Anda di halaman 1dari 55

BAB 2

PERKEMBANGAN DAN TAN TANGAN


PEMBANGUNAN KESEHATAN SERTA PENGUATAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG
KESEHATAN

A. PEMBANGUNAN KESEIIATAN
1. Perkembangan
Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan
Dunia (\VIIO) serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
RPJPN Tahun 2005—2025 juga dinyatakan bahwa dalam rangka
mewujudkan sumber daya manusia (SI)M) yang berkualitas dan berdaya
saing, kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya
beli keluarga/masyarakat merupakan tiga pilar utama untuk meningkatkan
kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
SDM vang berkualitas mempakan subjek sekal igus objek
pembangunan Kualitas SDM menjadi semakin baik yang antara lain ditandai
dengan meningkatnya nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
dari 0,684 pada tahun 2000 pada peringkat ke- I I O dan 1 77 negara menjadi
0,734 pada tahun 2007 pada peringkat ke-l I I dari 1 82 negam dan pada
tahun 2013 menjadi 0,684 pada peringkat 108 dari 187 negara yang dinilai
(UNDP, 2007, 201 2, 2014).
Prospek ke depan pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan
kualitas SI)M, yang ditandai dengan meningkatnya [PM dan Indeks
Pembangunan Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang
di Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan Investasi dalam
memngkatkan kualilas sumber daya manusia. Indikator kesehatan yang
menjadi bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah dapat
ditingkatkan.
Menjelang tahun 2000 reformasi pembangunan kesehatan telah mulai
memberi fokus pada pentingnya pemberdayaan masyarakat, upaya
kesehatan, dan perubahan sosial budaya. Dengan adanya kajian-kajian yang
saksama dapat dikembangkan secara lebih spesifik kerangka pembangunan
kesehatan yang tcpat scsuai perkembangan masyarakat dan kcadaan
kcschatan. Dalam rencana pembangunan jangka menengah bidang kesehatan
tahun 2004—2009, antara lain tclah digariskan dalam agenda meningkatkan
kesejahteraan rakyat, salah satu sasarannya ialah meningkatkan kualitas
manusia yang secara mcnycluruh tccermin dari mcmbaiknya angka Indeks
Pembangunan Manusia serta meningkatnya pemahaman dan pengamalan
ajaran agama.
Mengantisipasi hal tersebut, mulai tahun 1999 pembangunan kesehatan
di Indonesia diselenggarakan dengan mengaeu pada dasar-dasar
pembangunan kesehatan, yaitu: I) pen kemanusiaan, 2) pemberdayaan dan
kemandłrian, 3) adil serta merata, dan 4) pengutamaan serta manfaat. Dalam
periode ini sudah mulai disadari adanya saling ketergantungan antarnegara,
termasuk pula dalam pembangunan kesehatan Tujuan Pembangunan
Milenium (MI)G) sangat penting untuk kesehatan, mengingał antara lain:
MDG memberi pengutamaan pada masalah kemiskinan. Kesehatan
merupakan fokus dari MDG dan ditekankan pentingnya kerja sama global
dalam pembangunan kcschatan. Tcnłtama mulai tahun 2013 dan 2014
tampak bahwa percncanaan pembangunan kcsehatan tclah lebih bcrsungguh-
sungguh mcnggunakan pendekatan bawah-atas, atas-bawah, partisipatif, dan
teknokratik. Di samping pendekatan-pendekatan tersebut, pendekatan politis
jelas penting untuk diacuUndang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan Inveslasi berharga
yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma sehat, yakni paradigma
yang mengutamakan upaya promotif-preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif-rehabilitatit Selanjutnya, Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional, mengamanatkan bahwa pelaksanaan
Sistem Kesehatan Nasional atau SKN ditekankan pada peningkatan perilaku
dan kemandirian masyarakat. profesionalisme sumber daya manusia
kesehatan. serta upaya promotif-prcvcntiftanpa mcngabaikan upaya
kuratifdan rchabilitatif, Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 40
Tahun 2004 tcntang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang
No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, diharapkan sistem pembiayaan kesehatan dapat
disempurnakan. Pemikiran dasar pembangunan kesehatan terutama tentan
dasar-dasar pembangunan kesehatan sangat penting untuk pengembangan
mock

1998, Mintzberg, 1998; Hapsara, 2013).


Visi pembangunan nasional untuk tnhun 2015—2019 ialah terwujudnya Indonesia
yang berdaulat, mandin, dan berkepnbadtan berlandaskan gotong royong. Visi ini
diwujudkan melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu: I) Mewujudkan keamanan nasional
yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandinan ekonomi dengan
mengamankan sumber daya marilim, dan mencerminkan kcpribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan; 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum; 3) Mewujudkan politlk luar negeri bebasaktif dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4) Meteujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 5) Mewtyudkan bangsa yang berdaya saing;
6) Mewu]udkan Indonesia menjadi negara marilim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional, 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadlan
dalam kebudayaan.
Sembilan Agenda Pembangunan (Nawaeita) meliputi: l) Menghadirkan kcmbali
negara untuk melindungi scgcnap bangsa dan memberikan rasa aman kcpada seluruh
warga negara; 2) Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan tepereaya; 3) Membangun Indonesia
dan ptnggtran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan: 4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabal, dan tepercaya; 5) Meningkalkan
kualitas hidup manusia Indonesia; 6) Meningkatkan produkuvitas rakyat dan daya saing
dl pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa dan bangkit bersama
bangsabangsa Asia lainnya•, 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8) Melakukan revolusi
karakter bangsa; dan 9) Mernperleguh kebinekaan dan memperkual restorasi sosial
Indonesia.
Arah kebijakan RPJMN bidang kesehntan 2015-2019 ialah. 1) Akselerasi
pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remap, dan laniut usla yang
berkualitas; 2) Mempereepat perbaikan gizi masyarakat; 3) Meningkatkan
pengendahan penyakit dan penyeha(an lingkungan; 4) Meningkatkan akses
pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas; 5) Meningkatkan akses pelayanan
kesehatan rujukan yang berkualitas; 6) Meningkatkan ketersediaan,
keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan; 7)
Memngkatkan ststem pengawasan obat dan makanan; 8) Meningkatkan
ketersediaan, persebaran, dan mutu sumber daya manusia kcschalan; 9)
MeningkaLkan promosi keschalan dan pcmbcrdayaan masyarakal•, IO)
Menguatkan manajemen, penelltlan pengembangan, dan sistem Infórmasi; II)
Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional bidang kesehatan; serta
1 2) Mengembangkan dan meningkatkan efektivitas pembiayaan kesehatan.
Mengacu pada Visi dan Misi Pembangunan Nasional, serta Sembilan Agenda
Pembangunan (Nawacita), telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa Program Indonesia
Sehat meliputi: I ) paradigma sehat, 2) penguatan pelayanan kesehatan, dan 3) Jaminan
Kesehatan Nasional. Dalam kaitan ini Rapat Ke!ia a) Kesehatan Nasional (Rakerkesnas)
Regional Timur telah dilaksanakan di Makassar pada 9—12 Maret 2015, yang hertujuan
untuk meningkatkan koordinasi dan sincrgi antara pusat dan dacrah dalam rangka
pcrccpatan pelaksanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan. Rapat kerja
tersebut secara pokok menyepakati langkah-langkah implementasi Program Indonesia
Sehat melalui:
a) Penerapan Paradigma Schat dalam Pembangunan Nasional
Penerapan Paradigma Sehat dalam pcmbangunan berwawasan kesehatan
merupakan kunci sukses peningkatan kualitas hidup manusia sebagai investasi
berharga bagi bangsa Indonesia. Sasaran perubahan Paradigma Sehat
ditujukan kepada: (i) para pembuat kebijakan pada lintas Sektor, (ii) tenaga
kesehatan, (iii) penyelenggara pelayanan kesehatan, dan (iv) masyardkat.
