Anda di halaman 1dari 3

“kapan seorang hamba menjadi seorang yang ikhlas?

Beliau menjawab, apabila akhlaknya


seperti akhlak bayi yang tidak peduli dengan pujian dan cacian yang dialamatkan padanya”-
Yahya bin Mu’adz

Indonesia beberapa bulan terakhir sampai Nopember ini sedang dilanda kemarau panjang. Semua
daerah tidak terkecuali kota Ponorogo. Tidak tanggung-tanggung bahkan suhunya pernah
mencapi 40’ C, wow luar biasa kan?. Musim kemarau ini selain petani yang mengeluh karena
sawahnya kekeringan di sisi lain juga banyak pedagang yang mendapatkna berkah karena
dagangan es mereka laku keras. Ngomong-ngomong kalau panas-panas gini , ketika kita
berkegiatan di luar ruangan dan matahari pas terik enaknya minum apa ya? Kayaknya es dawet
seger juga. Satu mangkuk murah meriah cukup untuk mengusir dahaga. Kalau mau nambah
beberapa mangkok lagi tidak akan membuat kantong kita kering.

Kalau kita berkunjung ke Ponorogo es dawet yang palin terkenal adalah es dawet jabung. Jabung
adalah nama salah satu desa di kota Ponorogo di Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa
Timur. Kawasan ini terletak sekitar 10 kilometer sebelah timur alun-alun Ponorogo. Sejumlah
warung dawet berada di sekitar perempatan yang masuk Desa Jabung, Mlarak. Kalau kita
berkunjung ke Pondok pesantren Gontor kita akan melawati desa ini dan menjumpai warung es
dawet jabung berjejer sepanjang perjalanan. Apa sih bedanya es dawet jabung dengan dawet-
dawet lainnya?.

Dawet jabung menjadi berbeda karena keunikan cara penyajiannya. Rasanya yang manis campur
gurih, keasyikan suasana warungnya hingga mitos yang berdear dari mulut ke mulut, Hal ini
membuat dawet jabung semakin mendapat tempat di hati masyarakat bukan saja dari Ponorogo
tetapi juga hingga luar daerah Ponorogo.

Dari sisi resep dawet jabung tidak jauh berbeda dengan dawet pada umumnya. Air gula merah
dicampur cendol dari sagu aren kemudian dituangi santan dan sedikit air garam. Sebagai
pelengkapnya biasanya ditambahi nangka, tape ketan hitam dan gempol yaitu semacam kue
berbentuk bulat terbuat dari tepung beras. Rasa manis bercampur gurih apalagi ditambahi es batu
menambah kesegraan es dawet ini. Kalau saya pribadi biasanya akan saya tambahkan kacang
klinci di dalamnya untuk menambah rasa gurih. Hmmm rasanya manis-manis gurih gimana gitu
hehehe.

Dari cara penyajian , Biasanya penjual dawet jabung menyajikan ke pembeli dengan mangkuk
dan lepek (tatakan). Jika pembeli belum mengetahuinya maka akan langsung diambil lepeknya
sekaligus. Tetapi tidak demikian, karena yang diambil hanya mangkuknya saja, dan lepek tetap
ditangan penyajinya. Konon katanya cara penyajian seperti ini sudah turun temurun dari nenek
moyang karena ada cerita dibalik cara penyajian ini. Mitosnya kalau lepek ikut diserahkan sang
penyaji bersedia untuk dilamar atau dinikahi. Meski gugon tuhon atau mitos tapi mayoritas
pedagang dawet tidak cukup berani untuk melanggarnya. Ada sebagian juga yang tidak
mempercayainya. Biasanya pembeli pendatang yang bukan orang asli Ponorogo akan rebutan
lepek dengan penjualnya. Hal ini karena mereka tidak tau dan pada akhirnya juga mereka akan
malu karena rebutan dengan penjualnya. Sehingga hal inilah yangmembuat mereka sungkan
untuk mengambil lepek dari penjualnya.

Sedangakn dari namanya senidri yaitu Dawet Jabung, terdapat legenda menarik hingga dan
menjadi dongeng warga sekitar desa bahkan dalam dunia literasi. Legenda tersebut menceritakan
Warok Suromenggolo tangan kanan Bupati Ponorogo Raden Bathoro Kathong perang tanding
melawan makhluk gaib Jin Gentho dan Jin Klenthing mungil yang mempunyai pusaka andalan
aji dawet upas dan menguasai Gunung Dloka. Ajian ini berbentuk cendol yang terbuat dari mata
manusia. Warok Suromenggola terkena ajian tersebut sehingga sekujur tubuhnya menderita luka
bakar dan pingsan seketika.

Warok Suromenggolo pun akhirnya ditolong oleh Ki Jabung seorang pengembala sapi. Setelah
diguyur dawet buatan Ki Jabung, seketika luka bakar Suromenggolo sembuh bahkan
kekuatannyapun bertambah dan berhasil mengalahkan Jin Gentho dan Jin Klenthing. Sebagai
ungkapan terima kasih Warok Suromenggola mendoakan kelak masyarakat Desa Jabung akan
hidup makmur dengan berjualan dawet.

BELAJAR KEIKHALASAN KI JABUNG

Ki Jabung adalah seorang pengembala sapi yang menolong warok suromenggola. Dari Ki Jabung
kita bisa belajar bahwa menolong tidak memandang siapapun. Murni karena lillahi ta’ala. Tidak
ada yang menyangka karena do’a dari orang yang masyhur dan alim seperti Warok
Suromenggola, desa Jabung menjadi desa yang makmur sampai saat ini. Menolong orang
dengan ikhlas berbalas do’a yang akan melahirkan kekuatandahsyat dan dapat dirasakan untuk
ke maslahatan umat. Seperti belajar keihlasan Ki Jabung menolong Warok Suromenggolo bisa
kita jadikan pelajaran hidup untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tentang ketulusan dan keikhlasan ini Al-Junaid berkata, “ikhlas adalah antara Allah dan
HambaNya yang tak satupun malaikat mengetahuinya sehingga mampu menuliskannya; dan tak
satupun setan mengetahuinya sehingga mampu merusaknya; serta tidak pula hawa nafsu
mengetahuinya sehingga mampu memalingkannya.

Sahl bin Abdullah pernah ditanya,” Apa yang paling berat bagi jiwa? Ia pun menjawab, “Ikhlas
karena tidak ada bagian nafsu di dalamnya.”
Ada orang yang ketika member sumbangan dan donasi mengharap diperlakukan secara istimewa.
Diberi ucapan terima kasih, dihormati dan diberi service lebih. Apabila orang yang diberi
sumbangan abai dengan tidak memberikan rasa hormat kepadanya atau tidak member service
lebih maka dia akan mengungkit-ungkit sumbangan tersebut seraya berkata,”Masak sudah
disumbang, balasannya seperti ini?” Lebih parah lagi, mereka bahkan menceritakan hal itu
kepada kolega-koleganya tanpa merasa bahwa sikapnya seperti itu telah menyakiti hati orang
yang diberi sumbangan. Mereka ini adalah orang-orang yang jah dari ikkas karena Allah.

Orang yang ikhlas adalah orang yang member maka kaum miskin dan mereka yang
membutuhkan demi mengharap keridhaan Allah. Indikator keihlasannya adalah, ia melupakan
begitu saja donasi dan pemverian-pemberiannya lalu berinteraksi dengan orang yang
disumbangnya tanpa berharap balasan, ucapan terima kasih, pujian, penghormatan, dan
penghargaan. Apabila salah satu dari orang yang disumbang itu mengabaikan haknya, dia tidak
mencela serta mengungkit-ungkit pemberiannya itu. Hak ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharap keridhaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(Al-
Insan: 9)

Kesimpulannya , makna ikhlas adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Sahl bin Abdullah at-
Tustari bahwa, “gerak dan diamnya seorang hamba baik kesenderian maupun ramai itu karena
Allah Ta’ala semata, dan tidak tercampuri sesuatu hawa nafsu mapupun dunia.

Dihubungkan dengan keikhlasan

Anda mungkin juga menyukai