuk organik dapat
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
21. Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika , kimia atau
biologis.
22. Purposive method adalah metode penentuan lokasi penelitian yang dilakukan
secara sengaja di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
BAB 4 GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Letak Geografis


Desa Sukerejo Desa Rejoagung dan Desa Sumber Wringin merupakan
salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Sumber Wringin, Kabupaten
Bondowoso. Kecamatan Sumber Wringin sendiri berada tepat di lereng Gunung
Raung, Kabupaten Bondowoso. Kecamatan Sumber Wringin berada pada
ketinggian 750 mdpl dengan curah hujan rata-rata 2.000 – 3.000 mm/tahun
dengan suhu rata-rata 11-36 oC. Kecamatan Sumber Wringin sendiri merupakan
Kecamatan yang sudah memiliki fasilitas penghubung antar desa, desa ke
kecamatan, desa ke kabupaten, dan desa ke provinsi yang dengan mudah di
jangkau karena sudah banyaknya transportasi umum yang tersedia. Jalan aspal
juga telah dibangun sebagai prasarana penghubung, baik antar desa hingga desa
ke provinsi. Meskipun terdapat jalanan yang rusak dan belum diaspal, warga
Kecamatan Sumber Wringin tidak memiliki masalah dengan jalur penghubung
darat. Kondisi jalan yang terdapat di Kecamatan Sumber Wringin, merupakan
jalan penghubung antar dusun masih berupa jalan bebatuan. Hal tersebut
dikarenakan kondisi wilayah Kecamatan Sumber Wringin sebagian besar
merupakan pegunungan, dan belum dilakukan pengaspalan oleh pemerintah
setempat. Karena itu, masyarakat Kecamatan Sumber Wringin sudah tidak merasa
kesulitan untuk bepergian dari tempat tinggal mereka menuju tempat lainnya
dengan menggunakan jalan tersebut.
Kecamatan Sumber Wringin dapat dikategorikan sebagai desa perkebunan.
Desa Sukorejo memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Nogosari
Sebelah selatan : Desa Rejoagung
Sebelah barat : Desa Sumber Gading
Sebelah timur : Kecamatan Ijen
4.1.1 Topografi
Topografi kecamatan Sumber Wringin berada antara ketinggian 0o – 700
meter diatas permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dipakai sebagai salah satu

48
49

penentu batas wilayah usaha. Berikut merupakan tabel luas daerah yang berada
pada ketinggian tempat Kecamatan Sumber Wringin.
Tabel 4.1 Ketinggian Luas Wilayah dan Jarak dari Kantor Desa ke Kantor Kecamatan
Tahun 2016.
No Desa Tinggi (m) Luas (km2) Jarak kantor Desa ke
Kecamatan (Km)
1 Tegal Jati 600 23,51 4
2 Sukosari Kidul 600 4,73 3
3 Sumber Gading 700 61,53 2
4 Rejo Agung 700 21,10 2
5 Sukorejo 700 27,74 4
6 Sumber Wringin 650 23,60 1
Jumlah 162,21
Sumber : Kecamatan Sumber Wringin 2016.
Desa Sukorejo berada pada ketinggian kurang lebih 700 meter diatas
permukaan laut dengan curah hujan rata-rata mencapai 2000-3000 mm/tahun dan
bersuhu rata-rata 11-36oC. Desa Sukorejo memiliki wilayah yang dikelilingi
perbukitan dan pegunungan karena letaknya yang berada di lereng Gunung
Raung, Kabupaten Bondowoso Desa Sukorejo memiliki batas-batas administrasi
sebagai berikut:
Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Nogosari
Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Rejo Agung
Sebelah barat : berbatasan dengan Desa Sumber Gading
Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Sempol
Desa Rejo Agung dahulunya merupakan pecahan dari Desa Sukorejo.
Desa sukorejo berada pada ketinggian 600-700 meter diatas permukaan laut. Luas
wilayah Desa Rejo Agung adalah seluas 1.291,5 ha dengan luas lahan perkebunan
seluas 662 ha. Desa Rejo Agung memiliki batas-batas administrasi sebagai
berikut:
Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Nogosar Kecamatan Sukosari
Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Sempol Kecamatan Ijen
Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Sukorejo
Sebelah barat : berbatasan dengan Desa Sumbergading
Desa Sumberwringin terletak 28 km dari pusat pemerintahan kabupaten
dan berada di ketinggian 650 meter diatas permukaan laut. Desa sumberwringin
50

juga berperan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sumberwringin. curah


hujan di Desa Sumberwringin tergolong cukup tinggi yaitu antara 2000-3000
mm/tahun dengan suhu rata-rata 11-36oC. batas administrasi Desa Sumberwringin
adalah sebagai berikut:
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sukosari Kidul
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Rejo Agung
Sebela Selatan : berbatasan dengan Hutan Perhutani
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sumber Gading
4.1.2 Penggunaan Tanah
Pola dari penggunaan tanah yang ada di wilayah Desa Sukorejo, Desa
Rejoagung dan Desa Sumber Wringin, Kecamatan Sumber Wringin terdiri dari
berbagai jenis penggunaan tanah. Penggunaan lahan yang ada mayoritas
digunakan adalah bangunan atau halaman atau pekarangan, sawah, tegal, kebun
ataupun perkebunan. Wilayah Desa Sukorejo Kecamatan Sumber Wringin dengan
luas wilayah 2.774,00 Ha terdiri dari tanah sawah 116,20 ha, tanah tegalan seluas
315,80 ha. Kemudian digunakan untuk perkebunan seluas 357,20 Ha. Kemudian
seluas 13,7 digunakan sebagai bangunan dan halaman. Kemudian digunakan
untuk lain-lain seluas 1.971,10 Ha. Berikut merupakan tabel luas penggunaan
lahan di Kecamatan Sumberwingin tahun 2017.
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumberwingin tahun 2016.
No Keterangan Luas (Ha)
1. Sawah 116,20
2. Tegalan 315,80
3. Perkebunan 357,20
4. Bangunan dan halaman 13,70
5. Lain-lain 1.971,10
Total 2.774,00
Sumber : Kecamatan Sumber Wringin 2016.
4.1.3 Keadaan Iklim
Desa Sukorejo, Desa Rejoagung, Desa Sumber Wringin, Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian 750 mdpl dengan
curah hujan mencapai 2000-3000 mm/tahun dengan suhu rata-rata 11-36oC.
Ketiga desa ini berada pada wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan dan
51

perbukitan karena letaknya berada di lereng Gunung Raung, Kabupaten


Bondowoso.

4.2 Keadaan Umum Kopi Rakyat di Kecamatan Sumber Wringin


Budidaya kopi sudah ditekuni oleh masyarakat Kecamatan Sumber
Wringin selama bertahun-tahun. Pada awalnya masyarakat membudidayakan kopi
robusta namun seiring berjalannya waktu mulai dibudidayakan juga kopi arabika.
Kopi yang dibudidayakan oleh petani Kecamatan Sumber Wringin sebagian besar
masih berkualitas rendah. Penyebabnya penguasaan inovasi teknologi yang masih
sangat minim sehingga berdampak pada harga dan keberlanjutan produksi. Selain
itu minimnya peran kelembagaan yang ada menambah deret panjang
permasalahan dan ketertinggalan petani kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin.
Tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Bondowoso bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Bank Indonesia, eksportir dan lembaga
terkait lainnya membangun Klaster Industri. Program Klaster Industri tersebut
merupakan upaya unyuk meningkatkan mutu kopi dengan pembinaan,
pendampingan mulai dari budidaya, pengolahan dan pemasaran untuk
meningkankan mutu dan produksi menuju kawasan penghasil kopi speciality.
Kecamatan Sumber Wringin termasuk dalam sasaran pengembangan tersebut,
hingga pada tahun 2010 dengan adanya program tersebut juga membantu
meningkatkan mutu kopi arabika yang dihasilkan oleh masyarakat Kecamatan
Sumber Wringin. Adanya program klaster tersebut juga mendorong adanya
peningkatan produktivitas dan mutu hasil yang berorientasi pada ekspor. Dalam
mengembangkan mutu kopi arabika pemerintah membangun Unit Pengolahan
Hail (UPH) Kopi yang bertujuan agar petani kopi rakyat melalui kelembagaan
kelompok tani dan Unit Pengolahan Hasil tersebut akan mampu menghasilkan
produk yang kompetitif dan efisiensi tinggi.
Kegiatan usahatani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin dilakukan
di areal milik perhutani Kabupaten Bondowoso. Petani dapat dengan leluasa
mengelola lahan milik perhutani dengan syarat tidak melakukan kegiatan yang
52

dapat menimbulkan kerusakan hutan. Tidak ada persyaratan khusus agar petani
dapat melakukan usaha budidaya kopi di areal perhutani, cukup dengan
mendaftarkan data diri ke pihak perhutani. Pada umumnya masing-masing petani
dapat mengelola lahan perhutani 2-3 ha. Petani tidak perlu membayarkan
sejumlah uang sebagai sewa lahan perhutani, sebagai gantinya petani akan
menyetorkan hasil panen kopi arabika sebanyak 30% dari total panen keseluruhan
kepada perhutani.

4.3 Kegiatan Pasca Panen Kopi Arabika


Kelompok tani di Kecamatan Sumber Wringin memiliki peranan penting
dalam kegiatan pasca panen kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin. Adanya
Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang dibentuk saat program klaster kopi mampu
menjadi wadah petani untuk melakukan pengolahan. Masing-masing kelompok
tani memiliki UPH sendiri sehingga anggota kelompok tani dapat melakukan
kegiatan pengolahan pasca panen kopi. Pada umumnya petani akan mengolah
kopi menjadi 3 metode yaitu natural process, washed process, dan semi wash
process.
Natural process atau dry process merupakan teknik pengolahan kopi paling
sederhana, yaitu setelah proses pemanenan kopi ceri akan ditebarkan diatas
permukaan alat jemur. Proses penjemuran memanfaatkan energi matahari atau
juga dapat memanfaatkan meja pengering khusus yang memiliki airflow (pengalir
udara) di bagian bawah. Selama proses penjemuran secara berkala kopi harus
dibolak-balik agar kopi mongering secara merata dan menghindari jamur atau
pembusukan. Proses yang natural ini akan membuat ceri terfermentasi secara
natural karena kulit luar ceri akan terkelupas dengan sendirinya.
Washed process atau wet process merupakan metode pengolahan kopi
yang bertujuan untuk menghilangkan semua kulit-kulit daging yang melekat pada
biji kopi sebelum dikeringkan. Sebelum masuk proses pengolahan akan dilakukan
proses sortasi terlebih dahulu dengan cara merendam kopi ceri di dalam air. Ceri
yang mengapung akan dibuang, sementara yang tenggelam akan diolah karena
ceri yang tenggelam dianggap telah matang sempurna. Proses selanjutnya yaitu
53

kulit luar dan kulit daging ceri kopi akan dibuang dengan menggunakan mesin
khusus yang disebut depulper (pengupas). Biji kopi yang sudah terlepas dari
kulitnya ini kemudian dibersihkan lagi dengan memasukkannya ke dalam tempat
khusus berisi air agar sisa-sisa kulit yang masih melekat bisa luruh sepenuhnya
akibat proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan selama 24-36 jam
tergantung temperature, ketebalan layer getah pada ceri dan konsentrat enzimnya,
semakin hangat suhunya maka proses fermentasi akan semakin cepat pula.
Metode semi washed atau yang dikenal dengan istilah giling basah akan
melibatkan dua kali proses pengeringan. Setelah dipetik, kulit terluar ceri kopi
dikupas dengan menggunakan mesin pulper dan dikeringkan sebentar. Jika pada
umumnya proses pengeringan kopi dilakukan hingga kadar air 11-12% maka pada
proses sem washed kadar air kopi akan disisakan hingga 30-35% sebelum dikupas
lagi hingga bentuknya benar-benar biji atau green bean.

4.4 Kegiatan Pemasaran Kopi Arabika


Kopi arabika yang dihasilkan oleh petani kopi di Kecamatan Sumber
Wringin biasanya akan dipasarkan sendiri, tidak ada wadah khusus untuk
melakukan pemasaran selain melalui kelompok tani. Umumnya masing-masing
kelompok tani telah memiliki target pasar masing-masing. Kopi arabika di
Kecamatan Sumber Wringin sudah mencapai konsumen luar negeri seperti
Amerika, Brunei, Korea dan negara-negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin telah diakui hingga ke
mancanegara. Dalam pasar domestic kopi arabika akan dikirim ke kota-kota besar
seperti Bandung, Jakarta, Medan, Surabaya dan lainnya. Untuk pasar domestic
biasanya dikirim untuk memenuhi kebutuhan kopi di caffe.
Masing-masing kelompok tani juga mengikutsertakan produk kopi hasil
olahannya pada ajang pameran. Hal ini juga dapat membantu masyarakat luas
lebih mengenal kopi milik Kecamatan Sumber Wringin. Bagi petani yang belum
mampu untuk memasarkan hasil olahannya biasanya akan menjual kopi dalam
bentuk ceri kepada pengepul-pengepul setempat.
54

4.5 Karakteristik Responden


Karakteristik responden merupakan karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh masing-masing responden dalam penelitian ini yang terdiri atas petani kopi
arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
4.5.1 Responden Petani
Karakteristik responden petani terdiri dari umur, tingkat pendidikan,
jumlah anggota keluarga, pengalaman, dan luas lahan. Sebaran responden petani
berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Sebaran Responden Petani Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah
Anggota Keluarga, Pengalaman, Luas Lahan

No. Karakteristik Jumlah Responden Persentase


Responden Petani (Orang) (%)
1. Umur
a. < 20 Tahun 0 0,00
b. 20 – 60 Tahun 36 84,44
c. > 60 Tahun 7 15,56
2. Tingkat Pendidikan
a. Tidak Tamat SD 6 13,33
b. SD Sederajat 14 31,11
c. SMP Sederajat 11 28,89
d. SMA Sederajat 12 26,67
3. Jumlah Anggota Keluarga
a. < 3 Orang 5 11,11
b. 3 – 4 Orang 31 68,89
c. > 4 Orang 7 20,00
4. Pengalaman
a. < 10 Tahun 8 17,78
b. 10 – 15 Tahun 6 13,33
c. > 15 Tahun 29 68,89
5. Luas Lahan
a. 1 Ha 8 13,33
b. 2 – 3 Ha 26 51,11
c. > 3 Ha 9 35,56
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
petani kopi masih tergolong dalam usia produktif, hal ini dikarenakan sebagian
besar responden memiliki umur antara 20 – 60 Tahun dengan persentase sebesar
84,44%. Tingkat pendidikan responden petani kopi terdiri dari 13,33% tidak tamat
SD, 31,11% lulusan SD, 28,89% lulusan SMP, dan 26,67% lulusan SMA. Sebesar
68,89% responden petani kopi memiliki jumlah anggota keluarga 3 – 4 Orang.
55

Pengalaman usahatani petani kopi telah diperoleh sejak dulu dan telah
berlangsung secara turun temurun. Sebesar 68,89% responden telah memiliki
pengalaman yang sudah lama yaitu lebih dari 15 Tahun dengan 51,11% luas lahan
yang dimiliki adalah antara 2 – 3 Ha.
Desa Sukorejo memiliki wilayah seluas 5.010,83 ha yang terdiri
daripemukiman,persawahan, perkebunan, pekarangan, hutan lindung, perkantoran
dan prasarana umum lainnya. Pemanfaatan lahan di Desa Sukorejo digunakan
sebagai perkebunan yaitu sebesar 2.708,5 ha atau sebesar 58,99% dari luas
wilayah Desa Sukorejo secara keseluruhan. Perkebunan yang terdapat di Desa
Sukorejo dibagi menjadi dua yaitu perkebunan rakyat dengan luas 1.032 ha dan
perkebunan swasta seluas 1.676,5 ha. Selain untuk perkebunan, wilayah Desa
Sukorejo juga digunakan sebagai pemukiman dengan luas 2.200 ha, pekarangan
seluas 556 ha, persawahan seluas 213 ha, hutan lindung seluas 187 ha dan sisanya
digunakan sebagai fasilitas umum.
Mata pencaharian penduduk Desa Sukorejo didominasi oleh pekebun kopi.
Dari 4.330 penduduk Desa Sukorejo yang bekerja, sebanyak 4.030 diantaranya
merupakan pekebun kopi sedangkan sisanya bekerja sebagai pegawai desa,
pedagang, pensiunan pegawai negeri sipil, bidan, dan lainnya. Berdasarkan jumlah
tersebut maka sebanyak 93,07% masyarakat Desa Sukorejo berprofesi sebagai
pekebun kopi.
Desa Rejo Agung memiliki curah hujan 2.098 mm/tahun dengan suhu rata-
rata adalah 32oC. Mayoritas penduduk Desa Rejo Agung bekerja sebagai petani
dan sebanyak 645 keluarga memiliki lahan perkebunan, dengan luas lahan
perkebunan kopi milik rakyat adalah seluas 662 ha.
Luas wilayah Desa Sumberwringin secara keseluruhan adalah 750.530 Ha
yang terdiri dari lahan sawah seluas 125.553 ha, lahan pekarangan seluas 96.375
Ha, lahan tegal seluas 506.003 Ha dan lain-lain seluas 22.599 Ha. Desa
Sumberwringin dibagi menjadi 10 dusun dengan jumlah penduduk sebesar 4.707
jiwa. Penghasilan pokok masyarakat Desa Sumberwringin berasal dari kegiatan
pertanian, peternakan dan perikanan dimana untuk bidang pertanian yang paling
banyak dibudidayakan yaitu komoditas padi, jagung dan kopi.
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Kopi Arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten


Bondowoso
Subsistem usahatani adalah kegiatan yang mencakup pembinaan dan
pengembangan usahtani dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Kopi
menjadi salah satu tanaman perkebunan yang menjadi andalan di negara
Indonesia. Kopi mempunyai dua varietas yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Cita
rasa yang berbeda dari keduanya, membuat perkebunan di indonesia tidak hanya
membudidayakan satu jenis varietas saja. Kopi arabika memiliki keunggulan dari
segi mutu dan harga dibandingkan dengan jenis kopi robusta. Keunggulan tersebut
banyak dijadikan alasan oleh petani untuk membudidayakan kopi arabika
dibandingkan kopi robusta. Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu penghasil
kopi, saat ini sedang mengembangkan usahatani kopi arabika, salah satunya di
daerah Kecamatan Sumber Wringin.
Kecamatan Sumber Wringin menjadi tempat pengembangan klaster kopi
arabika di Kabupaten Bondowoso. Berbagai jenis varietas yang dibudidayakan
oleh petani yaitu varietas Blue Mountain, Pricana, Komposit, Kobra, linier s,
catura cultivars dan lain sebagainya. Terdapat beberapa kelompok tani di daerah
ini dengan masing-masing anggota kelompok tani rata-rata lebih dari 15 orang.
Luas lahan yang dimiliki petani pun bervariasi dengan antara 0,5 Hektar-5 Hektar.
Akan tetapi, lahan yang dimiliki bukan milik petani melainkan milik Perhutani.
Pajak sewa untuk tanah tidak berupa uang tetapi meberikan sebagian hasil panen
petani kepada pihak Perhutani. Alasan anggota kelompok tani mengusahatanikan
kopi arabika dikarenakan kopi arabika mempunyai harga jual yang tinggi,
produksi lebih bagus sehingga ini berdampak pada pendapatan para petani yang
akan meningkat. Produksi dan luas lahan milik petani kopi arabika dapat dilihat
dari tabel berikut.

56
57

Tabel 5.1 Hasil Rata-rata Luas Lahan, Produksi Kopi Arabika dan Produktivitas Kopi
Arabika Dalam Bentuk Oce
Luas Lahan (Ha) 2,70
Produksi Kopi Arabika Oce Ton (Ha) 1,82

Produktivitas Kopi Arabika Oce Ton (Ha) 0,65


Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas kopi
arabika dalam bentuk oce sendiri memiliki nilai sebesar 0,65 Ton/Ha.
Produktivitas kopi arabika dalam bentuk oce di Kecamatan Sumber Wringin
dihasilkan dari penghitungan jumlah rata-rata produksi oce dibagi dengan rata-rata
jumlah luas lahan sehingga nantinya akan menghasilkan nilai rata-rata pada
produktivitas kopi arabika dalam bentuk oce. Sedangkan rata-rata luas lahan
petani kopi arabika sebesar 2,70/Ha, lahan yang digunakan petani itu sendiri
menggunakan lahan milik perhutani. Petani di kecamatan Sumber Wringin
nantinya akan membayar pajak sewa tanah tidak berupa uang tetapi meberikan
sebagian hasil panen petani kepada pihak Perhutani dengan sistem 70/30, dimana
70% produksi kopi arabika nantinya menjadi milik petani dan 30% menjadi milik
perhutani. Petani memberikan sebagian hasil panennya. Rata-rata produksi kopi
arabika di Kecamatan Sumber Wringin sebesar 1,82 Ton/Ha. Produksi yang
dihasilkan tersebut merupakan dalam bentuk oce. Petani kopi arabika dalam hal
ini hanya memanen buah kopi yang berwarna merah saja, dikarenakan buah yang
berwarna merah dapat dikatakan sudah masak buah. Hal tersebut nantinya dapat
mempengaruhi dari aroma dan cita rasa dari kopi itu sendiri.
Menurut pedoman teknis budidaya kopi yang baik (Good Agriculture
Practices / GAP on Coffee), pemilihan bahan tanam merupakan langkah yang
enting dalam budidaya kopi yang baik. Pemiihan bahan tanam unggul perlu
diperlu dipertimbangkan kesesuaian dengan lingkungan tempat penananman agar
dapat diperoleh mutu citarasa dan produktivitas yang maksimal. Berikut beberapa
varietas unggul AB 3, S 795, dan USD 762. Hasil dari produktivitas kopi biji k.a.
12 % (kg/ha) varietas unggul AB 3 750 - 100, kemudian untuk varietas S 795
memiliki produktivitas sebesar 1000 - 1500, dan varietas USD 762 produktivitas
yang dihasilkan sebesar 800 – 1400. Jika melihat produktivitas yang terdapat pada
58

