Anda di halaman 1dari 13

Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

PENERAPAN BEGRIP DALAM PEMENTASAN LUDRUK KARYA BUDAYA MOJOKERTO

Dwi Nisa’ Amanatillah


Program Studi Pend. Sendratasik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Surabaya
Email: dwinisa78@gmail.com

Dr. Autar Abdillah S.Sn., M.Si


Program Studi Pend. Sendratasik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Surabaya
Email: autar.unesa@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini menjelaskan mengenai proses penerapan begrip menjadi sebuah
pementasan ludruk. Begrip adalah sebuah pengejawantahan cerita yang
digunakan sebagai pedoman sebelum pementasan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjawab permasalahan yang tertulis dalam rumusan masalah
diantaranya: 1) Bagaimana Sutradara dalam menerapkan begrip dalam sebuah
pementasan ludruk?, 2) Apa kendala yang dihadapi oleh Sutradara ketika proses
penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk? Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang mana penelitian ini
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
Penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara
holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahan, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan studi pustaka,
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa sejarah lahirnya begrip
sendiri belum ada yang mengetahui siapakah dan dimanakah pertama kali begrip
ditemukan. Ada beberapa keunikan dari begrip yang tidak ditemukan pada
naskah modern saat ini, baik dari segi bahasa, tujuan yang ingin disampaikan,
sampai pada improvisasi aktor. Selanjutnya pembahasan mengenai bagian-
bagian dari begrip yang secara terperinci dijelaskan mulai dari Remo, Bedhayan,
lawakan dan lakon, barulah pembahasan selanjutnya pada proses kreativ
Sutradara yakni dimulai dengan menentukan lakon, ngewosno cerita, persiapan
pentas, spellan antar aktor, Sutradara sebagai korektor hingga akhirnya pentas.
Kendala yang sering dihadapi adalah ketiadaan actor secara mendadak. Untuk
yang terakhir yakni pada proses penerapan begrip dalam lakon “Sarip Tambak
Oso”.

Kata Kunci: Begrip, Ludruk, Lakon Sarip Tambak Oso

Abstract
This study describes the application process as a ludruk performance.
Begrip is a manifestation of a story that is used as a guideline before staging. The
purpose of this study was to answer the problems written in the formulation of
the problem including: 1) How did the director apply in a ludruk performance?
2) What were the obstacles faced by the director when the application process
became a ludruk performance? This study uses a qualitative descriptive
approach, which this study intends to understand the phenomenon of what is

1
experienced by research subjects such as behavior, perception, motivation,
actions and others, holistically and in a descriptive manner in the form of words
and materials, a special natural context and by utilizing various natural methods.
This research data collection uses literature study, observation, interview, and
documentation with data analysis techniques using data reduction, data
presentation, and conclusion drawing.
The results of the research and discussion show that the history of birth is
like a person who does not know who and where was first found. There are some
uniqueness of the features that are not found in modern manuscripts today, both
in terms of language, the purpose to be conveyed, to the improvisation of actors.
Furthermore, the discussion of the detailed parts of the text is explained starting
from Remo, Bedhayan, jokes and plays, then the next discussion in the director's
creative process which begins with determining the play, ngewosno stories,
preparation for the stage, spellan between actors, Director as the corrector until
finally stage. The obstacle that is often faced is the sudden absence of actors. For
the last one, the application process appears in the play "Sarip Tambak Oso".

Keywords: Begrip, Ludruk, Sarip Tambak Oso play

Begrip sendiri memiliki banyak


PENDAHULUAN
pengucapan yang seringkali masyarakat
Ludruk merupakan kesenian yang dengar, karena kebanyakan orang pada saat itu
berasal dari Jawa Timur. Ludruk memiliki nilai pengucapan berdasarkan kenyamanan ketika
pendidikan dan hiburan yang cukup besar diucapkan begitu saja, tetapi tidak mengetahui
dalam lingkup kesenian Indonesia, meskipun apa yang mereka ucapkan menimbulkan
mengalami pasang surut dalam pemaknaan yang berbeda. Terkait pengucapan
perkembangannya. Melihat perkembangan orang-orang tentang begrip sendiri sering
ludruk dari tahun ke tahun memanglah ada masyarakat mendengar istilah bedrip, gedrip dan
perubahan baik yang sengaja di rubah untuk begrip. Memang ketiganya memiliki
memperoleh perkembangan maupun pengucapan yang hampir sama, tetapi makna
perubahan oleh jaman secara tidak langsung. dari ketiganya sangatlah berbeda. Berdasarkan
Pada perkembangan tersebut tidak terlepas ketiga kata tersebut Peneliti melakukan
dari tangan-tangan Seniman yang secara pencarian makna dari ketiganya, manakah
konsisten dalam bidang yang digeluti, karena yang cocok dengan istilah dalam pertunjukan,
tidak lain untuk selalu menghidupkan dan ketika pencarian kata tersebut begrip lah
karyanya. Keberadaan ludruk telah yang paling mendekati dan cocok. Selanjutnya
memberikan perannya dalam kehidupan, baik untuk memudahkan peneliti dalam
itu berbangsa dan bernegara. Contohnya pada memfokuskan topik yang dibahas, maka ada
masa televisi belum begitu marak dan alat salah satu lakon yang dipilih untuk dikaji yaitu
komunikasi masih terbatas pada jaman dahulu lakon Sarip Tambak Oso yang gunanya untuk
dan hanya bisa dimiliki oleh golongan tertentu memfokusan pembahasan penelitian ini.
saja, disitu ludruk muncul sebagai alat Pemilihan Sarip Tambak Oso untuk dikaji
penyambung lidah atau sebagai alat dikarenakan lakon inilah yang menjadi salah
komunikasi secara langsung, bahkan sering satu unggulan dan seringkali dipentaskan,
kali ludruk digunakan sebagai alat propaganda maka peneliti tertarik untuk memilih lakon ini
oleh kelompok tertentu guna menyampaikan untuk dikaji dalam penerapan begrip nya.
kepentingannya. Teater berasal Baik teater Tradisional dan
Modern sama-sama membutuhkan proses

2
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

yang sunguh-sunguh. Pada prinsipnya, kedua salah satu bagian yang penting dalam
teater ini masih sangat mungkin berkembang, pertunjukan.
dan keduanya tidak membangun perlawanan Begrip sendiri berasal dari bahasa
satu sama lain (Autar, 2004). Belanda yang memiliki makna ide, konsep
Drama dapat diartikan sebagai suatu atau gagasan, sedangkan Gedrip memiliki
genre sastra yang lebih terfokus sebagai suatu makna dibuang, dan kalau Bedrip sendiri tidak
karya yang lebih berorientasi kepada seni ditemukan kosa katanya dalam bahasa
pertunjukan dibandingkan sebagai genre Belanda, dengan begitu Peneliti
sastra (Hasanudin.1996:1). menyimpulkan kata yang paling cocok dalam
Teater tradisional adalah teater yang hal ini adalah begrip. Begrip merupakan ide
dilahirkan dari, oleh, dan untuk tradisi atau konsep cerita yang disampaikan oleh
masyarakat tertentu, ia tumbuh dan diasuh Sutradara kepada para aktor melalui tulisan
oleh tradisi masyarakat setempat. Teater maupun lisan. Jika melalui tulisan begrip
tradisional adalah teater dalam masyarakat biasanya ditulis di papan tulis atau kalau tidak
etnik tertentu yang mengikuti tata cara, ada cukup dengan selembar kertas, meskipun
tingkah laku, dan cara berkesenian mengikuti tidak jarang juga dijumpai begrip yang
tradisi, ajaran turun temurun dari nenek berlembar-lembar di mana biasa di sebut
moyangnya sesuai dengan budaya lingkungan dengan naskah singkat (wawancara dilakukan
yang dianutnya (Achmad, 2006:4). Teater langsung kepada pemilik sekaligus pemimpin
bukan hanya suatu pertunjukan. Ia adalah LKBM Eko Edi Susanto, Canggu-Mojokerto, 7
kehidupan itu sendiri. Secara spesifik teater Februari 2018).
bukanlah semata-mata peniruan ataupun Alih wahana yang dimaksud dalam
cermin, tetapi ia adalah kehidupan yang penelitian ini adalah perubahan dari naskah
dijalani umat manusiadalam memahami dan menjadi sebuah pementasan. Proses adaptasi
menjalani segala perbuatan yang dilakukannya dari naskah drama menjadi tontonan jelas lebih
di bumi (Autar, 2002:45). sederhana dibanding dengan alih wahana dari
Ludruk adalah teater atau (sandiwara) novel, misalnya, menjadi tontonan, adaptasi
rakyat yang mengandung unsur gerak, tari, naskah lakon menjadi pementasan cenderung
nyanyi (kidungan), musik, dekor, cerita dan setia pada aslinya. Dalam naskah lakon dialog
lain-lain (Hutomo, dalam Supriyanto, 1992:9). , yang diucapkan para aktor tinggal mengikuti
kata ludruk berasal dari kata molo-molo dan dialog yang tertulis di naskah dan dialog
gedrak-gedruk. Molo-molo berarti mulutnya cenderung tidak dirubah sebab merupakan inti
penuh dengan tembakau sugi (dan kata-kata, dari naskah yang diangkat ke pementasan
yang pada saat keluar tembakau sugi) tersebut (Damono,2012:127).
hendak dimuntahkan dan keluarlah kata-kata
yang membawakan kidung, dan dialog. Pada METODE
kata selanjutnya yakni gedrak-gedruk berarti Metode merupakan strategi atau cara,
kakinya menghentak-hentak pada saat menari sedangkan metode penelitian merupakan cara
di pentas (Ahmadi, 1987:7). Selanjutnya pada ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
Ludruk dan teater-teater lainnya penonton dan kegunaan. Metode penelitian kualitatif
sangat mempengaruhi, diantara mereka ada dinamakan sebagai metode baru, karena
yang agresif dan ada pula yang ‘duduk manis’ popularitasnya belum lama, dan metode
mengkuti apa yang menjadi perhatian mereka kuantitatif dinamakan metode tradisional
(Autar, 2003:40) karea penonton pun menjadi karena sudah lama digunakan (Sugiyono, 2013:

3
13). Metode Penelitian adalah cara-cara kerja ini yaitu Penerapan Begrip yang dilakukan oleh
untuk dapat memahami objek Penelitian dan Sutradara yang secara khusus Peneliti
merupakan bagian yang penting untuk mengangkat LKBM untuk dijadikan objek
diketahui oleh seorang Peneliti. Metode dalam Penelitiannya.
Penelitian juga memberikan ketentuan- Penelitian ini berlokasi di Dusun
ketentuan dasar untuk mendekati suatu Sukodono RT 1 RW 2 desa Canggu Kecamatan
masalah dengan tujuan menemukan dan Jetis Kabupaen Mojokerto 61310 Jawa Timur.
memperoleh hasil yang akurat dan benar. Lokasi pertama tersebut merupakan alamat
Deskriptif adalah penguraian tentang kejadian- rumah atau kediaman Abah Edi. Lokasi yang
kejadian berdasarkan data-data baik yang kedua adalah Pondok Jula Juli sebagai tempat
tertulis maupun yang tidak tertulis. Menurut bekerja (LKBM) yang digunakan untuk wadah
Bogdan dan Taylor dalam Sumaryanto berproses kreatif para seniman LKBM. Lokasi
(2001:2), Penelitian kualitatif adalah prosedur Pondok Jula Juli persis berada di depan rumah
Penelitian yang menghasilkan data deskriptif Abah Edi, Pondok Jula Juli tersebut di gunakan
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- sebagai pendopo, tempat latihan, sekretariat
orang dan perilaku yang dapat diamati. LKBM, asrama, tempat penyimpanan
Pendekatan yang digunakan dalam inventaris (gamelan, kostum, property, tonil,
Penelitian ini adalah pendekatan deskriptif keber, dan sound system).
kualitatif. Dalam pendekatan deskriptif Lokasi selanjutnya yang dijadikan untuk
kualitatif ini, Moleong (2011:6) mengatakan Penelitian adalah lokasi dimana LKBM pentas,
bahwa Penelitian deskriptif kualitatif adalah di karenakan banyak sekali lokasi yang
Penelitian yang bermaksud untuk memahami menjadi tempat pentas LKBM dari Kota ke
fenomena tentang apa yang dialami oleh Kota. Peneliti mengambil pementasan yang
subyek Penelitian misalnya perilaku, persepsi, memang kebetulan diadakan di Pondok Jula
motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik Juli sendiri dengan lakon “Sarip Tambak Oso”
dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata- yang diangkatnya. Waktu untuk wawancara
kata dan bahan, pada suatu konteks khusus November – Desember awal (2017), 16
yang alamiah dan dengan memanfaatkan Desember 2017, 25 Januari 2018, 24 Maret 2018.
berbagai metode alamiah. Berdasarkan pada
pokok permasalahan yang dikaji, yaitu PEMBAHASAN
mengenai Penerapan Begrip dalam Sejarah Begrip
pementasan ludruk, maka Penelitian ini
Begrip merupakan sebuah naskah
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
tradisional pada ludruk yang menjadi sebuah
Subjek yang diteliti oleh Peneliti yakni
roh dalam setiap pementasan ludruk. Sejarah
orang-orang yang terlibat langsung dalam
adanya Begrip sendiri belum ada yang
LKBM yakni Pemimpin LKBM dan Muji
mengulas dalam sebuah kajian atau buku yang
Zakariah yang biasanya menjadi Sutradara di
memang khusus untuk membahas tentang
LKBM, selain ada pula seniman-seniman
begrip dalam pementasan ludruk, namun ada
ludruk Jawa Timur yang turut menjadi sumber
beberapa penelitian terdahulu yang berguna
referensi tambahan bagi Peneliti.
untuk menambah referensi bagi Peneliti, yang
Objek dalam Penelitian ini adalah begrip
mana di dalamnya sedikit mengulas tentang
yang dipakai oleh Sutradara dalam sebuah
begrip. Untuk menyiasati kekosongan data
pementasan ludruk, dan yang menjadi sasaran
tertulis, maka peneliti memperbanyak data
utama dalam topik yang diangkat oleh Peneliti
wawancara yang diperoleh dari berbagai tokoh

4
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

ludruk di Jawa Timur terutama pemilik dari ludruk, maka ada beberapa keunikan yang
Ludruk Karya Budaya Mojokerto yang mana dimiliki oleh begrip tetapi tidak pada naskah
sebagai kelompok ludruk yang menjadi objek modern lainnya. Keunikan tersebut menjadi
kajian Peneliti. ciri khas yang dibawa begrip pada setiap proses
Berbicara mengenai Begrip, begrip ada dan pementasan ludruk, yang mana ciri khas
berkembang bersama dengan adanya seni tersebut menjadikan roh pada pementasan
pertunjukan di Jawa Timur, tetapi sampai saat agar tetap hidup, dan di bawah ini merupakan
ini belum ada yang dapat memastikan asal beberapa keunikan dari begrip.
mula kelahiran begrip baik itu tahun berapa, a. Begrip sebagai Naskah Singkat
dan siapa penciptanya. Sebelum mengenal Ludruk Karya Budaya Mojokerto
adanya kesenian ludruk, terlebih dahulu seni membuat atau mengetik ulang begrip tanpa
pertunjukan dikenal dengan sebutan toneel, mengurangi isi yang ada sebelumnya, jikalau
dan pada sebuah wawancara juga ada penambahan biasanya terletak pada point-
menyebutkan bahwa begrip sudah ada sejak point adegan dan aktor tambahan yang
jaman toneel, seperti yang pernah dikatakan tentunya hal tersebut tidak mengganggu jalan
Abah Edi dalam sebuah wawancara: ”memang cerita aslinya, hal tersebut diterapkan biasanya
kalau untuk mengetahui siapa dan kapan untuk pengembangan cerita sesuai dengan
pertama kali begrip dibuat sangatlah sulit kebutuhan pentas. Begrip yang diketik ulang
memastikannya, tetapi yang pasti ketika masih dalam bentuk tertulis ini dalam ludruk
jaman toneel, begrip sudah digunakan” biasanya disebut dengan “naskah singkat”,
(wawancara dilakukan langsung kepada yang mana di dalam naskah tersebut sama
pemilik sekaligus pemimpin LKBM Eko Edi halnya dengan begrip, tetapi hanya diubah ke
Susanto, Canggu-Mojokerto, 7 Februari 2018). dalam bentuk tertulis dan meskipun berupa
Kata begrip merupakan makna terapan naskah singkat, naskah ini tidak ada sama
dari bahasa Belanda yang berarti ide, makna sekali dialog yang tertera di dalamnya.
atau gagasan. Meskipun dalam faktanya Sutradara sangat menjaga keaslian daripada
banyak sekali kata terapan yang didengar begrip, jika naskah singkat tersebut ada dialog
selain dari kata begrip sendiri, tetapi hal itu saja sedikit di dalamnya, maka bukan lagi
tidak mengurangi makna sesungguhnya, termasuk dalam begrip. Berikut salah satu
selama itu memiliki tujuan yang sama dalam contoh naskah singkat dengan judul lakon
penggunaan katanya, dan ketika kata tersebut Sogol.
diucapkan tidak bisa disalahkan karena hal itu b. Penggabungan Dua Lakon dalam Satu
sudah menjadi hal yang lumrah didengar Cerita
dalam dunia ludruk dan sudah ada sejak lama. Pada sebuah pementasan ludruk tidak
Selain dari kata begrip seringkali kali terdengar jarang seorang Sutradara menggabungkan dua
orang mengatakan bedrip dan gedrip. Gedrip lakon bahkan sampai tiga lakon dalam satu
memiliki makna dibuang yang sama sekali cerita. Hal itu pulalah yang dilakukan oleh
tidak ada hubungannya dengan pertunjukan, Sutradara Ludruk Karya Budaya Mojokerto
sedangkan bedrip tidak memiliki arti, dengan dalam beberapa pementasan ludruknya, baik
begitu Peneliti menyimpulkan kata yang tepat itu inisiatif maupun permintaan dari pihak
untuksebuah seni pertunjukan adalah begrip.. pemilik hajat (ketika pentas tanggapan). Lakon
Keunikan Begrip sebagai Naskah Ludruk yang bisa digabungkan dalam satu cerita pun
tidak boleh sembarang lakon, tidak boleh lakon
Berbicara mengenai keunikan yang
yang sudah terkenal, karena secara otomatis
dimiliki begrip sebagai naskah tradisional

5
alur ceritanya sudah tertebak, selain itu karena setelah itu ada Bedhayan yang diisi dengan
ceritanya yang mengandung unsur sejarah, para penari Travesti (pada Ludruk Karya
menjadikan tokoh dalam lakon tersebut lebih Budaya) dengan kidungannya, lalu dilanjutkan
baik untuk tidak digabungkan. Walaupun dengan Lawakan dari para pelawak yang
dengan begitu bukan berarti cerita dalam lakon mengisi acara, dengan berbagai macam
tersebut tidak boleh untuk dikembangkan, banyolan yang dibawakan yang mana tidak
setiap Sutradara bebas untuk membuat bentuk lupa juga menyelipkan kidungan sebagai ciri
pementasannya sendiri, tetapi dengan catatan khasnya, lalu masuk ke acara inti yakni Lakon.
cerita yang dikembangkan masih tetap dalam Tahapan dari ludruk yang pertama atau
koridor inti cerita yang ada. Sebagai contoh sebagai acara pembuka yakni Tari Remo atau
lakonnya adalah Sawunggaling dan Sarip tari yang digunakan untuk menyambut
Tambak Oso, meskipun sampai saat ini belum penonton dengan diiringi kidungan yang berisi
ada hak paten dan belum ada yang tahu ucapan selamat datang. Setiap pertunjukan
siapakah pengarang dari lakon tersebut. ludruk harus dimulai terlebih dahulu dengan
tari Remo. Menurut Eko Edy Santoso selaku
c. Begrip dalam Improvisasi Aktor
pimpinan LKBM, tidak sah sebuah
Pada ludruk ada sebuah proses tahapan
pertunjukan ludruk apabila tidak diawali
salah satunya yang disebut dengan spellan.
dengan tari Remo.
Spellan adalah teknik berlatih dengan partner
Tahapan selanjutnya pertunjukan ekstra
latihan, para aktor dituntut untuk saling
yakni Bedhayan. Bedhayan adalah para
mengenal satu sama lain. Hal ini membuktikan
Travesti yang menari dan bernyanyi untuk
bahwa yang diandalkan adalah kecerdasan
menghibur penonton. Bedhayan ini juga
improvisasi untuk saling menanggapi satu
termasuk dalam sebuahpertunjukan ekstra
sama lain disaat pementasan sedang
yang ada di setiap pementasan ludruk. Hal ini
berlangsung. Karena ludruk tidak berangkat
telah dinyatakan langsung oleh pimpinan
dari naskah utuh, melainkan hanya begrip,
LKBM berdasarkan hasil dari wawancara di
maka kekompakan para aktor dalam
rumah bapak Eko Edy Santoso, baik itu secara
menerapkan spellan sangatlah penting. Seperti
lisan maupun tulisan. Berikut salah satu ulasan
yang dikatakan Abah Edi “Aktor ludruk harus
dari beliau:
piawai dalam menghasilkan dialog verbal dan
“Hampir semua grup ludruk di Jawa
kemampuan merespon lawan main”
Timur tidak bisa terlepas dari keberadaan
(wawancara dilakukan langsung kepada
travesti. Mungkin hanya ludruk yang mau
pemilik sekaligus pemimpin LKBM Eko Edi
menerima keberadan travesti dibanding teater
Susanto, Canggu-Mojokerto, 7 Februari 2018).
tradisional lainnya seperti lenong, wayang
Urutan Pementasan Ludruk
wong, ketoprak dan lain-lain. Dalam
Pada sebuah pementasan ludruk terdapat
pemahaman saya, keberadaan travesti bisa jadi
pakem yang memang tidak bisa dihilangkan
terinspirasi dari lerok, bentuk awal kesenian
begitu saja dalam dunia ludruk, pakem itu
ludruk (1907-1915)”.
yakni kidungan yang menjadi ciri khas
Tahapan pementasan ludruk selanjutnya
pementasan ludruk dengan teater tradisional
setelah bedhayan yakni lawakan, lawak atau
lainnya. Selain itu sistematika pertunjukan pun
biasa juga disebut lucu adalah ciri khas ludruk
memiliki pakem yang sudah diterapkan dari
karena sampai saat ini di wilayah Jawa Timur,
generasi-generasi sebelumnya. Pakem itu yakni
apabila ada orang yang melawak, maka dia
dimulainya pementasan dengan munculnya
akan dikatakan dengan ngeludruk yang sama
penari Remo yang menjadi pembuka acara,

6
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

dengan ngelawak. Pada lawakan seringkali kata lain inti yang ingin disampaikan tetaplah
memunculkan sindiran-sindiran atau seruan sama.
kearah kebaikan yang dikemas dalam komedi. Berikut di bawah ini nantinya akan ada
Biasanya adegan lawak hadir sebelum masuk beberapa contoh begrip dalam berbagai versi
pada lakon, dan biasanya lawakan yang atau tipe, antara lain :
diangkat pun seringkali menyinggung lakon a. Tipe Begrip Buku
yang akan dipentaskan nantinya agar terjadi Pada dasarnya antara begrip buku dengan
kesinambungan, meskipun ada pula lawakan begrip papan tulis memiliki kesinambungan.
yang mengambil materi dimana sama sekali Karena pada sebuah grup ludruk tobongan
tidak berhubungan dengan lakonnya. Bahan mereka menggunakan media buku terlebih
atau materi lawakan yang akan dibawakan dahulu untuk menuangkan idenya, lalu
oleh para pelawak pun atas persetujuan dari barulah ditulis ulang pada papan tulis saat
Sutradara dan tidak jarang Sutradaralah yang Sutradara ngewosno cerita. Ini di karenakan
menentukan materi yang akan dibawakan oleh pada saat ngewosno cerita semua aktor harus
pelawak, dan tentunya kepintaran improvisasi bisa melihat dan membacanya maka ditulislah
aktorlah yang membuatnya terlihat sempurna. pada papan tulis media yang lebih besar.
Setelah melalui tahapan lawakan, Selain mengalami masa tobongan grup ludruk
pertunjukan ludruk selanjutnya memasuki juga terbiasa dengan pentas tanggapan. Pada
tahapan inti, yakni tahapan lakon. Pada setiap saat pentas tanggapan inilah begrip buku
pertunjukan, kelompok-kelompok ludruk tidak biasanya digunakan seperti yang dilakukan
terkecuali LKBM pun menawarkan lakon yang Ludruk Karya Budaya Mojokerto, yang mana
mereka bawakan nantinya merupakan hasil setiap kali pentas tanggapan LKBM
pilihan mereka sendiri ataukah hasil menggunakan begrip tersebut untuk menjadi
permintaan dari sang pemilik hajat. Pada pedoman sewaktu pertunjukan ludruk yang
perkembangannya cerita ludruk sendiri akan ditampilkan.Ketika ada pertanyaan
dibedakan menjadi dua macam, yakni: 1. kenapa buku yang dipilih bukannya papan
Cerita pakem mengenai tokoh-tokoh kecil, Sang pemilik LKBM Abah Edy pun
terkemuka yang sudah familiar seperti Sogol menjawab :
Sumur Gemuling, Cak Sakera, Sarip Tambak Oso, “ketika sebuah buku yang dipilih untuk
Joko Sambang, Sawunggaling, dan lain menjadi medianya adalah karena pada buku
sebagainya. 2. Cerita fantasi yaitu cerita tersebut memudahkan ketika dibawa kemana-
karangan individu tertentu yang biasanya mana atau istilahnya lebih efisien, karena jika
berkaitan dengan kehidupan masyarakat pada tempat pertunjukan tertentu tidak
sehari-hari, seperti Yatimin Yatimun dan lain menyediakan papan tulis untuk menulis begrip
sebagainya. maka sudah tidak menjadi masalah, dan juga
pada buku dapat menyimpan berbagai begrip
Jenis-Jenis atau Tipe Begrip
yang sudah ditulis pada pertunjukan
Pada umumnya begrip ini dibedakan
sebelumnya, jadi memudahkan ketika
menjadi tiga tipe berdasarkan dari media yang
sewaktu-waktu lupa pada cerita lakon
digunakan. Pada sebuah media tertentu
tertentu”, (wawancara dilakukan langsung
memiliki fungsi penerapan yang memang ada
kepada pemilik sekaligus pemimpin LKBM
yang sama dan berbeda pada pementasan
Eko Edi Susanto, Canggu-Mojokerto, 7
tertentu, meskipun begitu terlepas dari media
Februari 2018).
yang berbeda setiap begrip memiliki
b. Tipe Begrip Papan Tulis
sistematika yang hampir sama atau dengan

7
Pada begrip papan tulis ini penerapan tertentu yang mengharuskan pihak tertsebut
atau pengaplikasinnya tidak berbeda dengan dapat membaca dan langsung memahami isi
begrip yang menggunakan media buku tulis, cerita yang ada di begrip naskah singkat
yakni pada pentas tanggapan baik teropan tersebut.
maupun tobongan, yang mana juga Biasanya naskah singkat ini
berhubungan dengan Pemilik hajat. Pada dipergunakan ketika pentas khusus pada event
sebuah pementasan teropan seringkali tertentu, semisal pentas undangan resmi yang
Penanggap menyediakan papan tulis untuk mengharuskan kelompok ludruk tersebut
menulis begrip, tetapi berbeda jika pementasan latihan berulang kali, karena tentunya segala
tersebut Penanggap tidak menyediakan papan, persiapan dari berbagai aspek pun lebih
maka antisipasi dari sebuah kelompok ludruk kompleks dan detail. Berikut dibawah ini salah
tersebut adalah dengan mempersiapkan papan satu contoh begrip yang sudah diketik rapi
tulis kecil yang memang kegunaannya untuk Proses Penciptaan Begrip (Proses Kreatif
dibawa kemana-mana ketika ada tanggapan. Sutradara dan Aktor)
Jika dibandingkan dengan buku, papan tulis Seorang Sutradara bisa juga dikatakan
ini memiliki kelemahan, karena seringkali sebagai seorang jenderal dalam sebuah
dihadapkan pada situasi dan kondisi yang pementasan, yang mana tugasnya
tidak diketahui, seperti ketersediaan papan mengarahkan jalannya sebuah pementasan
tulis tadi, selain itu pada papan tidak bisa tersebut, tanpa adanya Sutradara pementasan
menyimpan begrip-begrip pada pementasan tidak akan terarah. Sutradara juga bertugas
sebelumnya, karena sekali pakai, jika untuk mengontrol anak buahnya yang disini
pementasan tersebut sudah selesai maka begrip adalah para aktor untuk selalu dan tetap dalam
pun dihapus untuk kembali ditulisi pada koridor cerita. Karena tidak dipungkiri dengan
pementasan ludruk yang lain. hanya berbekal begrip para aktor dituntut
c. Tipe Begrip Ketikan untuk membuat dialog sendiri berdasarkan
Pada versi yang terakhir yakni begrip ringkasan tersebut, yang seringkali para aktor
dengan tampilan yang berbeda, yang dikenal keluar dari koridor cerita atau pembahasannya
juga sebagai naskah singkat yang sudah kurang nyambung dengan cerita, bahkan jika
terketik rapi dengan isi dan format yang sama, sampai bahasannya terlalu luas, maka tugas
tanpa melebihi maupun mengurangi terlalu Sutradara untuk mengoreksi dan
jauh, yakni dengan menambahi tetapi masih membenarkan aktornya. Tugas Sutradara
tetap dalam koridor, sehingga tidak disini juga memberikan dorongan atau
menimbulkan perbedaan yang cukup stimulus kepada para aktor agar sang aktor
signifikan. Terlihat pada foto di bawah ini dapat mengembangkan cerita dengan mudah,
penambahan yang dimaksud adalah point- dikarenakan aktor-aktor yang ada di ludrukan
point adegan yang diketik disini jauh lebih tidak semuanya sudah bisa menguasai medan
detail dan lengkap, penjelasan untuk latar dan dapat dengan mudah mengembangkan
waktu dan tempat pun ada. Hal tersebut cerita, maka diperlukan peran stimulus
berkaitan dengan adanya perbedaan Sutradara untuk mempermudah pencarian
kepentingan pentas, jika pada foto dengan dialog aktornya. Disini peran aktor-aktor
media buku maupun papan tulis digunakan senior juga diperlukan bukan hanya Sutradara
ketika pentas tanggapan biasa seperti teropan saja yang memberikan dorongan, peran aktor
dan tobongan, sedangkan pada naskah singkat senior sebagai lawan main juga dibutuhkan
ini digunakan untuk kepentingan pihak

8
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

dan saling menutupi kekurangan ketika berada sanepan dalam ludrukan, dan bagi penonton
di panggung. yang sudah berulangkali melihat ludruk pun
Sebuah pementasan ludruk, aktor yang pasti sudah tidak asing di telinga dan sudah
terdapuk atau sudah terpilih untuk paham jika ludruk tidak terlepas dengan
membawakan cerita lakon tidak sembarang sanepan.
orang, mereka yang terpilih sudah paham akan Dan di bawah ini merupakan tahapan
pola permainan ludruk. Pada dunia ludruk yang dilalui oleh Sutradara ketika membuat
terkenal dengan tiga istilah yang sering begrip antara lain:
didengar yakni, nyebeng (melihat senior-
Tahapan Pra, Aplikasi dan Hasil dari Begrip
seniornya pentas)atau ikut-ikut latihan, disini
Pada proses terbentuknya begrip hingga
aktor selalu menonton pementasan ludruk
sampai akhirnya menjadi sebuah pementasan
selama berulang kali barulah aktor tersebut
melalui tiga tahapan yakni Pra begrip, Aplikasi
bisa menjadi bagian dari sebuah ludruk.
begrip, dan yang terakhir yaitu hasil dari begrip
Dikarenakan ketika orang tersebut sudah
itu sendiri. Pada pembahasan kali ini Peneliti
berulangkali melihat ludruk maka pola
lebih membahas pada tahapan-tahapan yang
permainan ludruk yang ia lihat pun sudah
ada sebelum begrip benar-benar diaplikasikan
terekam dalam ingatannya. Bukan hanya itu
dalam sebuah pementasan.
dengan berulangkali ia melihat ludruk berarti
a. Tahapan Pra Begrip
secara otomatis ia melihat ludruk dengan
Tidaklah mudah bagi seseorang dalam
berbagai macam lakon yang berbeda setiap
membuat sebuah karya tanpa adanya ide atau
pementasannya. Maka perbendaharaan lakon
dasar pemikiran akan sebuah gambaran
yang ia tonton pun semakin banyak dan ia
pementasan yang diinginkan. Berbekal sebuah
semakin menambah wawasan dengan macam-
ide seseorang dapat dengan mudah
macam lakon yang ada.
mengaplikasikan tahap tiap tahap sebuah
Selain nyebeng dalam ludruk pun juga
karya. Seperti halnya dengan sebuah
terkenal dengan istilah tedean (kewajiban aktor
pementasan ludruk, ide atau gagasan
junior minta petunjuk ke aktor senior atau
diperlukan saat menentukan lakon yang
kewajiban aktor senior membimbing
dipentaskan nantinya, yang mana dalam hal
juniornya) dalam hal spellan (berlatih dialog
ini Sutradaralah yang berwenang dalam
dengan lawan main) untuk memberikan clue
penentuan lakon, apakah dari pemilik hajat
kepada lawan mainnya untuk adegan
ataukah dari Sutradara sendiri. Meskipun tidak
selanjutnya atau dialog yang akan
jarang dalam memutuskan sebuah lakon yang
diasampaikan selanjutnya. Bukan hanya
akan dipentaskan juga menurut pertimbangan
mengenai spellan saja, dalam dunia ludruk juga
dari Sang Pemilik LKBM yakni Abah Edi.
kita mengenal istilah sanepan atau yang lebih
Tahapan awal atau Pra Begrip ini adalah
mirip kepada pepatah bahasa jawa yang
berupa cerita, sebuah cerita yang menjadi awal
biasanya digunakan untuk menyindir lawan
mula sebuah ide pertunjukan yang nantinya
main, memang dalam dunia ludruk terkenal
dikemas dalam sebuah pengembangan cerita
akan sanepan, bagi masyarakat yang masih
sesuai dengan bayangan Sutradara. Sebuah
awam kurang bisa memahami kegunaan dari
cerita yang diangkat dalam pementasan pun
sanepan itu sendiri, tetapi bagi para aktor
disesuaikan berdasarkan pentasnya, apakah
ludruk sanepan sudah menjadi hal yang selalu
pentas teropan atau undangan. Selain itu
ada dalam pementasan ludruk, ada saja
penyesuian cerita terhadap tema acara pun
rasanya yang kurang bila tidak memakai

9
sangat penting untuk diperhatikan agar terjadi yang diisi dengan remo, dan lain-lain yang
keselarasan dalam pertunjukan. mengisi opening. Selanjutnya dibawahnya ada
Sebelum membuat begrip terlebih dahulu casting para aktor, dan yang terakhir ada
Sutradara melakukan hal ini: pengadeganan dengan berbagai latar yang
Sebelum berangkat menuju lokasi jauh- ditampilkan.
jauh hari Sutradara mencari tau tanggapan Begrip yang sudah menjadi tulisan rapi
yang akan di garap ini mementaskan lakon dan siap untuk diaplikasikan selanjutnya akan
request ataukah bebas, jika sudah ditetapkan diberikan kepada para aktor untuk digarap
barulah bisa di garap. Jika ternyata lakonnya sesuai dengan arahan dari Sutradara tentunya.
dari Sutradara sendiri maka beliau sudah Dalam proses aplikasi ini ada transfer ilmu
harus menyiapkan beberapa lakon pilihan, yang dilakukan antara Sutradara dengan aktor
seperti kata Cak Muji (Sutradara LKBM) yang maupun aktor dengan aktor, dengan tujuan
pernah Peneliti wawancara: “yoh.. sak durunge penyatuan gagasan dalam pertunjukan
pentas iku aku yoh biasane sedia pirang-pirang nantinya. Setelah pembahasan ini, selanjutnya
lakon, biasane limo sampek sepuluh lakon akan ada penjelasan lebih jauh mengenai
cadangan ben sekirane enak, nek sak wayah- tahapan proses kreatif Sutradara yang akan
wayah onok perubahan ndadak, entah iku mengulas lebih dalam mengenai proses
perkoro aktor ta liyane”, (wawancara pembuatan begrip.
dilakukan langsung kepada Sutradara LKBM Proses pengaplikasian yang pertama
Mujiadi, di Taman Krida Malang, 24 Maret setelah begrip jadi adalah:
2018). Ngewosno Cerita
Setelah itu Sutradara dengan berbagai Sutradara menuliskan begrip Sutradara
pertimbangan mulai menentukan lakon yang berkewajiban untuk ngewosno atau yang
sesuai dengan tema acara, set, property dan artinya menjelaskan isi cerita, karakter tokoh
tentunya aktor. Meskipun dalam kenyataannya dan jalan cerita kepada aktornya yang belum
apa yang sudah direncakan tidak jarang paham. Begitu pula dengan sang aktor yang
berubah sesuai situasi dan kondisi yang ada di berkewajiban untuk mencari Sutradara jika
lapangan. memang kurang paham dengan cerita atau
Barulah kemudian Sutradara dengan karakter tokoh yang akan dibawakan
membayangkan atau mengira-ngira kebutuhan nantinya agar dapat memahami isi dan
peran dalam lakon tersebut seperti apa, karakter dengan baik. Pada bagian ini juga
kemudian barulah proses penentuan begripnya. tidak jarang Sutradara mencontohkan dialog
b. Tahapan Aplikasi Begrip dan adegan sebagai stimulus awal aktor untuk
Pada tahapan selanjutnya yakni aplikasi mengembangkannya, agar aktor dapat
begrip, bagaimana sebuah begrip dapat terangsang kemampuan imajinasinya, dan
diterapkan ke dalam pertunjukan. Setelah selanjutnya adalah proses latihan para aktor.
Sutradara menentukan cerita manakah yang Latihan Aktor
akan dibawakan, dan tentunya juga sudah Pada tahapan ini sebenarnya hanya
membuat begrip, kini selanjutnya tahap dilakukan ketika akan melakukan pentas
pengaplikasian dalam proses persiapan tertentu saja, semisal undangan resmi dari
sebelum pentas. Tahapan kedua ini berupa pihak pejabat atau yang terbaru pada akhir
begrip yang sudah tertulis rapi, dengan tahun 2017 kemarin LKBM mengisi ludrukan
strukturnya yang sedemikian rupa, mulai dari di TMII di Ancol, Jakarta. Dengan
lokasi dan tanggal, judul, lalu ada opening membawakan lakon Besut LKBM berhasil

10
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

membuat penonton yang ada disana sangat Saat pentas sedang berlangsung pun
terhibur dan berdecak kagum atas kesenian asli tugas Sutradara belumlah usai, karena tugas
Jawa Timur yang dibawakan. Sebagai pihak selanjutnya yakni sebagai Korektor tiap
bintang tamu LKBM wajib memberikan sebuah adegan, meskipun semua aktor saling
pementasan yang bagus, karena bukan hanya mengingatkan, tetapi Sutradara mempunyai
ditonton oleh sekelompok orang tetapi orang kewenangan penuh atas segala sesuatu yang
dari seluruh penjuru Indonesia yang sedang terjadi dalam pementasan.Biasanya Sutradara
mengunjungi TMII pada saat itu. akan terus mengamati adegan per adegan agar
Persiapan Pentas bisa mengetahui adegan manakah yang
Bebagai kesibukan di belakang panggung nantinya perlu tambahi ataukah dikurangi,
ketika persipan pentas berlangsung, para semisal ada adegan yang perlu untuk lebih
Aktor dan Penari sibuk dengan persipan direnyahkan suasananya atau pada adegan
masing-masing. Biasanya pada saat ini selanjutnya lebih baik ditambahi beberapa
Sutradara mencuri-curi waktu untuk menemui dialog. Maka tidak heran improvisasi di atas
aktornya untuk lebih menjelaskan detail panggung menjadi kebiasan bagi aktor ludruk.
karakter yang diperankan, jika memang c. Tahapan Hasil Begrip
dibutuhkan. Sebaliknya ketika sudah selesai Tahapan yang terakhir adalah berupa
bermake up aktor pun sibuk mendatangi hasil yang didapatkan setelah proses pencarian
Sutradara dan bertanya mengenai karakter dan cerita hingga akhirnya tahapan aplikasi begrip.
cerita yang akan ia perankan nanti. Selain itu Pada tahap ini begrip sudah berupa pedoman
spellan dan tedean juga tidak jarang dilakukan pementasan yang digunakan para aktor dalam
pada moment seperti ini, karena jarak antar berlaku di atas pentas. Belumlah gugur fungsi
aktor pun sangat dekat maka memudahkan sebuah begrip jika pementasan tersebut belum
ketika berlatih dialog satu sama lain. usai, dengan kata lain ketika masih
Spellan antar Aktor berlangsung pun begrip masih tetap dengan
Sesaat sebelum pentas dimulai para aktor fungsinya sebagai pedoman pementasan.
satu sama lain melakukan hal rutin sebelum Pada saat semuanya telah selesai dalam
naik ke atas panggung yakni spellan atau persiapan masing-masing, maka waktunya
janjian antar lawan main. Dimana para aktor untuk pentas dimulai, para aktor dengan
berlatih terlebih dahulu dialog yang akan sendirinya membawa dan mencari apa yang
diucapkan di atas panggung dan saling janjian mereka butuhkan, apa saja property dan hand
ketika nanti akan memberikan clue atau property yang mereka bawa, yang tentunya
petunjuk untuk adegan selanjutnya atau sudah disediakan oleh pihak property, tinggal
menanggapi adegan-adegan tak terduga di atas mengambilnya saja. Selanjutnya para aktor
panggung. Selain itu biasanya digunakan pun bermain sesuai dengan begrip yang mereka
untuk tedean atau mentede (aktor senior baca, dan selama pementasan tersebut
memberi wejangan atau masukan kepada aktor Sutradara tetap mengawasi para aktornya.
junior)semisal ada aktor muda yang masih
PENUTUP
belum terlalu berpengalaman, maka saran dari
Simpulan
para senior pun sangat diperlukan, dan
Berdasarkan dari uraian yang telah
tentunya semua demi kebutuhan sebuah
dipaparkan di atas, maka penelitian yang
pementasan yang bagus.
membahas mengenai penerapan begrip dalam
Sutradara sebagai Korektor
ludruk ini menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut:

11
Pertama, penerapan begrip oleh waktu, maka dengan kostum yang ada
Sutradaradalam sebuah pementasan ludruk, dimaksimalkan untuk lakon tersebut.
keberadaan begrip dalam sebuah pementasan Permasalahan selanjutnya dari luar LKBM
ludruk yang sangat penting dan tidak boleh yakni ketika seorang pemilik hajat meminta
untuk ditinggalkan, begrip menjadi pedoman lakon tertentu di waktu yang sangat mendadak
bagi setiap aktor untuk mengetahui point-point sehingga keperluan kostum, property dan
adegan dalam cerita. Secara garis besar bahwa setting pun kurang terpenuhi dengan baik.
begrip merupakan sebuah pengejawantahan Sebuah pementasan yang bagus bukan
sebuah cerita. Setiap begrip yang diaplikasikan hanya kualitas dari Sutradara dan aktornya
dalam sebuah pementasan memiliki rasa yang saja melainkan seluruh kru pendukung yang
berbeda pada setiap kelompok ludruk, salah ada di dalamnya seperti pihak karawitan yang
satu faktor yang mempengaruhinya adalah turut menjadikan pementasan tersebut lebih
pengalaman Sutradara yang sudah malang berwarna, selanjutnya ada pihak wardrobe
melintang mengikuti berbagai kelompok yang selalu siap siaga menyiapkan kostum
ludruk. Dengan kata lain jam terbang yang beserta propeertinya, lalu ada lightingman,
tinggi sangat mempengaruhi kualitas dan soundman dan stageman yang memang
kematangan Sutradara dalam menggarap dimiliki semuanya dalam LKBM, yang semua
sebuah pementasan. Begrip menjadi sebuah dari segala aspek tersebut mendukung LKBM
media tuangan ide dari Sutradara, sebelum menjadi sebuah satu kesatuan yang baik ketika
menjadi sebuah naskah begrip hingga akhirnya dalam sebuah pementasan.
menjadi pementasan, Sutradara telah Saran
mengalami berbagai proses kreatif demi Saran untuk LKBM untuk terus
terciptanya begrip dan pementasannya. meningkatkan kualitas pementasannya dengan
Sutradara dalam sebuah pementasan ludruk memperketat kualiatas akting para pemain,
ketika telah membuat begrip dan menyerahkan detail pemanggungan, dan kedisiplinan
ke aktornya, maka tugasnya belumlah selesai, penokohan yang dibangun dalam setiap
karena Sutradara juga bertindak sebagai pementasannya. Selain itu dari harapannya
motivator dan korektor bagi para aktornya, dari Peneliti sendiri, penelitian ini dapat
sehingga koreksi pada tiap-tiap akotor sebelum menambah wawasan dan ketidaktahuan dari
memulai pentasnya. para pembaca, yang mana mengingat
Kedua, kendala yang dialami oleh kurangnya data tertulis mengenai topik atau
Sutradara dalam prosesnya sangatlah banyak kajian yang dibahas seperti Peneliti.
sekali mulai dari dalam maupun luar. Sebagai
contoh permasalahan dari dalam LKBM sendiri DAFTAR PUSTAKA
ketika disebuah tanggapan yang seringkali Abdillah, Autar. Dramaturgi 1. Surabaya: Unesa
menjadi permasalahan utama yakni dari aktor, University Press, 2008.
yang semula di gadang-gadang akan Abdullah, Jabbar. 30 Juli 2011. Ludruk Karya
memerankan tokoh tertentu malah tidak Budaya Launching Lakon Baru. Kompasiana,
datang, maka Sutradara pun merombak ulang http://sosbud.kompasiana.com/2011/07
aktor. Selanjutnya ada dari segi setting yang /30/ludruk-karya-budaya-launching-
juga turut menjadi bagian penting dari lakon-baru/
pementasan, lalu dari wardrobe atau kostum Achmad, A. Kasim. Mengenal Teater Tradisional
yang tentunya harus sudah ditentukan di awal, di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian
tetapi jika ada perubahan lakon sewaktu- Jakarta, 2006.

12
Penerapan Begrip dalam Pementasan Ludruk Karya Budaya Mojokerto

Anirun, Suyatna. Menjadi Sutradara. Bandung: Wardhani, Jihan Kusuma. Dramaturgi Ludruk
STSI Press, 2002. Karya Budaya Mojokerto-Jawa Timur pada
Damono, Sapardi Djoko. Alih Wahana, Jakarta: Lakon Sarip Tambak Oso (Tesis).
Editum, 2012. Yogyakarta. Pascasarjana Institut Seni
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. Handbook of Indonesia Yogyakarta. 2016.
Qualitatif Research. London. New Delhi: Yudiariani, Panggung Teater Dunia
Sage. 1994. Perkembangan dan Perubahan Konvensi.
Jindan, Rudlofuddin. Edy Karya: Tokoh Ludruk Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli, 2002.
Jawa Timur (Tesis). Surabaya.
Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya. 2017.
Kasemin, Kasiyanto. Ludruk Sebagai Teater
Sosial, Kajian Kritis Terhadap Kehidupan,
Peran Dana Fungsi Ludruk Sebagai Media
Komunikasi. Surabaya: Airlangga
University Press, 1999.
KM, Saini. Dramawan Dan Karyanya. Bandung:
ANGKASA, 1993.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011.
Peacock, James L. Ritus Modernisasi aspek Sosial
dan Simbolik Teater Rakyat Indonesia,
Depok: Penerbit Desantara, 1968.
Penonton Teater, 2003, Jurnal Padma
Vol.2/No.3/ September 2003.
R.H. Prasmadji, B.A. Teknik Menyutradarai
Drama Konvensional. Jakarta: PT Balai
Pustaka, 2008.
Riantiarno, Nano. Kitab Teater, Tanya Jawab
Seputar Seni Pertunjukan. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia. 2011.
Sulaiman, Wahyu. Seni Drama. Jakarta: PT.
Karya Uni Press. 1982.
Sumardjo, Jakob. Perkembangan Teater dan
Drama Indonesia. Bandung: STSI Press.
1997.
Susanto, Eko Edy. Ludruk Karya Budaya Mbeber
Urip. Mojokerto: Paguyuban Ludruk
“Karya Budaya” Mojokerto. 2014.
Teater dan Kebudayaan, 2002, Jurnal Padma
No.1 Tahun I September 2002.
Teater Modern dan Tradisional, 2004. Jurnal
Prasasti Vol.52 Th. XIV Februari 2004.

13

Anda mungkin juga menyukai