Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN FIELD TRIP KEPERAWATAN JIWA

DI RSUD BANYUMAS

Tanggal 9-11 Desember 2019

NAMA : SEPTI SETIO DAMAYANTI

NIM : 170103083

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai bukti telah melakukan Field Trip Keperawatan Jiwa

Pada,

Hari/Tanggal :

Tempat :

Ruang :

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(…………………………………) (………………………………...)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilakukanya Field Trip keperawatan jiwa diRSUD Banyumas adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2. Metode Field Trip ini dilakukan karena merupakan
metode penyampaian materi pembelajaran dengan cara menempatkan mahasiswa di
Rumah Sakit dan bertemu langsung dengan pasien dan perawat di rumah sakit tersebut.
Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengamati langsung dan dapat mengalami
langsung bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa dan
bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dengan pasien gangguan jiwa.
Field Trip keperawatan jiwa bukan hanya mempelajari mengenai cara berkomunikasi
dan proses keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa melainkan mahasiswa juga
dapat mengerti profil RSUD Banyumas khususnya Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa
Terpadu. Berikut merupakan profil Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu:
Instalasi Pelayanan Jiwa Terpadu dibentuk guna meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan jiwa disemua kelas pelayanan kesehatan jiwa yang terpadu sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan jiwa bagi individu dan masyarakat khususnya wilayah
Banyumas. Adapun visi dan misi Instalasi Pelayanan kesehatan Jiwa Terpadu adalah
sebagai berikut :
Visi : Menjadi instalasi kesehatan jiwa yang menyelaenggarakan kesehatan jiwa
terintegrasi dan komprehensif pada tahun 2019
Misi : Memberikan pelayanan kesehatan jiwa individu, keluarga, masyarakat secara
holistic dan terpadu
Adapun pelayanan yang terdapat pada Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa RSUD
Banyumas meliputi Rawat Inap, Rawat Jalan, Napza, Psikologi, IGD Psikiatri, NAPZA,
Psikiatri Forensik, Gelandangan Psikotik. Ruang perawatan meliputi :
1. Ruang Arjuna
Merupakan ruang kelas utama dengan pasien GMO (Gangguan Mental Organik), disini
keluarga pasien dapat menemani pasien. Kapasitasnya sejumlah 18 tempat tidur
2. Ruang Bima
Merupakan ruang kelas dua dengan pasien gangguan jiwa yangdapat terkontrol dengan
psikofarmaka. Kapasitasnya sejumlah 26 tempat tidur
3. Ruang Sadewa
Merupakan ruang yang digunakan bagi pasien dengan gangguan jiwa pada fase akut,
biasanya saat pasien pertama kali masuk akan ditempatkan di ruangan ini.
Kapasitasnya sejumlah 50 tempat tidur
4. Ruang Nakula
Merupakan ruangan yang digunakan untuk pasien yang sudah pada tahap maintenance,
biasanya pasien dari ruang Sadewa yang sudah masuk tahap maintenance akan
ditempatkan pada ruang ini. Kapasitasnya sejumlah 18 tempat tidur
BAB II

ISI

A. Cara Perawat Melakukan Pengkajian Kepada Klien


Cara perawat di Instalasi Pelayanan Jiwa Terpadu RSUD Bnyumas adalah
dengan menggunakan allo anamnesa. Yaitu anamnesa yang berdasarkan pada apa
yang disampaikan oleh orang-orang terdekat pasien. Kemudian perawatan akan
memasukanya dalam rekam medis pasien sehingga dapat ditentukan diagnosa
keperawatan pada pasien tersebut.
Perawat juga akan melakukan anamnesa kepada pasien secara langsung ketika
kondisi pasien sudah kooperatif, namun ketika perilaku pasien menunjukan perilaku
yang tidak terduga misalnya menangis, maka proses pengkajian diberhentikan
walaupun data yang diperoleh masih belum lengkap. Adapun item pengkajian yang
digunakan perawat :
1. Apa alasan masuk pasien
2. Faktor predisposisi
3. Faktor presipitasi
4. Pola hubungan sosial
5. Konsep diri meliputi Citra tubuh, Ideal diri, Peran, Harga Diri, Identitas
6. Status mental
7. Mekanisme koping
B. Pemberian Psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik atau psikotropika adalah obat yang bekerja scr
selektif pada susunan sarap pusat (SSP) dan mempunyai efek efek utama terhadap aktifitas
mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.psikofarmaka yang biasa
digunakan pada pasien dengan gangguan jiwa di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu
adalah sebagai berikut :