Kecamatan Sumber Wringin hasil yang diperoleh telah mendekati dengan


pedoman teknis budidaya kopi yang baik untuk perolehan hasilnya dengan rata-
rata produktivitas yang dihasilkan sebesar 0,65 ton/ha, hal ini disebebabkan
karena penggunaan varietas yang digunakan ada beberapa yang menerapkan
pengunaan varietas unggul untuk mencapai hasil produktivitas yang maksimal.
Produktivitas kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso
jika dilihat dengan pedoman teknis budidaya kopi yang baik / GAP on Coffee
telah sesuai untuk pencapaian dari produktivitas yang dihasilkan.
Persyaratan tumbuh tanaman kopi arabika, khususnya untuk jarak tanam kopi
Arabika tipe katai (misalnya: Kartika 1 dan Kartika 2) 2,0 m x 1,5 m, tipe agak
katai (AS 1, AS 2K, Sigarar Utang) 2,5 m x 2,0 m, dan tipe jangkung (S 795,
Gayo 1 dan Gayo 2) 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m.. Kementerian Pertanian,
(2014). Usahatani yang ada di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso jika dibandingkan dengan jarak tumbuh tanaman kopi arabika yang
dikeluarkan dengan pedoman teknis budidaya kopi yang baik (Good Agriculture
Practices / GAP ON COFFEE) menurut kententuan yang telah ditetapkan teluah
sesuai. Jarak tanam yang ada pada daerah Kecamatan Sumber Wringin
menggunakan jarak tanam yang diterapkan oleh petani 2,5 m x 2,0 m dan 2,5 m x
2,5 m hal ini telah sesuai dengan syarat tanam yang dikeluarkan oleh kementerian
petani. Penaung tetap mutlak diperlukan dalam sistem tanaman kopi
berkelanjutan. Pertanaman kopi tanpa penaung tetap cenderung menyebabkan
percepatan degradasi lahan dan mengancam keberlanjutan budidaya tanaman kopi
pada lahan tersebut. Pohon penaung tetap yang banyak dipakai di Indonesia
lamtoro (Leucaena sp.), Gliricidia, kelapa, dadap (Erythrina sp.), Kasuari
(Casuarina sp.) dan sengon (Paraserianthes falcataria). Tanaman naungan yang
ada pada Kecamatan Sumber Wringin antara lain pohon lamtoro, sengon, dadap
dan pohon – pohon yang terdapat di hutan lereng Gunung Ijen dan lereng Gunung
Raung. Hal ini telah sesuai dengan yang dianjurkan oleh kementerian pertanian
untuk memenuhi syarat tumbuh tanaman kopi arabika. Secara umum pupuk yang
dibutuhkan tanaman kopi ada 2 jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk an-organik.
Pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan tepat cara
59

pemberian. Diutamakan pemberian pupuk organik berupa kompos, pupuk


kandang atau limbah kebun lainnya yang telah dikomposkan. Dosis aplikasi
pupuk organik yaitu 10-20 kg/pohon/tahun. Pupuk organik umumnya memberikan
pengaruh yang sangat nyata pada tanah yang kadar bahan organiknya rendah (<
3,5%). Pupuk organik tidak mutlak diperlukan pada tanah yang kadar bahan
organiknya > 3,5%. Pupuk diberikan setahun dua kali, yaitu pada awal dan pada
akhir musim hujan. Pada daerah basah (curah hujan tinggi), pemupukan sebaiknya
dilakukan lebih dari dua kali untuk memperkecil resiko hilangnya pupuk karena
pelindian (tercuci air). Pada penggunaan pupuk organik dan anorganik yang
diterapkan oleh petani di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso,
petani kurang mengetahui dalam penggunaan dosis pupuk yang dianjurkan untuk
tanaman kopi arabika. Petani masih cenderung kurang memperhatikan dalam hal
penggunaan dosis pupuk. Pupuk sendiri dalam keberlangsungan usahatani kopi
arabika dapat sebagai penunjang untuk menghasilkan produksi yang maksimal.
Petani dalam pemberian dosis pupuk masih cenderung mengira-ngira dalam 1
pohonnya, namun untuk pemberian pupuk yang diberikan telah sesuai dengan
yang dianjurkan oleh kementerian pertanian, yaitu pada awal hujan dan pada akhir
musim hujan.
Biji kopi yang bermutu baik dan disukai konsumen berasal dari buah kopi
yang sehat, bernas dan petik merah. Ukuran kematangan buah ditandai oleh
perubahan warna kulit buah telah merah. Buah kopi masak mempunyai daging
buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi
sehingga rasanya manis. Sebaliknya, daging buah muda sedikit keras, tidak
berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula belum terbentuk secara
maksimal, sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung
berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami
akibat proses respirasi. Secara teknis, panen buah masak (buah merah)
memberikan beberapa keuntungan dibandingkan panen buah kopi muda antara
lain: a. Mudah diproses karena kulitnya mudah terkelupas. b. Rendeman hasil
(perbandingan berat biji kopi beras perberat buah segar) lebih tinggi. c. Biji kopi
lebih bernas sehingga ukuran biji lebih besar karena telah mencapai kematangan
60

fisiologi optimum. d. Waktu pengeringan lebih cepat. e. Mutu fisik biji dan
citarasanya lebih baik. Pemanenan buah yang belum masak (buah warna hijau
atau kuning) dan buah lewat masak (buah warna hitam) atau buah tidak sehat akan
menyebabkan mutu fisik kopi biji menurun dan citarasanya kurang enak, hal
tersebut telah selaras dengan yang diterapkan oleh petani kopi arabika di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso. Petani hanya memanen buah
kopi yang telah masak atau berwarna merah, hal ini menurut petani dapat
berdampak dari biji kopi dengan mutu prima. dan kualitas cita rasa yang
dihasilkan maksimal, menurut petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso apabila memanen buah kopi yang masih hijau nantinya
akan berdampak dari kurang maksimalnya produksi yang dihasilkan oleh pohon
kopi arabika. Jika dilihat dengan prosedur yang dianjurkan oleh kementerian
pertanian terkait GAP on Coffee, petani di Kecamatan Sumber Wringin telah
sesuai dalam hal penerapan pemanenan buah kopi. Menurut petani, buah yang
telah dipanen harus segera diolah, penundaan waktu pengolahan akan
menyebabkan penurunan mutu. Penanganan pascapanen ada dua cara pengolahan
buah kopi, yaitu pengolahan cara kering dan cara basah. perbedaan kedua cara
pengolahan tersebut terletak pada adanya penggunaan air ketika pencucian buah.

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi di Kecamatan


Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso
Kopi merupakan salah satu tanaman yang tergolong dalam subsektor
perkebunan dimana kopi merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan
bijinya untuk diestrak sebagai minuman. Sebagian besar biji kopi yang
diperdagangkan secara global dihasilkan dari tanaman Coffea arabica dan Coffea
canephora yang biasa dikenal dengan nama kopi arabika dan kopi robusta. Salah
satu sentra penghasil kopi di wilayah Jawa Timur adalah Kabupaten Bondowoso.
Kopi memiliki kontribusi yang cukup tinggi bagi tingkat perekonomian
Kabupaten Bondowoso karena produksi kopi yang cukup tinggi, akan tetapi pada
produksi yang tinggi tersebut ternyata produktivitasnya masih terbilang rendah
sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi kopi
di Kabupaten Bondowoso.
61

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi antara lain luas lahan,


jumlah pupuk organik dan anorganik yang digunakan, jumlah tenaga kerja dan
jumlah tanaman. Berdasarkan faktor-faktor yang ada tersebut maka dapat
dianalisis dengan menggunakan analisis Cobb-Douglas dimana analisis tersebut
dapat menganalisa data regresi non linear, sehingga dapat disajikan data produksi
(Kg) merupakan variabel Y atau variabel terikat, sedangkan luas lahan (Ha),
jumlah pupuk organik pupuk anorganik (kg) tenaga kerja yang digunakan (Rp)
umur tanaman (tahun) dan jumlah tanaman (pohon) sebagai variabel X1, X2, X3
X4 X5 X6 atau variabel bebas. Keenam variabel bebas tersebut merupakan variabel
yang mempengaruhi variabel terikat dimana terdapat hubungan antara variabel
produksi dengan variabel luas lahan, pupuk organik dan pupuk anorganik, tenaga
kerja, umur tanaman dan jumlah tanaman.
Keenam faktor yang ada tersebut luas lahan, pupuk organik dan anorganik,
tenaga kerja, umur tanaman dan jumlah tanaman, variabel tersebut merupakan
input-input yang digunakan oleh petani kopi untuk meningkatkan produksi kopi
sehingga dengan adanya analisa Cobb Douglas ini petani dapat mengetahui
faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap jumlah produksi dan
produktivitas kopi yang dihasilkan agar penggunaan input-input seperti luas lahan,
pupuk organik dan anorganik, tenaga kerja dan jumlah tanaman. tersebut dapat
digunakan secara efektif dan efisien sehingga tidak menambah pengeluaran biaya-
biaya input dan harga jual kopi juga dapat diperkirakan sesuai dengan pengeluaran
petani sehingga petani tidak mengalami kerugian.
Hasil produksi kopi tertinggi dan terendah tersebut memang dipengaruhi
oleh luas lahan, pupuk organik dan anorganik, tenaga kerja dan jumlah tanaman.
Akan tetapi, besar kecilnya penggunaan input luas lahan, pupuk organik dan
anorganik, tenaga kerja dan jumlah tanaman tidak selalu mempengaruhi besar
kecilnya produksi kopi tersebut karena terdapat faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi besar kecilnya produksi kopi. Oleh karena itu, perlu adanya
perhitungan analisis data dengan menggunakan analisis dengan menggunakan
Cobb Douglas.
62

1. Uji Normalitas
Kriteria pengujian untuk mengetahui normalitas dapat dilihat pada
histogram dan grafik P-Plot. Hasil output Grafik Normal P-Plot menunjukkan
bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal sehingga dapat dikatakan
bahwa nilai residual telah terdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengumpulan
data dilapang mengenai data produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi diperoleh data terdistribusi secara normal, hal ini daat ditunjukan oleh
grafik P-Plot.

Gambar 5.1 gambar histogram dan scater plot


2. Uji Multikolinearitas
Kriteria pengujian untuk mengetahui multikolinearitas dapat dilihat
dengan melihat nilai tolerance dan inflaction factor (VIF). Nilai yang umum
digunakan untuk mengetahui adanya multikolinieritas adalah tolerance < 0,10
atau sama dengan nilai VIF (pada tabel coefficient) > 10. Uji multikolinearitas
diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independ yang memiliki
kemiripan antar variabel independen dalam suatu model. Hasil uji
multikolinearitas pada model regresi dapat dilihat pada tabel 5.2
63

Tabel 5.2 Hasil Analisis Uji Multikolinearitas menggunakan Variance


Inflantion Factor (VIF)
Variabel Bebas Tolerance VIF Kondisi Kondisi Simpulan
Hitung Tolerance VIF
Luas Lahan (X1) Tolerance VIF<10 Tidak Terjadi
,206 4,87 >0,1 Multikolinearita
Tenaga Kerja Tolerance VIF<10 s untuk semua
(X2) ,662 1,51 >0,1 variabel
Pupuk Organik Tolerance VIF<10 independen
,709 1,41 >0,1
(X3)
Pupuk Tolerance VIF<10
,283 3,53 >0,1
Anorganik (X4)
Umur Tanaman Tolerance VIF<10
,893 1,12 >0,1
(X5)
Jumlah Tolerance VIF<10
,880 1,14 >0,1
Tanaman (X6)
Sumber : Analisis data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat nilai Tolerance untuk masing-masing
variabel independen. Nilai Tolerance untuk variabel luas lahan (X1) adalah 0,206,
variabel tenaga kerja (X2) adalah 0,662, variabel pupuk organik (X3) adalah 0,709,
variabel pupuk anorganik (X4) adalah 0,283, variabel umur tanaman (X5) adalah
0,893 dan variabel jumlah tanaman (X6) adalah 0,880. Berdasarkan data
keseluruhan varaibel nilai Tolerance >0,1. Nilai VIF untuk masing-masing
variabel independen. Nilai VIF untuk variabel luas lahan (X1) adalah 4,87,
variabel tenaga kerja (X2) adalah 1,51, variabel pupuk organik (X3) adalah 1,41,
variabel pupuk anorganik (X4) adalah 3,53, variabel umur tanaman (X5) adalah
1,12 dan variabel jumlah tanaman (X6) adalah 1,14. Berdasarkan data keseluruhan
nilai VIF <10. Hasil uji dari variabel kesuluruhan dapat dikatakan bahwa model
regresi tidak mengalami multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin
Watson, dimana nilai Durbin Watson dibandingkan dengan tabel Durbin Watson
(dl dan du). Berikut adalah kriteria pengujian autokorelasi: Apabila du < DW < -
du dikatakan tidak terjadi korelasi, lalu apabila dl ≤ DW ≤ du atau 4-du ≥ 4-dl
dikatakan tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, lalu apabila DW < dl
64

dikatakan terjadi autokorelasi positif, lalu apabila DW > 4 – dl dikatakan terjadi


autokorelasi negatif.
Hasil uji menunjukan bahwa nilai Durbin Watson adalah 1,96 dengan
signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 43. Berdasarkan tabel Durbin Watson
dapat dilihat nilai dl (1,21) dan du (1,84), maka dapat dituliskan dl < DW < 4-du
atau 1,21 < 1,96 < 2,16 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilakukan dengan
melihat pola gambar scatterplot. Suatu model regresi dikatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas apabila, Titik tidak menyebar diatas dan dibawah atau
disekitas angka 0, lalu titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah,
lalu penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, lalu penyebaran titik-titik
data tidak berpola.
Hasil uji menunjukan bahwa penyebaran data terjadi secara menyebar dan
tidak membentuk pola tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas pada data. Hasil pengujian pengaruh variabel bebas
(luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik pupuk anorganik, umur tanaman dan
jumlah tanaman) secara keseluruhan terhadap variabel terikatnya (Uji-F)
menunjukan bahwa secara bersama-sama keenam variabel tersebut berpengaruh
nyata variabel terikat (produksi kopi arabika). Berdasarkan tabel anova dapat
dilihat nilai signifikansi 0,000 menunjukan <0,05 hal ini menunjukan bahwa
vaiabel terikat (produksi kopi arabika) secara bersama-sama dipengaruhi oleh
variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, umur
tanaman dan jumlah tanaman). Uji R2 juga dilakukan untuk mengetahui ketepatan
garis regresi yang terbentuk untuk mewakili kelompok data hasil observasi atau
menunjukan besarnya pengaruh variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja, pupuk
organik anorganik umur tanaman dan jumlah tanaman) dalam mempengaruhi
variabel terikat (produksi kopi arabika). Berdasrkan tabel model summary dapat
dilihat nila Adj R2 sebesar 0,57 yang memiliki arti bahwa variabel bebass
mempengaruhi variabel terikat sebesar 56,90% sehingga sisanya adalah sebesar
65

44,10% keragaman variabel produksi dapat dijelaskan oleh keragaman variabel


lain yang berada diluar model.
Apabila fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan metode OLS
melalui fungsi persamaan Cobb-Douglas. Pengujian dengan metode OLS
bertujuan untuk mengetahui ketepatan model serta mengetahui pengaruh dari
masing-masing variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik anorganik
dan jumlah tanaman) terhadap variabel terikat (produksi kopi arabika). Hasil
analisis fungsi produksi dengan metode OLS dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Nilai koefisien regresi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso
Variabel Bebas Koef. Regresi t-hitung Sig
Luas lahan (hektare) 0,317 3,420 0,002
Tenaga kerja (HOK) 0,116 2,026 0,050
Pupuk organik (kg) 0,050 0,515 0,609
Pupuk anorganik (kg) -0,091 -0,905 0,372
Umur tanaman (tahun) 0,027 0,660 0,513
Jumlah tanaman (pohon) 0,585 1,857 0,071
Konstanta 1,772
t-tabel (α = 0,05)
Ket * : signifikan pada taraf nyata 5%
Sumber : Analisis data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat nilai koefisien regresi, nilai t-hitung,
konstanta dan nilai t-tabel.
Variabel luas lahan pada perhitungan dapat menunjukkan nilai t hitung
sebesar 3,420 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa luas lahan secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap
produksi kopi. Variabel tenaga kerja pada perhitungan dapat menunjukkan nilai t
hitung sebesar 2,026 dengan nilai signifikansi sebesar 0,050 < 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tenaga kerja secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap
produksi kopi. Variabel pupuk organik pada perhitungan dapat menunjukkan nilai
t hitung sebesar 0,515 dengan nilai signifikansi sebesar 0,609 > 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pupuk organik secara parsial tidak memiliki pengaruh nyata
terhadap produksi kopi. Variabel pupuk anorganik pada perhitungan dapat
menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,905 dengan nilai signifikansi sebesar 0,372
> 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk anorganik secara parsial
66

tidak memiliki pengaruh nyata terhadap produksi kopi. Variabel umur tanaman
pada perhitungan dapat menunjukan nilai t hitung sebesar 0,660 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,513 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur
tanaman secara parsial tidak memiliki pengaruh nyata terhadap produksi kopi
Variabel jumlah tanaman pada perhitungan dapat menunjukan nilai t hitung
sebesar 1,857 dengan nilai signifikansi sebesar 0,071 > 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah tanaman secara parsial tidak memiliki pengaruh
nyata terhadap produksi kopi.
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui persamaan atau fungsi produksi
berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut sebagai berikut :
Ln Y = 1,772 + 0,317 ln X1 + 0,116 ln X2 + 0,050 ln X3 - 0,091 ln X4 + 0,027 ln
X5 + 0,585 ln X6
Y = Anti ln (5,506) X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 X6b6
Y = 246,16 X10,317) X2(0,116) X3(0,050) X4(-0,091) X5(0,027) X6(0,585)

Y : produksi kopi (Kg)


X1: luas lahan (Ha)
X2: tenaga kerja (HOK)
X3: pupuk organik (Kg)
X4: pupuk anorganik (Kg)
X5: umur tanaman (Tahun)
X6: jumlah tanaman (Pohon)
Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa nilai konstanta sebesar
246,16 yang menunjukkan bahwa produksi kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso adalah sebesar 246,16 kg dengan asumsi tanpa
adanya penambahan variabel luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk
anorganik, umur tanaman dan jumlah tanaman.
Pengujian selanjutnya adalah melihat pengaruh pada masing-masing
variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, umur
tanaman dan jumlah tanaman) terhadap variabel terikat (produksi kopi arabika)
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
67

1. Luas Lahan (X1)


Nilai koefisien regresi dari variabel luas lahan yaitu sebesar 0,317 (positif)
artinya perubahan variabel luas lahan menunjukkan bahwa pengaruh perubahan
variabel luas lahan berbanding lurus dengan produksi kopi. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa variabel luas lahan berpengaruh secara nyata pada taraf
kepercayaan 99% terhadap produksi kopi. Koefisien regresi luas lahan adalah
0,317. Artinya, dengan asumsi (ceteris paribus) setiap penambahan luas lahan 1%
akan meningkatkan produksi kopi sebesar 0,317%. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap
produksi kopi (Risandewi., 2013). Implikasinya adalah jika petani menginginkan
meningkatkan produksi kopi, maka luas lahan yang diusahakan petani harus
ditingkatkan atau mengganti tanaman lain yang diusahakan menjadi tanaman
kopi. Berdasarkan hasil analisis data hipotesis pertama diterima, yang artinya
bahwa variabel luas lahan mempengaruhi secara signifikan terhadap produksi kopi
arabika.
Nilai koefisien regresi pada variabel luas lahan juga menunjukkan nilai
elastisitas produksi kopi, sehingga nilai elastisitas luas lahan adalah 0,317. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan variabel luas lahan berada pada
elastisitas 0<Ep<1. Artinya, bahwa penggunaan input luas lahan berada pada
daerah II atau daerah rasional yaitu daerah dimana penggunaan input luas lahan
sudah optimal.

M
Y2 C TP
M

Daerah II

0 Ep= 0,317 Input (X)


M

Gambar 5.2 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Luas Lahan
Usahatani kopi di Kecamatan Sumber Wringin dilakukan pada lahan
perhutani. Dalam pelaksanaannya usahatani kopi di Kecamatan Sumber Wringin
68

kurang mendapatkan perhatian. Hal ini dikarenakan tanaman kopi dibiarkan


tumbuh asalkan petani dapat menikmati hasil panen. Dengan kondisi seperti ini
dimungkinkan petani tidak dapat memperoleh hasil panen yang optimal.
Seharusnya petani melakukan perawatan pada lahan, misalnya dengan adanya
pembuatan rorak. Rorak disini berfungsi sebagai media penampungan bahan
organik dan sumber hara bagi tanaman kopi.
Lahan usahatani yang dimiliki petani pada daerah penelitian berkisar
antara 0,05 – 3,00 hektare. Tingkat luas usahatani menggambarkan tingkat
kesejahteraan petani, dimana semakin luas lahan usahatani menggambarkan
semakin tinggi hasil panen yang akan diterima. Sebaliknya semakin sempit lahan
usahatanu menggambarkan semakin sedikit hasil panen yang akan diterima oleh
petani. Keberadaan lahan merupakan hal penting dalam usahatani kopi arabika.
Lahan merupakan hal pertama yang perlu dipersiapkan dalam berusahatani,
sehingga dalam berusahatani lahan harus selalu ada. Pendapatan petani juga bisa
tergantung dengan luasnya lahan. Lahan yang digunakan dalam usahatani kopi
arabika di Kecamatan Sumber Wringin oleh petani adalah milik perhutani,
meskipun milik perhutani petani mengeluarkan biaya sewa lahan untuk pajak
lahan dengan sistem 70/30. 70% hasil produksi nantinya akan menjadi milik
petani sedangkan 30% dari hasil produksi kopi arabika akan diberikan kepada
perhutani sebagai pemilik lahan yang dikerjakan oleh petani. Persyaratan untuk
dapat menggarap dilahan milik perhutani petani hanya perlu memberikan identitas
pribadi kepada pihak perhutani dan nantinya akan dipertimbangkan oleh pihak
perhutani. Lahan yang dikerjakan petani ada mayoritas berada di dataran tinggi.
Lahan yang berada di dataran tinggi kebanyakan jauh dari rumah petani.
2. Tenaga Kerja (X2)
Nilai koefisien regresi dari variabel tenaga kerja yaitu sebesar 0,116
(positif) artinya perubahan variabel tenag kerja menunjukkan bahwa pengaruh
perubahan variabel tenaga kerja berbanding lurus dengan produksi kopi. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh secara nyata pada
taraf kepercayaan 95% terhadap produksi kopi. Koefisien regresi luas lahan
adalah 0,116. Artinya, dengan asumsi (ceteris paribus) setiap penambahan tenaga
69

kerja 1% akan meningkatkan produksi kopi sebesar 0,116%. Berdasarkan hasil


analisis data hipotesis pertama diterima, yang artinya bahwa variabel tenaga kerja
mempengaruhi secara signifikan terhadap produksi kopi arabika.
Nilai koefisien regresi pada variabel tenaga kerja juga menunjukkan nilai
elastisitas produksi kopi, sehingga nilai elastisitas tenaga kerja adalah 0,116. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan variabel tenaga kerja berada pada
elastisitas 0<Ep<1. Artinya, bahwa penggunaan input tenaga kerja berada pada
daerah II atau daerah rasional yaitu daerah dimana penggunaan input tenaga kerja
sudah optimal.

M
Y2 C TP
M

Daerah II

0 Ep= 0,116 Input (X)


M

Gambar 5.3 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani kopi arabika
merupakan salah satu faktor yang penting. Hal ini dikarenakan apabila tenaga
kerja sulit didapatkan maka dalam pelaksanaan usahatani kopi arabika tidak dapat
maksimal. Tenaga kerja sangatlah mudah didapatkan di daerah penelitian hal ini
dikarenakan rata-rata petani sampel menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
untuk kegiatan usahatani kopi arabika. Hampir pada seluruh kegiatan usahatani
kopi arabika petani sampel menggunakan tenaga kerja dalam keluarga seperti
dalam kegiatan panen buah, pecah buah, penjemuran dan sortasi. Selain tenaga
kerja dalam keluarga petani sampel juga ada yang menggunakan tenaga kerja luar
keluarga. Tenaga kerja luar keluarga didapatkan dari masyarakat sekitar.
Ketersediaan tenaga kerja yang mumpuni akan tetapi tidak di imbangi dengan
tenaga kerja yang terampil juga dapat berpengaruh terhadap produksi. Hal ini
dikarenakan apabila tenaga kerja tidak benar-benar mengetahui tata cara budidaya
tanaman kopi arabika maka akan menyebabkan berkurangnya hasil panen.
70

Setiap kegiatan usahatani yang dilakukan pasti memerlukan tenaga kerja


yang dapat diperoleh dari dalam keluarga maupun luar keluarga. hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja pada usahatani kopi arabika di
Kecamatan Sumber Wringin berasal dari dalam keluarga dan juga dari luar
keluarga yang dicurahkan untuk setiap kegiatan mulai dari pemeliharaan sampai
pada pasca panen. Berdasarkan hasil amalisis usahatani kopi arabika per hektare
maka diperoleh curahan tenaga kerja yaitu untuk kegiatan pemangkasan sebesar
15 HOK, pemupukan 20 HOK, pengendalian hama dan penyakit 50 HOK, panen
20 HOK dan lainnya sebesar 15 HOK. Penggunaan tenaga kerja turut
berkontribusi dalam menentukan hasil panen, hal ini dikarenakan apabila tenaga
kerja yang digunakan belum terampil maka akan mengakibatkan kerusakan atau
kesalahan yang berakibat pada hasil panen yang akan dihasilkan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melakukan usahatani
kopi arabika akan mempengaruhi peningkatan produksi kopi arabka di Kecamatan
Sumber Wringin. Tenaga kerja yang jumlahnya lebih banyak akan lebih
memaksimalkan produksi kopi. Berdasarkan kondisi di lapang tenaga kerja
memang sangat berpengaruh terhadap produksi usahatani kopi khususnya pada
kegiatan on farm dan off farm. Penggunaan tenaga kerja sebagai faktor produksi
usahatani kopi didukung oleh penelitian Yordy (2017), tentang analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi kopi arabika di Sulawesi Selatan. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa tenaga kerja dapat membantu dalam
memaksimalkan dalam hal mengolah kebun kopi sehingga semakin besar peluang
meningkatkan produksi kopi arabika.
3. Pupuk Organik (X3)
Koefisien regresi variabel pupuk organik adalah 0,050, (positif) artinya
perubahan variabel pupuk organik menunjukkan bahwa pengaruh perubahan
variabel pupuk organik berbanding lurus dengan produksi kopi. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa variabel pupuk organik berpengaruh secara nyata pada taraf
kepercayaan 95% terhadap produksi kopi. Koefisien regresi pupuk organik adalah
0,050. Artinya, dengan asumsi (ceteris paribus) setiap penambahan pupuk organik
1% akan meningkatkan produksi kopi sebesar 0,050%. Berdasarkan hasil analisis
71

data, hipotesis pertama diterima, yang artinya bahwa variabel pupuk organik
mempengaruhi secara signifikan terhadap produksi kopi arabika.
Nilai koefisien regresi pada variabel pupuk organik juga menunjukkan
nilai elastisitas produksi kopi, sehingga nilai elastisitas pupuk organik adalah
0,050. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan variabel pupuk organik
berada pada elastisitas 0<Ep<1. Artinya, bahwa penggunaan input pupuk organik
berada pada daerah II atau daerah rasional yaitu daerah dimana penggunaan input
pupuk organik sudah optimal.
.
M
Y2 C TP
M

Daerah II

0 Ep= 0,050 Input (X)


M

Gambar 5.4 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Pupuk Organik
Petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin menggunakan pupuk
organik. Pupuk organik bisa didapatkan dengan menggunakan kotoran hewan
ternak (ayam, sapi, dan kambing) maupun sisa daun kopi ataupun kulit buah kopi.
Pupuk organik biasanya didapatkan dari kotoran hewan yang dipelihara oleh
petani tersebut. Banyak petani memelihara hewan di area kebun agar
mempermudahkan dalam pemupukan. Sebagian besar petani di Kecamatan
Sumber Wringin menggunakan pupuk organik karena dirasa dapat meningkatkan
hasil produksi. Pengaplikasian pupuk juga diperhatikan oleh petani. Biasanya
petani memberi pupuk pada tanaman kopi pada saat awal musim hujan turun.
Penggunaan pupuk dalam usahatani tembakau telah didukung dengan penelitian
terdahulu Thamrin, S. (2014), dalam judul faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani kopi arabika di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.
Penggunaan pupuk memiliki keuntungan yang sangat banyak antara lain
meningkatkan populasi jasa renik atau mikroorganisme tanah merangsang
72

pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik, sehingga dapat
mengambil unsur hara dengan maksimal dan menjadikan tanaman sehat dan kuat,
meningkatkan daya serap akar terhadap air, memperbaiki perembesan air serta
pertukaran udara didalam tanah, meningkatkan produksi tanaman semaksimal
mungkin. Hal ini dapat menjadi arahan bagi petani dalam menggunakan pupuk
sesuai dengan aturan yang diinstruksikan sehingga dengan menggunakan pupuk
sesuai anjuran akan meningkatkan kualitas dan kuntitas hasil produksi kopi.
Penggunaan pupuk memang sangat penting dalam melakukan usahatani kopi
arabika, namun perlu juga diperhatikan jumlah atau takaran yang sesuai atau tidak
berlebihan.
4. Pupuk Anorganik (X4)
Koefisien regresi variabel pupuk kimia adalah -0,091, (negatif) artinya
penambahan variabel pupuk anorganik menunjukkan bahwa pengaruh
penambahan variabel pupuk anorganik berbanding terbalik dengan produksi kopi.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pupuk anorganik berpengaruh secara
tidak nyata menurunkan produksi kopi pada taraf kepercayaan 95%. Koefisien
regresi variabel pupuk anorganik adalah -0,091. Artinya, dengan asumsi (ceteris
paribus) setiap penambahan pupuk anorganik 1% akan menurunkan produksi kopi
sebesar 0,091%. Berdasarkan hipotesis yang diajukan ditolak, yang artinya bahwa
variabel pupuk anorganik tidak mempengaruhi secara signifikan menurunkan
produksi kopi arabika.
Nilai koefisien regresi pada variabel pupuk anorganik juga menunjukkan
nilai elastisitas produksi kopi, sehingga nilai elastisitas pupuk anorganik adalah -
0,091. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan variabel pupuk anorganik
berada pada elastisitas Ep<0. Artinya, bahwa penggunaan input tenaga kerja
berada pada daerah irrational II yaitu eprod ≤ 0. Dikatakan daerah irrational
dikarenakan penggunaan pupuk anorganik sudah terlalu banyak dan apabila petani
menambah penggunaan input pupuk anorganik justru akan menurunkan
penambahan produksi kopi.
73

Y2 M
C
TP
M

Daerah III

0 Ep= -0,091 Input (X)


M
Gambar 5.5 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Pupuk Anorganik
Jenis pupuk yang digunakan dalam kegiatan usahatani kopi di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso adalah, ZA, dan Phonska. Rata-rata
penggunaan pupuk kimia tersebut masing-masing adalah ZA sebesar 41kg, dan
Phonska sebesar 59kg. Pupuk diberikan setahun dua kali, yaitu pada awal dan
pada akhir musim hujan. Semakin muda umur tanaman kopi jumlah pupuk yang
diberikan semakin sedikit dan sebaliknya semakin tua umur tanaman kopi maka
jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman kopi semakin banyak. Berdasarkan
keadaan lapang yang diperoleh petani kopi dalam penggunaan pupuk masih jauh
dari rekomendasi pemupukan yang diberikan. Penggunaan pupuk anorganik
sebagai salah satu faktor produksi usahatani kopi arabika di dukung oleh
penelitian sebelumnya Retno, Heru dan Hendra (2012), hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa penggunaan pupuk anorganik tidak berpengaruh secara
signifikan dikarenakan petani kopi jarang menggunakan pupuk anorganik dalam
usahataninya, pupuk anorganik hanya digunakan untuk menunjang usahatani kopi.
5. Umur Tanaman (X5)
Nilai koefisien regresi dari variabel umur tanaman yaitu 0,027 (positif)
artinya perubahan variabel umur tanaman menunjukkan bahwa pengaruh
perubahan variabel umur tanaman berbanding lurus dengan produksi kopi. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa variabel umur tanaman berpengaruh secara nyata
pada taraf kepercayaan 95% terhadap produksi kopi. Koefisien regresi umur
tanaman adalah 0,027. Artinya, dengan asumsi (ceteris paribus) setiap
penambahan umur tanaman 1% akan meningkatkan produksi kopi sebesar
0,027%. Berdasarkan hasil analisis data hipotesis pertama diterima, yang artinya
74

bahwa variabel umur tanaman mempengaruhi secara signifikan terhadap produksi


kopi arabika.
Nilai koefisien regresi pada variabel umur tanaman juga menunjukkan
nilai elastisitas produksi kopi, sehingga nilai elastisitas umur tanaman adalah
0,027. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan variabel umur tanaman
berada pada elastisitas 0<Ep<1. Artinya, bahwa penggunaan input umur tanaman
berada pada daerah II atau daerah rasional yaitu daerah dimana penggunaan input
umur tanaman sudah optimal.
.
M
Y2 C TP
M

Daerah II

0 Ep= 0,027 Input (X)


M

Gambar 5.6 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Umur Tanaman
Pohon kopi muda membutuhkan waktu yang panjang yaitu sekitar tiga
hingga empat tahun sebelum benar-benar menjadi pohon kopi dewasa yang siap
menghasilkan bunga kopi. Lama usia satu pohon kopi mampu mencapai 100
tahun hanya saja mungkin produksinya tidak sebanyak dan kualitas cerinya tidak
sebaik pohon kopi yang berusia di bawah 20 tahun.
Satu pohon kopi membutuhkan proses regenerastif agar tetap mampu
menghasilkan ceri kopi yang baik dan berkualitas. Biasanya dilakukan penanaman
kembali di tahun ke 15 – 20. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk semua jenis kopi
dan perkebunan kopi. Panjangnya usia pohon kopi dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya perawatan, standar penanaman yang berbeda-beda, jenis kopi,
daerah tumbuhnya kopi, cuaca dan lain sebagainya. Tanaman kopi di Kecamatan
Sumber Wringin memiliki usia rata-rata 12 tahun, dimana dapat dikatakan pohon
kopi mampu berbuah produktif. Umur tanaman kopi di Kecamatan Sumber
Wringin memiliki nilai yg termuda 6 tahun dan yang paling lama 25 tahun. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa umur tanaman
75

berpengaruh positif terhadap produksi kopi Risandewi (2013), menyatakan bahwa


umur tanaman kopi memiliki peran penting dalam usahatani kopi.
6. Jumlah Tanaman (X6)
Nilai koefisien regresi dari variabel jumlah tanaman yaitu 0,585 (positif)
artinya perubahan variabel jumlah tanaman menunjukkan bahwa pengaruh
perubahan variabel jumlah tanaman berbanding lurus dengan produksi kopi. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa variabel jumlah tanaman berpengaruh secara nyata
pada taraf kepercayaan 95% terhadap produksi kopi. Koefisien regresi jumlah
tanaman adalah 0,585. Artinya, dengan asumsi (ceteris paribus) setiap
penambahan jumlah tanaman 1% akan meningkatkan produksi kopi sebesar 0,585
%. Berdasarkan hasil analisis data hipotesis pertama diterima, yang artinya bahwa
variabel jumlah tanaman mempengaruhi secara signifikan terhadap produksi kopi
arabika.
Nilai koefisien regresi pada variabel jumlah tanaman juga menunjukkan
nilai elastisitas produksi kopi, sehingga nilai elastisitas jumlah tanaman adalah
0,585. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan variabel jumlah tanaman
berada pada elastisitas 0<Ep<1. Artinya, bahwa penggunaan input jumlah
tanaman berada pada daerah II atau daerah rasional yaitu daerah dimana
penggunaan input jumlah tanaman sudah optimal.
.
M
Y2 C TP
M
Daerah II

0 Ep= 0,585 Input (X)


M

Gambar 5.7 Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi Variabel Jumlah Tanaman
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel tanaman berpengaruh nyata
terhadap peningkatan produksi petani kopi arabika di Kecamatan Sumber
Wringin. Rata-rata jumlah tanaman kopi yang ditanam petani sekitar 1600 pohon
sehingga apabila petani melakukan penambahan jumlah tanaman kopi maka
76

produksi yang dicapai bisa optimal sehingga pendapatan yang diperoleh akan
meningkat. Petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin memiliki varietas
tanaman kopi arabika bermacam-macam. Varietas yang paling banyak ditanam
Blue Mountain, Pricana, Komposit, Kobra, linie s, catura cultivars. Sehingga
petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin rata-rata memilih varietas
tersebut karena dapat meningkatkan produksi kopi arabika dan memiliki aroma
dari rasa yang khas dari kopi arabika yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap
produksi kopi Risandewi (2013). hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
penggunaan jumlah tanaman berpengaruh secara signifikan.
Hasil analisis regresi menggunakan aplikasi SPSS menunjukkan bahwa
faktor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik,
umur tanaman, dan jumlah tanaman) terhadap produksi usahatani kopi arabika di
Kecamatan Sumber Wringin, menunjukan data analisis bahwa variabel luas lahan
dan tenaga kerja signifikan terhadap produksi kopi arabika. Variabel luas lahan
sendiri di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso memiliki nilai rata-
rata 2,70 Ha. Hal ini sesuai dengan kriteria untuk usahatani kopi arabika. Luas
lahan produksi sangat diperlukan dalam keberlangsungan usahatani kopi arabika
agar nantinya dapat memaksimalkan dari hasil produksi. Tenaga kerja juga sangat
penting dalam keberlangsungan usahatani kopi arabika. Tenaga kerja yang
digunakan dalam usahatani kopi arabika memiliki nilai rata-rata sebesar 15. Hal
ini menunjukan bahwasannya jumlah tenaga kerja dapat membantu untuk
menunjang dari produksi kopi arabika yang ada di Kecamatan Sumber Wringin
Kabupaten Bondowoso. Variabel yang tidak signifikan terhadap produksi kopi
arabika yang ada di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso yaitu
variabel pupuk organik, pupuk anorganik, umur tanaman dan jumlah tanaman.
Pupuk organik dikatakan tidak signifikan terhadap produksi kopi dikarenakan
jumlah penggunaan pupuk oleh petani rata-rata 1172 Kg/Ha, sedangkan untuk
penggunaan pupuk organik yang sesuai untuk menunjang usahatani kopi arabika
sebesar 392 Kg/pohon. Sehingga dapat dikatakan penggunaan pupuk oleh petani
kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso kurang efektif,
77

karena pupuk organik juga dapat membantu dalam hal memaksimalkan produksi
kopi arabika. Variabel pupuk anorganik dikatakan tidak signifikan karena dalam
usahatani kopi arabika petani di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso tidak menggunakan sesuai dengan takaran yang dianjurkan.
Penggunaan pupuk anorganik yang digunakan rata-rata sebesar 440 Kg/Ha,
sedangkan jumlah pupuk anorganik yang dianjurkan untuk usahatani kopi arabika
sebesar 995 Kg/pohon. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk oleh petani
kopi yang ada di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso tidak sesaui
dengan yang dianjurkan dalam usahatani kopi arabika, sehingga dapat dikatakan
hal tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi kopi arabika kurang maksimal
atau tidak signifikan. Variabel umur tanaman dapat dikatakan signifikan apabila
umur tanaman kopi masih pada tahap produktif. Umur tanaman kopi pada umur 3
– 4 tahun baru dapat belajar untuk berbuah sedangkan untuk umur produktif
tanaman kopi ketika umur 5-7 tahun. Umur tanaman kopi dapat disebut tua jika
telah melewati usia 20 tahun. Kenyataannya, pada perkebunan-perkebunan kopi
rakyat di Indonesia sangat mudah menemukan tanaman kopi hingga berusia 30
tahun. Pohon kopi yang tua dapat terlihat dari bentuk atau morfologi
tanamanannya. Bentuk batangnya lebih besar dan cenderung keropos, sehingga
tidak optimal lagi untuk menopang produktifitas buah. Selain itu, akar tanaman
kopi yang sudah tua tidak optimal untuk menyerap bahan makanan. Varaibel
umur tanaman dikatakan tidak signifikan dikarenakan umur tanaman kopi yang
ada pada Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso memiliki nilai umur
rata-rata sebesar 13 tahun. Hal ini menunjukan bahwa umur tanaman kopi yang
ada di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso sudah dalam tahap
menurun tingkat produktif tanaman. Jumlah tanaman kopi arabika yang ada pada
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso memiliki nilai rata-rata
sebesar 1632 pohon/Ha. Jumlah tanaman kopi arabika yang dianjurkan untuk rata-
rata populasi tanaman kopi sebesar 2000 pohon/Ha. Jumlah tanaman kopi dapat
dikatakan tidak signifikan terhadap produksi kopi arabika. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah tanaman kopi yang ada pada Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
78

Bondowoso masih terbilang kurang sesuai, sehinga untuk menggapai jumlah


produksi yang maksimal masih terbilang kurang.
Berdasarkan analisis dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin adalah luas
lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, umur tanaman dan jumlah
tanaman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima. Dari
keenam variabel terdapat dua variabel yang signifikan terhadap nilai signifikansi
sebesar 1% dan 5% yaitu variabel luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2)
Sedangkan empat variabel lainnya tidak signifikan terhadap nilai signifikansi
sebesar 5% yaitu variabel pupuk organik (X3), variabel pupuk anorganik (X4),
umur tanaman (X5) dan jumlah tanaman (X6). Variabel luas lahan, tenaga kerja,
pupuk organik, umur tanaman dan jumlah tanaman berdasarkan nilai
elastisitasnya berada pada daerah II atau daerah rasional (1>Ep>0) dan hanya
variabel pupuk anorganik yang berada pada daerah III atau daerah irrational
(Ep≤0).
Hasil analisis regresi menggunakan aplikasi SPSS menunjukkan bahwa
faktor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik,
umur tanaman, dan jumlah tanaman) yang memiliki pengaruh positif terhadap
produksi usahatani kopi arabika adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk orga nik,
umur tanaman dan jumlah tanaman, sedangkan pupuk anorganik pengaruh yang
negatif terhadap produksi usahatani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin.
Variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usahatani
kopi arabika dengan taraf kepercayaan 99% antara lain luas lahan, sedangkan
pada taraf kepercayaan 95% antara lain tenaga kerja sedangkan pupuk organik,
pupuk anorganik, umur tanaman, dan jumlah tanaman tidak berpengaruh secara
signifikan pada produksi usahatani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin.
Pada penelitian ini, rata-rata responden menggunakan luas lahan sebanyak 2,70
per hektar, sehingga penambahan luas lahan sebesar 1% akan meningkatkan
produksi sebesar 0,317 kw kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin.
79

Faktor-faktor produksi yang berada di daerah rasional antara luas lahan,


tenaga kerja, pupuk organik, umur tanaman dan jumlah tanaman, sedangkan
pupuk anorganik berada pada daerah yang tidak rasional pada kurva produksi
usahatani kopi arabika. Sedangkan variabel pupuk anorganik berada pada daerah
tidak rasional III pada kurva produksi usahatani kopi arabika karena penggunaan
pupuk anorganik kurang dari batas normal, rata-rata pupuk anorganik yang
digunakan oleh petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin adalah 440kg.
80

B Luas Lahan TP
A
Tenaga
kerja
Pupuk
organik Pupuk
Umur anorganik

A tanaman
a Jumlah
tanaman Input
variabel
0 Daerah Irasional I Daerah Daerah Irasional II
output Rasional

Daerah I Daerah II Daerah III

Eprod ≥ 1 0< Eprod <1 Eprod ≤ 0

MP Maks
a
b
AP Maks

AP
c
Input
0 eprod = 1 eprod = 0 variabel
MP

Gambar 5.8 Kurva Fungsi Produksi


81

5.3 Analisis Pendapatan yang Diperoleh dalam Pengolahan Kopi Arabika di


Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso
Analisis pendapatan adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui jumlah penghasilan yang diterima oleh seorang pengusaha dalam
periode waktu tertentu baik harian, mingguan, atau bulanan yang berupa nilai
uang yang diperoleh dari jumlah penerimaan yang didapat dikurangi dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima oleh masing-masing
perusahan tergantung dari besar kecilnya biaya operasional yang dikeluarkan dan
harga jual yang ditetapkan untuk produk yang dihasilkan.
Petani kopi arabika merupakan seseorang yang bergerak dibidang
pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan tujuan
untuk memelihara tanaman, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman
tersebut untuk digunakan sendiri atau pun menjualnya ke orang lain. Petani kopi
arabika melakukan usaha pengolahan kopi arabika adalah untuk meningkatkan
pendapatan yang berasal dari seluruh proses pengolahan yang dilakukan untuk
meningkatkan nilai produk. Pendapatan petani kopi arabika dalam usahanya
memproduksi kopi arabika diperoleh dari penerimaan penjualan kopi arabika
dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi kopi
arabika. Penerimaan petani kopi arabika diperoleh dari total produk kopi arabika
yang dihasilkan dikalikan dengan harga kopi arabika. Biaya total yang digunakan
petani kopi arabika yaitu penjumlahan antara penyusutan biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap yang digunakan adalah biaya yang dikeluarkan tidak
tergantung besar kecilnya produksi, sedangkan biaya variabel yang digunakan
oleh petani kopi arabika tergantung pada besar kecilnya skala produksi. Petani
kopi arabika memiliki penyusutan biaya tetap yang digunakan setiap hari selama
proses produksi.
Biaya tetap yang digunakan oleh petani kopi arabika dalam memproduksi
kopi arabika terdiri dari bibit, cangkul, gunting pangkas, parang, sabit, mesin
pemotong rumput, para-para, mesin pulper, mesin huller, alat pengukur kadar air
dan lahan. Biaya tetap tersebut memiliki biaya penyusutan yang dapat digunakan
untuk satu kali proses produksi pada petani kopi arabika. Biaya variabel yang
82

digunakan petani kopi arabika antara lain pupuk dan biaya tenaga kerja. Tabel
berikut merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani kopi arabika di
Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso 2017:
Tabel 5.4 Rata-rata Biaya Tetap Petani Kopi Arabika dalam Satu Tahun
No. Keterangan Jumlah
Rp/Ha
1 Biaya Sewa lahan 7.034.705,12
2 Biaya penyusutan Alat Usahatani 1.976.394,94
3 Biaya Bibit 1.838.115,59
4 Biaya Sewa Alat Pengolahan 2.340.558,62
Total 13.189.774,27
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap yang
digunakan dalam satu tahun untuk memproduksi kopi arabika Rp 13.189.774,27.
Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya sewa lahan, penyusutan alat
usahatani, biaya bibit, dan biaya sewa alat pengolahan. Rata-rata biaya penyusutan
peralatan usahatani diperoleh dari penyusutan peralatan yang dibutuhkan dalam
usahatani kopi arabika, seperti para-para, sabit, parang, cangkul, gunting pangkas,
mesin pemotong rumput. Sedangkan biaya sewa alat pengolahan terdiri dari biaya
sewa peralatan seperti mesin pulper, mesin huller dan alat pengukur kadar air.
Biaya variabel yang digunakan petani kopi arabika antara lain pupuk dan
tenaga kerja. Berikut merupakan tabel rincian biaya variabel yang digunakan
petani kopi arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso:
Tabel 5.5 Rata-rata Biaya Variabel Petani Kopi Arabika dalam Satu Tahun
Jumlah
No. Keterangan
Rp/Ha
1 Biaya Pupuk Organik 524.218,44
2 Biaya Pupuk Anorganik 769.674,42
2 Biaya TK 5.622.370,77
Total 6.916.263,63
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa rata-rata biaya variabel yang
digunakan dalam satu tahun untuk memproduksi kopi arabika Rp 6.916.263,63.
Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pupuk dan total biaya
tenaga kerja. Total biaya pupuk terdiri dari biaya pupuk organik dan anorganik,
83

