Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional
JL. Moh Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Tlp 021-7270090 Fax 021-7866955
E-mail : rrakean82@gmail.com
ABSTRAK
Suatu sumur produksi milik Perusahaan X mengalami penurunan produksi yang
diakibatkan oleh dampak permasalahan korosi dan scaling yang terjadi pada pipa
produksinya. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka dilakukan penggantian pipa
produksi melalui proses pemotongan dengan menggunakan teknik Hydrajetting yang
memadukan aplikasi fluida abrasif dan pompa bertekanan tinggi.
Permasalahan dibatasi pada analisis proses dan perhitungan yang terjadi pada proses
pemotongan pipa produksi sumur. Analisis dilakukan menggunakan teori konservasi energi
mekanika fluida untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai keberhasilan proses
pemotongan pipa produksi sumur dengan teknik Hydrajetting. Metode analisis digunakan
untuk mengolah data-data yang mencakup laju aliran, tekanan, energi, dan semua faktor
keberhasilan lainnya. Data hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan standar acuan
berdasarkan rekomendasi proses pemotongan pipa dengan teknik Hydrajetting.
Hasil dari analisis dan pembahasan membuktikan keberhasilan proses pemotongan pipa
produksi sumur dengan teknik Hydrajetting dan memberikan suatu solusi yang terukur untuk
menanggulangi permasalahan penurunan produksi sumur yang diakibatkan oleh kerusakan
yang terjadi pada pipa produksi.
ABSTRACT
An oil production well own by Company X had its production declined due to the impact of
corrosion and scaling issues which happened on the production tubing. To solve the problem, an
immediate action was made to replace the production tubing through a Hydrajetting cutting process
which combining the abrasive fluid and high pressure pump application.
The scope of subject were limited to process analyzing and calculation which happened during
the production tubing cutting process. Analysis was done through fluid mechanic principle with the
usage of the Energy Conservation Theory to get an accurate result of a successful Hydrajetting
cutting process for production tubing. Analysis method was used to calculate all the data which
including the fluid velocity, pressure, energy, and all the other related factors. The result of the
calculation will be compared to the Hydrajetting recommendation standard.
The result from the analysis will prove and explain a successful Hydrajetting cutting process for
production tubing and provide a quality measured solution to solve the problem happened on the oil
production well due to damage occurred on its production tubing.
1
memproduksi minyak bumi di berbagai sumur dan selanjutnya dilakukan perbaikan
belahan dunia. Kawasan Timur Tengah berupa penggantian pipa produksi yang baru.
merupakan penghasil minyak bumi terbesar Pada tahap penggantian dilakukan proses
dari keseluruhan produksi dunia. Salah satu pemotongan terlebih dahulu dimana pipa
perusahaan penghasil minyak bumi di kawasan produksi sumur dipotong menjadi dua bagian.
Timur Tengah adalah Perusahaan X yang Bagian pipa produksi yang mengalami
merupakan perusahaan dengan produksi kerusakan selanjutnya akan dicabut ke
minyak terbesar di dunia. Suatu sumur permukaan dan diganti dengan yang baru.
produksi milik Perusahaan X mengalami Proses pemotongan yang dilakukan ini
penurunan produksi yang diakibatkan oleh menggunakan teknik Hydrajetting dengan
permasalahan korosi dan scaling yang terjadi mnggunakan fluida abrasif dan pompa
pada pipa produksinya. Untuk mengembalikan bertekanan tinggi untuk menghasilkan jetting
hasil produksi pada targetnya maka dilakukan force yang cukup kuat untuk memotong pipa
pemeriksaan terperinci terhadap pipa produksi produksi sumur tersebut.
2
Alat-alat yang digunakan pada proses
pemotongan pipa produksi sumur dengan
teknik Hydrajetting
3
yang dialirkan oleh pompa bertekanan Prosedur Teknik Hydrajetting
tinggi dan keluar dari lubang nozel yang 1. Pasang alat HydraBlastTM pada pipa coiled
kecil akan memiliki tekanan dan energi tubing. Lakukan pemompaan guna menguji
coba fungsi putaran dan amati fluida yang
yang cukup besar. Dengan memanfaatkan
keluar dari setiap nozel yang terdapat pada
fluida abrasif, putaran pada cutting head, kepala (head) HydraBlastTM. Monitor dan
tekanan dan energi yang ada maka sesuai catat tekanan pompa dan laju aliran fluida.