No Nama Fungsi Dosis Warna Rute


Pemberian
1. Lodomer Agitasi psikomotor 5-15 mg - Injeksi Intra
pada kelainan Muskular
tingkah laku
2. Diazepam Sebagai obat 2-10 mg Putih Injeksi Intra
penenang (sedasi) Muskular
3. THP Untuk mengatasi 2 mg Kuning Oral
(Trihexyphenidyl) gejala
ekstrapiramidal
(gejala yang
ditimbulkan akibat
penggunaan obat
antipsikotik)
4. Alprazolan Mengatasi 2 mg Putih oral
kecemasan dan
panik
5. Clozapine Mengurangi gejala 12,5 mg Putih Oral
psikosis (kondisi
dimana
penderitanya tidak
dapat membedakan
kenyataan dengan
khayalan)
6. Clobazam Mengatasi 20-40 mg Putih Oral
kecemasan
7. Haloperidol Golongan 2,5-10 mg Oranye Oral
antipsikotik untuk
mengatasi penyakit
mental jangka
panjang yang
mempengaruhi cara
kerja otak
8. Resperidon Mengatasi 2 mg Putih Oral
gangguan mood,
depresi
9. Deximare Mengatasi 25 mg Kuning Oral
gangguan psikosis
seperti halusinasi,
delusi dan agitasi

C. Pelaksanaan terapi modalitas


Terapi modalitas yang digunakan adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) adalah psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan beberapa perawat yang bertugas sebagai leader, co leader,
fasilitator dan observer. Kegiatan sangat beragam sesuai dengan tujuan apa yang
ingin dicapai.
Pada tanggal 10 Desember 2019 pukul 9.00, di ruang Nakula dilakukan Terapi
Aktivitas Kelompok dengan tujuan untuk mengurangi kebosanan pasien. Kegiatan
yang dilakukan adalah membuat origami kupu-kupu dan hasilnya ditempel di papan
yang terbuat dari kardus. Terapi Aktivitas Kelompok diikuti oleh 13 pasien, yang
terdiri dari 3 pasien perempuan dan 10 pasien laki-laki, adapun perawat yang
menjadi terapis yaitu sejumlah 5 orang perawat, yang terdiri dari 1 leader dan 4
fasilitator. Saat terapi berlangsung ada salah satu pasien laki-laki yang tidak
kooperatif. Pasien tersebut nampak bosan dan putus asa dikarenakan tidak dapat
mengikuti setiap langkah pembuatan origami kupu-kupu. Pasien selalu ingin
meninggalkan tempat TAK dan memilih untuk berbaring ketempat tidur. Saat ditanya
oleh perawat pasien menjawab bahwa pasien mengantuk. Pasien tersebut tetap
diajak untuk tetap mengikuti TAK.
Proses TAK berjalan dengan lancer sampai akhir kegiatan. Semua pasien dapat
mengikuti arahan dari perawat, ada satu pasien yang tidak kooperatif namun pada
akhirnya pasien tersebut mampu menyelesaikan origami buatannya. Setelah
kegiatan selesai, perawat memberikan reinforcement berupa pujian dan
mengantarkan pasien ke ruanganya masing-masing
D. Cara Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa
Komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien dengan gangguan
jiwa meliputi tahap-tahap sebagi berikut :
1. Pre Interaksi (Sebelum bertemu dengan pasien) meliputi :
 Info tentang klien (Nama, alasan masuk, pemberian obat, resiko jatuh, dll)
 Mencari literatur yang berkaitan dengan masalah klien
 Eksplorasi diri
 Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri
 Membuat rencana pertemuan dengan klien
2. Orientasi
 Membangun hubungan saling percaya
 Salam
 Perkenalan diri
 Klarifikasi pasien
 Peran
 Tanggung jawab
 Tema kegiatan
 Tujuan
 Tempat dan waktu
 Kerahasiaan
3. Tahap kerja
 Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
 Menanyakan keluhan
 Memulai dengan baik
 Melaksanakan kegiatan
4. Tahap terminasi
 Membuat kesimpulan
 Memberikan reinforcement positif
 Rencana tindak lanjut
 Melakukan kontrak
 Mengakhiri terminasi
RENCANA INTERAKSI 1
KONDISI : Pertama Kali Interaksi
Interaksi Dengan Klien

Nama Klien : Tempat :


Umur Klien : Tanggal :
Nama Perawat :

Dilakukan
No Rencana Interaksi Hasil/Modifikasi
Ya Tidak
1. Pra interaksi
 Mencari data pasien
 Eksplorasi perasaan
 Rencana kegiatan
Tema :
Waktu :
Tempat :
2. Orientasi
 Salam terapeutik
“Selamat pagi mas”
 Perkenalkan diri
“Perkenalkan nama saya Septi setio
Damayanti, biasa dipanggil Septi”
 Klarifikasi panggilan pasien
“Benar dengan mas S? Mas S suka
dipanggil apa?”
 Peran
“Saya adalah mahasiswi praktik dari
Universitas Harapan Bngsa, saya yang
bertugas dari jam 7-14.00 nanti”
 Tanggung jawab
“Saya yang merawat mas S bersama-sama
dengan tim, ada perawat A, B, C,dan D ”
 Tema kegiatan
“Nanti kita berbincang-bincang alasan mas
S dirawat disini”
 Tujuan
“tujuanya, saya ingin mendapatkan data
langsung dari mas”
 Tempat dan waktu
“Nanti tempatnya disini saja, waktunya 10
menit”
 Kerahasiaan
“Mas S tidak usah khawatir, data yang saya
peroleh akan saya rahasiakan dan hanya
digunakan untuk kepentingan pengobatan”

3. Kerja
 Memberi kesempatan klien bertanya
“Sebelum kita mulai, ada yang mas S
tanyakan?”
 Menanyakan keluhan
“Atau ada yang mas S keluhkan?”
 Memulai dengan baik
“Baiklah kalau tidak ada, bisa kita mulai ya
mas?”
 Melaksanakan kegitan
 Apa alasan masuk
 Factor predisposisi
 Presipitasi
 Pola hubungan sosial
 Konsep diri
Citra tubuh
Ideal diri
Peran
Identitas
Harga diri
 Status mental
 Mekanisme koping

4. Terminasi
 Membuat kesimpulan
“Baiklah dapat saya simpulkan mas S
dibawa kesini karena marah-marah, suka
merasa minder karena tidak bekerja,
pernah punya pengalaman yang tidak
menyenangkan yaitu dipukul oleh guru,
Ada dukungan/tidak dari (….) jika ada
masalah
 Memberikan reinforcement
“Bagus sekali mas S mau mengobrol
dengan saya”
 Merencanakan tindak lanjut dengan klien
“Baiklah mas S nanti kita ngobrol lagi, kita
ngobrol tentang masalah mas S yaitu suka
marah-marah”
 Melakukan kontrak
“Mau jam berapa kita ngobrol? Tempatnya
dimana?”
 Mengakhiri terminasi dengan cara yang
baik
“Baiklah mas S, sekarang mas S bisa
kembali ke ruangan”
 Salam
“Selamat Pagi”
BAB III
PEMBAHASAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Menurut
Keliat (2009), tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Untuk dapat mengumpulkan data yang diperlukan, umumnya dikembangkan form pengkajian
dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Factor predisposisi
4. Factor presipitasi
5. Penilaian stressor
6. Sumber koping
7. Mekanisme koping
Selama melakukan observasi di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa RSUD Bnyumas,
hampir semua kegiatan sesuai dengan teori yang sudah dipelajari di kampus. Hanya saja ada
beberapa kegiatan yang jika dibandingkan dengan literatur yang dipelajari dikampus ada yang
tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. seperti pengkajian status mental yang terdiri
dari 14 item, hanya beberapa saja yang ditanyakan kepada pasien dan selebihnya bisa
diobservasi melalui tindakan pasien. Hal ini dilakukan karena sudah terikat dengan kontrak
waktu pada tahap orientasi sehingga pengkajian tidak dapat melebihi waktu yang sudah
dijanjikan. Hal ini berlaku juga ketika saat pengkajian, pasien menunjukan perilaku yang tidak
diinginkan secara tiba-tiba misalnya menangis maka pengkajian harus dihentikan walaupun
pengkajian belum terselesaikan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan


bertujuan untuk kesembuhan pasien (Mundakir,2006). Komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal dan pengalaman emosional bagi pasien untuk meningkatkan
penghayatan dan perubahan perilaku pasien (Struart & Sundeen, 1998).
Untuk membangun komunikasi yag efektif diperlukan kepercayaan antara perawat dan
pasien/klien. Hal ini terjadi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik pada setiap fasenya,
baik fase orientasi, fase kerja, maupun fase terminasi antara perawat dengan pasien jiwa. Hal
ini dikarenakan kepercayaan atau trust yang dari awal dibangun sehingga menimbulkan rasa
nyaman serta menciptakan lingkungan terapeutik itu sendiri. Dengan seringnya berkomunikasi
maka kepercayaan klien terhadap perawat akan semakin besar, sehinga klien dengan
terbuka akan menceritakan permasalahan yang dihadapi klien. Klien pun merasa terbuka pula
untuk mendengarkan nasihat atau saran dan solusi yang diberikan perawat.

Komunikasi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien menggunakan komunikasi


terapeutik, hal ini sesuai dengan literatur. Penggunaan komunikasi ini dapat menunjukan
bahwa perawat peduli terhadap pasienya. Tahap-tahap yang dilakukan dalam komunikasi
terapeutik meliputi pre interaksi yaitu kesiapan perawat sebelum bertemu dengan pasien yaitu
dengan cara mengukur dan mengeksplorasi diri perawat apakah sudah siap untuk bertemu
dengan pasien satau belum, berikutnya adalah orientasi dimana perawat akan membina
hubungan saling percaya bersama pasien, selanjutnya adalah tahap kerja dimana perawat
melakukan pengkajian terhadap pasien ataupun melakukan strategi pelaksanaan,yang terakhir
adalah tahap terminasi yaitu tahap terakhir dari komunikasi terapeutik.
Semua yang ada di ruangan dan bagaimana kondisi di ruangan sama seperti apa yang
sudah dipelajari sebelumnya. Begitu juga dengan Terapi Aktivitas Kelompok, semua bagian
yang ada di dalam kegiatan TAK sama dengan literatur yang sudah dipelajari baik itu setting
tempat, bagaimana kondisi ketika kegiatan berlangsung, dan apa saja kejadian tidak terduga
saat di ruangan.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah melakukan field trip selama 3 hari dimulai dari tanggal 9-11 Desember 2019 di
Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas, banyak kegiatan yang
dapat kami observasi meliputi bagaimana cara melakukan pengkajian yang komprehensif
yang dilakukan oleh perawat, bagaimana cara komunikasi terapeutik pada klien dengan
gangguan jiwa, apa saja psikofarmaka yang dapat diberikan kepada klien gangguan jiwa,
bagaimana terapi modalitas keperawatan pada pasien gangguan jiwa salah satunya adalah
Terapi Aktivitas Kelompok, dimana kita dapat memahami bagaimana proses Terapi Aktivitas
Kelompok secara langsung pada pasien gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai