Anda di halaman 1dari 23

BAB VIII

PEMBANGUNAN SOSIAL DAN BUDAYA

A. UMUM

Berdasarkan Propenas 2000–2004, dalam rangka mendukung pelaksanaan


prioritas pembangunan nasional yang keempat, yaitu: membangun kesejahteraan
rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya,
dilaksanakan pembangunan bidang agama, bidang pendidikan, serta bidang sosial
dan budaya.

Tujuan pembangunan di bidang sosial dan budaya adalah terwujudnya


kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan
dasar. Sasaran umum yang akan dicapai adalah meningkatnya usia harapan hidup,
menurunnya laju pertumbuhan penduduk, menurunnya angka kelahiran total,
menurunnya angka kematian kasar, meningkatnya ketahanan sosial dan budaya,
meningkatnya kedudukan dan peranan perempuan, meningkatnya partisipasi aktif
pemuda, serta meningkatnya pembudayaan dan prestasi olahraga.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, telah dilaksanakan berbagai


kebijakan dan program pembangunan sosial dan budaya, yang meliputi bidang
kesehatan dan kesejahteraan sosial, termasuk kependudukan dan keluarga
berencana; kebudayaan; kedudukan dan peranan perempuan; serta pemuda
dan olah raga. Hasil-hasil pelaksanaan program pembangunan sosial dan budaya
yang telah dicapai sampai dengan tahun 2002 antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut.

Di bidang kesehatan, hasil yang dicapai program pembangunan berdasarkan


monitoring dan evaluasi indikator kinerja antara lain: (1) cakupan universal child
immunization (UCI) mencapai 90 persen; (2) angka kesembuhan penyakit
tuberkulosis (TB) paru mencapai lebih dari 70 persen; (3) cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar 70 persen; (4) cakupan pelayanan antenatal,
postnatal dan neonatal sekitar 80 persen; (5) persentase keluarga yang
mengkonsumsi garam beryodium dengan cukup sebesar 68,5 persen; (6) keluarga
yang menggunakan air bersih di perkotaan dan perdesaan mencapai 78,72 persen;
dan (7) keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan di
perkotaan dan perdesaan mencapai 63,48 persen.

Di bidang kependudukan dan keluarga berencana, hasil yang dicapai


program pengembangan dan keserasian kebijakan kependudukan, pemberdayaan
keluarga, kesehatan reproduksi remaja, keluarga berencana, serta penguatan
kelembagaan dan jaringan KB adalah sebagai berikut: (1) tersusunnya proyeksi
penduduk Indonesia dan prakiraan indikator di bidang kependudukan tahun 2000 –
2010; (2) tersusunnya indikator baku penduduk berkualitas yang dapat memberikan
kemudahan di dalam melakukan monitoring dan evaluasi pencapaian program

VIII – 1
pembangunan penduduk di Indonesia; (3) tersusunnya pedoman persebaran dan
mobilitas penduduk, kebijakan pengarahan fertilitas dan kesehatan reproduksi serta
penurunan morbiditas dan mortalitas penduduk; (4) terlaksananya berbagai kajian
yang berhubungan dengan pengembangan standarisasi dokumen kependudukan
tentang sistem prosedur dan standar pelayanan; (5) pengembangan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang unik bagi setiap individu; (6) terlaksananya beberapa
kajian untuk mendukung pengembangan NIK; (7) terselesaikannya Rancangan
Undang-Undang (RUU) administrasi kependudukan; (8) terbentuknya forum
konsultasi antar pakar kependudukan yang dapat membantu pemerintah dalam
menentukan kebijakan dan strategi pembangunan yang berwawasan kependudukan;
(9) bantuan kredit usaha keluarga sejahtera (Kukesra) bagi sekitar 558 ribu kelompok
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), atau sekitar 10,2 juta
Keluarga Pra-Sejahtera (Pra-KS) dan Keluarga Sejahtera I (KS-I); (10) peningkatan
pengetahuan wirausaha melalui kegiatan “pendampingan” dan “magang” bagi sekitar
15.000 kader; (11) sekitar 2,5 juta keluarga terdaftar dan aktif menjadi anggota
kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB); (12) terbentuknya 336 pusat
informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja; (13) terbinanya 7.897
Kelompok Keluarga Peduli Remaja (KKPR) dalam bidang reproduksi remaja; (14)
terbinanya kegiatan-kegiatan remaja melalui 4.500 kelompok remaja; (15)
terlayaninya sekitar 4,58 juta peserta KB baru; (16) terpenuhinya keinginan sekitar
24,6 juta atau 68,2 persen pasangan usia subur (PUS) untuk ber-KB; (17)
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengelolaan program KB
yang ditunjukkan dengan adanya 83 ribu Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD),
370 ribu Sub-PPKBD, dan lebih dari 1 juta kelompok KB; (18) persentase PUS yang
ingin menjadi peserta KB namun tidak terlayani (unmet-need) sekitar 8 sampai 9
persen dari PUS yang ada; (19) penetapan UU No.23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak; (20) penetapan Keppres No.59 Tahun 2002 Tentang Rencana
Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak; (21)
penetapan Keppres No.87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan
Eksploitasi Seksual Komersial Anak; (22) penetapan Keppres No.88 Tahun 2002
tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Trafiking Perempuan dan Anak; (23)
tersusunnya profil kesejahteraan dan perlindungan anak; dan (24) tersusunnya
pedoman dan modul pelatihan hak-hak anak.

Di bidang kesejahteraan sosial, hasil yang dicapai antara lain adalah sebagai
berikut: (1) pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi 60 ribu anak terlantar dan 11 ribu
penyandang cacat; (2) santunan sosial bagi 11 ribu lanjut usia (lansia) terlantar; (3)
rehabilitasi sosial bagi 1.500 penyandang tuna sosial; (4) pemberdayaan 44 ribu
kepala keluarga (KK) miskin dan 3 ribu KK dari komunitas adat terpencil melalui
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) pemberian bantuan dan jaminan sosial; (5)
bantuan tanggap darurat dalam bentuk permakanan (beras dan lauk pauk) dan bahan
bangunan rumah (BBR) bagi 3 ribu KK korban bencana dan 1,3 juta jiwa pengungsi;
(6) bantuan tambahan biaya permakanan bagi 2.600 panti sosial, anak terlantar,
lansia, serta penyandang cacat di 30 propinsi; (7) dilaksanakannya berbagai kajian
mengenai alternatif intervensi kesejahteraan sosial, penyusunan perencanaan
pembangunan berbasiskan daerah (kabupaten/kota); (8) pelatihan dan pendidikan
bagi sekitar 1.000 pegawai dan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM); dan
(9) terlaksananya pengkajian dan perumusan kebijakan publik, pengembangan sistem
kesiap-siagaan menghadapi bencana alam dan bencana sosial, serta pengembangan
sistem informasi kesejahteraan sosial.

VIII – 2
Di bidang kebudayaan, hasil yang dicapai program pelestarian dan
pengembangan kebudayaan antara lain: (1) penyelenggaraan Kongres Kebudayaan
ke-5 di Bukittinggi, Sumatera Barat; (2) pencanangan Gerakan Sadar Budaya dan
Kampanye Hidup dalam Kemajemukan; (3) penyelenggaraan Temu dan Dialog
Budaya; (4) penyelenggaraan Kemah Budaya dan Pekan Budaya; (5) pengembangan
media kebudayaan; (6) pemberian penghargaan kepada media yang berbudaya; (7)
pencanangan Tahun Pusaka; (8) penulisan Sejarah Indonesia; (9) penyelenggaraan
Festival Nasional Kesenian; (10) pertukaran dan muhibah budaya ke Jepang; (11)
pembinaan perfilman nasional; dan (12) pemugaran dan pemeliharaan Benda Cagar
Budaya dan pembangunan lanjutan gedung Museum Nasional.

Di bidang pemberdayaan perempuan, hasil yang dicapai antara lain


sebagai berikut:
(1) pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) pada 32 program
pembangunan nasional yang responsif gender meliputi pembangunan hukum,
ekonomi (ketenagakerjaan, pertanian, dan koperasi dan usaha kecil menengah),
politik, pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, kesejahteraan sosial, dan
lingkungan hidup serta pengembangan kegiatan khusus untuk peningkatan
kualitas hidup perempuan;
(2) dalam pembangunan hukum, antara lain (i) penyempurnaan 4 peraturan
perundang-undangan yang bias gender dan atau diskriminatif terhadap
perempuan, yaitu UU tentang keimigrasian, kewarganegaraan, usaha kecil dan
menengah, dan kesehatan; (ii) kajian dalam rangka penyusunan RUU
Perlindungan Korban dan Saksi, ratifikasi konvensi internasional tentang
Larangan Perdagangan Perempuan dan Anak, dan kajian hukum adat yang bias
gender; (iii) kajian tafsir ajaran-ajaran agama yang bias gender;
(3) dalam pembangunan ekonomi, antara lain: (i) peningkatan partisipasi angkatan
kerja (TPAK) perempuan menjadi 45% pada tahun 2002; (ii) penyempurnaan
beberapa kebijakan dan peraturan perlindungan tenaga kerja yang belum
menguntungkan tenaga kerja perempuan; (iii) pembentukan 4 Pusat Pelayanan
Informasi (PPI) bagi tenaga kerja perempuan yang baru datang dari luar negeri
di bandar udara; (iv) pengembangan kebijakan dan mekanisme penanganan
masalah perdagangan (trafficking) perempuan dan anak; (v) advokasi dan
sosialisasi tentang kesetaraan dan keadilan gender (KKG) bagi Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) dan Serikat Pekerja (SP); (vi) penyempurnaan
sistem kredit usaha yang masih cenderung diskriminatif terhadap perempuan;
(vii) pembentukan Satuan Tugas Usaha Kecil Menengah (Satgas UKM)
Perempuan dan Sub-Group Women Enterpreneur pada Sidang APEC 2002;
(4) dalam pembangunan politik antara lain: (i) pembentukan Kaukus Perempuan
Parlemen di lembaga legislatif pusat (DPR RI) dan Kaukus Perempuan Politik
Indonesia di tingkat nasional dan beberapa kota besar; (ii) pendidikan politik
dan perluasan jaringan organisasi perempuan dan LSM di bidang politik;
(5) dalam pembangunan pendidikan antara lain: (i) pemberian beasiswa dengan
mengutamakan bagi murid perempuan dari keluarga miskin; (ii) penyempurnaan
materi bahan ajar yang bias gender;
(6) dalam pembangunan kesehatan, antara lain: (i) peningkatan kualitas dan
jangkauan pelayanan kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu
melahirkan (AKI) dan prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil; (ii)
penempatan hak-hak dan kesehatan reproduksi sebagai salah satu strategi

VIII – 3
pelaksanaan program KB; (iii) sosialisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan
Gerakan PP ASI di daerah-daerah yang mempunyai AKI tinggi;
(7) dalam penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender antara lain: (i)
penetapan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional; (ii) pengembangan Gender Analysis
Pathway (GAP) sebagai alat analisis gender bagi perencanaan pembangunan,
dan penyempurnaan statistik dan indikator gender propinsi dan kabupaten/kota;
(iii) advokasi dan sosialisasi KKG bagi anggota DPRD Propinsi dan
Kabupaten/Kota, aparat penegak hukum, perencana dan pengambil keputusan di
tingkat nasional; (iv) pembentukan forum kesetaraan dan keadilan gender di
tingkat nasional, lembaga pemberdayaan perempuan di 30 propinsi dan 50
kabupaten/kota, dan focal point gender di 14 Departemen/LPND, Markas Besar
(Mabes) Polri, dan di 30 propinsi, termasuk 104 Pusat Studi Wanita/Gender
(PSW/PSG); (v) penyusunan dan sosialisasi Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAN-PKTP), dan pembentukan
Jejaring RAN-PKTP, 200 Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di seluruh Polda, 3
one stop crisis center di rumah sakit, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan (P2TP2) di 6 propinsi dan Forum Komunikasi Media Massa Peduli
Pemberdayaan Perempuan; (vi) advokasi dan sosialisasi pencegahan trafficking
perempuan dan anak, NAPZA, HIV/AIDS, dan penanganan perempuan dan
anak di daerah pengungsian.

Di bidang olahraga, hasil yang dicapai antara lain: (1) terumuskannya kajian
peraturan perundang-undangan bidang olahraga; (2) tersusunnya pedoman yang
mendukung perkembangan olahraga nasional dan daerah; (3) terselenggaranya
bimbingan dan penyuluhan olahraga tentang kesegaran jasmani bagi masyarakat dan
peserta didik; (4) terselenggaranya lomba sehat dan bugar antar warga belajar di
sekolah dan masyarakat; (5) terbentuknya klub olahraga pelajar dan kelompok
berlatih olahraga di masyarakat; (6) terselenggaranya kegiatan olahraga dan
pendidikan jasmani termasuk olahraga ekstrakurikuler di sekolah; (7) dilestarikan
dan terselenggaranya invitasi olahraga tradisional; (8) terlaksananya pembinaan
olahraga di kalangan pelajar termasuk pelajar penyandang cacat, organisasi olahraga
dan masyarakat; (9) terlaksananya bimbingan dan kompetisi olahraga pelajar; (10)
meningkatnya jumlah pelajar yang mengikuti kejuaraan antar Pusat Pendidikan dan
Latihan olahraga Pelajar (PPLP); (11) tersedianya sarana dan prasarana olahraga
yang berkualitas; (12) terlaksananya pemberdayaan institusi iptek olahraga di
Perguruan Tinggi dan organisasi olahraga; (13) terselenggaranya kompetisi olahraga
secara teratur, berjenjang, dan berkesinambungan di sekolah dan masyarakat; dan
(14) meningkatnya jumlah dunia usaha dan industri yang mendukung pembinaan dan
pendanaan olahraga.

Di bidang pemuda, hasil yang dicapai antara lain: (1) tersusunnya data dan
informasi kepemudaan; (2) terumuskannya peraturan perundang-undangan dan
kebijakan mengenai peran organisasi kepemudaan dan kesempatan berkreasi bagi
pemuda; (3) tersusunnya mekanisme koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pembangunan pemuda; (4) terumuskannya keserasian kebijakan
kepemudaan di tingkat nasional dan daerah; (5) terselenggaranya pelatihan
keterampilan dan manajemen bagi pemuda; (6) terbentuknya kelompok usaha kecil
dan menengah di kalangan pemuda; (7) terselenggaranya pendidikan dan latihan
tentang iptek dan informatika serta pengelolaan lingkungan hidup dan pelestarian

VIII – 4
sumber daya alam bagi pemuda; (8) terselenggaranya pengerahan pemuda terdidik ke
perdesaan; (9) terbentuknya jaringan (networking) kerjasama pemuda antardaerah
dan antarnegara; (10) terlaksananya penyuluhan dan kampanye tentang dampak
negatif budaya asing; (11) terlaksananya upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
penghormatan terhadap supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) oleh
pemuda; (12) terselenggaranya aktivitas keagamaan di kalangan pemuda; dan (13)
meningkatnya peran aktif pemuda dalam penanggulangan masalah penyalahgunaan
narkoba, minuman keras, penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.

Permasalahan yang menjadi perhatian utama dalam pembangunan sosial dan


budaya pada tahun 2004 antara lain diuraikan sebagai berikut.

Di bidang kesehatan, kondisi atau derajat kesehatan dan status gizi


masyarakat sampai dengan saat ini masih memprihatinkan. Kondisi ini antara lain
terlihat dari beberapa indikator seperti angka kematian ibu melahirkan, angka
kematian bayi, angka kesakitan penyakit demam berdarah dengue (DBD), angka
kesakitan penyakit malaria, prevalensi penyakit tuberkulosis, prevalensi human
immunodeficiency virus (HIV), angka kematian pneumonia pada anak balita, angka
kematian diare pada balita, cakupan imunisasi, dan prevalensi gizi kurang pada
balita. Permasalahan dalam pembangunan kesehatan dan gizi yang dihadapi meliputi:
(1) terbatasnya kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat,
termasuk ketersediaan obat dan pengawasan obat, makanan, dan bahan berbahaya
lainnya; (2) belum optimalnya kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
secara lintas program, lintas sektor dan lintas wilayah/daerah, termasuk sistem
pembiayaan dan informasi kesehatan; (3) belum optimalnya kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat; dan (4) terbatasnya kapasitas institusi kesehatan di
daerah, kesenjangan pemerataan dan kualitas sumber daya manusia bidang
kesehatan.

Di bidang kependudukan dan keluarga berencana, permasalahan utama


yang dihadapi dalam pelaksanaan program pembangunan kependudukan,
pemberdayaan keluarga, kesehatan reproduksi remaja, keluarga berencana, serta
kelembagaan dan jaringan program KB adalah: (1) belum adanya undang-undang
yang mengatur tentang administrasi kependudukan; (2) belum tersedianya
kelembagaan di tingkat pusat yang berwenang menetapkan kebijakan, pedoman,
standarisasi pengelolaan database kependudukan nasional serta dokumen
kependudukan; (3) belum optimalnya sistem pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
dan pengelolaan informasi kependudukan yang berkaitan dengan penerbitan NIK dan
dokumen penduduk lainnya, sebagai salah satu amanat dari Ketetapan MPR No.
VI/MPR/2002; (4) rendahnya kesadaran masyarakat tentang administrasi
kependudukan; (5) kurangnya pengetahuan keluarga dalam melakukan pengasuhan
bagi tumbuh kembang balita; (6) rendahnya kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan rendahnya akses terhadap informasi dan sumberdaya ekonomi;
(7) kurangnya pengetahuan dan kesadaran PUS akan hak-hak reproduksi; (8)
rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB; (9) belum terlayaninya sebagian PUS
yang ingin ber-KB; (10) perilaku yang kurang menguntungkan dari sebagian remaja
dalam aspek kesehatan reproduksi; (11) terbatasnya kualitas dan cakupan pelayanan
di bidang pemberdayaan keluarga, kesehatan reproduksi remaja dan KB; (12)
terbatasnya dukungan sistem informasi Program KB Nasional; (13) kurangnya
komitmen dan kesiapan sebagian daerah dalam melaksanakan kewenangan di bidang
Program KB Nasional; (14) masih terbatasnya program pembangunan yang

VIII – 5
memperhatikan kepentingan anak; dan (15) belum adanya kebijakan menyeluruh dan
terpadu penanganan masalah anak, baik di tingkat nasional maupun di daerah.

Di bidang kesejahteraan sosial, secara umum permasalahan yang dihadapi


adalah: (1) permasalahan kesejahteraan sosial yang bersifat konvensional seperti
kemiskinan, keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunaan sosial,
serta korban bencana alam dan yang bersifat kontemporer seperti anak jalanan,
tindak kekerasan, dan konflik sosial yang berakibat pada bencana sosial.
Permasalahan-permasalahan tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat, baik
dari segi jumlah maupun kompleksitasnya; (2) belum ada sistem perlindungan dan
jaminan sosial yang terintegrasi untuk melindungi dan memberikan jaminan sosial
bagi seluruh penduduk Indonesia terutama penduduk miskin dan rentan; (3) belum
tuntasnya masalah penanganan pengungsi baik dalam hal pemulangan,
pemberdayaan, dan relokasi pengungsi; (4) terbatasnya jumlah dan kapasitas SDM
yang terlibat dalam penyelenggaraan layanan kesejahteraan sosial, sehingga cakupan
dan jangkauan layanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin maupun penduduk
rentan masih belum optimal; dan (5) terbatasnya data dan informasi tentang
kesejahteraan dan masalah-masalah sosial.

Di bidang kebudayaan, permasalahan utama yang dihadapi adalah


rentannya/lemahnya ketahanan budaya, yang tercermin antara lain dari: (1) lemahnya
kemampuan dalam menyikapi dinamika perubahan sebagai akibat dari tuntutan
jaman yang secara kental diwarnai oleh derasnya serbuan budaya global.
Kebudayaan nasional yang diharapkan mampu sebagai katalisator dalam mengadopsi
nilai-nilai universal yang luhur dan sekaligus sebagai filter terhadap masuknya
budaya global yang bersifat negatif ternyata belum mampu berfungsi sebagaimana
mestinya. Tanpa adanya sikap adaptif-kritis, maka adopsi budaya negatif – antara
lain: sikap konsumtif, individualis-hedonis, akan lebih cepat prosesnya dibandingkan
dengan adopsi budaya positif-produktif. Disamping itu, disadari pula masih kuatnya
budaya lokal tradisional yang seharusnya sudah ditinggalkan karena menghambat
kemajuan diantaranya: budaya paternalistik, budaya patriarkhi, dan budaya
ketergantungan; (2) terjadinya gejala krisis identitas sebagai akibat semakin
melemahnya norma-norma lama dan belum terkonsolidasinya norma baru, yang telah
mengakibatkan terjadinya sikap ambivalensi dan disorientasi tata nilai. Disorientasi
tata nilai, ditambah dengan tumbuh suburnya semangat kebebasan, telah
menyuburkan tumbuhnya pandangan yang serba boleh (permisive) yang telah
mengakibatkan menguatnya berbagai macam divergensi dalam berbagai tata
kehidupan masyarakat, yang apabila hal tersebut berkembang secara berlebihan,
selain akan menyulitkan upaya untuk memadukan gerak langkah pembangunan, juga
cenderung memicu konflik diberbagai tataran kehidupan. Krisis multidimensi yang
berkepanjangan telah memberikan kontribusi terhadap semakin melemahnya rasa
kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai suatu bangsa, dan menguatnya sikap
ketergantungan, bahkan lebih jauh telah menyuburkan sikap inferioritas. Menipisnya
semangat nasionalisme tersebut juga sebagai akibat dari lemahnya kemampuan
bangsa dalam mengelola keragaman (pluralitas) yang menjadi ciri khas obyektif
bangsa Indonesia. Hal tersebut tersebut tercermin dari menguatnya kohesifitas
kelompok, etnik, dan agama, yang terkadang berujung pada konflik sosial dan
bahkan disintegrasi bangsa. Sebagai akibatnya terjadi suatu proses degradasi
terhadap semangat kejuangan dan pengorbanan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Selain itu, permasalahan mendesak dalam pembangunan kebudayaan

VIII – 6
adalah adanya kecenderungan semakin menurunnya tingkat pengelolaan aset-aset
budaya, baik yang bersifat tangible ataupun intangible, terutama yang ada di daerah
pasca otonomi daerah, bahkan terdapat beberapa asset budaya yang sudah
dialihfungsikan. Hal ini jelas akan berbahaya bagi pelestarian aset budaya nasional
yang tidak saja sangat penting peranannya dalam menjaga ikatan kesejarahan, tetapi
juga sangat penting sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Di bidang pemberdayaan perempuan, permasalahan utama yang dihadapi


adalah: (1) status dan peranan perempuan dalam masyarakat masih bersifat
subordinatif dan belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki. Nilai sosial dan
budaya masyarakat yang patriarkhi menempatkan perempuan pada posisi yang
kurang menguntungkan. Kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang
kehidupan dan pembangunan masih rendah, terutama dalam proses pengambilan
keputusan dan kegiatan ekonomi produktif. Salah satu indikator yang dapat
mengukur tinggi rendahnya kualitas pembangunan manusia yang dipilah menurut
jenis kelamin – laki-laki dan perempuan adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG)
atau Gender-related Development Index (GDI). Berdasarkan Human Development
Report (HDR) 2002, peringkat IPG Indonesia masih sangat rendah, yaitu 91 dari 146
negara. Rendahnya peringkat IPG Indonesia disebabkan rendahnya indikator
pengukur IPG, yaitu umur harapan hidup pada saat lahir, melek huruf dewasa dan
tingkat partisipasi sekolah, serta pengeluaran per kapita; (2) kebijakan pembangunan
pemberdayaan perempuan yang disusun masih belum terintegrasi dengan baik
diantara bidang pembangunan yang ada. Hukum dan peraturan perundang-undangan
yang ada masih banyak yang bias gender dan atau diskriminatif terhadap perempuan.
Peran masyarakat dalam mendukung upaya pemberdayaan perempuan juga masih
rendah; dan (3) kapasitas kelembagaan pemberdayaan perempuan baik di tingkat
nasional maupun di tingkat daerah masih terbatas.

Di bidang pemuda dan olahraga, permasalahan yang menjadi perhatian


utama antara lain adalah: (1) rendahnya keterampilan hidup di kalangan pemuda; (2)
lemahnya semangat dan toleransi terhadap persaingan dan kemajemukan; (3)
lemahnya sikap dan perilaku kebersamaan di kalangan pemuda; (4) kurangnya sarana
dan prasarana bagi pemuda untuk mengembangkan bakat, minat dan inovasi dalam
berkreasi dan berprestasi; (5) lemahnya pemahaman masyarakat terhadap kreativitas,
aktivitas dan aspirasi pemuda dalam era kebebasan dan demokrasi; (6) meningkatnya
masalah HIV dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA)
di kalangan pemuda; (7) belum diterapkannya perilaku hidup sehat dan kebiasaan
olahraga secara teratur dalam kehidupan sehari-hari; (8) menurunnya prestasi dalam
bidang olahraga antara lain karena kurang intensifnya upaya-upaya pembibitan,
menurunnya pembinaan dan kurangnya penerapan dan pemanfaatan iptek secara
tepat dan benar dalam olahraga; (9) minimnya sarana dan prasarana umum untuk
berolahraga sehingga masyarakat enggan berolahraga; (10) terbatasnya penyebaran
pelatih yang berkualitas; dan (11) kurangnya kompetisi olahraga baik dalam skala
nasional maupun regional.

Dalam rangka mengatasi permasalahan pembangunan sosial dan budaya,


kebijakan pembangunan sosial dan budaya yang akan ditempuh pada tahun 2004
antara lain diuraikan sebagai berikut.

Di bidang kesehatan; arah kebijakan pembangunan kesehatan dan gizi yang


akan ditempuh adalah: (1) meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan

VIII – 7
yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan
prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia; (2)
meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan dan gizi
melalui pemberdayaan sumber daya manusia bidang kesehatan yang berkelanjutan
dan sarana prasarana bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau
oleh masyarakat, dan pengawasan obat, makanan, dan bahan berbahaya lainnya; dan
(3) mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin
dan kelompok rentan, pengungsi dan korban bencana; pemenuhan pelayanan yang
berdampak luas bagi masyarakat (public good); pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan di wilayah kawasan timur Indonesia (KTI) dan daerah yang baru
dimekarkan.

Sasaran yang akan dicapai antara lain meliputi: (1) meningkatnya keluarga
yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan; (2) meningkatnya
keluarga yang menggunakan air bersih di perkotaan dan perdesaan; (3) menurunnya
beberapa angka kesakitan dan kematian seperti demam berdarah, malaria, pneumonia
balita, diare pada balita; (4) meningkatnya cakupan anak yang mendapat Universal
Child Immunization (UCI); (5) menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita; (6)
menurunnya prevalensi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil; (7)
meningkatnya jumlah penduduk yang menjadi peserta sistem pemeliharaan
kesehatan dengan pembiayaan pra-upaya; (8) meningkatnya proporsi tenaga
kesehatan dibandingkan jumlah penduduk; (9) terkendalinya penyaluran obat dan
nakrotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA); (10) terhindarnya masyarakat dari
penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan NAPZA; (11) tersedianya peraturan
yang menjadi landasan kebijakan program kesehatan; dan (12) meningkatnya
proporsi Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesehatan.

Di bidang kependudukan dan keluarga berencana, kebijakan yang akan


ditempuh antara lain adalah: (1) menjadikan faktor kependudukan sebagai titik
sentral pembangunan yang berkelanjutan; (2) menyelenggarakan administrasi
kependudukan untuk mendorong terakomodasinya hak-hak penduduk melalui
komitmen berbagai pihak dan peran serta masyarakat; (3) meningkatkan kualitas
penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, (4)
meningkatkan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan
termasuk Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I; (5) pemberdayaan
keluarga melalui peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga; (6) promosi dan
peningkatan kesehatan reproduksi remaja; (7) penguatan kelembagaan dan jaringan
KB agar secara bertahap program KB dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan
pemerintah daerah secara mandiri; (8) peningkatan kesadaran bagi penyelenggara
negara dan masyarakat tentang perlindungan anak; (9) pemerataan dan perluasan
jangkauan pelayanan perlindungan anak terutama anak-anak yang berada dalam
keadaan darurat/sulit; (10) menyerasikan kebijakan kesejahteraan dan perlindungan
anak di berbagai program pembangunan di tingkat nasional dan daerah; (11)
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan
anak yang meliputi aspek substansi, prosedur, prasarana/sarana, aparat dan budaya
hukum; dan (12) penguatan kelembagaan dan jaringan informasi kesejahteraan dan
perlindungan anak dalam rangka mendukung kebijakan tentang kesejahteraan dan
perlindungan anak.

VIII – 8
Sasaran yang akan dicapai antara lain meliputi: (1) mempercepat terbitnya
UU administrasi kependudukan dan catatan sipil; (2) mengkoordinasikan penataan
kelembagaan administrasi kependudukan dengan membangun jejaring pengelolaan
dan pendayagunaan kerjasama antarinstansi yang terkait melalui kesepakatan
bersama, baik di tingkat pusat, maupun di daerah; (3) membangun dan
menyempurnakan bank data kependudukan nasional dengan menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi yang standar serta menerapkan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang bersifat unik bagi setiap individu penduduk, serta berlaku
seumur hidup dan nasional; (4) meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan promosi
pengetahuan wawasan kependudukan dan pentingnya peran administrasi
kependudukan kepada masyarakat; (5) meningkatnya jumlah keluarga yang sadar
dan mampu dalam pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, mengakses informasi
dan sumber daya ekonomi, serta meningkatkan kualitas lingkungannya bagi
peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga; (6) meningkatnya pengetahuan,
sikap, dan perilaku positif remaja, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan reproduksi remaja termasuk masalah bahaya penyakit menular seksual
(PMS), HIV/AIDS serta menurunnya jumlah penduduk yang melangsungkan
perkawinan dan hamil pada usia remaja; (7) menurunnya persentase pasangan usia
subur (PUS) yang ingin ber-KB namun tidak terlayani KB (unmet-need) menjadi
sekitar 6,5 persen; (8) meningkatnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB menjadi
sekitar 8 persen; (9) meningkatnya persentase pasangan usia subur (PUS) yang ber-
KB secara mandiri; (10) meningkatnya jumlah lembaga, cakupan dan mutu
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
mitra kerja lainnya secara mandiri; (11) tersedianya data dan informasi yang sensitif
gender, makin luas dan mantapnya jaringan pelayanan informasi program, serta
meningkatnya kualitas pengelolaan teknologi informasi Program KB Nasional; (12)
terwujudnya sinkronisasi dan integrasi kebijakan peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan anak ke dalam berbagai program pembangunan di tingkat nasional dan
daerah; (13) tersusunnya produk hukum yang mendukung peningkatan kesejahteraan
dan perlindungan anak; dan (14) meningkatnya perlindungan dan pemenuhan hak-
hak anak termasuk peningkatan partisipasi anak.

Di bidang kesejahteraan sosial, kebijakan pembangunan akan diarahkan


pada upaya-upaya peningkatan kualitas dan perluasan jangkauan pelayanan
kesejahteraan sosial terutama bagi penduduk miskin, anak terlantar, lanjut usia,
penyandang cacat, tuna sosial, serta korban bencana alam dan bencana sosial.
Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial mencakup antara lain: (1) Meningkatnya
jangkauan dan cakupan pelayanan kesejahteraan sosial bagi penduduk, terutama
penduduk miskin, anak terlantar, lanjut usia, penyandang cacat, tuna sosial, serta
korban bencana alam dan bencana sosial; (2) Meningkatnya kemampuan dan
kompetensi SDM yang terlibat dalam penyediaan pelayanan kesejahteraan sosial,
termasuk TKSM, organisasi sosial, dan Lembaga Swadaya Masyarakat serta
partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam membantu pemenuhan kebutuhan
sosial bagi penyandang masalah-masalah sosial serta korban bencana alam dan
bencana sosial; (3) Mewujudkan sistem penanganan masalah pengungsi yang lebih
efisien; dan (4) Meningkatnya ketersediaan data dan informasi kesejahteraan sosial
dan masalah-masalah yang lebih akurat, serta terumuskannya konsep standardisasi
dan legislasi pelayanan sosial, termasuk penetapan indikator strategis masalah-
masalah sosial dan pengembangan konsep sistem perlindungan dan jaminan sosial
yang lebih terintegrasi.

VIII – 9
Di bidang kebudayaan, kebijakan yang akan ditempuh adalah: (1)
Mengembangkan dan memasyarakatkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
memperkokoh jati diri bangsa; (2) Memantapkan dan mengembangkan berbagai
wujud ikatan kebangsaan; (3) Meningkatkan pengelolaan multikultur; (4) Menyusun
konsep, melakukan sosialisasi, advokasi dan fasilitasi untuk terciptanya hak cipta
kolektif budaya bangsa; (5) Meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan aset
budaya; dan (6) Mengembangkan kapasitas pelayanan perpustakaan.

Sasaran prioritas pembangunan kebudayaan adalah: (1) tersusunnya rumusan


strategi kebudayaan; (2) tersusun dan tersosialisasinya hasil identifikasi nilai-nilai
budaya yang dimiliki hampir semua pendukung kebudayaan bangsa; (3) tersusunnya
konsep pemahaman dan pembelajaran kebudayaan; (4) tersusunnya konsep
sosialisasi ke berbagai lapisan masyarakat, melalui berbagai jalur; (5) tersusunnya
konsep pengelolaan kebudayaan serta konsep pemrosesan pengakuan hak kekayaan
kolektif atas warisan budaya tersebut atas nama bangsa Indonesia (collective
property right); dan (6) tersusunnya rumusan sistem pengelolaan dan pembiayaan
bidang kebudayaan.

Di bidang pemberdayaan perempuan, kebijakan pembangunan diarahkan


untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, agar kualitas hidup perempuan
dapat ditingkatkan sehingga mampu menjadi mitra sejajar laki-laki. Kebijakan ini
dilakukan secara lintas bidang/program, lintas lembaga, dan lintas daerah. Langkah
kebijakan yang akan ditempuh adalah: (1) peningkatan kualitas hidup perempuan, (2)
sinkronisasi dan koordinasi kebijakan; (3) penguatan kelembagaan; dan (4)
peningkatan kemandirian dan peranserta masyarakat.

Sasaran yang akan dicapai adalah: (1) meningkatnya kualitas hidup


perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya;
(2) terwujudnya sinkronisasi dan integrasi kebijakan pemberdayaan perempuan ke
dalam kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah, pada semua
tahapan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi; (3) terbentuknya dan berfungsinya unit kelembagaan dan jaringan
pendukung pengarusutamaan gender di setiap tingkatan pemerintahan baik di tingkat
nasional maupun daerah; (4) terselesaikannya penyempurnaan dan penyusunan
produk hukum yang mendukung terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender; (5)
terselesaikannya masalah-masalah yang menyangkut hak-hak dan perlindungan
perempuan, antara lain perdagangan perempuan dan anak, trafficking, pornografi dan
pornoaksi, dan kekerasan terhadap perempuan; dan (6) meningkatnya partisipasi dan
kemandirian masyarakat, termasuk masyarakat media dalam pemberdayaan
perempuan di segala bidang pembangunan.

Di bidang pemuda dan olahraga, kebijakan pembangunan diarahkan untuk


(1) memberikan peluang yang lebih besar kepada pemuda guna memperkuat jati diri
dan potensinya dengan berpartisipasi aktif dalam pembangunan termasuk upaya
penanggulangan berbagai masalah pemuda termasuk masalah narkotik, psikotropika,
zat adiktif (NAPZA), dan HIV melalui langkah-langkah mengembangkan dan
menyerasikan kebijakan pembangunan pemuda di berbagai bidang pembangunan; (2)
meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat dan pelaksanaan kegiatan olahraga
termasuk olahraga masyarakat sehingga mendukung pelaksanaan paradigma sehat
dan melestarikan olahraga tradisional sebagai potensi budaya nasional; dan (3)
meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga sejak usia dini

VIII – 10
termasuk bagi penyandang cacat terutama di sekolah; pemassalan dan
pemasyarakatan olahraga; dan meningkatkan prestasi olahraga serta mewujudkan
keserasian kebijakan olahraga di berbagai bidang pembangunan.

Sasaran yang akan dicapai antara lain: (1) terumuskannya dan terlaksananya
kebijakan kepemudaan bagi peningkatan kualitas dan peran pemuda di berbagai
bidang pembangunan; (2) meningkatnya keterampilan hidup di kalangan pemuda;
(3) meningkatnya partisipasi pemuda dalam lembaga sosial kemasyarakatan dan
organisasi kepemudaan; (4) meningkatnya jumlah karya, kreasi, karsa, dan apresiasi
pemuda, serta jumlah wirausahawan muda; (5) menurunnya jumlah kasus dan
penyalahgunaan narkoba, serta angka kriminalitas oleh pemuda; (6) meningkatnya
pembinaan keagamaan bagi organisasi kepemudaan; (7) terumuskannya dan
terlaksananya kebijakan olahraga yang serasi bagi peningkatan kualitas dan kuantitas
insan pelaku, pembina, praktisi, dan pendukung olahraga; (8) meningkatnya jumlah
dan kualitas wadah pembinaan olahragawan pelajar; (9) meningkatnya penyediaan
prasarana dan sarana olahraga dengan kualitas yang memadai dan sesuai standar
untuk mendukung kegiatan kesegaran jasmani dan olahraga, baik di tempat kerja
maupun fasilitas umum termasuk untuk penyandang cacat; (10) meningkatnya
kualitas gizi sesuai standar bagi olahragawan berbakat; (11) meningkatnya kualitas
kompetensi pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga; (12) meningkatnya
penerapan dan pemanfaatan iptek olahraga sebagai pendorong peningkatan prestasi
pada semua cabang olahraga; (13) meningkatnya jumlah dan kualitas kompetisi
berjenjang berdasarkan prioritas cabang olahraga yang diunggulkan; (14)
meningkatnya prestasi dan peringkat olahragawan di tingkat nasional, regional, dan
internasional termasuk bagi penyandang cacat; dan (15) meningkatnya dukungan
dunia usaha, industri, dan partisipasi masyarakat terutama dalam pendanaan dan
pembinaan olahraga prestasi.

B. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN

Pembangunan bidang sosial dan budaya yang akan dilaksanakan pada tahun
2004 dikelompokkan dalam program pembangunan kesehatan dan kesejahteraan
sosial; kebudayaan; kedudukan dan peranan perempuan; serta pemuda dan olahraga,
dengan uraian sebagai berikut.

1. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

1.1 Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan


Masyarakat

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Meningkatkan promosi hygiene dan sanitasi di tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat, antara lain mencakup penyebarluasan informasi dan penyuluhan
kesehatan; (2) Meningkatkan mutu lingkungan perumahan dan permukiman
termasuk pengungsian, antara lain mencakup pengawasan kesehatan lingkungan;
pengawasan kualitas air; pengamanan dampak limbah (cair dan padat); pengamanan
dampak pencemaran udara dan kebisingan, serta dampak radiasi; penetapan standar

VIII – 11
kesehatan sarana dan bangunan umum; (3) Meningkatkan hygiene dan sanitasi
tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan, antara lain mencakup peningkatan
komunikasi, informasi dan edukasi; (4) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja; antara lain mencakup pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan; (5)
Meningkatkan wilayah/kawasan sehat termasuk kawasan bebas rokok; antara lain
mencakup pengembangan Kabupaten/Kota sehat; (6) Meningkatkan kepedulian
terhadap perilaku bersih dan sehat, antara lain melalui peningkatan kegiatan dan
gerakan masyarakat; peningkatan kegiatan posyandu; dan penyebarluasan informasi
dan penyuluhan kesehatan di media massa seperti radio, televisi, dan media cetak;
(7) Meningkatkan kepedulian terhadap proses perkembangan dini anak; (8)
Meningkatkan upaya anti tembakau dan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
(NAPZA), antara lain mencakup promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi masalah NAPZA; (9) Meningkatkan pencegahan kecelakaan dan
rudapaksa; (10) Meningkatkan upaya kesehatan jiwa masyarakat, antara lain
mencakup sosialisasi upaya kesehatan jiwa masyarakat secara lintas program dan
lintas sektor; penyuluhan, uji coba dan evaluasi penerapan dan penyebarluasan buku
pedoman kesehatan jiwa masyarakat; pelatihan; serta peningkatan peran serta swasta
dan masyarakat; dan (11) Memperkuat sistem jaringan dukungan masyarakat sesuai
dengan potensi dan budaya setempat, antara lain mencakup peningkatan pengetahuan
para provider dalam analisis gender dan penanganan masalah kekerasan terhadap
perempuan dengan melibatkan peran serta masyarakat.

1.2 Program Upaya Kesehatan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, antara lain mencakup
kegiatan: (a) pencegahan, penemuan dan pengobatan/tatalaksana kasus/penderita
penyakit menular, termasuk penderita HIV/AIDS; (b) pemberian imunisasi, meliputi
imunisasi BCG, DPT, DT, TT, Campak, Polio dan Hepatitis B; (c) pemberantasan
vektor penyakit, antara lain meliputi penyemprotan secara selektif terhadap rumah-
rumah di daerah endemis malaria dan larvaciding pada tempat perindukan nyamuk;
(2) Meningkatkan pemberantasan penyakit tidak menular, antara lain mencakup
pengembangan sistem, dan aplikasi survailans penyakit tidak menular; (3)
Meningkatkan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan yang terdiri atas
pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan, antara lain meliputi: (a)
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi penduduk miskin; (b) pelayanan
kegawatdaruratan dan bencana; (c) peningkatan kualitas tenaga pelayanan; (d)
pengembangan pelayanan rujukan dan pelayanan kesehatan; (e) peningkatan sarana
dan prasarana pelayanan; (f) peningkatan mutu dan pengembangan standar,
pedoman, dan akreditasi Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan dan Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan; (g) peningkatan pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan dengan prioritas wilayah rawan, terpencil, dan perbatasan; (h)
pengembangan sistem dan model pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan dan
partisipasi masyarakat; (i) peningkatan pelayanan kesehatan unggulan di rumah sakit;
(j) peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi:
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas antara lain mencakup penyediaan peralatan
medis puskesmas dan puskesmas pembantu, puskesmas keliling roda 4 dan
puskesmas keliling perairan yang dilengkapi peralatan medis; pelayanan kesehatan
keluarga, termasuk peran suami dan istri dalam pemeliharaan kesehatan keluarga; (k)

VIII – 12
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat; (l) pengembangan program kesehatan
masyarakat sesuai dengan prioritas daerah; (m) peningkatan dukungan manajemen
program kesehatan masyarakat; (n) peningkatan kualitas dan akses informasi
kesehatan antara lain yang terpilah berdasarkan jenis kelamin; (o) peningkatan
manajemen pelayanan kesehatan rujukan; (p) pengintegrasian pelayanan rumah sakit
dalam sistem kesehatan kabupaten/kota; dan (q) peningkatan pelayanan kesehatan
kerja; (4) Meningkatkan pelayanan kesehatan penunjang, antara lain mencakup
peningkatan mutu eksternal nasional yang meliputi: mikrobiologi, kimia, klinik,
hematologi urinalisa, pestisida dan toksikologi, darah siap pakai; dan peningkatan
pelayanan kalibrasi serta proteksi radiasi; (5) Membina dan mengembangkan
pengobatan tradisional, antara lain mencakup pengembangan Sentra Pusat
Pembinaan Pengobatan Tradisional; pelatihan, penyusunan, pengembangan dan
penerapan jaringan informasi dan dokumentasi pengobatan tradisional; (6)
Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi; (7) Meningkatkan pelayanan
kesehatan matra, antara lain meliputi penanganan kesehatan dalam situasi khusus,
bumi perkemahan, pengungsi, dan transmigrasi; (8) Mengembangkan surveilans
epidemiologi, antara lain meliputi pengembangan sistem dan aplikasi surveilans; dan
(9) Melaksanakan penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan, antara lain
meliputi pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah;
investigasi dan penanggulangan KLB/wabah/bencana; serta penanganan pasca
KLB/wabah/bencana.

1.3 Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Meningkatkan penyuluhan gizi masyarakat, antara lain melalui kampanye di media
massa; penyuluhan penggunaan ASI antara lain melalui pelaksanaan program Rumah
Sakit Sayang Bayi dan Jaringan Peduli ASI; peningkatan kualitas Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) lokal; pengembangan dan penyebarluasan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) melalui berbagai penyuluhan dan pengembangan
PUGS; pemantapan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), antara lain melalui
kegiatan Pojok Gizi di Puskesmas; serta pembentukan keluarga sadar gizi; (2)
Menanggulangi gizi kurang dan menekan kejadian gizi buruk pada balita, serta
menanggulangi kurang energi kronik (KEK) pada wanita usia subur termasuk ibu
hamil dan ibu nifas, antara lain melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan bagi bayi dan balita; (3) Menanggulangi gangguan akibat kurang yodium
(GAKY), antara lain melalui penyediaan dan pemberian kapsul yodium bagi Wanita
Usia Subur (WUS) dan anak SD di kecamatan endemik; (4) Menanggulangi anemia
gizi besi (AGB), terutama melalui penyediaan dan pemberian tablet besi pada ibu
hamil; (5) Menanggulangi kurang vitamin A (KVA), antara lain melalui penyediaan
dan pemberian Vitamin A bagi ibu nifas dan balita; (6) Meningkatkan
penanggulangan kurang gizi mikro lainnya (misalnya calcium, zink, dan sebagainya),
antara lain melalui kegiatan ujicoba pengembangan fortifikasi; (7) Meningkatkan
penanggulangan gizi lebih, antara lain melalui kegiatan pengukuran Indeks Masa
Tubuh (IMT); (8) Melaksanakan fortifikasi dan keamanan pangan, antara lain
melalui kegiatan labeling makanan dan paket fortifikasi; (9) Memantapkan
pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), antara lain melalui
Pemantauan Status Gizi (PSG) di kecamatan, Survei Konsumsi Gizi di
kabupaten/kota dan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi; (10) Mengembangkan dan
membina tenaga gizi, antara lain melalui berbagai pendidikan dan pelatihan; (11)

VIII – 13
Melaksanakan penelitian dan pengembangan gizi, antara lain melalui survei GAKY;
(12) Melaksanakan perbaikan gizi di institusi (misalnya sekolah, rumah sakit,
perusahaan dan lain-lain), antara lain melalui Gerakan Pekerja Wanita Sehat
Produktif dan pelayanan pada haji di seluruh embarkasi; dan (13) Melaksanakan
perbaikan gizi akibat dampak sosial, pengungsian dan bencana alam, antara lain
melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil.

1.4 Program Sumber Daya Kesehatan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Meningkatkan perencanaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan, antara lain
mencakup analisis kebutuhan tenaga kesehatan; pengembangan master plan
pendayagunaan tenaga kesehatan; pengembangan pedoman perencanaan tingkat
propinsi dan kabupaten/kota; pengembangan sistem karier tenaga kesehatan;
peningkatan mutu dan pemerataan tenaga kesehatan; rekruitmen dan pengangkatan,
pembinaan dan pengembangan tenaga kesehatan; pembinaan dokter spesialis
berbasis rumah sakit; pembinaan jabatan fungsional tenaga kesehatan; penempatan
dan penarikan tenaga kesehatan seperti dokter spesialis, dokter/dokter gigi pegawai
tidak tetap (PTT), dan bidan di desa; pengembangan sistem informasi sumber daya
manusia kesehatan (data base tenaga kesehatan, pengembangan pusat sumber
belajar, bursa tenaga kesehatan); peningkatan pemberdayaan profesi dan tenaga
kesehatan ke luar negeri; pengembangan sistem standarisasi, sertifikasi dan
kompetensi serta legislasi profesi, dan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan
berstandar internasional; peningkatan dukungan peraturan perundang-undangan
dalam sistem pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan; dan pengembangan
sistem informasi kepegawaian; (2) Meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, antara lain mencakup penyelenggaraan jenjang pendidikan menengah dan
tinggi dari berbagai jenis tenaga kesehatan; pengkajian kebutuhan pelatihan;
pengembangan kurikulum; akreditasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dan
institusi pelatihan; penyelenggaraan karya siswa/tugas belajar tenaga kesehatan/
guru/dosen/widyaiswara/instruktur pendidikan tenaga kesehatan, pendidikan dokter
spesialis 4 keahlian dasar (bedah, anak, kandungan, dan penyakit dalam) dan 3
keahlian penunjang (radiologi, anestesi, dan patologi klinik); pelatihan penjenjangan;
pelatihan teknis dan fungsional serta pembelajaran organisasi di lingkungan Pusat
dan Daerah; (3) Mengembangkan sistem pembiayaan praupaya, antara lain
mencakup peningkatan dukungan peraturan perundang-undangan mengenai sistem
jaminan sosial; pengembangan dan penerapan kendali mutu dan biaya pada berbagai
jenjang pelayanan kesehatan; dan pengembangan model pembiayaan kesehatan; dan
(4) Mengembangkan sarana, prasarana dan dukungan logistik pelayanan kesehatan;
antara lain mencakup pengembangan sarana dan prasarana institusi pelayanan
kesehatan

1.5 Program Obat, Makanan, dan Bahan Berbahaya

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Meningkatkan pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat,
narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya lainnya, antara lain
mencakup peningkatan upaya pencegahan melalui pemantapan sistem manajemen,
monitoring dan evaluasi mulai dari tingkat produksi sampai dengan distribusi;
pemantapan sistem deteksi dini untuk mencegah dan mengamankan terjadinya
kebocoran; pemantapan kerjasama investigasi dan operasi (joint investigation and

VIII – 14
operation) dengan penekanan pada peningkatan kemampuan intelijen dan analisis
data maupun kajian situasi; dan intensifikasi pengawasan label dan iklan rokok; (2)
Meningkatkan pengamanan dan pengawasan makanan dan bahan tambahan
makanan, antara lain mencakup peningkatan sistem surveilans keamanan pangan
nasional termasuk sistem kewaspadaaan dini keamanan pangan; pengembangan
sistem pengamanan dan penarikan pangan yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan; peningkatan penerapan sistem Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) pada industri pangan dan sistem food star pada industri rumah
tangga; pemantapan kerjasama lintas sektor khususnya dengan pemerintah daerah
dalam pemberdayaan industri pangan rumah tangga; (3) Meningkatkan pengawasan
obat, obat tradisional, kosmetika, dan alat kesehatan termasuk pengawasan terhadap
promosi/iklan, antara lain mencakup pengamanan peredaran produk yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan; intensifikasi pemberantasan obat palsu, produk
ilegal dan tidak terdaftar; upaya penegakan hukum yang transparan dan adil terhadap
pelanggaran; pemantapan sistem regulasi dan penilaian produk sebelum beredar
berdasarkan tingkat resiko dan manfaat; peningkatan jaminan mutu produk yang
beredar melalui intensifikasi pengujian laboratorium hasil sampling dan penelitian
serta pengembangan metoda pengujian laboratorium; intensifikasi pengawasan iklan
yang akan dan telah beredar; mendorong kemandirian institusi/unit pengawas obat
dan makanan, termasuk Balai POM menjadi unit layanan publik strategis; (4)
Meningkatkan penggunaan obat rasional, antara lain mencakup pengembangan
kebijakan penggunaan obat rasional; pengembangan dan penerapan pedoman
pengobatan rasional di berbagai tingkat pelayanan; pengembangan pelayanan farmasi
komunitas dan klinik; pemberdayaan Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit;
serta pendidikan dan pelatihan; (5) Menerapkan obat esensial, antara lain mencakup
pengadaan buffer stock obat generik esensial; peningkatan profesionalisme tenaga
farmasi melalui pelaksanaan jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker;
revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial dan penerapan penggunaan obat
esensial generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta; (6)
Mengembangkan obat asli Indonesia (OAI), antara lain mencakup penerapan
kebijakan nasional OAI dalam upaya integrasi dengan sistem kesehatan nasional;
pengembangan standar mutu OAI; penyelenggaraan program riset tepat guna melalui
kerjasama lintas sektor, swasta dan perguruan tinggi; (7) Membina dan
mengembangkan industri farmasi, antara lain mencakup pelaksanaan rencana
strategis pengembangan industri farmasi dan industri obat tradisional secara nasional
dengan memperhatikan kecenderungan pengembangan tingkat global; penelitian 9
unggulan tanaman obat, peningkatan fasilitasi ekspor industri farmasi; (8)
Meningkatkan mutu pengujian laboratorium pengawasan obat dan makanan, antara
lain mencakup intensifikasi pelaksanaan sistem Total Quality Management (TQM)
laboratorium, terutama pelaksanaan program akreditasi bagi institusi/unit pengawas
obat dan makanan oleh badan akreditasi di tingkat nasional maupun internasional;
peningkatan kemampuan laboratorium di bidang pengujian mikrobiologi;
peningkatan kinerja dan profesionalisme SDM melalui jabatan fungsional pengawas
obat dan makanan; (9) Mengembangkan standar mutu obat dan makanan, antara lain
mencakup peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di bidang standarisasi;
penyempurnaan dan harmonisasi standar produk; pengembangan kajian kebijakan
obat dengan initial pricing scheme, price leader strategy, price comparison, price
monitoring, yang dikelola khusus oleh suatu unit fungsional tetap; dan (10)
Mengembangkan sistem dan layanan informasi pengawasan obat dan makanan,
antara lain mencakup peningkatan efektifitas unit layanan pengaduan konsumen di

VIII – 15
institusi/unit pengawas obat dan makanan; penerapan sistem informasi manajemen
pengawasan obat dan makanan; penerapan electronic performance support system
(EPSS) dan electronic government (E-Gov); serta pemberdayaan masyarakat dalam
rangka sistem pengawasan obat dan makanan.

1.6 Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Mengembangkan kebijakan program kesehatan, antara lain mencakup peningkatan
keterpaduan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pelayanan kesehatan
melalui peningkatan kualitas tenaga perencana; penetapan standar pelayanan
kesehatan; dan penetapan standar pengawasan program kesehatan; (2)
Mengembangkan manajemen pembangunan kesehatan, antara lain pemantapan
kesiapan pelaksanaan desentralisasi dalam perencanaan, penganggaran, pemantauan
dan evaluasi serta tata laksana kerja; (3) Mengembangkan hukum kesehatan,
(termasuk penyempurnaan UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan
penyusunan RUU tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat serta RUU
tentang Praktek Kedokteran), antara lain melalui telaahan/kajian produk hukum di
bidang kesehatan; penyusunan naskah akademik peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan; penanganan kasus hukum dan peningkatan kualitas tenaga teknis
pengembangan hukum; (4) Mengembangkan sistem informasi kesehatan, antara lain
pengintegrasian sistem informasi kesehatan (SIK) yang ada; pengumpulan
data/informasi yang terkoordinasi, fasilitasi pengembangan SIK Daerah;
pengembangan pelayanan data dan informasi yang terpilah menurut jenis kelamin;
pengembangan teknologi dan sumber daya informasi; serta pengembangan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN); dan (5) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan, antara lain mencakup kegiatan penelitian di antaranya penelitian
pelayanan kesehatan dalam konsep desentralisasi, penelitian di bidang
pengembangan gizi dan makanan bagi golongan rentan, penelitian malaria, TB,
ISPA, obat tradisional, penyakit jantung koroner, pencemaran udara, kualitas
lingkungan, dan penelitian tentang gender dan kesehatan; meningkatkan publikasi
hasil penelitian; pengembangan institusi penelitian; kerjasama kegiatan penelitian
dengan pemerintah daerah, peningkatan jaringan penelitian dan pengembangan
kesehatan, peningkatan alih teknologi ke kabupaten/kota; serta pengembangan
kualitas tenaga dan sarana penelitian.

1.7 Program Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Meningkatkan pemberdayaan sosial bagi keluarga miskin, perempuan rawan sosial
ekonomi, dan komunitas adat terpencil (KAT); (2) Meningkatkan ketahanan keluarga
dalam rangka mengatasi masalah sosial; (3) Melakukan pembinaan anak terlantar,
anak jalanan, anak nakal, anak cacat, dan penyantunan lanjut usia terlantar serta
peningkatan sarana/prasarana panti sosial; (4) Melakukan komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) tentang hak-hak anak dan perlindungan sosial bagi anak dan
perempuan yang diperlakukan salah; (5) Memberikan bantuan tanggap darurat bagi
korban bencana alam dan bencana sosial, korban tindak kekerasan, pekerja migran
terlantar, pemulangan pengungsi melalui proses rekonsiliasi dan pembangunan
jaringan kerja di daerah asal dan tujuan; (6) Melakukan upaya kesiapsiagaan
penanggulangan bencana termasuk peningkatan sarana/prasarana penanggulangan
bencana dan pemberian bantuan bahan bangunan rumah bagi korban bencana; (7)

VIII – 16
Melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, tuna sosial,
dan korban penyalahgunaan NAPZA serta peningkatan sarana/prasarana pusat
rehabilitasi, panti sosial, dan Balai Penerbitan Braille; (8) Melaksanakan penyuluhan
sosial, pemberdayaan, penguatan kelembagaan yang berkaitan dengan Usaha
Kesejahteraan sosial (UKS) dan mobilitas penduduk lintas negara; (9) Meningkatkan
upaya penguatan kelembagaan sosial tingkat lokal; (10) Meningkatkan pelayanan,
advokasi dan fasilitasi guna revitalisasi Tempat Penitipan Anak (TPA) bagi anak
balita terlantar; (11) Meningkatkan upaya-upaya pendayagunaan sumber dana sosial
masyarakat; (12) Melakukan pengkajian dan pengembangan program jaminan,
perlindungan dan asuransi kesejahteraan sosial serta mempersiapkan RUU jaminan
sosial; (13) Menyelenggarakan pelestarian nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan,
kejuangan dan kesetiakawanan sosial dengan lembaga terkait, serta meningkatkan
fungsi Taman Makam Pahlawan (TMP)/Makam Pahlawan Nasional (MPN); (14)
Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penyuluhan sosial; (15)
Memberikan tambahan biaya permakanan dan usaha ekonomis produktif (UEP) bagi
panti sosial; dan (16) Melakukan KIE tentang pencegahan dan penanggulangan
terhadap penyalahgunaan NAPZA.

1.8 Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Profesionalisme


Pelayanan Sosial

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melaksanakan pengkajian dan penelitian guna perencanaan dan pengembangan
kebijakan, program, dan intervensi jangka pendek, menengah, dan panjang di bidang
kesejahteraan sosial; (2) Meningkatkan kualitas kemampuan perencana, dan
kemantapan sistem perencanaan program Pusat dan Daerah dalam pembangunan
bidang kesejahteraan sosial; (3) Melaksanakan sosialisasi mengenai standardisasi
pelayanan sosial bagi masyarakat, pemerintah daerah dan lembaga legislatif di
tingkat propinsi dan kabupaten/kota; (4) Menyediakan beasiswa bagi mahasiswa
tugas belajar di dalam negeri melalui program S-2 dan S-3 untuk bidang ilmu sosial,
dan ilmu pengembangan masyarakat; (5) Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan (diklat) tenaga pelayanan sosial dan TKSM, pengembangan kurikulum,
analisis kebutuhan, standardisasi, dan peningkatan sarana/prasarana diklat; (6)
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi serta pengawasan terhadap pembiayaan
pembangunan kesejahteraan sosial di tingkat pusat dan daerah; (7) Menyusun profil
SDM dalam menunjang perencanaan dan pengembangan kapasitas SDM; dan (8)
Mengembangkan sistem legislasi kesejahteraan sosial.

1.9 Program Pengembangan Keserasian Kebijakan Publik dan


Penanganan Masalah-masalah Sosial

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melaksanakan pengkajian dan perumusan kebijakan publik tentang pembangunan
kesejahteraan sosial, ketahanan sosial masyarakat, pengembangan sistem
kesiapsiagaan menghadapi bencana dan konflik sosial, penanggulangan dampak
konflik sosial, serta kesadaran berbangsa dan bernegara; (2) Melaksanakan studi
kebijakan penanganan masalah-masalah sosial; dan (3) Menyelenggarakan sosialisasi
dan advokasi mengenai kebijakan-kebijakan yang telah dihasilkan dalam rangka
penanganan masalah-masalah sosial; (4) Melaksanakan penyerasian dan advokasi
kebijakan kesejahteraan rakyat termasuk Sistem Deteksi Dini Kerawanan Sosial
(SDDKS), kerukunan hidup umat antaragama, dan penanggulangan kemiskinan; dan

VIII – 17
(5) Menyelenggarakan kajian, analisis, pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan rakyat.

1.10 Program Pengembangan Sistem Informasi Masalah-masalah


Sosial

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dasar, dan
menyebarluaskan informasi tentang kebijakan program, potensi dan sumber, serta
permasalahan kesejahteraan sosial; (2) Meningkatkan kemampuan perencana
program dalam hal pengumpulan, pengolahan, penyajian data dasar mengenai
potensi dan sumber serta analisis masalah-masalah kesejahteraan sosial; dan (3)
Melakukan pengembangan jaringan sistem informasi dan komunikasi melalui media
cetak dan elektronik.

1.11 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan


Kependudukan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melakukan pengkajian dan perumusan konsep kebijakan strategis pembangunan
administrasi kependudukan tahun 2005-2009; (2) Menyusun kebijakan dan strategi
promosi pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas
penduduk dalam kerangka otonomi daerah; (3) Melakukan pengkajian dan
perumusan kebijakan tentang peningkatan pelayanan administrasi kependudukan dan
catatan sipil, serta kuantitas, kualitas, dan mobilitas penduduk; (4) Melakukan
penyempurnaan sistem pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan pengelolaan
informasi kependudukan melalui program rintisan penerbitan NIK termasuk
penerbitan dokumen penduduk; (5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM di
bidang manajemen dan pelayanan administrasi kependudukan; (6) Mempercepat
terbitnya UU Administrasi Kependudukan, UU Catatan Sipil, dan penyusunan RUU
Perlindungan Data Pribadi Penduduk, serta penyusunan tindak lanjut yang terkait
dengan peraturan kependudukan; (7) Melaksanakan supervisi, monitoring, dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang administrasi kependudukan; (8) Menyusun
pedoman perlindungan hak-hak anak, serta fasilitasi hak-hak anak melalui
kepemilikan dokumen administrasi kependudukan; (9) Melaksanakan sosialisasi dan
advokasi untuk mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang
administrasi informasi kependudukan; (10) Melaksanakan fasilitasi penataan
kelembagaan administrasi kependudukan di daerah; (11) Merumuskan dan
menyelaraskan kebijakan perlindungan dan kesejahteraan anak, baik di tingkat
nasional maupun daerah; (12) Melakukan fasilitasi, advokasi, dan sosialisasi hak-hak
anak, Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015, dan partisipasi anak
dalam perumusan kebijakan pembangunan di tingkat pusat dan daerah; (13)
Melakukan pengembangan kelembagaan yang mendukung kesejahteraan dan
perlindungan anak; (14) Mengembangkan sistem jaringan informasi di bidang
kesejahteraan sosial termasuk kesejahteraan dan perlindungan anak; (15) Melakukan
penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang kesejahteraan dan
perlindungan anak; dan (16) Menyelaraskan dan merumuskan kebijakan dan strategi
pembangunan kesejahteraan rakyat.

VIII – 18
1.12 Program Pemberdayaan Keluarga

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Menyelenggarakan advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan konseling
bagi keluarga (suami dan isteri) tentang pola asuh dan tumbuh-kembang anak,
kebutuhan dasar keluarga, akses terhadap sumber daya ekonomi, peningkatan
kualitas lingkungan keluarga; dan peningkatan peran perempuan/isteri dalam proses
kehidupan keluarga; (2) Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
kewirausahaan melalui pelatihan teknis dan manajemen usaha terutama bagi keluarga
yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya; (3) Mengembangkan cakupan
dan kualitas kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
dan menyelenggarakan pendampingan/magang bagi para kader/anggota kelompok
UPPKS; dan (4) Mengembangkan cakupan dan kualitas kelompok bina keluarga bagi
keluarga dengan balita, remaja, dan lanjut usia.

1.13 Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melaksanakan promosi kesehatan reproduksi remaja, termasuk advokasi,
komunikasi, informasi, edukasi dan konseling bagi masyarakat, keluarga dan remaja;
(2) Penguatan dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan
program Kesehatan Reproduksi Remaja yang mandiri; (3) Peningkatan kualitas dan
cakupan pelayanan konseling dan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
melalui pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja; dan (4)
Menyelenggarakan sistem bimbingan dan monitoring program Kesehatan
Reproduksi Remaja.

1.14 Program Keluarga Berencana

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Menyelenggarakan promosi dan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi
termasuk advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan konseling bidang KB,
kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah-masalah
kesehatan reproduksi; (2) Menyediakan alat/obat kontrasepsi dan memberikan
pelayanan KB yang berkualitas, termasuk kontrasepsi mantap laki-laki dan
perempuan bagi keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I serta kelompok
rentan lainnya; (3) Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan KB dan
Kesehatan Reproduksi melalui pelayanan klinik KB pemerintah, Tim KB Keliling
(TKBK) serta pelayanan KB swasta; (4) Meningkatkan partisipasi laki-laki dalam
KB dan kesehatan reproduksi; (5) Meningkatkan jaminan dan perlindungan
pengguna kontrasepsi dengan prioritas pada penanggulangan efek samping dan
komplikasi; dan (6) Pelayanan pencabutan implan bagi keluarga Pra-Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I, serta kelompok rentan lainnya.

1.15 Program Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1) Pembinaan
kapasitas pengelola program KB di daerah; (2) Meningkatkan kemandirian
kelembagaan KB yang berbasis masyarakat melalui pemberdayaan Pembantu
Pembina KB Desa (PPKBD), Sub-PPKBD, kelompok KB dan institusi masyarakat
pedesaan/perkotaan (IMP) lainnya; (3) Meningkatkan promosi kemandirian

VIII – 19
masyarakat dalam ber-KB; (4) Melakukan pelatihan teknis dan bimbingan
manajemen bagi pengelola pelayanan Program KB Nasional; (5) Pembinaan
pendidikan dan pelatihan termasuk pembinaan pusat pelatihan KB internasional serta
pelatihan pengarusutamaan gender dalam Program KB nasional; (6) Peningkatan
dukungan manajemen program, termasuk pengembangan kebijakan Program KB
Nasional selaras dengan Pengembangan Kebijakan Pembangunan Kependudukan;
(7) Menyelenggarakan sistem informasi manajemen, mencakup penyediaan dan
pertukaran data informasi kependudukan, Keluarga Sejahtera, KB dan Kesehatan
Reproduksi, termasuk pengelolaan data mikro keluarga dan pengembangan teknologi
informasinya; dan (8) Melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan, serta
monitoring dan evaluasi operasional Program Pemberdayaan Keluarga, Kesehatan
Reproduksi Remaja, Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Remaja serta Program Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB.

2. Kebudayaan

2.1 Program Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1) Menyusun
strategi kebudayaan yang komprehensif dan aplikatif; (2) Mengidentifikasi dan
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk memperkokoh jati diri
bangsa dan mengidentifikasi serta melakukan transformasi nilai-nilai tradisional
yang menghambat upaya-upaya untuk memperkokoh jati diri dan meningkatkan
kemampuan bangsa; (3) Memperkuat ikatan kebangsaan melalui pengelolaan
keberagaman budaya; (4) Menyusun konsep perlindungan terhadap hak cipta kolektif
budaya bangsa dan konsep pengelolaan industri budaya; (5) Memberdayakan dan
meningkatkan peran masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan melalui
pemberian bantuan di bidang kebudayaan dan penyelenggaraan paket film
kompetitif; (6) Meningkatkan kualitas tenaga pengelola kebudayaan; (7)
Meningkatkan pengelolaan pelestarian aset budaya baik yang berupa non benda
(intangible) maupun benda (tangible); (8) Meningkatkan apresiasi dan pelembagaan
budaya melalui pengembangan sikap ilmiah yang mendorong pelestarian dan
pengembangan kebudayaan, dialog budaya melalui media massa termasuk media
tradisional, penghargaan terhadap media dan pelaku kebudayaan, melakukan strategi
pemasaran sosial melalui pengelolaan media untuk kebudayaan, meningkatkan
sistem pembiayaan di bidang kebudayaan; (9) Meningkatkan promosi kebudayaan;
(10) Mengembangkan kesenian dan dunia perfilman yang mendukung
pengembangan karakter bangsa; (11) Meningkatkan pemanfaatan media untuk
pengembangan kebudayaan; (12) Meningkatkan kesadaran sejarah dan pemahaman
makna berbangsa dan bernegara; (13) Pelestarian dan penyelamatan dokumen/arsip
sebagai memori kolektif bangsa; (14) Memperluas jangkauan pelayanan
perpustakaan melalui penyediaan sarana layanan dan pemanfaatan teknologi
informasi; (15) Melestarikan dan memanfaatkan bahan pustaka sebagai sumber
informasi nasional melalui peningkatan jumlah dan jenis bahan pustaka, termasuk
bahan pustaka elektronik/digital, perawatan dan pelestarian bahan pustaka,
pengelolaan dan pendayagunaan koleksi karya cetak dan karya rekam,
mengembangkan dan mendayagunakan naskah kuno (pustaka tertulis); (16)
Mengembangkan statistik penerbitan buku; (17) Meningkatkan minat baca
masyarakat melalui kampanye, lomba, pameran dan pemasyarakatan peran dan

VIII – 20
fungsi perpustakaan; (18) Membina dan mengembangkan kepustakaan melalui
pengembangan jaringan dan kerjasama perpustakaan, dan memberikan bantuan
sarana layanan; dan (19) Mempercepat penyusunan RUU perubahan UU No.5 Tahun
1992 Tentang Benda Cagar Budaya.
Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut di atas dilakukan pula
pengembangan informasi untuk mempermudah penyediaan informasi dalam
penentuan kebijakan baik di bidang kebudayaan dan perpustakaan. Selain itu dalam
rangka peningkatan kualitas pengelolaan aset kebudayaan termasuk perpustakaan
dilakukan pula pengembangan SDM bidang kebudayaan dan perpustakaan.

3. Kedudukan dan Peranan Perempuan

3.1 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan


Pemberdayaan Perempuan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melakukan koordinasi, fasilitasi, dan advokasi pengintegrasian strategi
pengarusutamaan gender (PUG) ke dalam berbagai kebijakan dan program
pembangunan nasional, serta kaitannya dengan otonomi daerah termasuk
kelembagaan daerah; (2) Melakukan kajian dan fasilitasi penyempurnaan Undang-
undang Perpajakan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kependudukan, dan
Peraturan Daerah yang bias gender; (3) Melakukan kajian dalam rangka ratifikasi
konvensi internasional yang berkaitan dengan perempuan dan anak; (4) Melakukan
fasilitasi penyusunan naskah akademis RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, RUU
Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan RPP Pemberantasan Perdagangan
Orang; (5) Melakukan analisis gender dalam pemberitaan media massa; (6)
Melakukan koordinasi, advokasi, dan fasilitasi peningkatan produktivitas ekonomi
perempuan (PPEP), termasuk pengembangan model PPEP; dan (7) Melakukan kajian
dan pengembangan kebijakan pemberdayaan perempuan dalam penanggulangan
HIV/AIDS, dan pasca DOM di propinsi NAD.

3.2 Program Peningkatan Peran Masyarakat dan Pemampuan


Kelembagaan Pengarusutamaan Gender
Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Menyelenggarakan advokasi, sosialisasi, dan fasilitasi Gerakan Sayang Ibu dan
Gerakan PP ASI; (2) Melanjutkan PUG dalam kebijakan dan program pembangunan
nasional, propinsi, dan kabupaten/kota; (3) Memperkuat jaringan kerja dan
kemampuan kelembagaan pemberdayaan perempuan tingkat propinsi dan
kabupaten/kota dengan perguruan tinggi, termasuk Pusat Studi Wanita (PSW); (4)
Meningkatkan peran dan kapasitas stakeholders dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi PUG di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota; (5)
Melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan dan program PUG untuk media massa;
(6) Menyusun profil gender tingkat nasional dan kabupaten/kota; (7) Menyusun peta
wilayah kemajuan pembangunan gender berdasarkan HDI, GDI, dan GEM; (8)
Meningkatkan kualitas sistem informasi gender dan anak; (9) Melakukan evaluasi
pelaksanaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) dan RAN
PKTP; (10) Melakukan fasilitasi pembentukan Pusat Pelayanan/Krisis Terpadu
Berbasis Rumah Sakit dan Masyarakat; (11) Meningkatkan peran dan kemampuan

VIII – 21
LSM, organisasi keagamaan, dan organisasi kemasyarakatan, termasuk PKK dalam
PUG; (12) Meningkatkan pelayanan informasi bagi tenaga kerja perempuan di
beberapa bandar udara dan kawasan industri; (13) Melakukan PUG dalam program
pendidikan dan pelatihan instansi pemerintah, termasuk program pendidikan
berjenjang; dan (14) Melakukan KIE dan peningkatan kemampuan perempuan dalam
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

4. Pemuda dan Olahraga

4.1 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melaksanakan dan merumuskan pengkajian dan kebijakan pembangunan olahraga;
(2) Melaksanakan dan menyempurnakan pengkajian dan peraturan perundang-
undangan olahraga; (3) Melakukan kajian regionalisasi SLTP/SMU olahraga; (4)
Melakukan pengembangan sistem informasi keolahragaan; (5) Pemetaan dan analisis
pelaksanaan kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal di bidang olahraga;
(6) Penyusunan indikator pembangunan olahraga (sport development index); (7)
Mengembangkan model-model pembinaan olahraga bagi masyarakat; dan (8)
Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan olahraga.

4.2 Program Pemasyarakatan Olahraga dan Kesegaran Jasmani

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Menyelenggarakan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dan konseling bagi
masyarakat berolahraga; (2) Mengembangkan pendidikan jasmani di sekolah dan
perguruan tinggi; (3) Mengembangkan minat olahraga di tempat kerja; (4)
Melaksanakan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang pembangunan
olahraga; (5) Mengembangkan olahraga rekreasi, olahraga lanjut usia, olahraga
penyandang cacat, dan olahraga tradisional; (6) Meningkatkan peran masyarakat,
dunia usaha, dan pemerintah daerah dalam mengembangkan prasarana dan sarana
olahraga; dan (7) Menyediakan ruang-ruang publik bagi masyarakat untuk
melaksanakan aktivitas olahraga.

4.3 Program Pemanduan Bakat dan Pembibitan Olahraga

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melakukan identifikasi dan mengembangkan olahraga unggulan daerah; (2)
Melakukan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga; (3) Melakukan
pembinaan dan pembibitan olahragawan berbakat berdasarkan cabang olahraga
prioritas daerah melalui wadah-wadah pembinaan; (4) Melakukan pelatihan guru
pendidikan jasmani dan penilik olahraga; (5) Menyelenggarakan kompetisi olahraga
bagi pelajar; (6) Menyediakan prasarana dan sarana olahraga di sekolah; (7)
Melaksanakan KIE dan advokasi bagi olahragawan berbakat; (8) Memberikan
penghargaan bagi insan olahraga yang berdedikasi dan berprestasi; dan (9)
Melakukan pembinaan manajemen organisasi olahraga.

VIII – 22
4.4 Program Peningkatan Prestasi Olahraga

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melakukan pembinaan cabang olahraga prestasi prioritas di tingkat daerah dan
nasional; (2) Mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan keahlian serta
melakukan penempaan mental atlet; (3) Meningkatkan jaminan kesejahteraan bagi
masa depan atlet, pelatih, dan teknisi olahraga; (4) Menyelenggarakan dan mengikuti
kompetisi olahraga secara teratur dan berjenjang pada tingkat daerah, nasional, dan
internasional yang berkesinambungan baik bagi pelajar, mahasiswa maupun
masyarakat untuk tiap cabang olahraga maupun multi-event; (5) Memberdayakan
Diklat Olahragawan SLTP/SMU Negeri Ragunan dalam rangka peningkatan prestasi
olahraga pelajar; (6) Membentuk dan membina Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Mahasiswa (PPLM); (7) Mendidik dan melatih atlet pelajar, mahasiswa
termasuk atlet penyandang cacat sampai pada tingkat nasional dan internasional; (8)
Memberdayakan dan meningkatkan kualitas manajemen organisasi olahraga prestasi
prioritas di tingkat daerah dan nasional; (9) Menyelenggarakan pelatihan olahraga
bagi pembina, pelatih dan wasit dalam rangka peningkatan jumlah dan kualitasnya;
dan (10) Meningkatkan kepedulian masyarakat dan dunia usaha mengenai
pentingnya dukungan pendanaan olahraga terutama olahraga prestasi.

4.5 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Kepemudaan

Kegiatan pokok program ini pada tahun anggaran 2004 adalah: (1)
Melakukan kajian kebijakan yang mendukung upaya pemberdayaan pemuda dalam
pembangunan; (2) Melaksanakan pengkajian untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan di bidang kepemudaan; dan (3) Mengintegrasikan kebijakan
pembangunan kepemudaan secara terpadu baik di tingkat nasional maupun daerah.

4.6 Program Peningkatan Partisipasi Pemuda

Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2004


dikelompokkan ke dalam tiga bidang, yaitu: ekonomi, agama, dan sosial budaya. Di
bidang ekonomi, kegiatan pokok program ini pada tahun 2004 adalah: (1)
Mengembangkan usaha kecil, menengah, dan koperasi bagi pemuda; (2)
Meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga kerja pemuda; (3) Mengembangkan
kewirausahaan pemuda; (4) Meningkatkan partisipasi lembaga kepemudaan dalam
pembangunan ekonomi; dan (5) Mengembangkan sentra pemberdayaan pemuda. Di
bidang agama dan sosial budaya, kegiatan pokok program ini pada tahun 2004
adalah: (1) Memperluas kesempatan pemuda terdidik untuk berpartisipasi dalam
pembangunan di pedesaan; (2) Meningkatkan mutu tenaga pembina pemuda; (3)
Meningkatkan rasa kesetiakawanan, kepedulian sosial, dan kerukunan antarumat
beragama di kalangan pemuda; (4) Mengembangkan jaringan kerjasama pemuda
antardaerah, antarpropinsi dan antarbangsa melalui pertukaran pemuda dan Kemah
Kesatuan Pemuda; (5) Melaksanakan penyuluhan dan kampanye tentang etika,
moral, dan budi pekerti; (6) Meningkatkan peran aktif pemuda dalam
penanggulangan masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
(NAPZA), minuman keras (miras), penyebaran penyakit HIV/AIDS serta penyakit
menular seksual, dan kriminalitas di kalangan pemuda; dan (7) Mengembangkan
wacana-wacana baru tentang pemahaman masyarakat terhadap kreativitas, aktivitas,
dan aspirasi pemuda dalam era demokrasi dan globalisasi.

VIII – 23

Anda mungkin juga menyukai