Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PIPA PRODUKSI SUMUR

MINYAK DENGAN TEKNIK HYDRAJETTING MENGGUNAKAN


FLUIDA ABRASIF DAN POMPA BERTEKANAN TINGGI

Taufik Rachmat Rakean Kalangsunda

Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional
JL. Moh Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Tlp 021-7270090 Fax 021-7866955
E-mail : rrakean82@gmail.com

ABSTRAK
Suatu sumur produksi milik Perusahaan X mengalami penurunan produksi yang
diakibatkan oleh dampak permasalahan korosi dan scaling yang terjadi pada pipa
produksinya. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka dilakukan penggantian pipa
produksi melalui proses pemotongan dengan menggunakan teknik Hydrajetting yang
memadukan aplikasi fluida abrasif dan pompa bertekanan tinggi.
Permasalahan dibatasi pada analisis proses dan perhitungan yang terjadi pada proses
pemotongan pipa produksi sumur. Analisis dilakukan menggunakan teori konservasi energi
mekanika fluida untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai keberhasilan proses
pemotongan pipa produksi sumur dengan teknik Hydrajetting. Metode analisis digunakan
untuk mengolah data-data yang mencakup laju aliran, tekanan, energi, dan semua faktor
keberhasilan lainnya. Data hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan standar acuan
berdasarkan rekomendasi proses pemotongan pipa dengan teknik Hydrajetting.
Hasil dari analisis dan pembahasan membuktikan keberhasilan proses pemotongan pipa
produksi sumur dengan teknik Hydrajetting dan memberikan suatu solusi yang terukur untuk
menanggulangi permasalahan penurunan produksi sumur yang diakibatkan oleh kerusakan
yang terjadi pada pipa produksi.

Kata Kunci : Teori Konservasi Energi, Hydrajetting, Fluida Abrasif

ABSTRACT

An oil production well own by Company X had its production declined due to the impact of
corrosion and scaling issues which happened on the production tubing. To solve the problem, an
immediate action was made to replace the production tubing through a Hydrajetting cutting process
which combining the abrasive fluid and high pressure pump application.
The scope of subject were limited to process analyzing and calculation which happened during
the production tubing cutting process. Analysis was done through fluid mechanic principle with the
usage of the Energy Conservation Theory to get an accurate result of a successful Hydrajetting
cutting process for production tubing. Analysis method was used to calculate all the data which
including the fluid velocity, pressure, energy, and all the other related factors. The result of the
calculation will be compared to the Hydrajetting recommendation standard.
The result from the analysis will prove and explain a successful Hydrajetting cutting process for
production tubing and provide a quality measured solution to solve the problem happened on the oil
production well due to damage occurred on its production tubing.

Key Words : Energy Conservation Theory, Hydrajetting, Abrasive Fluid

LATAR BELAKANG mulai zaman dahulu sampai saat ini.


Penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar
Minyak bumi merupakan sumber komoditas utama membuat perusahaan-perusahaan
yang sangat penting bagi kehidupan manusia penghasil minyak bumi terus menerus

1
memproduksi minyak bumi di berbagai sumur dan selanjutnya dilakukan perbaikan
belahan dunia. Kawasan Timur Tengah berupa penggantian pipa produksi yang baru.
merupakan penghasil minyak bumi terbesar Pada tahap penggantian dilakukan proses
dari keseluruhan produksi dunia. Salah satu pemotongan terlebih dahulu dimana pipa
perusahaan penghasil minyak bumi di kawasan produksi sumur dipotong menjadi dua bagian.
Timur Tengah adalah Perusahaan X yang Bagian pipa produksi yang mengalami
merupakan perusahaan dengan produksi kerusakan selanjutnya akan dicabut ke
minyak terbesar di dunia. Suatu sumur permukaan dan diganti dengan yang baru.
produksi milik Perusahaan X mengalami Proses pemotongan yang dilakukan ini
penurunan produksi yang diakibatkan oleh menggunakan teknik Hydrajetting dengan
permasalahan korosi dan scaling yang terjadi mnggunakan fluida abrasif dan pompa
pada pipa produksinya. Untuk mengembalikan bertekanan tinggi untuk menghasilkan jetting
hasil produksi pada targetnya maka dilakukan force yang cukup kuat untuk memotong pipa
pemeriksaan terperinci terhadap pipa produksi produksi sumur tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Yang Terjadi Pada Proses


Produksi
Sumur produksi adalah sumur yang Masalah utama yang terjadi pada sumur
menghasilkan sesuatu yang bernilai atau minyak milik Perusahaan X adalah masalah
bermanfaat seperti minyak bumi, gas bumi, korosi dan scaling. Kedua masalah ini muncul
panas bumi, air, mineral atau komponen- pada pipa produksi sumur sehingga
komponen lain yang berasal dari dalam perut menimbulkan kerusakan pada pipa produksi
bumi. Proses produksi dari suatu sumur dapat tersebut.
terjadi secara alami atau dengan bantuan
pompa. Aliran produksi alami dapat terjadi Wireline Logging CAST Ultrasonic Tubing
karena tekanan yang berasal dari dalam bumi And Casing Evaluation
cukup besar untuk melawan tekanan Pemeriksaan terhadap pipa produksi dilakukan
hidrostatik fluida dalam sumur sehingga melalui metode Wireline Logging CAST
terjadi aliran deposit dari reservoir sampai ke Ultrasonic Tubing and Casing Evaluation
permukaan. Proses produksi sumur juga dapat yang menggunakan teknologi ultrasonic untuk
melalui teknik artificial lift dimana dibutuhkan mendeteksi ketebalan pipa produksi yang ada
alat berupa pompa untuk mengalirkan deposit didalam sumur. Alat CAST dihantarkan ke
yang berada dalam perut bumi ke permukaan. dalam pipa produksi sumur dan akan
Hal ini dikarenakan tekanan yang berasal dari memberikan data pada kedalaman berapa
dalam bumi tidak cukup untuk melawan korosi pada pipa produksi terjadi yang dapat
tekanan hidrostatik fluida dalam sumur. Suatu berpeluang atau telah menyebabkan terjadinya
sumur produksi terdiri dari beberapa lubang atau kebocoran pada pipa produksi.
komponen yaitu kepala sumur atau wellhead, Selain itu alat ini juga menghasilkan model
pipa casing, pipa produksi atau production secara 3-Dimensi yang memperlihatkan area
tubing, perforasi, semen, packer, pompa dan pipa yang mengalami penipisan ketebalan.
macam macam aksesoris yang lain.