perhitungan akan sangat memungkinkan 2. Buka valve sumur dan hantarkan alat
terjadinya pengikisan pada permukaan HydraBlastTM pada kedalaman yang telah
dalam pipa produksi sumur. Proses ditentukan. Monitor selalu tekanan sumur,
pengikisan yang cukup lama (10 – 15 berat dan tekanan dalam pipa coiled tubing
saat proses penghantaran.
menit) akan menghasilkan suatu proses
3. Setelah alat HydraBlastTM sampai pada
pemotongan pada akhirnya. kedalaman yang diinginkan, mulai
pompakan fluida abrasif melalui pipa coiled
tubing dengan laju aliran yang sudah
ditentukan. Monitor tekanan pompa,
tekanan dalam pipa coiled tubing dan
tekanan sumur.
4. Pada saat fluida abrasif mencapai kepala
(cutting head) maka kepala HydraBlastTM
akan berputar dan fluida abrasif akan
disemburkan keluar dari nozel dengan
tekanan tinggi. Fluida abrasif yang keluar
dari nozel tersebut akan mengenai
permukaan dalam pipa produksi dan
melakukan proses pengikisan.
5. Setelah seluruh fluida abrasif telah habis
Gambar 6. Alat HydraBlastTM
dipompakan, pipa coiled tubing beserta alat
HydraBlastTM akan dicabut kembali ke
5. Retrivable Bridge Plug Packer adalah permukaan.
sebuah alat yang digunakan untuk
6. Selanjutnya diteruskan dengan kegiatan rig
mengisolasi produksi sumur. Pada alat ini
workover untuk mencabut pipa yang sudah
terdapat elemen karet yang akan menempel
dipotong dan mengganti dengan pipa
pada permukaan dalam pipa produksi dan
produksi yang baru.
menahan aliran produksi ke permukaan.
Pada proses pemotongan pipa produksi ini
Retrivable Bridge Plug Packer akan
dipasang di bawah area pipa produksi yang
mengalami kerusakan dan berfungsi untuk
mengisolasi produksi minyak dari dalam
bumi sementara sampai penggantian pipa
produksi yang baru sudah selesai.
4
Penggantian Pipa Produksi Yang Baru Dari persamaan kontinuitas, perkalian antara
Setelah proses pemotongan pipa produksi telah luas penampang dan kecepatan fluida pada
berhasil, maka workover rig akan datang untuk setiap titik sepanjang tabung aliran adalah
mencabut pipa produksi yang sudah terpotong konstan.
ke permukaan dan mengganti dengan pipa Karena Q = A x V adalah konsatan maka
produksi yang baru. Pada proses penggantian persamaan kontinuitas dapat bebentuk
ini pipa produksi yang baru akan disambung
dengan pipa produksi yang lama dengan m = ρ1 x Q1 = ρ2 x Q2
menggunakan packer. Setelah proses Dimana :
penggantian selesai kemudian Retrievable Q = Debit / Kapasitas (m3/s)
Bridge Plug akan dicabut dan sumur siap
untuk memproduksi kembali. Teori Konservasi Energi
Hukum Bernoulli mengatakan bahwa jika
aliran fluida bertambah maka tekanan dalam
fluida menjadi berkurang. Dengan adanya
perbedaan tekanan maka fluida akan mengalir.
Adanya tekanan dan kecepatan ini maka dapat
dihitung energi yang terjadi pada aliran. Teori
ini yang dimanakan Teori Konservasi Energi.
Perbedaan ketinggian atau elevasi akan
mempengaruhi energi yang dihasilkan. Pada
aliran fluida dalam suatu saluran pipa berlaku
hukum kekekalan energi.
Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang
menghubungkan kecepatan fluida dari satu
tempat ke tempat lain. Kecepatan fluida akan
berubah seiring dengan perubahan diameter
atau luas penampang saluran yang
dilewatinya.
h = y = ketinggian (m)
Rumus :
𝟏 𝟏
p1 + 𝟐 ρ 𝑽𝟏 𝟐 + ρ g y1 = p2 + 𝟐 ρ 𝑽𝟐 𝟐 + ρ g y2
𝟏
p + 𝟐 ρ 𝑽𝟐 + ρ g y = konstan
karena γ = ρ x g …. maka
Gambar 10. Aliran fluida dalam pipa 𝑷 𝑽𝟐
+ 𝟐𝒈 + y = konstan (Persamaan Bernoulli)
𝛄
Rumus : m1 = m2
ρ1A1V1 = ρ2A2V2 Dimana :
Dimana : 𝑃
m= Laju aliran massa (kg/s) γ
= energi tekanan …. (Static Pressure)
ρ = Kerapatan fluida (kg/m3) 𝑣2
= energi kinetik …. (Dinamic Pressure)
A = Luas penampang (m2) 2𝑔
V = Kecepatan aliran fluida (m/s) y = energi potensial …. (Hydrostatic Pressure)
5
Energi Aktual Yang Timbul Pada Aliran Turbulen ….. Re > 2300
Pada kasus fluida yang mengalir dalam pipa, Aliran turbulen adalah aliran fluida yang
perhitungan energi tidak cukup hanya dangan partikel-partikelnya bergerak secara
menggunakan persamaan Bernoulli. Oleh acak dan tidak stabil dengan kecepatan
karena itu untuk mendapatkan perhitungan berfluktuasi yang saling interaksi.
yang tepat maka persamaan Bernoulli harus
diubah atau disesuaikan. Besarnya f menutut Haaland
Rumus :
Rumus Persamaan Bernoulli yang 𝟏 𝟔.𝟗 𝜺⁄𝑫 𝟏.𝟏𝟏
= -1.8 log [ + ( )]
𝒇𝟏/𝟐 𝑹𝒆 𝟑.𝟕
disesuaikan :
𝑷𝟏 𝑽𝟏 𝟐 𝑷𝟐 𝑽𝟐 𝟐
Besarnya f menurut C.F. Coolebrook
Rumus : + + y1 = + + y2 + H L 𝟏 𝟔.𝟗 𝟐.𝟓𝟏
𝜸 𝟐𝒈 𝜸 𝟐𝒈 Rumus : 𝒇𝟏/𝟐
= -2 log [ 𝑹𝒆 + ]
𝑹𝒆 √𝒇
HL = kehilangan energi atau rugi-rugi
Rugi-rugi Besar (major losses) disebabkan Rumus ini disebut rumus rancang
oleh gesekan fluida dengan permukaan bangun untuk gesekan turbulen dan
dinding dalam pipa yang mengakibatkan grafiknya dinamakan Moody Chart.
berkurangnya energi yang terjadi. Setiap bahan memiliki tabel kekasaran
permukaan yang dapat langsung diambil
𝑳 𝑽𝟐 dari tabel Moody
Rumus : H maj = f x 𝑫 x 𝟐𝒈
6
Kecepatan Dan Laju Aliran Pada Nozel Rumus :
Pada sistem aliran dalam keadaan tertutup, 𝟏𝟕𝟓 𝒙 𝑷𝑫 𝒙 (𝛒 𝐩𝐚𝐫𝐭𝐢𝐤𝐞𝐥−𝛒 𝐜𝐚𝐢𝐫𝐚𝐧 )𝟎.𝟔𝟔𝟕
SV = ρ cairan𝟎.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝒄𝒑𝟎.𝟑𝟑𝟑
untuk menghitung laju aliran maka digunakan
rumus Bernoulli pada prinsip laju aliran Dimana :
horizontal SV = slip velocity atau kecepatan gelincir
(ft/min)
𝟏 𝟏
Rumus : p1 + 𝟐 ρ 𝑽𝟏 𝟐 = p2 + 𝟐 ρ 𝑽𝟐 𝟐 175 = konstanta
PD = diameter partikel (inches)
Q = A1 x V1 = A2 x V2 ρ partikel = kerapatan partikel (lbm/gal)
ρ cairan= kerapatan cairan (lbm/gal)
𝟐 (𝒑𝟏 −𝒑𝟐 ) Cp = viskositas cairan (cp)
Q = A2 √ 𝑨𝟐 𝟐
𝝆 {𝟏−( ) }
𝑨𝟏 Annular Velocity (HydraJetting Playbook,
Dimana : Sharlene Lindsay,2011)
Q = debit / kapasitas (m3/s) Istilah anulus banyak digunakan pada bidang
A = luas penampang saluran / pipa (m2) industri minyak dan gas. Annular velocity atau
V = kecepatan aliran (m/s) kecepatan anulus adalah kecepatan aliran
ρ = kerapatan (kg/m3) fluida dalam annulus. Anulus sendiri diartikan
P = tekanan (Pa atau N/m2) sebagai daerah atau area yang terdapat
diantara dua pipa. Berikut adalah rumus
Jetting Pressure (HydraJetting Playbook, rekomendasi annular velocity dengan
Sharlene Lindsay,2011) pertimbangan slip velocity.
Jetting Pressure adalah tekanan yang terjadi
pada saat aliran melewati nozel dan Rumus : AV = SV × SF
dipengaruhi oleh rugi-rugi yang terjadi pada Dimana :
nozel. AV = annular velocity (ft/s)
𝑷 𝒏𝒐𝒛𝒆𝒍 𝒙 𝑨 𝑯𝒚𝒅𝒓𝒂𝑩𝒍𝒂𝒔𝒕 SV = slip velocity (ft/min)
Rumus : PJet = – P min
𝑨 𝑵𝒐𝒛𝒆𝒍 SF = safety factor … sesuai rekomendasi
Dimana : Hydrajetting SF =5
P jet = jetting pressure atau tekanan jet (psi)
P nozel = tekanan pada nozel (psi) Tekanan Burst (Burst Pressure) dan Gaya
A = luas penampang (inches2) Burst (Burst Force)
P min = rugi-rugi minor pada nozel Burst adalah suatu keadaan dimana tekanan di
dalam pipa lebih besar dari tekanan di luar
Gaya (Force) Jetting (HydraJetting Playbook, pipa. Tekanan burst atau burst pressure yang
Sharlene Lindsay,2011) berlebih dapat mengakibatkan pipa menjadi
Jetting Force merupakan gaya yang terjadi mengembang (ballooning) bahkan pecah. Pada
akibat dari aliran yang bertekanan dan perhitungan tekanan Burst terdapat harga MTS
kecepatan aliran tersebut pada nozel (minimum tensile strength) yang didapat dari
𝑸 𝑱𝒆𝒕
𝒙 𝑷 𝑱𝒆𝒕 tabel pipa standard API. Burst Force atau gaya
𝑱𝒎𝒍 𝒏𝒐𝒛𝒆𝒍
Rumus : FJetting =
𝑽 burst adalah gaya yang dibutuhkan untuk
Dimana : membuat pipa menjadi rusak.
F jet = gaya yang terjadi pada saat jetting
Q jet = debit aliran yang terjadi pada saat Rumus Barlow :
jetting (gal/min) 2 x MTS x t
P burst pipa= d x SF
P Jet = jetting pressure (psi)
V = kecepatan aliran yang keluar dari nozel F burst pipa = P burst pipa x A Nozel
(ft/s)
Dimana :
Slip Velocity (HydraJetting Playbook, P burst pipa = tekanan burst pipa (psi)
Sharlene Lindsay,2011) MTS = Minimum Tensile Strength (psi)
Slip velocity atau kecepatan gelincir adalah t = ketebalan dinding pipa (inches)
perbedaan kecepatan antara 2 zat yang berbeda d = diameter dalam pipa (inches)
(padat dan cair) dalam suatu campuran yang SF = Safety Factor =1 - 1.5
mengalir secara vertikal dalam suatu pipa. A = luas nozel (mm)
7
Standoff (HydraJetting Playbook, Sharlene Dimana :
Lindsay,2011) P = tekanan pada nozel (N/m2)
Standoff merupakan jarak penyimpangan Q = debit (m3/s)
antara dua posisi kesumbuan. Kondisi standoff ρ = kerapatan (density) (kg/m3)
akan berpengaruh pada lebar jarak nozel A = luas nozel (m2)
dengan target yang akan mempengaruhi jetting ω = kecepatan sudut (rad/s)
force yang diterima oleh target. Pada n = RPM
pembahasan skripsi ini jarak standoff yang T = Torsi (N m)
dihasilkan adalah jarak antara cutting head
dengan pipa produksi. METODE PENELITIAN
8
berbeda-beda dan mencatat berapa tekanan
yang terjadi pada pompa, tekanan pada pipa
coiled tubing dan tekanan pada kepala
sumur. Kesemua data tekanan ini akan
menjadi acuan pada saat pemompaan fluida
abrasif pada proses pemotongan pipa
produksi sumur.
Data debit aliran diukur dengan
mengunakan alat flow meter dan magnetic
pick up. Data debit aliran diamati pada
monitor yang terdapat pada control cabin
dan pompa. Pengambilan data debit ini
dilakukan dengan cara memompakan fluida
gel ke dalam instalasi. Data debit ini akan
menunjukkan berapa besar debit yang
dipompakan ke dalam pipa coiled tubing
dan kemudian keluar melalui nozel
HydraBlastTM. Data debit ini disebut data
debit upstream. Selain data debit upstream,
data debit ini juga digunakan untuk
mengukur berapa besar debit fluida yang
kembali ke permukaan. Data ini disebut
data debit downstream. Jika tidak
mengalami kebocoran dalam sistem debit
masukan (upstream) harus sama dengan
debit keluaran (downstream). Gambar 15. Skematik sumur
Data viskositas fluida diakukan dengan
pengukuran langsung di lapangan. Fluida Data Kedalaman Posisi Potong
yang telah dicampur di tangki dalam bentuk Berdasarkan Data CAST Ultrasonic
gel diambil sampelnya dan di test
menggunakan alat Fann 35 Viscometer
untuk mendapatkan data shear stress.
Kemudian dengan rumus dan perhitungan
harga shear stress ini akan dikonversi
menjadi data kekentalan.
Spesifikasi Data
9
Data Pipa Produksi Yang Akan Dipotong Fluida Abrasif
Pipa 4 ½ “ 13.50# VMS Blue Series N 80TM Jenis Fluida :
Penjelasan : Viscosified Water / Water Based Fluid Gel
4 ½ “ : pipa OD 4.5 inch (114.3 mm) Kerapatan Fluida : 8.34 PPG = 1000 kg/m3
ID 3.92 inch = 99.56 mm Specific Gravity (SG) : 1
13.5 : berat pipa 13.5 lb/ft (20 kg/m) Viskositas Fluida: 20 cp ̴ 0.02 Pa.s
N-80 : material pipa Jenis Pasir (Proppant) : 12/20 Ottawa Sand
MTS * : 100000 psi Ukuran pasir : 0.0496 in (1.26 mm)
Konsentrasi Proppant : 1 PPA (lbs/added)
Kerapatan Proppant : 22.1 PPG
Specific Gravity (SG) : 2.65
Gambar 17. Skematik Alat Hydrajetting Data Debit Aliran vs RPM (Hydrajetting
Playbook, Halliburton, 2011)
Ukuran Cutting Head : 2.875 inch (73 mm) Data putaran yang terjadi pada alat
Ukuran nozel : 0.1875 inch (4.76 mm) HydraBlastTM ketika dialiri fluida dengan debit
Panjang alat : 12.67 ft = 3.86 m aliran tertentu pada kondisi tekanan
Diameter dalam (rata-rata): 1 inch = 25.4 mm permukaan (atmosfer). Data ini merupakan
data dari manual alat HydraBlastTM.
10
Perhitungan Laju Aliran
Dengan menggunakan persamaan
kontinuitas maka didapatkan data hasil
perhitungan kecepatan aliran dengan
menggunakan debit debit yang berbeda :
Pengolahan Data
H major hydrablast = 38 m
H major annular = 140 m
Perhitungan Tekanan
Tekanan P1, P2, Pcutting head dan P3 disebut
tekanan upstream.
11
tetapi dikondisikan untuk mencakup
keseluruhan keliling pipa produksi.
Mencari keliling pipa produksi
2 π r = π D = π 114.3 mm = 359 mm
Mencari lebar lubang yang terjadi pada
pipa produksi
Lebar lubang yang terjadi = 2 x 4.76
mm = 9.52 mm
Tabel 8. Perbedaan Tekanan Pada Mencari waktu membuat 1 lubang pada
Kedalaman Potong pipa produksi
F burst pipa / FJetting = (9.52 mm / 4.76
Perhitungan Slip Velocity mm) x 1584 N / 289 N = 11 s
SV = 0.04 m/s Mencari berapa banyak lubang yang
dibutuhkan
Perhitungan Annular Velocity (AV) Keliling pipa / lebar lubang = 359 /
Rekomendasi 9.52 = 38 lubang
AV = SV × Safety Factor Mencari berapa kali proses pelubangan
AV = 0.04 m/s × 5 = 0.2 m/s dengan 3 nozel
38 lubang / 3 nozel = 13
Perhitungan Jetting Force Mencari berapa lama pipa produksi akan
Perhitungan jetting force dengan terpotong
menggunakan debit debit yang berbeda. 13 kali x 11 s = 143 s = 2.4 menit
Safety factor = 2.4 menit x 3 = 7.2
menit 8 menit
12
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN pompa, kemudian masuk ke dalam pipa coiled
tubing, kemudian keluar melalui nozel dan
Hasil perhitungan dianalisis dan dibandingkan sampai akhirnya keluar di kepala sumur
terhadap ketentuan yang baku atau standar Titik 1 = pangkal coiled tubing
acuan mengenai syarat-syarat atau Titik 2 = ujung coiled tubing
rekomendasi proses pemotongan pipa produksi HydrablastTM = alat Hydrajetiting
sumur dengan teknik Hydrajetting. Selain itu Titik 3 = nozel
dianalasis ketentuan-ketentuan lain yang Titik 4 = anulus pada kedalaman potong
menjadi syarat keberhasilan proses Titik 5 = kepala sumur
Hydrajetting ini.
13
partikel pasir dan debris cutting jatuh (slip) nozel. Sedangkan instalasi downstream terjadi
kembali ke dasar sumur. Oleh karena itu pada anulus hingga pipa keluaran kepala
kecepatan anular harus lebih besar dari pada sumur.
kecepatan slip (slip velocity) sesuai Titik 1 = pangkal coiled tubing
rekomendasi standar acuan proses pemotongan Titik 2 = ujung coiled tubing
pipa dengan teknik Hydrajetting. Cutting Head = kepala potong
slip velocity = 0.04 m/s Titik 3 = nozel
Rekomendasi annular velocity dengan Titik 4 = anulus pada kedalaman potong
safety factor 5 x slip velocity = 0.2 m/s Titik 5 = kepala sumur
14
Tekanan P4 merupakan tekanan pada anulus memposisikan alat HydrablastTM cenderung
pada kedalaman potong dan akan menurun ditengah-tengah pipa produksi. Jarak yang
menjadi tekanan P5 seiring fluida bergerak dihasilkan oleh posisi standoff berpengaruh
ke permukaan sehingga elevasi dan rugi terhadap faktor lain yaitu efisiensi jet stream
rugi berpengaruh di dalamnya. dan jarak efektif penetrasi.
Rekomendasi jarak Standoff yang optimal
Analisis Perbedaan Tekanan (ΔP) Pada adalah 6 x diameter nozel atau lebih kecil.
Kedalaman Potong
Syarat berhasilnya proses pemotongan pipa Hasil perhitungan Standoff :
produksi sumur dengan teknik Hydrajetting Lebar Jarak Standoff pada saat nozel
dilihat dari aspek tekanan adalah terjadinya bersandar pada dinding pipa produksi
perbedaan tekanan ΔP (differential pressure) sebesar 26.56 mm (1.04 inch) = 5.6 x
antara tekanan di cutting head dengan tekanan diameter nozel
anulus pada kedalaman potong. Perbedaan Lebar Jarak Standoff pada saat nozel berada
tekanan ΔP yang direkomendasikan minimum satu sumbu dengan sumbu pipa produksi
3000 psi atau 2.068 x 107 N/m2. sebesar 13.28 mm (0.52 inch) = 2.8 x
diameter nozel
Jadi jarak standoff yang terjadi pada proses
pemotongan baik dalam kondisi nozel
menempel pada dinding maupun ditengah-
tengah pipa produksi menghasilkan lebar jarak
standoff yang masih dalam jarak optimum
jangkauan proses Hydrajetting.
15
Jadi lama waktu proses pemotongan yang terbukti dapat memotong pipa produksi sumur
terjadi di lapangan sesuai program kerja dengan sempurna. Selain itu proses
melebihi dari waktu rekomendasi dan waktu pemotongan pipa produksi dengan teknik
hasil perhitungan. Dengan demikian dapat Hydrajetting ini dapat menjadi suatu solusi
dipastikan pipa produksi terpotong secara yang terukur untuk menanggulangi
sempurna. permasalahan penurunan produksi sumur yang
diakibatkan oleh kerusakan yang terjadi pada
KESIMPULAN pipa produksi.
16