Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS CERPEN DURIAN AYAH KARYA RIZQY TURAMA DENGAN

MENGGUNAKAN TEORI EKOPSIKOLOGI

Disajikan untuk memenuhi mata kuliah Psikologi Sastra.

Dosen pengampuh :

Prof. Dr. H. Haris Supratno

Disusun Oleh:

Lucky Eka Kumara

15020074091

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2018
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Cerpen Durian Ayah merupakan cerpen yang ditulis oleh Rizqi Turama
yang merupakan dosen di FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Sriwijaya, Palembang. Cerpen tersebut diterbitkan oleh Kompas pada 18 Maret
2018. Cerpen yang unik karena mencoba mengulik tentang menanam dan
merawat pohon durian.
Cerpen ini bercerita tentang tokoh ayah yang menanam berbagai macam
pohon. Namun hanya pohon durian yang tidak kunjung berbuah, padahal ia selalu
berhasil dalam bercocok tanam. Lima tahun kemudian, pohon tersebut masih tak
menunjukkan tanda-tanda akan berbuah. Menyiram, memupuk, dan
membersihkan gulma-gulma pun juga sudah dilakukan oleh ayah, namun pohon
durian tersebut masih belum berbuah. Bahkan ayah melakukan berbagai macam
metode-metode seperti, menyuntikkan obat, menyayat batang pohon, namun tetap
tidak berhasil. Dua puluh tiga tahun tidak berbuah, akhirnya ayah memanggil
tukang untuk menebangnya.
Berdasarkan isi cerita yang berkaitan dengan alam serta tindakan-tindakan
tokoh yang tertarik dengan alam tersebut, maka cerpen Durian Ayah dapat
dianalisis menggunakan teori ekopsikologi. Ekopsikologi adalah suatu disiplin
ilmu yang mempelajari atau mengkaji psikologi dan lingkungan. Oleh karena itu,
penelitian ini akan berfokus pada analisis cerpen Durian Ayah dengan teori
ekopsikologi.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
sebagai berikut: bagaimanakah analisis cerpen Durian Ayah karya Rizqy Turama
dengan menggunakan teori ekopsikologi?

c. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam makalah untuk
mendeskripsikan analisis cerpen Durian Ayah karya Rizqy Turama dengan
menggunakan teori ekopsikologi.
2. Kajian Teori
a. Konsep Sastra
Menurut Hutomo (dalam Najid, 2009) sastra ialah ekspresi pikiran dan
perasaan manusia, baik lisan maupun tulis, dengan menggunakan bahasa yang indah
menurut konteksnya. Pengertian tersebut mennjukkan ada tiga hal penting yang
menjadi ciri khas sastra, yaitu: sastra adalah ekspresi pikiran dan perasaan; bentuk
lisan dan tulis; serta penggunaan bahasa yang indah menurut konteksnya.
Menurut Najid (2009) sastra ialah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran
dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman
pesan. Pengertian tersebut dapat ditarik beberapa pemikiran penting sebagai berikut:
Sastra adalah rekaman isi jiwa pengarangnya; Sastra adalah komunikasi khusus
pengarang dengan pembacanya; Sastra adalah bentuk.
Menurut Wellek dalam Zulfahnur dkk, (1996) literature (sastra) adalah
kegiatan kreatif sebuah karya seni yang bentuk dan ekspresinya imajinatif.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sastra
ialah karya seni berupa ekspresi pikiran dan perasaan yang imajinatif dengan
menggunakan bahasa yang indah
.
b. Konsep Psikologi Sastra
Psikologi sastra lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan
untuk membaca dan menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan
pembacanya dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada
dalam psikologi.
Wellek dan Warren (1990) dalam Wiyatmi (2011: 28) mengemukakan bahwa
psikokogi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah
studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua studi proses
kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada
karya sastra. Dan yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca.
Menurut Wellek dan Warren (1990) dalam Wiyatmi (2011: 28) pengertian
pertama dan kedua merupakan bagian dari psikologi seni, dengan fokus pada
pengarang dan proses kreatifnya. Pengertian ketiga terfokus pada karya sastra yang
dikaji dengan hukum-hukum psikologi. Pengertian keempat terfokus pada pembaca
yang ketika membaca dan menginterpretasikan karya sastra mengalami berbagai
situasi kejiwaan.
Dengan memfokuskan pada karya sastra, terutama fakta cerita dalam sebuah
fiksi atau drama, psikologi karya sastra mengkaji tipe dan hukum-hukum psikologi
yang diterapkan pada karya sastra. Untuk melakukan kajian ini, ada dua cara yang
dapat dilakukan. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian
diadakan analisis terhadap karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan
sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori
psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis karya sastra (Ratna,
2004: 344 dalam Wiyatmi, 2011: 45).
Kalau cara pertama yang dipilih, maka karya sastra cenderung ditempatkan
sebagai gejala sekunder, karena karya sastra dianggap sebagai gejala yang pasif atau
semata-mata sebagai objek untuk mengaplikasikan teori. Kalau cara kedua yang
dipilih, maka kita menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Karya
sastralah yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Untuk menentukan teori
psikologi yang relevan untuk karya sastra tertentu, pada dasarnya sudah terjadi
dialog, yang melaluinya akan terungkap berbagai problematika yang terkandung
dalam objek (Ratna, 2004: 344 dalam Wiyatmi, 2011: 45).

