Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan kita sebagai guru atau orang tua dalam mendidik anak sangat
diperlukan untuk mengenali karakter anak tersebut. Yaitu dengan mengenal bagaimana cara
mereka mengekspresikan perasaannya, emosionalnya maupun agresinya. Semua hal tersebut
sangatlah penting karena kita dapat memahami problem-problem yang terjadi pada anak kita
dan kita dapat menyelesaikannya.

Menjadi seorang guru memanglah wajib mengenali karakter anak didik kita. Mengenali
sisi emosionalnya, maupun perasaannya. Karena tiap anak berbeda beda cara
mengekspresikan emosi, perasaan, agresi sebagai reaksi emosionalnya dan cara
mengendalikan emosinya.Dari sinilah tugas guru untuk memahami semua hal tersebut

Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Semua pihak
yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa, petugas lainnya
maupun orang tua siswa sangat mengharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang
optimal.

B. Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekspresi Emosi
1. Definisi

Ekspresi emosi adalah suatu upaya mengkomunikasikan status perasaan individu,


berorientasi pada tujuan (Planalp, dalam Safaria & Saputra, 2009).

Goleman (2002) sendiri merujuk istilah ekspresi (pengungkapan) emosi sebagai suatu
perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Gunarsa (dalam Safaria & Saputra, 2009) pengungkapan emosi adalah suatu bentuk
komunikasi melalui perubahan raut wajah dan gerakan tubuh yang menyertai emosi, sebagian
luapan emosi, mengungkapkan, menyampaikan perasaannya kepada orang lain, dan
menentukan bagaimana perasaan orang lain. Ketika individu tidak mempunyai saluran untuk
mengungkapkan emosinya, maka ia akan mengungkapkannya melalui sakit.

Dapat disimpulkan bahwa ekspresi emosi adalah Suatu upaya mengkomunikasikan keadaan,
perasaan(marah, senang, sedih) kepada orang lain yang memiliki tujuan yaitu agar apa yang ia
rasakan saat ini dapat diketahui orang lain sehingga diharapkan orang lain mampu memahami
keadaan orang tersebut dan memberikan respon atas keadaan atau perasaan yang
diungkapkan.

2. Cara mengungkapkan Emosi

Ada dua cara dalam mengungkapkan emosi.

a. Emosi diungkapkan secara verbal dengan penuh kesadaran.

Untuk cara ini bahasa yang digunakan harus sama, termasuk pengartian akan kata-kata
yang digunakannya. Apabila bahasa yang digunakan sama tetapi kata-kata yang digunakan
diartikan lain maka komunikasi juga akan terganggu. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam
kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya.
b. Emosi tidak dikatakan tetapi diungkapkan secara nonverbal.

Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan
urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan
emosional.

3. Macam-macam bentuk ekspresi dari emosi

a. Ekspresi emosi marah

Ciri-ciri yang menandakan orang berekspresi emosi marah:

- Mengerutkan dahi dan menarik alis ke bawah,


- Pandangan mata menyorot, rahang ditekan kuat-kuat dan gigi digemeretakkan, bibir
berada pada dua posisi yang berbeda
- Pelupuk mata bagian atas dan bawah menjadi sempit bersamaan dengan penekanan
bagian bibir (ketika kemarahan tersebut dapat terkontrol)
- Wajah memerah
- Mendorong dagunya kedepan

Tanda-tanda yang bisa dirasakan pada diri sendiri ketika sedang marah:

- detak jantung meningkat


- bernapas menjadi tidak teratur
- tekanan darah meningkat

Cara mengekspresikan kemarahan, menurut Spielberger ada tiga macam cara, yaitu anger out,
anger in, dan anger control.

1. Anger in: yaitu pengungkapan emosi marah yang dirasakan oleh individu,
cenderung ditekan ke dalam dirinya tanpa mengekspresikannya ke luar. Misalnya: ketika
sedang marah, seseorang lebih memilih diam dan tidak mau menceritakannya pada siapa pun
atau tidak menegur orang yang membuatnya menjadi marah. Kondisi seperti ini jika
berkepanjangan akan memberi dampak negatif bagi diri sendiri dan mengganggu
kenyamanannya saat berinteraksi dengan orang yang membuatnya merasa marah.

