A. PEMBANGUNAN KESEIIATAN
1. Perkembangan
Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan
Dunia (\VIIO) serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
RPJPN Tahun 2005—2025 juga dinyatakan bahwa dalam rangka
mewujudkan sumber daya manusia (SI)M) yang berkualitas dan berdaya
saing, kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya
beli keluarga/masyarakat merupakan tiga pilar utama untuk meningkatkan
kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
SDM vang berkualitas mempakan subjek sekal igus objek
pembangunan Kualitas SDM menjadi semakin baik yang antara lain ditandai
dengan meningkatnya nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
dari 0,684 pada tahun 2000 pada peringkat ke- I I O dan 1 77 negara menjadi
0,734 pada tahun 2007 pada peringkat ke-l I I dari 1 82 negam dan pada
tahun 2013 menjadi 0,684 pada peringkat 108 dari 187 negara yang dinilai
(UNDP, 2007, 201 2, 2014).
Prospek ke depan pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan
kualitas SI)M, yang ditandai dengan meningkatnya [PM dan Indeks
Pembangunan Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang
di Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan Investasi dalam
memngkatkan kualilas sumber daya manusia. Indikator kesehatan yang
menjadi bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah dapat
ditingkatkan.
Menjelang tahun 2000 reformasi pembangunan kesehatan telah mulai
memberi fokus pada pentingnya pemberdayaan masyarakat, upaya
kesehatan, dan perubahan sosial budaya. Dengan adanya kajian-kajian yang
saksama dapat dikembangkan secara lebih spesifik kerangka pembangunan
kesehatan yang tcpat scsuai perkembangan masyarakat dan kcadaan
kcschatan. Dalam rencana pembangunan jangka menengah bidang kesehatan
tahun 2004—2009, antara lain tclah digariskan dalam agenda meningkatkan
kesejahteraan rakyat, salah satu sasarannya ialah meningkatkan kualitas
manusia yang secara mcnycluruh tccermin dari mcmbaiknya angka Indeks
Pembangunan Manusia serta meningkatnya pemahaman dan pengamalan
ajaran agama.
Mengantisipasi hal tersebut, mulai tahun 1999 pembangunan kesehatan
di Indonesia diselenggarakan dengan mengaeu pada dasar-dasar
pembangunan kesehatan, yaitu: I) pen kemanusiaan, 2) pemberdayaan dan
kemandłrian, 3) adil serta merata, dan 4) pengutamaan serta manfaat. Dalam
periode ini sudah mulai disadari adanya saling ketergantungan antarnegara,
termasuk pula dalam pembangunan kesehatan Tujuan Pembangunan
Milenium (MI)G) sangat penting untuk kesehatan, mengingał antara lain:
MDG memberi pengutamaan pada masalah kemiskinan. Kesehatan
merupakan fokus dari MDG dan ditekankan pentingnya kerja sama global
dalam pembangunan kcschatan. Tcnłtama mulai tahun 2013 dan 2014
tampak bahwa percncanaan pembangunan kcsehatan tclah lebih bcrsungguh-
sungguh mcnggunakan pendekatan bawah-atas, atas-bawah, partisipatif, dan
teknokratik. Di samping pendekatan-pendekatan tersebut, pendekatan politis
jelas penting untuk diacuUndang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan Inveslasi berharga
yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma sehat, yakni paradigma
yang mengutamakan upaya promotif-preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif-rehabilitatit Selanjutnya, Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional, mengamanatkan bahwa pelaksanaan
Sistem Kesehatan Nasional atau SKN ditekankan pada peningkatan perilaku
dan kemandirian masyarakat. profesionalisme sumber daya manusia
kesehatan. serta upaya promotif-prcvcntiftanpa mcngabaikan upaya
kuratifdan rchabilitatif, Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 40
Tahun 2004 tcntang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang
No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, diharapkan sistem pembiayaan kesehatan dapat
disempurnakan. Pemikiran dasar pembangunan kesehatan terutama tentan
dasar-dasar pembangunan kesehatan sangat penting untuk pengembangan
mock
2. Tantangan
a) Tantangan kebudayaan nasional di Indonesia dan kaitannya dengan
tantangan pembangunan kesehatan
Dalam RP.IPN 'ľahun 2005—2025 ditetapkan bahwa pembangunan
nasional pada tahun 2025 diarahkan antara lain pada pcncapaian sasaran
pokok terwujudnya masyarakat Indonesia yang bcrakhlak mulia,
bcrmoral, beretika, berbudaya, dan beradab. Untuk mewujudkan
masyarakat tersebut arah pembangunan jangka panjang tersebut antara
lain: ( I ) pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan
peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan; (2)
pembangunan dan pemantapan jati diri bangsa ditujukan untuk
mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik,
modern, dan unggul; sena (3) budaya inovatifyang beronentasi iptek
terus dikembangkan agar bangsa Indonesła menguasai ipłek serta mampu
berjaya pada era persaingan global.
Dalam RP.JMN Tahun 2015—2019 permasalahan dan isu strategis
dalam Revolusi Mental dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (l )
kedaulatan politik, (2) kemandirian ekonomi, dan (3) kepribadian dalam
kebudayaan. Isu strategis yang berkaitan dengan kepribadian dalam
kebudayaan tersebut meliputi: ( I ) belum optimalnya pemahaman,
penghayatan, dan kearifan Iokal yang relevan dengan kehidupan
bermasyarakat; (2) masih lemahnya upaya gotong royong; dan (3)
globalisasi telah membuka ruang yang sangat terbuka bagi setiap negara
dan bangsa untuk saling berinteraksi yang membawa dampak luas
hampir pada semua aspek kehidupan masyarakat.
Juga dalam RPJMN tersebut antara lain dikemukakan permasalahan
yang masih dihadapi dalam penguatan karakter dan jati diri bangsa,
meliputi : ( I ) adanya kecenderungan menurunnya pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari; serta (2) menurunnya daya juang dan budaya kerja serta
tenggang rasa dan toleransi łerhadap perbedaan yang dapat memicu
lerjadłnya konllik sosial.
Perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh faktor perkembangan kebudayaan di Indonesia_ Kebudayaan ialah
keseluruhan sistem gagasan, tłndakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat milik diri manusia dengan cara belajar
(Koentjaraningra 1985). Juga dikemukakan bahwa wujud kebudayaan
sebagai: (I) suat kompleks dari ide-ide, gagasan. nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, da sebagainya; (2) suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia masyarakat; dan (3) sebagai benda-benda hasil karya
manusia. Dikemukaka pula bahwa pada hakikatnya terdapat empat wujud
kebudayaan, yaitu: I nilai-nilai budaya, 2) sistem budaya: 3) sistem sosial,
dan 4) kcbudayaan fisi (Koentjaraningrat, 2011). Menurut JJ. Hoenigman,
kebudayaan dibedaka menjadi tiga yaitu gagasaniideal, aktivitas/tindakan,
dan artefäk'karya Kebudayaan memiliki unsur-unsurpokok, yaitu: ( I ) alat-
alatteknologi, C sistem ekonomi, (3) keluarga, dan (4) kekuasaan politik
(Melvill J. Herskovit 2008). Sementara itu, bentuk kebudayaan pada
pokoknya terdiri atas (l kebudayaan materiil, dan (2) kebudayaan
nonmateriil yang bersifat idealisti!
Kebudayaan nasional di Indonesia menghadapi berbagai tantangan sebaga
berikut: a. Masih berkutat pada pangan, sandang, dan papan
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa budaya adalah penuangan
manusia dalarn mcngatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang
paling mendasar bagi manusia ialah masalah makan, pakaian, dan
penłmahan. Ketlka orang kekurangan gizi, bagaimana ia akan menjadi orang
yang cerdas? Ketika kebutuhan pokok tidak terpenuhi, bagaimana orang
akan berpikir maju dan menciptakan teknologi yang hebat?
Perubahan dipandang sebagai karakteristik umum dari semu
kebudayaan. Proses perubahan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seper
akulturasi, asimilasi, dan difusi. Akulturasi adalah proses sosial yang timbt
dari satu kelompok manusia berhadapan dengan suatu kebudayaan tertentl
Kebudayaan tersebut membawa nilai-nilai baru yang mengakibatka
diterimanya kebudayaan tersebul oleh nilai-nilai lokal, tanpa menyebabka
hilangnya kepribadian kebudayaan. Asimilasi adalah proses
pencampurbaura unsur-unsur kebudayaan, baik secara individual maupun
kelompok sehingg terbcntuk kebudayaan baru dan dapat dirasakan olch
para pendukungnya tanp mengalami kccanggungan. Difusi adalah
penyebaran unsur-unsur buday dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
Difusi berlangsung, baik di dalai maupun antarmasyarakat (Sulasman et 20
13).
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat lebih
memahan tantangan-tantangan dalam kebudayaan nasional klła.
b. Masalah pendidikan yang tepat
Pendidikan masih menjadi permasalahan yang patut menjadi perhatian
serius jika bangsa ini ingin dipandang dalam percatumn dunia. Ada fenomena
yang menarik tcrkait dengan hal ini, yaitu kolaborasi kebudavaan dengan
pendidikan, dalam arti sistem pendidikan yang ada mengintrinsikkan
kebudayaan di dalamnya. Kebudayaan meniadi spirit dari sistem pendidikan
yang kita terapkan
Mengejar kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Problem ini beranjak ketika kila masih menjadi konsumen produk-
produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang
dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusifbagi para ilmuwan
untuk melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk teknologi baru.
Jlka tetap mengandalkan impor dari produk Inar negeri, kita akan terus
terhelakang, Oleh karena itu, hal ini menjadi Lantangan bagi kila untuk
mengejar ketertinggalan iptek dari negata-negara maju.
d. Kondisi alam global
Salah satu dampak pemanasan global ialah meningkatnya suhu
permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang. Ilal itu mengaklbatkan
gunung es di Amerika Latin mencair. Dampak lanjulannya ialah kegagalan
panen, yang hingga tahun 2050 mcngakibatkan 130 juta penduduk dunia,
tcnatama di Asia, kelaparan, Pertanian gandum dl Afrika luga mengalami hal
yang sama. Dampak pemanasan global juga dapat berupa meningkatnya
permukaan laut, lenyapnya beberapa spesies, dan bencana nasional yang
semakin meningkat. Disebutkan 30% garis pantai di dunia akan lenyap pada
tahun 2080. Lapisan es di kutub meneair hingga terjadi aliran air di Kulub
Utara. Hal itu mengakibaukan Terusan Panama terbenam.
Naiknya suhu memicu topan yang Iebih dahsyat sehingga memengaruhi
wilayah pantai yang sclama ini aman dari gangguan badai. Banyak tempat
yang kini kering semakin kering, sebaliknya berbagai tempat basah akan
semakin basah. Kesenjangan distribusi air secara alami ini akan berpotensi
meningkatkan ketegangan dalam pcmanfaatan air untuk kepentmgan industri,
pertaman, dan penduduk. Asia menjadl bagian dan bumi yang akan paling
parah. Perubahan iklim yang tidak terdeteksi menjadi beneana lingkungan dan
ekonomi, dan buntutnya ialah tragedi kemanusiaan.
Kebudayaan nasional Indonesia menghadapi berbagai tantangan,
tenltama modernisasi, globalisasi, westernisasi, atau amerikanisasi_ Oleh
karena itu, diperlnkan berhagai upaya untuk mempertahankan kehudayaan
Indonesia.
Sumbcr: Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-Teori Kebudayaan, dari Teori
hingga Åplikasi.
l) Masalah deraiat kesehatan dan gizi masyarakat yang pada umumnya masih tinggi
Angka kematian ibu (AKI) maslh cukup tinggi, walaupun dalam beberapa dekade
terakhir AKI telah mengalami penurunan- Menurut SDKI (1994), AKI di
Indonesia sebesar 390 per 100.000 kelahiran Ilidup, kemudian menurun menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup (SI)KI, 2007). Berdasalkan hasil sensus
penduduk (SP, 2010), AKI di Indonesia sebesar 346 per 100.000 kelahlran hidup,
sementara berdasarkan hasil survei SDKI tahun 2012 sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup.
Kematian bayi dan balita terus mengalami penurunan. Namun demikian,
capaian pada tahun 2012 Iersebul masih eukup jauh dan target MDG 4 sebcsar 32
per I .000 kelahiran hidup. Kemauan neonatal juga terus meugalaml penurunan
sampal dengan tahun 2010, selatuutnya tidak berubah pada tahun 2012.
Lambatnya penurunan kematian neonatal yang berkontribusi pada 59,4 persen
kematian bayi (SDK 2012) mcnyebabkan tetap tingginya angka kematian bayi
(AKBY
Permasalahan giv.i yang utatna ialah kekurangan dan kelebihan gi7.i
pada saat vang bersamaan dan terjadi pada seluruh kelompok umur.
Kekurangan gizi yang diukur dengan stunting (pendek) telah teriadi sejak
anak lahir, dengan prevalensinya meningkat hingga anak berusia dua tahun
dan terus terjadi hingga usia lima tahun. Pada tahun 201 3, prevalensi
stunting pada balita mcncapai 37,2 persen, prevalensi balita yang mengalarni
wasting (kums) mencapai 12,1 persen, dan underweighl sebesar 19,6 petsen.
Tantangan utama dalam peningkatan status gizi masyarakat ialah
meningkatkan intervensi gizi spesifik serta peningkatan intervensi sensitifmelalui
penguatan regulasi, kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan hagi upaya perbaikan
gizi Lermasuk lk•ningkulan jumlah dun kualitas surnber dayu men
ingkutkan akses masyarakat terhadap pangan yang berkualitas, dan
mendorong pola hidup makan sehat terutama dengan penurunan
konsumsl gula, Iemak, dan garam untuk menurunkan faktor risiko
penyakit tidak menular. Tantangan Iainnya yang perlu diselesaikan ialah
disparitas masalah givi yang masih cukup tinggi antarprovinsi,
antarkabupaten,'kota, serta antarkelompok sosial ekonomi masyarakat.
2) Masalah promosi kesebatan, pemberdayaan masyarakat. pengembangan SDM
kesehatan dan manajemen serta sistem informasi kesehatan yang masih
kurang optimal
Pelayanan keseharan belum sepenuhnya mendorong upaya promosi
kesehatan, termasuk minimnya tenaga promosi kesehatan. Selain itLL regulasi
yang mendukung kebijakan bemawasan kesehatan masih terbatas dan penegakan
hukum maslh Iemah. Upaya pemngkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat belum optlmal sehlngga diperlukan peningkatan komunikasi,
Informasi, dan khususnya dalarn rangka peneapaian perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).
Tantangan utama dalam promosi kesehatan ialah keberlanjutan
bangunan kesehatan dan sektor-sektor lain sehingga peran serta sektor-
or lain dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dapat
ingkat. Tantangan lainnya ialah jumlah dan mutu kegiatan komunikasi.
masi, dan edukasi masih perlu ditingkatkan; memfasilitasi kesehalan
k menjamin efeklivilas berlangsungnya promosł dan konseling kesehatan
ra baik perlu ditłngkatkan; efektivitas berbagai gerakan sosial, advokasi,
kemłtraan perlu diefektitkan; kebijakan publik untuk menciptakan
kungan perlu dikcmbangkan; serta partisipwsi BM dan kerya sama
an swasta perlu ditingkatkan
Permasalahan tenaga kesehatan terjadi pada Sisi produksi dan
rsediaan, persebaran, dan penempatan, serta mutu dan kinerja. Tantangan
ma dalam pemenuhan tenaga kesehatan ialah menjamin kecukupan dengan
mgkatkan keselarasan dalam produksi, penyebaran, dan penempatan
ga kesehatan serta kualitas dan kinerja tenaga kesehatan. Tantangan
kutnya ialah meningkatkan perekrutan, persebaran, dan retensi tenaga
hatan melalui pengembangan sistem karier dan perieniangan serta Insentif
nsial dan nonfinansial terutama untuk pemenuhan tenaga kesehatan di
ah DPTK.
Beberapa permasalahan yang terkait dengan manąiemen kesehatan.
ra lain. kclersediaan data unłuk mendukung evidence based planning yang
m didukung sistem Intarmasi vang kuat; terbatasnya kemampuan hukum
hatan, kapasitas penelitian, dan pengembangan yang belum optimal;
ronisasi pereneanaan pembangunan antara perencanaan nasional. provinsi,
kabupatcn./ kota yang lemah
Tantangan yang dihadapi ialah meningkatkan kemampuan teknis dan
ajemen pengelolaan program, baik di pusat, provinsi, maupun
patenikota; menguatkan sistem informasł kesehatan sebagai bagian dari
ncanaan, pemantauan, dan evaluasi program pembangunan kesehatan
asuk pengembangan sistem pendałaan angka ketnatian ibu di daełah yang
andardisasi; meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan
hatan; meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan
ana•, serta meningkatkan upaya riset dalam negeri terkait pemenuhan
n baku obat termasuk pemanfaatan keanekaragaman hayati sehagai hahan
obal kirnia dan tradisional.
yanan kcschatan dan bcrbagai dukungan yang masih kurang mcmadai
nambungan pelayanan (continuum Q/'care) kesehatan ibu, anak, dan
aja belum terjaga, termasuk seperti anemia ibu hamil, pemakaian
rasepsi, dan ASI eksklusifyang masih rendah Standar kualitaspelayanan
hatan dasar masih belum sepenuhnya mendukung upaya kcschatan ibu
anak
Tantangan utama yang dihadapi dalam peningkatan kesehatan ibu,
bayi. dan remaja ialah metljamin kebet langsungan pelayanan (çontinuum
ofcare). Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Ianjut usia, perlu
tems dikembangkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas
bagi penduduk laniut usia. Tantangan berikutnya ialah menjamin
ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, menurunkan fertilitas dan memperbaiki status gizi
remaja perempuan dan ibu hamil, serta menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan anak di pusat, provmsi, dan kabupaten/kota,
Indonesia masih menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Secara umum, prevalcnsi pcnyakit
tidak menular (PTM) terus meningkat dan pada tahun 2013 berkontribusi
pada 69 persen dari seluruh kematian di Indonesia. Peningkatan beban PTM
sejalan denean meningkatnya faktor risiko sepertl htpertensl, tingginya
glukosa darah, dan obesitas, terutama karena pengaruh pola makan, kurang
aktivitas fisik, dan merokok. Meningkalnya kasus PTM diperkirakan akan
menarnbah beban pemerintah dan masyarakat karena penanganannya
membutuhkan bias,a yang besar dan memerlukan teknologt tinggt.
Kematian akibat penyakit menular cenderung menurun, sejalan
dengan penurunan prevalensi demam berdarah dengue (DBD). diare,
malaria, TB dan AIDS. Prevalensi ISPA- pneumonia, dan hepatitis justru
mengalami peningkatan antara tahun 2007 sampai 2013. Hal im
menunjukkan adanya peningkatan keberhasilan penanganan kasus berbagai
penvakit menular, walaupun tantangannya masih besar, antara Iain
muneulnya risiko multi-drug resistance TB, infcksi baru HIV yang masih
tinggi, masih tingginya insidcn malaria dan DBD di daerah-daerah tettentu.
Tantangan pengendalian penyakit menular, antara Iain peningkatan
surveilans epidemiologi dan pencegahan penyakit termasuk imumsasi,
pemngkatan penemuan kasus dan tata laksana kasus, serta peningkatan
upaya eliminasi,'eradikasi penyakil terabaikan (negiecied Iropical diseases).
SemenLara itu, tantangan pengendalian penyaklt tidak menular, yaltu
penumnan taktor riSlko biologl, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, dan perbaikan kesehatan lingkungam Peningkatan pendendalian
penyakit perlu difokuskan pada penyakitpenyakit yang memberikan heban
(hurden ofdisease) yang besar serta penyakit yang dapal berdampak pada
pembiayaan yang besar
Akses terhadap pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
masih terbatas temtama pada daerah temnggal, perbatasan, dan kepulauan
2. Tantangan
a) Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi,
antara Iain: rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang tampak dari
masih tingginya AKB, angka kematian anak balita (AKABA) dan AKI,
serta tlngginya proporsi anak balita yang mengalaml glZ1 kurang.
Masalah kesehatan masyarakat Iainnya yang dihadapi ialah beban ganda
penyaklt, yaitu di satu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang
harus ditangani, di Iain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak
menular, Selain itu, beberapa penyakit infeksi cenderung meningkat
kembali (re-emerging diseases) seperti penyakit TB dan malaria.
Penyakit infeksi baru (new emerging dtseases) juga telah muncul.
terutama yang disebabkan Oleh Virus seperti: SARS, dan fiu
burung (avian influenza). Ke dcpannya Indonesia perlu mewaspadai
timbulnya pcnyakit-penyakit bam yang diakibatkan oleh virus.
Tantangan lain yang dihadapi ialah adanya kecenderungan meningkatnya
masalah kesehatan jiwa, masalah-masalah yang berkaitan dengan usia
lanjut yang akan menyebabkan meningkatnya beban pelayanan dan
pembiayaan kesehatan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan akibat
kerja, dampak perubahan iklim, dan meningkatnya pencemaran
lingkungan serta perubahan gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit
_jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), kanker, dan penyakit
tidak menular lainnya juga cenderung meningkat. Dalam pembiayaan
kesehatan di masa depan diharapkan hampir seluruh penduduk Indonesia
diperkirakan telah dicakup oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang
Keschatan.
b) Tantangan dalam upaya kesehatan terutama mengenai kesenjangan
kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu
antanvilayah, gender, dan antarkelompok tingkat sosial ekonomi;
pelayanan kesehatan reproduksi yang masłh lemah; serta terbatasnya
jumlah dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. Sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang aman, bermanfaat, dan bermutu
diperkirakan belum sepenuhnya tersedia secara merata dan terjangkau
oleh masyarakat.
c) Belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga
kesehatan merupakan tantangan bagi pengembangan dan pemberdayaan
SDM kesehatan, bahwa menjclang tahun 2025 pemenuhan scluruh
kcbutuhan SDM kcschatan bagi pcmbangunan kcschatan telah tcrcapai.
d) Desentralisasi bidang kcschatan dan komitmcn pcmcrintah belum dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Kerja sama lintas sektor dan dukungan
peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting
Manajemen atau pcngelolaan kesehatan yang meliputi kebljakan
kesehatan, adnumstrasi kesehatan, słslem informasł kesehałan, dan
hukum kesehatan yang mencakup perlindungan masyarakat, penegakan
dan kesadaran hukum belum sepenuhnya mendukung pembangunan
kesehatan. Meskipun sistem informasi kesehatan sangat penting untuk
mendukung pembangunan kesehatan, lidak mudah dalam
pengembangannya agar berhasil guna dan berdaya guna (Hapsara, 2013).
S) Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui kelompok
masyarakat, organisasi masyarakat, dunia usaha, dan pihak lain
terkait pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupatcn/kota masih
kurang optimal seperti yang diharapkan. Dalam kaitan ini
tantangannya meliputi: a) penggerakan masyarakat, b)
pengorganisasian masyarakat dalam
pemberdayaan, c) advokasi, d) kemitraan, dan e) peningkatan sumber
daya masih terbatas. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan pada
umumnya maslh menempatkan masyarakat sebagai objek, bukan sebagai
subiek pembangunan kesehatan. Pengetahuan, sikap, dan perilaku serta
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat masih belum memadai
(Ilapsara, 2014).
f) Sclain itu, dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan keschatan yang
berkualitas, beberapa masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat
dari perubahan sosial budaya, ekonomi, dan politik serta perubahan
lingkungan strategis, haik global, regional, maupun nasional. Perubahan
sosial budaya, ekonomi, dan politik yang berpotcnsi teriadinya konflik
sosial dapat menimbulkan masalah kesehatan. Terorisme, terutama
bioterorisme dapat menjadi ancaman dalam pembangunan kesehatan-
Tantangan global yang dihadapi merupakan upaya dalam pencapaian
sasaran Millennium Development Goals (MDGs). Tantangan global Iainnya,
antara lain perdagangan bebas dan sumber daya kesehatan yang ikut
mengglobal, perlu diantisipasi. Pengaruh globalisasi dan liberalisasi
perdagangan serta pelayanan publlk melalut kesepakatan General Agreement
on Trade in Service (GATS) dan Trade-Related Aspects ofIntellectual
Property Rights (TRIPS), dimulainya Pasar Bebas ASEAN pada tahun 2003
dan Pasar Bebas Asia Pasifik pada tahun 2020 akan memengaruhi berbagai
aspek penyelenggaraan pembangunan keschatan. Masuknya modal asing
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan seperti rumah sakil dan tenaga
kesehalan asing perlu diwaspadai. Bentuk kewaspadaan antara lain
diperlukannya langkah-langkah nyata dalam mempersiapkan diri khususnya
di bidang kualitas, kecukupan, dan pemcrataan SDM serta mcnyusun
rcgulasi untuk mcncegah dampak negatif globalisasi terhadap pelayanan
kesehatan di dalam negeri (I lapsara, 2013). Dalam lingkup nasional
tantangannya antara lain upaya penerapan kebijakan pemcrataan
pembangunan keschatan secara lebih luas, yang didukung sumber daya yang
cukup.
Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa tantangan penguatan upaya
kesehatan masyarakat terutama meliputi: masih terbatasnya pemerataan
pembangunan kesehatan, pelayanan kesehatan perorangan yang masih
terbatas mutunya, upaya kesehatan masyarakat yang masih kurang
berlUngsi, kemampuan pengelolaan alau manajemen pernbangunan
kesehalan yang belum kuat, dan peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan yang belum optimal.
Tantangan dalam pemberdayaan masyarakat meliputi belum optimalnya
penggerakan masyarakat, pengorganisasian masyarakat dalam
pemberdayaan, advokasi, kemilraan, dan penmgkatan sumber daya masih
terbatas.
Dari tiujauan terhadap RPJMN 2015—2019 lidak dikemukakan secara
spesifik dasar pembangunan kesehatan. Seperti diketahui. telah ditetapkan
dalam RPJPN 2005—2025 bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan
dcngan bcrdasarkan pada: l ) peri kemanusiaan, 2) pemberdayaan dan
kemandirian, 3) adil dan merata, serta 4) pengutamaan dan manlàat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia
usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Demikian pula dalam RPJPN 2005—2025 penekanan atau fokus
pembangunan kesehatan diberikan pada peningkatan perilaku kemandirian
masyarakat serta upaya promotif dan preventif- Dalam RPJMN 2015—2019
upaya promotifdan preventifmasih tampak kurang mendapat penekanan yang
saksama.
Sangat disyukuri dengan adanya pelaksanaan JKN maka upaya
kesehatan perorangan dapat makin diperkuat_ Dalam perkembangan ini
pendekatan promotifdan preventifterutama hanya yang berkaitan dengan
upaya kesehatan perorangan- Situasi ini cenderung meneemaskan bila lidak
dilakukan bersama dengan penguatan upaya kesehatan masyarakat yang
memberi pengutamaan pada pendekatan promotif dan preventif dan
pcmberdayaan masyarakat secara kcsclumhan.
Melandaskan pada kecenderungan-kccendcrungan tcrscbut upaya
kesehatan masyarakat dipandang penting dan pemberdayaan masyarakat
perlu semakin diperkuat dalam mendukung upaya peningkatan akselerasi,
pemerataan, dan mutu pelaksanaan pembangunan kesehatan Sepeltl
diketahui bahwa pengualan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat sudah ditekankan pentingnya sejak penetapan SKN 1982 dan
telah dilaksanakan dengan komitmen yang cukup baik. Tetapi, sampai
dewasa ini tampak jika penguatan tersebut masih kurang berhasil sepertl
yang diharapkan.
Menurul pandangan penulis, berdasarkan pengamatan dan pengalaman
di Indonesia dan beberapa negara di dunia, masalah tersebut terutama
disebabkan oleh:
1. Pendckatan yang digunakan dari upaya kcsehatan hanya pendckatan
sttuktural saja, yaitu pelayanan tingkat primer, sekundcr, dan tersier.
Pendekatan ini terutama bersifat normatif atau rasional dan empiris
saja,
kurang menggunakan pendekatan proses penguatan yang lebih terarah,
menyeluruh, dan saling terkait serta realistis.
2. 'lérbalasnya sumber daya pendukung terutama sumber daya manusia,
informasi, dan pembiayaan.
Oleh karena itu, dipandang penting bila penguatan upaya kesehatan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat mengeunakan pendekatan proses
penguatan yang lebih terarah, menyeluruh, dan saling terkait, serta realistis
dan didukung oleh sumber daya yang memadai