c. Konsep Ekopsikologi
Ekopsikologi berasal dari kata eko dan psikologi. Ekopsikologi adalah suatu
disiplin ilmu baru dalam psikologi yang mempelajari atau mengkaji psikologi dan
lingkungan. Lingkungan dan karya sastra mempunyai hubungan yang erat, karena
dalam karya sastra sering merefleksikan masalah lingkungan. Kerusakan lingkungan
sering menjadi bahan penulisan karya sastra, khususnya novel.
Ekopsikologi terdiri dari dua tipe, yang pertama adalah biophilia, dan yang
kedua adalah Necrophilia.Biophilia adalah hasrat pada kecintaan terhadap semua
yang hidup. Manusia yang bertipe ini mempunyai kecintaan terhadap lingkungan
dan berusaha untuk memperbaiki lingkungan. Manusia ini mempunyai perhatian
terhadap kehidupan yang terkait dengan alam. Manusia yang mempunyai hasrat
untuk mencintai alam, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, sungai, laut, dan gunung.
Manfaat tipe biophilia yaitu manusia bertipe ini mempunyai kepedulian dan
kecintaan terhadap lingkungan alam dan dapat dikembangkan secara kontinyu,
sehingga alam bisa terjaga dan dapat memelihara dan memperbaiki
lingkungan/alam.
Necrophilia adalah tipe manusia yang mengarah pada kecintaan kematian.
Tipe manusia ini lebih mengarah pada hasrat seksual yang tidak normal yang
mengarah kepada kematian. Necrophilia dibagi atas geneune necrophilia (fantasi)
dan pseudo necrophilia (kerusakan).

3. Pembahasan
Cerpen Durian Ayah karya Rizqy Turama dapat dianalisis menggunakan teori
ekopsikologi bertipe biophilia dan necrophilia. Berikut pemaparannya.
a) Biophilia
1) Menanam Pohon
Diceritakan bahwa tokoh ayah telah menanam beberapa pohon. Namun
hanya pohon durian yang belum berbuah. Padahal ia selalu berhasil dalam dunia
cocok tanam dan hampir semua tanaman yang ditangani menjadi subur. Hal itu
nampak dalam kutipan sebagai berikut: “Di antara semua pohon yang ditanam
ayah, hanya durian yang sampai sekarang belum berbuah. Padahal tangan ayah
setahuku cukup dingin. Ia hampir selalu berhasil dalam dunia cocok tanam.
Hampir semua tanaman yang mendapat sentuhan tangannya akan jadi subur,
menghasilkan apa yang diharapkan.” (Kompas, 2018)

2) Menganggap Pohon Sebagai Manusia


Diceritakan bahwa tokoh ayah mengatakan kepada anaknya untuk
menganggap pohon-pohon yang ditanam di halaman rumahnya sebagai adik atau
kakaknya. Seperti pohon rambutan yang ada di sudut halaman depan rumah
dibilang sebagai kakak karena ditanam dua tahun lebih dulu dari anaknya. Begitu
juga dengan pohon kelengkeng yang ada sekitar tujuh meter dari pohon rambutan,
dibilang kakak karena lebih tua empat tahun dari anaknya. Tolok ukur yang
digunakan adalah usia. Hal itu nampak dalam kutipan sebaga berikut:
Pohon ini bisa kau anggap adikmu,” ujar ayah sekitar sepuluh tahun lalu.
Aku masih SMA waktu itu. Ayah memang suka begitu, mengatakan
pohon-pohon tertentu sebagai kakak atau adik dari kami, anak-anaknya.
Tolok ukur yang digunakannya jelas adalah usia. Rambutan di sudut
kanan halaman depan rumah dibilang sebagai kakakku karena dia ditanam
dua tahun lebih dulu daripada kelahiranku. Begitu juga dengan
kelengkeng yang ada sekitar tujuh meter dari rambutan, dia juga kakakku
yang lebih tua empat tahun. (Kompas, 2018)
Diceritakan juga, pada waktu tokoh ayah akan menebang pohon durian
yang tak kunjung berbuah, akal dan tingkah lakunya menjadi tak sehat, seperti
memohon maaf jika ada salah sama pohon yang akan ditebangnya serta memberi
kenang-kenangan dengan merawat pohon tersebut dengan lebih baik. Hal itu
nampak dalam kutipan sebagai berikut:
Selama empat bulan itu, aku melihat ayah lebih telaten merawat durian
yang akan ditebangnya. “Sebagai ucapan perpisahan,” kata ayah. Ia ingin
memberi kenang-kenangan yang indah. Memohon maaf jika ada salah.
Jangan sampai ada dendam antara dia dan pohon itu. Begitu paparnya
panjang lebar.
Orang lain mungkin akan mengira ayah sudah tak sehat akal, tapi aku tahu
memang begitulah ayah dari dulu. Setiap ada pohon yang akan ditebang,
ia akan merawat pohon itu dengan lebih baik dan menyiapkan pengganti
yang juga baik. (Kompas, 2018)

3) Merawat Pohon
Diceritakan bahwa setelah lima tahun pohon durian tumbuh, tokoh ayah
masih merawatnya dengan cara menyiramnya, memupuknya, dan membersihkan
gulma walaupun pohon tersebut belum berbuah. Hal itu nampak dalam kutipan
sebagai berikut:
Lima tahun kemudian, sepertinya ayah yang mulai diuji kesabarannya.
Mungkin karena merasa ia sudah melakukan hampir semua yang bisa
dilakukan untuk durian itu, tapi si durian tetap tak mau menunjukkan
tanda-tanda akan berbuah.
“Sudah kusiram, kupupuk, kubersihkan dari gulma-gulma, masih saja tak
mau berbuah. Apa kusuntik saja pohon durian ini?” (Kompas, 2018)

4) Menyuntikkan Obat Perangsang Agar Cepat Berbuah


Diceritakan bahwa tokoh ayah melakukan cara lain agar pohon duriannya
berbuah, yakni dengan menyuntikkannya dengan obat. Kata penjual yang
ditemuinya mengatakan bahwa obat suntik tersebut paling lama enam bulan akan
membuat pohon durian akan berbunga. Hal itu nampak dalam kutipan sebagai
berikut: “Dan benar, seminggu kemudian ayah menyuntik pohon durian itu
dengan obat yang mampu merangsangnya agar cepat berbuah.” “Paling lama
enam bulan lagi durian ini akan berbunga, begitu kata penjual obat suntik ini
tadi.” (Kompas, 2018)
5) Menyayat Batang Pohon Agar Cepat Berbuah

Diceritakan bahwa satu tahun setelah pohon durian ayah disuntik obat,
pohonnya masih belum berbunga. Akhirnya enam bulan kemudian ayah mencoba
cara lain agar pohon duriannya berbuah yakni dengan menyayat batang pohon
durian. Hal itu nampak dalam kutipan sebagai berikut: “Enam bulan kemudian,
ayah kulihat sedang menyayat-nyayat batang durian itu.” “Ada yang mengajariku,
pohon buah harus sedikit disakiti agar dia merasa terancam dan kemudian
berbuah,” jelas ayah tanpa kuminta. (Kompas, 2018)

b) Necrophilia
1) Geneune Necrophilia
a. Berniat Menebang Pohon
Diceritakan bahwa tokoh ayah menyuruh tukang untuk menebang
pohon duriannya. Namun, setelah waktunya tiba untuk menebang, niat
tersebut dibatalkan karena saat menengadah terlihat putik-putik kecil tumbuh
di ujung ranting. Bergerumbul. Sedikit tertutupi oleh daun-daun yang lebat.
Hal itu nampak dalam kutipan sebagai berikut:
“Dua puluh tiga tahun, dan durian itu tak kunjung berbunga. Seusai
lebaran nanti akan kupanggil dua atau tiga orang tukang untuk
menebangnya.”
.......
“Sampai akhirnya lebaran telah tujuh hari berlalu. Ayah pun
memanggil dua tukang untuk menebang.”
.......
Ayah dan aku menengadah. Kami baru sadar putik-putik kecil itu
tumbuh di ujung ranting. Bergerumbul. Sedikit tertutupi oleh daun-
daun yang lebat. Penebangan pohon dibatalkan. Ayah semringah
bukan main. (Kompas, 2018)

2) Pseudo Necrophilia
a. Menebang Pohon
Diceritakan bahwa tokoh ayah mengayunkan kapak berkali-kali ke
batang pohon durian karena menyerah menunggu pohonnya untuk berbuah.
Hal itu nampak dalam kutipan sebagai berikut: “Di suatu senja, aku terkejut
ketika pulang mendapati ayah sedang memegang kapak. Dengan wajah
marah, ayah mengayunkan kapak itu berkali-kali ke batang durian. Keringat
bercucuran dari dahi dan wajahnya. Tidak sampai sepuluh menit, ayah
berhenti. Napasnya satu-satu. Kapak di tangannya jatuh. Ia pun rubuh,
terduduk di tanah.” (Kompas, 2018)

4. Penutupan
Cerpen Durian Ayah karya Rizqy Turama dapat dianalisis menggunakan
teori ekopsikologi tipe biophilia dan necrophilia (geneune necrophilia & pseudo
necrophilia). Tindakan-tindakan yang bertipe biophilia yaitu menanam pohon,
menganggap pohon sebagai manusia, merawat pohon, menyuntikkan obat perangsang
agar cepat berbuah, dan menyayat batang pohon agar cepat berbuah. Sedangkan
tindakan-tindakan bertipe geneune necrophilia yaitu berniat menebang pohon dan
bertipe pseudo necrophilia yaitu menebang pohon.

5. Daftar Pustaka
Najid, Moh. 2009. Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Turama, Rizqy. 2018. “Durian Ayah”. Kompas. 18 Maret 2018.
Wiyatmi. 2011. “Psikologi Sastra: Teori dan Aplikasinya”. Yogyakarta: Kanwa
publisher.
Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai