Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Dasar Teori

4.1.1 Sistem distribusi tenaga listrik

Sistem Distribusi merupakan sebuah sistem yang berguna untuk


menyaluran tenaga listrik ke pelanggan. Sebelum sampai ke pelanggan,
terdapat tiga tahapan penghasil listrik yaitu dari pembangkit, transmisi
dan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer.
Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke
konsumen-konsumen. Untuk lebih memahami sistem distribusi tenaga
listrik dapat dilihat pada gambar 4.1.

13
Sumber : https://www.warriornux.com

Gambar 4.1 Distribusi Tenaga Listrik

4.1.2 Transformator Distribusi

Transformator distribusi adalah suatu peralatan tenaga listrik


yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah. Tujuan dari penggunaan transformator
distribusi adalah untuk mengurangi tegangan utama dari sistem
distribusi listrik menjadi tegangan untuk penggunaan konsumen.
Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator
step-down 50 kVA untuk 1 phasa. Salah satu contoh bentuk
transformator distribusi dapat dilihat pada gambar 4.2.

14
Gambar 4.2 Trafo Distribusi 50 KVA

4.1.3 Prinsip Kerja Transformator


Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan
sekunder) . Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun
berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi
rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam
inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk rangkaian
tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self
induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi
bersama yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan
sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di
bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetisasi).

15
𝑑∅
e = (-) N (Volt)
𝑑𝑡

Dimana ;
e = gaya gerak listrik
N = Jumlah lilitan
𝑑∅
= perubahan fluks magnet
𝑑𝑡

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang


dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang
elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi
antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap
melakukan arus bolak-balik rangkaian (Zuhal, 1991).

4.1.4 Komponen dan Bahan Baku Transformator Distribusi


Transformator dirancang dan dibuat dari komponen dan bahan
baku yang sama sekali baru dan sesuai dengan persyaratan desain
sebagaimana ditetapkan oleh SPLN.
Transformator dilengkapi pula dengan alat-alat pelengkap yang
sama sekali baru dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh
pabrikan. Bagi transformator produksi dalam negeri yang
dimaksudkan dengan pabrikan ialah pemberi lisensi. Komponen,
bahan baku dan alat-alat pelengkap tersebut serta penyelesaiannya
haruslah disesuaikan pula dengan geografi dan iklim Indonesia
khususnya mempunyai sifat tahan karat (korosi).

a. Inti Besi
Sirkuit magnetis dibuat dari besi silikon (grain oriented
silicon steel) dan membentuk rangkaian magnetis tertutup.
Rangka inti besi harus dibaut dengan tangki trafo sehingga kokoh
dan mudah dalam pemasangan maupun dalam melepas /
membongkarnya.

16
b. Belitan

Belitan dibuat dari tembaga atau aluminium berisolasi


berkonduktivitas tinggi dan terendam minyak. Antara belitan
dengan tangki bagian bawah diberi sekat sebagai tumpuan belitan
sekaligus sebagai isolator. Bentuk belitan adalah konsentris.

c. Sadapan

Sadapan diletakkan sedemikian sehingga kokoh bisa


dioperasikan melalui pengatur posisi sadapan, yang dipasang di
bagian luar tangki trafo dan bisa dioperasikan dalam keadaan
bertegangan tanpa beban.

d. Bushing Tegangan Primer

Bushing tegangan primer dibuat dari porselen dengan jarak


ramba minimum 430 mm, dan dilengkapi dengan terminal untuk
keperluan penghubung dengan penampang minimal 70 mm2 pada
bagian atas busing.
Bushing tegangan primer harus ditempatkan pada permukaan
tutup transformator secara kedap (memakai perapat).
e. Bushing Tegangan Sekunder
Bushing tegangan sekunder dibuat dari porselen dan
dilengkapi dengan terminal untuk keperluan penghubung
sekunder dengan penampang:

1) Trarsformator 5 – 25 kVA : minimal 50 mm2


2) Transformator 50 kVA : minimal 70 mm2

Bushing tegangan sekunder harus ditempatkan pada dinding


trarsformator secara kedap (diberi perapat). Terminal bagian
dalam dihubungkan dengan ujung kumparan sekunder dengan
baut (dijepit oleh 2 mur) pada batang terminal. Jumlah bushing

17
sekunder ada 4 buah pada bagian bawah diberi tanda terminal
dari kiri ke kanan X1, X2 dan X3, X4.

f. Tangki
Tangki transformator dibuat dengan bentuk silinder atau
persegi empat dari kedap air dan udara. Bagian dalam dan luar
tangki dibenihkan secara kimiawi korosi. Dinding tangki tidak
boleh diberi radiator atau berlekuk (corrugated). Tutup atas
(cover) tangki bisa dilepas dan dibaut pada tangki dengan
dilengkapi (karet), bagian bawah dilas secara permanen.
Dilengkapi dua pentanahan dengan baut pentanahan dari
kuningan dengan ukuran M12. Pentanahan satu dipasang pada
bagian bawah tangki dekat dengan dasar dan yang lain pada
bagian tengah tangki di bawah busing tegangan sekunder dengan
dilengkapi sambungan tembaga yang berfungsi untuk pentanahan
sisi tegangan sekunder.
Setiap peralatan yang dipasang pada sekeliling atau
permukaan tangki trafo dan berhubungan dengan bagian dalam
harus dilengkapi dengan perapat (karet). Tangki ini harus
dilengkapi tempat arester, kupingan dan cantelan untuk persiapan
pemasangan pada tiang.
g. Sistem Pendingin
Minyak transformator yang digunakan harus minyak alami
yang memenuhi SPLN 49-l : 1982. Minyak isolasi, Bagian I :
"Pedoman penerapan spesifikasi pemeliharaan minyak isolasi ".
Semua peralatan yang berhubungan dengan ujung-ujung belitan
trafo (terminal bushing sekunder) yang berada dalam tangki harus
terendam minyak.
Konstruksi perapat harus sedemikian sehingga merupakan
perapat antara bagian dalam tangki dengan atmosfir dan

18
kandungan gas dan minyak tidak berubah. Transformator harus
tetap tahan terhadap suhu rninyak bagian atas dalam judul -5C
sampai dengan 120C pada kondisi kontinyu.

h. Sistem Pengaman
1. Pemutus Tenaga
Pemutus tenaga dipasang pada sisi sekunder dan di
dalam tangki terendam minyak. Karakteristik pemutus tenaga
harus disesuaikan dengan transformator yang mempunyai
karakteristik beban sebagai berikut:
a). Beban rata-rata sebesar 50 kapasitas pengenal
b). Beban lebih sebesar l50 kapasitas pengenal selama
2 jam (suhu sekitar 30C).
2. Pegaman Lebur
Pengaman lebur dipasang pada sisi primer, di dalam
bushing atau terendam minyak.
3. Arester
Arester dipasang di luar tangki dan terhubung pada
terminal bushing sisi primer (PT. PLN (Persero), 1994).

4.1.5 Gangguan Pada Transformator Distribusi

Secara umum gangguan yang dapat terjadi pada saluran distribusi


terbagi atas tiga, yaitu :

a. Gangguan line-ground (phasa ke tanah)

Gangguan ini terjadi apabila terdapat satu konduktor yang


menyentuh ground atau menyentuh kabel netral.

b. Gangguan line-line (phasa ke phasa)

Gangguan ini terjadi apabila konduktor atau sistem dua phasa


atau sistem tiga phasa mengalami hubung singkat.

19
c. Double line to ground

Gangguan ini terjadi apabila terdapat dua konduktor yang


mengalami hubung singkat dan juga menyentuh ground.

4.1.6 Pemeliharaan Transformator

Untuk pemeliharaan transformator, hal-hal yang perlu diperiksa


dan dipelihara pada interval waktu tertentu antara lain minyak
transformator, tahanan tanah, sistem pendinginan,
sambungan-sambungan luar, gangguan gangguan yang tidak biasa,
kenaikan suhu minyak dan lilitan, serta tahanan isolasi. Untuk periode
pemeliharaan lengkap dilaksanakan sekali dalam setiap tahun dan ada
yang sekali dalam empat tahun. Untuk sekali dalam setiap tahun,
meliputi pemeriksaan bagian luar pentanahan, terminal-terminal dan
permukaan tangki pengukuran tingkat isolasi minyak (tegangan
tembus), dan pembersihan pada bagian-bagian luar terhadap semua
kotoran atau debu yang menempel pada transformator. Dan untuk yang
dilaksanakan dalam empat tahun meliputi seperti dalam pemeriksaan
lengkap setahun sekali, pengukuran tahanan isolasi minyak
transformator, dan pengecatan badan transformator (Krestovel Alvian
Kodoati, 2015).

20
4.2 Pembahasan

4.2.1 Latar belakang penggantian transformator

Penggantian transformator distribusi 1 phasa dilakukan disebabkan


oleh transformator yang terindikasi telah rusak. Kondisi baik tidaknya
sebuah transformator dapat diperiksa dengan menggunakan sebuah alat
insulated tester (alat ukur tahanan isolasi).

Pada kasus ini, di daerah sawahan juwiring dengan nomor tiang


K1-24/1 terindikasi bahwa transformator mengalami kerusakan
diakibatkan oleh putusnya belitan kumparan sekunder pada
transformator sehingga transformator tidak dapat mendistribusikan
listrik. Akibatnya, listrik di daerah tersebut padam. Untuk
mengantisipasi listrik yang padam, maka dipasang trafo mobile pada
tiang tersebut agar listrik dapat menyala sementara. Selanjutnya
transformator yang rusak akan diganti.

4.2.2 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Transformator Rusak

Cara mengetahui kerusakan transformator yaitu dengan


menggunaka sebuah alat insulated tester (alat ukur tahanan isolasi).
Yang harus diperhatikan pada saat mengukur tahanan isolasi
transformator yaitu pastikan transformator tidak terhubung kemana pun.
Langkah mengukur tahanan isolasi yaitu mengukur tahanan isolasi
antara bushing primer transformator dengan badan transformator,
selanjutnya mengukur tahanan isolasi pada masing masing bushing
sekunder. Data hasil ukur tahanan isolasi transformator rusak dapat
dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

21
Tabel 4.1 Hasil pengukuran tahanan isolasi saat breaker masuk

- Primery Body X1 X2 X3 X4

Primery

Body 15000Ω

X1 0Ω 10Ω 10Ω

X2 10Ω 10Ω

X3 0Ω

X4

Sember : PT. PLN (Persero) ULP Delanggu

Tabel 4.2 Hasil pengukuran tahanan isolasi saat breaker lepas

- Primery Body X1 X2 X3 X4

Primery

Body 15000Ω

X1 700Ω 700Ω 3000Ω

X2 0Ω 700Ω

X3 700Ω

X4
S
ember : PT. PLN (Persero) ULP Delanggu

22
4.2.3 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Transformator Baru

Untuk mengetahui sebuah transformator dalam keadaan baik


dapat dilihat hasil pengukuran tahanan isolasi transformator pada tabel
4.3 dan tabel 4.4.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran tahanan isolasi saat breaker masuk

- Primery Body X1 X2 X3 X4

Primery

Body 0Ω

X1 ~ 0Ω ~

X2 ~ 0Ω

X3 ~

X4
S
umber : PT. PLN (Persero) ULP Dlanggu

Tabel 4.4 Hasil pengukuran tahanan isolasi saat breaker lepas

- Primery Body X1 X2 X3 X4

Primery

Body 0Ω

X1 ~ ~ ~

X2 ~ ~

X3 ~

X4
S
umber : PT. PLN (Persero) ULP Dlanggu

23
4.2.4 Standing Operation Procedure (SOP) Pemasangan dan

Pembongkaran transformator

4.2.4.1 Petugas yang terkait :

1. ASMAN Jaringan

2. Spv. Pemeliharaan area

3. Spv. Operasi piket pengendali area

4. Piket ULP

5. Yantek ( minim 2 orang)

6. Pengawas Pekerjaan

7. Supervisor teknik rayon

8. Koordinaor vendor

4.2.4.2 Peralatan kerja :

1. Tangga 12 m

2. Teleskopic stick

3. Toolkit

4. Ground cluster

5. Voltage detector

6. Handline

7. Hydrolic press

8. Crane

9. Cutter / gergaji besi

24
Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pembongkaran
transformator 1 phasa dapat dilihat pada gambar 4.3, gambar 4.4,
gambar 4.5, dan gambar 4.6.

Gambar 4.3 Telescopic Stick Gambar 4.4 Tangga 12 m

Gambar 4.5 Hydrolic Press Gambar 4.6 Ground Cluster

4.2.4.3 Perlengkapan K3 :

1. Pakaian kerja

2. Alat Pelindung Diri (APD) : Sepatu isolasi, helm, sabuk


pengaman, sarung tangan)

25
3. Kotak P3K

4. Dokumen kerja

4.2.4.4 Material :

1. 1 set trafo distribusi 1 fasa

2. Bracket trafo

3. Sepatu kabel

4. CCO

5. Konduktor

6. 1 set grounding trafo

4.2.4.5 Alat Ukur :

1. Tahanan isolasi

2. Multimeter

4.2.4.6 Langkah kerja

1. Pengawas perkerjaan dan pengawas K3 melakukan breafing


singkat kepada petugas pelaksana dan berdoa sebelulum
pekerjaan dimulai dapat dilihat pada gambar 4.7.

26
Gambar 4.7 Breafing dan berdoa bersama

2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap.

3. Pengawas melaporkan pekerjaan pembongkaran trafo 1 phasa


siap dilkasanakan ke petugas piket rayon.

4. Pengawas memastikan lokasi pekerjaan pembongkaran trafo


1 phasa yang akan dibongkar sudah bebas tegangan dari
kedua sisi setelah berkoordinasi dengan petugas piket rayon
dan mencatat jam padam / pelepasan peralatan switching
(FCO,Recloser, LBS, dan DS)

5. Pengawas memastikan pemasangan Lotto (Lock out tag out)

6. Pastikan jaringan bebas tegangan dengan menggunakan


voltage detector atau grounding sementara menggunakan
teleskopic stick

7. Pasang tangga

8. Pasang ground cluster di kedua sisi

9. Pelaksanaan pembongkaran transformator 1 phasa

Pelaksanaan pembongkaran transformator 1 phasa dapat


dilihat pada gambar 4.8.

27
Gambar 4.8 Pembongkaran Transformator 1 Phasa

10. Pengukuran tahanan isolasi trafo dan tap changer sesuai


kebutuhan dipastikan breaker posisi off

11. Pelaksanaan pemasangan transformator 1 phasa

Pelaksanaan pemasangan transformator 1 phasa dapat


dilihat pada gambar 4.9

28
Gambar 4.9 Pemasangan Transformator 1 Phasa

4.4.4.7 Setelah pemasangan

1. Melepas gronud cluster di kedua sisi

2. Pengawas pekerjaan memastikan pekerjaan sudah selesai dan


jaringan siap dioperasikan kembali

3. Pengawas perkerjaan melaporkan ke petugas piket rayon


bahwa pekerjaan sudah selesai dan siap diberi tegangan

4. Pengawas memastikan jaringan tersebut sudah bertegangan


dengan berkoordinasi dengan piket rayon dengan mencatat
jam masuk/ bertegangan dan memastikan daerah sekitar

5. Pengawas mengecek dan mengukur tegangan di pelanggan


terdekat dan melaporkan ke piket rayon

6. Pengawas memastikan pelepasan lotto (Lock out tag out)

7. Pengawas dan pelaksanan pekerjaan boleh meninggalkan


lokasi setelah dipastikan jaringan beroperasi normal dan
aman

8. Pengawas pekerjaan membuat laporan hasil pekerjaan

29
4.2.5 Spesifikasi transformator

4.2.5.1 Transformator lama

Spesifikasi transformator lama dapat dilihat pada tabel 4.5


dan gambar 4.7.

Tabel 4.5 Spesifikasi Transformator Lama

Trafo Bongkaran

Daya Merk Fasa Tahun Pasang No. Seri

50 B&D 1 1993 9304950

Gambar 4.7 Spesifikasi Transformator lama

4.2.5.2 Tranformator baru

Spesifikasi transformator baru dapat dilihat pada tabel 4.6


dan gambar 4.8.

Tabel 4.6 Spesifikasi Transformator Baru

Trafo Pengganti / Baru

Daya Merk Fasa No. Seri Beban Teg pangkal Teg

30
X1 X2 N X1-N X2-N ujung

50 B&D 1 1810225 54.6 A 43.6 A 2.5 A 220 V 220 V 212 V

Gambar 4.8 Spesifikasi Transformator Baru

4.2.6 Analisa

Breaker Breaker

Gambar 4.9 Wiring Transformator Distribusi 1 Phasa

31
Dari gambar 4.9 Wiring Transformator Distribusi 1 Phasa
transformator dikatakan dalam keadaan baik apabila didapatkan hasil
ukur tahanan isolasi transformator seperti pada tabel 4.3 dan 4.4.

Bushing primer merupakan input transformator. Bushing


sekunder merupakan output transformator terdiri dari X1, X2-X3
(Netral), dan X4. Breaker merupakan salah satu bagia transformator
yang berfungsi sebagai tombol on atau off.

Dari tabel 4.3 dan 4.4 didapatkan hasil pengukuran tahanan


isolasi antara bushing primer dengan body transformator pada saat
breaker lepas ataupun breaker masuk sama dengan nol atau tidak ada
tahanan karena antara bushing primer dengan body transformator
tersambung. Namun dapat dibandingkan dengan hasil pengukuran
tahanan isolasi transformator rusak pada tabel 4.1 dan 4.2. Pada tabel
tersebut didapatkan hasil pengukuran tahanan isolasi antara bushing
primer dengan body transformator pada saat breaker lepas ataupun
breaker masuk sebesar 15000 ohm.

Selain mengukur tahanan isolasi antara bushing primer dengan


body transformator, bagian lain yang perlu diukur adalah pada masing
masing bushing sekunder. Pada pengukuran tahanan isolasi
transformator saat breaker masuk terdapat perbedaan yang begitu jelas
pada tabel 4.1 dan tabel 4.3 diantaranya yaitu :

1. X1 dengan X2

Transformator yang baik seharusnya ada tahanan antara X1 denagn


X2 karena antara X1 dan X2 tidak tersambung, namun pada hasil

32
pengukuran transformator rusak antara X1 dengan X2 tidak memiliki
tahanan atau sama dengan 0.

2. X1 dengan X3

Transformator yang baik seharusnya tidak ada tahanan atau tahanan


sama dengan 0 antara X1 denagn X3 karena antara X1 dan X3
tersambung, namun pada hasil pengukuran transformator rusak
antara X1 dengan X3 memiliki tahanan sebesar 10 ohm.

3. X2 dengan X4

Transformator yang baik seharusnya tidak ada tahanan atau tahanan


sama dengan 0 antara X2 denagn X4 karena antara X2 dan X4
tersambung, namun pada hasil pengukuran transformator rusak
antara X2 dengan X4 memiliki tahanan sebesar 10 ohm.

4. X3 dengan X4

Transformator yang baik seharusnya ada tahanan antara X3 denagn


X4 karena antara X3 dan X4 tidak tersambung, namun pada hasil
pengukuran transformator rusak antara X3 dengan X4 tidak memiliki
tahanan atau sama dengan 0.

Pada saat breaker lepas, perbedaan yang didapat pada saat


pengukuran tahanan isolasi antara masing- masing bushing sekunder
yaitu :

1. X2 dengan X3

33
Transformator yang baik seharusnya pada saat breaker lepas
artinya antara masing- masing bushing primer tidak terhubung, artinya
apabila dilakukan pengukuran tahanan isolasi pada masing- masing
bushing primer memiliki tahanan isolasi. Namun pada tabel 4.2 hasil
pengukuran tahanan isolasi antara X2 dengan X3 tidak memiliki
tahanan isolasi atau sama dengan 0.

Dari perbedaan yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dengan 4.3 dan
tabel 4.2 dengan 4.4 dapat disimpulkan bahwa kerusakan transformator
diakibatkan oleh belitan sekunder pada kumparan transformator putus.

34

Anda mungkin juga menyukai