Tantangan utama penerapan Paradignua Sehat, antara Iain meneakup: (i)
implementasl kebilakan dan regulasi yang belum optimal, (ii) kelembagaan
dan ketenagaan promosi kesehatan, serta (iii) belum Imbangnya penyediaan
pcmbiayaan LJKT) dan UKM.
VJpaya implementasi Paradigma Sehat. antara Iain dilaksanakan
melalui:
(l) Pelaksanaan kebijakan dan regulasi yang holistik dalam mendukung
penyelenggaraan paradigma sehat di trngkat pusats provinsi,
dan/atau kabupaten/kota, dengan dukungan penguatan kebijakan
lintas sektor, Lermasuk legislatiC.
(2) Pemantapan upayapromotif-preventifdan
pembcldayaanmasyarakatsebagai arus utama (mainstream) pembangunan
kesehatan
(3) Penguatan kelembagaan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat pada pemerintah dan masyarakat di berbagai jenjang sampai
puskesmas.
(4) Pemenuhan jumlah tcnaga promosi keschatan dilakukan melalui
pcndidikan, pelatihan, dan penetapan jabatan fungsional PKM, diserlai
pengadaan formasinya-
(5) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan penerapan teknologi promosi
kesehatan disesuaikan dengan dinamika, kondisi, serta adat istiadat
rnasyarakat di tnasing-masing daerah
(6) Penguatan advokasi untuk mendorong pemerintah dacrah (provinsi dan
kabupaten/kota) berkomitmen dalam: (i) mengalokasikan anggaran 10%
APBD untuk program keschatan, (ii) SKPD mengalokasikan minimal
10% dari dana operasional kapitasi (40%) untuk upaya promotif-preventif
UKP.
(7) Untuk menjaminkesinambungan pembiavaan upaya promotiflpreventiĽ perlu
mobilisasi sumber dana yang ada, antara lain: potensi dana desa, pajak rokok,
dan BOK, serta dana operasional APBD Provinsi dan Kabupate11”Kota.
(8) Pcnguatan UKM dan pcmbcrdayaan masyarakat mcngaeu pada
pendekatan penguatan yang terarah, menyeluruh, saling lerkait dan
realistis, serta didukung oleh sumber daya yang memadai.
b) Penguatan Pelayanan Kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelay,łnan kesehatan yang komprehensłfdan bermutu,
melalui: (1) Penyusunan Road Map Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer
dan Regionalisasi Rujukan di tingkat provinsi dan kabupatełvkota tahun
2015— 2019 pada akhir Apnl 2015, antara lain mencakup aspek regulasi,
SI)M kesehatan, pembiayaan, dan sarana prasarana.
(2) Penguatan Sistem Rujukan Regional melalui: (i) percepatan akreditasi.
(ii) pemenuhan lenaga kesehaLan, (iii) penguatan sistem informasi yang
telintegłasi antałrumah sakit Lujukan regłonal, (i v ) penełapan sisler
hospiłals antara RS rułukan nasional dan RS rujukan regional yang
diatur oleh pusat, disusun dalam suatu road map yang mampu laksana.
(3) Penguatan layanan kcschatan primer di dacrah tcrtinggal, pcrbatasan,
dan kepulauan terutama di wilayah Indonesia Timur dilakukan dengan
pendekatan tenaga kesehatan berbasis tim dalam program Nusantara
Sehat.
(4) Untuk pemenuhan kebutuhan tenaga, Kemenkes perlu: (i) me-
review;mengkaji ulang standar ketenagaan di fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk sosłalisasi standar kepada sektor łerkail; (ii) mendorong terbitnya
peraluran perncrinlah tentang pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak
untuk pemenuhan tenaga kesehatan strategis; (iii) afirmasi calon PPDS dan
wilayah Indonesia Timur dengan tetap mengedepankan kualitas; (iv)
meminta pemda untuk menjamin keamanan serta pemenuhan kehutuhan
dasar tenaga kesehatan; (v) bersama dengan pemerintah daerah melakukan
pengawzsan terhadap kebeładaan tenaga kesehałan 'varga negara asing, dan
(vi) menerbitkan regulasi yang memastlkan kembalłn%l dokter pasca-tubel
ke daełah asal pengłrłm.
(5) Diperlukan upaya pemetaan jumlah, jems, kompetensi, dan penyebaran
tenaga kcschatan di berbagai tingkatan untuk percncanaan tcnaga
kcsehatan provinsi/kabupatenykota, dan sebagai dasar pelaksanaan
daerah dalam redistribtr;i tenaga kesehatan, bilamana diperlukan.
(6) Kepala Dinas Kesehatan mendorong organisasi protesi untuk bersedia
mengoordinasl?melakukan pengaturan penempatan anggotanya untuk
bertugas di daerah yang memhutuhkan
(7) Kcpala Dinas Kcschatan KabupaLcn/KoLa mcnerbitkan regulasi untuk
mengatur dokter yang praktik lintas kabupatenłkota setelah
bełkoordinasi dengan organisasi profesi dan dłsesuałkan dengan
kebutuhan.
(8) Penyempurnaan słstem e-eałalogtłe olch Kementerian Kesehatan untuk
meryamłn sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, murah, dan
tcpat waktu pemenangnya.
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
e) Penyelenggaraan JKN dan upava pencegahan fraud menuntut peran aktif
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang dapat
dllakukan, antara lain:
(l) Dina.s Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kolaberperan dałam
menyukseskan penyelcnggaraan JKN pada aspek. (i) kepeserłaan, (ii)
penyediaan pclayanan kesehatan, (iii) pembiayaan, serta (iv) organłsasi
dan manałemen.
(2) Untuk mewujudkan tercapainya Universal Health Coverage 2019, Dinas
Kesehatan bekerja sama dengan SKPD terkait berperan dałam: (i) mendorong
pendnduk sehat di wilayah kerjanya untuk menjadi pesetȚa BPJS. (ii)
melakukan pemetaan penduduk yang akan menjadi peserta PBI melalui integrasi
Jamkesda ke JKN, dan (iii) mengusulkan jumlah cakupan penduduWpeserla per
FKTP bersama BPJS,
(3) Pemerintah daerah perlu mengaktitkan forum kemitraan lintas sektor di
provinsi dan kabupatervkota untuk menjamin validasi dan verifikasi data
kepesertaan, tenłtama PBI.
(4) Penguatan penanganankeluhandi tingkatkabupatenłkota dan provinsi
untuk memastikan pelayanan kesehatan sesuai dengan tuntutan
masyarakat ikut dałam menentukan kredensialing fasilitas kesehatan_
(5) Meminła BPJS mengintensilkan sosialisasi aturan JKN kepada rasilitas
pelayanan kesehatan (tăsvankes) dan menyelaraskan kegiatan BPJS
dengan Dinas Kesehatan.
(6) Pencegahanfraud dałam pelaksanaan JKN perlu dilakukan secara
terstruktur, komprehensif, dan terencana dengan meminimalkan kondisi
yang memungkinkan terjadinya fraud melalui pengendalian faklor-faktor
yang meliputi: (i) Ihktor pencetus (predisposingJâctors), (ii) faktor
pemungkm (enablingfactors), dan (iii) făktor pendorong (reinf0îting
%actors).
d) Dałam rangka menjamin efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
rakerkesnas pada tahun 2016 yang akan datang perlu diawali dengan
pelaksanaan prarakerkesnas di tingkat provinsi bersama kabupaten/kola
Yang difasilitasi olch Kcmentcrian Kcschatan.
Mengenai butir a) tersebut perlu dikemukakan bahwa Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa persoalan
kesehatan sebagai suatu tăktor ułama dan investasi berharga dałam
pembangunan, yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma sehat, yakni
paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif-preventiftanpa
mengabaikan upaya kuratifrehabilitatif. Dengan demikian, hal ini berarti
bahwa pengertian:
a) Paradigma sehat secara mendasar ialah cara pandang yang ftmdamental
bahwa pembangunan kesehatan sebagai suatu faktor utama dan investasi
berharga dalam pembangunan.
b) Paradigma sehat secara operasional ialah dasar atau kerangka berpikir
pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventiftanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Oleh karena itu, penerapan paradigma sehal yang perlu lebih
diketengahkan secara lebih saksama danjelas ialah penerapan dari pengeÄian
paradigma sehat secara mendasar, di samping paradigma sehat secara
operasional yang telah lebih banyak dikctcngahkan. Dengan mcngacu pada
perkembangan pcmbangunan keschatan di dunia dipandang penting pula
untuk memperhatikan kesepakatan kebijakan pembangunan kesehatan secara
global pada abad 21. Kebijakan ini tenuang dalam Resolusi Organisasi
Kesehatan Sedunia, W'T-IA 51.7 tanggal 16 Mei 1 998 tentang "Health for
all policy in the twentyfirst century". Dalam resolusi tersebut ditetapkan
World Health Declaration yang disepakati oleh negara-negara anggota
Organisasi Kesehatan Dunim Pokok-pokok deklarasi tersebut meliputi:
a) We, the member States ofThe World Health ()yganization (WHO),
reaffirm our commitment to the principle enunciated in its constitution
that the enjoyment of the highest attainable standard of health is one of
the fundamental rights ofevepy human being; in doing so, we ajfrm the
dignity and worth ofevery person, and the equal rights, equal duties, and
shared responsibilities ofallfor health.
b) We recognize that the improvement of the health and well-being
ofpeople is the ultimate aim ofsociai and economic development, We are
committed to the ethical concepß ofequity, solidarity, and social.iusfice
and 10 the incorporation ofa gender perspective into our strategies. We
emphasize the importance of reducing social and economic inequities in
improving the health ofthe whole population. We acknowledge that
changes in the world health situation require that we give eject to the
"Health-jör-AlI Policyfbr the twenty-first century " thmugh relevant
regional and national policies and strategies.
c) We recommit ourselves to strengthening, adapting, and reforming, as
appropriate, our health systems, including essentialpublic healthfunctions
and services, in order to ensure universal access to health services that
are based on scientific evidence, ofgood quality and within gmordable
limits, and that cue sustainablefor thefuture. We intend to ensure the
availability
Of the essentials ofprimary health care as defined in The Declaration of
Alma-Ata and developed in the new policy. We will continue to develop
hea/th systems thrvugh appropriateiy managed public andprivate actions
and investmentsfor health.

2. Tantangan
a) Tantangan kebudayaan nasional di Indonesia dan kaitannya dengan
tantangan pembangunan kesehatan
Dalam RP.IPN 'ľahun 2005—2025 ditetapkan bahwa pembangunan
nasional pada tahun 2025 diarahkan antara lain pada pcncapaian sasaran
pokok terwujudnya masyarakat Indonesia yang bcrakhlak mulia,
bcrmoral, beretika, berbudaya, dan beradab. Untuk mewujudkan
masyarakat tersebut arah pembangunan jangka panjang tersebut antara
lain: ( I ) pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan
peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan; (2)
pembangunan dan pemantapan jati diri bangsa ditujukan untuk
mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik,
modern, dan unggul; sena (3) budaya inovatifyang beronentasi iptek
terus dikembangkan agar bangsa Indonesła menguasai ipłek serta mampu
berjaya pada era persaingan global.
Dalam RP.JMN Tahun 2015—2019 permasalahan dan isu strategis
dalam Revolusi Mental dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (l )
kedaulatan politik, (2) kemandirian ekonomi, dan (3) kepribadian dalam
kebudayaan. Isu strategis yang berkaitan dengan kepribadian dalam
kebudayaan tersebut meliputi: ( I ) belum optimalnya pemahaman,
penghayatan, dan kearifan Iokal yang relevan dengan kehidupan
bermasyarakat; (2) masih lemahnya upaya gotong royong; dan (3)
globalisasi telah membuka ruang yang sangat terbuka bagi setiap negara
dan bangsa untuk saling berinteraksi yang membawa dampak luas
hampir pada semua aspek kehidupan masyarakat.
Juga dalam RPJMN tersebut antara lain dikemukakan permasalahan
yang masih dihadapi dalam penguatan karakter dan jati diri bangsa,
meliputi : ( I ) adanya kecenderungan menurunnya pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari; serta (2) menurunnya daya juang dan budaya kerja serta
tenggang rasa dan toleransi łerhadap perbedaan yang dapat memicu
lerjadłnya konllik sosial.
Perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh faktor perkembangan kebudayaan di Indonesia_ Kebudayaan ialah
keseluruhan sistem gagasan, tłndakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat milik diri manusia dengan cara belajar
(Koentjaraningra 1985). Juga dikemukakan bahwa wujud kebudayaan
sebagai: (I) suat kompleks dari ide-ide, gagasan. nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, da sebagainya; (2) suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia masyarakat; dan (3) sebagai benda-benda hasil karya
manusia. Dikemukaka pula bahwa pada hakikatnya terdapat empat wujud
kebudayaan, yaitu: I nilai-nilai budaya, 2) sistem budaya: 3) sistem sosial,
dan 4) kcbudayaan fisi (Koentjaraningrat, 2011). Menurut JJ. Hoenigman,
kebudayaan dibedaka menjadi tiga yaitu gagasaniideal, aktivitas/tindakan,
dan artefäk'karya Kebudayaan memiliki unsur-unsurpokok, yaitu: ( I ) alat-
alatteknologi, C sistem ekonomi, (3) keluarga, dan (4) kekuasaan politik
(Melvill J. Herskovit 2008). Sementara itu, bentuk kebudayaan pada
pokoknya terdiri atas (l kebudayaan materiil, dan (2) kebudayaan
nonmateriil yang bersifat idealisti!
Kebudayaan nasional di Indonesia menghadapi berbagai tantangan sebaga
berikut: a. Masih berkutat pada pangan, sandang, dan papan
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa budaya adalah penuangan
manusia dalarn mcngatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang
paling mendasar bagi manusia ialah masalah makan, pakaian, dan
penłmahan. Ketlka orang kekurangan gizi, bagaimana ia akan menjadi orang
yang cerdas? Ketika kebutuhan pokok tidak terpenuhi, bagaimana orang
akan berpikir maju dan menciptakan teknologi yang hebat?
Perubahan dipandang sebagai karakteristik umum dari semu
kebudayaan. Proses perubahan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seper
akulturasi, asimilasi, dan difusi. Akulturasi adalah proses sosial yang timbt
dari satu kelompok manusia berhadapan dengan suatu kebudayaan tertentl
Kebudayaan tersebut membawa nilai-nilai baru yang mengakibatka
diterimanya kebudayaan tersebul oleh nilai-nilai lokal, tanpa menyebabka
hilangnya kepribadian kebudayaan. Asimilasi adalah proses
pencampurbaura unsur-unsur kebudayaan, baik secara individual maupun
kelompok sehingg terbcntuk kebudayaan baru dan dapat dirasakan olch
para pendukungnya tanp mengalami kccanggungan. Difusi adalah
penyebaran unsur-unsur buday dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
Difusi berlangsung, baik di dalai maupun antarmasyarakat (Sulasman et 20
13).
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat lebih
memahan tantangan-tantangan dalam kebudayaan nasional klła.
b. Masalah pendidikan yang tepat
Pendidikan masih menjadi permasalahan yang patut menjadi perhatian
serius jika bangsa ini ingin dipandang dalam percatumn dunia. Ada fenomena
yang menarik tcrkait dengan hal ini, yaitu kolaborasi kebudavaan dengan
pendidikan, dalam arti sistem pendidikan yang ada mengintrinsikkan
kebudayaan di dalamnya. Kebudayaan meniadi spirit dari sistem pendidikan
yang kita terapkan
Mengejar kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Problem ini beranjak ketika kila masih menjadi konsumen produk-
produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang
dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusifbagi para ilmuwan
untuk melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk teknologi baru.
Jlka tetap mengandalkan impor dari produk Inar negeri, kita akan terus
terhelakang, Oleh karena itu, hal ini menjadi Lantangan bagi kila untuk
mengejar ketertinggalan iptek dari negata-negara maju.
d. Kondisi alam global
Salah satu dampak pemanasan global ialah meningkatnya suhu
permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang. Ilal itu mengaklbatkan
gunung es di Amerika Latin mencair. Dampak lanjulannya ialah kegagalan
panen, yang hingga tahun 2050 mcngakibatkan 130 juta penduduk dunia,
tcnatama di Asia, kelaparan, Pertanian gandum dl Afrika luga mengalami hal
yang sama. Dampak pemanasan global juga dapat berupa meningkatnya
permukaan laut, lenyapnya beberapa spesies, dan bencana nasional yang
semakin meningkat. Disebutkan 30% garis pantai di dunia akan lenyap pada
tahun 2080. Lapisan es di kutub meneair hingga terjadi aliran air di Kulub
Utara. Hal itu mengakibaukan Terusan Panama terbenam.
Naiknya suhu memicu topan yang Iebih dahsyat sehingga memengaruhi
wilayah pantai yang sclama ini aman dari gangguan badai. Banyak tempat
yang kini kering semakin kering, sebaliknya berbagai tempat basah akan
semakin basah. Kesenjangan distribusi air secara alami ini akan berpotensi
meningkatkan ketegangan dalam pcmanfaatan air untuk kepentmgan industri,
pertaman, dan penduduk. Asia menjadl bagian dan bumi yang akan paling
parah. Perubahan iklim yang tidak terdeteksi menjadi beneana lingkungan dan
ekonomi, dan buntutnya ialah tragedi kemanusiaan.
Kebudayaan nasional Indonesia menghadapi berbagai tantangan,
tenltama modernisasi, globalisasi, westernisasi, atau amerikanisasi_ Oleh
karena itu, diperlnkan berhagai upaya untuk mempertahankan kehudayaan
Indonesia.
Sumbcr: Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-Teori Kebudayaan, dari Teori
hingga Åplikasi.
l) Masalah deraiat kesehatan dan gizi masyarakat yang pada umumnya masih tinggi
Angka kematian ibu (AKI) maslh cukup tinggi, walaupun dalam beberapa dekade
terakhir AKI telah mengalami penurunan- Menurut SDKI (1994), AKI di
Indonesia sebesar 390 per 100.000 kelahiran Ilidup, kemudian menurun menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup (SI)KI, 2007). Berdasalkan hasil sensus
penduduk (SP, 2010), AKI di Indonesia sebesar 346 per 100.000 kelahlran hidup,
sementara berdasarkan hasil survei SDKI tahun 2012 sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup.
Kematian bayi dan balita terus mengalami penurunan. Namun demikian,
capaian pada tahun 2012 Iersebul masih eukup jauh dan target MDG 4 sebcsar 32
per I .000 kelahiran hidup. Kemauan neonatal juga terus meugalaml penurunan
sampal dengan tahun 2010, selatuutnya tidak berubah pada tahun 2012.
Lambatnya penurunan kematian neonatal yang berkontribusi pada 59,4 persen
kematian bayi (SDK 2012) mcnyebabkan tetap tingginya angka kematian bayi
(AKBY
Permasalahan giv.i yang utatna ialah kekurangan dan kelebihan gi7.i
pada saat vang bersamaan dan terjadi pada seluruh kelompok umur.
Kekurangan gizi yang diukur dengan stunting (pendek) telah teriadi sejak
anak lahir, dengan prevalensinya meningkat hingga anak berusia dua tahun
dan terus terjadi hingga usia lima tahun. Pada tahun 201 3, prevalensi
stunting pada balita mcncapai 37,2 persen, prevalensi balita yang mengalarni
wasting (kums) mencapai 12,1 persen, dan underweighl sebesar 19,6 petsen.
Tantangan utama dalam peningkatan status gizi masyarakat ialah
meningkatkan intervensi gizi spesifik serta peningkatan intervensi sensitifmelalui
penguatan regulasi, kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan hagi upaya perbaikan
gizi Lermasuk lk•ningkulan jumlah dun kualitas surnber dayu men
ingkutkan akses masyarakat terhadap pangan yang berkualitas, dan
mendorong pola hidup makan sehat terutama dengan penurunan
konsumsl gula, Iemak, dan garam untuk menurunkan faktor risiko
penyakit tidak menular. Tantangan Iainnya yang perlu diselesaikan ialah
disparitas masalah givi yang masih cukup tinggi antarprovinsi,
antarkabupaten,'kota, serta antarkelompok sosial ekonomi masyarakat.
2) Masalah promosi kesebatan, pemberdayaan masyarakat. pengembangan SDM
kesehatan dan manajemen serta sistem informasi kesehatan yang masih
kurang optimal
Pelayanan keseharan belum sepenuhnya mendorong upaya promosi
kesehatan, termasuk minimnya tenaga promosi kesehatan. Selain itLL regulasi
yang mendukung kebijakan bemawasan kesehatan masih terbatas dan penegakan
hukum maslh Iemah. Upaya pemngkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat belum optlmal sehlngga diperlukan peningkatan komunikasi,
Informasi, dan khususnya dalarn rangka peneapaian perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).
Tantangan utama dalam promosi kesehatan ialah keberlanjutan
bangunan kesehatan dan sektor-sektor lain sehingga peran serta sektor-
or lain dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dapat
ingkat. Tantangan lainnya ialah jumlah dan mutu kegiatan komunikasi.
masi, dan edukasi masih perlu ditingkatkan; memfasilitasi kesehalan
k menjamin efeklivilas berlangsungnya promosł dan konseling kesehatan
ra baik perlu ditłngkatkan; efektivitas berbagai gerakan sosial, advokasi,
kemłtraan perlu diefektitkan; kebijakan publik untuk menciptakan
kungan perlu dikcmbangkan; serta partisipwsi BM dan kerya sama
an swasta perlu ditingkatkan
Permasalahan tenaga kesehatan terjadi pada Sisi produksi dan
rsediaan, persebaran, dan penempatan, serta mutu dan kinerja. Tantangan
ma dalam pemenuhan tenaga kesehatan ialah menjamin kecukupan dengan
mgkatkan keselarasan dalam produksi, penyebaran, dan penempatan
ga kesehatan serta kualitas dan kinerja tenaga kesehatan. Tantangan
kutnya ialah meningkatkan perekrutan, persebaran, dan retensi tenaga
hatan melalui pengembangan sistem karier dan perieniangan serta Insentif
nsial dan nonfinansial terutama untuk pemenuhan tenaga kesehatan di
ah DPTK.
Beberapa permasalahan yang terkait dengan manąiemen kesehatan.
ra lain. kclersediaan data unłuk mendukung evidence based planning yang
m didukung sistem Intarmasi vang kuat; terbatasnya kemampuan hukum
hatan, kapasitas penelitian, dan pengembangan yang belum optimal;
ronisasi pereneanaan pembangunan antara perencanaan nasional. provinsi,
kabupatcn./ kota yang lemah
Tantangan yang dihadapi ialah meningkatkan kemampuan teknis dan
ajemen pengelolaan program, baik di pusat, provinsi, maupun
patenikota; menguatkan sistem informasł kesehatan sebagai bagian dari
ncanaan, pemantauan, dan evaluasi program pembangunan kesehatan
asuk pengembangan sistem pendałaan angka ketnatian ibu di daełah yang
andardisasi; meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan
hatan; meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan
ana•, serta meningkatkan upaya riset dalam negeri terkait pemenuhan
n baku obat termasuk pemanfaatan keanekaragaman hayati sehagai hahan
obal kirnia dan tradisional.
yanan kcschatan dan bcrbagai dukungan yang masih kurang mcmadai
nambungan pelayanan (continuum Q/'care) kesehatan ibu, anak, dan
aja belum terjaga, termasuk seperti anemia ibu hamil, pemakaian
rasepsi, dan ASI eksklusifyang masih rendah Standar kualitaspelayanan
hatan dasar masih belum sepenuhnya mendukung upaya kcschatan ibu
anak
Tantangan utama yang dihadapi dalam peningkatan kesehatan ibu,
bayi. dan remaja ialah metljamin kebet langsungan pelayanan (çontinuum
ofcare). Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Ianjut usia, perlu
tems dikembangkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas
bagi penduduk laniut usia. Tantangan berikutnya ialah menjamin
ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, menurunkan fertilitas dan memperbaiki status gizi
remaja perempuan dan ibu hamil, serta menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan anak di pusat, provmsi, dan kabupaten/kota,
Indonesia masih menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Secara umum, prevalcnsi pcnyakit
tidak menular (PTM) terus meningkat dan pada tahun 2013 berkontribusi
pada 69 persen dari seluruh kematian di Indonesia. Peningkatan beban PTM
sejalan denean meningkatnya faktor risiko sepertl htpertensl, tingginya
glukosa darah, dan obesitas, terutama karena pengaruh pola makan, kurang
aktivitas fisik, dan merokok. Meningkalnya kasus PTM diperkirakan akan
menarnbah beban pemerintah dan masyarakat karena penanganannya
membutuhkan bias,a yang besar dan memerlukan teknologt tinggt.
Kematian akibat penyakit menular cenderung menurun, sejalan
dengan penurunan prevalensi demam berdarah dengue (DBD). diare,
malaria, TB dan AIDS. Prevalensi ISPA- pneumonia, dan hepatitis justru
mengalami peningkatan antara tahun 2007 sampai 2013. Hal im
menunjukkan adanya peningkatan keberhasilan penanganan kasus berbagai
penvakit menular, walaupun tantangannya masih besar, antara Iain
muneulnya risiko multi-drug resistance TB, infcksi baru HIV yang masih
tinggi, masih tingginya insidcn malaria dan DBD di daerah-daerah tettentu.
Tantangan pengendalian penyakit menular, antara Iain peningkatan
surveilans epidemiologi dan pencegahan penyakit termasuk imumsasi,
pemngkatan penemuan kasus dan tata laksana kasus, serta peningkatan
upaya eliminasi,'eradikasi penyakil terabaikan (negiecied Iropical diseases).
SemenLara itu, tantangan pengendalian penyaklt tidak menular, yaltu
penumnan taktor riSlko biologl, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, dan perbaikan kesehatan lingkungam Peningkatan pendendalian
penyakit perlu difokuskan pada penyakitpenyakit yang memberikan heban
(hurden ofdisease) yang besar serta penyakit yang dapal berdampak pada
pembiayaan yang besar
Akses terhadap pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
masih terbatas temtama pada daerah temnggal, perbatasan, dan kepulauan

Kendala geografis menyebabkan keterbatasan akses pelayanan kesehatan di


banyak provinsi di Indonesia. Kualitas pelayanan bclum optimal karena
banyak fasilitas kesehatan dasar yang belum memenuhi standar kesiapan
pelayanan dan ketiadaan standar guideline pelayanan kesehatan.
Permasalahan pada pelayanan kesehatan rujukan meliputİ keterşediaan
itas, keterbatasan sarana dan prasarana, serta keterbarasan tenaga
hatan. Khusu.s unluk tenaga dokter spesialis, keterhalasan tenaga
hatan juga masih tefiadİ di banyak rumah sakit di perkotaan dan di Pulau
a
Tantangan dalam peningkaıan pclayanan kcschatan dasar, yaİlu
embangan dan penetapan standar guideline, pemenuhan sarana, obat, dan
kesehatan, pengembangan dan penerapan sistem akreditasi fasilitaş, serta
uatan dan pcningkatan upaya promotif dan prcventi[ Tantangan untuk
yanan kesehatan rujukan utama, ya.İtu pemcnuhan fasilitas pelayanan
cakup sarana, obat, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan sesuaİ standar,
embangan dan penerapan akreditasi rumah sakit, dan sistem rujukan
kung oleh sistem İnformasi yang memadal,
Permasalahan yang dihadapi pemenuhan kelersediaan farmasİ, alal
hatan, dan pcngawasan Obal dan makanan ınclİputİ kctersedİaan Obat dan
kesehatan, mutu pelayanan, dan penggunaan obat di tingkat masyarakat.
angan yang dihadapi, yaİtu menjamin ketersediaan, mutu, keamanan, dan
iat obat dan alat kesehatan hingga di fasilitas kesehatan dan pasien,
ngkatan suppİy chain dan monitormg (termasuk sumber daya manusİa,
iıas, standar kcamanan, dan teknologi informasi), dan pcningkalan
gunaan obat generik dan obat rasional melalui peningkatan peresepan,
gunaan, dan pengetahuan masyarakat.
Pada tabun 2012, pembiayaan kcschatan pcmerintah (public heaith
ndilure) hanı mcncapai USD 43 per kapita atan 1,2 persen dari PDB
neşia termasuk I İma negara dengan pembiayaan kesehatan terendah di
a bersama Sudan Selatan, Pakistan, Chad, dan Myanmar. Pembiayaan
İk sektor kesehatan masıh belum mencapai 5 persen darı A PBN
gaimana diamanatkan Undang-Undang Kesehalan. Tanlangan yang
dapi, yaitu meningkatkan pembiayaall kcscha(an, Icruıama pcngcluaratl
Mİ11tah unluk seeata bcttahap memenuhi undang-undang, serta kerja
a dengan swasta dan ınasyarakat termasuk pengembangan corporate social
onsibility bidang kesehatdll.
Periode 2015—2019 merupakan periode krusial dalam pelaksanaan
nan Kesehatan Nasional, yaİtu untuk mencapaİ üniversal heaİth coverage
lahun 2019. Agenda utamanya ialah mcnjamin akses pelayanan
hatan yang berkualitas bagi seluıuh masyarakat teıutatna masyarakat
in. Kartu Indonesia Sehat menjadi bentuk pelaksanaan Jaminan
ehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan
menjamin setiap orang mcndapatkan pclayanan kcsehatan sesuai dengan
tuhannya,
Tantanean utama dalam pengcmbangan JKN, yaitu meningkatkan
kepeseıtaan, ınengembangkan manfaat jaminan. kerja sama dengan penyedia
layanan sistem pembayaran penyedia layanan, kemitraan publİk dan swasta,
memastikan kualitas pclayanan dan pcngcmbangan kapasitas fiskal untuk
pembayaran PIJI, dan penyediaan fasilitas dan ketenagaan. Sebagai bayan
darı Sistem Kesehatan Nasional (SKN), JKN merupakan upaya unıuk
meningkalkan pcrlindungan finansİal serta meningkatkan akses dan kuaIİtas
pclayanan keşehatan, Oleh karena İtli, tantangan yang juga dihadapi İalah
kebljakan yang diarahkan pada upaya unluk meqjamin ketersediaan,
menyiapkan standar, dan menjamin contpiiance standar sarana. tenaga, dan
manajemen pelayanan kesehalan; menguatkall mekanisme kontrol terhadap
eskalasİ biaya JKN (klaİm); mengualkan JKN sebagai bagİan darİ SKN
unluk mendoıong pencapaiall tujuan pembangunan kesehatan; dan
mengembangkan sıstem pembayaran!msentıfbagi penyedia layanan dan
tenaga kesehatan.
4) I.ingkungan yang masih kurang mendukung pemhangunan kesehatan
Telah diantisipasi kecenderungan masa depan bahwa pencemaran air,
udara, dan masih bclum ICItang811İ sccaıa ıcpal kaıvna semakill pcsatnya
aklİvİlas pcmbangunan yang kurang mempcrhatıkan aspek kelcstarıan tüngsi
lıngkungan. Keberadaan masyamkat adat yang sangat beıgantung pada sumber
daya alam dan memiliki kearifan lokal dalam pcngclolaan sumbcr daya alam juga
bclum diakui. Kearİfan lokal sangat diperlukan untuk menjamİn keterşediaan
sumber daya alam dan kelestarian fungsi lingkungan hidup
Dalam RPJPN Tahun 2005-2025, antara lam telah diarahkan bahwa
untuk mewujudkan Indoneşİa yang maıu, mandirı, dan adil, sumber daya
alam dan lingkungan hidup hanıs dikelola şecara şeımbang untuk memamİn
keberlanjutan pembangunan nasional. Penerapan prinsİp-prİnsİp
pembangunan yang berkclanjulüll di seluruh sektor dan wilayah ıncnjadİ
pıasyaıat utama dalam pelaksanaan berbagaı kegiatan pembangunan. Dalam
rangka memngkatkan kualitas lingkungan hidup yang baİk perlu penerapan
prinsip-pnnsıp pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala
bidang. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup dipriorilaskan
pada upaya peningkatan daya dukung lingkungan dalam menunjang
pembangulldll berkelanjutan-
Dalam RPJMN Tabun 2015—2019, antara lain ditetapkan bahwa
pembangunan berkelanjutan diartıkan sebagai: (i) Pembangunan yang
menıaga pcningkatan kescjahteraan ekonomi masyarakat sccara
bcrkcsinambungan; (ii) Pembangunan yang menjaga kebcrlanjutan
kehİdupan sosial maşyarakat; dan (İİİ) Pembangunan yang menjaga kualİtas
lingkungan hidup masvarakat dengan tata kelola pelaksanaan pembangunan
yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan darı şatu generaşl ke
generaşİ benkutnya.
Pcrtumbuhan ekonomi yang stabil tcrscbut tidak selalu berbanding Iurus
dengan kondisi lingkungan hidup, Pembangunan ekonomi Indonesia masih
bertumpu pada sumbangan sumber daya alam, yakni sehesar kurang lebih 25%
produk domestik bruto (PDB), khususnya minyak, sumber daya mtneral, dan
hutan, menyebabkan deplesi sumber daya alam dan degradasi lingkungan. Di
Sisi Iain, kualitas lingkungan hidup yang dieerminkan pada kualilas air, udara,
dan lahan juga masih rendah_ Sebagai cerminan, indeks kualitas lingkungan
hidup (IKI.H) yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan hidup
masih menuuiukkan nilai sebesar 64,21 pada tahun 2012-
Oleh karena im, pertumbuhan ekonomi yang terus ditingkatkan hams
dapat menggunakan sumher daya alam secard efisien agar tidak menguras
cadangan sumber daya alam, dipergunakan untuk mencapai kernakmulan yang
merata, tldak menvebabkan masalah lingkungan hidup sehmgga dapat meniaga
kualitas kehldupan dari Satu generasi ke generasi berikutnya.
Permasalahan dan isu strategis untuk pcruhahan iklim pada pokoknya
meliputi: penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)/mitigasi dan peningkatan
ketahanan masyarakat;adaptasi terhadap perubahan iklim.
Sumber Undang-Undang NO, 17 Tahun 2007 lenlang RPJPN Thhun 2005—2028; 2)
Peraturan Presiden No. 2 'lihun 2015 tentang 101»JN'1N 2015—2019; 3)
Peraturan Presiden No. 72 'lähun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional; dan 4) R. Hapsara HR- 2014. Filsafat. Pemikiran Dasar
Pemhangunan Kesehatan sehagai Paradigma Pemhangunan
Kesehatan Meningkatkan Pelakscmaan Sistem Kesehatan Atasional
dan Jaminan Kesehatan Nasional

b) Isu strategis pembangunan kesehatan


Dengan mengacu pada hal-hal di atas, dapat dikemukakan secara
ringkas isu strategis yang mcrupakan tantangan yang dihadapi
pembangunan kesehatan dewasa ini dan di masa depan, yang pada
pokoknya meliputi:
(I) Dalam perubahan epidemiologis dan demografi, tampak derajat
kesehatan dan Status gi7i masyarakat pada umumnya mmsih rendah
Angka kcmatian ibu dan bayi masih cukup tinggi. Permasalahan
kekurangan gizi masih tinggl. Beban penyakit menular masih
muncul, sedangkan penyakit tidak menular semakin meningkat.
(2) Mutu, pemerataan, dan keterjangkauan upaya kesehatan belum
optimal. Perhalian pada masyarakat miskln, rentan, dan berislko
linggi masih kurang memadai. Pada pelayanan kesehatan rujukan
banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar ketenagaan.
(3) Dasar pembangunan kesehatan yang ditetapkan dalam RPJPN 2005
— 2025 dan SKN 2012 tampak masih kurang diacu dengan saksama
dalam berbagai tahap pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Penelilłan dan pengembangan kesehatan belum sepenuhnya
menuułang pembangunan kesehatan.
(4) Penggalian pembiayaan masih terbatas dan pengalokasian serta
pembelanjaan pembiayaan keschatan masih kurang tcpat.
(5) Pemerataan dan mutu sumber daya manusia kesehatan belum
sepenuhnya menunjang penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, dan
pembinaan serta pcngawasan mutu sumbcr daya manusia
kesehatan pada umumnya masih terbatas kemampuannya.
(6) Ketersediaan, keamanan, manfaat, dan mutu sumber daya obat, serta
keterjangkauan, pemerataan, dan kemudahan akses oleh masyarakat
urnumnya masłh kurang.
(7) Manajemeniadministrasi, informasi, dan hukum kesehatan masih
kurang memadai. Pembagian urusan kesehatan pusat dan daerah
masih kurang dikemukakan secara spesifik seperti yang diharapkan
(8) Pemberdayaan masyarakat dalam benłuk penggerakan masyarakał,
pengorganisasian dalam pemberdayaan, advokasi, kemitraan, dan
dukungan sumber daya yang diperlukan masih terbatas.
(9) Bcrbagai lingkungan strategis yang tcrkait masih kurang mendukung
pcmbangunan kcschatan.

B. PENGUATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
I. Perkembangan
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan
dan teroadmya pemngkatan kmerja sistem kesehatan telah meningkatkan
beberapa status kesehatan masyarakat, antara Iam:
a) Penurunan angka kematian bayi (AKB) dari 46 per I .00() kelahiran
hidup pada tahun 1997, 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007,
dan menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI,
2012), diproyeksikan AKB tersebut pada tahun 2019 menjadi 24,2 per
1.000 kelahiran hidup dan menjadi 21,0 per I .000 kelahiran hidup pada
tahun 2035 (BPS, Bappenas, UNFPA, Proyeksi Penduduk Indonesia
2010—2035, Jakarta, 2013).
b) Pemngkatan C mur Harapan Hldup (UHH) diproyeksikan dari 70,7 pada
tahun 2009 meniadi 71,1 pada periode tahun 2011 dan 2012 serta
menjadi 72,4 pada tahun 2035.
c) Namun, angka kematian ibu melahirkan Justru meningkat, yaitu dari 228
per 100 000 kelahiran hidup pada tahun menjadi 346 (SP, 2010) per
kelahiran hidup. Angka kematian ibu melahirkan pada tahun
2012 menurut SDKI (2012) sebesar 359 per I .000 kelahiran hidup.
Perkembangan ini semakin menjauhi target tahun 2014 yang 1 18 per
100.000 kelahiran hidup.
d) Sementara itu, prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15-49 tahun
yang ditargetkan tetap < pada tahun 2014 masih dapat diupayakan.
Namun, keadaannya cukup mengkhawatirkan karena terlihat adanya
kecenderungan meningkat. Prevalensl kasus HIV pada penduduk usia 15
—49 Iahun lersebul pada tahun awal (2009) hanya 0,16. Tetapi, angka
ini meningkat menjadi 0,30 pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi
0,32 pada tahun 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43 pada tahun
2013.
e) Pencapaian angka kelahiran total eukup merisaukan-Angka kelahiran
total yang sudah cukup tinggi, yaitu 2,6 per perempuan usia reproduksi
pada tahun 2009, ternyata sampai tahun 2012 masih stagnan di angka
tersebut. Target tahun 2014 yang scbcsar 2,1 per perempuan usia
reproduksi tidak dapat dicapai.
f) Penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 29,5% pada akhir
tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007),
17,9 % pada tahun (Riskesdas, dan 19,6% pada tahun 2013
(Riskesdas, 2013). Prevalensi anak balita pendek (stunting) menurun darl
36,80% pada tahun 2004, 35,60% pada tahun 2010, dan menjadi 37,2%
pada tahun 2013.
Penycdiaan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sampai dengan
akhlr tahun 201 1 telah dilakukan di 1.721 rumah sakit yang terdiri atas
pelayanan di 827 rumah sakit pemerintah dan 894 rumah sakit swasta dengan
dukungan tempat tidur ('IV I') sebanyak 168_656 '1"1' atau rasio tempat tidur
sebesar 0,71 '1"1' per 1.000 penduduk dan Pelayanan Obstetri Neonalal
Komprehensif(PONEK) sebesar 389 rumah sakil. Semenlara ilu, dalam
pelayanan kesehalan dasar dilakukan di 9.323 puskesmas yang terdiri atas
3.019 puskesmas perawatan,
6.304 puskesmas nonperawatan, I -579 puskesmas Pelayanan Obstetri
Neonatal Dasar (PONED), dan 23.274 puskesmas pembantu.
•ł•ampak kecenderungan peningkatan persentase penduduk yang
memłliki jaminan kesehatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, hanya
49% penduduk yang memiliki jaminan kesehatan. Angka itu berubah cukup
bermakna menjadi 63, I % pada tahun 201 1 , dan dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 201 1 tcntang Badan
PcnyclcnggaraJaminan Sosial (BPJS), meningkat lagi menjadi 66,82% pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 tidak tersedia data yang cukup dapat
diandalkan, tetapi dengan telah beroperasinya BPJS diyakini adanya
peningkatan pada tahun 2013 itu sehingga target pada 2014 sebesar 80, akan
tcrcapai.
Kementerian Kesehatan pada awal tahun 2015 telah meluncurkan
program Nusantara Sehat (NS). Program ini sebagai salah satu prioritas
selama 5 tahun ke depan. Program ini merupakan penguatan pelayanan
kesehatan primer yang fokus pada upaya promołif-preventif yang berbasis
pada lim. Tujuan utama program NS ialah mewujudkan pelayanan upaya
kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap anggota masyarakat,
terutama oleh mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil yang berada
di pelosok Nusantara. Pendekatan yang dilakukan program NS bersifat lebih
menyeluruh dan melibalkan anggoła tim yang berbeda latar belakang, mulai
dari dokter, bidan, perawat, serta tenaga kesehatan lainnya. Menurut penulis,
terobosan ini sangat penting untuk dilaksanakan secara benahap. Agar
program pcnting ini dapat berjalan lancar dan makin meningkat, dipandang
pcnting adanya: I ) kęjclasan dan kepastian pengembangan karier tenaga-
tenaga kesehatan dari program NS; 2) adanya pembinaan yang terus-
menerus; 3) adanya pengawasan pelaksanaan program NS yang saksama-,
dan 4) adanya dukungan sumber daya yang memadał
Penelitian dan pengembangan kesehałan diarahkan pada riset yang
menyediakan informasi untuk mendukung program kesehatan. Upaya ini,
antara lain terlihat dari beberapa terobosan riset seperti Riset Kesehatan
Dasar (Rłskesdas), Rłset Fasilitas Kesehatan (Rlfaskes), Riset Tanaman Obat
dan Jamu (Ristoja), Riset Khusus Pencemaran Lingkungan (Rikus
Cernarling), Riset Budaya Kesehatan, Riset Kohort Tumbuh Kembang dan
Penyakit Tidak Menular (PIN), serta Riset Registrasi Penyakit dan Studi Diet
•łôtal.
Pembcrdayaan masyarakat dalam pernbangunan keschatan sangat
pcnting. Hal ini dapat dijclaskan bahwa di samping kctcntuan ini ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. juga
terdapat perkembangan sebagai berikut:
a) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber dayapembangunan nasional
berasal dari kontribusi/partisipasi masyarakat.
b) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat berasaskan gotong
royong, merupakan budaya masyarakat Indonesia yang perlu
dilestarikan. c) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab
utama terjadinya permasalahan kesehatan. Oleh sebab itu,
masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut
dcngan pendampingambimbingan pemerintah.
d) Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi
permasalahan kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat,
sedangkan masyarakat mcmpunyai potensi yang cukup bcsar untuk dapat
dimobilisasi dalam upaya pencegahan di wilayahnya-
e) Potensi yang dimiliki masyarakat, di antaranya meliputi community
leadership, community organization, community financing, community
material, community knowledge, communify technologv, dan
community dectsion making process, dalam upaya peningkatan
kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan.
f) Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya
pengobatan, dan masyarakat juga mernpunyai kemampuan untuk
melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya pemberdayaan
masyarakat terutama untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PIIBS)
(Permenkes No. 65, 2013).

2. Tantangan
a) Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi,
antara Iain: rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang tampak dari
masih tingginya AKB, angka kematian anak balita (AKABA) dan AKI,
serta tlngginya proporsi anak balita yang mengalaml glZ1 kurang.
Masalah kesehatan masyarakat Iainnya yang dihadapi ialah beban ganda
penyaklt, yaitu di satu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang
harus ditangani, di Iain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak
menular, Selain itu, beberapa penyakit infeksi cenderung meningkat
kembali (re-emerging diseases) seperti penyakit TB dan malaria.
Penyakit infeksi baru (new emerging dtseases) juga telah muncul.
terutama yang disebabkan Oleh Virus seperti: SARS, dan fiu
burung (avian influenza). Ke dcpannya Indonesia perlu mewaspadai
timbulnya pcnyakit-penyakit bam yang diakibatkan oleh virus.
Tantangan lain yang dihadapi ialah adanya kecenderungan meningkatnya
masalah kesehatan jiwa, masalah-masalah yang berkaitan dengan usia
lanjut yang akan menyebabkan meningkatnya beban pelayanan dan
pembiayaan kesehatan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan akibat
kerja, dampak perubahan iklim, dan meningkatnya pencemaran
lingkungan serta perubahan gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit
_jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), kanker, dan penyakit
tidak menular lainnya juga cenderung meningkat. Dalam pembiayaan
kesehatan di masa depan diharapkan hampir seluruh penduduk Indonesia
diperkirakan telah dicakup oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang
Keschatan.
b) Tantangan dalam upaya kesehatan terutama mengenai kesenjangan
kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu
antanvilayah, gender, dan antarkelompok tingkat sosial ekonomi;
pelayanan kesehatan reproduksi yang masłh lemah; serta terbatasnya
jumlah dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. Sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang aman, bermanfaat, dan bermutu
diperkirakan belum sepenuhnya tersedia secara merata dan terjangkau
oleh masyarakat.
c) Belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga
kesehatan merupakan tantangan bagi pengembangan dan pemberdayaan
SDM kesehatan, bahwa menjclang tahun 2025 pemenuhan scluruh
kcbutuhan SDM kcschatan bagi pcmbangunan kcschatan telah tcrcapai.
d) Desentralisasi bidang kcschatan dan komitmcn pcmcrintah belum dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Kerja sama lintas sektor dan dukungan
peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting
Manajemen atau pcngelolaan kesehatan yang meliputi kebljakan
kesehatan, adnumstrasi kesehatan, słslem informasł kesehałan, dan
hukum kesehatan yang mencakup perlindungan masyarakat, penegakan
dan kesadaran hukum belum sepenuhnya mendukung pembangunan
kesehatan. Meskipun sistem informasi kesehatan sangat penting untuk
mendukung pembangunan kesehatan, lidak mudah dalam
pengembangannya agar berhasil guna dan berdaya guna (Hapsara, 2013).
S) Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui kelompok
masyarakat, organisasi masyarakat, dunia usaha, dan pihak lain
terkait pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupatcn/kota masih
kurang optimal seperti yang diharapkan. Dalam kaitan ini
tantangannya meliputi: a) penggerakan masyarakat, b)
pengorganisasian masyarakat dalam
pemberdayaan, c) advokasi, d) kemitraan, dan e) peningkatan sumber
daya masih terbatas. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan pada
umumnya maslh menempatkan masyarakat sebagai objek, bukan sebagai
subiek pembangunan kesehatan. Pengetahuan, sikap, dan perilaku serta
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat masih belum memadai
(Ilapsara, 2014).
f) Sclain itu, dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan keschatan yang
berkualitas, beberapa masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat
dari perubahan sosial budaya, ekonomi, dan politik serta perubahan
lingkungan strategis, haik global, regional, maupun nasional. Perubahan
sosial budaya, ekonomi, dan politik yang berpotcnsi teriadinya konflik
sosial dapat menimbulkan masalah kesehatan. Terorisme, terutama
bioterorisme dapat menjadi ancaman dalam pembangunan kesehatan-
Tantangan global yang dihadapi merupakan upaya dalam pencapaian
sasaran Millennium Development Goals (MDGs). Tantangan global Iainnya,
antara lain perdagangan bebas dan sumber daya kesehatan yang ikut
mengglobal, perlu diantisipasi. Pengaruh globalisasi dan liberalisasi
perdagangan serta pelayanan publlk melalut kesepakatan General Agreement
on Trade in Service (GATS) dan Trade-Related Aspects ofIntellectual
Property Rights (TRIPS), dimulainya Pasar Bebas ASEAN pada tahun 2003
dan Pasar Bebas Asia Pasifik pada tahun 2020 akan memengaruhi berbagai
aspek penyelenggaraan pembangunan keschatan. Masuknya modal asing
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan seperti rumah sakil dan tenaga
kesehalan asing perlu diwaspadai. Bentuk kewaspadaan antara lain
diperlukannya langkah-langkah nyata dalam mempersiapkan diri khususnya
di bidang kualitas, kecukupan, dan pemcrataan SDM serta mcnyusun
rcgulasi untuk mcncegah dampak negatif globalisasi terhadap pelayanan
kesehatan di dalam negeri (I lapsara, 2013). Dalam lingkup nasional
tantangannya antara lain upaya penerapan kebijakan pemcrataan
pembangunan keschatan secara lebih luas, yang didukung sumber daya yang
cukup.
Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa tantangan penguatan upaya
kesehatan masyarakat terutama meliputi: masih terbatasnya pemerataan
pembangunan kesehatan, pelayanan kesehatan perorangan yang masih
terbatas mutunya, upaya kesehatan masyarakat yang masih kurang
berlUngsi, kemampuan pengelolaan alau manajemen pernbangunan
kesehalan yang belum kuat, dan peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan yang belum optimal.
Tantangan dalam pemberdayaan masyarakat meliputi belum optimalnya
penggerakan masyarakat, pengorganisasian masyarakat dalam
pemberdayaan, advokasi, kemilraan, dan penmgkatan sumber daya masih
terbatas.
Dari tiujauan terhadap RPJMN 2015—2019 lidak dikemukakan secara
spesifik dasar pembangunan kesehatan. Seperti diketahui. telah ditetapkan
dalam RPJPN 2005—2025 bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan
dcngan bcrdasarkan pada: l ) peri kemanusiaan, 2) pemberdayaan dan
kemandirian, 3) adil dan merata, serta 4) pengutamaan dan manlàat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia
usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Demikian pula dalam RPJPN 2005—2025 penekanan atau fokus
pembangunan kesehatan diberikan pada peningkatan perilaku kemandirian
masyarakat serta upaya promotif dan preventif- Dalam RPJMN 2015—2019
upaya promotifdan preventifmasih tampak kurang mendapat penekanan yang
saksama.
Sangat disyukuri dengan adanya pelaksanaan JKN maka upaya
kesehatan perorangan dapat makin diperkuat_ Dalam perkembangan ini
pendekatan promotifdan preventifterutama hanya yang berkaitan dengan
upaya kesehatan perorangan- Situasi ini cenderung meneemaskan bila lidak
dilakukan bersama dengan penguatan upaya kesehatan masyarakat yang
memberi pengutamaan pada pendekatan promotif dan preventif dan
pcmberdayaan masyarakat secara kcsclumhan.
Melandaskan pada kecenderungan-kccendcrungan tcrscbut upaya
kesehatan masyarakat dipandang penting dan pemberdayaan masyarakat
perlu semakin diperkuat dalam mendukung upaya peningkatan akselerasi,
pemerataan, dan mutu pelaksanaan pembangunan kesehatan Sepeltl
diketahui bahwa pengualan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat sudah ditekankan pentingnya sejak penetapan SKN 1982 dan
telah dilaksanakan dengan komitmen yang cukup baik. Tetapi, sampai
dewasa ini tampak jika penguatan tersebut masih kurang berhasil sepertl
yang diharapkan.
Menurul pandangan penulis, berdasarkan pengamatan dan pengalaman
di Indonesia dan beberapa negara di dunia, masalah tersebut terutama
disebabkan oleh:
1. Pendckatan yang digunakan dari upaya kcsehatan hanya pendckatan
sttuktural saja, yaitu pelayanan tingkat primer, sekundcr, dan tersier.
Pendekatan ini terutama bersifat normatif atau rasional dan empiris
saja,
kurang menggunakan pendekatan proses penguatan yang lebih terarah,
menyeluruh, dan saling terkait serta realistis.
2. 'lérbalasnya sumber daya pendukung terutama sumber daya manusia,
informasi, dan pembiayaan.
Oleh karena itu, dipandang penting bila penguatan upaya kesehatan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat mengeunakan pendekatan proses
penguatan yang lebih terarah, menyeluruh, dan saling terkait, serta realistis
dan didukung oleh sumber daya yang memadai

Anda mungkin juga menyukai