dimana anorganik terdiri dari pupuk Za dan Phonska, sedangkan biaya tenaga
kerja terdiri dari pembersihan lahan, pengolahan tanah, penanaman, penyulaman,
pemupukan, pemangkasan, dan pemanenan, sortasi, pengupasan, fermentasi dan
pencucian, pengeringan biji kopi, pengupasan kulit tanduk kopi.
Tabel berikut menunjukkan besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan
yang diperoleh dari usahatani kopi arabika.
Tabel 5.6 Total Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Kopi Arabika dalam Satu
Tahunn Dalam Bentuk Oce
No Uraian Nilai (Rp/Ha)
1 Biaya Tetap 13.189.774,27
Biaya Sewa lahan 7.034.705,12
Biaya penyusutan Alat Usahatani 1.976.394,94
Biaya Bibit 1.838.115,59
Biaya Sewa Alat Pengolahan 2.340.558,62
2 Biaya Variabel 6.916.263,63
Biaya Pupuk Organik 524.218,44
Biaya Pupuk Anorganik 769.674,42
Biaya Tenaga Kerja 5.622.370,77
3 Total Biaya 20.106.037,90
4 Produksi (kg) 648,89
5 Harga (Rp/kg) 130.348,84
6 Penerimaan 84.582.058,79
7 Pendapatan 64.476.020,89
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan oleh petani kopi arabika pada tahun 2017. Biaya tetap yang
dikeluarkan petani kopi arabika sebesar Rp 13.189.774,27 sedangkan biaya
variabel yang dibutuhkan untuk satu tahun sebesar Rp 6.916.263,63. Biaya tetap
sendiri termasuk biaya sewa lahan, penyusutan alat usahatani, biaya bibit, dan
sewa alat pengolahan. Biaya variabel yang termasuk antara lain, biaya pupuk
organik, biaya pupuk anorganik, dan biaya tenaga kerja. Total biaya yang
dikeluarkan oleh petani kopi arabika untuk satu tahun dalam melakukan usahatani
kopi arabika sebesar Rp 20.106.037,90. Pendapatan yang diterima oleh petani
kopi arabika dalam satu tahun sebesar Rp 64.476.020,89. Nilai tersebut diperoleh
dari penerimaan sebesar Rp 84.582.058,79 dikurangi dengan biaya total sebesar
Rp 20.106.037,90 yang dibutuhkan petani kopi arabika untuk memproduksi kopi
84

arabika pada satu tahun. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pengolahan kopi
arabika menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total
biaya yang dikeluarkan oleh petani kopi, maka hipotesis kedua diterima. Hal ini
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Syusantie (2013) bahwa rata-rata
pendapatan yang diperoleh petani kopi arabika sebesar Rp 1.164.083,3 dengan
total penerimaan sebesar Rp 1.823.250 dan total biaya sebesar Rp 659.166,67,
sehingga dapat diketahui bahwa usahatani kopi yang dilakukan menguntungkan,
karena penerimaan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan petani. Penelitian
yang dilakukan oleh Supriyadi et al. (2014), juga menunjukan bahwa pendapatan
yang diperoleh petani kopi arabika sebesar Rp 4.660.600 dengan total penerimaan
sebesar Rp 6.564.300 dan total biaya sebesar Rp 1.923.700, sehingga dapat
diketahui bahwa usahatani kopi yang dilakukan oleh petani adalah
menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan petani.
Keuntungan yang diperoleh petani kopi arabika merupakan jumlah
pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan. Keuntungan yang diterima oleh petani kopi arabika berhubungan
dengan tingkat produksi kopi arabika yang dihasilkan dan kebutuhan biaya yang
dikeluarkan dalam melakukan pengolahan kopi arabika. Produk kopi arabika
dengan kualitas mutu baik yang dihasilkan petani kopi arabika dipengaruhi oleh
faktor produksi yang telah dilakukan yang terdiri dari pemilihan bahan baku,
proses pengolahan kopi arabika, dan pengemasan kopi arabika. Selain karena
faktor produksi tersebut, keuntungan petani kopi arabika juga diperoleh dari
besaran harga jual yang telah ditetapkan. Harga jual produk kopi arabika pada saat
melakukan penelitian sebesar Rp 130.000 untuk setiap 1kg kopi arabika yang
langsung dijual pada konsumen.
85

Tabel 5.7 Hasil Perbandingan Pendapatan Petani Kopi Arabika dengan Upah
Minimum Kabupaten Bondowoso
Total Penerimaan 84.582.058,79
Total Biaya 20.106.037,90
Total Pendapatan / Tahun 64.476.020,89
Total Pendapatan / Bulan 5.373.001,74
UMK 1.667.51
Sumber : data primer diolah (2017)
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani
kopi arabika sebesar Rp 5.373.001,74/bulan, dimana nilai rata-rata pendapatan
petani kopi arabika lebih besar daripada nilai upah minimum Kabupaten
Bondowoso yaitu sebesar Rp 1.667.505. Hal tersebut menunjukan tingkat
pendapatan petani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso tergolong
menguntungkan, karena total nilai pendapatan petani kopi arabika lebih besar
daripada upah minimum Kabupaten Bondowoso, sehingga usahatani kopi arabika
yang dilakukan oleh petani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso layak untuk
dilanjutkan kedepannya. Besarnya pendapatan yang diterima oleh petani kopi
arabika di Kecamatan Sumber Wringin ini selaras dengan penelitian yang
dilaukan oleh Supriyadi et al. (2014), yang menunjukan bahwa pendapatan petani
kopi cenderung tinggi yaitu sebesar Rp 4.660.600 sehingga pendapatan yang
diterima oleh petani memiliki keuntungan yang tinggi.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
1. Rata-rata produktivitas kopi arabika dalam bentuk oce di Kecamatan Sumber
Wringin Kabupaten Bondowoso adalah 0,65 Ton/Ha, dengan rata-rata luas
lahan petani kopi arabika sebesar 2,69/Ha dan rata-rata produksi kopi arabika
sebesar 1,815 Ton/Ha.
2. Produksi kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso, secara
keseluruhan dipengaruhi oleh luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk organik
(X3), pupuk anorganik (X4), umur tanaman (X5) jumlah tanaman (X6). Dari
keenam variabel variabel terdapat dua variabel yang signifikan yaitu variabel
luas lahan (X1) dan variabel tenaga kerja (X2) Sedangkan empat variabel
lainnya tidak signifikan yaitu variabel pupuk organik (X3), variabel pupuk
anorganik (X4), variabel umur tanaman (X5) dan variabel jumlah tanaman (X6)
3. Berdasarkan hasil analisis, maka pendapatan yang diperoleh petani kopi
arabika dalam melakukan pengolahan kopi arabika menjadi kopi arabika
menguntungkan, karena penerimaan lebih besar dari total biaya yang
dikeluarkan (TR>TC). Pendapatan yang diterima oleh petani kopi arabika
dalam satu tahun sebesar Rp 64.476.020,89. Nilai tersebut diperoleh dari
penerimaan sebesar Rp 84.582.058,79 dikurangi dengan biaya total sebesar Rp
20.106.037,90 yang dibutuhkan petani kopi arabika untuk memproduksi kopi
arabika pada satu tahun.

86
87

6.2 Saran
1. Sebaiknya petani kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso
lebih memperhatikan dalam hal penggunaan luas lahan dan tenaga kerja, hal ini
dikarenakan penggunaan kedua input tersebut dapat menunjang hasil produksi
yang lebih maksimal pada tanaman kopi arabika.
2. Sebaiknya petani kopi di Kecamatan Sumber Wringin dengan input yang ada
lebih meningkatkan manajemen budidaya kopi misalnya penggunaan luas
lahan dan penggunaan tenaga kerja lebih ditingkatkan pada titik optimal agar
nantinya hasil produksi yang diterima maksimal, karena kedua input tersebut
merupakan input yang dapat menunjang petani memperoleh hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, A., Aldon, S., dan Ana, A. S. 2014. Hubungan pengetahuan dan persepsi
harga dengan penggunaan pestisida dalam usahatani, Jurnal Agribisnis
Indonesia. Vol 2 (2) : 93-106.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2017. Kecamatan Sumber Wringin


dalam Angka. Bondowoso : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso.

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan


Kebijakan Publik Sera Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.

Dewi, I. A. N. U., Nyoman, N. Y. 2017. Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan Luas
Lahan Terhadap Jumlah Produksi Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani
Kabupaten Baangli. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana.Vol 6(6) : 1127-1156.

DinasPerkebunan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur. 2013 Perkembangan


Perkebunan. [online]. Diakses 25 juli 2013.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Perkembangan Perkebunan. [online].


Diakses tahun 2015.

Fauziah, U., dan Andri Ihwana. 2015. Analisis rantai nilai distribusi kopi di
Kabupaten Garut, Kalibrasi. Vol 1(13) : 1-8.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset.

Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi makro (pendekatan matematis dan grafis). Jember:
CSS.

Iski, N., Nunung, K., dan Harianto. 2015. Pengaruh kredit terhadap pendapatan
petani kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh, Jurnal
manajemen dan agribisnis. Vol 13 (2) : 132-144.

Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Pekrebunanan. 2014. Pedoman Teknis


Budidaya Kopi yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP on Coffee).
[online]. Diakses tahun 2014.

Kusmiati, A., dan Devi Y. N. 2015. Kelayakan finansial usahatani kopi arabika
dan prospek pengembangannya di ketinggian sedang, Agriekonomika. Vol
4(2) : 221-234.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta : Penebar Swadaya

88
89

Ramadhani, Yuliastuti. 2011. Analisis Efisiensi, Skala dan Elastisitas Produksi


dengan Pendekatan Cobb-Douglass dan Regresi Berganda. Teknologi,
4(1): 61-53.

Retno, D. A., Heru, S., dan Rendra, W. T. 2012. Analisis produksi dan pendapatan
kopi robusta kualitas ekspor (Studi kasus di PT Perkebunan Nusantara XII
(Persero) Kebun Ngrangkah Pawon, Kabupaten Kediri), Dagri. Vol 7(3) :
208-216.

Rianse, A. 2009. Metodelogi Penelitian Sosil dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi).
Bandung : CV. ALFABETA.

Risal, M. A., Widjajanti. A., Jumiati. 2014. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014 : 1-6

Risandewi, T. 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta di Kabupaten


Temanggung. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 2010. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Garfindo


Persada.

Soetriono. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Bayumedia Publishing :Malang

Soetriono. 2015. Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta. Surya Pena Gemilang :
Malang.

Soetriono. 2016. Leverage Factors in Enhanching Food Commodities


Performance. Agrise-Agricultural Socio-Economics Jurnal, Volume 16
Nomor: 113-125

Sri Najiyati dan Danarti. 2004. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Panen. Penebar Swadaya : Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D : Penerbit CV


Alfabeta, Bandung.

Sukirno, S. 2011. Mikroekonomi (Teori Pengantar). Jakarta: Rajawali Pres.

Supartama, M., Made, A., Rustam, A. R. 2013. Analisis Pendapatan Dan


Kelayakan Usahatani Padi Sawah Di Subak Baturiti Desa Balinggi
Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Agrotekbis, 1(2): 166-
172.
90

Supriyadi, A., Wahyuningsih, S., dan Awami S.N. 2014. Analisis Pendaatan
Usahatani Kopi (Coffea sp) Rakyat di Kecamatan Limbangan Kabupaten
Kendal. MEDIAGRO. 1 VOL 10. NO. 1. HAL 1-1

Suratiyah Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penebar Swadaya :


Jakarata

Syusantie S Sairdam. 2013. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika (Coffea


arabica) dan Margin Pemasaran di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai.
Agrilan. VOLUME 2 No. 2

Thamrin, S. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi


Arabika di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. AGRIC. Vol 26 (2) : 1-6

Yordy, G. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi


Arabika di Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makasar.
Makasar.

Zainura, U., Nunung, K., dan Burhanuddin. 2016. Perilaku kewirausahaan petani
kopi arabika goya di Kabupaten Bener Merah Provinsi Aceh, Jurnal
penyuluhan. Vol 12 (2) : 126-143.
91

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER

Judul : Analisis Daya Saing dan Strategi Peningkatan Daya Saing Kopi
Arabika di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso
Lokasi : Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso

IdentitasInforman
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Kelompok Tani :
Jumlah Anggota Keluarga :

Pewawancara
Nama : Ade Setyo Bagaskara
NIM : 141510601099
Hari / Tanggal :

Responden

(………………………)
92

A. GAMBARAN UMUM PETANI KOPI ARABIKA


1. Sejak kapan Anda menjadi petani kopi arabika?
Jawab: ...................................................................................................................
2. Apakah menjadi petani kopi arabika menjadi pekerjaan utama Anda?
a. Ya
b. Tidak
3. Apa alasan Anda menekuni usahatani kopi arabika?
Jawab: ...................................................................................................................
4. Berapa jumlah luas lahan yang Anda usahakan dalam usaha budidaya tanaman
kopi arabika?
a. Lahan Pribadi .............................................................................................. ha
b. Lahan Sewa .................................................................................................. ha
c. Lain-lain ...................................................................................................... ha
5. Dalam satuan luas (Ha) berapa jumlah pohon yang Anda tanam?
Jawab: ...................................................................................................................
6. Varietas kopi arabika apa yang Anda budidayakan? Mengapa?
Jawab: ...................................................................................................................
7. Apakah anda mengelola lahan milik perhutani?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah terdapat biaya sewa lahan untuk mengelola lahan milik perhutani?
a. Ya
b. Tidak

9. Apa saja syarat yang diperlukan untuk mengelola lahan milik perhutani?
Jawab: ................................................................................................................
10. Bagaimana sistem kerjasama yang ditawarkan oleh pihak perhutani?
Jawab: ................................................................................................................
11. Bagaimana sistem bagi hasil yang ditawarkan oleh pihak perhutani?
Jawab: ................................................................................................................
93

12. Berapa besar modal yang digunakan untuk melakukan budidaya kopi arabika?
Jawab: ................................................................................................................
13. Darimana anda mendapatkan modal tersebut?
a. Modal sendiri
b. Modal pinjaman
c. Lain-lain
14. Apakah anda menggunakan tenaga kerja dalam keluarga atau luar keluarga
untuk menjalankan usaha ini?
a. Ya b. Tidak
Berapa : ..............................................................................................................
15. Jika anda menggunakan tenaga kerja, berapa jam kerja tenaga kerja per hari?
Jawab: ................................................................................................................
16. Apakah anda menghadapi permasalahan selama melakukan usahatani kopi
arabika ini?
Jawab: ................................................................................................................
17. Bagaimana upaya yang anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Jawab: ................................................................................................................

B. BUDIDAYA KOPI ARABIKA


1. Sistem tanam apa yang anda gunakan dalam melakukan budidaya kopi
arabika?
Jawab: ...................................................................................................................
2. Apakah ada perencanaan dalam usaha budidaya kopi arabika yang anda
lakukan?
a. Ya b. Tidak
Mengapa: ..............................................................................................................
3. Berapa umur tanaman yang anda kelola saat ini?
Jawab: ...................................................................................................................
4. Jenis tanaman apa yang Anda gunakan sebagai tanaman naungan dari kopi
arabika?
Jawab: ...................................................................................................................
94

5. Berapa jarak tanam antara naungan dengan tanaman utama?


Jawab: ...................................................................................................................
6. Kapan dan saat umur berapa tanaman kopi arabika yang Anda usahakan mulai
berbuah?
Jawab: ...................................................................................................................
7. Berapa kali anda melakukan proses pemanenan dalam satu tahun?
Jawab: ………………………………………………………………………
8. Berapa total produksi yang dapat dihasilkan dalam satu kali panen?
Jawab: ………………………………………………………………………
9. Berapa rata-rata penghasilan anda dalam satu masa panen?
Jawab: ………………………………………………………………………
10. Bagaimana karakteristik kopi yang siap dipanen?
Jawab: ………………………………………………………………………
11. Bagaimana proses pemanenan dilakukan?
Jawab: ………………………………………………………………………
12. Apa saja kendala yang pernah dihadapi dalam usaha budidaya kopi arabika?
Jawab: ………………………………………………………………………
13. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?
Jawab: ………………………………………………………………………
14. Bagaimana proses pasca panen (pengolahan) kopi arabika?
Jawab: ………………………………………………………………………
15. Apa saja kendala yang pernah dihadapi dalam proses pasca panen?
Jawab: ………………………………………………………………………
16. Bagaimana cara anda untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Jawab: ………………………………………………………………………

C. LAIN-LAIN
1. Apakah anda termasuk petani yang mengelola lahan perhutani?
a. Ya b. Tidak
2. Apa yang mendukung anda ikut mengelola lahan perhutani?
Jawab: ................................................................................................................
95

3. Bagaimana anda dapat menjadi bagian dari petani yang mengelola lahan
perhutani?
Jawab: ................................................................................................................
4. Apa saja keuntungan yang didapatkan dengan mengelola lahan milik
perhutani?
Jawab: ................................................................................................................
5. Apa yang mendorong anda mengusahakan tanaman kopi arabika?
Jawab: ................................................................................................................
6. Dari manakah anda memperoleh benih tanaman kopi arabika?
Jawab: ................................................................................................................
7. Varietas apa yang anda gunakan?
Jawab: ................................................................................................................
8. Apa alasan anda memilih varietas tersebut?
Jawab: ................................................................................................................
9. Apakah pernah terjadi kerugian pada usahatani kopi arabika anda, kenapa dan
pada tahun berapa?
Jawab: ................................................................................................................
10. Apakah pernah terjadi kelangkaan saprodi (benih, pupuk dll) untuk
kebutuhan usahatani kopi arabika?
Jawab: ................................................................................................................
11. Bagaimanakah cara anda mengatasi kelangkaan saprodi tersebut?
Jawab: ................................................................................................................
12. Berapa benih yang dibutuhkan pada setiap ha lahan?
Jawab: ................................................................................................................
13. Bagaimana sistem pemasaran kopi arabika milik anda?
Jawab: ................................................................................................................
14. Kepada siapa biasanya anda menjual hasil panen kopi arabika?
Jawab: .............................................................................................................
96

D. ANALISIS USAHATANI KOPI ARABIKA


1. Musim tanam : (MK I/MK II)/Tahun …….
2. Sistem Tanam : Monokultur/Tumpangsari
3. Luas Lahan : ……… Ha
4. Status Lahan : Milik sendiri/ Sewa
5. Jenis Kopi arabika yang ditanam :
6. Umur tanaman :
7. Bantuan yang diterima :
No. Jenis Variasi/Merk Jumlah (kg) Perkiraan Harga
1.
2.
3.

8. Penggunaan Sarana Produksi (Benih, Pupuk, Obat Pertanian)


Satuan (pohon, Harga per
No. Jenis Total (Rp)
kg/Liter) Satuan (Rp)
1. Benih ……………… ……………….. ……………
2. Tanaman
Naungan ………………. ……………….. ……………
a. ……….. ………………. ……………….. ……………
b. ………. ………………. ……………….. ……………
c. ……….
3. Pupuk
a. Kandang ………………. ………………... …………….
b. Urea ………………. ………………... …………….
c. SP-36 ………………. ………………... …………….
d. KCl ………………. ………………... …………….
e. NPK ………………. ………………... …………….
f. Lainnya ………………. ………………... …………….
4. Obat-obatan
a. …….. ………………. ……………….. …………….
b. …….. ………………. ……………….. …………….
c. …….. ………………. ……………….. …………….
Jumlah
9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika
Tenaga Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga
Jumlah Jumlah
Jam kerja Upah Jam kerja Upah
No Jenis Kegiatan Frekuensi Orang biaya Orang biaya
Hari per hari (Rp) Hari per hari (Rp)
(Kali/th) (Rp) (Rp)
PW P WPWPWPW PWPWPW
1. Persiapan
a. Pengolahan tanah
b. Mencangkul
c. Tanaman naungan
d. Transportasi
e. ....................
2. Penanaman
4. Pemeliharaan
a. Penyulaman
b. Pendangiran
c. Pengairan
d. Pemupukan
e. Penyemprotan
f. Pemangkasan
g. Miwil
5. Pemanenan
a. Pemanenan
b. Penjemuran
c. Sortasi
d. Proses Masak
e. Penggilingan
f. Pengemasan
g. Pengangkutan
Jumlah
98

Total Biaya Variabel


No Jenis Jumlah (Rp)
1 Biaya Sarana Produksi
2 Biaya Tenaga Kerja
Total

10. Biaya Tetap


Harga Satuan
Jenis Kebutuhan Total (Rp)
(Rp)
I. Peralatan
1. Cangkul
2. Sekop
3. Gunting Pangkas
4. Sabit
5. Timba
6. Lain-lain
……………………….
……………………….
……………………….
………………………
II. Pajak Tanah/Bln/Thn
III. Sewa Tanah/Bln/Thn
Total Biaya Tetap

E. PRODUKSI DAN PENERIMAAN


No. Jumlah Produksi Harga per Penerimaan Keterangan
Kopi Arabika (Kg/Kw/Ton) (Rp) (dijual kepada)
1.
2.

a. Jumlah Biaya Produksi Per Tahun:


= Total Biaya Variabel + Total Biaya Tetap
= Rp………………… + Rp ………………
= Rp ……………….
99

b. Pendapatan Bersih Per Tahun:


Pendapatan = Jumlah penerimaan – Total Biaya Produksi
= Rp ………………. – Rp ………………….
= Rp ……………….
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data produksi, luas lahan dan produktivitas usahatani kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso, 2017

No. Nama Jenis Umur Alamat Luas Produksi Produksi Produktivitas Lama Umur
Kelamin (Th) Lahan (ton) (OC) (OC) Usaha Tanaman
(Ha) Kg Kg/Ha (Th) (Th)
1 Matt Khosen Laki-laki 60 Desa Sukorejo 3 9 2700 900 33 18
2 Muali Laki-laki 58 Desa Sukorejo 2,5 5 1500 600 23 23
3 Bahriman Laki-laki 50 Desa 2 4,3 1290 645 14 6
Sumberwringin
4 Saleh Laki-laki 47 Desa Rejo Agung 3,25 8 2400 738,4615385 6 6
5 Tohari Laki-laki 42 Desa Sukorejo 5 13 3900 780 8 12
6 Hasan Laki-laki 54 Desa Sukorejo 5 12,6 3780 756 10 10
7 Andi Wijaya Laki-laki 33 Desa Sukorejo 5 13 3900 780 8 10
8 H. Sumarhum Laki-laki 61 Desa Sukorejo 4 12 3600 900 30 25
9 Yus Riadi Laki-laki 38 Desa Sukorejo 5 12,6 3780 756 16 10
10 Kholis Haryanto Laki-laki 48 Desa Rejo Agung 2 3,9 1170 585 10 10
11 Dirman Laki-laki 70 Desa 1 2,3 690 690 24 11
Sumberwringin
12 Rustam Laki-laki 55 Desa 2 3,8 1140 570 6 6
Sumberwringin
13 Sukamto Laki-laki 50 Desa 2,1 4 1200 571,4285714 20 10
Sumberwringin
14 Samo Laki-laki 60 Desa 2 4,1 1230 615 18 15
Sumberwringin
15 Abdullah Laki-laki 49 Desa 2 3,6 1080 540 10 10
Sumberwringin
16 Buditomo Laki-laki 48 Desa 2,25 4,5 1350 600 13 11
Sumberwringin
17 Handayato Laki-laki 53 Desa 1,8 3,2 960 533,3333333 8 6
Sumberwringin

100
18 Ahmad Susanto Laki-laki 55 Desa 2 4 1200 600 10 6
Sumberwringin
19 Suyitno Laki-laki 52 Desa 2,2 4,3 1290 586,3636364 20 15
Sumberwringin
20 Mukandaryadi Laki-laki 50 Desa 2 3,8 1140 570 12 12
Sumberwringin
21 Muhammad Laki-laki 56 DsSumberwringin 1,65 2,6 780 472,7272727 18 13
Bakri
22 Subaili Laki-laki 38 Ds Sukorejo 6 13,7 4110 685 6 6
23 Jhon Saryan Laki-laki 63 Ds Sukorejo 4 10,5 3150 787,5 32 25
Sukardjo
24 Sudarman Laki-laki 41 Ds Sukorejo 3 6,3 1890 630 10 10
25 Sundhari Laki-laki 50 Ds Sukorejo 2 3,5 1050 525 12 10
26 Rusyatim Laki-laki 44 Ds Sukorejo 3 6,8 2040 680 12 12
27 Holis Laki-laki 47 Ds Sukorejo 1,5 3,3 990 660 8 6
28 Harnimo Laki-laki 48 Ds Sukorejo 2 4,5 1350 675 14 10
29 Khusnul Laki-laki 50 Ds Sukorejo 2 4,5 1350 675 8 10
30 Agus Suprapto Laki-laki 36 Ds Sukorejo 1,5 3 900 600 6 6
31 Lihen Laki-laki 31 Ds Rejo Agung 5 12,9 3870 774 9 10
32 Ejo Laki-laki 55 Ds Rejo Agung 3 8 2400 800 15 18
33 Suroh Hadi Laki-laki 45 Ds Rejo Agung 3 7,6 2280 760 10 10
34 Yasmi Laki-laki 38 Ds Rejo Agung 2 3,8 1140 570 10 8
35 Sukirno Laki-laki 38 Ds Rejo Agung 2 3,5 1050 525 9 6
36 Siti Nuraini Perempuan 40 Ds Rejo Agung 2 4 1200 600 10 8
37 Ali Laki-laki 42 Ds Rejo Agung 1,5 2,5 750 500 12 10
38 Sundari Perempuan 40 Ds Rejo Agung 1,5 2,7 810 540 15 13
39 Rahmat Laki-laki 68 Ds Rejo Agung 3 6 1800 600 20 20
40 Jumali Laki-laki 48 Ds Rejo Agung 3 6,5 1950 650 8 6
41 Supiyani Laki-laki 58 Ds Rejo Agung 2 4,5 1350 675 20 17
42 Purnanto Laki-laki 60 Ds Rejo Agung 2,75 5 1500 545,4545455 30 25

101
43Sukardi Laki-laki 45 Ds Rejo Agung 1,6 3,5 1050 656,25 15 11
Total 115,1 260,2 78060 27902,5189 608 502
Rata-rata 2,676744 6,051163 1815,348837 648,8957883 14,13953488 11,6744186
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

Lampiran 2. Data penggunaan lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, umur tanaman dan jumlah tanaman pada usahatani kopi di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso tahun 2017

No. Nama Produksi/Ha Luas Lahan Total Biaya TK Pupuk Pupuk Umur Jumlah
(Ha) (Rp) Organik Anorganik Tanaman Tanaman
(Th) (Ha)
1 Matt Khosen 3000 3 7388333,33 600000 948000 18 1600
2 Muali 2000 2,5 6238000,00 752000 1602000 23 1620
3 Bahriman 2150 2 4595000,00 630000 1308000 6 1650
4 Saleh 2461,538462 3,25 7386153,85 400000 948000 6 1600
5 Tohari 2600 5 12288000,00 430000 2652000 12 1560
6 Hasan 2520 5 9814000,00 480000 2478000 10 1560
7 Andi Wijaya 2600 5 10930000,00 480000 2652000 10 1560
8 H. Sumarhum 3000 4 10243750,00 483750 2208000 25 1575
9 Yus Riadi 2520 5 11280000,00 430000 2502000 10 1560
10 Kholis Haryanto 1950 2 4270000,00 460000 1392000 10 1650
11 Dirman 1533,333333 1,5 4735000,00 480000 948000 11 1200
12 Rustam 1900 2 4080000,00 437000 1332000 6 1650
13 Sukamto 1904,761905 2,1 5104761,90 457142,8571 1434000 10 1600
14 Samo 2050 2 5497500,00 552000 948000 15 1650
15 Abdullah 1800 2 5645000,00 516000 1308000 10 1650
16 Buditomo 2000 2,25 5188888,89 435555,5556 1497000 11 1600
17 Handayato 1777,777778 1,8 5188888,89 441944,4444 948000 6 1500
18 Ahmad Susanto 2000 2 5545000,00 540500 1332000 6 1500

102
19 Suyitno 1954,545455 2,2 5652272,73 491363,6364 1452000 15 1600
20 Mukandaryadi 1900 2 5425000,00 495000 1332000 12 1650
21 Muhammad Bakri 1575,757576 1,65 3918181,82 484242,4242 1171500 13 1500
22 Subaili 2283,333333 6 5276000,00 391666,6667 3072000 6 1550
23 Jhon Saryan 2625 4 5793750,00 480000 2208000 25 1575
Sukardjo
24 Sudarman 2100 3 3658333,33 560000 1722000 10 1600
25 Sundhari 1750 2 3752500,00 720000 1308000 10 1650
26 Rusyatim 2266,666667 3 5960666,67 675000 1812000 12 1600
27 Holis 2200 1,5 6144000,00 716666,6667 1308000 6 1700
28 Harnimo 2250 2 7070000,00 731250 1308000 10 1650
29 Khusnul 2250 2 4865000,00 600000 1308000 10 1650
30 Agus Suprapto 2000 1,5 6064000,00 800000 1308000 6 1700
31 Lihen 2580 5 4556000,00 440000 2502000 10 1560
32 Ejo 2666,666667 3 4741000,00 465000 1788000 18 1600
33 Suroh Hadi 2533,333333 3 3686666,67 400000 1722000 10 1600
34 Yasmi 1900 2 4294000,00 420000 1308000 8 1650
35 Sukirno 1750 2 3175500,00 495000 1392000 6 1650
36 Siti Nuraini 2000 2 3784000,00 470000 1308000 8 1650
37 Ali 1666,666667 1,5 3606666,67 510000 1182000 10 1700
38 Sundari 1800 1,5 3462000,00 552000 1158000 13 1700
39 Rahmat 2000 3 2773333,33 659333,3333 1722000 20 1600
40 Jumali 2166,666667 3 3447000,00 480000 1788000 6 1600
41 Supiyani 2250 2 3833500,00 480000 1332000 17 1650
42 Purnanto 1818,181818 2,75 4907272,73 512727,2727 1158000 25 1600
43 Sukardi 2187,5 1,6 3663125,00 506250 1158000 11 1500
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

103
Lampiran 3. Nilai logaritma natural penggunaan lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, umur tanaman dan jumlah tanaman pada usahatani
kopi di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso tahun 2017

No. Nama Ln_Produksi Ln_Luas Ln_TK Ln_Pupuk Ln_Pupuk Ln_Umur Ln_Jumlah


Lahan Organik Anorgnaik Tanaman Tanaman
1 Matt Khosen 8,006368 1,098612 15,81541 13,3046849 13,76211 2,890372 7,377759
2 Muali 7,600902 0,916291 15,64617 13,5304916 14,28676 3,135494 7,390181
3 Bahriman 7,673223 0,693147 15,34048 13,3534751 14,08401 1,791759 7,408531
4 Saleh 7,808542 1,178655 15,81512 12,8992198 13,76211 1,791759 7,377759
5 Tohari 7,863267 1,609438 16,32413 12,9715405 14,79082 2,484907 7,352441
6 Hasan 7,832014 1,609438 16,09932 13,0815414 14,72296 2,302585 7,352441
7 Andi Wijaya 7,863267 1,609438 16,20702 13,0815414 14,79082 2,302585 7,352441
8 H. Sumarhum 8,006368 1,386294 16,14218 13,0893235 14,6076 3,218876 7,362011
9 Yus Riadi 7,832014 1,609438 16,23854 12,9715405 14,7326 2,302585 7,352441
10 Kholis 7,575585 0,693147 15,26712 13,0389818 14,14625 2,302585 7,408531
Haryanto
11 Dirman 7,335199 0,405465 15,37049 13,0815414 13,76211 2,397895 7,090077
12 Rustam 7,549609 0,693147 15,22161 12,9876885 14,10219 1,791759 7,408531
13 Sukamto 7,552112 0,741937 15,44568 13,0327512 14,17598 2,302585 7,377759
14 Samo 7,625595 0,693147 15,5198 13,2213033 13,76211 2,70805 7,408531
15 Abdullah 7,495542 0,693147 15,54628 13,153862 14,08401 2,302585 7,408531
16 Buditomo 7,600902 0,81093 15,46203 12,9843776 14,21897 2,397895 7,377759
17 Handayato 7,483119 0,587787 15,46203 12,9989395 13,76211 1,791759 7,31322
18 Ahmad Susanto 7,600902 0,693147 15,52841 13,2002499 14,10219 1,791759 7,31322
19 Suyitno 7,577913 0,788457 15,54757 13,1049397 14,18845 2,70805 7,377759
20 Mukandaryadi 7,549609 0,693147 15,50653 13,112313 14,10219 2,484907 7,408531
21 Muhammad 7,362491 0,500775 15,18114 13,0903409 13,9738 2,564949 7,31322
Bakri

104
22 Subaili 7,733392 1,791759 15,47868 12,8781664 14,93784 1,791759 7,34601
23 Jhon Saryan 7,872836 1,386294 15,57229 13,0815414 14,6076 3,218876 7,362011
Sukardjo
24 Sudarman 7,649693 1,098612 15,11252 13,2356921 14,359 2,302585 7,377759
25 Sundhari 7,467371 0,693147 15,13793 13,4870065 14,08401 2,302585 7,408531
26 Rusyatim 7,726066 1,098612 15,60069 13,422468 14,40994 2,484907 7,377759
27 Holis 7,696213 0,405465 15,63099 13,4823661 14,08401 1,791759 7,438384
28 Harnimo 7,718685 0,693147 15,77137 13,5025107 14,08401 2,302585 7,408531
29 Khusnul 7,718685 0,693147 15,39758 13,3046849 14,08401 2,302585 7,408531
30 Agus Suprapto 7,600902 0,405465 15,61788 13,592367 14,08401 1,791759 7,438384
31 Lihen 7,855545 1,609438 15,33196 12,99453 14,7326 2,302585 7,352441
32 Ejo 7,888585 1,098612 15,37176 13,0497927 14,39661 2,890372 7,377759
33 Suroh Hadi 7,837291 1,098612 15,12023 12,8992198 14,359 2,302585 7,377759
34 Yasmi 7,549609 0,693147 15,27273 12,94801 14,08401 2,079442 7,408531
35 Sukirno 7,467371 0,693147 14,97098 13,112313 14,14625 1,791759 7,408531
36 Siti Nuraini 7,600902 0,693147 15,14629 13,060488 14,08401 2,079442 7,408531
37 Ali 7,418581 0,405465 15,09829 13,142166 13,98272 2,302585 7,438384
38 Sundari 7,495542 0,405465 15,05736 13,2213033 13,9622 2,564949 7,438384
39 Rahmat 7,600902 1,098612 14,83556 13,3989845 14,359 2,995732 7,377759
40 Jumali 7,680945 1,098612 15,05301 13,0815414 14,39661 1,791759 7,377759
41 Supiyani 7,718685 0,693147 15,15929 13,0815414 14,10219 2,833213 7,408531
42 Purnanto 7,505592 1,011601 15,40623 13,1474994 13,9622 3,218876 7,377759
43 Sukardi 7,690515 0,470004 15,11383 13,1347859 13,9622 2,397895 7,31322
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

105
106

Lampiran 4a. Hasil analisis menggunakan SPSS pada usahatani kopi di Kecamatan
Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso tahun 2018

a. Variabel bebas : 6
Luas Lahan (X1), Tenaga Kerja (X2), Pupuk Organik (X3), Pupuk Anorganik (X4), Umur
tanaman (X5) dan Jumlah tanaman (X6)
b. Jumlah sampel : 43
Pengujian Normalitas Data

Berdasarkan grafik P-Plot dapat dilihat bahwa titik-titik observasi mengikuti garis
diagonal dan hanya sedikit yang menjauhi garis diagonal, hal tersebut menunjukkan
bahwa tidak terjadi gangguan normalitas data.

Pengujian Heteroskedastisitas
107

Berdasarkan grafik partial regression plot tidak terdapat pola pada grafik, hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas pada data.

Pengujian Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 1,772 2,676 ,662 ,512
ln_luas_lahan ,317 ,093 ,764 3,420 ,002 ,206 4,865
ln_tenaga_kerja ,116 ,057 ,252 2,026 ,050 ,662 1,511
ln_pupuk_orga
,055 ,106 ,062 ,515 ,609 ,709 1,410
nik
1 ln_pupuk_anor
-,091 ,100 -,172 -,905 ,372 ,283 3,528
ganik
ln_umur_tanam
,027 ,040 ,071 ,660 ,513 ,893 1,119
an
ln_jumlah_tana
,585 ,315 ,201 1,857 ,071 ,880 1,136
man
a. Dependent Variable: ln_produksi

Berdasarkan tabel Coeffients dapat dilihat bahwa nilai VIF kurang dari 10 (<10), hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada data.
108

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
a
1 ,794 ,631 ,569 ,10690 1,956
a. Predictors: (Constant), ln_jumlah_tanaman, ln_pupuk_anorganik,
ln_umur_tanaman, ln_pupuk_organik, ln_tenaga_kerja, ln_luas_lahan
b. Dependent Variable: ln_produksi
Berdasarkan tabel Model Summary dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square adalah
0,569. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja, pupuk
organik, pupuk anorganik, umur tanaman dan jumlah tanaman) secara bersama-sama
mempengaruhi variabel terikat (produksi kopi) sebesar 0,569 atau 67,5% dan sisanya
sebesar 0,411 atau 42,5% dipengaruhi oleh variabel diluar model.

ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression ,702 6 ,117 10,243 ,000b
1 Residual ,411 36 ,011
Total 1,114 42
a. Dependent Variable: ln_produksi
b. Predictors: (Constant), ln_jumlah_tanaman, ln_pupuk_anorganik, ln_umur_tanaman,
ln_pupuk_organik, ln_tenaga_kerja, ln_lu_lahan
Berdasarkan tabel ANOVA dapat dilihat nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka
variabel bebas (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, umur tanaman
dan jumlah tanaman) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat
(produksi kopi).
Lampiran 5a. Biaya Bibit dan Alat Usahatani Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Luas Bibit Cangkul
Lahan Kebutuhan Harga Subtotal Jumlah Harga Umur Biaya
(Ha) (pohon) Satuan (Rp) (buah) Satuan Ekonomis Penyusutan
(Rp) (Rp) (Tahun) (Rp/Tahun)
1 Matt Khosen 3 4800 1000 4800000 1 80000 5 16000
2 Muali 2,5 4050 1000 4050000 2 60000 4 30000
3 Bahriman 2 3300 1500 4950000 1 60000 4 15000
4 Saleh 3,25 5175 1500 7762500 3 80000 5 48000
5 Tohari 5 7800 1500 11700000 3 75000 5 45000
6 Hasan 5 7800 1000 7800000 5 75000 5 75000
7 Andi Wijaya 5 7800 1500 11700000 3 80000 5 48000
8 H. Sumarhum 4 6300 1000 6300000 2 80000 5 32000
9 Yus Riadi 5 7800 1500 11700000 3 80000 5 48000
10 Kholis Haryanto 2 3300 1000 3300000 1 55000 3 18333,33333
11 Dirman 1 1800 1000 1800000 1 55000 3 18333,33333
12 Rustam 2 3300 1000 3300000 1 60000 4 15000
13 Sukamto 2,1 3450 1000 3450000 2 55000 4 27500
14 Samo 2 3300 1100 3630000 1 55000 3 18333,33333
15 Abdullah 2 3300 1000 3300000 1 60000 3 20000
16 Buditomo 2,25 3675 1000 3675000 1 55000 3 18333,33333
17 Handayato 1,8 3000 1200 3600000 2 55000 3 36666,66667
18 Ahmad Susanto 2 3300 1000 3300000 1 60000 4 15000
19 Suyitno 2,2 3600 1000 3600000 2 60000 4 30000
20 Mukandaryadi 2 3300 1200 3960000 1 55000 3 18333,33333
21 Muhammad Bakri 1,65 2775 1000 2775000 1 55000 3 18333,33333
22 Subaili 6 9300 1500 13950000 2 60000 5 24000
23 Jhon Saryan Sukardjo 4 6300 1000 6300000 2 75000 5 30000
24 Sudarman 3 4800 1000 4800000 1 80000 5 16000

109
25 Sundhari 2 3300 1000 3300000 2 75000 5 30000
26 Rusyatim 3 4800 1000 4800000 2 70000 4 35000
27 Holis 1,5 2550 1500 3825000 2 75000 4 37500
28 Harnimo 2 3300 1500 4950000 2 80000 5 32000
29 Khusnul 2 3300 1000 3300000 3 90000 5 54000
30 Agus Suprapto 1,5 2550 1000 2550000 3 90000 5 54000
31 Lihen 5 7800 1000 7800000 3 90000 5 54000
32 Ejo 3 4800 1000 4800000 1 80000 5 16000
33 Suroh Hadi 3 4800 1000 4800000 1 75000 4 18750
34 Yasmi 2 3300 1000 3300000 1 75000 4 18750
35 Sukirno 2 3300 1000 3300000 1 110000 5 22000
36 Siti Nuraini 2 3300 1000 3300000 1 95000 5 19000
37 Ali 1,5 2550 1000 2550000 1 88000 5 17600
38 Sundari 1,5 2550 1000 2550000 1 85000 5 17000
39 Rahmat 3 4800 1000 4800000 2 90000 5 36000
40 Jumali 3 4800 1000 4800000 2 75000 4 37500
41 Supiyani 2 3300 1500 4950000 1 75000 4 18750
42 Purnanto 2,75 4425 1500 6637500 2 75000 4 37500
43 Sukardi 1,6 2700 1000 2700000 1 90000 5 18000
Total 115,1 185550 214515000 1254516,667
Rata-rata 2,68 4315,12 4988720,93 29174,81
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

110
Lampiran 5b. Biaya Bibit dan Alat Usahatani Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso

No. Nama Gunting Pangkas Parang


Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya
(buah) Satuan Ekonomis Penyusutan (buah) Satuan Ekonomis Penyusutan
(Rp) (Tahun) (Rp/Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp/Tahun)
1 Matt Khosen 3 200000 4 150000 2 45000 4 22500
2 Muali 2 100000 3 66666,66667 2 45000 4 22500
3 Bahriman 2 75000 2 75000 0 0 5 0
4 Saleh 3 125000 3 125000 2 30000 3 20000
5 Tohari 4 125000 3 166666,6667 2 50000 4 25000
6 Hasan 3 75000 2 112500 1 45000 4 11250
7 Andi Wijaya 5 125000 3 208333,3333 2 50000 4 25000
8 H. Sumarhum 2 125000 3 83333,33333 1 50000 4 12500
9 Yus Riadi 4 125000 3 166666,6667 1 50000 4 12500
10 Kholis 1 75000 2 37500 0 0 5 0
Haryanto
11 Dirman 2 80000 2 80000 1 30000 3 10000
12 Rustam 2 75000 2 75000 1 45000 4 11250
13 Sukamto 3 75000 2 112500 1 35000 3 11666,66667
14 Samo 2 75000 2 75000 1 30000 3 10000
15 Abdullah 2 75000 2 75000 0 35000 3 0
16 Buditomo 2 80000 3 53333,33333 1 30000 3 10000
17 Handayato 3 80000 3 80000 1 30000 3 10000
18 Ahmad 3 80000 3 80000 1 35000 3 11666,66667
Susanto
19 Suyitno 2 75000 2 75000 2 35000 3 23333,33333
20 Mukandaryadi 2 75000 2 75000 0 35000 3 0
21 Muhammad 2 75000 2 75000 1 35000 3 11666,66667
Bakri

111
22 Subaili 3 125000 3 125000 2 40000 4 20000
23 Jhon Saryan 2 125000 3 83333,33333 1 50000 4 12500
Sukardjo
24 Sudarman 1 125000 3 41666,66667 1 40000 4 10000
25 Sundhari 2 100000 3 66666,66667 0 0 5 0
26 Rusyatim 1 225000 4 56250 1 100000 5 20000
27 Holis 2 250.000,00 4 125000 2 50000 4 25000
28 Harnimo 3 125.000,00 3 125000 1 45000 4 11250
29 Khusnul 3 250.000,00 4 187500 0 0 5 0
30 Agus 2 150.000,00 4 75000 0 0 5 0
Suprapto
31 Lihen 3 150.000,00 4 112500 2 75000 5 30000
32 Ejo 2 125.000,00 3 83333,33333 1 50000 4 12500
33 Suroh Hadi 2 130000 4 65000 1 50000 4 12500
34 Yasmi 1 150000 4 37500 1 50000 4 12500
35 Sukirno 1 125000 3 41666,66667 1 45000 4 11250
36 Siti Nuraini 1 125000 3 41666,66667 0 0 5 0
37 Ali 1 110000 3 36666,66667 0 0 5 0
38 Sundari 1 120000 3 40000 0 0 5 0
39 Rahmat 3 125000 3 125000 0 45000 4 0
40 Jumali 2 120000 3 80000 1 45000 4 11250
41 Supiyani 1 135000 3 45000 1 55000 4 13750
42 Purnanto 1 120000 3 40000 1 50000 4 12500
43 Sukardi 1 110000 3 36666,66667 0 0 5 0
Total 3717916,67 475833,3333
Rata-rata 86463,18 11065,89
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

112
Lampiran 5c. Biaya Bibit dan Alat Usahatani Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Sabit Mesin Potong Rumput
Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya
(buah) Satuan Ekonomis Penyusutan (buah) Satuan Ekonomis Penyusutan
(Rp) (Tahun) (Rp/Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp/Tahun)
1 Matt Khosen 3 50000 3 50000 2 1250000 5 500000
2 Muali 3 50000 3 50000 2 1100000 4 550000
3 Bahriman 1 40000 2 20000 2 800000 3 533333,3333
4 Saleh 2 45000 3 30000 0 0 5 0
5 Tohari 4 55000 3 73333,33333 3 2000000 7 857142,8571
6 Hasan 4 50000 3 66666,66667 1 1250000 5 250000
7 Andi Wijaya 5 55000 3 91666,66667 3 2000000 6 1000000
8 H. Sumarhum 3 50000 3 50000 2 1750000 6 583333,3333
9 Yus Riadi 3 55000 3 55000 3 2000000 6 1000000
10 Kholis 1 40000 2 20000 0 0 5 0
Haryanto
11 Dirman 1 40000 2 20000 0 0 5 0
12 Rustam 1 40000 2 20000 1 1100000 5 220000
13 Sukamto 1 45000 3 15000 0 0 5 0
14 Samo 2 40000 2 40000 0 0 5 0
15 Abdullah 1 40000 2 20000 0 0 5 0
16 Buditomo 2 45000 3 30000 1 1250000 5 250000
17 Handayato 2 40000 2 40000 1 1100000 5 220000
18 Ahmad 1 45000 3 15000 0 0 5 0
Susanto
19 Suyitno 2 40000 2 40000 0 0 5 0
20 Mukandaryadi 1 45000 3 15000 0 0 5 0
21 Muhammad 1 40000 2 20000 1 1250000 5 250000
Bakri
22 Subaili 2 50000 4 25000 2 1750000 6 583333,3333

113
23 Jhon Saryan 3 50000 4 37500 2 1750000 6 583333,3333
Sukardjo
24 Sudarman 3 50000 4 37500 1 1750000 6 291666,6667
25 Sundhari 2 40000 3 26666,66667 0 0 5 0
26 Rusyatim 1 45000 3 15000 0 0 5 0
27 Holis 3 50000 4 37500 1 1500000 6 250000
28 Harnimo 3 50000 4 37500 1 1500000 6 250000
29 Khusnul 2 35000 2 35000 0 0 5 0
30 Agus 3 30000 2 45000 0 0 5 0
Suprapto
31 Lihen 3 50000 4 37500 2 1500000 6 500000
32 Ejo 1 45000 3 15000 1 1050000 5 210000
33 Suroh Hadi 2 40000 3 26666,66667 1 1100000 5 220000
34 Yasmi 1 55000 4 13750 0 0 5 0
35 Sukirno 1 50000 4 12500 1 1200000 6 200000
36 Siti Nuraini 1 50000 4 12500 1 1200000 6 200000
37 Ali 1 50000 4 12500 0 0 5 0
38 Sundari 1 55000 4 13750 0 0 5 0
39 Rahmat 2 45000 3 30000 1 1250000 6 208333,3333
40 Jumali 1 55000 4 13750 1 1250000 6 208333,3333
41 Supiyani 2 50000 4 25000 1 1200000 6 200000
42 Purnanto 2 50000 4 25000 0 0 5 0
43 Sukardi 1 60000 4 15000 0 0 5 0
Total 1331250 10118809,52
Rata-rata 30959,30 235321,15
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

114
Lampiran 6. Biaya Sewa Lahan Usahatani Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso

No. Nama Luas Produksi 30% Harga Sewa Sewa


Lahan Total ke perhutani Kopi Ceri Lahan Lahan/Ha
(Ha) (Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1 Matt Khosen 3 9000 2700 11000 29700000 9900000
2 Muali 2,5 5000 1500 11000 16500000 6600000
3 Bahriman 2 4300 1290 11000 14190000 7095000
4 Saleh 3,25 8000 2400 11000 26400000 8123076,923
5 Tohari 5 13000 3900 11000 42900000 8580000
6 Hasan 5 12600 3780 11000 41580000 8316000
7 Andi Wijaya 5 13000 3900 11000 42900000 8580000
8 H. Sumarhum 4 12000 3600 11000 39600000 9900000
9 Yus Riadi 5 12600 3780 11000 41580000 8316000
10 Kholis Haryanto 2 3900 1170 11000 12870000 6435000
11 Dirman 1 2300 690 10800 7452000 7452000
12 Rustam 2 3800 1140 10700 12198000 6099000
13 Sukamto 2,1 4000 1200 10700 12840000 6114285,714
14 Samo 2 4100 1230 10700 13161000 6580500
15 Abdullah 2 3600 1080 10700 11556000 5778000
16 Buditomo 2,25 4500 1350 10700 14445000 6420000
17 Handayato 1,8 3200 960 10700 10272000 5706666,667
18 Ahmad Susanto 2 4000 1200 10800 12960000 6480000
19 Suyitno 2,2 4300 1290 10800 13932000 6332727,273
20 Mukandaryadi 2 3800 1140 10800 12312000 6156000
21 Muhammad Bakri 1,65 2600 780 10800 8424000 5105454,545
22 Subaili 6 13700 4110 10800 44388000 7398000
23 Jhon Saryan Sukardjo 4 10500 3150 10800 34020000 8505000
24 Sudarman 3 6300 1890 10800 20412000 6804000

115
25 Sundhari 2 3500 1050 10800 11340000 5670000
26 Rusyatim 3 6800 2040 10800 22032000 7344000
27 Holis 1,5 3300 990 10800 10692000 7128000
28 Harnimo 2 4500 1350 10800 14580000 7290000
29 Khusnul 2 4500 1350 10800 14580000 7290000
30 Agus Suprapto 1,5 3000 900 10800 9720000 6480000
31 Lihen 5 12900 3870 10800 41796000 8359200
32 Ejo 3 8000 2400 10800 25920000 8640000
33 Suroh Hadi 3 7600 2280 10800 24624000 8208000
34 Yasmi 2 3800 1140 10800 12312000 6156000
35 Sukirno 2 3500 1050 10800 11340000 5670000
36 Siti Nuraini 2 4000 1200 10800 12960000 6480000
37 Ali 1,5 2500 750 10800 8100000 5400000
38 Sundari 1,5 2700 810 10800 8748000 5832000
39 Rahmat 3 6000 1800 10800 19440000 6480000
40 Jumali 3 6500 1950 10800 21060000 7020000
41 Supiyani 2 4500 1350 10800 14580000 7290000
42 Purnanto 2,75 5000 1500 10800 16200000 5890909,091
43 Sukardi 1,6 3500 1050 10800 11340000 7087500
Total 115,1 260200 78060 465800 847956000 302492320,2
Rata-rata 2,68 6051,16 1815,35 10832,56 19719906,98 7034705,12
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

116
Lampiran 7. Biaya Pupuk Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso

No Nama Pupuk Kandang Pupuk ZA Pupuk Phonska


Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah
(Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp)
1 Matt Khosen 4500 400 1800000 0 1300 0 0 2300 0
2 Muali 4000 470 1880000 750 1400 1050000 600 2300 1380000
3 Bahriman 2800 450 1260000 600 1300 780000 480 2200 1056000
4 Saleh 3250 400 1300000 0 1400 0 0 2300 0
5 Tohari 5000 430 2150000 1500 1400 2100000 1200 2300 2760000
6 Hasan 5000 480 2400000 1500 1300 1950000 1200 2200 2640000
7 Andi Wijaya 5000 480 2400000 1500 1400 2100000 1200 2300 2760000
8 H. Sumarhum 4300 450 1935000 1200 1400 1680000 960 2200 2112000
9 Yus Riadi 5000 430 2150000 1500 1300 1950000 1200 2300 2760000
10 Kholis Haryanto 2000 460 920000 600 1400 840000 480 2300 1104000
11 Dirman 1200 400 480000 300 1400 420000 240 2200 528000
12 Rustam 1900 460 874000 600 1300 780000 480 2300 1104000
13 Sukamto 2400 400 960000 630 1400 882000 504 2300 1159200
14 Samo 2300 480 1104000 0 1400 0 0 2300 0
15 Abdullah 2400 430 1032000 600 1300 780000 480 2200 1056000
16 Buditomo 2450 400 980000 675 1400 945000 540 2300 1242000
17 Handayato 1850 430 795500 0 1400 0 0 2300 0
18 Ahmad Susanto 2300 470 1081000 600 1300 780000 480 2300 1104000
19 Suyitno 2350 460 1081000 660 1400 924000 528 2200 1161600
20 Mukandaryadi 2200 450 990000 600 1300 780000 480 2300 1104000
21 Muhammad Bakri 1700 470 799000 495 1300 643500 396 2200 871200
22 Subaili 5000 470 2350000 1800 1400 2520000 1440 2300 3312000
23 Jhon Saryan 4000 480 1920000 1200 1400 1680000 960 2200 2112000
Sukardjo

117
24 Sudarman 3500 480 1680000 900 1300 1170000 720 2300 1656000
25 Sundhari 3000 480 1440000 600 1300 780000 480 2200 1056000
26 Rusyatim 4500 450 2025000 900 1400 1260000 720 2300 1656000
27 Holis 2500 430 1075000 0 1400 0 0 2300 0
28 Harnimo 3250 450 1462500 600 1300 780000 480 2200 1056000
29 Khusnul 3000 400 1200000 600 1300 780000 480 2200 1056000
30 Agus Suprapto 2500 480 1200000 0 1400 0 0 2300 0
31 Lihen 5500 400 2200000 1500 1300 1950000 1200 2300 2760000
32 Ejo 3100 450 1395000 900 1400 1260000 720 2200 1584000
33 Suroh Hadi 3000 400 1200000 900 1300 1170000 720 2300 1656000
34 Yasmi 2100 400 840000 600 1300 780000 480 2200 1056000
35 Sukirno 2200 450 990000 600 1400 840000 480 2300 1104000
36 Siti Nuraini 2000 470 940000 600 1300 780000 480 2200 1056000
37 Ali 1700 450 765000 450 1400 630000 360 2300 828000
38 Sundari 1800 460 828000 450 1400 630000 360 2200 792000
39 Rahmat 4300 460 1978000 900 1300 1170000 720 2300 1656000
40 Jumali 3000 480 1440000 900 1400 1260000 720 2200 1584000
41 Supiyani 2000 480 960000 600 1300 780000 480 2300 1104000
42 Purnanto 3000 470 1410000 0 1400 0 0 2200 0
43 Sukardi 1800 450 810000 0 1400 0 0 2300 0
Total 130650 19240 58480000 29310 58300 39604500 23448 97200 52986000
Rata-rata 3038,37 447,44 1360000 681,63 1355,81 921034,88 545,30 2260,47 1232232,56
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

118
Lampiran 8a. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso

No Nama Pembersihan Lahan Pengolahan Tanah


Jumlah TK HK Upah Subtotal Jumlah TK HK Upah Subtotal
(Orang) (Rp/HK) (Rp) (Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 3 6 30000 540000 4 28 30000 3360000
2 Muali 3 6 25000 450000 3 24 25000 1800000
3 Bahriman 2 4 25000 200000 3 15 25000 1125000
4 Saleh 4 6 25000 600000 5 29 25000 3625000
5 Tohari 5 8 30000 1200000 8 36 30000 8640000
6 Hasan 5 8 25000 1000000 7 38 25000 6650000
7 Andi Wijaya 5 8 25000 1000000 8 37 25000 7400000
8 H. Sumarhum 4 7 25000 700000 6 34 25000 5100000
9 Yus Riadi 5 8 25000 1000000 8 40 25000 8000000
10 Kholis Haryanto 2 4 25000 200000 3 21 25000 1575000
11 Dirman 2 2 25000 100000 2 10 25000 500000
12 Rustam 2 4 25000 200000 2 20 25000 1000000
13 Sukamto 2 4 25000 200000 3 20 25000 1500000
14 Samo 2 4 25000 200000 4 21 25000 2100000
15 Abdullah 2 4 25000 200000 4 24 25000 2400000
16 Buditomo 3 5 25000 375000 3 25 25000 1875000
17 Handayato 3 2 25000 150000 3 20 25000 1500000
18 Ahmad Susanto 2 3 25000 150000 3 21 25000 1575000
19 Suyitno 3 4 25000 300000 4 23 25000 2300000
20 Mukandaryadi 2 4 25000 200000 4 21 25000 2100000
21 Muhammad Bakri 2 3 25000 150000 2 18 25000 900000
22 Subaili 6 8 25000 1200000 6 34 25000 5100000
23 Jhon Saryan 5 8 25000 1000000 6 35 25000 5250000
Sukardjo
24 Sudarman 3 6 25000 450000 4 28 25000 2800000

119
25 Sundhari 2 4 25000 200000 5 22 25000 2750000
26 Rusyatim 6 7 30000 1260000 6 30 30000 5400000
27 Holis 5 5 30000 750000 5 20 30000 3000000
28 Harnimo 6 5 30000 900000 6 30 30000 5400000
29 Khusnul 3 5 30000 450000 4 30 30000 3600000
30 Agus Suprapto 5 6 30000 900000 4 30 30000 3600000
31 Lihen 5 6 25000 750000 8 40 25000 8000000
32 Ejo 2 7 30000 420000 6 30 30000 5400000
33 Suroh Hadi 2 6 25000 300000 6 30 25000 4500000
34 Yasmi 2 6 25000 300000 4 25 25000 2500000
35 Sukirno 2 6 25000 300000 3 25 25000 1875000
36 Siti Nuraini 3 6 25000 450000 4 25 25000 2500000
37 Ali 2 7 30000 420000 3 23 30000 2070000
38 Sundari 2 6 25000 300000 3 21 25000 1575000
39 Rahmat 4 4 25000 400000 4 32 25000 3200000
40 Jumali 4 5 25000 500000 5 30 25000 3750000
41 Supiyani 3 5 30000 450000 3 28 30000 2520000
42 Purnanto 3 4 30000 360000 5 36 30000 5400000
43 Sukardi 2 4 30000 240000 4 25 30000 3000000
Total 140 230 1135000 21415000 193 1154 1135000 148215000
Rata-rata 3,25581395 5,34884 26395,3 498023,3 4,48837209 26,8372 26395,3 3446860,5
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

120
Lampiran 8b. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No Nama Penanaman Penyulaman
Jumlah TK HK Upah Subtotal Jumlah TK HK Upah Subtotal
(Orang) (Rp/HK) (Rp) (Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 5 8 30000 1200000 2 2 30000 120000
2 Muali 4 10 25000 1000000 2 2 25000 100000
3 Bahriman 3 8 25000 600000 1 1 25000 25000
4 Saleh 4 10 25000 1000000 2 2 25000 100000
5 Tohari 6 13 30000 2340000 3 2 30000 180000
6 Hasan 6 13 25000 1950000 2 2 25000 100000
7 Andi Wijaya 6 13 25000 1950000 2 2 25000 100000
8 H. Sumarhum 7 9 25000 1575000 2 2 25000 100000
9 Yus Riadi 6 12 25000 1800000 2 2 25000 100000
10 Kholis Haryanto 3 8 25000 600000 1 1 25000 25000
11 Dirman 3 6 25000 450000 1 1 25000 25000
12 Rustam 3 9 25000 675000 1 1 25000 25000
13 Sukamto 3 10 25000 750000 1 2 25000 50000
14 Samo 4 8 25000 800000 1 2 25000 50000
15 Abdullah 3 10 25000 750000 2 2 25000 100000
16 Buditomo 4 12 25000 1200000 1 1 25000 25000
17 Handayato 4 7 25000 700000 1 2 25000 50000
18 Ahmad Susanto 4 8 25000 800000 1 1 25000 25000
19 Suyitno 3 9 25000 675000 2 2 25000 100000
20 Mukandaryadi 4 7 25000 700000 1 2 25000 50000
21 Muhammad 3 8 25000 600000 1 1 25000 25000
Bakri
22 Subaili 6 13 25000 1950000 2 2 25000 100000
23 Jhon Saryan 6 13 25000 1950000 2 2 25000 100000
Sukardjo

121
24 Sudarman 5 8 25000 1000000 2 2 25000 100000
25 Sundhari 3 8 25000 600000 1 1 25000 25000
26 Rusyatim 6 12 30000 2160000 3 1 30000 90000
27 Holis 5 8 30000 1200000 3 1 30000 90000
28 Harnimo 4 10 30000 1200000 2 2 30000 120000
29 Khusnul 5 8 30000 1200000 2 3 30000 180000
30 Agus Suprapto 5 8 30000 1200000 3 1 30000 90000
31 Lihen 6 12 25000 1800000 3 1 25000 75000
32 Ejo 5 10 30000 1500000 2 1 30000 60000
33 Suroh Hadi 5 10 25000 1250000 2 2 25000 100000
34 Yasmi 4 8 25000 800000 2 2 25000 100000
35 Sukirno 5 8 25000 1000000 1 2 25000 50000
36 Siti Nuraini 4 9 25000 900000 1 2 25000 50000
37 Ali 4 7 30000 840000 1 2 30000 60000
38 Sundari 4 7 25000 700000 1 2 25000 50000
39 Rahmat 5 8 25000 1000000 2 2 25000 100000
40 Jumali 5 7 25000 875000 2 2 25000 100000
41 Supiyani 5 7 30000 1050000 1 2 30000 60000
42 Purnanto 5 7 30000 1050000 2 1 30000 60000
43 Sukardi 3 5 30000 450000 1 2 30000 60000
Total 193 391 1135000 4,8E+07 73 73 1135000 3295000
Rata-rata 4,48837 9,09302 26395,3 1111395 1,69767 1,69767 26395,3 76627,9
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

122
Lampiran 8c. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No Nama Pemupukan Pemupukan 2 Subtotal
Jumlah TK HK Upah Subtotal Jumlah TK HK Upah
(Orang) (Rp/HK) (Rp) (Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 4 4 35000 560000 4 4 35000 560000
2 Muali 4 4 35000 560000 4 4 35000 560000
3 Bahriman 3 3 30000 270000 3 3 30000 270000
4 Saleh 4 4 40000 640000 4 4 40000 640000
5 Tohari 8 7 40000 2240000 8 7 40000 2240000
6 Hasan 8 7 35000 1960000 8 7 35000 1960000
7 Andi Wijaya 6 7 50000 2100000 6 7 50000 2100000
8 H. Sumarhum 5 4 50000 1000000 5 4 50000 1000000
9 Yus Riadi 5 7 50000 1750000 5 7 50000 1750000
10 Kholis Haryanto 2 4 40000 320000 2 4 40000 320000
11 Dirman 2 3 40000 240000 2 3 40000 240000
12 Rustam 2 5 40000 400000 2 5 40000 400000
13 Sukamto 3 3 40000 360000 3 3 40000 360000
14 Samo 3 4 35000 420000 3 4 35000 420000
15 Abdullah 3 3 40000 360000 3 3 40000 360000
16 Buditomo 4 3 40000 480000 4 3 40000 480000
17 Handayato 3 3 40000 360000 3 4 40000 480000
18 Ahmad Susanto 3 3 40000 360000 3 3 40000 360000
19 Suyitno 4 3 40000 480000 4 3 40000 480000
20 Mukandaryadi 3 4 40000 480000 3 4 40000 480000
21 Muhammad 2 3 35000 210000 2 3 35000 210000
Bakri
22 Subaili 6 13 50000 3900000 6 13 50000 3900000
23 Jhon Saryan 5 7 45000 1575000 5 7 45000 1575000
Sukardjo
24 Sudarman 4 3 35000 420000 4 3 35000 420000

123
25 Sundhari 3 3 40000 360000 3 3 40000 360000
26 Rusyatim 6 3 35000 630000 6 3 35000 630000
27 Holis 5 3 30000 450000 5 3 30000 450000
28 Harnimo 4 4 30000 480000 4 4 30000 480000
29 Khusnul 3 3 30000 270000 3 3 30000 270000
30 Agus Suprapto 5 3 30000 450000 5 3 30000 450000
31 Lihen 6 6 35000 1260000 6 6 35000 1260000
32 Ejo 5 5 35000 875000 5 5 35000 875000
33 Suroh Hadi 4 3 35000 420000 4 3 35000 420000
34 Yasmi 4 4 40000 640000 4 4 40000 640000
35 Sukirno 3 4 30000 360000 3 4 30000 360000
36 Siti Nuraini 4 4 30000 480000 4 4 30000 480000
37 Ali 3 3 30000 270000 3 3 30000 270000
38 Sundari 3 4 35000 420000 3 4 35000 420000
39 Rahmat 4 4 30000 480000 4 4 30000 480000
40 Jumali 4 5 35000 700000 4 5 35000 700000
41 Supiyani 4 4 35000 560000 4 4 35000 560000
42 Purnanto 5 5 30000 750000 5 5 30000 750000
43 Sukardi 3 3 35000 315000 3 3 35000 315000
Total 174 184 1595000 31615000 174 185 1595000 31735000
Rata-rata 4,04651 4,27907 37093 735232,6 4,04651 4,30233 37093 738023,26
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

124
Lampiran 8d. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No Nama Pemangkasan Subtotal Pemangkasan 2 Subtotal
Jumlah TK HK Upah Jumlah TK HK Upah
(Orang) (Rp/HK) (Rp) (Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 5 15 35000 2625000 10 12 35000 4200000
2 Muali 5 13 35000 2275000 10 11 35000 3850000
3 Bahriman 3 10 30000 900000 5 10 30000 1500000
4 Saleh 5 21 40000 4200000 10 13 40000 5200000
5 Tohari 5 25 40000 5000000 15 16 40000 9600000
6 Hasan 5 26 35000 4550000 15 16 35000 8400000
7 Andi Wijaya 5 25 50000 6250000 15 15 50000 11250000
8 H. Sumarhum 5 22 50000 5500000 10 16 50000 8000000
9 Yus Riadi 5 27 50000 6750000 15 17 50000 12750000
10 Kholis 2 10 40000 800000 2 10 40000 800000
Haryanto
11 Dirman 2 5 40000 400000 3 4 40000 480000
12 Rustam 2 10 40000 800000 3 8 40000 960000
13 Sukamto 3 7 40000 840000 3 8 40000 960000
14 Samo 3 9 35000 945000 2 8 35000 560000
15 Abdullah 3 6 40000 720000 3 5 40000 600000
16 Buditomo 3 7 40000 840000 3 5 40000 600000
17 Handayato 2 6 40000 480000 3 6 40000 720000
18 Ahmad 4 8 40000 1280000 2 8 40000 640000
Susanto
19 Suyitno 3 8 40000 960000 3 7 40000 840000
20 Mukandaryadi 2 7 40000 560000 2 6 40000 480000
21 Muhammad 2 6 35000 420000 2 5 35000 350000
Bakri
22 Subaili 6 25 50000 7500000 10 16 50000 8000000
23 Jhon Saryan 5 22 45000 4950000 10 15 45000 6750000

125
Sukardjo
24 Sudarman 5 13 35000 2275000 10 10 35000 3500000
25 Sundhari 3 10 40000 1200000 5 10 40000 2000000
26 Rusyatim 5 20 35000 3500000 10 12 35000 4200000
27 Holis 3 13 30000 1170000 5 14 30000 2100000
28 Harnimo 5 13 30000 1950000 10 12 30000 3600000
29 Khusnul 5 15 30000 2250000 5 10 30000 1500000
30 Agus 3 10 30000 900000 5 10 30000 1500000
Suprapto
31 Lihen 5 25 35000 4375000 10 15 35000 5250000
32 Ejo 5 15 35000 2625000 7 10 35000 2450000
33 Suroh Hadi 4 14 35000 1960000 5 12 35000 2100000
34 Yasmi 4 10 40000 1600000 5 10 40000 2000000
35 Sukirno 3 10 30000 900000 5 10 30000 1500000
36 Siti Nuraini 4 10 30000 1200000 5 10 30000 1500000
37 Ali 3 7 30000 630000 4 7 30000 840000
38 Sundari 3 7 35000 735000 4 7 35000 980000
39 Rahmat 4 8 30000 960000 4 14 30000 1680000
40 Jumali 5 10 35000 1750000 4 14 35000 1960000
41 Supiyani 4 7 35000 980000 6 7 35000 1470000
42 Purnanto 5 10 30000 1500000 8 15 30000 3600000
43 Sukardi 2 7 35000 490000 4 7 35000 980000
Total 165 554 1595000 92495000 277 453 1595000 132200000
Rata-rata 3,83721 12,8837 37093 2151047 6,44186 10,5349 37093 3074418,6
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

126
127

Lampiran 8e. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin
Kabupaten Bondowoso
No Nama Pemanenan Sub Total Biaya Total Biaya
Produksi Upah total TK TK/Ha
(Kg) (Rp/Kg) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Matt Khosen 9000 1000 9000000 22165000 7388333,33
2 Muali 5000 1000 5000000 15595000 6238000
3 Bahriman 4300 1000 4300000 9190000 4595000
4 Saleh 8000 1000 8000000 24005000 7386153,85
5 Tohari 20000 1500 30000000 61440000 12288000
6 Hasan 15000 1500 22500000 49070000 9814000
7 Andi Wijaya 15000 1500 22500000 54650000 10930000
8 H. Sumarhum 12000 1500 18000000 40975000 10243750
9 Yus Riadi 15000 1500 22500000 56400000 11280000
10 Kholis 3900 1000 3900000 8540000 4270000
Haryanto
11 Dirman 2300 1000 2300000 4735000 4735000
12 Rustam 3700 1000 3700000 8160000 4080000
13 Sukamto 5700 1000 5700000 10720000 5104761,90
14 Samo 5500 1000 5500000 10995000 5497500
15 Abdullah 5800 1000 5800000 11290000 5645000
16 Buditomo 5800 1000 5800000 11675000 5188888,89
17 Handayato 4900 1000 4900000 9340000 5188888,89
18 Ahmad 5900 1000 5900000 11090000 5545000
Susanto
19 Suyitno 6300 1000 6300000 12435000 5652272,73
20 Mukandaryadi 5800 1000 5800000 10850000 5425000
21 Muhammad 3600 1000 3600000 6465000 3918181,82
Bakri
22 Subaili 6 1000 6000 31656000 5276000
23 Jhon Saryan 25 1000 25000 23175000 5793750
Sukardjo
24 Sudarman 10 1000 10000 10975000 3658333,33
25 Sundhari 10 1000 10000 7505000 3752500
26 Rusyatim 12 1000 12000 17882000 5960666,67
27 Holis 6 1000 6000 9216000 6144000
28 Harnimo 10 1000 10000 14140000 7070000
29 Khusnul 10 1000 10000 9730000 4865000
30 Agus 6 1000 6000 9096000 6064000
Suprapto
31 Lihen 10 1000 10000 22780000 4556000
32 Ejo 18 1000 18000 14223000 4741000
33 Suroh Hadi 10 1000 10000 11060000 3686666,67
34 Yasmi 8 1000 8000 8588000 4294000
128

35 Sukirno 6 1000 6000 6351000 3175500


36 Siti Nuraini 8 1000 8000 7568000 3784000
37 Ali 10 1000 10000 5410000 3606666,67
38 Sundari 13 1000 13000 5193000 3462000
39 Rahmat 20 1000 20000 8320000 2773333,33
40 Jumali 6 1000 6000 10341000 3447000
41 Supiyani 17 1000 17000 7667000 3833500
42 Purnanto 25 1000 25000 13495000 4907272,73
43 Sukardi 11 1000 11000 5861000 3663125
Total 162757 45500 2E+08 710017000 238928045,8
Rata-rata 3785,05 1058,14 4680395 16512023,26 5556466,181
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018
Lampiran 9a. Biaya Tetap Pengolahan Kopi Arabika (OC) di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Produksi Para-Para Mesin Pulper
(kg) Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya
(buah) Satuan Ekonomis Penyusutan (buah) Satuan Ekonomis Penyusutan
(Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp)
1 Matt Khosen 9000 10 250000 4 625000 1 8000000 6 1333333,333
2 Muali 5000 8 200000 3 533333,3333 1 8000000 5 1600000
3 Bahriman 4300 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Saleh 8000 10 275000 5 550000 1 8500000 6 1416666,667
5 Tohari 13000 20 275000 5 1100000 2 12000000 8 3000000
6 Hasan 12600 15 275000 4 1031250 1 8500000 7 1214285,714
7 Andi Wijaya 13000 18 275000 5 990000 2 12000000 8 3000000
8 H. Sumarhum 12000 15 250000 4 937500 1 8000000 5 1600000
9 Yus Riadi 12600 15 250000 4 937500 1 10000000 7 1428571,429
10 Kholis Haryanto 3900 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Dirman 2300 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Rustam 3800 6 250000 3 500000 1 6500000 5 1300000
13 Sukamto 4000 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Samo 4100 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Abdullah 3600 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Buditomo 4500 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Handayato 3200 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Ahmad Susanto 4000 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Suyitno 4300 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Mukandaryadi 3800 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Muhammad Bakri 2600 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Subaili 13700 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Jhon Saryan 10500 10 200000 4 500000 1 8000000 5 1600000

12
Sukardjo

9
24 Sudarman 6300 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sundhari 3500 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Rusyatim 6800 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Holis 3300 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Harnimo 4500 6 250000 4 375000 1 8000000 6 1333333,333
29 Khusnul 4500 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Agus Suprapto 3000 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Lihen 12900 10 250000 4 625000 1 8000000 5 1600000
32 Ejo 8000 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Suroh Hadi 7600 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Yasmi 3800 0 0 0 0 0 0 0 0
35 Sukirno 3500 0 0 0 0 0 0 0 0
36 Siti Nuraini 4000 0 0 0 0 0 0 0 0
37 Ali 2500 0 0 0 0 0 0 0 0
38 Sundari 2700 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Rahmat 6000 0 0 0 0 0 0 0 0
40 Jumali 6500 0 0 0 0 0 0 0 0
41 Supiyani 4500 0 0 0 0 0 0 0 0
42 Purnanto 5000 0 0 0 0 0 0 0 0
43 Sukardi 3500 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 260200 8704583,333 20426190,48
Rata-rata 6051,16 202432,17 475027,69
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

130
Lampiran 9b. Biaya Tetap Pengolahan Kopi Arabika (OC) di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Mesin Huller Alat Pengukur Kadar Air
Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya
(buah) Satuan Ekonomis Penyusutan (buah) Satuan Ekonomis Penyusutan
(Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp)
1 Matt Khosen 1 12000000 6 2000000 1 750000 5 150000
2 Muali 1 11000000 6 1833333,33 1 750000 4 187500
3 Bahriman 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Saleh 1 12000000 8 1500000 1 500000 3 166666,667
5 Tohari 2 15000000 8 3750000 3 1200000 5 720000
6 Hasan 1 12000000 8 1500000 1 750000 4 187500
7 Andi Wijaya 1 18000000 8 2250000 2 1200000 6 400000
8 H. Sumarhum 1 10000000 5 2000000 1 850000 5 170000
9 Yus Riadi 1 15000000 8 1875000 2 1000000 5 400000
10 Kholis Haryanto 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Dirman 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Rustam 1 11000000 5 2200000 1 500000 3 166666,667
13 Sukamto 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Samo 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Abdullah 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Buditomo 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Handayato 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Ahmad Susanto 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Suyitno 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Mukandaryadi 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Muhammad Bakri 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Subaili 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Jhon Saryan Sukardjo 1 11000000 5 2200000 1 500000 4 125000

131
24 Sudarman 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sundhari 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Rusyatim 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Holis 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Harnimo 1 11000000 5 2200000 1 700000 5 140000
29 Khusnul 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Agus Suprapto 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Lihen 1 11000000 6 1833333,33 1 750000 5 150000
32 Ejo 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Suroh Hadi 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Yasmi 0 0 0 0 0 0 0 0
35 Sukirno 0 0 0 0 0 0 0 0
36 Siti Nuraini 0 0 0 0 0 0 0 0
37 Ali 0 0 0 0 0 0 0 0
38 Sundari 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Rahmat 0 0 0 0 0 0 0 0
40 Jumali 0 0 0 0 0 0 0 0
41 Supiyani 0 0 0 0 0 0 0 0
42 Purnanto 0 0 0 0 0 0 0 0
43 Sukardi 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 25141667 2963333,33
Rata-rata 584689,92 68914,73
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

132
Lampiran 10. Biaya Sewa Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Produksi Produksi Harga Sewa Biaya Sewa Biaya Sewa/Ha
(Kg) (Kw) (Kw) (Rp/Kw)
1 Matt Khosen 9000 90 0 0 0
2 Muali 5000 50 0 0 0
3 Bahriman 4300 43 180000 7740000 3870000
4 Saleh 8000 80 0 0 0
5 Tohari 13000 130 0 0 0
6 Hasan 12600 126 0 0 0
7 Andi Wijaya 13000 130 0 0 0
8 H. Sumarhum 12000 120 0 0 0
9 Yus Riadi 12600 126 0 0 0
10 Kholis Haryanto 3900 39 150000 5850000 2925000
11 Dirman 2300 23 180000 4140000 2760000
12 Rustam 3800 38 0 0 0
13 Sukamto 4000 40 160000 6400000 3047619,05
14 Samo 4100 41 160000 6560000 3280000
15 Abdullah 3600 36 160000 5760000 2880000
16 Buditomo 4500 45 180000 8100000 3600000
17 Handayato 3200 32 180000 5760000 3200000
18 Ahmad Susanto 4000 40 180000 7200000 3600000
19 Suyitno 4300 43 180000 7740000 3518181,82
20 Mukandaryadi 3800 38 180000 6840000 3420000
21 Muhammad Bakri 2600 26 180000 4680000 2836363,64
22 Subaili 13700 137 150000 20550000 3425000
23 Jhon Saryan 10500 105 0 0 0
Sukardjo
24 Sudarman 6300 63 160000 10080000 3360000
25 Sundhari 3500 35 160000 5600000 2800000
26 Rusyatim 6800 68 160000 10880000 3626666,67

133
27 Holis 3300 33 160000 5280000 3520000
28 Harnimo 4500 45 0 0 0
29 Khusnul 4500 45 180000 8100000 4050000
30 Agus Suprapto 3000 30 180000 5400000 3600000
31 Lihen 12900 129 0 0 0
32 Ejo 8000 80 150000 12000000 4000000
33 Suroh Hadi 7600 76 150000 11400000 3800000
34 Yasmi 3800 38 150000 5700000 2850000
35 Sukirno 3500 35 150000 5250000 2625000
36 Siti Nuraini 4000 40 150000 6000000 3000000
37 Ali 2500 25 150000 3750000 2500000
38 Sundari 2700 27 150000 4050000 2700000
39 Rahmat 6000 60 150000 9000000 3000000
40 Jumali 6500 65 160000 10400000 3466666,67
41 Supiyani 4500 45 150000 6750000 3375000
42 Purnanto 5000 50 150000 7500000 2727272,73
43 Sukardi 3500 35 150000 5250000 3281250
Total 260200 2602 5030000 229710000 100644020,6
Rata-rata 6051,16 60,51 116976,74 5342093,02 2340558,62
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

134
Lampiran 11a. Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Sortasi Pengupasan
Jumlah TK HK Upah Subtotal Jumlah TK HK Upah Subtotal
(Orang) (Rp/HK) (Rp) (Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 3 1 30000 90000 1 1 60000 60000
2 Muali 4 1 30000 120000 1 1 60000 60000
3 Bahriman 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Saleh 3 1 30000 90000 1 1 50000 50000
5 Tohari 6 1 40000 240000 3 1 60000 180000
6 Hasan 4 1 35000 140000 1 1 50000 50000
7 Andi Wijaya 5 1 40000 200000 2 1 60000 120000
8 H. Sumarhum 4 1 35000 140000 1 1 55000 55000
9 Yus Riadi 5 1 40000 200000 2 1 60000 120000
10 Kholis Haryanto 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Dirman 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Rustam 3 1 30000 90000 1 1 50000 50000
13 Sukamto 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Samo 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Abdullah 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Buditomo 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Handayato 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Ahmad Susanto 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Suyitno 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Mukandaryadi 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Muhammad Bakri 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Subaili 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Jhon Saryan 3 1 30000 90000 1 1 50000 50000
Sukardjo

135
24 Sudarman 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sundhari 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Rusyatim 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Holis 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Harnimo 3 1 30000 90000 1 1 60000 60000
29 Khusnul 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Agus Suprapto 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Lihen 3 1 30000 90000 1 1 50000 50000
32 Ejo 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Suroh Hadi 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Yasmi 0 0 0 0 0 0 0 0
35 Sukirno 0 0 0 0 0 0 0 0
36 Siti Nuraini 0 0 0 0 0 0 0 0
37 Ali 0 0 0 0 0 0 0 0
38 Sundari 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Rahmat 0 0 0 0 0 0 0 0
40 Jumali 0 0 0 0 0 0 0 0
41 Supiyani 0 0 0 0 0 0 0 0
42 Purnanto 0 0 0 0 0 0 0 0
43 Sukardi 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 46 12 400000 1580000 16 12 665000 905000
Rata-rata 1,069767442 0,27907 9302,326 36744,19 0,372093023 0,27907 15465,12 21046,51
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

136
Lampiran 11b. Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Fermentasi dan Pencucian Pengeringan Biji Kopi HS
Jumlah TK HK Upah Subtotal Jumlah TK HK Upah Subtotal
(Orang) (Rp/HK) (Rp) (Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 2 2 40000 160000 2 3 40000 240000
2 Muali 2 2 40000 160000 3 4 40000 480000
3 Bahriman 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Saleh 2 2 40000 160000 2 3 45000 270000
5 Tohari 4 2 50000 400000 5 4 50000 1000000
6 Hasan 2 2 45000 180000 3 3 40000 360000
7 Andi Wijaya 3 2 50000 300000 4 3 50000 600000
8 H. Sumarhum 2 2 45000 180000 4 3 40000 480000
9 Yus Riadi 3 2 50000 300000 4 4 40000 640000
10 Kholis 0 0 0 0 0 0 0 0
Haryanto
11 Dirman 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Rustam 2 2 40000 160000 2 3 40000 240000
13 Sukamto 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Samo 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Abdullah 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Buditomo 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Handayato 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Ahmad 0 0 0 0 0 0 0 0
Susanto
19 Suyitno 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Mukandaryadi 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Muhammad 0 0 0 0 0 0 0 0
Bakri
22 Subaili 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Jhon Saryan 1 2 40000 80000 2 2 40000 160000

137
Sukardjo
24 Sudarman 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sundhari 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Rusyatim 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Holis 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Harnimo 2 2 40000 160000 3 2 45000 270000
29 Khusnul 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Agus 0 0 0 0 0 0 0 0
Suprapto
31 Lihen 1 2 45000 90000 2 3 40000 240000
32 Ejo 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Suroh Hadi 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Yasmi 0 0 0 0 0 0 0 0
35 Sukirno 0 0 0 0 0 0 0 0
36 Siti Nuraini 0 0 0 0 0 0 0 0
37 Ali 0 0 0 0 0 0 0 0
38 Sundari 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Rahmat 0 0 0 0 0 0 0 0
40 Jumali 0 0 0 0 0 0 0 0
41 Supiyani 0 0 0 0 0 0 0 0
42 Purnanto 0 0 0 0 0 0 0 0
43 Sukardi 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 26 24 525000 2330000 36 37 510000 4980000
Rata-rata 0,604651 0,55814 12209,3 54186,05 0,837209 0,860465 11860,47 115814
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

138
139

Lampiran 11c. Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan


Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Pengupasan Kulit Tanduk
Jumlah TK HK Upah Subtotal
(Orang) (Rp/HK) (Rp)
1 Matt Khosen 1 1 40000 40000
2 Muali 1 1 40000 40000
3 Bahriman 0 0 0 0
4 Saleh 1 1 45000 45000
5 Tohari 2 1 50000 100000
6 Hasan 1 1 40000 40000
7 Andi Wijaya 2 1 50000 100000
8 H. Sumarhum 1 1 40000 40000
9 Yus Riadi 2 1 45000 90000
10 Kholis 0 0 0 0
Haryanto
11 Dirman 0 0 0 0
12 Rustam 1 1 40000 40000
13 Sukamto 0 0 0 0
14 Samo 0 0 0 0
15 Abdullah 0 0 0 0
16 Buditomo 0 0 0 0
17 Handayato 0 0 0 0
18 Ahmad 0 0 0 0
Susanto
19 Suyitno 0 0 0 0
20 Mukandaryadi 0 0 0 0
21 Muhammad 0 0 0 0
Bakri
22 Subaili 0 0 0 0
23 Jhon Saryan 1 1 45000 45000
Sukardjo
24 Sudarman 0 0 0 0
25 Sundhari 0 0 0 0
26 Rusyatim 0 0 0 0
27 Holis 0 0 0 0
28 Harnimo 1 1 40000 40000
29 Khusnul 0 0 0 0
30 Agus 0 0 0 0
Suprapto
31 Lihen 1 1 40000 40000
32 Ejo 0 0 0 0
33 Suroh Hadi 0 0 0 0
34 Yasmi 0 0 0 0
140

35 Sukirno 0 0 0 0
36 Siti Nuraini 0 0 0 0
37 Ali 0 0 0 0
38 Sundari 0 0 0 0
39 Rahmat 0 0 0 0
40 Jumali 0 0 0 0
41 Supiyani 0 0 0 0
42 Purnanto 0 0 0 0
43 Sukardi 0 0 0 0
Total 15 12 515000 660000
Rata-rata 0,348837 0,27907 11976,74 15348,84
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018
Lampiran 12. Total Biaya Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Luas Sewa Penyusutan Total Total Total Total
Lahan Lahan Alat Biaya Pupuk Biaya TK Biaya Biaya
(Ha) (Rp/th) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/Ha)
1 Matt Khosen 3 29.700.000,00 5.538.500,00 1.800.000,00 22.165.000,00 59.203.500,00 19.734.500,00
2 Muali 2,5 16.500.000,00 4.769.166,67 4.310.000,00 15.595.000,00 41.174.166,67 16.469.666,67
3 Bahriman 2 14.190.000,00 5.593.333,33 3.096.000,00 9.190.000,00 32.069.333,33 16.034.666,67
4 Saleh 3,25 26.400.000,00 7.985.500,00 1.300.000,00 24.005.000,00 59.690.500,00 18.366.307,69
5 Tohari 5 42.900.000,00 12.867.142,86 7.010.000,00 61.440.000,00 124.217.142,86 24.843.428,57
6 Hasan 5 41.580.000,00 8.315.416,67 6.990.000,00 49.070.000,00 105.955.416,67 21.191.083,33
7 Andi Wijaya 5 42.900.000,00 13.073.000,00 7.260.000,00 54.650.000,00 117.883.000,00 23.576.600,00
8 H. Sumarhum 4 39.600.000,00 7.061.166,67 5.727.000,00 40.975.000,00 93.363.166,67 23.340.791,67
9 Yus Riadi 5 41.580.000,00 12.982.166,67 6.860.000,00 56.400.000,00 117.822.166,67 23.564.433,33
10 Kholis Haryanto 2 12.870.000,00 3.375.833,33 2.864.000,00 8.540.000,00 27.649.833,33 13.824.916,67
11 Dirman 1 7.452.000,00 1.928.333,33 1.428.000,00 4.735.000,00 15.543.333,33 15.543.333,33
12 Rustam 2 12.198.000,00 3.641.250,00 2.758.000,00 8.160.000,00 26.757.250,00 13.378.625,00
13 Sukamto 2,1 12.840.000,00 3.616.666,67 3.001.200,00 10.720.000,00 30.177.866,67 14.370.412,70
14 Samo 2 13.161.000,00 3.773.333,33 1.104.000,00 10.995.000,00 29.033.333,33 14.516.666,67
15 Abdullah 2 11.556.000,00 3.415.000,00 2.868.000,00 11.290.000,00 29.129.000,00 14.564.500,00
16 Buditomo 2,25 14.445.000,00 4.036.666,67 3.167.000,00 11.675.000,00 33.323.666,67 14.810.518,52
17 Handayato 1,8 10.272.000,00 3.986.666,67 795.500,00 9.340.000,00 24.394.166,67 13.552.314,81
18 Ahmad Susanto 2 12.960.000,00 3.421.666,67 2.965.000,00 11.090.000,00 30.436.666,67 15.218.333,33
19 Suyitno 2,2 13.932.000,00 3.768.333,33 3.166.600,00 12.435.000,00 33.301.933,33 15.137.242,42
20 Mukandaryadi 2 12.312.000,00 4.068.333,33 2.874.000,00 10.850.000,00 30.104.333,33 15.052.166,67
21 Muhammad Bakri 1,65 8.424.000,00 3.150.000,00 2.313.700,00 6.465.000,00 20.352.700,00 12.334.969,70
22 Subaili 6 44.388.000,00 14.727.333,33 8.182.000,00 31.656.000,00 98.953.333,33 16.492.222,22
23 Jhon Saryan 4 34.020.000,00 7.046.666,67 5.712.000,00 23.175.000,00 69.953.666,67 17.488.416,67
Sukardjo
24 Sudarman 3 20.412.000,00 5.196.833,33 4.506.000,00 10.975.000,00 41.089.833,33 13.696.611,11

141
25 Sundhari 2 11.340.000,00 3.423.333,33 3.276.000,00 7.505.000,00 25.544.333,33 12.772.166,67
26 Rusyatim 3 22.032.000,00 4.926.250,00 4.941.000,00 17.882.000,00 49.781.250,00 16.593.750,00
27 Holis 1,5 10.692.000,00 4.300.000,00 1.075.000,00 9.216.000,00 25.283.000,00 16.855.333,33
28 Harnimo 2 14.580.000,00 5.405.750,00 3.298.500,00 14.140.000,00 37.424.250,00 18.712.125,00
29 Khusnul 2 14.580.000,00 3.576.500,00 3.036.000,00 9.730.000,00 30.922.500,00 15.461.250,00
30 Agus Suprapto 1,5 9.720.000,00 2.724.000,00 1.200.000,00 9.096.000,00 22.740.000,00 15.160.000,00
31 Lihen 5 41.796.000,00 8.534.000,00 6.910.000,00 22.780.000,00 80.020.000,00 16.004.000,00
32 Ejo 3 25.920.000,00 5.136.833,33 4.239.000,00 14.223.000,00 49.518.833,33 16.506.277,78
33 Suroh Hadi 3 24.624.000,00 5.142.916,67 4.026.000,00 11.060.000,00 44.852.916,67 14.950.972,22
34 Yasmi 2 12.312.000,00 3.382.500,00 2.676.000,00 8.588.000,00 26.958.500,00 13.479.250,00
35 Sukirno 2 11.340.000,00 3.587.416,67 2.934.000,00 6.351.000,00 24.212.416,67 12.106.208,33
36 Siti Nuraini 2 12.960.000,00 3.573.166,67 2.776.000,00 7.568.000,00 26.877.166,67 13.438.583,33
37 Ali 1,5 8.100.000,00 2.616.766,67 2.223.000,00 5.410.000,00 18.349.766,67 12.233.177,78
38 Sundari 1,5 8.748.000,00 2.620.750,00 2.250.000,00 5.193.000,00 18.811.750,00 12.541.166,67
39 Rahmat 3 19.440.000,00 5.199.333,33 4.804.000,00 8.320.000,00 37.763.333,33 12.587.777,78
40 Jumali 3 21.060.000,00 5.150.833,33 4.284.000,00 10.341.000,00 40.835.833,33 13.611.944,44
41 Supiyani 2 14.580.000,00 5.252.500,00 2.844.000,00 7.667.000,00 30.343.500,00 15.171.750,00
42 Purnanto 2,75 16.200.000,00 6.752.500,00 1.410.000,00 13.495.000,00 37.857.500,00 13.766.363,64
43 Sukardi 1,6 11.340.000,00 2.769.666,67 810.000,00 5.861.000,00 20.780.666,67 12.987.916,67
Total 115,1 847.956.000,00 231.413.326,19 151.070.500,00 710.017.000,00 1.940.456.826,19 682.042.741,3
9
Rata-rata 2,68 19.719.906,98 5.381.705,26 3.513.267,44 16.512.023,26 45.126.902,93 15.861.459,10
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

142
Lampiran 13. Penerimaan Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Luas CERI OC
Lahan Total Harga Penerimaan Penerimaan/ Total Harga Penerimaan Penerimaan/
(Ha) Produksi Kopi (Rp) Ha Produksi Kopi (Rp) Ha
(Kg) (Rp/Kg) (Rp) (Kg) (Rp/Kg) (Rp)
1 Matt Khosen 3 9000 11.000 99.000.000 33.000.000 2700 150.000 405.000.000 135.000.000
2 Muali 2,5 5000 11.000 55.000.000 22.000.000 1500 125.000 187.500.000 75.000.000
3 Bahriman 2 4300 11.000 47.300.000 23.650.000 1290 125.000 161.250.000 80.625.000
4 Saleh 3,25 8000 11.000 88.000.000 27.076.923,08 2400 125.000 300.000.000 92307692,31
5 Tohari 5 13000 11.000 143.000.000 28.600.000 3900 150.000 585.000.000 117.000.000
6 Hasan 5 12600 11.000 138.600.000 27.720.000 3780 150.000 567.000.000 113.400.000
7 Andi Wijaya 5 13000 11.000 143.000.000 28.600.000 3900 150.000 585.000.000 117.000.000
8 H. Sumarhum 4 12000 11.000 132.000.000 33.000.000 3600 150.000 540.000.000 135.000.000
9 Yus Riadi 5 12600 11.000 138.600.000 27.720.000 3780 150.000 567.000.000 113.400.000
10 Kholis Haryanto 2 3900 11.000 42.900.000 21.450.000 1170 125.000 146.250.000 73.125.000
11 Dirman 1 2300 10.800 24.840.000 24.840.000 690 150.000 103.500.000 103.500.000
12 Rustam 2 3800 10.700 40.660.000 20.330.000 1140 120.000 136.800.000 68.400.000
13 Sukamto 2,1 4000 10.700 42.800.000 20.380.952,38 1200 120.000 144.000.000 68571428,57
14 Samo 2 4100 10.700 43.870.000 21.935.000 1230 120.000 147.600.000 73.800.000
15 Abdullah 2 3600 10.700 38.520.000 19.260.000 1080 120.000 129.600.000 64.800.000
16 Buditomo 2,25 4500 10.700 48.150.000 21.400.000 1350 125.000 168.750.000 75.000.000
17 Handayato 1,8 3200 10.700 34.240.000 19.022.222,22 960 125.000 120.000.000 66666666,67
18 Ahmad Susanto 2 4000 10.800 43.200.000 21.600.000 1200 125.000 150.000.000 75.000.000
19 Suyitno 2,2 4300 10.800 46.440.000 21.109.090,91 1290 125.000 161.250.000 73295454,55
20 Mukandaryadi 2 3800 10.800 41.040.000 20.520.000 1140 125.000 142.500.000 71.250.000
21 Muhammad Bakri 1,65 2600 10.800 28.080.000 17.018.181,82 780 125.000 97.500.000 59090909,09
22 Subaili 6 13700 10.800 147.960.000 24.660.000 4110 125.000 513.750.000 85.625.000
23 Jhon Saryan 4 10500 10.800 113.400.000 28.350.000 3150 125.000 393.750.000 98.437.500
Sukardjo

143
24 Sudarman 3 6300 10.800 68.040.000 22.680.000 1890 125.000 236.250.000 78.750.000
25 Sundhari 2 3500 10.800 37.800.000 18.900.000 1050 125.000 131.250.000 65.625.000
26 Rusyatim 3 6800 10.800 73.440.000 24.480.000 2040 125.000 255.000.000 85.000.000
27 Holis 1,5 3300 10.800 35.640.000 23.760.000 990 150.000 148.500.000 99.000.000
28 Harnimo 2 4500 10.800 48.600.000 24.300.000 1350 125.000 168.750.000 84.375.000
29 Khusnul 2 4500 10.800 48.600.000 24.300.000 1350 150.000 202.500.000 101.250.000
30 Agus Suprapto 1,5 3000 10.800 32.400.000 21.600.000 900 150.000 135.000.000 90.000.000
31 Lihen 5 12900 10.800 139.320.000 27.864.000 3870 125.000 483.750.000 96.750.000
32 Ejo 3 8000 10.800 86.400.000 28.800.000 2400 125.000 300.000.000 100.000.000
33 Suroh Hadi 3 7600 10.800 82.080.000 27.360.000 2280 125.000 285.000.000 95.000.000
34 Yasmi 2 3800 10.800 41.040.000 20.520.000 1140 125.000 142.500.000 71.250.000
35 Sukirno 2 3500 10.800 37.800.000 18.900.000 1050 125.000 131.250.000 65.625.000
36 Siti Nuraini 2 4000 10.800 43.200.000 21.600.000 1200 125.000 150.000.000 75.000.000
37 Ali 1,5 2500 10.800 27.000.000 18.000.000 750 125.000 93.750.000 62.500.000
38 Sundari 1,5 2700 10.800 29.160.000 19.440.000 810 125.000 101.250.000 67.500.000
39 Rahmat 3 6000 10.800 64.800.000 21.600.000 1800 125.000 225.000.000 75.000.000
40 Jumali 3 6500 10.800 70.200.000 23.400.000 1950 125.000 243.750.000 81.250.000
41 Supiyani 2 4500 10.800 48.600.000 24.300.000 1350 125.000 168.750.000 84.375.000
42 Purnanto 2,75 5000 10.800 54.000.000 19.636.363,64 1500 125.000 187.500.000 68181818,18
43 Sukardi 1,6 3500 10.800 37.800.000 23.625.000 1050 125.000 131.250.000 82.031.250
Total 115,1 260200 465.800 2.826.520.000 1.008.307.734 78060 5.605.000 10.374.000.000 3.663.757.719
Rata-rata 2,67674419 6051,162791 10.832,56 65.733.023,26 23.449.017,07 1815,35 130.348,84 241.255.814 85.203.667,89
umber: Analisis data primer (diolah), 2018

144
Lampiran 14a. Total Biaya Tetap Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Luas Biaya Penyusutan Alat Biaya Sewa Biaya Biaya
Lahan Usahatani Alat Pengolahan Bibit Lahan
(Ha) Alat Alat Alat Alat Biaya Biaya Biaya Biaya
Usahatani Usahatani Pengolahan Pengolahan Bibit Bibit Lahan Lahan
(Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha)
1 Matt Khosen 3 5538500 1846166,667 0 0 4800000 1600000 29700000 9900000
2 Muali 2,5 4769166,667 1907666,667 0 0 4050000 1620000 16500000 6600000
3 Bahriman 2 5593333,333 2796666,667 7740000 3870000 4950000 2475000 14190000 7095000
4 Saleh 3,25 7985500 2457076,923 0 0 7762500 2388461,538 26400000 8123076,923
5 Tohari 5 12867142,86 2573428,571 0 0 11700000 2340000 42900000 8580000
6 Hasan 5 8315416,667 1663083,333 0 0 7800000 1560000 41580000 8316000
7 Andi Wijaya 5 13073000 2614600 0 0 11700000 2340000 42900000 8580000
8 H. Sumarhum 4 7061166,667 1765291,667 0 0 6300000 1575000 39600000 9900000
9 Yus Riadi 5 12982166,67 2596433,333 0 0 11700000 2340000 41580000 8316000
10 Kholis Haryanto 2 3375833,333 1687916,667 5850000 2925000 3300000 1650000 12870000 6435000
11 Dirman 1 1928333,333 1928333,333 4140000 2760000 1800000 1800000 7452000 7452000
12 Rustam 2 3641250 1820625 0 0 3300000 1650000 12198000 6099000
13 Sukamto 2,1 3616666,667 1722222,222 6400000 3047619,048 3450000 1642857,143 12840000 6114285,714
14 Samo 2 3773333,333 1886666,667 6560000 3280000 3630000 1815000 13161000 6580500
15 Abdullah 2 3415000 1707500 5760000 2880000 3300000 1650000 11556000 5778000
16 Buditomo 2,25 4036666,667 1794074,074 8100000 3600000 3675000 1633333,333 14445000 6420000
17 Handayato 1,8 3986666,667 2214814,815 5760000 3200000 3600000 2000000 10272000 5706666,667
18 Ahmad Susanto 2 3421666,667 1710833,333 7200000 3600000 3300000 1650000 12960000 6480000
19 Suyitno 2,2 3768333,333 1712878,788 7740000 3518181,818 3600000 1636363,636 13932000 6332727,273
20 Mukandaryadi 2 4068333,333 2034166,667 6840000 3420000 3960000 1980000 12312000 6156000
21 Muhammad Bakri 1,65 3150000 1909090,909 4680000 2836363,636 2775000 1681818,182 8424000 5105454,545
22 Subaili 6 14727333,33 2454555,556 20550000 3425000 13950000 2325000 44388000 7398000
23 Jhon Saryan 4 7046666,667 1761666,667 0 0 6300000 1575000 34020000 8505000
Sukardjo

145
24 Sudarman 3 5196833,333 1732277,778 10080000 3360000 4800000 1600000 20412000 6804000
25 Sundhari 2 3423333,333 1711666,667 5600000 2800000 3300000 1650000 11340000 5670000
26 Rusyatim 3 4926250 1642083,333 10880000 3626666,667 4800000 1600000 22032000 7344000
27 Holis 1,5 4300000 2866666,667 5280000 3520000 3825000 2550000 10692000 7128000
28 Harnimo 2 5405750 2702875 0 0 4950000 2475000 14580000 7290000
29 Khusnul 2 3576500 1788250 8100000 4050000 3300000 1650000 14580000 7290000
30 Agus Suprapto 1,5 2724000 1816000 5400000 3600000 2550000 1700000 9720000 6480000
31 Lihen 5 8534000 1706800 0 0 7800000 1560000 41796000 8359200
32 Ejo 3 5136833,333 1712277,778 12000000 4000000 4800000 1600000 25920000 8640000
33 Suroh Hadi 3 5142916,667 1714305,556 11400000 3800000 4800000 1600000 24624000 8208000
34 Yasmi 2 3382500 1691250 5700000 2850000 3300000 1650000 12312000 6156000
35 Sukirno 2 3587416,667 1793708,333 5250000 2625000 3300000 1650000 11340000 5670000
36 Siti Nuraini 2 3573166,667 1786583,333 6000000 3000000 3300000 1650000 12960000 6480000
37 Ali 1,5 2616766,667 1744511,111 3750000 2500000 2550000 1700000 8100000 5400000
38 Sundari 1,5 2620750 1747166,667 4050000 2700000 2550000 1700000 8748000 5832000
39 Rahmat 3 5199333,333 1733111,111 9000000 3000000 4800000 1600000 19440000 6480000
40 Jumali 3 5150833,333 1716944,444 10400000 3466666,667 4800000 1600000 21060000 7020000
41 Supiyani 2 5252500 2626250 6750000 3375000 4950000 2475000 14580000 7290000
42 Purnanto 2,75 6752500 2455454,545 7500000 2727272,727 6637500 2413636,364 16200000 5890909,091
43 Sukardi 1,6 2769666,667 1731041,667 5250000 3281250 2700000 1687500 11340000 7087500
Total 231413326,2 84984982,51 229710000 100644020,6 214515000 79038970,2 847956000 302492320
Rata-rata 5381705,26 1976394,942 5342093,023 2340558,618 4988720,9 1838115,59 19719907 7034705,12
Sumber: Analisis data primer (diolah), 2018

146
147

Lampiran 14b. Total Biaya Tetap Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin
Kabupaten Bondowoso
No. Nama Total Biaya Tetap
Total Biaya Tetap Total Biaya Tetap
(Rp) (Rp/Ha)
1 Matt Khosen 40038500 13346166,67
2 Muali 25319167 10127666,67
3 Bahriman 32473333 16236666,67
4 Saleh 42148000 12968615,38
5 Tohari 67467143 13493428,57
6 Hasan 57695417 11539083,33
7 Andi Wijaya 67673000 13534600
8 H. Sumarhum 52961167 13240291,67
9 Yus Riadi 66262167 13252433,33
10 Kholis Haryanto 25395833 12697916,67
11 Dirman 15320333 13940333,33
12 Rustam 19139250 9569625
13 Sukamto 26306667 12526984,13
14 Samo 27124333 13562166,67
15 Abdullah 24031000 12015500
16 Buditomo 30256667 13447407,41
17 Handayato 23618667 13121481,48
18 Ahmad Susanto 26881667 13440833,33
19 Suyitno 29040333 13200151,52
20 Mukandaryadi 27180333 13590166,67
21 Muhammad 19029000 11532727,27
Bakri
22 Subaili 93615333 15602555,56
23 Jhon Saryan 47366667 11841666,67
Sukardjo
24 Sudarman 40488833 13496277,78
25 Sundhari 23663333 11831666,67
26 Rusyatim 42638250 14212750
27 Holis 24097000 16064666,67
28 Harnimo 24935750 12467875
29 Khusnul 29556500 14778250
30 Agus Suprapto 20394000 13596000
31 Lihen 58130000 11626000
32 Ejo 47856833 15952277,78
33 Suroh Hadi 45966917 15322305,56
34 Yasmi 24694500 12347250
35 Sukirno 23477417 11738708,33
36 Siti Nuraini 25833167 12916583,33
148

37 Ali 17016767 11344511,11


38 Sundari 17968750 11979166,67
39 Rahmat 38439333 12813111,11
40 Jumali 41410833 13803611,11
41 Supiyani 31532500 15766250
42 Purnanto 37090000 13487272,73
43 Sukardi 22059667 13787291,67
Total 1,52E+09 567160293,5
Rata-rata 35432426 13189774,27
umber: Analisis data primer (diolah), 2018
Lampiran 15a. Total Biaya Variabel Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Luas Lahan Biaya Pupuk Oraganik Biaya Pupuk Anoraganik
(Ha) Biaya Pupuk Organik Biaya Pupuk Organik Biaya Pupuk Anorganik Biaya Pupuk Anorganik
(Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha)
1 Matt Khosen 3 1800000 600000 0 0
2 Muali 2,5 1880000 752000 2430000 972000
3 Bahriman 2 1260000 630000 1836000 918000
4 Saleh 3,25 1300000 400000 0 0
5 Tohari 5 2150000 430000 4860000 972000
6 Hasan 5 2400000 480000 4590000 918000
7 Andi Wijaya 5 2400000 480000 4860000 972000
8 H. Sumarhum 4 1935000 483750 3792000 948000
9 Yus Riadi 5 2150000 430000 4710000 942000
10 Kholis 2 920000 460000 1944000 972000
Haryanto
11 Dirman 1 480000 480000 948000 948000
12 Rustam 2 874000 437000 1884000 942000
13 Sukamto 2,1 960000 457142,8571 2041200 972000
14 Samo 2 1104000 552000 0 0
15 Abdullah 2 1032000 516000 1836000 918000
16 Buditomo 2,25 980000 435555,5556 2187000 972000
17 Handayato 1,8 795500 441944,4444 0 0
18 Ahmad 2 1081000 540500 1884000 942000
Susanto
19 Suyitno 2,2 1081000 491363,6364 2085600 948000
20 Mukandaryadi 2 990000 495000 1884000 942000
21 Muhammad 1,65 799000 484242,4242 1514700 918000
Bakri
22 Subaili 6 2350000 391666,6667 5832000 972000
23 Jhon Saryan 4 1920000 480000 3792000 948000

149
Sukardjo
24 Sudarman 3 1680000 560000 2826000 942000
25 Sundhari 2 1440000 720000 1836000 918000
26 Rusyatim 3 2025000 675000 2916000 972000
27 Holis 1,5 1075000 716666,6667 0 0
28 Harnimo 2 1462500 731250 1836000 918000
29 Khusnul 2 1200000 600000 1836000 918000
30 Agus Suprapto 1,5 1200000 800000 0 0
31 Lihen 5 2200000 440000 4710000 942000
32 Ejo 3 1395000 465000 2844000 948000
33 Suroh Hadi 3 1200000 400000 2826000 942000
34 Yasmi 2 840000 420000 1836000 918000
35 Sukirno 2 990000 495000 1944000 972000
36 Siti Nuraini 2 940000 470000 1836000 918000
37 Ali 1,5 765000 510000 1458000 972000
38 Sundari 1,5 828000 552000 1422000 948000
39 Rahmat 3 1978000 659333,3333 2826000 942000
40 Jumali 3 1440000 480000 2844000 948000
41 Supiyani 2 960000 480000 1884000 942000
42 Purnanto 2,75 1410000 512727,2727 0 0
43 Sukardi 1,6 810000 506250 0 0
Total 58480000 22541392,86 92590500 33096000
Rata- 1360000 524218,4385 2153267,442 769674,4186
rata
umber: Analisis data primer (diolah), 2018

150
Lampiran 15b. Total Biaya Variabel Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso
No. Nama Biaya TK Total Biaya Variabel
Biaya TK Biaya TK Biaya TK Biaya TK Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya
Usahatani Usahatani Pengolahan Pengolahan TK TK Variabel Variabel
(Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha) (Rp) (Rp/Ha)
1 Matt Khosen 22165000 7388333,33 590000 196666,6667 22755000 7585000 24555000 8185000
2 Muali 15595000 6238000,00 860000 344000 16455000 6582000 20765000 8306000
3 Bahriman 9190000 4595000,00 0 0 9190000 4595000 12286000 6143000
4 Saleh 24005000 7386153,85 615000 189230,7692 24620000 7575384,615 25920000 7975384,615
5 Tohari 61440000 12288000,00 1920000 384000 63360000 12672000 70370000 14074000
6 Hasan 49070000 9814000,00 770000 154000 49840000 9968000 56830000 11366000
7 Andi Wijaya 54650000 10930000,00 1320000 264000 55970000 11194000 63230000 12646000
8 H. Sumarhum 40975000 10243750,00 895000 223750 41870000 10467500 47597000 11899250
9 Yus Riadi 56400000 11280000,00 1350000 270000 57750000 11550000 64610000 12922000
10 Kholis 8540000 4270000,00 0 0 8540000 4270000 11404000 5702000
Haryanto
11 Dirman 4735000 4735000,00 0 0 4735000 4735000 6163000 6163000
12 Rustam 8160000 4080000,00 580000 290000 8740000 4370000 11498000 5749000
13 Sukamto 10720000 5104761,90 0 0 10720000 5104761,905 13721200 6533904,762
14 Samo 10995000 5497500,00 0 0 10995000 5497500 12099000 6049500
15 Abdullah 11290000 5645000,00 0 0 11290000 5645000 14158000 7079000
16 Buditomo 11675000 5188888,89 0 0 11675000 5188888,889 14842000 6596444,444
17 Handayato 9340000 5188888,89 0 0 9340000 5188888,889 10135500 5630833,333
18 Ahmad 11090000 5545000,00 0 0 11090000 5545000 14055000 7027500
Susanto
19 Suyitno 12435000 5652272,73 0 0 12435000 5652272,727 15601600 7091636,364
20 Mukandaryadi 10850000 5425000,00 0 0 10850000 5425000 13724000 6862000
21 Muhammad 6465000 3918181,82 0 0 6465000 3918181,818 8778700 5320424,242
Bakri
22 Subaili 31656000 5276000,00 0 0 31656000 5276000 39838000 6639666,667

151
23 Jhon Saryan 23175000 5793750,00 425000 106250 23600000 5900000 29312000 7328000
Sukardjo
24 Sudarman 10975000 3658333,33 0 0 10975000 3658333,333 15481000 5160333,333
25 Sundhari 7505000 3752500,00 0 0 7505000 3752500 10781000 5390500
26 Rusyatim 17882000 5960666,67 0 0 17882000 5960666,667 22823000 7607666,667
27 Holis 9216000 6144000,00 0 0 9216000 6144000 10291000 6860666,667
28 Harnimo 14140000 7070000,00 620000 310000 14760000 7380000 18058500 9029250
29 Khusnul 9730000 4865000,00 0 0 9730000 4865000 12766000 6383000
30 Agus 9096000 6064000,00 0 0 9096000 6064000 10296000 6864000
Suprapto
31 Lihen 22780000 4556000,00 510000 102000 23290000 4658000 30200000 6040000
32 Ejo 14223000 4741000,00 0 0 14223000 4741000 18462000 6154000
33 Suroh Hadi 11060000 3686666,67 0 0 11060000 3686666,667 15086000 5028666,667
34 Yasmi 8588000 4294000,00 0 0 8588000 4294000 11264000 5632000
35 Sukirno 6351000 3175500,00 0 0 6351000 3175500 9285000 4642500
36 Siti Nuraini 7568000 3784000,00 0 0 7568000 3784000 10344000 5172000
37 Ali 5410000 3606666,67 0 0 5410000 3606666,667 7633000 5088666,667
38 Sundari 5193000 3462000,00 0 0 5193000 3462000 7443000 4962000
39 Rahmat 8320000 2773333,33 0 0 8320000 2773333,333 13124000 4374666,667
40 Jumali 10341000 3447000,00 0 0 10341000 3447000 14625000 4875000
41 Supiyani 7667000 3833500,00 0 0 7667000 3833500 10511000 5255500
42 Purnanto 13495000 4907272,73 0 0 13495000 4907272,727 14905000 5420000
43 Sukardi 5861000 3663125,00 0 0 5861000 3663125 6671000 4169375
Total 710017000 238928045,80 10455000 2833897,436 720472000 241761943,2 871542500 297399336,1
Rata- 16512023,26 5556466,18 243139,5349 65904,59153 16755162,79 5622370,773 20268430,23 6916263,63
rata
umber: Analisis data primer (diolah), 2018

152
153

Lampiran 16. Total Pendapatan Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin


Kabupaten Bondowoso
No Uraian Nilai (Rp/Ha) Presentase (%)
1 Biaya Tetap 13189774,27 65,60106141
Biaya Sewa lahan 7034705,121 34,98802279
Biaya penyusutan Alat Usahatani 1976394,942 9,829857838
Biaya Bibit 1838115,586 9,142107437
Biaya Sewa Alat Pengolahan 2340558,618 11,64107334
2 Biaya Variabel 6916263,63 34,39893859
Biaya Pupuk Organik 524218,4385 2,607268728
Biaya Pupuk Anorganik 769674,4186 3,828076036
Biaya Tenaga Kerja 5622370,773 27,96359383
3 Total Biaya 20106037,9 100
4 Produksi (kg) 648,89 -
5 Harga (Rp/kg) 130.348,84 -
6 Penerimaan 84582058,79 -
7 Pendapatan (Rp/Tahun) 64476020,89 -
8 Pendapatan (Rp/Bulan) 5373001,741
DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto Bersama Petani Kopi Arabika di Kecamatan Sumber Wringin


Kabupaten Bondowoso

Gambar 2. Mesin Pengolahan Kopi Arabika

154
155

Gambar 3. Kopi Arabika yang Telah Dipisahkan dari Kulit Tanduk

Gamnbar 4. Bibit Kopi Arabika yang Siap Ditanam

Anda mungkin juga menyukai