Gambar 2. Hasil data Wireline Logging CAST


Gambar 1. Sumur Produksi Artificial Lift Ultrasonic Tubing Evaluation

2
Alat-alat yang digunakan pada proses
pemotongan pipa produksi sumur dengan
teknik Hydrajetting

1. Coiled Tubing adalah suatu pipa panjang


tidak bersambung yang terbuat dari bahan
besi baja yang bersifat plastis dan dapat
digulung pada sebuah drum. Coiled tubing
berfungsi untuk menghantarkan suatu alat
atau fluida pada kedalaman yang
diinginkan dengan tujuan tertentu.

Gambar 4. Unit Coiled Tubing

Gambar 3. Pipa Coiled Tubing 3. Pompa Bertekanan Tinggi adalah pompa


dengan daya pemompaan yang sangat besar
yang berfungsi untuk mendorong fluida
2. Unit Coiled Tubing, suatu unit coiled
abrasif ke dalam pipa coiled tubing hingga
tubing terdiri dari beberapa bagian yang
sampai keluar dari nozel pada kedalaman
memiliki fungsi masing-masing.
tertentu. Pompa yang digunakan dalam
 Powerpack adalah bagian dari unit
proses pemotongan pipa produksi ini adalah
coiled tubing yang berfungsi untuk
pompa torak dengan tiga piston (triplex
menyediakan tenaga hidrolik guna
pump) dengan ukuran piston 4 inchi dan
menjalankan bagian-bagian lain dalam
memiliki maksimum tekanan 15000 psi.
suatu unit coiled tubing. Pada bagian ini
terdapat mesin dan pompa hidrolik.
 Control Cabin adalah ruangan untuk
mengoperasikan seluruh fungsi pada
unit coiled tubing. Pada ruangan ini
dimonitor juga seluruh parameter (berat
pipa, tekanan sumur, tekanan pipa, dll)
yang terjadi pada proses memasukan dan
mengeluarkan pipa coiled tubing ke
dalam dan ke luar sumur.
 Reel adalah suatu drum besar yang Gambar 5. Unit Pompa Bertekanan Tinggi
berfungsi sebagai tempat penyimpanan
pipa coiled tubing dalam bentuk 4. Alat HydraBlastTM adalah alat yang
gulungan. dirancang dan dibuat sesuai untuk aplikasi
 Injector adalah bagian yang berfungsi pekerjaan coiled tubing khususnya untuk
untuk mendorong pipa coiled tubing membersihkan scale dan deposit lain yang
masuk ke dalam sumur dan menarik
coiled tubing keluar dari sumur. menempel pada pipa atau aksesoris lain di
 BOP (Blowout Preventer) adalah dalam sumur. Alat HydraBlastTM memiliki
bagian yang berfungsi untuk mencegah lubang nozel yang kecil pada kepala potong
terjadinya blow out atau semburan liar (cutting head) yang dapat berputar. Putaran
dari dalam sumur yang diakibatkan oleh ini akan terjadi ketika aliran fluida melalui
tekanan sumur yang tidak dapat profil motor yang dirancang untuk
dikendalikan. membuat cutting head berputar. Fluida

3
yang dialirkan oleh pompa bertekanan Prosedur Teknik Hydrajetting
tinggi dan keluar dari lubang nozel yang 1. Pasang alat HydraBlastTM pada pipa coiled
kecil akan memiliki tekanan dan energi tubing. Lakukan pemompaan guna menguji
coba fungsi putaran dan amati fluida yang
yang cukup besar. Dengan memanfaatkan
keluar dari setiap nozel yang terdapat pada
fluida abrasif, putaran pada cutting head, kepala (head) HydraBlastTM. Monitor dan
tekanan dan energi yang ada maka sesuai catat tekanan pompa dan laju aliran fluida.
perhitungan akan sangat memungkinkan 2. Buka valve sumur dan hantarkan alat
terjadinya pengikisan pada permukaan HydraBlastTM pada kedalaman yang telah
dalam pipa produksi sumur. Proses ditentukan. Monitor selalu tekanan sumur,
pengikisan yang cukup lama (10 – 15 berat dan tekanan dalam pipa coiled tubing
saat proses penghantaran.
menit) akan menghasilkan suatu proses
3. Setelah alat HydraBlastTM sampai pada
pemotongan pada akhirnya. kedalaman yang diinginkan, mulai
pompakan fluida abrasif melalui pipa coiled
tubing dengan laju aliran yang sudah
ditentukan. Monitor tekanan pompa,
tekanan dalam pipa coiled tubing dan
tekanan sumur.
4. Pada saat fluida abrasif mencapai kepala
(cutting head) maka kepala HydraBlastTM
akan berputar dan fluida abrasif akan
disemburkan keluar dari nozel dengan
tekanan tinggi. Fluida abrasif yang keluar
dari nozel tersebut akan mengenai
permukaan dalam pipa produksi dan
melakukan proses pengikisan.
5. Setelah seluruh fluida abrasif telah habis
Gambar 6. Alat HydraBlastTM
dipompakan, pipa coiled tubing beserta alat
HydraBlastTM akan dicabut kembali ke
5. Retrivable Bridge Plug Packer adalah permukaan.
sebuah alat yang digunakan untuk
6. Selanjutnya diteruskan dengan kegiatan rig
mengisolasi produksi sumur. Pada alat ini
workover untuk mencabut pipa yang sudah
terdapat elemen karet yang akan menempel
dipotong dan mengganti dengan pipa
pada permukaan dalam pipa produksi dan
produksi yang baru.
menahan aliran produksi ke permukaan.
Pada proses pemotongan pipa produksi ini
Retrivable Bridge Plug Packer akan
dipasang di bawah area pipa produksi yang
mengalami kerusakan dan berfungsi untuk
mengisolasi produksi minyak dari dalam
bumi sementara sampai penggantian pipa
produksi yang baru sudah selesai.

Gambar 7. Retrievable Bridge Plug Packer Gambar 8. Proses Pemotongan Pipa.

4
Penggantian Pipa Produksi Yang Baru Dari persamaan kontinuitas, perkalian antara
Setelah proses pemotongan pipa produksi telah luas penampang dan kecepatan fluida pada
berhasil, maka workover rig akan datang untuk setiap titik sepanjang tabung aliran adalah
mencabut pipa produksi yang sudah terpotong konstan.
ke permukaan dan mengganti dengan pipa Karena Q = A x V adalah konsatan maka
produksi yang baru. Pada proses penggantian persamaan kontinuitas dapat bebentuk
ini pipa produksi yang baru akan disambung
dengan pipa produksi yang lama dengan m = ρ1 x Q1 = ρ2 x Q2
menggunakan packer. Setelah proses Dimana :
penggantian selesai kemudian Retrievable Q = Debit / Kapasitas (m3/s)
Bridge Plug akan dicabut dan sumur siap
untuk memproduksi kembali. Teori Konservasi Energi
Hukum Bernoulli mengatakan bahwa jika
aliran fluida bertambah maka tekanan dalam
fluida menjadi berkurang. Dengan adanya
perbedaan tekanan maka fluida akan mengalir.
Adanya tekanan dan kecepatan ini maka dapat
dihitung energi yang terjadi pada aliran. Teori
ini yang dimanakan Teori Konservasi Energi.
Perbedaan ketinggian atau elevasi akan
mempengaruhi energi yang dihasilkan. Pada
aliran fluida dalam suatu saluran pipa berlaku
hukum kekekalan energi.

Gambar 9. Pipa Produksi Yang Sudah


Dipotong

Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang
menghubungkan kecepatan fluida dari satu
tempat ke tempat lain. Kecepatan fluida akan
berubah seiring dengan perubahan diameter
atau luas penampang saluran yang
dilewatinya.

Gambar 11. Persamaan Energi Bernoulli

h = y = ketinggian (m)

Rumus :
𝟏 𝟏
p1 + 𝟐 ρ 𝑽𝟏 𝟐 + ρ g y1 = p2 + 𝟐 ρ 𝑽𝟐 𝟐 + ρ g y2
𝟏
p + 𝟐 ρ 𝑽𝟐 + ρ g y = konstan

karena γ = ρ x g …. maka
Gambar 10. Aliran fluida dalam pipa 𝑷 𝑽𝟐
+ 𝟐𝒈 + y = konstan (Persamaan Bernoulli)
𝛄
Rumus : m1 = m2
ρ1A1V1 = ρ2A2V2 Dimana :
Dimana : 𝑃
m= Laju aliran massa (kg/s) γ
= energi tekanan …. (Static Pressure)
ρ = Kerapatan fluida (kg/m3) 𝑣2
= energi kinetik …. (Dinamic Pressure)
A = Luas penampang (m2) 2𝑔
V = Kecepatan aliran fluida (m/s) y = energi potensial …. (Hydrostatic Pressure)

5
Energi Aktual Yang Timbul Pada Aliran  Turbulen ….. Re > 2300
Pada kasus fluida yang mengalir dalam pipa, Aliran turbulen adalah aliran fluida yang
perhitungan energi tidak cukup hanya dangan partikel-partikelnya bergerak secara
menggunakan persamaan Bernoulli. Oleh acak dan tidak stabil dengan kecepatan
karena itu untuk mendapatkan perhitungan berfluktuasi yang saling interaksi.
yang tepat maka persamaan Bernoulli harus
diubah atau disesuaikan. Besarnya f menutut Haaland
Rumus :
Rumus Persamaan Bernoulli yang 𝟏 𝟔.𝟗 𝜺⁄𝑫 𝟏.𝟏𝟏
= -1.8 log [ + ( )]
𝒇𝟏/𝟐 𝑹𝒆 𝟑.𝟕
disesuaikan :

𝑷𝟏 𝑽𝟏 𝟐 𝑷𝟐 𝑽𝟐 𝟐
Besarnya f menurut C.F. Coolebrook
Rumus : + + y1 = + + y2 + H L 𝟏 𝟔.𝟗 𝟐.𝟓𝟏
𝜸 𝟐𝒈 𝜸 𝟐𝒈 Rumus : 𝒇𝟏/𝟐
= -2 log [ 𝑹𝒆 + ]
𝑹𝒆 √𝒇
HL = kehilangan energi atau rugi-rugi

Rumus : HL = H major + H minor Dimana


H maj = rugi-rugi besar (Major Losses) 𝜀 = tinggi kekasaran permukaan
H min = rugi-rugi kecil (Minor Losses) D = Diameter saluran

 Rugi-rugi Besar (major losses) disebabkan Rumus ini disebut rumus rancang
oleh gesekan fluida dengan permukaan bangun untuk gesekan turbulen dan
dinding dalam pipa yang mengakibatkan grafiknya dinamakan Moody Chart.
berkurangnya energi yang terjadi. Setiap bahan memiliki tabel kekasaran
permukaan yang dapat langsung diambil
𝑳 𝑽𝟐 dari tabel Moody
Rumus : H maj = f x 𝑫 x 𝟐𝒈

Pengaruh kekasaran permukaan f  Rugi-rugi kecil (Minor losses) terjadi


ditentukan oleh kondisi aliran didalam karena saat fluida megalir melalui suatu
saluran atau pipa. Kondisi aliran ini profil. Profil ini dapat berupa perbedaan
ditentukan oleh bilangan Reynold (Re) diameter, lubang, belokan, persimpangan,
𝐕𝐃𝛒 katup, dll. Untuk menghitung besarnya
Rumus : Re = rugi-rugi kecil harus menghitung rugi-rugi
µ
di setiap profil dan menjumlahkannya
Dimana: menjadi total rugi-rugi kecil.
f = koefisien gesek / kekasaran permukaan
𝑽𝟐
L = panjang pipa (m) Rumus : H min = KL x 𝟐𝒈
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/s) KL = Koefisien Hilang
ρ = kerapatan (kg/m3) V = Kecepatan Aliran (m/s)
µ = viskositas dinamik fluida (N.s/m2) atau g = Gaya Grafitasi (9,81 m/s2)
(kg/m.s )

Tipe aliran fluida : Dengan adanya kehilangan atau rugi-rugi yang


 Laminer ….. Re < 2300 – 4000 terjadi pada aliran maka secara lengkap rumus
Aliran laminer adalah aliran fluida yang Bernoulli yang disesuaikan menjadi :
bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan
yang membentuk garis-garis alir dan Rumus :
tidak berpotongan satu sama 𝑷𝟏 𝑽𝟏 𝟐 𝑷𝟐 𝑽𝟐 𝟐 𝑳 𝑽𝟐
lain. Alirannya relatif mempunyai 𝜸
+ 𝟐𝒈
+ y1 = 𝜸
+ 𝟐𝒈
+ y2 + f x 𝑫 x 𝟐𝒈 + KL
kecepatan rendah dan fluidanya 𝑽𝟐
bergerak sejajar. x 𝟐𝒈

Koefisiensi gesek f Laminer 𝑷𝟏 𝑽𝟏 𝟐 𝑷𝟐 𝑽𝟐 𝟐 𝑽𝟐 𝑳


𝟔𝟒 + + y1 = + + y2 + 𝟐𝒈 ( f x 𝑫 + KL )
Rumus: f = 𝑹𝒆 𝜸 𝟐𝒈 𝜸 𝟐𝒈

6
Kecepatan Dan Laju Aliran Pada Nozel Rumus :
Pada sistem aliran dalam keadaan tertutup, 𝟏𝟕𝟓 𝒙 𝑷𝑫 𝒙 (𝛒 𝐩𝐚𝐫𝐭𝐢𝐤𝐞𝐥−𝛒 𝐜𝐚𝐢𝐫𝐚𝐧 )𝟎.𝟔𝟔𝟕
SV = ρ cairan𝟎.𝟑𝟑𝟑 𝒙 𝒄𝒑𝟎.𝟑𝟑𝟑
untuk menghitung laju aliran maka digunakan
rumus Bernoulli pada prinsip laju aliran Dimana :
horizontal SV = slip velocity atau kecepatan gelincir
(ft/min)
𝟏 𝟏
Rumus : p1 + 𝟐 ρ 𝑽𝟏 𝟐 = p2 + 𝟐 ρ 𝑽𝟐 𝟐 175 = konstanta
PD = diameter partikel (inches)
Q = A1 x V1 = A2 x V2 ρ partikel = kerapatan partikel (lbm/gal)
ρ cairan= kerapatan cairan (lbm/gal)
𝟐 (𝒑𝟏 −𝒑𝟐 ) Cp = viskositas cairan (cp)
Q = A2 √ 𝑨𝟐 𝟐
𝝆 {𝟏−( ) }
𝑨𝟏 Annular Velocity (HydraJetting Playbook,
Dimana : Sharlene Lindsay,2011)
Q = debit / kapasitas (m3/s) Istilah anulus banyak digunakan pada bidang
A = luas penampang saluran / pipa (m2) industri minyak dan gas. Annular velocity atau
V = kecepatan aliran (m/s) kecepatan anulus adalah kecepatan aliran
ρ = kerapatan (kg/m3) fluida dalam annulus. Anulus sendiri diartikan
P = tekanan (Pa atau N/m2) sebagai daerah atau area yang terdapat
diantara dua pipa. Berikut adalah rumus
Jetting Pressure (HydraJetting Playbook, rekomendasi annular velocity dengan
Sharlene Lindsay,2011) pertimbangan slip velocity.
Jetting Pressure adalah tekanan yang terjadi
pada saat aliran melewati nozel dan Rumus : AV = SV × SF
dipengaruhi oleh rugi-rugi yang terjadi pada Dimana :
nozel. AV = annular velocity (ft/s)
𝑷 𝒏𝒐𝒛𝒆𝒍 𝒙 𝑨 𝑯𝒚𝒅𝒓𝒂𝑩𝒍𝒂𝒔𝒕 SV = slip velocity (ft/min)
Rumus : PJet = – P min
𝑨 𝑵𝒐𝒛𝒆𝒍 SF = safety factor … sesuai rekomendasi
Dimana : Hydrajetting SF =5
P jet = jetting pressure atau tekanan jet (psi)
P nozel = tekanan pada nozel (psi) Tekanan Burst (Burst Pressure) dan Gaya
A = luas penampang (inches2) Burst (Burst Force)
P min = rugi-rugi minor pada nozel Burst adalah suatu keadaan dimana tekanan di
dalam pipa lebih besar dari tekanan di luar
Gaya (Force) Jetting (HydraJetting Playbook, pipa. Tekanan burst atau burst pressure yang
Sharlene Lindsay,2011) berlebih dapat mengakibatkan pipa menjadi
Jetting Force merupakan gaya yang terjadi mengembang (ballooning) bahkan pecah. Pada
akibat dari aliran yang bertekanan dan perhitungan tekanan Burst terdapat harga MTS
kecepatan aliran tersebut pada nozel (minimum tensile strength) yang didapat dari
𝑸 𝑱𝒆𝒕
𝒙 𝑷 𝑱𝒆𝒕 tabel pipa standard API. Burst Force atau gaya
𝑱𝒎𝒍 𝒏𝒐𝒛𝒆𝒍
Rumus : FJetting =
𝑽 burst adalah gaya yang dibutuhkan untuk
Dimana : membuat pipa menjadi rusak.
F jet = gaya yang terjadi pada saat jetting
Q jet = debit aliran yang terjadi pada saat Rumus Barlow :
jetting (gal/min) 2 x MTS x t
P burst pipa= d x SF
P Jet = jetting pressure (psi)
V = kecepatan aliran yang keluar dari nozel F burst pipa = P burst pipa x A Nozel
(ft/s)
Dimana :
Slip Velocity (HydraJetting Playbook, P burst pipa = tekanan burst pipa (psi)
Sharlene Lindsay,2011) MTS = Minimum Tensile Strength (psi)
Slip velocity atau kecepatan gelincir adalah t = ketebalan dinding pipa (inches)
perbedaan kecepatan antara 2 zat yang berbeda d = diameter dalam pipa (inches)
(padat dan cair) dalam suatu campuran yang SF = Safety Factor =1 - 1.5
mengalir secara vertikal dalam suatu pipa. A = luas nozel (mm)

7
Standoff (HydraJetting Playbook, Sharlene Dimana :
Lindsay,2011) P = tekanan pada nozel (N/m2)
Standoff merupakan jarak penyimpangan Q = debit (m3/s)
antara dua posisi kesumbuan. Kondisi standoff ρ = kerapatan (density) (kg/m3)
akan berpengaruh pada lebar jarak nozel A = luas nozel (m2)
dengan target yang akan mempengaruhi jetting ω = kecepatan sudut (rad/s)
force yang diterima oleh target. Pada n = RPM
pembahasan skripsi ini jarak standoff yang T = Torsi (N m)
dihasilkan adalah jarak antara cutting head
dengan pipa produksi. METODE PENELITIAN

Gambar 12. Kondisi Standoff

Pada kondisi cutting head menempel pada


dinding pipa produksi
Rumus :
Jarak Standoff = D pipa produksi – d
cutting head

Pada kondisi sumbu cutting head berada


sejajar dengan sumbu pipa produksi
Rumus :
Jarak Standoff = (D pipa produksi – d
cutting head) / 2
Gambar 13. Diagaram alir penelitian
Perubahan Energi Hidrolik Menjadi Energi
Mekanik Prosedur Pengumpulan Data
Energi hidrolik dapat diubah menjadi energi Data data yang diambil dan dikumpulkan di
mekanik dimana tekanan dan debit aliran lapangan merupakan data real time dimana
(energi hidrolik) yang terjadi melewati suatu data terjadi pada saat proses pemotongan pipa
profil atau alat yang dapat berputar sehingga produksi berlangsung. Data ini antara lain
terjadi torsi dan putaran (energi mekanik). adalah data tekanan (pressure), laju aliran atau
Pada alat HydrablastTM perubahan energy ini debit (flow rate) dan viskositas fluida abrasif.
terjadi pada motor yang beputar karena adanya
tekanan dan aliran fluida yang melewatinya.  Data tekanan diukur dengan menggunakan
alat pressure transducer yang dipasang
Rumus : Energi Hidrolik = Energi Mekanik pada pompa dan kepala sumur. Data
PxQ=ωT tekanan diamati pada monitor yang terdapat
𝑸𝟐 𝒙 𝝆 pada control cabin dan pompa. Proses
P= 𝑨𝟐 pengambilan data tekanan ini dilakukan
𝟐𝒙𝝅𝒙𝒏
ω = 𝟔𝟎 dengan cara memompakan fluida gel pada
kedalaman potong dengan laju aliran yang

8
berbeda-beda dan mencatat berapa tekanan
yang terjadi pada pompa, tekanan pada pipa
coiled tubing dan tekanan pada kepala
sumur. Kesemua data tekanan ini akan
menjadi acuan pada saat pemompaan fluida
abrasif pada proses pemotongan pipa
produksi sumur.
 Data debit aliran diukur dengan
mengunakan alat flow meter dan magnetic
pick up. Data debit aliran diamati pada
monitor yang terdapat pada control cabin
dan pompa. Pengambilan data debit ini
dilakukan dengan cara memompakan fluida
gel ke dalam instalasi. Data debit ini akan
menunjukkan berapa besar debit yang
dipompakan ke dalam pipa coiled tubing
dan kemudian keluar melalui nozel
HydraBlastTM. Data debit ini disebut data
debit upstream. Selain data debit upstream,
data debit ini juga digunakan untuk
mengukur berapa besar debit fluida yang
kembali ke permukaan. Data ini disebut
data debit downstream. Jika tidak
mengalami kebocoran dalam sistem debit
masukan (upstream) harus sama dengan
debit keluaran (downstream). Gambar 15. Skematik sumur
 Data viskositas fluida diakukan dengan
pengukuran langsung di lapangan. Fluida Data Kedalaman Posisi Potong
yang telah dicampur di tangki dalam bentuk Berdasarkan Data CAST Ultrasonic
gel diambil sampelnya dan di test
menggunakan alat Fann 35 Viscometer
untuk mendapatkan data shear stress.
Kemudian dengan rumus dan perhitungan
harga shear stress ini akan dikonversi
menjadi data kekentalan.

Spesifikasi Data

Gambar 16. Data CAST

Dari data CAST ditetapkan posisi untuk


meletakkan Retrievable Bridge Plug pada
kedalaman 13604 ft (4147 m), dan untuk
posisi kedalaman pipa produksi yang akan di
Gambar 14. Data Sumur potong pada kedalaman 13564 ft (4134 m)

9
Data Pipa Produksi Yang Akan Dipotong Fluida Abrasif
Pipa 4 ½ “ 13.50# VMS Blue Series N 80TM  Jenis Fluida :
Penjelasan : Viscosified Water / Water Based Fluid Gel
4 ½ “ : pipa OD 4.5 inch (114.3 mm) Kerapatan Fluida : 8.34 PPG = 1000 kg/m3
ID 3.92 inch = 99.56 mm Specific Gravity (SG) : 1
13.5 : berat pipa 13.5 lb/ft (20 kg/m) Viskositas Fluida: 20 cp ̴ 0.02 Pa.s
N-80 : material pipa  Jenis Pasir (Proppant) : 12/20 Ottawa Sand
MTS * : 100000 psi Ukuran pasir : 0.0496 in (1.26 mm)
Konsentrasi Proppant : 1 PPA (lbs/added)
Kerapatan Proppant : 22.1 PPG
Specific Gravity (SG) : 2.65

Data Debit Aliran vs Tekanan Pompa


Data debit aliran dan tekanan pompa aktual
yang diambil di lapangan pada saat pengetesan
alat HydraBlastTM di dalam sumur pada
kedalaman potong sebelum proses
pemotongan dilakukan.

Tabel 1. Tabel API Steel Grades

Data Pipa Coiled Tubing


Diameter Luar (OD) : 2 inch (50,8 mm)
Diamter Dalam (ID) : 1.782 in (45.3 mm)
Panjang (L) : 20350 ft (6206,7 m)

Skematik Alat Hydrajetting Tabel 2. Data Debit Aliran vs Tekanan Pompa

Data Debit Aliran vs Tekanan Yang Terjadi


Pada Kepala Sumur
Data debit aliran dan tekanan yang terjadi di
kepala sumur pada saat pengetesan alat
HydraBlastTM di dalam sumur pada kedalaman
potong sebelum proses pemotongan. Tes
dilakukan dengan menggunakan ukuran choke
keluaran 1 inch = 25.4 mm (fully open choke).

Tabel 3. Debit Aliran vs Tekanan Kepala


Sumur

Gambar 17. Skematik Alat Hydrajetting Data Debit Aliran vs RPM (Hydrajetting
Playbook, Halliburton, 2011)
Ukuran Cutting Head : 2.875 inch (73 mm) Data putaran yang terjadi pada alat
Ukuran nozel : 0.1875 inch (4.76 mm) HydraBlastTM ketika dialiri fluida dengan debit
Panjang alat : 12.67 ft = 3.86 m aliran tertentu pada kondisi tekanan
Diameter dalam (rata-rata): 1 inch = 25.4 mm permukaan (atmosfer). Data ini merupakan
data dari manual alat HydraBlastTM.

10
 Perhitungan Laju Aliran
Dengan menggunakan persamaan
kontinuitas maka didapatkan data hasil
perhitungan kecepatan aliran dengan
menggunakan debit debit yang berbeda :

Tabel 4. Debit Aliran vs RPM

Pengolahan Data

Tabel 5. Laju Aliran pada tiap titik

 Rugi Rugi Energi


HL coiled tubing + instalasi pipa
HL = H major + H minor
HL = 2074 m + 10 m = 2084 m

H major hydrablast = 38 m
H major annular = 140 m

 Perhitungan Tekanan
Tekanan P1, P2, Pcutting head dan P3 disebut
tekanan upstream.

Tabel 6. Tekanan Upstream

Tekanan P4 dan P5 disebut tekanan


downstream.
Gambar 18. Instalasi Pemotongan Pipa
Produksi Dengan Teknik Hydrajetting

 Perhitungan Kerapatan (Density) Fluida


Campuran
𝟏
ρc = 𝑷𝑷𝑨 ( ρ air + PPA )
𝟏+ Tabel 7. Tekanan Downstream
𝛒 𝑷𝒂𝒔𝒊𝒓
𝟏
ρc = 𝟏 ( 8.34 + 1 )
𝟏+
𝟐𝟐.𝟏  Perhitungan Perbedaan Tekanan Pada
ρc = 8.935 PPG = 1071 kg /m3 Kedalaman Potong
Dengan menggunakan rumus :
 Perhitungan Berat Fluida ΔP = P4 (tekanan annulus) – Pcutting head
γ=ρxg maka didapat perbedaan tekanan (ΔP) pada
kedalaman potong dengan menggunakan
γ = 1071 kg/m3 x 9.81 m/s2=10506.51 N/m3 debit debit yang berbeda sebagai berikut :

11
tetapi dikondisikan untuk mencakup
keseluruhan keliling pipa produksi.
 Mencari keliling pipa produksi
2 π r = π D = π 114.3 mm = 359 mm
 Mencari lebar lubang yang terjadi pada
pipa produksi
Lebar lubang yang terjadi = 2 x 4.76
mm = 9.52 mm
Tabel 8. Perbedaan Tekanan Pada  Mencari waktu membuat 1 lubang pada
Kedalaman Potong pipa produksi
F burst pipa / FJetting = (9.52 mm / 4.76
 Perhitungan Slip Velocity mm) x 1584 N / 289 N = 11 s
SV = 0.04 m/s  Mencari berapa banyak lubang yang
dibutuhkan
 Perhitungan Annular Velocity (AV) Keliling pipa / lebar lubang = 359 /
Rekomendasi 9.52 = 38 lubang
AV = SV × Safety Factor  Mencari berapa kali proses pelubangan
AV = 0.04 m/s × 5 = 0.2 m/s dengan 3 nozel
38 lubang / 3 nozel = 13
 Perhitungan Jetting Force  Mencari berapa lama pipa produksi akan
Perhitungan jetting force dengan terpotong
menggunakan debit debit yang berbeda. 13 kali x 11 s = 143 s = 2.4 menit
Safety factor = 2.4 menit x 3 = 7.2
menit  8 menit

 Perhitungan Putaran Cutting EHad


(RPM)
T (N m) = FJetting x l
T (N m) = 289 N x 0.01328 m = 3.8 N m
Tabel 9. Jetting Force
Energi Hidrolik = Energi Mekanik
 Perhitungan Tekanan Burst Pipa dan PxQ=ωT
Gaya (Force) Burst Pipa 𝟐𝒙𝝅𝒙𝒏
1.616 x 107 N/m2 x 0.0052 m3/s = x
Mencari tekanan burst 𝟔𝟎
2 x MTS x t 3.8 Nm
P burst pipa= D x SF
n = 211170 RPM
2 x 100000 x 0.29
P burst pipa= 4.5 x 1
= 12889 psi
 Perhitungan Standoff
Mencari gaya burst Mencari jarak standoff pada saat cutting
F burst pipa = P burst pipa x A Nozel head menempel pada dinding pipa produksi
F burst pipa = 12889 psi x ¼ π (0.1875 in)2
F burst pipa = 356 lbs = 1584 N Jarak Standoff = D pipa produksi – d
cutting head
Jarak Standoff = 99.56 mm – 73 mm =
 Perhitungan Waktu Pemotongan 26.56 mm
Pada saat pemotongan pipa produksi
sumur, alat HydraBlastTM berputar dengan Mencari jarak standoff pada saat sumbu
RPM tertentu. Putaran ini dapat terjadi cutting head berada sejajar sumbu pipa
dikarenakan profil nozel, tekanan dan aliran produksi
yang terjadi. Nilai RPM aktual ini tidak
diketahui karena putaran motor berada Jarak Standoff = (D pipa produksi – d
dalam sumur, maka untuk menghitung cutting head) / 2
waktu pemotongan pipa diasumsikan nozel Jarak Standoff = ( 99.56 mm – 73 mm ) /
berada dalam keadaan diam tidak berputar 2= 13.28 mm

12
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN pompa, kemudian masuk ke dalam pipa coiled
tubing, kemudian keluar melalui nozel dan
Hasil perhitungan dianalisis dan dibandingkan sampai akhirnya keluar di kepala sumur
terhadap ketentuan yang baku atau standar  Titik 1 = pangkal coiled tubing
acuan mengenai syarat-syarat atau  Titik 2 = ujung coiled tubing
rekomendasi proses pemotongan pipa produksi  HydrablastTM = alat Hydrajetiting
sumur dengan teknik Hydrajetting. Selain itu  Titik 3 = nozel
dianalasis ketentuan-ketentuan lain yang  Titik 4 = anulus pada kedalaman potong
menjadi syarat keberhasilan proses  Titik 5 = kepala sumur
Hydrajetting ini.

Grafik 1. Laju Aliran Pada Tiap Titik

Dari grafik 1 terlihat bahwa beberapa debit


aliran akan menghasilkan kecepatan aliran
yang berbeda-beda sesuai dengan besar area
saluran yang dilaluinya. Dengan debit yang
sama di setiap titik pada instalasi, maka sesuai
Tabel 10. Rekomendasi Hydrajetting hukum kontinuitas pada nozel dihasilkan laju
aliran yang paling cepat dan di anulus
Pada proses eksekusi di lapangan kadang debit dihasilkan laju aliran yang paling lambat.
aliran yang dipompakan tidak dapat secara
terus menerus konstan. Hal ini kadang terjadi Analisis Laju Aliran Di Anulus (Annular
oleh karena beberapa faktor internal atau pun Velocity) Terhadap Slip Velocity
eksternal. Faktor internal dapat berupa pompa Pada proses pemotongan pipa produksi, pasir
mengalami loose prime atau terjadinya yang menjadi bahan tambahan dalam fluida
kavitasi dan juga dapat terjadi karena tidak boleh mengendap di dalam sumur. Pasir
kebutuhan debit aliran besar atau kecil. Faktor yang dipompakan harus dapat terbawa kembali
eksternal dapat berupa respon dari sumur yang ke permukaan. Pasir yang mengendap akan
megakibatkan laju aliran keluar menjadi mengakibatkan proses pencabutan Retrievable
bertambah karena sumur flowing atau Bridge Plug yang mengisolasi tekanan
berkurang karena sumur losses. Untuk reservoir menjadi sulit dikarenakan pasir akan
mengatasi hal tersebut perlu diketahui menimbun permukaan Retrievable Bridge
beberapa debit aliran yang dapat menjamin Plug. Selain itu pasir yang tidak terangkat
keberhasilan proses pemotongan akan menjadi residu bagi sumur sehingga
proses produksi sumur akan terganggu. Proses
Analisis Laju Aliran Fluida Dalam Saluran pemotongan pipa produksi akan dihasilkan
Perhitungan laju aliran fluida dalam saluran debris cutting yang juga harus dapat dialirkan
menggunakan teori hukum kontinuitas mulai atau dibawa ke permukaan. Kecepatan anular
dari laju aliran pada instalasi perpipaan setelah yang kurang akan mengakibatkan partikel

13
partikel pasir dan debris cutting jatuh (slip) nozel. Sedangkan instalasi downstream terjadi
kembali ke dasar sumur. Oleh karena itu pada anulus hingga pipa keluaran kepala
kecepatan anular harus lebih besar dari pada sumur.
kecepatan slip (slip velocity) sesuai  Titik 1 = pangkal coiled tubing
rekomendasi standar acuan proses pemotongan  Titik 2 = ujung coiled tubing
pipa dengan teknik Hydrajetting.  Cutting Head = kepala potong
 slip velocity = 0.04 m/s  Titik 3 = nozel
 Rekomendasi annular velocity dengan  Titik 4 = anulus pada kedalaman potong
safety factor 5 x slip velocity = 0.2 m/s  Titik 5 = kepala sumur

Grafik 3. Tekanan Upstream


Grafik 2. Annular Velocity vs Slip Velocity

Dari grafik 2 terlihat bahwa semua debit aliran


akan menghasilkan kecepatan anular yang
diatas batas rekomendasi sehingga jika dilihat
dari aspek kecepatan anular semua debit aliran
dapat digunakan. Pada pengunaan debit Q =
0.0052 m3/s akan dihasilkan kecepatan anular
perhitungan sebesar 0.9 m/s yang mana
kecepatan ini lebih besar dari rekomendasi
kecepatan anular sebesar 0.2 m/s sehingga
dipastikan pasir yang dipompakan dan debris
cutting yang dihasilkan dapat terbawa ke
permukaan. Kondisi ini mengakibatkan proses
pencabutan Retrievable Bridge Plug akan
menjadi mudah dan sumur pun akan terhindar Grafik 4. Tekanan Downstream
dari gangguan yang dikarenakan oleh dampak
adanya pasir pada saat proses produksi. Dari grafik 3 dan 4 terlihat bahwa beberapa
debit aliran akan menghasilkan tekanan yang
Analisis Tekanan berbeda-beda pada tiap titik.
Perhitungan tekanan yang terjadi di dalam  Tekanan awal P1 yang diberikan pompa
sistem dilakukan dengan menggunakan akan menghasilkan tekanan P2 yang lebih
persamaan energi Bernoulli dimana percepatan besar dikarenakan adanya elevasi dan rugi
grafitasi, elevasi dan rugi rugi atau hilangan rugi.
energi berpengaruh di dalamnya.Untuk  Tekanan P2 kemudian akan diturunkan
menganalisis tekanan yang terjadi, maka menjadi tekanan Pcutting head dan P3 dimana
instalasi dibagi dua menjadi instalasi upstream sesuai hukum Bernoulli dimana tekanan
dan downstream. Instalasi upstream yaitu akan menjadi lebih kecil seiring fluida
tekanan yang terjadi mulai dari pompa, coiled bertekanan melewati saluran yang lebih
tubing, alat HydraBlastTM dan akhirnya ujung kecil.

14
 Tekanan P4 merupakan tekanan pada anulus memposisikan alat HydrablastTM cenderung
pada kedalaman potong dan akan menurun ditengah-tengah pipa produksi. Jarak yang
menjadi tekanan P5 seiring fluida bergerak dihasilkan oleh posisi standoff berpengaruh
ke permukaan sehingga elevasi dan rugi terhadap faktor lain yaitu efisiensi jet stream
rugi berpengaruh di dalamnya. dan jarak efektif penetrasi.
Rekomendasi jarak Standoff yang optimal
Analisis Perbedaan Tekanan (ΔP) Pada adalah 6 x diameter nozel atau lebih kecil.
Kedalaman Potong
Syarat berhasilnya proses pemotongan pipa Hasil perhitungan Standoff :
produksi sumur dengan teknik Hydrajetting  Lebar Jarak Standoff pada saat nozel
dilihat dari aspek tekanan adalah terjadinya bersandar pada dinding pipa produksi
perbedaan tekanan ΔP (differential pressure) sebesar 26.56 mm (1.04 inch) = 5.6 x
antara tekanan di cutting head dengan tekanan diameter nozel
anulus pada kedalaman potong. Perbedaan  Lebar Jarak Standoff pada saat nozel berada
tekanan ΔP yang direkomendasikan minimum satu sumbu dengan sumbu pipa produksi
3000 psi atau 2.068 x 107 N/m2. sebesar 13.28 mm (0.52 inch) = 2.8 x
diameter nozel
Jadi jarak standoff yang terjadi pada proses
pemotongan baik dalam kondisi nozel
menempel pada dinding maupun ditengah-
tengah pipa produksi menghasilkan lebar jarak
standoff yang masih dalam jarak optimum
jangkauan proses Hydrajetting.

Analisis Waktu Pemotongan Pipa Produksi


Waktu pemotongan menjadi salah satu kriteria
yang menentukan dalam keberhasilan proses
pemotongan pipa produksi. Waktu
pemotongan yang lama membutuhkan jumlah
Grafik 5. ΔP Pada Kedalaman Potong fluida yang banyak sedangkan waktu
pemotongan yang sebentar mengakibatkan
Dari grafik 5 terlihat bahwa tidak semua debit kemungkinan keberhasilan pemotongan
aliran akan menghasilkan perbedaan tekanan menjadi dipertanyakan. Pada pelaksanaannya
(ΔP) pada kedalaman potong yang sesuai perhitungan waktu pemotongan akan dikalikan
dengan rekomendasi. Debit aliran yang dapat nilai safety factor yang besar (2-3 kali) untuk
menghasilkan perbedaan tekanan sesuai memastikan pemotongan pipa terjadi di
rekomendasi hanya Q = 0.0052 m3/s dengan kedalaman tersebut. Syarat keberhasilan
ΔP sebesar 3075 psi dan Q = 0,0061 m3/s proses pemotongan pipa produksi dengan
dengan ΔP sebesar 3121 psi. Dengan teknik Hydrajetting untuk single string adalah
demikian debit aliran pemompaan yang dapat 10 – 15 menit. Namun angka ini dapat menjadi
digunakan hanya pada batasan 0.0052 m3/s - lebih kecil dan pemotongan berlangsung lebih
0,0061 m3/s (2 – 2.3 bpm). cepat yang dipengaruhi oleh kondisi pipa
produksi, beda tekanan aktual, debit aktual,
jumlah nozel, dan jenis pasir.
Analisis Standoff
Pada pekerjaan coiled tubing tidak akan terjadi Hasil Perhitungan Waktu Pemotongan
kondisi standoff yang maksimal dikarenakan  Dengan debit Q = 0.0052 m3/s maka akan
faktor residual bend dari coiled tubing yang menghasilkan waktu pemotongan pipa
selalu membuat alat yang dibawanya produksi sumur dalam waktu selama 8
bersandar atau menempel pada dinding sumur. menit
Untuk mendapatkan standoff yang optimum  Waktu aktual yang dilakukan sesuai dengan
pada alat HydraBlastTM dipasang Hydraulic program kerja di lapangan adalah selama
Centralizer yang berfungsi untuk 20 menit.

15
Jadi lama waktu proses pemotongan yang terbukti dapat memotong pipa produksi sumur
terjadi di lapangan sesuai program kerja dengan sempurna. Selain itu proses
melebihi dari waktu rekomendasi dan waktu pemotongan pipa produksi dengan teknik
hasil perhitungan. Dengan demikian dapat Hydrajetting ini dapat menjadi suatu solusi
dipastikan pipa produksi terpotong secara yang terukur untuk menanggulangi
sempurna. permasalahan penurunan produksi sumur yang
diakibatkan oleh kerusakan yang terjadi pada
KESIMPULAN pipa produksi.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan DAFTAR PUSTAKA


mengenai perbandingan antara hasil
perhitungan dengan rekomendasi atau standar 1. Sharlene Lindsay, Hydra-Jet Playbook,
acuan proses pemotongan pipa produksi Halliburton, Houston, Texas 2011
dengan teknik Hydrajetting, maka dihasilkan 2. Muhammad Haekal, BC-PRE-021-2014-
data data sebagai berikut : V3 GHZL-7 2” HPCT Intervention for
1. Penggunaan debit aliran 0.0052 m3/s dan Work Over Well, Saudi Arabia, 2014
0.0061 m3/s akan menghasilkan kecepatan 3. Barlow’s Formula for theoritical burst
anular yang diatas standar acuan perssure tubing, 2016
kecepatan anular sehingga dapat 4. Halliburton, CAST-M Ultrasonic Tubing
menanggulangi permasalahan slip velocity. Casing Evaluation, Texas 2013
Dengan kondisi ini pasir dan debris 5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
cutting tidak akan jatuh ke dasar sumur Republik Indonesia, Dasar-Dasar Teknik
sehingga tidak mengganggu proses Pengeboran, Jakarta, 2013
pengerjaan selanjutnya atau proses 6. Halliburton, Hydra BlastTM - Hydrajetting
produksi sumur. Pro Cleaning Welbore Tubular, Texas,
2. Penggunaan debit aliran 0.0052 m3/s dan 2015
0.0061 m3/s akan menghasilkan perbedaan 7. Robert Wade Brown, SPE001572 –
tekanan (ΔP) pada kedalaman potong Theory of Formation Cutting Using Sand
sesuai dengan standar acuan pada tekanan Erosion Process, Dallas Texas
minimum 3000 psi. 8. Halimatuddahliana, Jurnal Pencegahan
3. Kondisi Standoff pada proses pemotongan Korosi Dan Scale Pada Proses Produksi
pipa produksi dengan teknik Hydrajetting Minyak Bumi, Universitas Sumatera
pada pipa produksi 4.5 inch akan Utara, 2003
memberikan jarak standoff sebesar 5.6 x 9. Motor Handbook, National Oilwell
diameter nozel dimana jarak ini masih Varco, Canada, 2007
dalam berada di dalam batas standar 10. Dr. Jim B. Surjaatmadja, Technology
acuan. Bulletin, Best Practive For Proppant
4. Penggunaan debit 0.0052 m3/s Jetting During Fracturing and Hydrajet
membutuhkan waktu selama 8 menit Perofating and Cutting, Halliburton,
untuk memotong pipa produksi sehingga Duncan OK, 2011
waktu aktual di lapangan selama 20 menit 11. Rully Ade Iswadi, Jurnal Analisa Pompa
sangat cukup untuk memastikan pipa Bertekanan Tinggi Untuk Proses
produksi sudah berhasil terpotong dengan Pemotongan Tubing, Jurusan Teknik
sempurna. Mesin, FTI Universitas Jayabaya, 2015
5. Penggunaan debit 0.0052 m3/s dan 0.0061 12. SPF-243 Stimulation Pumper Float –
m3/s terbukti dapat memotong pipa High Pressure Pumping System,
produksi sumur dengan sempurna Schlumberger, 2006
sehingga proses pemompaan di lapangan 13. H09149 Twin Panther PT SDS,
dilakukan pada batasan 0.0052 m3/s - Halliburton, 2012
0,0061 m3/s (2 – 2.3 bpm). 14. H00924 CAST-M / CBL / MFC,
Halliburton, 2013
Kesimpulan dari data-data di atas adalah 15. Burst Tubing Rating, Hydraulic
penggunaan aplikasi proses pemotongan pipa Supermarket, 2001
produksi sumur dengan teknik Hydrajetting

16

Anda mungkin juga menyukai