Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GULA DARAH

PUASA PADA PEGAWAI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI RIAU

Muhammad Arif,
Yanti Ernalia
Dani Rosdiana
arifsmuhammad21@gmail.com

ABSTRACT
The Incidence of type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia tends to increase in
last 10 years. This has become a more serious problem especially since diabetes
is often undiagnosed due to severe complications occur on long period enough
(undiagnosed DM). Because of that screening for blood glucose levels is
necessary to detect diabetes mellitus. On the other hand several studies found
that Body Mass Index (BMI) also has correlation too with blood glucose levels.
Civil servants is a group of people at high risk of developing obesity, where
obesity itself is one of risk factor for increased level of blood glucose. The
measurements of fasting blood glucose with enzymatic method and body mass
index in 43 civil servans of Sekretariat Daerah Provinsi Riau which whom never
diagnosed as diabetes mellitus has been tested. And the correlation between the
BMI and fasting blood glucose has been computed. Spearman test result the P
scores is 0.276 (P>0.05) and therefore concludes that there is no correlation
between Body Mass Index and Fasting Blood Glucose in this research

Keywords : Diabetes Mellitus, Body Mass Index, Fasting Blood Glucose, Civil
servants

JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014


PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) menganjurkan bahwa perlu


merupakan suatu keadaan yang dapat dilakukan skrining rutin diabetes
menurunkan kualitas hidup, sejak umur 45 tahun. Dengan adanya
meningkatkan angka kesakitan dan deteksi dini dan pengobatan yang
kematian.1 Pada DM terjadi tepat dapat memperlambat
peningkatan kadar gula darah yang perkembangan kondisi prediabetes
disebabkan oleh kekurangan atau menjadi diabetes melitus.6
bahkan tidak adanya produksi Obesitas dan kelebihan berat
insulin.2 Pada kebanyakan Negara badan berhubungan dengan
berkembang, termasuk Indonesia, peningkatan resiko kejadian diabetes
angka kejadian diabetes melitus tipe melitus.7-9 Kontrol berat badan
2 cenderung meningkat dalam kurun penting dalam manajemen diabetes
waktu 10 tahun terakhir.2,3 dan pencegahan perkembangan
Indonesia menduduki prediabetes menjadi DM.10,11 Salah
peringkat ke tujuh diabetes di dunia satu cara sederhana yang umum
pada tahun 1995 dengan jumlah digunakan untuk menentukan
penderita sekitar 4,5 juta jiwa. World obesitas ini adalah dengan mengukur
Health Organization (WHO) Indeks Massa Tubuh (IMT).12 Pada
memperkirakan Indonesia akan penelitian di Hongkong ditemukan
menduduki peringkat ke lima fakta bahwa terjadi peningkatan
diabetes di dunia pada tahun 2025 kadar gula darah seiring dengan
dengan jumlah penderita sekitar 12,4 peningkatan IMT.12
juta jiwa.2 Menurut Riskesdas (Riset Masyarakat perkantoran
Kesehatan Dasar) tahun 2007, memiliki faktor risiko yang lebih
prevalensi diabetes melitus di daerah tinggi mengalami obesitas maupun
perkotaan Riau mencapai 10,2% diabetes melitus. Adanya
sedangkan rerata nasional hanya peningkatan kesejahteraan pegawai
5,7%. Riau termasuk dalam 12 akan meningkatkan pendapatan
provinsi yang mempunyai prevalensi rumah tangga pegawai tersebut.
lebih tinggi dari rerata nasional. Penelitian sebelumnya menyebutkan
Riau menempati peringkat ketiga pendapatan rumah tangga
tertinggi prevalensi diabetes melitus berhubungan positif dengan kejadian
setelah Kalimantan Barat dan obesitas.13,14 Peningkatan
Maluku Utara.4 kesejahteraan pegawai dapat
Diabetes melitus sering tidak mengakibatkan perubahan pola hidup
terdiagnosa karena perjalanan pegawai dimana terjadi peningkatan
penyakit ini untuk menjadi konsumsi makanan dan penurunan
komplikasi yang berat berlangsung aktifitas fisik.13,14
cukup lama sehingga harus dilakukan Pegawai Sekretariat Daerah
pemeriksaan gula darah untuk Provinsi Riau merupakan bagian dari
mendiagnosa diabetes.5 American masyarakat perkantoran di
Diabetes Association (ADA) Pekanbaru yang berisiko tinggi
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
terhadap kemungkinan mengalami yang belum pernah didiagnosis
obesitas dan diabetes melitus diabetes melitus sebelumnya oleh
tersebut. Oleh karena itu, peneliti dokter, sebelum pemeriksaan telah
bermaksud untuk mengidentifikasi berpuasa selama 8-10 jam dan
pengaruh IMT terhadap kadar gula bersedia menjadi sampel dalam
darah puasa pada pegawai Sekretariat penelitian ini (mengisi informed
Daerah Provinsi Riau sebagai salah consent). Kriteria eksklusi pada
satu wilayah kerja perkantoran yang penelitian ini adalah , pegawai yang
ada di Kota Pekanbaru. sedang hamil pada saat pemeriksaan,
punya riwayat perdarahan seperti
METODE PENELITIAN hemofilia dan dalam keadaan sakit
Jenis penelitian yang saat dilakukan pemeriksaan.
dilakukan adalah penelitian analitik Unit Etika Penelitian dan
dengan menggunakan desain cross Kesehatan Fakultas Kedokteran
sectional. Penelitian dilakukan di Universitas Riau telah memberikan
bagian umum pemerintahan persetujuan etik pada penelitian ini
sekretariat daerah Provinsi Riau, dengan nomor
pada bulan November 2012- 132/UN19.1.28/UEPKK/2012.
Desember 2013. Responden yang didapatkan pada
Rumus besar sampel yang penelitian ini berjumlah 43 orang dan
digunakan pada penelitian ini telah menandatangani informed
menggunakan rumus penelitian consent serta belum pernah
korelatif sebagai berikut15 : didiagnosis diabetes melitus
sebelumnya, sampel darah venanya
diambil sebanyak 3-5 ml untuk
dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah puasa, kemudian diukur
tinggi badan dan berat badan untuk
Keterangan : dinilai IMT-nya. Sebelumnya subjek
telah diminta untuk berpuasa selama
n = besar sampel lebih kurang 8 jam.
Zα = deviat baku alfa Pemeriksaan gula darah puasa
Zβ = deviat baku beta dilakukan dengan metode enzimatis
r = korelasi minimal yang di Laboratorium Klinik Universitas
dianggap bermakna Riau. IMT diukur dengan rumus
berat badan di bagi tinggi badan
Jumlah sampel minimal dikuadratkan. Setelah itu dicari
berdasarkan rumus diatas dengan hubungan antara kedua variabel ini
nilai Zα dan Zβ 15% dan r = 0,4 dengan menggunakan rumus korelasi
adalah 37 subjek. Pemilihan sampel Spearman. Data kemudian disajikan
dilakukan secara Consecutive dalam bentuk tabel.
sampling berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi.21 Kriteria inklusi pada HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah pegawai Berdasarkan perhitungan
Sekretariat Daerah Provinsi Riau dengan menggunakan rumus analitik
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
korelatif, sampel minimal untuk sebagai glukosa darah puasa
penelitian ini adalah sebanyak 37 terganggu, 1 laki-laki dan 1
responden. Pada penelitian ini perempuan. Namun tidak dapat
didapatkan total responden adalah diambil kesimpulan bahwa laki-laki
sebanyak 43 yang terdiri dari 24 lebih cenderung untuk mengalami
responden berjenis kelamin laki-laki diabetes dibandingkan perempuan
(55,8%) dan 19 responden berjenis dikarenakan jumlah responden yang
kelamin perempuan (44,2%). dibandingkan sangat minimal.
Satu orang responden yang
Tabel 4.1 Karakteristik responden ditemukan mengidap diabetes
penelitian. melitus pada penelitian ini berusia
diatas 45 tahun. Sementara pada
Variabel N % responden dengan glukosa darah
Jenis kelamin puasa terganggu satu orang berusia
 Laki-laki 24 55,8 diatas 45 tahun dan satu orang
 Perempuan 19 44,2 berusia kurang 45 tahun. Hal ini
Usia (tahun) membuktikan bahwa memang
 ≤ 45 22 51,2 ternyata umur lebih dari 45 tahun
 > 45 21 48,8 meningkatkan risiko seseorang untuk
Tingkat pendidikan mengidap diabetes melitus. Sesuai
dengan anjuran American Diabetes
 Rendah 1 2,4
Association (ADA) sebaiknya perlu
 Menengah 10 23,8
dilakukan skrining rutin diabetes
 Tinggi 32 73,8
sejak umur 45 tahun. Dengan
adanya deteksi dini dan pengobatan
Beberapa faktor risiko mayor yang tepat diharapkan dapat
yang berpengaruh terhadap kejadian memperlambat perkembangan atau
diabetes melitus tipe 2 antara lain mencegah kondisi prediabetes
adalah ; umur lebih dari 45 tahun, menjadi diabetes melitus.6
riwayat keluarga DM, Ras, riwayat
toleransi gula darah terganggu, Data indeks massa tubuh dari total 43
riwayat gula darah puasa terganggu, responden adalah sebagai berikut.
hipertensi, dislipidemia dan riwayat
diabetes gestasional atau melahirkan Tabel 4.2. Data indeks massa tubuh
bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 4 kg.6 Teori lain menyebutkan
Status gizi
bahwa jenis kelamin mempengaruhi
(IMT) (kg/m2)
sensitivitas insulin dan otot rangka
laki-laki lebih resisten terhadap  Mean 25,74
insulin dibandingkan perempuan.2  Median 25
Pada penelitian ini, hanya terdapat 1  Modus 24,17
orang responden mengidap diabetes N %
melitus dengan jenis kelamin laki-  Berat 0 0
laki, selain itu teridentifikasi juga 2 badan
orang responden dikategorikan kurang
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
 Normal 8 18,6 kantor bupati kabupaten Jeneponto
 Berat Sulawesi selatan didapatkan hasil
badan 13 30,2 bahwa pola hidup sedentarian dan
lebih maraknya ketersediaan akses
 Obesitas I 17 39,5 teknologi dan transportasi memiliki
 Obesitas kaitan yang sangat erat terhadap
II 5 11,6 kejadian obesitas dan untuk menekan
dampak obesitas ini, perlu adanya
Dari nilai indeks massa tubuh peningkatan aktifitas fisik seperti
(IMT) pada pegawai sekretariat olahraga yang rutin, sehingga dapat
daerah Provinsi Riau didapatkan data meminimalkan risiko kejadian
nilai rerata (mean) dari status gizi obesitas.16 Peningkatan
adalah 25,74 kg/m2 , nilai tengahnya kesejahteraan dan pertumbuhan
(median) adalah 25 kg/m2 dengan ekonomi berperan dalam
nilai tersering muncul (modus) peningkatan prevalensi obesitas
adalah 24,17 kg/m2. Berat badan karena secara langsung mengubah
normal berjumlah 8 responden gaya hidup masyarakat menjadi gaya
(18,6%), berat badan lebih berjumlah hidup sedenter dan tidak sehat.17
13 responden (30,2%), obesitas I
berjumlah 17 responden (39,5%), Data kadar gula darah puasa
obesitas II berjumlah 5 responden dari total 43 responden adalah
(11,6%) dan tidak ada responden sebagai berikut.
yang memiliki nilai IMT dengan
berat badan kurang. Data yang Tabel 4.3. Data kadar gula darah
terbanyak adalah responden dengan puasa
status gizi obesitas I sebesar 39,5%.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Kadar gula darah
Elya Suganti pada tahun 2007 yang puasa (mg/dL)
mengatakan bahwa peningkatan  Mean 79,72
kesejahteraan pegawai berhubungan  Median 77
positif dengan kejadian obesitas.13,14  Modus 78
Peningkatan kesejahteraan N %
pegawai dapat mengakibatkan  Bukan DM 40 93
perubahan pola hidup pegawai  Gula darah
dimana terjadi peningkatan konsumsi puasa 2 4,7
makanan, selain itu penerapan waktu terganggu
kerja selama 8 jam menyebabkan  DM 1 2,3
pegawai kekurangan waktu untuk
berolah raga sehingga terjadilah Pemeriksaan kadar gula darah
penurunan aktifitas fisik sedangkan puasa pada responden menggunakan
asupan kalori tetap tinggi hal ini pada sampel darah vena. Berdasarkan
kemudiannya akan menimbulkan kriteria dari WHO, ditemukan dari
obesitas.13,14 Dari penelitian yang hasil pemeriksaan nilai rerata (mean)
juga dilakukan pada pegawai di kadar gula darah puasa seluruh
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
responden adalah 79,72 mg/dL nilai korelasi antara kedua variabel
tengah (median) 77 mg/dL dan nilai penelitian ini, didapatkan hasil
terbanyak (modus) adalah 78 mg/dL. bahwa tidak ditemukan hubungan
Satu orang responden (2,3%) yang bermakna antara indeks massa
dinyatakan diabetes melitus (kadar tubuh dengan kadar gula darah
gula darah puasa > 125 mg/dl), dua puasa. Dari penelitian yang sama
orang responden (4,7%) tergolong dan dengan jumlah responden yang
gula darah puasa terganggu (kadar sama dilakukan uji untuk mencari
gula darah puasa 100-125 mg/dl) dan hubungan antara lingkar pinggang
40 orang sisanya (93%) dinyatakan dengan kadar gula darah puasa
sebagai bukan diabetes melitus dimana terdapat hubungan yang
(kadar gula darah puasa < 100 bermakna dengan nilai korelasi yang
mg/dl). lemah dan dengan arah korelasi
Dilakukan uji hipotesis untuk positif.19 Ini sesuai dengan
mengetahui korelasi antara indeks penelitian yang dilakukan
massa tubuh (IMT) dengan kadar sebelumnya di beberapa Negara
gula darah puasa. Data yang seperti di Australia7, Thailand8 dan
digunakan adalah data yang telah Hongkong.9 Dari penelitian tersebut
ditransformasikan karena sebaran didapatkan hasil bahwa lingkar
data kadar gula darah puasa tidak pinggang merupakan prediktor
normal. Oleh karena data tersebut resistensi insulin yang lebih baik
merupakan data numerik dan sebaran pada DM tipe 2 dibandingkan
data tidak normal, maka uji hipotesis dengan IMT. Hal ini kemungkinan
korelasi yang dilakukan adalah uji karena IMT dipengaruhi juga oleh
spearman.18 tingkat kepadatan tulang dan otot
selain dari kadar lemak tubuh,
Tabel 4.4. Hasil uji korelasi sedangkan lingkar pinggang lebih
Spearman. dipengaruhi oleh kadar lemak
viseralnya.9 Selain itu dari penelitian
Kadar gula yang dilakukan di Korea Selatan
darah puasa menggunakan data Korean National
IMT r -0,170 Health and Nutrition Examination
p 0,276 Survey (KNHANES), hubungan
n 43 peningkatan IMT dengan
peningkatan kadar gula darah puasa
Dari tabel di atas, hanya bermakna sampai kadar gula
disimpulkan bahwa nilai p yang darah 110 mg/dl, sedangkan pada
didapat dari data hubungan indeks kadar gula > 110 mg/dl tidak
massa tubuh dengan kadar gula darah terdapat hubungan yang bermakna
puasa adalah tidak bermakna lagi antara IMT dengan kadar gula
dikarenakan nilai p > 0,05. darah puasa.20
Berdasarkan analisa statistik Keterbatasan jumlah
menggunakan uji Spearman yang responden bisa juga memengaruhi
telah dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian ini, pada penelitian
ini jumlah sampel minimal yang
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
dibutuhkan sudah terpenuhi akan untuk memperkirakan risiko
tetapi untuk mendapatkan hasil yang peningkatan kadar gula darah,
lebih spesifik dibutuhkan jumlah menggunakan salah satu saja dari
sampel yang lebih banyak sehingga IMT atau lingkar pinggang akan
faktor kesalahannya menjadi lebih memberikan penilaian yang kurang
kecil.15 Selain itu meskipun IMT adekuat.22
menunjukkan tingkatan kelebihan Sebagai tambahan penelitian
berat badan serta obesitas, namun terkini menyatakan bahwa
IMT tidak menunjukkan distribusi pengukuran lingkar pinggang
lemak tubuh. Sebagai contoh, lemak maupun IMT saja belumlah secara
viseral secara metabolik lebih aktif spesifik menggambarkan kadar
berpengaruh dibandingkan lemak lemak tubuh. Untuk mendapatkan
non-viseral dan menyekresikan lebih data yang lebih spesifik mengenai
banyak hormon serta sitokin, yang kadar lemak tubuh yang mana
mana berpengaruh terhadap nantinya akan berpengaruh terhadap
peningkatan kadar gula darah.21 peningkatan risiko penyakit
Jaringan lemak viseral ini berperan kardiovaskular serta DM, maka alat
dalam lipogenesis dan lipolisis. yang digunakan sebaiknya adalah
Akumulasinya akan meningkatkan Bioelectrical Impedance Analysis
pelepasan asam lemak bebas dalam (BIA), alat ini nantinya bisa menilai
darah. Peningkatan asam lemak kadar lemak, kadar lemak bebas serta
bebas ini dapat menyebabkan kadar air dalam tubuh secara lebih
glukoneogenesis dan resistensi terperinci.23
insulin, sehingga glukosa tidak dapat Terdapat beberapa kendala
masuk ke sel tubuh dan kadarnya yang terjadi selama penelitian ini
mengalami peningkatan dalam darah dilaksanakan. Walaupun jumlah
sehingga menyebabkan sampel minimal untuk dilakukan uji
22
hiperglikemia. korelasi sudah terpenuhi akan tetapi
Mengukur lingkar pinggang untuk mendapatkan hasil korelasi
merupakan cara yang sederhana yang lebih spesifik dibutuhkan
untuk menilai lemak viseral, jumlah responden yang lebih banyak
sehingga peningkatan lingkar yaitu 81 orang15, namun pada
pinggang lebih berhubungan dengan penelitian ini jumlah tersebut tidak
peningkatan kadar gula darah tercapai dikarenakan berbagai hal.
dibandingkan dengan peningkatan Beberapa faktor diantaranya adalah
IMT.22 Akan tetapi tata laksana pegawai tidak bersedia dilakukan
obesitas dan diabetes terkini pengambilan darah vena, pegawai
merekomendasikan bahwa yang sudah mau menjadi responden
pengukuran lingkar pinggang mulai akan tetapi tidak dapat diambil
dipertimbangkan untuk dilakukan darahnya serta kurangnya kesadaran
pada tingkatan IMT 23 kg/m2, pegawai untuk melakukan
dimana ini merupakan level risiko pemeriksaan kesehatan.
penyakit kardiovaskular mulai Saat penelitian, banyak
22
meningkat. Kombinasi dari dua pegawai yang menolak untuk
pengukuran antopometri ini penting dilakukan pemeriksaan kadar gula
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
darah puasa dikarenakan mereka faktor risiko meningkatnya kadar
takut jika mengetahui ternyata gula darah yang mana nantinya kadar
mereka sudah mengalami gangguan gula darah yang tinggi bisa
kesehatan. Pegawai lebih memilih menyebabkan seseorang terkena
tidak tahu sama sekali bagaimana Diabetes Melitus.
kondisi dirinya daripada jika telah
dilakukan pemeriksaan ternyata DAFTAR PUSTAKA
hasilnya abnormal dan akan menjadi
beban fikiran mereka. Pola berpikir 1. Nakagami T, Tominaga M,
seperti inilah yang menimbulkan Nishimura R, Daimon M,
masalah dimana sulitnya untuk Oizumi T, Yoshiike N. et.al.
mendeteksi diabetes secara dini Combined use of fasting
padahal bisa jadi pegawai yang tidak plasma glucose and glycated
mau diuji kadar gula darahnya Hemoglobin A1c in a stepwise
tersebut nilai kadar gula darahnya fashion to detect undiagnosed
sudah melebihi batas normal. Untuk diabetes mellitus. Tohoku J.
itu perlu dilakukan edukasi kepada Exp. Med., 2007,213 (1), 25-32
masyarakat terutama PNS Sekretariat 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Daerah Provinsi Riau tentang Alwi I, Simadibrata MK,
pentingnya melakukan pemeriksaan Setiati S. Metabolik endokrin.
kadar gula darah secara rutin supaya Buku Ajar Ilmu Penyakit
risiko terjadinya diabetes melitus Dalam Edisi Kelima Jilid III.
dapat dihindari. Jakarta : Interna Publishing;
2009. h. 1865-2083.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Wild S, Roglic G, Green A,
Sicree R, King H. Global
Dari penelitian ditemukan prevalence of diabetes;
bahwa Sebanyak 39,5 % pegawai estimates for the year 2000 and
seretariat daerah Provinsi Riau projections for 2030. Diabetes
memiliki status gizi obesitas I, Care. 2004; 27:1047-51.
sebanyak 93 % pegawai sekretariat [PubMed: 15111519]
daerah Provinsi Riau memiliki kadar 4. Badan Penelitian dan
gula darah puasa normal, 4,7% Pengembangan Kesehatan
tergolong gula darah puasa Departemen Kesehatan
terganggu, 2,3% dinyatakan diabetes Republik Indonesia. Riset
mellitus. Walaupun tidak terdapat Kesehatan Dasar 2007.
hubungan yang bermakna antara 5. Sanada H, Yokokawa H,
indeks massa tubuh dengan kadar Yoneda M, Yatabe J, Yatabe
gula darah puasa pada pegawai MS, Williams SM. et.al. High
sekretariat daerah Provinsi Riau body mass index is an
dalam penelitian ini. Namun important risk factor for the
diharapkan kepada responden yang development of type 2 diabetes.
memiliki status gizi obesitas untuk Intern Med. 2012 ; 51(14):
lebih waspada terhadap Diabetes 1821-26.
Melitus karena obesitas merupakan
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
6. American Diabetes 13. Rahmawati, Sudikno. Faktor-
Association. Diagnosis and faktor yang berpengaruh
Classification of Diabetes terhadap status gizi obesitas
Melitus. 2010; 33 Suppl orang dewasa di Kota Depok
7. National Health and Medical Tahun 2007. Gizi Indon: 2008;
Research Council (2013) 31(1): 35-48.
Clinical practice guidelines for 14. Suganti E, Hardiansyah,
the management of overweight Afriansyah N. Faktor resiko
and obesity in adults, obesitas sentral pada orang
adolescents and children in dewasa di DKI Jakarta:
Australia. Melbourne: National Analisis Lanjut Data
Health and Medical Research RISKESDAS 2007. Gizi Indon:
Council. 2009; 32(2): 105-116.
8. Pongsatha S, Morakot N, 15. Dahlan MS. Besar sampel dan
Sangchun K, Chaovisitsaree S. cara pengambilan sampel
Correlation between waist dalam penelitian kedokteran
circumference and other factors dan kesehatan. Edisi Ketiga.
in menopausal women in Jakarta : Salemba Medika.
Thailand. Vol.4, No.2, 60-65 2010
(2012). 16. Istiqamah N, Sirajuddin S,
9. Liao YL, Lin SC, Hsu CH. Indriasari R. Hubungan pola
Waist circumference is a better hidup sedentarian dengan
predictor than body mass index kejadian obesitas sentral pada
of insulin resistance in type 2 pegawai pemerintahan di
diabetes. Int J Diabetes & kantor bupati kabupaten
Metab 2011; 19: 35-40. Jeneponto. Makasar : Fakultas
10. International Diabetes Kesehatan Masyarakat
Federation. The IDF consensus Universitas Hasanuddin
worldwide definition of the Makassar. 2013
metabolic syndrome. 2006. 17. Ogden CL, Lamb MM, Carroll
11. Guyenet SJ, Schwartz MW. MD, Flegal KM. Obesity and
Regulation of food intake, socioeconomic status in adults:
energy balance, and body fat United States 1988-1994 and
mass: Implications for the 2005-2008. NCHS data brief no
pathogenesis and treatment of 50. Hyattsville, MD: National
obesity. J Clin Endocrinol Center for Health Statistics.
Metab. 2012 March; 97(3): 2010.
745–755. 18. Dahlan MS. Statistik Untuk
12. Kang HM, Kim DJ. Body mass Kedokteran dan Kesehatan. 5th
index and waist circumference ed. Jakarta. Salemba Medika;
according to glucose tolerance 2008
status in Korea : the 2005 19. Masyitha AP. Korelasi lingkar
Korean health and nutrition pinggang dengan kadar gula
examination survey. J Korean darah puasa pada pegawai
Med Sci 2012; 27: 518-24. Sekretariat Daerah Provinsi
JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014
Riau. Skripsi. Pekanbaru :
Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. 2013
20. Kang HM, Kim DJ. Body mass
index and waist circumference
according to glucose tolerance
status in Korea : the 2005
Korean health and nutrition
examination survey. J Korean
Med Sci 2012; 27: 518-24.
21. Phillips LK, Prins JB. The link
between abdominal obesity and
the metabolic syndrome. Curr
Hypertens Rep 2008; 10(2) :
156-64
22. Feller S, Boeing H, Pischon T.
Body mass index, waist
circumference, and the risk of
type 2 diabetes mellitus. Dtsch
Arztebl Int 2010; 107(26): 470-
6
23. Mialich MS, Maria J, Sicchieri
JM, Junior AJ. Analysis of
body composition : A Critical
review of the use of
bioelectrical impedance
analysis. International journal
of clinical nutrition 2, no. 1
(2014): 1-10.

JOM, VOL.1, NO.2 OKTOBER 2014

Anda mungkin juga menyukai