2. Anger out: merupakan reaksi ke luar / objek yang dimunculkan oleh individu ketika
dalam keadaan marah atau reaksi yang dapat diamati secara umum. Kondisi seperti ini bisa
menjadi perbuatan merusak, misalnya memukul atau menendang sesuatu yang ada di
dekatnya, namun setelah itu dia akan merasakan kelegaan karena perasaan marah yang
dirasakan sudah terpuaskan. Anger out berkaitan dengan ketidakmampuan individu
mengekspresikan emosinya secara konstruktif dan asertif. Akan tetapi, individu
mengekspresikan emosinya dalam bentuk tindakan agresif dan merusak.

3. Anger control: kemampuan individu untuk bisa mengontrol atau melihat sisi positif
dari permasalahan yang dihadapi dan berusaha konsisten menjaga sikap yang positif walau
menghadapi situasi yang buruk. Misalnya, mencari solusi yang baik atau tepat ketika
menghadapi suatu persoalan agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

b. Ekspresi emosi sedih

- Menangis

- Mengurung diri di kamar dan tidak mau bergaul dengan orang lain.

Ciri-ciri ekspresi emosi sedih

Terdapat ciri-ciri yang menunjukan seseorang sedih, menurut Ekman (2010):

- Pelupuk mata

Pelupuk mata menjadi lebih berat, dan mata mungkin basah dengan dengan air mata
permulaan. Pipi mungkin mulai mengembang. Sebelah belakang kerongkongan pun mulai
terasa sakit.

- Alis mata

Alis mata menjadi sangat penting, merupakan tanda-tanda yang sangat bisa dipercaya
untuk menandai kesedihan. Lihatlah ruang di antara alis mata, pada kebanyakan orang kerut
vertikal di antara alis akan tampak ketika alis mata tertarik ke atas bersamaan. Pada sebagian
orang, kerut itu secara permanen menggores di wajah, dan jika seperti ini, hal itu akan
semakin dalam dan gelap ketika sudut dalam alis matanya ditarik ke atas secara bersamaan.

- Bibir

Ketika bibir bagian bawah didorong naik, ini menampakkan sebuah cebikan, yang bisa
terjadi dengan sendirinya ketika individu mulai merasakan kesedihan, sebagai pendahuluan
bagi sebuah tangisan. Sudut bibir yang ditekuk sedikit ke bawah adalah tanda lain kesedihan
yang sangat halus, atau ini terjadi ketika individu mencoba membatasi seberapa banyak
kesedihan yang sedang ditampakkan.

c. Ekspresi emosi takut

Ciri-ciri takut secara umum:

 melebarnya mata
 pelupuk mata bagian atas menjadi terangkat
 Bagian bibir direntangkan ke belakang menuju area mata
 Raut muka pucat pasi
 kencangnya denyut nadi
 air liur mengering
 bulu roma berdiri
 otot menegang
 tubuh gemetar
 tangan terasa lebih dingin
 bernapas dalam-dalam dan cepat
 berkeringat
 otot lengan dan kaki terasa kencang
 adanya keinginan untuk melarikan diri atau menghindari hal yang menakutkan

Ciri-ciri takut secara spesifik:

 keringnya kerongkongan
 Jantung berdebar-debar
 pandangan mata kabur
 keluar keringat dingin
 persendian yang lemas
 paru-paru lebih cepat memompa udara sehingga menyebabkan sesaknya nafas, tubuh
melemas atau lumpuh sementara, dan sebagainya.

Beberapa perubahan tingkah laku akibat emosi takut, menurut Darwis Hude (2006)

- berteriak histeris

- loncat dan berlari


- merunduk

- menutup telinga

- menghindar

d. Ekspresi emosi jijik dan muak

Ciri-ciri yang menandakan emosi jijik,(Ekman, 2010):

- kerongkongan merasa tercekik karena mau muntah


- bibir bagian atas dinaikkan setinggi yang bisa dicapai
- bibir bagian bawah dinaikkan juga dan agak menonjol keluar
- dagu yang terangkat dan alis yang diturunkan menciptakan kerutan di pojok luar mata.

Ciri-ciri yang menandakan emosi muak:

- kecenderungan untuk ingin menaikkan dagu


- terjadi pengencangan pada satu sudut bibir.

Contoh situasi yang dapat membangkitkan ekspresi muak misalnya adalah saat ada orang
lain yang menyerobot antrian, melihat orang menjiplak karya orang lain, dan seterusnya. Saat
ini terjadi, yang muncul adalah emosi muak.

e. Ekspresi senang

Ekspresi yang menunjukkan kesenangan, kebahagiaan ialah senyuman. Namun hanya ada
satu petunjuk yang bisa membedakan antara senyum kesenangan dengan yang bukan
kesenangan.

Senyum yang menunjukkan kesenangan: senyum yang lebar, menekan pipi ke atas, yang
membuat lipatan pada kulit di bawah mata, mempersempit pembukaan mata, dan bahkan
menghasilkan kerutan dekat mata.

Senyum yang bukan merupakan kesenangan memiliki banyak macam yang berbeda.
Sebagian, seperti senyum kesopanan, hanya melibatkan bibir yang tersenyum. Ini juga
ditunjukkan dalam senyum yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa pendengar setuju
dengan atau memahami apa yang pembicara katakan selama sebuah percakapan. Sebagian
senyum yang bukan kesenangan membutuhkan aksi-aksi wajah yang lain selain bibir yang
tersenyum.1

B. Perasaan dan Emosi

1. Definisi Perasaan dan Emosi

Perasaan adalah suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang
umumnya datang dari luar, yang dapat menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada
diri orang yang bersangkutan.2

Emosi adalah suatu perasaan yang timbul melebihi batas, sehingga kadang-kadang
tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan hubungan pribadi dengan dunia luar
menjadi putus. (orang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya).
Misalnya : seorang ayah membunuh anaknya karena marah kepada isterinya. Perbuatan
sang ayah demikian itu terjadi karena pribadinya sudah putus dalam hubungannya
dengan si anak akibat kemarahannya. Perbuatan sang ayah disebut emosi.3

2. Sifat-sifat perasaan, yakni:

 Senang dan tidak senang


Senang atau tidak senang tercermin dari perilaku individu, yaitu
individu cenderung bersaha melanjutkan atau mengulangi suatu aktivitas yang
menyenangkan atau kebalikannya, yaitu menjauhkan diri dari aktivitas yang
tidak menyenangkan. Tetapi adakalanya kita melakukan aktivitas yang tidak
menyenangkan setelah kita membayangkan hasilnya kelak akan
menyenangkan, meskipun untuk mendapatkan hasil yang menyenangkan
tersebut sekarang ini kita harus melakukan perbuatan yang tidak
menyenangkan. (contoh: petani menginginkan tanaman padi yang berkualitas,
untuk mewujudkan hal tersebut harus melalui proses yang bertahap dan butuh
kesabaran dalam penanamannya, misalnya harus memberi pupuk secara
teratur, menjaganya agar terbebas dari hama,dll. Hal tersebut sebenarnya hal
yang melelahkan dan tidak menyenangkan. Namun kita tetap melakukannya
untuk memperoleh hasil yang menyenangkan yaitu mendapatkan padi
berkualitas).

 Lama dan tidak lama


Jika suatu pengalaman berlangsung dalam waktu yang lama, perasaan
yang semula senang dapat berubah menjadi tidak senang.(contoh: ketika kita
mendengarkan penjelasan dosen, awalnya kita senang dan semangat

1
Rena Latifa, Psikologi Emosi, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Dirjen Pendidikan Islam,
Kementrian Agama RI, 2012, hlm 80-85.
2
Zuhairini, Ilmu Jiwa Umum, Surabaya: Usaha Nasinal, 1998, hlm 9.
3
Ibid, hlm 18
mendengarkan, namun karena penjelasan dosen terlalu lama sehingga kita
bosan dan akhirnya kita tidak senang untuk mendengarkan penjelasan tersebut)

 Subjektif
Segala peristiwa jiwa bersifat subjektif (perorangan) dan mengenai
perasaan ini bersifat subjektif akan lebih tampak. (contoh: ketika ada beberapa
orang melihat kupu-kupu yang besar dan berwarna cerah, si A perasaannya
mengatakan kupu-kupu itu cantik dan indah dan nampak dari wajahnya yang
terlihat menyukai kupu-kupu tersebut, namun si B perasaannya mengatakan
kupu-kupu itu tidak indah, dan raut wajahnya nampak tidak menyukai kupu-
kupu tersebut. Hal ini membuktikan setiap perasaan setiap orang berbeda).

 Tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa


Perasaan tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa atau tidak timbul
dengan sendirinya, ia timbul berhubungan dengan peristiwa jiwa lainnya.
(contoh: kita dalam menilai seorang laki-laki mengatakan bahwa laki-laki
tersebut tampan, baik, pintar, kita dapat mengatakan demikian tidak secara
tiba-tiba, tidak mungkin kita bisa menilainya saat pandangan pertama, pasti
kita bisa menilai seperti itu karena kita sudah beberapa kali melihatnya, kita
pernah diberi hadiah, hal tersebut menggambarkan bahwa perasaan yang
timbul terhadap seorang laki-laki tersebut karena ada peristwa-peristiwa lain
yang pernah kita alami).

 Mengandung penilaian tertentu


Perasaan pada diri seseorang menyebabkan ia dapat menilai suatu
lukisan itu bagus atau jelek. Penilaian lukisan tersebut dilakukan dengan
menggunakan perasaan estetis yang halus.

 Memengaruhi kelakuan individu


Perasaan pada diri seseorang dapat memengaruhi tingkah laku setiap
individu, (contoh: Ada beberapa orang melintasi sebuah jalanan yang sepi,
pada awalnya beberapa orang tersebut melintasi jalan sepi dengan santai
namun karena salah satu orang merasakan takut karena ia merasa ada yang
mengikutinya maka temannya yang lain juga ikut takut dan mereka yang
sebelumnya jalan santai akhirnya mereka lari dengan ketakutan).

3. Golongan orang menurut keadaan perasaannya

 Golongan cukoloi
Golongan orang yang selalu merasa tenang, gembira, dan optimis dalam
menghadapi segala sesuatunya.
 Golongan diskoloi
Golongan orang yang selalu merasa tidak senang, murung, dan pesimis
dalam menghadapi sesuatunya.
4. Macam-macam perasaan pada diri seseorang

A. Perasaan 1. Perasaan Keindraan


2. Perasaan Vital
Rendah
3. Perasaan Tanggapan
(Biologis) 4. Perasaan Instink

Perasaan
Individu

B. Perasaan 1. Perasaan Keindahan


Luhur 2. Perasan Intelek
3. Perasaan Kesusilaan
4. Perasaan Ketuhanan
5. Perasaan Diri
6. Perasaan Simpati
7. Perasaan Sosial

Penjelasan :

1. Perasaan keinderaan (sensoris), yaitu perasaan yang berkaitan dengan alat


indera, misal perasaan yang berhubungan dengan pengecapan, misal rasa asin,
pahit, manis dan sebagainya.

2. Perasaan vital (kehidupan), yaitu perasaan yang bergantung kepada keadaan


tubuh kita sewaktu-waktu. Misalnya, merasa senang sekali karena badan sehat
atau perutnya kenyang.

3. Perasaan tanggapan ialah perasaan yang mengiringi apabila kita menanggap


sesuatu atau keadaan. Misalnya, Seorang Nasionalis merasa senang sekali
ketika dapat mempertahankan tanah airnya dari serangan negara lain
(Penjajah).

4. Perasaan insting ialah perasaan yang mengiringi, sesuatu insting yang sedang
timbul pada diri individu. Misalnya, seseorang akan merasa senang ketika di
meja makan selalu tersedia hidangan yang bervariasi atau berganti-ganti.

5. Perasaan Keindahan ada dua macam, yaitu perasaan keindahan yang sifatnya
negatif dan perasaan keindahan yang positif. Perasaan keindahan yang negatif
ialah perasaan yang timbul, sewaktu kita mengindera sesuatu yang buruk.
Sedangkan perasaan keindahan yang positif ialah perasaan yang timbul
sewaktu kita mengindera sesuatu yang baik. Perasaan semacam ini tidak sama
dengan perasaan seniman. Hal-hal yang memengaruhi perasaan semacam ini
ialah umur dan jenis kelamin, jiwa (bakat) seseorang, jiwa bangsa, tingkat
kebudayaan, dll.

6. Perasaan intelektual yaitu perasaan yang timbul sebagai akibat dari hasil
intelek. Jika intelek kita dapat memecahkan sesuatu yang sulit, pada diri kita
timbul perasaan senang, Begitu sebaliknya.

7. Perasaan kesusilaan yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal-
hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan. Suatu tingkah laku
yang baik menimbulkan perasaan senang pada diri orang yang mengetahui
tingkah laku baik tersebut.

8. Perasaan Ketuhanan ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui adanya


Tuhan. (Misalnya, orang yang beragama akan senantiasa diliputi perasaan
senang jika ia merasa Tuhan senantiasa dekat dan menolong orang lain.
Kebalikannya dengan hal itu, orang beragama akan memiliki perasaan yang
tidak senang ketika ia mengetahui adanya Tuhan tetapi ia senantiasa berbuat
yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Tuhan.)

9. Perasaan diri ada dua macam, yaitu perasaan diri yang positif dan perasaan diri
yang negatif. Perasaan diri yang positif ialah perasaan yang timbul jika ia dapat
berbuat sama atau lebih dari orang lain. Perasaan diri negatif ialah perasaan
yang timbul jika individu tidak dapat berbuat seperti orang lain.

10. Perasaan simpati ialah suatu proses kejiwaan di mana seorang individu merasa
tertarik pada seseoang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan,
wibawa, atau perbuatannya yang sedemikian rupa. Dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya. Simpati sebagai suatu proses sosial dapat berlangsung dalam dua
proses yaitu simpati searah dan simpati timbal balik.

1) Simpati searah merupakan simpati yang yang tidak dapat menghasilkan


hubungan kerja sama. Misalnya, Alex simpati sekali dengan David Beckham
yang permainan bolanya baik sekali, namun David Beckham tidak mengetahui
kalau Alex merupakan simpatisannya.

2) Simpati timbal balik yang dapat menghasilkan suatu hubungan kerja sama.
Misalnya Don King bersimpati kepada Mike Tyson sebagai petinju Dunia
sejati, demikian pula sebaliknya Mike Tyson bersimpati kepada Don King
sebagai promotor tinju yang hebat. Hasil dari saling simpati tersebut akhirnya
akan menciptakan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan.

11. Perasaan sosial ialah perasaan yang timbul karena melihat keadaan masyarakat.
Contoh: di tengah-tengah masyarakat ada orang yang bersikap acuh tak acuh
ketika melihat kelakuan anggota masyarakat yang tidak sopan atau bermoral
rusak. Tetapi kebalikannya dari hal itu, ada orang yang baru melihat tanda-
tanda orang yang berlaku kurang sopan, ia sudah merasa berkewajiban
mengingatkannya. Orang yang terlalu mencurahkan perasaannya pada keadaan
masyarakat di sekitarnya disebut orang altruis. Sedangkan orang yang terlalu
memusatkan perasaannya pada diri sendiri disebut egois.4

5. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Perasaan

 Keadaan jasmani atau fisik individu yang bersangkutan.


Contoh:
-Perasaan individu yang sedang sakit, lebih sensitif dibandingkan orang sehat.
 Struktur kepribadian individu memengaruhi individu dalam mengalami suatu
perasaan.
Contoh:
-Individu yang berkepribadian introvert memiliki perasaan yang sensitif,
sedangkan individu yang berkepribadian extrovert kebal terhadap perasaan.
-Individu yang kepribadiannya mudah marah.
-Kepribadian peramah biasanya perasaannya halus.
 Keadaan temporer pada diri individu atau bergantung pada suasana hati
Contoh:
-individu yang sedang kalut pikirannya sangat peka terhadap perasaan
dibanding orang yang normal.

6. Intensitas Perasaan

Intensitas (tingkat dan kekuatan) perasaan bergantung pada hal-hal sebagai berikut.
Intensitas perasaan persepsi lebih kuat dibanding tanggapan, fantasi, dan ingatan,
misalnya perasaan saat bertemu dengan:

 saudara kandung yang sudah lama berpisah, intensitasnya lebih kuat dibanding
perasaan yang timbul tatkala hal itu sudah menjadi kenangan.
 Intensitas perasaan melalui pengamatan indra pembau dan pengecap
intensitasnya lebih tinggi dibanding perasaan melalui penglihatan dan
pendengaran, misalnya perasaan akibat mencium bau bangkai lebih intens
daripada mendengar suara gaduh.
 Intensitas dipengaruhi faktor fisik dan psikis, misalnya dahulu, perasaan saya
apabila mendengar musik dangdut muak sekali, tetapi sekarang, begitu
mendengar alunan musiknya saja sudah ingin joget.
 Intensitas perasaan turun karena perasaan itu dialami berulang-ulang atau
sudah cukup lama, misalnya memutar VCD dengan lagu-lagu yang
berulang¬ulang membosankan, perasaannya tidak senang dibanding pada saat
pertama kali memutar VCD tersebut.5

4
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum dengan Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 132
5
Pattty. F MA, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 hlm. 68
7. Dimensi Perasaan Menurut Wund

Seperti dikemukakan oleh Bimo Walgito (1989), menurut Wund perasaan itu
memiliki 3 dimensi, yaitu:

 Perasaan tegang, kendur; misalnya: marah, sabar, kuatir, tenteram,dan


sebagainya.
 Perasaan bergolak, tenang; misalnya : dendam, bersahabat, dan sebagainya.
 Perasaan enak, tidak enak; misalnya: segar, lesu, gembira, sedih, sehat, sakit.

8. Perasaan - perasaan yang disertai dengan emosi

Macam-macam perasaan yang disertai dengan rasa emosi adalah sebagai berikut:

 Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi
sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk dari
takut adalah takut yang parhologis, yang disebut fobia-fobia adalah perasaan
takut teradap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada
alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup
(claustio phobia), takut terhadap ketinggian atau takut berada ditempat-tempat
yang tinggi (acrophobia), takut terhadap tempat-tempat yang ramai
(achiophobia). Rasa takut yang lain merupakan kelainan kejiwan adalah
kecemasan (anaxiety) yaitu rasa takut yang tidak jelas sasarannya dan juga
tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada
penderita-penderita (psikoneurosis).
 Khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek
yang jelas atau tidak ada objeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan
rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekhawatiran
seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah suatu kekhawatiran yang
umum pada tiap-tiap orang, kekhawatiran ini justru positif karena seseorang
selalu bersikap berhati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma
masyarakat.
 Cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh
kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan
kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang mempunyai rasa cemburu selalu
mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
 Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari
ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan
orang-orang lain sekitar orang yang gembira tersebut.
 Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas
untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian ketegangan yang terjadi dalam
aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah untuk menyalurkan ketegangan-
ketegangan itu, individu yang bersangkutan menjadi marah, karena tujuannya
tidak tercapai.6

9. Perbedaan Emosi dan Perasaan

Pada ummnya perbedaan antara emosi dan perasaan adalah:

 Emosi berlangsung tidak lama, sedangkan perasaan dapat berlangsung untuk


waktu yang lama.
 Emosi adalah reaksi terhadap kejadian diluar kita, sedangkan ini tidak berlaku
untuk perasaan.
 Emosi menguasai kita, sedangkan perasaan tidak
 Emosi mencakup semua reaksi terhadap kejadian-kejadian vital pada diri
individu, sementara perasaan tidak.7

C. Agresi sebagai reaksi emosional


1. Definisi Agresi
Agresi menurut beberapa pendapat para ahli:
 Agresi, menurut Robert Baron (1977), adalah tingkah laku individu yang
ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi agresi dari Baron ini
mencakup empat faktor: tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan
(termasuk mematikan atau membunuh), individu menjadi pelaku dan individu
menjadi korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.
 Leonard Berkowitz (1969), salah seorang yang dinilai paling kompeten dalam
studi tentang agresi, membedakan agresi sebagai tingkah laku sebagaimana
diindikasikan oleh definisi Baron dengan agresi sebagai emosi yang bisa
mengarah kepada tindakan agresif. Di samping itu, Berkowitz membedakan
agresi kedalam dua macam agresi, yakni agresi instrumental (instrumental
aggression) dan agresi benci (hostile aggresssion) atau disebut juga agresi
impulsif (impulsive aggression). Yang dimaksud agresi instrumental adalah
agresi yang dilakukan individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan agresi benci atau agresi impulsif adalah agresi yang
dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau
menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan,
kesakitan, atau kematian pada sasaran atau korban.
 Elliot Aronson mengajukan definisi agresi yang sama dengan definisi Baron dan
Berkowitz, yakni agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu

6
Zuhairini, Ilmu Jiwa Umum, Surabaya: Usaha Nasinal, 1998, hlm 18-19
7
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum dengan Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm.
129
dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa
tujuan tertentu(1972).
 Moore dan Fine (1968) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan
fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa agresi merupakan tingkah laku yang berupa
penyerangan secara fisik maupun verbal dengan maksud menyakiti seseorang dan
menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, kematian pada korban.

2. Bentuk perilaku Agresi


Bentuk perilaku yang tergolong perilaku agresif diantaranya:

 Perkelahian (fighting)
 Peperangan
 Tindakan mengancam
 Tindakan bulliying
 Tindakan mengolok-olok

3. Karakteristik/Ciri-ciri Perilaku Agresi


Karakteristik Perilaku Agresi:

 Jujur, terbuka namun cara mengungkapkan perasaan tidak tepat,


 Cenderung memaksakan kehendak,
 Diliputi rasa marah, menyalahkan,
 Ingin menjatuhkan orang lain,
 Menimbulkan ketegangan, rasa sakit, cemas, salah,
 Mengutamakan kebutuhan, perasaan diri sendiri
 Mengabaikan hak dan perasaan orang lain
 Menggunakan segala cara, verbal dan non verbal, misal. sinisme, kekerasan

4. Isi Pikiran agresi

 Hanya perduli dengan tercapainya tujuan diri


 Disertai tanda verbal seperti: suara keras, nada kasar, mata melotot, jari tegang.
Contoh seseorang dengan perilaku Agresif dalam mengeluarkan pendapat:
- Kerjakan saja sendiri!
- Bodoh!
- Pasti kamu tidak percaya!

Dari uraian tentang agresi diatas dapat disimpulkan bahawa agresi sebagai reaksi
emosional berarti suatu tindakan kepada seseorang yang berupa penyerangan (baik
penyerangan fisik ataupun mental) yang mana penyerangan tersebut disebabkan oleh adanya
sesuatu yang menghalangi suatu tujuan yang ingin dicapai sehingga menimbulkan reaksi
emosional berupa penyerangan disertai kemarahan dan kebencian serta berdampak kerugian
fisik atau mental pada individu yang diserang.8

D. Pengendalian Emosi

1. Mengendalikan Perasaan

Perasaan yang dialami seseorang umumnya bersumber dari pikiran.


Ketika seseorang berpikiran negatif perasaan orang tersebut cenderung menjadi
negatif. Sebaliknya ketika seseorang berpikiran positif, perasaan orang tersebut
cenderung positif.
Jadi mengendalikan pikiran adalah langkah pertama untuk mengendalikan perasaan

2. Memberi kesempatan kepada pikiran untuk mengambil keputusan


Semakin seseorang mahir menyerahkan keputusan kepada pikiran, maka semakin
sehat emosinya. Itu adalah kondisi ideal dimana akal yang mengendalikan perasaan,
bukan perasaan yang mengendalikan akal.

3. Melakukan aktivitas yang dapat menenangkan pikiran

Emosi negatif adalah sinyal bahwa ada yang tidak beres dalam diri seseorang.
Ketika suasana hati menjadi tidak nyaman, pikiran kita kacau (menimbulkan emosi
negatif) cobalah menenangkan dengan berdoa, menemui sahabat untuk berbagi
perasaan (curhat), beristirahat, mendengarkan musik atau apa saja yang disukai.

4. Pertanyakanlah dengan kritis perasaan-perasaan negatif yang dirasakan.


Misalnya, apakah masalahnya terlalu berbahaya sehingga seseorang ketakutan?
Atau apakah masalahnya begitu gawat sehingga seseorang harus marah besar?

5. Pertanyakanlah dengan tegas keyakinan-keyakinan yang salah.

Misalnya: siapa bilang kegagalan itu suatu kebodohan? Siapa bilang masalah
yang kita hadapi tidak ada jalan keluarnya? Dan siapa bilang kita tidak mampu
memaafkan?

6. Kendalikan reaksi anda terhadap situasi yang tidak menyenangkan.

Misalnya ketika ada yang menyalip motor dengan tiba-tiba, anda bisa memilih
untuk marah atau memilih tetap tenang yang pertama bisa membuat anda jadi orang
yang reaktif dan emosional, tapi yang kedua mengajarkan anda menguasai diri dengan
baik.

7. Mengkondisikan diri agar tidak larut dalam perasaan-perasaan negatif

Manusiawi sekali-sekali memiliki perasaan takut, marah, sedih dan kecewa. Yang
penting kita tidak larut dalam perasaan-perasaan negatif itu dan tidak mengambil
keputusan-keputusan tidak penting di saat suasana hati sedang kacau.

8
E. Koeswara, Agresi Manusia, Bandung: PT ERESCO, 1988, hlm 5
8. Berolahraga dan berekrasi serta berifikiran positif

Berolahraga, berekreasi dan berfikiran positif bertujuan untuk mengubah perasaan


negatif menjadi pikiran positif agar pikiran tidak stres. Karena pikiran yang strees
disebabkan kondisi tubuh kurang sehat, banyak masalah yang dipikirkan sehingga
apabila kita tidak berolahraga, rekreasi akan menimbulkan kecemasan, kemarahan,
gelisah (merupakan reaksi emosional akibat pikiran kita yang kacau).

9. Hidupkanlah perasaan-perasaan yang menyenangkan sesering mungkin termasuk untuk


hal-hal yang kita inginkan tercapai atau terjadi.

Misalnya: perasaan gembira ketika anak kita akan di wisuda ketika mendapatkan
hadiah, ketika akan bertemu dengan seseorang yang dicintai atau dinanti, ini adalah
salah satu cara mengerahkan emosi untuk membantu mewujudkan impian menjadi
kenyataan.

10. Belajarlah mengucap syukur dalam segala keadaan.


Hati yang penuh dengan ucapan syukur akan membuat hidup lebih ringan, pikiran
lebih jernih dan perasaan lebih nyaman. Sehingga mengendalikan perasaan bukan lagi
beban yang berat.9

9
Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010, hlm. 65-66.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ekspresi emosi adalah Suatu
upaya mengkomunikasikan keadaan, perasaan(marah, senang, sedih) kepada orang lain yang
memiliki tujuan yaitu agar apa yang ia rasakan saat ini dapat diketahui orang lain sehingga
diharapkan orang lain mampu memahami keadaan orang tersebut dan memberikan respon atas
keadaan atau perasaan yang diungkapkan, perasaan adalah suatu keadaan jiwa sebagai akibat
adanya peristiwa-peristiwa yang umumnya datang dari luar, yang dapat menimbulkan
kegoncangan-kegoncangan pada diri orang yang bersangkutan, emosi adalah suatu perasaan
yang timbul melebihi batas, sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan
menyebabkan hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi putus. (orang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya), Agresi adalah merupakan tingkah laku yang
berupa penyerangan secara fisik maupun verbal dengan maksud menyakiti seseorang dan
menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, kematian pada korban. Terdapat berbagai macam
ekspresi dari emosi, emosi dan perasaan memiliki perbedaan, dan agresi sebagai reaksi
emosional dapat menimbulkan dampak negatif bagi seseorang, maka dari itu hendaknya kita
harus pintar dalam mengendalikan emosi yang berlebihan agar tidak berdampak buruk bagi
diri sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Rena Latifa, Psikologi Emosi, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Dirjen Pendidikan Islam,
Kementrian Agama RI, 2012, hlm 80-85.
Zuhairini, Ilmu Jiwa Umum, Surabaya: Usaha Nasinal, 1998, hlm 9.

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum dengan Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 132
Pattty. F MA, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 hlm. 68

E. Koeswara, Agresi Manusia, Bandung: PT ERESCO, 1988, hlm 5

Ali Mohammad dan Mohammad Asrori, 2010, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik), Jakarta: PT Bumi Aksara.

BLMMM DPX

Anda mungkin juga menyukai