Anda di halaman 1dari 16

ISTILAH DALAM TARI ANGGUK PUTRI SRIPANGLARAS DI DUSUN

PRIPIH, HARGOMULYO, KOKAP, KULONPROGO

Jurnal Ilmiah

TRIAMINI NUR KHASANAH

2014001084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2019
ABSTRAK

ISTILAH DALAM TARI ANGGUK PUTRI SRIPANGLARAS DI DUSUN


PRIPIH, HARGOMULYO, KOKAP, KULONPROGO

Oleh
Triamini Nur Khasanah
2014001084
PBSI-FKIP-UST
E-mail: triami34@gmail.com
Drs. Sudartomo M., M.Hum.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) bentuk istilah dalam seni tari
Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo dan (2)
makna istilah dalam Tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo,
Kokap, Kulonprogo.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data
penelitian ini adalah istilah-istilah dalam seni tari Angguk Putri Sripanglaras
Kulonprogo yang berupa kata, frasa, dan kalimat. Sumber data penelitian ini adalah
pemakaian bahasa pada komunitas sanggar tari Sripanglaras di Dusun Pripih,
Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan metode simak dengan teknik simak libat cakap, teknik catat, teknik
rekam dan metode cakap dengan teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode padan dengan teknik
referensial dan teknik translasional. Metode penyajian hasil analisis data dalam
penelitian ini adalah metode informal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk istilah yang digunakan dalam seni
tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo
terdiri dari bentuk istilah yang berupa bentuk dasar dan bentuk turunan yang terbentuk
dengan proses afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan, (2) makna istilah yang ada
dalam seni tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap,
Kulonprogo adalah (a) makna leksikal; (b) makna gramatikal dari afiksasi dengan
prefiks /N-/, /di-/, dan sufiks /-an/, makna gramatikal dari reduplikasi, dan makna
gramatikal dari komposisi; serta (c) makna istilah.

Kata kunci: Seni Tari Angguk Putri, bentuk istilah, makna.

1
ABSTRACT

THE TERMS IN ANGGUK PUTRI SRIPANGLARAS DANCE IN PRIPIH


VILLAGE, HARGOMULYO, KOKAP, KULONPROGO

By
Triamini Nur Khasanah
2014001084
PBSI-FKIP-UST
E-mail: triami34@gmail.com
Drs. Sudartomo M., M.Hum.

The purpose of this study is to describe (1) the forms of terms in Putri Sripanglaras
Angguk dance in Pripih Village, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo and (2) the meaning
of the terms in Putri Sripanglaras Angguk Dance in Pripih Village, Hargomulyo,
Kokap, Kulonprogo.
This type of research is descriptive research with a qualitative approach. The data
of this study are terms in the Angguk Putri Sripanglaras dance in Kulonprogo which
are in the form of words, phrases and sentences. The data source of this research is the
use of language in the Sripanglaras dance studio community in Pripih Village,
Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo. The method of data collection in this study used the
listening method with skillful listening techniques, note-taking techniques, recording
techniques and skillful methods with the most proficient techniques, recording
techniques, and note-taking techniques. The method of data analysis in this study is a
method of matching with referential techniques and translational techniques. The
method of presenting the results of data analysis in this study is an informal method.
The results of the study show that (1) the terms used in the Putri Sripanglaras
Angguk dance in Pripih Village, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo consists of terms in
the form of basic forms and derivative forms formed by affixation, reduplication, and
compounding processes (2) the meaning of the term in Putri Sripanglaras Angguk
dance in Pripih Village, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo are (a) lexical meaning; (b)
grammatical meanings of affixation with prefixes /N-/, /di-/, and suffixes /-an/,
grammatical meanings of reduplication, and grammatical meanings of compositions;
and (c) the meaning of the term.

Keywords: Putri Angguk Dance, term form, meaning.

2
3

A. PENDAHULUAN
Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer. Bahasa digunakan oleh
anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri
(Kridalaksana, 2008:24). Setiap ragam bahasa yang digunakan pasti mempunyai ciri
khas tersendiri dan berbeda satu dengan yang lainnya. Apalagi ketika terjadi sebuah
komunikasi, seseorang kerap kali menggunakan istilah-istilah tertentu untuk
mengungkapkan maksud tertentu. Seringkali seseorang tidak bisa menangkap maksud
dari istilah itu. Hal itu disebabkan karena beberapa orang menggunakan bahasa sesuai
dengan profesi dan asal daerahnya. Dalam berkomunikasi, profesi dan asal daerah
seseorang juga mempengaruhi pemahaman seorang yang lain. Oleh karena itu, bahasa
yang digunakan oleh sekelompok orang tersebut sangat beragam. Hal ini biasa disebut
dengan variasi bahasa.
Keberagaman bahasa yang dimiliki oleh Indonesia juga diikuti dengan
keberagaman kesenian yang terus menerus berkembang, mulai dari kesenian musik
hingga kesenian tari. Termasuk di Jawa, kesenian tradisional Jawa adalah semua
bentuk kesenian Jawa, antara lain berupa teater rakyat, seni tari, seni karawitan, seni
suara atau tembang, seni pahat, dan seni lukis (Herawati, 2009:1). Salah satu kesenian
Jawa, yaitu kesenian kerakyatan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian
di sana kebanyakan mengacu pada bentuk-bentuk baku yang terdapat dalam kesenian
tradisional klasik dan yang berkembang di dalam lingkup Keraton. Di Kulonprogo
terdapat salah satu bentuk kesenian kerakyatan yang dikenal dengan nama Tari Angguk
Putri. Tari Angguk Putri tersebut kini sudah menjadi ikon dari Kabupaten Kulonprogo.
Tari Angguk awalnya adalah tari kerakyatan yang ditarikan oleh sekelompok laki-laki
yang juga dinamakan Tari Angguk Putra. Namun, seiring dengan perkembangan
zaman tari Angguk kini telah berubah menjadi sebuah tarian yang secara umum
ditarikan oleh kebanyakan perempuan. Oleh karena itu, peneliti akan lebih fokus pada
tari tradisional kerakyatan, yaitu Tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih,
Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo.
Bahasa dan seni adalah satu kesatuan. Hubungan keduanya adalah saling
berkaitan. Bahasa dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan seni. Begitu
4

pun dengan seni yang dapat digunakan untuk mengenalkan bahasa kepada masyarakat
luas. Apabila disepakati, bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kebudayaan (Alwi, 2011:23). Dalam tarian, setiap gerakan mempunyai istilah yang
berbeda-beda. Mulai dari gerakan kepala, tangan, badan, dan gerakan kaki semua
mempunyai istilah masing-masing. Seperti pacak gulu, ngithing, kiprah, meghol, kirig,
dan mendhak. Sehubungan dengan istilah, makna yang terkandung dalam istilah Tari
Angguk Putri juga menjadi sorotan dalam penelitian ini. Dilihat dari perkembangan
zaman, saat ini tidak banyak yang mengetahui istilah-istilah dalam seni tari tradisional
kerakyatan, khususnya Tari Angguk Putri. Beberapa orang mungkin sedikit
mengetahui bentuk istilah atau nama-nama dalam tari tradisional kerakyatan, akan
tetapi tidak mengetahui makna dari nama atau istilah tersebut. Tidak mengherankan
karena kebanyakan kalangan muda saat ini hanya tertarik pada tari kreasi atau modern
seperti break dance dan sebagainya. Tari tradisional sudah dianggap kuno dan
ketinggalan zaman. Kaum muda saat ini hanya berpegangan pada kebudayaan luar dan
belum bisa ikut melestarikan kebudayaan tari negeri sendiri. Padahal kesenian tari
merupakan salah satu alat promosi kebudayaan Jawa kepada daerah atau negara lain.
Oleh karena itu, beranjak dari anggapan seperti itu peneliti tertarik untuk meneliti
istilah dalam seni Tari Angguk Putri dari segi bentuk dan makna.
Kridalaksana (2008:97) menyebutkan istilah adalah kata atau gabungan kata
yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu. Jika dilihat dari segi makna, istilah itu bersifat monosemantis.
Artinya, hubungan antara ungkapan dan makna yang tetap dan tegas atau tidak bersifat
ganda dan terikat kepada bidang ilmu yang memaknainya. Istilah itu sendiri dapat
berupa a) bentuk dasar, b) bentuk berafiks, c) bentuk ulang, dan d) bentuk majemuk
(Depdiknas, 2009: 55). Dalam pembentukan istilah, upaya gramatikal dapat dilakukan
untuk mendapatkan bentuk kata yang dapat mewadahi sebuah konsep dengan tepat.
Upaya gramatikal tersebut berupa proses konversi, afiksasi, reduplikasi, komposisi,
abreviasi, dan analogi (Chaer, 2007:102-108).
Makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau
pembaca karena rangsangan aspek bentuk yang didengar atau dibaca tadi (Keraf,
5

2009:25). Makna bahasa juga bersifat arbitrer, konvensional, tidak statis dan berkaitan
dengan kebudayaan dan sosial kemasyarakatan, dan berkaitan pula dengan konteks
berbagai wacana. Menurut Kridalaksana (2008:148), makna adalah hubungan
kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, antara
ujaran dengan semua hal yang ditunjuknya. Dalam penelitian ini, terdapat tiga jenis
makna yang telah dikaji diantaranya adalah makna leksikal, makna gramatikal, dan
makna istilah.

B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode yang didefinisikan
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Muhammad, 2011:30). Arikunto
(1996:11-12) menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif terjadi secara alamiah,
apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, dan
menekankan deskripsi secara alami, dengan pengambilan data secara alami dan natural.
Tempat yang dipilih dalam pengambilan data penelitian ini adalah Sanggar Tari
Angguk Sripanglaras yang ada di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan data penelitian ini adalah lima bulan, yaitu
bulan Februari-Juni 2018.
Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, atau kalimat yang di dalamnya
terdapat istilah-istilah dalam tari Angguk Putri Sripanglaras Kulonprogo. Sumber data
dalam penelitian ini bersumber dari bahasa lisan. Sumber data diambil dari hasil
wawancara melalui percakapan dan penyimakan penggunaan bahasa oleh para pelatih
Seni Tari Angguk di Sanggar Sripanglaras Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap,
Kulonprogo. Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah metode simak
dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik cakap semuka, teknik rekam dan teknik
catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan dengan teknik
referensial dan translasional. Metode penyajian hasil analisis data dilakukan dengan
metode informal.
6

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan diuraikan jawaban-jawaaban yang telah dirumuskan
dalam rumusan masalah. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi (1) bentuk istilah
dalam seni tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap,
Kulonprogo dan (2) makna istilah dalam Tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun
Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo.

1. Bentuk Istilah dalam Seni Tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun


Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo
Bentuk istilah yang ditemukan dalam analisis data ada dua yaitu (1) bentuk
dasar dan (2) bentuk turunan. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut.
a. Bentuk Dasar
Kata dasar adalah kata yang sama sekali belum mengalami proses
morfologis. Kata dasar dalam peristilahan merupakan bentuk bahasa yang
digunakan sebagai istilah tanpa mengalami proses pengimbuhan baik dari
morfem ataupun kata lain. Berikut adalah data yang berupa bentuk dasar.
1) Pada gerak kepala terdapat istilah lenggut yang mempunyai makna
‘gerakan memajukan kepala dengan pelan dan lemah
lembut’
2) Pada gerak badan terdapat istilah mèghol yang mempunyai makna
‘gerakan menggoyangkan pinggul ke kanan dan ke kiri dengan posisi
tangan mêthénthéng’
3) Pada gerak tangan terdapat istilah ngilo ‘gerakan atau posisi kedua
telapak tangan yang saling tumpang tindih menyilang di depan muka,
seperti posisi bercermin’
4) Pada gerak kaki terdapat istilah tranjal yang mempunyai ‘gerakan
menendangkan kedua kaki kedepan secara bergantian seperti orang
yang sedang berjingkrakan’
5) Pada perlengkapan busana terdapat istilah gombyok yang mempunyai
makna ‘aksesori berupa rumbai yang ada di bagian pangkat atau bahu’
7

6) Pada perlengkapan alat musik terdapat istilah bêdhug yang bermakna


‘alat musik tabuh seperti gendang’.

b. Bentuk Turunan
1) Istilah berupa afiksasi
Istilah berupa bentuk turunan merupakan istilah yang sudah mengalami
proses morfologis.
a) Kata imbuhan berprefiks N-
(1) ngithìng ‘posisi ujung jari tengah dipertemukan dengan ujung
ibu jari sehingga membentuk lingkaran, untuk jari-jari yang lain
agak diangkat ke atas dengan masing-masing membentuk
setengah lingkaran’

Istilah ngithìng memiliki makna ‘posisi ujung jari tengah


dipertemukan dengan ujung ibu jari sehingga membentuk
lingkaran, untuk jari-jari yang lain agak diangkat ke atas dengan
masing-masing membentuk setengah lingkaran’, terbentuk dari
bentuk dasar kithing yang diberi imbuhan prefiks N-.

(2) nganggùk ‘gerakan mengangguk-anggukkan kepala sebagai ciri


khas dari tarian Angguk’

Istilah ngangùk mempunyai makna ‘gerakan mengangguk-


anggukkan kepala sebagai ciri khas dari tarian Angguk’,
terbentuk dari bentuk dasar angguk yang mendapat imbuhan
prefiks N-

b) Kata imbuhan berprefiks di-


(1) diukel ‘gerakan memutar telapak tangan ke dalam dan ke luar
dengan posisi tangan ngithìng’
8

Istilah diukel memiliki makna ‘gerakan memutar telapak


tangan ke dalam dan ke luar dengan posisi tangan ngithìng’
terbentuk dari bentuk dasar ukel yang diberi imbuhan prefiks
di-.

(2) dijunjùng ‘posisi kaki diangkat ke atas kira-kira membentuk


sudut 45 derajat’.
Istilah dijunjùng memiliki makna ‘posisi kaki diangkat ke atas
kira-kira membentuk sudut 45 derajat’, terbentuk dari bentuk
dasar junjung yang kemudian diberi imbuhan prefiks di-.

c) Kata imbuhan bersufiks –an


(1) anggukan ‘gerakan mengangguk-anggukkan kepala sebagai ciri
khas dari tarian Angguk’

Istilah anggukan memiliki makna ‘gerakan mengangguk-


anggukkan kepala sebagai ciri khas dari tarian Angguk’
terbentuk dari bentuk dasar angguk yang mendapat imbuhan
sufiks -an.

(2) cakilan ‘posisi tangan ngruji ke bawah di depan pinggang


sedangkan tangan yang lain di samping badan dengan posisi
badan agak doyong ke samping. Gerakan dilakukan
menyamping dengan tangan bergantian mengayun seperti
menirukan gaya tokoh cakil’.

Istilah cakilan mempunyai makna ‘posisi tangan ngruji ke


bawah di depan pinggang sedangkan tangan yang lain di
samping badan dengan posisi badan agak doyong ke samping.
Gerakan dilakukan menyamping dengan tangan bergantian
9

mengayun seperti menirukan gaya tokoh cakil’ itu terbentuk


dari bentuk dasar cakil yang mendapat imbuhan sufiks -an.

2) Istilah berupa reduplikasi


a) ulap-ulap ‘gerakan atau posisi salah satu tangan menekuk di depan
kening (pergelangan tangan menekuk, sedangkan jari-jari
melenting seolah-olah melihat sesuatu) dan tangan yang lain
menekuk di depan pinggang’
Istilah ulap-ulap mempunyai makna ‘gerakan atau posisi salah satu
tangan menekuk di depan kening (pergelangan tangan menekuk,
sedangkan jari-jari melenting seolah-olah melihat sesuatu) dan
tangan yang lain menekuk di depan pinggang’, terbentuk dari
pengulangan satu kata secara penuh, yaitu ulap.

b) êncot-êncot ‘gerakan seluruh badan ke bawah kemudian kembali


ke atas dengan ritme yang pelan dan dilakukan berulang-ulang’

Iistilah êncot-êncot memiliki makna ‘gerakan seluruh badan ke


bawah kemudian kembali ke atas dengan ritme yang pelan dan
dilakukan berulang-ulang’, terbentuk dari pengulangan kata secara
penuh, yaitu êncot.

3) Istilah berupa Kata Majemuk


a) ugak lambung ‘gerakan menggoyangkan atau menggerakkan
lambung dari torso bagian bawah ke samping kanan dan kiri’

Istilah ugak lambung memiliki makna ‘gerakan menggoyangkan


atau menggerakkan lambung dari torso bagian bawah ke samping
kanan dan kiri’, terbentuk dari gabungan dua kata, yaitu ugak dan
lambung.
10

b) atrap jamang ‘gerakan ketika tangan kiri ngulap sedangkan tangan


kanan ngukel di samping kanan kepala’

stilah atrap jamang mempunyai makna ‘gerakan ketika tangan kiri


ngulap sedangkan tangan kanan ngukel di samping kanan kepala’,
terbentuk dari gabungan dua kata, yaitu atrap dan jamang.

2. Makna Istilah dalam Seni Tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun


Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo.
Berdasarkan data hasil penelitian, ditemukan makna istilah dalam seni tari
Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Desa Hargomulyo, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Makna istilah tersebut adalah makna leksikal,
makna gramatikal, dan makna istilah itu sendiri.

a. Makna Leksikal
Berikut adalah data istilah yang mengandung makna leksikal.
1) gêdrùg
Istilah gedrug mempunyai arti ‘napakake sikil ngeget bola-bali (marga
muring)’ (menghentakkan kaki berkali-kali seperti orang marah).
2) gombyok
Istilah gombyok mempunyai arti ‘bolah sutra lan sakpanunggalane
sing digawe rompyo-rompyo kanggo rerenggan’ (benang sutra dan
sejenisnya yang dibuat seperti rumbai-rumbai dan digunakan untuk
pajangan).
3) kêndhang
Istilah kendhang mempunyai arti ‘bangsa ketipung gede’ (sejenis
ketipung yang berukuran besar).

b. Makna Gramatikal
Berikut adalah data yang mengandung makna gramatikal.
11

1) nyathok
Istilah nyathok berasal dari kata cathok ‘timangan ing sabuk;
digatukake sarta diubedi ing tali’ (ikat pinggang yang digulung pada
tali). Bentuk dasar cathok dengan imbuhan /N-/ memunculkan makna
gramatikal melakukan tindakan cathok. Makna nyathok adalah
melakukan gerakan dengan sampur yang diikatkan pada pinggang.

2) dijunjùng
Istilah dijunjung berasal dari bentuk dasar junjung ‘ngumbulake,
ngangkat diumbulake’ (mengangkat atau diangkat). Bentuk dasar
junjung yang diberi imbuhan prefiks /di-/ memunculkan makna
‘melakukan tindakan seperti junjung. Jadi, dijunjung adalah
‘melakukan gerakan seperti mengangkat’. Di dalam tari Angguk,
dijunjung memiliki makna ‘posisi kaki diangkat ke atas kira-kira
membentuk sudut 45 derajat’.

3) sembahan
Istilah sembahan berasal dari bentuk dasar sembah ‘tandaning pangdji-
aji sarana nangkepake tangan kang kapener jempol kaggatukake ing
iroeng utowo batuk’ (penanda hormat dengan menangkupkan kedua
tangan pada posisi jempol berada dihidung atau dikening). Bentuk
dasar sembah yang diberi imbuhan sufiks /-an/ memunculkan makna
melakukan gerakan sembah. Jadi, sembahan adalah melakukan
gerakan dengan menangkupkan tangan dengan posisi jempol disatukan
dihidung atau dikening. Di dalam tari Angguk, istilah sembahan
memiliki makna ‘posisi kedua telapak tangan saling bertemu
(menangkup) dan diletakkan tepat diujung hidung dengan posisi lengan
tangan sedikit terbuka’.
12

c. Makna Istilah
Berikut adalah data yang mengandung makna istilah.
1) ulo nglangi
Istilah ulo nglangi mempunyai makna khusus. Makna tersebut tidak
dapat diramalkan secara leksikal maupun gramatikal. Istilah ulo
nglangi adalah gerakan kepala yang menyerupai ular ketika berenang
di air
2) atrap jamang
Istilah atrap jamang juga mempunyai makna khusus. Makna istilah
atrap jamang di dalam seni tari Angguk adalah gerakan ketika tangan
kiri ngulap sedangkan tangan kanan ngukel di samping kanan kepala.
3) untu walang
Istilah untu walang juga mempunyai makna khusus. Makna istilah untu
walang di dalam seni tari Angguk adalah aksesori yang berupa segitiga
merah dan putih yang ada pada setiap jahitan pinggir, baik pada baju
maupun celana dan pada masing-masing segitiga tersebut terdapat satu
manik-manik.

D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai bentuk dan makna
istilah dalam seni tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap,
Kulonprogo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Istilah yang digunakan dalam seni tari Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih,
Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo terdiri atas istilah yang berupa bentuk dasar dan
bentuk turunan.
a. Istilah berupa bentuk dasar
Setelah dilakukan analisis, bentuk dasar istilah yang ada di dalam tari Angguk
didominasi oleh kata kerja (verba). Kata benda (nomina) hanya ditemukan pada
istilah busana, alat musik, dan pemain musik tari Angguk. Hal itu dikarenakan
13

banyak bentuk dasar istilah tersebut yang memunculkan makna perbuatan (aksi),
misalnya adeg, kirìg, trisik, kéngsêr, mayuk, tranjal, dan mèghol.

b. Istilah berupa bentuk turunan


Istilah berupa bentuk turunan dibentuk dari proses afiksasi, reduplikasi, dan
pemajemukan.
1) Istilah yang dibentuk dari proses afiksasi
Diantaranya adalah istilah yang mendapat imbuhan prefiks /N-/ misalnya
ngithing, nyathok, ngruji, dan nganggùk, istilah yang mendapat imbuhan
prefiks /di-/ misalnya dijunjung, diseblak, dan diukel, dan istilah yang
mendapat imbuhan sufiks /-an/ misalnya sembahan, tolehan, dan junjungan.

2) Istilah yang dibentuk dari proses reduplikasi


Istilah yang dibentuk melalui reduplikasi adalah ulap-ulap dan encot-encot.
Istilah tersebut berupa istilah yang berbentuk pengulangan kata secara utuh dan
mengandung makna perbuatan (aksi). Oleh karena itu, kedua istilah tersebut
masuk ke dalam kategori kelas kata kerja (verba).

3) Istilah yang dibentuk dari proses pemajemukan


Istilah yang dibentuk dengan proses pemajemukan diantaranya adalah untu
walang, ikan cucut, atrap jamang, gebyok sampur, ukel asta, dan sabuk
timang. Beberapa istilah tersebut masuk ke dalam kategori kelas kata verba
dan nomina. Hal itu dikarenakan istilah seperti ikan cucut, atrap jamang,
gebyok sampur, dan ukel asta adalah istilah yang mengandung makna
perbuatan (aksi), sedangkan istilah untu walang dan sabuk timang adalah
istilah yang mengacu pada suatu benda.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna istilah yang ada dalam seni tari
Angguk Putri Sripanglaras di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo
adalah makna leksikal, makna gramatikal, dan makna istilah. Perbedaan ketiga
14

makna tersebut adalah masing-masing memiliki acuan tersendiri. Pertama,


makna leksikal lebih mengacu pada makna yang sesungguhnya atau gambaran
yang nyata tentang konsep kata atau istilah yang ada. Kedua, makna gramatikal
lebih mengacu pada makna yang muncul setelah terjadinya proses gramatikal,
yaitu proses afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Ketiga, makna istilah
lebih mengacu pada makna suatu istilah yang digunakan dalam lingkup atau
bidang keilmuan tertentu, yaitu dalam seni tari Angguk Putri Sripanglaras
Kulonprogo.

E. REFERENSI

Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat
Bahasa.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yramawidya.

Herawati, Nanik. 2009. Kesenian Tradisional Jawa. Klaten: Saka Mitra Kompetensi.

Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai