Dosen Pengampu
Sunandar Macpal
Oleh
Teguh PerdimanZain Al-Habsyi
183042035
Contoh ahli filsafat sosial dari zaman Aufkurung di Eropa Barat yang
mencoba melaksanakan metodologi ilmiah seperti terurai di atas adalah CL de
Secondat, Baron de la Brede et de Montesquieu (1689-1755), atau yang biasa
terkenal dengan nama Montesquieu saja. Ia mencoba meneliti beberapa gejala
sosial mengenai hukum, pengendalian sosial dan integrasi sosial dan himpunan
data yang dikumpulkannya dalam waktu kira-kira 20 tahun dari sejumlah
masyarakat yang berbeda-beda di Eropa, dianalisa secara komparatif induktif.
Akhirnya, dalam bukunya. tersebut Montesquieu juga mengajukan konsep tentang
kemajuan masyarakat melalui tiga tingkat evolusi sosial, yaitu: tingkat masyarakat
berburu atau tingkat liar (sauvage), tingkat betemak atau tingkat barbar (barbaris),
dan tingkat pertanian di mana berkembang peradaban (civilization),
Sejaman dengan para cendekiawan Perancis di atas ada pula seorang guru
besar sejarah Inggris bernama W. Robertson dari Universitas Edinburgh, yang
menulis buku berjudul The History of America (1777)", di mana diajukan soal-
soal yang kelak menjadi topik-topik penting dalam ilmu antropologi. Seperti juga
halnya dengan Montesquieu, Ia berpendirian bahwa aneka warna kebudayaan yang
kini tampak pada bangsa bangsa di muka bumi ini tidak disebabkan karena
bangsa-bangsa Itu dahulu berasal dari jenis-jenis mahluk induk yang berbeda.
melainkan karena mereka terkena pengaruh lingkungan alam yang berbeda-beda
dan karena proses belajar yang berbeda. Bangsa-bangsa di luar Eropa disebutnya
manusia dalam keadaan "infancy of social life", yang berarti bahwa ia
menganggap bangsa-bangsa itu sebagai contoh dari umat manusia yang berada
pada tingkat paling awal dari perkembangan kebudayaan manusia.
4. Filsafat Positivisme Dan Masalah Aneka-Warna Manusia
Auguste Comte adalah contoh dari ahli filsafat sosial yang paling
konsekuen menerapkan metode positivisme tersebut. Dalam buku raksasanya yang
tebalnya enam jilid itu, dan berjudul Course de Philosophie Positive (1830-1842),
Comte mengajukan pendapatnya mengenai metodologi ilmiah rum, artinya yang
dapat diterapkan terhadap semua ilmu pengetahuan yang ada, Suatu metodologi
semacam itu, katanya, tidak perlu lagi meneliti sebab arasi dari gejala-gejala yang
ada di dunia ini, tetapi hanya mencari, menganalisa, dan mendeskripsi hubungan
hubungan antara gejala-gejala yang ada itu secara eksak. kalau bisa dengan rumus-
rumus seperti dalam ilmu pasti.
Ilmu sosiologi sebagai ilmu yang baru oleh Comte dianggap terdiri dari
dua sub-ilmu, yaitu sosiologi statika dan sosiologi dinamika. Sub-ilmu yang
pertama mempelajari hubungan hubungan yang mantap antara bagian-bagian dari
masyarakat dan gejala-gejala dalam masyarakat, sedangkan sub-ilmu yang kedua,
yang lebih banyak menarik perhatian Comte sendiri, adalah sub-ilmu yang
mempelajari perobahan-perobahan dalam hubungan hubungan itu. Perubahan-
perubahan itu menurut Comte disebabkan karena cara berpikir manusia itu telah
mengalami perobahan dan proses perobahan melalui tiga tahap. Pada zaman
dahulu manusia berpikir secara teologi, yaitu bahwa sebab dari semua gejala itu
bersumber kepada kehendak roh-roh, dewa-dewa, atau Tuhan. Kemudian
berkembang tahap ke-2, yaitu tahap berpikir secara metafisik, yaitu tahap di mana
manusia menerangkan bahwa gejala-gejala itu bersumber kepada kekuatan-
kekuatan gaib atau abstrak.
BAB II
ETNOGRAFI DAN MASALAH ANEKA WARNA MANUSIA
Contoh ahli filsafat sosial dari zaman Aufkurung di Eropa Barat yang
mencoba melaksanakan metodologi ilmiah seperti terurai di atas adalah CL de
Secondat, Baron de la Brede et de Montesquieu (1689-1755), atau yang biasa
terkenal dengan nama Montesquieu saja. Ia mencoba meneliti beberapa gejala
sosial mengenai hukum, pengendalian sosial dan integrasi sosial dan
himpunan data yang dikumpulkannya dalam waktu kira-kira 20 tahun dari
sejumlah masyarakat yang berbeda-beda di Eropa, dianalisa secara komparatif
induktif. Akhirnya, dalam bukunya. tersebut Montesquieu juga mengajukan
konsep tentang kemajuan masyarakat melalui tiga tingkat evolusi sosial, yaitu:
tingkat masyarakat berburu atau tingkat liar (sauvage), tingkat betemak atau
tingkat barbar (barbaris), dan tingkat pertanian di mana berkembang
peradaban (civilization),
Ia juga menggunakan kerangka mengenai ketiga tingkat evolusi sosial
seperti apa yang digukan oleh Montesquie, ditambah dengan beberapa
gagasan mengenai apa yang dibayangkannya sebagai cara hidup manusia
dalan tiap tingkat itu dengan lebih terperinci. Konsepsi Turgot mengenai
kemajuan manusia adalah konsepsi siklus, yaitu bahwa manusia dalam
masyarakatnya maju sampai tercapai suatu situasi dimana masyarakat itu akan
menyebabkan kemundurannya sendiri lagi.
Auguste Comte adalah contoh dari ahli filsafat sosial yang paling
konsekuen menerapkan metode positivisme tersebut. Dalam buku raksasanya
yang tebalnya enam jilid itu, dan berjudul Course de Philosophie Positive
(1830-1842), Comte mengajukan pendapatnya mengenai metodologi ilmiah
rum, artinya yang dapat diterapkan terhadap semua ilmu pengetahuan yang
ada, Suatu metodologi semacam itu, katanya, tidak perlu lagi meneliti sebab
arasi dari gejala-gejala yang ada di dunia ini, tetapi hanya mencari,
menganalisa, dan mendeskripsi hubungan hubungan antara gejala-gejala yang
ada itu secara eksak. kalau bisa dengan rumus-rumus seperti dalam ilmu pasti.
Ilmu sosiologi sebagai ilmu yang baru oleh Comte dianggap terdiri
dari dua sub-ilmu, yaitu sosiologi statika dan sosiologi dinamika. Sub-ilmu
yang pertama mempelajari hubungan hubungan yang mantap antara bagian-
bagian dari masyarakat dan gejala-gejala dalam masyarakat, sedangkan sub-
ilmu yang kedua, yang lebih banyak menarik perhatian Comte sendiri, adalah
sub-ilmu yang mempelajari perobahan-perobahan dalam hubungan hubungan
itu. Perubahan-perubahan itu menurut Comte disebabkan karena cara berpikir
manusia itu telah mengalami perobahan dan proses perobahan melalui tiga
tahap. Pada zaman dahulu manusia berpikir secara teologi, yaitu bahwa sebab
dari semua gejala itu bersumber kepada kehendak roh-roh, dewa-dewa, atau
Tuhan. Kemudian berkembang tahap ke-2, yaitu tahap berpikir secara
metafisik, yaitu tahap di mana manusia menerangkan bahwa gejala-gejala itu
bersumber kepada kekuatan-kekuatan gaib atau abstrak.
BAB 5
BAB 6
Dengandemikianakantampakgambaranpersebaranataudifusidarinunsur-
unsurkebudayaan di masa yang
lampau.denganklarifikasikulturkreiseitudirekonstruksikanKulturhistorieumatmanusia
dantampakkembalisejarahpersebaranbangsa-bangsa di mukabumi.
MAZHAB SCHMIDT
W. SCHMIDT terkenaljugadikalanganilmuantropologikerenapenelitian
penelitiannyamengenaibentukreligi yang tertua.
IaberpendirianbahwakeyakinanakanadanyasatuTuhanbukanlahsuatauperkembangan
yang termudadalamsejarahkebudayaanmanusia. guru daricalon calonpendetapenyiar
agama katolik,
mudahdapatdimengertibahwaanggapanakanadanyakeyakinankepadadewatertinggidal
amalamjiwabangsa-bangsa yang masihrendahsekalitingkatkebudayaannya,
adalahanggapan yang sangatcocokdengandasar-dasarcaraberpikirnya,
danjugafilsafatnyasebagaipendeta agama Katolik. Dalamhubunganiniiayakinbahwa
agama berasaldariTitahTuhan yang diturunkankepadamakhlukmanusiawaktuiamula-
mulamuncul di mukabumi.
Sisa-sisaUrmonotheismus yangmerupakankeyakinankepadasatutokohDewaTertinggi,
tentudapatditemukandalamreligisukubangsa di dunia yang bisa di anggapsebagaisisa-
sisamanusiadahulu. Schmidt menganggapkelompok-kelompokNegritosebagaisisa-
sisamanusiazamandahulu, sepertijugahalnyakelompok-kelompoknegroidkecil yang
hidupdariberburu di berbagaitempat di daerahperairan Sungai Kongo di Afrika
Tengah, di kepulauan Andaman, diberbagaitempat di daerahhutanrimba Malaysia, di
pedalamanIrian (TerutamaIrianTimur).
Kerjasama yang eratantara guru danmurid, penyusunbahandanpengumpulbahan,
menyebabkanbahwa di sinitampaksuatumazhabdengan W. Schmidt sebagai guru
danparapendetaSocietasVerbiDivinisebagaimurid-muridnya, dengansatu-dua di
antaranya yang jugamenjaditerkenaldikalanganinternasional.
5. Teori Difusi Rivers
W.H. R. Rivers awalnya adalah seorang dokter dan ahli psikologi yang kemudian
tertarik pada bidang ilmu antropologi dan beliau ikut serta sebagai anggota
Cambridge Torres Straaits Expedition pada tahun 1899. Selama bekerja sebagai
anggota expedisi Rivers telah berhasil mengembangkan suatu metode yang metode
tersebut diuraikannya dalam buku yang berjudul A Genealogical Method
Antropological Inquiry. Metode yang digunakannya adalah metode wawancara yaitu
apabila seorang peneliti datang kepada suatu masyarakat, maka sebagian besar dari
keteragannya akan diperoleh dari para informan dengan berbagai macam metode
wawancara. Rivers mengalami bahwa banyak bahan keterangan mengenai kehidupan
suatu masyarakat dapat dianalisa dari daftar-daftar asal usul, atau geanalogi, dari para
informan itu. Dengan demikian seorang peneliti harus mengumpulkan sebanyak
mungkin daftar asal-usul individu-individu dalam masyarakat objek penelitiannya
itu.dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan mengenai kaum kerabat atau nenek
moyang tadi sebagai pangkal, soerang peneliti dapat mengembangkan suatu
wawancara yang luas sekali menegenai bermacam-macam peristiwa yang
menyangkut kaum kerabat dan nenek moyang tadi dengan pernyataan-pernyataan
yang kokret. Metode ini dikenal dengan metode genealogi.
BAB 8
1. Uni Soviet Sejak zaman kerajaan Tsar dalam abad yang lalu juga mempunyai
ahli-ahli eksplorasi sama seperti negara-negara di Eropa. Ahli-ahli etnografi di
uni Soviet di antaranya N.K. Mikhailovsky, ahli sosial, pengarang, dan ahli
kritik, M.M. Kavalevsky, seorang ahli sejarah dan filsafat sosial, C.
Plekhanov, pengarang dan ahli politik. Di rusia ilmu antropologi hanya
terbatas pada antropologi budaya (etnografiya)¸ yang terpisah dari antropologi
fisik(antropologiya), dan juga terpisah dari ilmu folklor. Antropologi Rusia
dalam metodenya juga sudah terpengaruhi dari ilmu antropolog Amerika,
metode-metode antropologi Amerika dipakai untuk menganalisa proses-
proses asimilasi dan akulturasi dari penduduk daerah dengan sistem dan
politik di Uni Soviet. Dan antropologi
3. Ilmu Antropologi di Rumania, Para ahli filsafat sosial Rumania telah turut serta
dalam aktivitas ilmiah internasional sejak abad ke-19 yang lalu. Ilmu-ilmu
Antropologi juga baik dalam arti antropologi fisik maupun dalam arti
antropolgi budaya yang belum lama berselang merupakan dua ilmu yang
berdiri sendiri. Tidak mempunyai yang lama dalam dunia ilmiah di Rumania.
Para ahli antropologi yang disebut F. Rainer, seorang ahli antropologi
Rumania.
1. FUNGSIONALISME MALINOWSKI
Riwayat hidup. Teori-teori fungsional dalam ilmu antropologi mulai
dikembangkan oleh seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah teori
antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942). Ia lahir Cracow, polandia
sebagai putra keluarga bangsawan polandia. Ayahnya adalah guru besar dalam ilmu
sastra slavik, jadi tidaklah mengherankan apabila Malinowski memperoleh
pendidikkan yang kelak memberikannya suatu karir akademik juga. Dalam tahun
1908 ia lulus Fakultas ilmu Pasti dan Alam dari Universitas Cracow, tetapi selama
studinya ia gemar membaca buku tentang floklor dan dongeng-dongeng rakyat,
sehingga ia menjadi tertarik akan ilmu psikologi. Ia kemudian belajar psikologi
dibawah seorang guru besar Psikologi, yang pada waktu itu sangat terkenal, yaitu
W.Wundt, di Leipzig, jerman.
Sehabis perang pada tahun 1918 ia pergi ke Inggris karena mendapat
pekerjaan sebagai asisten ahli di London scool of Economics. Karena terserang
penyakit paru-paru, maka baru dalam tahun 1921 ia dapat melakukan buku-buku
hasil penelitiannya di papua nugini. Dalam tahun 1924 malinowski naik pangkat
menjadi lector, dan pada waktu itu terbit bukunya yang kedua mengenai Trobriand,
yaitu crime and custom in safage soclety (1926). Setahun kemudian dia diangkat
menjadi guru besar penuh dalam ilmu antropologi, suatu jabatan yang baru pertama
kali diadakan di London scool of economics pada waktu itu.
Berkatian dengan penelitiannya terhadap antroplogi praktis atau terapan tadi,
ia beberapa kali di minta menjadi konsultan departemen pemerintahan colonial
inggris. Dalam kedudukan ia pernah mengunjungi Afrika selatan dan Afrika Timur
dalam tahun 1934.
Ia juga banyak diundang untuk memberi ceramah diberbagai universitas di
Eropa dan Amerika dalam dasawarsa antara tahun 1926 dan 1936. Dalam tahun
1938 ia sekali lagi pergi ke Amerika Serikat, dan akhirnya menetap di Negara itu
setelah pada tahun 1939 pecah perang Dunia II. Dalam tahun 1940 ia diundang
sebagai guru besar tamu di Universitas Yale, pada saat itulah ia mulai tertarik lagi
pada kesukaannya yang lama, yaitu ilmu Psikologi, karena di Universitas Yale ada
ahli ahli Psikologi-behaviorisme seperti N.E. Miller dan J.Dollard, yang
mengembangkan teori-teori baru tentang proses belajar, sebagai hasil penelitian-
penelitian mereka dengan binatang-binatang percobaan di laboratorium.
Etnografi berintegrasi secara fungsional. Karangan Etnografi pertama khasil
penelitian lapangan dikepulauan trobriand disebelah tenggara papua nugini berjudul
Argonauts of the western facific(1922), telah banyak menarik perhatian kalangan
luas, tidakk hanya diantara para ahli antropologi, tetapi juga diantara para ahli
sosiologi dan kalangan awam. Pokok pelukisannya adalah suatu system perdagangan
antara penduduk kepulauan trobriand atau boyowa, kepulauanAmphlett, kepulauan
D’entrecasteux atau Dobu, pulau St Aignau atau misima, kepulauan laughlan atau
nada, Woodlark atau muruah, yang semuanya terletak disebelah timur pucuk ekor
papua nugini tenggara. Dengan hanya perahu-perahu kecil yang bercadik dan dengan
awak kapal yang berjumlah 10 hingga 15 orang, penduduk trobriand dan kepulauan
lain diatas, berani menyebrangi laut terbuka untuk berlayar dari pulau ke pulau
sampai beratus ratus mil jauhnya. Benda-benda yang diperdangankan dengan jalan
tukar menukar (barter) berupa berbagai macam bahan makanan, barang kerajinan,
dan alat-alat perikanan, perkebunan, dan rumah tangga, tetapi disamping itu pada
tiap transaksi diadakan tukar menukar dua macam benda perhiasan yang dianggap
mempunyai nilai yang sangat tinggi, yaitu kalung-kalung kerang (sulava) yang
beredar kesatu arah mengikuti arah jarum jam, dan gelang-gelang kerang ( mwali)
yang beredar kearah yang berlawanan. Sistem perdagangan tersebut di sebut system
kula.
Hal yang sangat unik dari Etnografi Malinowski, yang belum pernah
dilakukan pengarang Etnografi sebelumnya, adalah cara Malinowski
menggambarkan hubungan berkait antara sistem kula dengan lingkungan alam
sekitar pulau-pulau serta berbagai macam unsur kebudayaan dan masyarakat
penduduknya, yaitu cirri-ciri fisik dari lingkungan alam tiap pulau, keindahan laut
kerangnya, aneka warna floranya, pola-pola pemukiman komunitas-komunitas serta
kebun-kebunnya, arti lingkungan alam dari pulau-pulau bagi bahan untuk membuat
perahu, serta barang-barang yang diperdagangkan dalam kula, system kekerabatan
serta kaitannya dengan kerja sama dalam sistem kula, sistem pimpinan desa dan
pimpinan kula, sistem milik perahu-perahu, cara-cara pengerahan tenaga kapal untuk
kula, teknik pembuatan kapal bercadik, ilmu pesta-pesta dan upacara-upacara agama
sebelum dan sesudah perjalanan kula, sikap penduduk terhadap perhiasan yang
tinggi nilainya yaitu sulava dan mwali.
Erat bersangkutan dengan penelitian observasi yang cermat, ia mensyaratkan
untuk secara berdisiplin dan teratur mengisi suatu buku catatan harian, antara lain
dengan maksud untuk mengevaluasi diri sendiri sebagai peneliti.dengan penelitian
observasi mendalam Malinowski juga mensyaratkan agar para ahli peneliti lapangan
melatih diri untuk mencapai ketrampilan dalam penelitian analitikal, yaitu
menerangkan latar belakang dan fungsi dari adat tingkah-laku manusia dan pranata-
pranata social dalam masyarakat. Akhirnya ia tidak lupa mensyaratkan pengumpulan
data kuantitatif yang dapat dievaluasi secara obyektif.
Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi berintegrasi
secara fungsional yang dikembangkannya dalam kuliah-kuliahnya tentang metode-
metode penelitian lapangan dalam masa penulisan ketiga buku etnografi mengenai
kebudayaan Trobriand selanjutnya, menyebabkan bahwa konsepnya mengenai
fungsi social dari adat, tingkah-laku manusia, dan pranata-pranata social menjadi
mantap juga. Dalam hal itu ia membedakan antara fungsi social dalam tiga tingkat
abstaksi (kaberry 1957 : 82), yaitu :
1. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsure kebudayaan pada tingkat
abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah-laku
manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat.
2. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial dari suatu ada, pranata sosial atau
unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau
efeknya terhadap kebutuhan suatu adat.
3. Fungsi sosial dari suatu adat atau pranata sosial pada tingkat abstraksi ketiga
mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk
berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu.
Suatu pendirian penting lain dari Malinowski adalah mengenai mitologi atau
himpunan dongeng-dongeng suci dalam masyarakat orang trobriand pada
khususnya, dan menurut Malinowski juga dalam semua masyarakat pada umumnya.
Metode analisa mitologi ini sebenarnya telah disarankan oleh Sir James Frazer.
Pendirian Malinowski tentang mitologi tersebut diuraikan dalam karangan berjudul
Myth in primitive psychology (1948), yang dipersembahkan kepada frazer, dan
kemudian diterbitkan bersama beberapa karangannya yang lain menjadi sebuah
rampai berjudul magic, Science and religion and other Essays (1954: 93-148).
Teori fungsional tentang kebudayaan. Kegemaran Malinowski akan ilmu
psikologi juga tampak ketika ia mengunjungi Universitas Yale di Amerika Serikat
selama setahun, pada tahun 1935. Menurut sarjana psikologi dari Yale itu, dasar dari
proses belajar adalah tidak lain dari pada ulangan dari reaksi-reaksi sesuatu
organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya, yang terjadi sedemikian rupa
sehingga salah satu kebutuhan naluri dari organisme tadi dapat dipuaskan.
Malinowski mengembangkan teori fungsionalisme, yang baru terbit setelah ia
meninggal. Dalam buku itu Malinowski mengembangkan fungsi unsur-unsur
kebudayaan yang sangat kompleks.
Malinowski tentang perubahan kebudayaan. Waktu karya-karyanya tentang
berbagai aspek kehidupan masyarakat penduduk kepulauan trobriand terbit, salah
satu reaksi dari kalangan antropologi adalah bahwa Malinowski tidak
memperhatikan proses-proses perkembangan kebudayaan dalam pemikiran-
pemikirannya. Dengan melukiskan suatu masyarakat dengan mengintegrasikan
seluruh aspeknya menjadi satu, ia seolah-olah menngambil gambaran dari
masyarakat itu pada satu saat saja, sehingga gambaran tadi merupakan suatu
pembekuan dari kehidupan masyarakat pada satu detik dalam ruang waktu kecaman
itu rupa-rupanya diperhatikannya.
2. Sturkturalisme Radcliffe-Brown
Riwayat hidup. Teori-teori structural dalam ilmu antropologi ada beberapa
macam, tetapi untuk konsepnya untuk pertama kali diajukan oleh A.R. Radcliffe-
Brown (1881-1955). Ia dilahirkan di Inggris pada tahun 1881, belajar filsafat yang
mengandung psikologi eksperimental, ekonomi dan filsafat, diperguruan tinggi
Trinity Colloge, Cambridge, dengan guru-guru seperti W.H.R. Rivers, ahli psikologi
dan antropologi yang terkenal, dan A. Haddon yang juga ahli entologi, yang bersama
C.G. Seligman memimpin Cambridge ekspedition to the Torres Straits dalam tahun
1898. guru-guru tadi menyebabkan menjadi tertarik akan antropologi di Universitas
Cambridge.
Mulai tahun 1931 ia menjadi guru besar di Universitas Chicago, dan
mempengaruhi antropologi di Amerika serikat yang pada waktu itu masih sangat
terpengaruh oleh konsep-konsep F.Boas dengan gagasan-gagasannya mengenai
struktur sosial. Sarjana Amerika serikat seperti F.Eggan terpengaruh oleh konsep
struktur sosial itu seperti tampak dalam karangannya the social organization of the
western pueblos(1950).
Namun dalam tahun 1948 ia pensiun, lalu menjadi guru besar di beberapa
Negara di luar Inggris, yaitu di Universitas Raja Farouk di Kairo, dan sejak tahun
1954 di Univerasitas rohdes di Afrika selatan. Selama masa pensiunnya ia masih
sempat menerbitkan 2 buku, yaitu African systems of Kinship and marriages yang
ditulisnya bersama Dery II forde (1950) dan bunga rampai dari beberapa karangan
dan pidato mengenai teori antropologi berjudul structure and function inprimitive
society (1952). Ia meninggal dalam tahun 1955 karena penyakit paru-paru
yangsebenarnya sudah dideritanya sejak kecil.
Etnografi berintegrasi secara fungsional. Dibandingkan dengan etniografi
Malinowski tentang penduduk trobriand, maka entografi Radcliffe-Brown mengenai
kependudukan kepulauan Andaman berjudul the Andaman islanders (1922) sangat
miskin. Etnografi itu hanya suatu karangan perbaikan dari buku etnografi lain yang
ditulis seorang pegawai Inggris, E.H.Man. buku Radcliffe-Brown hanya mengandung
deskripsi mengenai organisasi sosial secara umum, tidak mendetail, dan agak banyak
memuat bahan mengenai upacara keagamaan, keyakinan kepercayaan dan mitologi.
Cara ia melukiskan upacara keagamaan dan mitologi orang Andaman
memang merupakan metode deskripsi yang pasti akan memuaskan Durkheim dan
kawan-kawannya, karena metode suatu masyarakat yang hidup. Dalam kata
pengantarnya Radcliffe-Brown memang menyatakan dengan jelas bahwa ia
menerrapkan konsepsi para ahli sosiologi Prancis, walaupun nama tokoh yang
disebutnya bukan E.Durkheim atau M.mauss, melainkan H.Hubbert (Radcliffe-
Brown 1922).
Konsep-konsep Radcliffe-Brown mengenai hukum. Kalau pandangan
Radcliffe-Brown mengenai pentingnya arti penelitian lapangan bagi studi antropologi
(walaupun dalam metode penelitian ia sendiri sangat lemah), dan pendiriannya
mengenai funsi sama dengan pendirian Malinowski mengenai hal itu dalam tingkat
abstraksi ketiga, maka pendiriannya mengenai hokum pada dasarnya berbeda. Dalam
tulisan itu ia menyatakan bahwa istilah hukum sebagai istilah teknis, sebaiknya
dibataskan kepada sistem pengendalian sosial yang ada dalam masyarakat bernegara,
karena hanya ada dalam suatu organisasi sosial itulah mungkin ada alat-alat polisi
bersenjata, pengadilan, dan sebagainya,yang semuanya merupakan sarana-sarana
mutlak bagi keberlangsungan hidup hukum.
Kalau kita bandingkan pendirian itu dengan pendirian Malinowski, maka yang
terakhir ini tidak membataskan istilah hukum hanya pada masyarakat yang
mempunyai organisasi kenegaraan saja. Kemudian Malinowski menentang dengan
keras para sarjana (termasuk Radcliffe-Brown) yang berpendirianbahwa dalam
masyarakat primitive ada ketaatan yang otomatis dan spontan terhadap adap.
Metodologi ilmu alam untuk ilmu sosial. Jasa Radcliffe-Brown dalam
perkembangan ilmu antropologi adalah usahanya untuk membuat usahanya untuk
membuat ilmu itu suatu ilmu yang mengembangkan suatu metodologi seperti yang
ada dalam ilmu-ilmu alam, khususnya fisika dan biologi.
Radcliffe-Brown mengakui suatu ilmu seperti tersebut belum ada kecuali
dalam fase yang masih sangat dini kalaupun ada, maka analisa skak seperti itu hanya
mungkin bila mengenai beberapa gejala sosial tertentu, misalnya mengenai produksi
dan distribusi barang-barang langka, yang menyebabkan adanya ilmu
ekonomi.walaupun begitu ia yakin bahwa perkembangan suatu ilmu sosial dasar
seperti itu, yang dapat menganalisis asas-asas dari masyarakat makhluk manusia itu
sangat mungkin, asal dua buah syarat dapat terpenuhi.
Radcliffe-Brown juga mengakui bahwa perkembangan ke arah kematangan
dari suatu ilmu sosial dengan metodologi ilmu alam tidak akan dapat terjadi dengan
cepat, karena ada 4 buah factor yang menghambatnya, yaitu :
a. Sifat multipal, yaitu jumlah yang besar dan beraneka warna dari gejala-
gejala sosial.
b. Cara berfikir historis yang telah berakar dalam alam fikiran kebanyakan
sarjan ilmu sosial.
c. Konsep-konsep psikologi yang sering kali juga sudah berakar dalam alam
fikiran kebanyakan sarjana ilmu sosial, padahal konsep-konsep psikologi
hanya dapat menerangkan sebab-sebab tingkah laku seseorang, tetapi tidak
mungkin dapat menerangkan sebab-sebab dari gejala sosial.
d. Penelitian ilmu-ilmu sosial terlampaubanyak dipengaruhi oleh pandangan
umum yang menghendaki jawaban segera terhadap suatu masalah sosial
yang mendesak atau yang menghendaki fakta untuk melaksanakan suatu
tindakan atau menyusun suatu kebijakan.
Konsep mengenai struktur sosial dan ilmu antropologi sosial. Dalam
pidato yang berjudul onsocial structure ia menerangkan bahwa :
a. Masyarakat yang hidup ditengah-tengah alam semesta sebenarnya terdiri
dari serangkaian gejala-gejala yang dapat kita sebut gejala sosial.
b. Masyarakat yang hidup sebenarnya juga merupakan suatu klas dari gejala-
gejala alam yang lain.
c. Suatu masyarakat yang hidup merupakan suatu sistem sosial, dan suatu
sistem sosial mempunyai struktur juga seperti halnya bumi, organism,
makhluk, atau molekul.
d. Suatu ilmu mengenai masyarakt seperti ilmu sosial, yang mempelajari
struktur daan sistem-sistem sosial adalah sama halnya dengan ilmu
geologi yang mempelajari struktur kuliat bumi, atau ilmu biologi yang
mempelajari struktur dari organisma-organisma, ilmu kimiah mempelajari
struktur dari molekul-molekul.
e. Stuatu struktur sosial merupakan total dari jaringan hubungan antara
individu-individu, atau lebih baik person-person dan kelompok-kelompok
person-person.
f. “Bentuk dari struktur sosial” adalah tetap, dan kalau toh berubah, prose
situ biasanya berjalan lambat, sedangkan “ realitas struktur sosial” atau
wujud dari struktur sosial, yaitu person-person atau perbandingan yang
ada didalamnya, selalu berubah dan berganti.
g. Dalam penelitian masyarakat dilapangan, seorang peneliti mengobservasi
wujud dari struktur sosial, tetapi analisanya harus sampai kepada
pengertian tentang bentuknya yang lebih abstrak.
h. Seorang ahli ilmu sosial yang mendeskripsi suatu struktur sosial pada
dimensi diadik maupun diferensialnya, serta morfologi sosial maupun
fisiologi sosialnya.
i. Struktur sosial bisa juga di pakai sebagai kriterium untuk menentukan
batas dari suatu sistem sosial atau suatu kesatuan masyarakat sebagai
organisme.
j. Ilmu antropologi sosial adalah salah satu ilmu sosial yang bertugas
mempelajari struktur-struktur sosial dari sebanyak mungkin masyarakat
sebagai kesatuan-kesatuan, dan membandingkannya dengan metode
analisis komparatif untuk mencari asas-asasnya.
3. Teori fungsional structural HOCART
Riwayat hidup Arthur Maurice Hocart, (1883-1939), kira-kira sezaman
dengan Malinowski dan Radcliffe-Brown ada seorang sarjana Inggris bernama Arthur
Maurice Hocart(1883-1939), yang tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam
ilmu antropologi maupun sosiologi, tetapi yang telah menulis beberapa buku yang
perlu diketahui oleh para ahli antropologi karena caranya ia mempergunakan konsep-
konsep structural fungsional secara unik.
4. Antropologi sosial di Inggris sesudah Malinowski dan Radcliffe-Brown
Evans- Pritchard tentang sejarah dan antropologi. Angkatan para ahli
antropologi sosial di Inggris setelah Malinowski dan Radcliffe-Brown dimulai
dengan Edward Evan Evans-Pritchard (1902-1974) yang menggantikan Radcliffe-
brown sebagai guru besar dalam ilmu antropologi sosial di Universitas Oxford.
Di sebelah selatan daerah shilluk yang terletak dekat dengan perbatasan anatara
sudan dan Ethiopia, dan juga suku bangsa luo, suatu sub kelompok suku-
bangsa shilluk. Lalu ia melakukan penelitian lapangan yang sangat penting,
yanitu antara suku-bangsa Azande di daerah lembah sungai bahru’i ghazl di
sudan selatan di antara suku-bangsa nuer, dan juga di lembah hulu sungai Nil
di sudan selatan.
Pada antara tahun 1926 dan 1930 Evans-Pritchard merupakan lector dalam
ilmu antropologi sosial di London School of Economics, dan pada antara
tahun 1931 dan 1934 ia terpiiah menajadi guru besar ilmu sosiologi di
Universitas Raja Fuad I di Kairo. Kemudian ia kembali ke inggris untuk
menjadi ahli peneliti dalam ilmu sosiologi di Universitas Oxford di tahun
1934.
Ia adalah seorang sarjana yang memulai studinta dalam ilmu sejarah, maka
tidak heran ia tidak mempunyai sikap anti-sejarah seperti yang terlihat dari
seorang malinowki dan Radcliffe-brown. Ia berbendapat bahwa yang harus
menganggap sistem sosial terhadap masyarakat yang di pelajari sebagai salah
satu sistem moral, dan bukan suatu hambatan gejala alam. Sebab itu ia
berpendapat bahwa ahli antroologi sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan
ahli sejarah, pada khususnya ahli sejarah sosial, hal ini bertujuan
menkontruksi dan membuat deskripsi mengenai suatu sruktur sosial dari
masyarakat tertentu.
Sama hal nya dengan seorang ahli sejarah sosial, seorang antropologi sosial
melakukan studi komparatif mengenai suatu gejala sejarah. Seorang ahli
sejarah sosial apabila melakukan suatu studi kompratif, misalnya suatu gejala
feodalisme terhadap masyarakat eropa pada abad pertengahan, ia dapat
mengumpukan sebanyak mungkin Negara kuno yang terdapat di eropa,
dengan variasi sebanyak mungkin. Usaha sesulit itu tidak dapat di lakukan
oleh seorang ahli sejarah untuk mengabstraksikan kaidah-kaidah yang
mengenai wujud sistem foedalisme yang berhubungan dengan sejumlah
variable tertentu, dan untuk menemukan suatu pola yang berarti dalam hidup
masyarakat yang berdasarkan sruktur sosial yang bersifat foedalisme tersebut.
Meyer Fortes Dan Masalah Dimensi Waktu dalam struktur sosial,Fortes juga
sebagai seorang tokoh antopologi di inggris yang pernah belajar di bawah
Malinowski dan Radcliffe-brown. Pada masalah-masalah yang bersangkutan
dengan test-teat terhadap spikologi, sebab itu ia mengikuti kuliah Malinowski
di London school of economis, dan pada tahun 1930 ia mendapat gelar Ph.D.
di Universitas London dalam ilmu spikologi.
Terdapat daftar karangannya yang sampai tahun 1973 sejumlah seratus satu
judul, terlihat hingga tahun 1933 karya-karyanya masih tetap terhadap bidang
ilmu spikologi, dan pada tahun 1936 muncullah karangan yang membuat ia
terkenal dalam ilmu antropologi yaitu karya yang mengenai suku-bangsa
tallensi yang tinggal di bagian utara Ghana di afrika barat.
Struktur sosial tidak bisa kita bayangkan sebagai satu hal yang diam, struktur
sosial ini selalu hidup dan dapat bergerak. Gerakknya itu ada tiga macam,
yaitu: