(STEM Akamigas)
Konsentrasi : Produksi
2017
PROPOSAL KERJA PRAKTIK
Industri minyak dan gas merupakan salah satu penopang perekonomian yang
penting dalam suatu negara. Tingkat permintaan dunia akan minyak selalu naik
tiap tahunnya. Pada tahun 2010, tingkat permintaan minyak dunia sebesar 86,9
Mb/d. pada tahun 2011, tingkat permintaan naik menjadi 87,8 Mb/d. lalu pada
awal tahun 2012 sudah meningkat kembali menjadi 88.8 Mb/d. jadi rata rata per
dan gas, termasuk Indonesia. Minyak bumi merupakan salah satu unsur penting di
cenderung terus naik tiap tahunnya, sedangkan produksi nya terus menurun. Sejak
tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, total persentase penurunan produksi
Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia, minyak dan gas juga merupakan salah satu faktor penopang kebutuhan
energi di dalam negeri. Perolehan produksi minyak dari suatu lapangan migas
merupakan hal yang sangat penting mengingat tingginya ketergantungan sumber
daya alam dari fosil belum bisa tergantikan sampai saat ini.
Industri minyak bumi dan gas pada umumnya memiliki 2 kegiatan utama,
yaitu eksplorasi dan produksi. Kegiatan utama yang dilakukan perusahaan minyak
bumi dan gas juga terbagi menjadi 2 tujuan, yaitu melakukan proses produksi, dan
minyak dunia, perusahaan minyak bumi dan gas wajib meningkatkan efektivitas
serta efisiensi produksi minyak bumi dan menyiapkan sumber minyak cadangan.
Namun, bukan itu saja yang harus diperhatikan oleh perusahaan, cadangan
sumber minyak pun harus selalu disiapkan. Jika stok minyak bumi perusahaan
telah habis dan tidak memiliki cadangan maka pada saat itulah saham perusahaan
akan terus menurun dan lama kelamaan perusahaan tidak akan dapat bertahan.
yang telah ada. Penulis tertarik untuk melakukan dan penulisan skripsi dengan
minyak dan gas bumi secara alami tanpa bantuan peralatan-peralatan buatan.
Sumur produksi ini memiliki fluida yang dapat mengalir dengan sendirinya ke
permukaan melalui tubing karena memiliki tekanan reservoir yang lebih tinggi
daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang berada dalam lubang sumur
tersebut. Sumur sembur alam biasanya terdapat pada sumur yang baru di bor.
Tekanan dari reservoir sumur ini biasanya relatif besar sehingga dapat
mengangkat fluida sampai ke permukaan. Jika ditulis dengan rumus yaitu Pr >
Pwf > THP dimana terjadi perbedaan tekanan yang relatif besar. Sumur sembur
1. Water Drive.
4. Segretion Drive.
5. Combination Drive.
sehingga perlu dilakukan perencanaan awal agar target produksi bisa tercapai. Sumur
sembur alam adalah metode yang paling disukai karena dinilai paling murah dan
paling sederhana ditinjau dari penggunaan alat dan metode produksinya dibandingkan
Casing Hanger
casing string pada casing head terdapat seal untuk menahan aliran fluida
keluar. Pada casing head terdapat pula gas outlet yang berfungsi untuk
meredusi gas yang mungkin timbul diantara casing string dan untuk
Tubing Head
sistem kerangan (x-mastree). Fungsi utama dari tubing head adalah sebagai
penyokong rangkaian tubing, menutup ruangan antara casing -tubing pada
dicirikan oleh jumlah sayap/lengan (wing) dimana choke atau bean atau
casing line.
jumlahnya satu atau tergantung pada kapasitas dan tekanan kerja sumur.
dan pengatur aliran produksi sumur, melalui lubang (orifice) yang ada.
Check valve, merupakan valve yang hanya dapat mengalirkan fluida pada
satu arah tertentu yang berfungsi untuk menahan aliran dan tekanan balik
dari separator. Pada x-mastree, check valve ini ditempatkan setelah choke
relatif tebal dan biasanya dipasang pada bagian bawah atau atas dari
nipple, untuk mengatasi turbulensi aliran, blast joint dipasang
Circulation device, alat ini mirip pintu yang bias digeser yang biasa
disebut sliding sleeve door (SSD). Alat ini dapat dibuka dan ditutup
dengan menggunakan wire line unit. Bagian luar dari alat ini
Gas lift mandrel, merupakan sambungan tempat duduk valve gas lift
Sub survace safety valve (SSSV), merupakan valve yang dipasang pada
ukuran tubing.
alam, maka dari ketiga hal diatas harus dihitung dan digunakan secara
sembur alam.
banyaknya minyak yang diproduksikan setiap hari untuk setiap beda tekanan rata-rata
ko h bbl
PI=0.007082 r , D ..................... (2-2)
o (ln 0.472 erw )+S
psi
Dari persamaan di atas dapat dianggap bahwa harga PI selalu tetap untuk
setiap tekanan alir dasar sumur (Pwf), persamaan tersebut tidak dapat terpenuhi jika
terdapat gas dalam aliran fluida. Hal ini akan dijumpai apabila tekanan reservoir lebih
suatu sumur ataupun melihat kelakuan suatu sumur selama berproduksi karena dapat
menggambarkan hubungan antara kapasitas produksi untuk setiap tekanan alir dasar
sumur tertentu.
Untuk aliran fluida dimana tekanan alir lebih besar dari tekanan titik
garis lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1. Titik A adalah harga pada saat
qo = 0 dan sesuai dengan persamaan di atas pada keadaan tersebut tekanan pada dasar
sumur (Pwf) adalah PR, sedang titik B adalah harga Qo max pada Pwf = 0.
Apabila sudut OAB adalah , maka tan = PI. Dengan demikian harga PI
Vogel melalui simulasi numerik memberikan suatu persamaan IPR dua fasa
khusus untuk reservoir jenuh dengan tenaga pendorong gas terlarut untuk kondisi
qo P P 2
=1-0.2 ( Pwf) -0.8 ( Pwf) ................................................................ (2-4)
qomax R R
Grafik IPR akan membentuk garis lengkung, karena kemiringan IPR akan
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Q, BPD
Gambar 2.2 Grafik IPR untuk Aliran Dua Fasa
Untuk aliran fluida dua fasa dimana P R > Pb maka kurva IPR akan terbagi
1. Kurva IPR satu fasa/linier, saat tekanan alir dasar sumur masih lebih besar dari tekanan
gelembung (Pwf > Pb). maka akan digunakan persamaan Vogel sebagai berikut(1.54) :
tekanan gelembung (Pwf < Pb). maka akan digunakan persamaan Vogel sebagai per
ikut(1.54) :
PIxPb
qomax =qb + 1,8
..................................................................................... (2-6)
2
qo qb P P .................................................... (2-7)
1 0.2 wf 0.8 wf
q o max q b Pb Pb
Dari persamaan-persamaan diatas akan diperoleh grafik IPR seperti berikut :
GRAFIK IPR
PR
3000
Pb
PI = tg
2500
2000
Pwf, psi
1500
1000
500
0
00 qb 5000 10000 15000 20000 25000 qo max30000
qo, STB/D
Composite IPR adalah kombinasi lebih dari satu IPR dimana composite IPR biasa
digunakan untuk sumur minyak dengan formasi berbentuk lensa atau ada shale break
sehingga formasi di reservoir tersebut tidak dianggap homogen atau memiliki beberapa
lapisan. Persamaan Darcy atau Vogel bisa digunakan untuk membuat composite IPR.
Adapun asumsi yang digunakan untuk composite IPR antara lain:
Aliran pseudo steady state berlaku pada semua lapisan reservoir.
Fluida dari dan ke dalam semua lapisan mempunyai karakteristik yang mirip.
Kehilangan tekanan pada seksi lubang sumur diantara lapisan tak terlalu berarti.
2. Setelah membuat IPR untuk tiap lapisan maka diketahui Qomax di setiap lapisan
reservoir.
3. Jumlahkan Qomax dari beberapa lapisan yang telah dibuat IPR, lalu cari Pr dan Pwf
4. Buat grafik composite IPR dengan Qomax total beberapa lapisan dengan Pr dan Pwf
Plot pembacaan grafik untuk Pwf tertentu untuk mengetahui Qo yang di dapat.
Teori tentang aliran fluida di dalam media berpori awalnya dikemukakan oleh
Henry Darcy. Hanry Darcy beranggapan bahwa kecepatan alir suatu fluida dalam
media porous yang homogen akan sebanding dengan gradient tekanannya serta
berbanding terbalik dengan viskositas fluida tersebut. Secara empiris rumus darcy
k dp
v= - ................................................................................. (2-8)
dL
4. Aliran laminer.
6. Fluidanya incompresibel.
7. Tidak ada reaksi antara fluida yang mengalir dengan batuan yang dialirinya.
8. Kondisi aliran isothermal atau temperaturnya konstan.
kA dp
q= ............... (2-9)
dL
dimana :
secara radial.
berikut:
dimana :
o : Viscositas minyak, cp
o : Faktor volume formasi minyak, STB / bbl
re : Jari-jari pengurasan, ft
rw : Jari-jari sumur, ft
Kelakuan aliran fluida dari dasar sumur ke kepala sumur sebagai hubungan
antara tekanan alir dengan laju produksi disebut vertical lift performance atau juga
biasa di sebut tubing performance. Untuk mengetahui kelakuan aliran fluida dari
dasar sumur kepermukaan, terlebih dahulu harus diketahui distribusi tekanan alir dari
dasar sumur kepermukaan, yang disebabkan oleh adanya kehilangan tekanan akibat
menentukan tekanan alir di kepala sumur (Pw h ), bila tekanan alir di dasar sumur (Pwf)
Hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan kapasitas produksi minyak untuk
suatu ukuran tubing tertentu biasanya digambarkan bersama dengan grafik inflow-
outflow.
yang dipakai.
Untuk dapat menentukan vertical flow performance, terlebih dahulu harus
ditentukan gradien tekanan alir dalam sumur. Pada prakteknya gradien tekanan alir
dalam sumur dapat diperkirakan dengan menggunakan grafik korelasi yang telah ada
Tekanan aliran di salah satu ujung tubing (tekanan dasar sumur, Pwf atau
d2
Ap= ,ft2 ..................................................................................... (2-11)
4
5. Perhitungan dapat dimulai dari pangkal segmen terbawah atau teratas, tergantung
pada tekanan aliran yang akan dihitung. Pada segmen ini tentukan tekanan aliran,
P1 = Pwf
T1 = Td
D1 = D
P1 = Pwh
T1 = Ts = Td Gf D
D=0
D1 = D1 h
T2 = Td Gf x h
D2 = D1 + h
T2 = Ts + Gf x h
Pa = ( P1 + P2 ) / 2
Ta = ( T1 + T2 ) / 2
11. Hitung laju aliran gas, minyak dan air pada Ta dan Pa, sebagai berikut (1.36):
5.624 qo Bo
qopt = ............................................................................... (2-12)
86400
5.624 qw Bw
qwpt = ............................................................................ (2-13)
86400
13. Hitung kecepatan superficial cairan (VsL) dan campuran (Vm) dengan
14. Hitung densitas minyak, ns, densitas air, w dan sensitas gas, g pada P dan
T.(1.37)
15. Hitung densitas, viskositas dan tegangan permukaan cairan, l, l dan l dengan
VsL
L = V .................................................................................... (2-27)
sL +Vsg
17. Apabila L > 0.9999, lanjutkan ke langkah 18 (fasa yang mengalir adalah cairan)
Apabila L < 0.00001, lanjutkan ke langkah 23 (fasa yang mengalir adalah gas)
Apabila 0.00001 < L < 0.9999, lanjutkan ke langkah 29 (aliran berupa dua fasa,
18. Hitung bilangan Reynold, NRe dengan menggunakan persamaan dibawah ini(1.37):
1488 L Vm d
NRe = ............................................................................. (2-28)
L
19. Hitung faktor gesekan f, dengan menggunakan langkah kerja tambahan.
20. Hitung gradien tekanan sebagai akibat perbedaan ketinggian sebagai berikut(1.38):
dp sin
(dh) = .................................................................................. (2-29)
el 144
dp f (Vm )2
(dh) = 2gnsd(144)............................................................................. (2-30)
fr c
dp dp dp
(dh) = (dh) + (dh) .................................................................... (2-31)
t el fr
berikut(1.38):
1488Vsg d
NRe = ............................................................................... (2-32)
g
dp g sin
(dh) = ................................................................................ (2-33)
el g
dp f (Vm )2
(dh) = 2gnsd(144) ............................................................................ (2-34)
fr c
gVsg
Ek = g P .................................................................................. (2-35)
c (144)
Apabila Ek > 0.95, aliran merupakan aliran kritis dan gunakan harga Ek = 0.95
28. Hitung gradien tekanan total, yaitu(1.39):
dp dp
dp ( ) +( )
dh el dh fr
(dh) = .......................................................................... (2-36)
t 1-Ek
Hitung NLv:
0.25
NLv =1.938VsL (L ) ....................................................... (2-37)
L
Hitung Ngv:
0.25
Ngv =1.938sg (L ) .......................................................... (2-38)
L
Hitung NL:
0.25
1
NL =0.15726L ( ) ................................................... (2-39)
L L
Hitung Nd:
0.5
Nd =120.872d (L ) .......................................................... (2-40)
L
Bubble flow:
Ngv 2
S-F1 +F2 NLv +F3' (1+N ) ...................................................... (2-43)
Lv
F
F3 ' =F3 = N4 .............................................................................. (2-44)
d
Slug flow:
0.982
(Ngv ) +F6'
S=(1+F5 ) ( ) ......................................................... (2-45)
(1+F7 NLv )2
Dimana:
Mist flow:
Transition flow:
Hitung harga S, faktor gesekan dan gradien tekanan total berdasarkan
32. Berdasarkan harga S dari langkah 31, hitung slip velocity, yaitu(1.40):
S
Vs = 0.25 ............................................................................. (2-47)
1.938( L )
L
35. Hitung faktor gesekan campuran, sesuai dengan pola aliran, yaitu sebagai
berikut(1.41):
1488L VsL d
NRe = ................................................................. (2-50)
L
- Hitung f1=f/4
- Hitung harga:
Vsg
f1 ( sL ) (Nd )0.6667 ............................................................. (2-51)
Vsg 0.5
f3 =1+f1 (50V ) ............................................................. (2-52)
sL
f1 +f2
fm = ............................................................................ (2-53)
f3
Mist flow:
sebagai berikut:
g Vsgc d
NRe =1488 .......................................................... (2-54)
g
L 2
N =0.0002048 .............................................. (2-56)
L L (dg )d
0.0749L
dc = 2 .......................................................... (2-58)
g (Vsgc ) d
Vsgc
Vsgcc = (1- 2
........................................................... (2-60)
dc )
1
f=4 { +0.67(/d1.72 )} ............................. (2-61)
(4log(0.27/d)2
dp g sin
(dh) = ............................................................................... (2-62)
el 144
dp f g (Vsgc )2
(dh) = .......................................................................... (2-62)
fr 2gc d(144)
Dimana:
Vsgc = Vsg untuk Slug dan Bubble flow
Vm Vsg
Ek = g sP .................................................................................. (2-63)
c (144)
40. Apabila pola aliran transisi, gradien tekanan total dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut(1.42):
dp dp dp
(dh) =A (dh) +B (dh) ......................................................... (2-65)
t slug mist
Dimana:
Lm -Ngv
A= ...................................................................................... (2-66)
Lm -Ls
Ngv -Ls
B= L =1-A .............................................................................. (2-67)
m -Ls
dp dp
(dh) dan (dh) dihitung pada langkah sebelumnya.
slug mist
dp
P= (dh) ,h ............................................................................... (2-68)
t
Atau
P2c =Pi -P .................................................................................... (2-70)
P2 -P2c
Hitung DEL= [ ] ............................................................ (2-71)
P2
P1 = P2
T1 = T2
D1 = D2
2. Berdasarkan harga bilangan Reynold, NRe, hitung faktor gesekan sebagai berikut:
Apabila NRe < 2000, lanjutkan ke langkah 3 apabila NRe > 2000, lanjutkan ke
langkah 4.
64
f=
NRe
4. Hitung faktor gesekan, f untuk aliran turbulen dengan menggunakan persamaan
gesekan, yaitu:
21.25 -2
fg =1.14-2log (d + (N 0.9
) ......................................................... (2-72)
Re )
-2
18.7
fc =1.74-2 log (2 d + 0.5 ) .................................................. (2-73)
(NRe fg )
fc -fg
c. Hitung: Err= | | ................................................................ (2-74)
fg
Apabila Err < 0.01 maka fc adalah faktor gesekan yang dicari.
melalui jepitan (Bean) dipermukaan, yang biasanya dipasang disilang sembur (X-
Mastree).
tekanan kepala sumur yang disebabkan oleh perubahan tekanan di dalam flow line,
sehingga tidak akan mengganggu performance sumur dan untuk mengontrol laju
dipakai cara trial and error, tidak ada hubungan dengan aliran dua fasa yang melalui
bean. Syarat terjadi critical flow melalui bean adalah THP ( 1,7 2,0 ) P flow line.
Q R 0.546
THP 435 , Psig .................................................................. (2-75)
S1.89
Bila besaran R dan S konstan, maka hubungan antara THP dan q akan
menggunakan rumus diatas Gilbert juga telah membuat chart untuk menentukan
produksi, gas liquid ratio (GLR) dan tubing head pressure (THP).
perpotongan antara grafik Inflow dan Outflow, yang dibuat menurut kondisi
reservoir, tipe well completion dan peralatan yang terpasang pada sumur. Grafik
inflow dan outflow mrupakan hubungan antara besarnya laju produksi minyak dengan
Pn o d e .
Pada dasarnya pengambilan data Pn o d e bisa disembarang tempat, akan tetapi
biasanya kita akan memilih titik yang mudah dianalisa, misalnya : P w f , Pw h , Pf l atau
Ps e p . Apabila Pn o d e yang kita ambil adalah Pwf, maka grafik Inflow yang kita buat
adalah IPR untuk aliran masuk dan aliran keluar Pn o d e , Pn o d e dapat dinyatakan
sebagai6 ) :
Manfaat dari analisa sistem nodal pada sumur sembur alam antara lain, untuk :
Pengaruh stimulasi
1. Tentukan qL a s s
5. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk qL a s s yang lain, hingga didapat harga Pf l pada
Jika Grafik Inflow dan Outflow diplot pada satu grafis akan didapat grafik
Inflow vs Outflow
2500
2000
1500
1000
500
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
yang tinggi dan dapat dilakukan sesingkat mungkin serta mendapatkan perolehan
yang maksimum. Dalam kenyataannya, hal ini tidak dapat terpenuhi karena laju
produksi yang tinggi belum tentu menghasilkan perolehan minyak yang tinggi, tetapi
dapat mengakibatkan penurunan reservoir, sehinga gas terlarut akan terbebaskan dari
minyak. Dengan adanya gas bebas akan menurunkan besarnya tenaga pendorong dan
permeabilitas efektif minyak, sehingga laju produksi minyak akan berkurang dan
dapat menimbulkan gas dan water coning. Pada rate sensitif juga harus ditentukan
Kapasitas aliran kritis ialah laju produksi tertinggi tanpa terjadi coning. Metode
Chierici dapat digunakan untuk menghitung laju optimum tanpa terjadi coning, yaitu
h2 og kh
Qoc,g =3.07x10-3 { } (rDe ,,w ) .................................................. (2-76)
Bo 0
Agar tidak terjadi gas coning, maka besarnya laju produksi harus lebih kecil daripada
kapasitas aliran kritis (Qo < Qoc, g). Harga ini berlaku untuk reservoir jenis gas cap.
Kapasitas aliran kritis terhadap water coning adalah laju produksi maksimum
dimana belum terjadi coning atau terikutnya air dari zona air. Untuk menghitung
kapasitas aliran kritis terhadap water coning dapat digunakan metode Chierici dengan
reservoir homogen
ini.
h2 ow kh
Qoc,w =3.07x10-3 { } (rDe ,,w ) .................................................. (2-77)
Bo 0
Dimana:
Qoc, w = kapasitas aliran kritis minyak tanpa terjadi water coning, STB
o = viskositas minyak, cp
= [re/h], kv/kh
dg = [heg/h]
= [hew/h]
= interval perforasi, ft
Water coning adalah pergerakan air secara vertikal dengan Water Oil
Contact (WOC) menuju ke perforasi. Hal ini dapat terjadi apabila gradien tekanan
alir lebih besar dibandingkan dengan gaya gravitasi dari beda densitas antar
fluida.
produksi harus di jaga agar tidak melampaui laju alir kritis. Laju alir kritis di
definisikan sebagai laju alir produksi maksimum tanpa ikut terproduksinya air
atau gas.
elektrik dan mendapatkan pendekatan untuk menghitung laju kritis bebas coning
rw
PR=f [1+72 f h cos(f x 90)] ............................................................. (2-79)
dimana :
PR : Productivity Ratio
dengan persamaan:
dimana hmax adalah jarak antara lubang perforasi terbawah dengan initial WOC.
Persamaan Mayer dan Garder unutk menetukan kapasitas alir kritis bebas
4. Persamaan Shcols
Dimana:
hp = Interfal perforasi, ft
= Viscositas minyak, cp
Rw = jari-jari sumur, ft
Re = jari-jari pengurasan, ft
K = Permeabilitas, md
Biaya investasi pada dasarnya hanya dikeluarkan dalam suatu periode tertentu
saja, dan barang-barang investasi tidak akan memiliki nilai lagi setelah periode waktu
merupakan biaya keseluruhan dari pekerjaan perencanaan sumur tersebut, antara lain:
ditentukan, misalnya:
Pay Out Time (POT), yaitu panjangnya waktu yang diperlukan untuk
penghasilan bersih itu sama dengan jumlah modal yang diinvestasikan, atau
dengan kata lain bahwa POT adalah panjangnya waktu yang diperlukan untuk
Net Present Value (NPV) adalah jumlah dari Discounted Cash Flow pada
Discounted Cash Flow (DCF) = Investasi. ROR ditentukan secara trial &
error.
Suatu proyek akan bernilai ekonomis apabila memberikan harga POT sekecil
mungkin, NPV yang besar, dan ROR sebesar mungkin yang besarnya jauh lebih besar
perminyakan. Pipesim juga digunakan untuk mendesain dan juga memilih metode
2.9.1 Pengoperasian
1. Nodal Analysis
dikembangkan dengan mengkorelasi GOR (gas oil ratio) untuk minyak bumi dengan
SG Gas
SG Water
Pada menu Set Up, pilih Black Oil kemudian isikan sesuai data yang tersedia.
mendeskripsikan dinamika tekanan, volume, dan suhu dari komponen murni dan
tercampur. Umumnya properti dari thermodinamika dan aliran berasal dari persamaan
ini.
Berat jenis
SG
Pada menu Set Up, pilih Compositional kemudian isikan sesuai data yang
pada ketersediaan data sumuran dan atau lapangan. Data Black Oil umumnya
lapangan gas. Namun hal ini sangat tergantung pada ketersediaan data di lapangan.
dimana persamaan aliran dalam media berpori yang paling sering digunakan untuk
perhitungan yang dibutuhkan menggunakan data test produksi harian dan atau data
test sonolog.
Vertical Completion
Pilih notasi vertical completion, kemudian pilih Vogel Equation pada opsi
Completion Model. Pengisian data test produksi didasarkan pada test produksi
persamaan ini merupakan persamaan Darcy dan merupakan persamaan aliran fluida.
Penggunaan persamaan ini harus memiliki data yang lengkap seperti permeabilitas,
Pilih notasi vertical completion, kemudian pilih Pseudo Steady State pada opsi
Completion Model. Pengisian data test produksi didasarkan pada test produksi
Pada bagian ini, data yang di isi didapatkan dari well profile, dan kondisi operasi
Pada bagian ini, data yang di isi didapatkan dari data diagram sumur, dan kondisi
operasi sumur yang terdiri dari tubing dan pompa ESP beserta spesifikasi pompa
Gambar 2.12 Pemilihan Tubing dan Pengisian Data untuk Sumur ESP
9. Pemilihan tubing dan pengisian data (contoh menggunakan Gas Lift)
Pada bagian ini, data yang di isi didapatkan dari data diagram sumur, dan
kondisi operasi sumur yang terdiri dari tubing, lokasi valve gas lift beserta spesifikasi
terinstal untuk sumur yang bersangkutan, dan kondisi operasi injeksi gas dari
permukaan.
Gambar 2.13 Pemilihan Tubing dan Pengisian Data untuk Sumur Gas Lift
Table spesifikasi casing dan tubing merupakan tabel yang diperoleh dari pipesim
dan merupakan standar API, ASTM, ASMR, ANSI yang digunakan dalam industri.
Gambar 2.14 Cara Membuka Tabel Spesifikasi Casing dan Tubing di Pipesim
Cara melihat table spesifikasi Casing dan Tubing klik Help kemudian pilih
Data tekanan kepala sumur diperoleh dari data produksi rutin sumuran akan
apakah kondisi produksi aktual sumur sudah sama dengan kondisi reservoir dan
dari reservoir kedalam lubang sumur, sedangkan VLP (Vertical Lift Performance)
adalah kemampuan peralatan produksi (tubing, pompa ESP dan gas lift) untuk
Kemudian pilih nodal analysis dan pilih Run, kemudian akan muncul grafik
(matching).
1. PERUMUSAN MASALAH
2. METODE PENELITIAN
a. PENGAMATAN MASALAH
b. PENGUMPULAN DATA
sumur, mulai dari well profile, data produksi sumur tersebut dll.
3. PESERTA PENELITIAN
NIM :14412020
Email : irsalinanh@gmail.com
No Tlp : 082243392860
4. WAKTU PENELITIAN
Cepu, 26 09 2017
Pemohon,
Mahasiswa