Anda di halaman 1dari 15

Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Code - Mixing and Code – Switching

Code – mixing atau disebut juga dengan campur kode dan code – switching yang dalam bahasa
Indonesia disebut alih kode.

Alih kode dan campur kode adalah fenomeayang sering terjadi dikehidupan kita dan sangat
jarang pula diperhatikan oleh kebanyakan orang.

Pada kesempatan ini kami akan meneliti secara mendalam tentang pengertian dan unsur-unsur
penyebab terjadinya alih kode dan camour kode.

ABSTRAK

Alih kode dan campur kode adalah salah satu fenomena kebahasaan yang sering sekali terjadi
dikalangan masyarakat, baik masyarakat bilingual, multilingual dan monolingual. Hal ini kurang
mendapat perhatian dikalangan orang-orang yang kurang memperhatikan atau kurang terpusat
dalam dunia kebahasaan atau kebudayaan. Tapi bagi seorang peneliti bahasa atau peneliti
fenomena budaya hal ini akan menjadi suatu bahasan mnarik. Oleh karena itu kami ingin
membuat penelitian yang bisa mengungkapkan hal tersebut diatas, dengan lebih ringan dan bisa
dipahami semua kalangan, bukan hanya ahli bahasa ataupun peneliti budaya. Dijaman seperti
sekarang yang kabanyakan masyarakatnya multilingualism sangat sulit sekali untuk menghindari
alih kode atau campur kode. Tapi dalam menggunakan ali kode dan campur kode kita harus
mengetahuibatasan-batasan yang berlaku agar tidak terjadi tumpang tindih bahasa dan
kebingungan dalam memahami bahasa.

• Khnert, Yim, Nett, Kan, and Duran (2005)

state that code-switching is an effective communication mode available to

proficient bilingual speakers for interactions with other individuals who share

both languages.

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

PENGERTIAN

Alih kode atau code – switching adalah suatu perilaku berbahasa seseorang dari satu bahasa ke
dalam bahasa lain. Jadi seseorang itu merubah bahasanya dari bahasa satu ke bahasa lain, secara
keseluruhan. Berikut ini ada beberapa konsep tantang alih kode atau code – switching;

• Nababan (1991: 31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian
pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke
ragam lain, misalnya ragam akrab; atau dari dialek satu ke dialek yang lain; atau dari
tingkat tutur tinggi, misalnya kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah,
misalnya, bahasa ngoko, dan sebagainya.

• Kridalaksana (1982: 7) menegaskan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk


menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain
disebut alih kode.
• Code-switching is defined as the alternation of two languages within a single discourse,
sentence, or constituent. Intersentential alternations occur when the switch is made across
sentence boundaries (Grosjean, 1982; Torres, 1989)

Dari beberapa pengertian diatas kami dapat menyimpulkan baha alih kode adalah suatu
perubahan dalam berbahasa yang digunakan seseorang dengan cara merubah ragam bahasa,
merubah dialek bahasa atau kelas bahasa, perubahan yang terjadi secara keseluruhan dalam satu
konteks kalimat atau masalah.

“Nice to meet you. I’m Jim. Boleh saya duduk disini? May I sit here?”

Dari contoh diatas dapat kita lihat sebuah alih kode yang terjadi, seorang native English speaker
menggunakan alih kode terebut saat bicara dengan lawan bicara yang orang Indonesia.

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Campur kode atau Code – Mixing adalah penggunaan unsur-unsur bahasa, dari satu bahasa
melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain. Jadi bisa dibilang juga pencampuran lebih dari
satu bahasa dalam proses komunikasi.

• Beardsmore, 1982: 40, campur kode atau interferensi mengacu pada penggunaan unsur
formal kode bahasa seperti fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam suatu konteks dari
satu bahasa ke dalam bahasa yang lain.
• Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa menjadi lain bilamana
orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa
yang menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian
penutur dan/atau kebiasaanya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian disebut
campur kode. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Ciri
yang menonjol dari campur kode ini adalah kesantaian atau situasi informal. Kalau
terdpat campur kode dalam keadaan demikian, hal ini disebabkan karena tidak ada
ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau
ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing)
• Hamers dan Blanc (1983: 78) mengemukakan bahwa interferensi dapat terjadi dalam
bidang fonologi, sintaksis dan semantik. Jika interferensi dalam bidang semantik tidak
dianggap sebagai pengaruh asing, maka campur kode ini bersifat permanen dan disebut
kalimat integratif.

Intinya campur kode adalah suatu pencampuran dalamkomunikasa tapi masih dalam tahap
fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam satu konteks.

Macam-macam alih kode dan campur kode


Alih kode

1. Jenis alih kode : alih bahasa, alih ragam bahasa, alih tingkat tutur;
2. Tataran alih kode: tataran fonologi, tataran fonem, tataran kata atau frase;
3. Sifat alih kode: alih kode sementara,alih kode tetap atau permanen;
4. Faktor penyebab alih kode: pribadi pembicara, hubungan pembicara dengan mitra
pembicara, topik atau subtopik.

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Campur kode

1. Jenis campur kode: campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur.
2. Tataran campur kode: tataran fonem, tataran morfem, tataran kata atau frasa, tataran
kalimat.
3. Sifat campur kode: campur kode sementara, campur kode tetap atau permanen.

Penyebab alih kode dan campur kode


Terjadinya alih kode dan campur kode ini sangat beraneka ragam penyebabnya,

Grosjean (1982) suggests some


reasons for code-switching. For example, some bilinguals mix two languages
when they cannot find proper words or expressions or when there is no
appropriate translation for the language being used. Also, their interlocutors,
situations, messages, attitudes, and emotions generate code-mixing

dari pernyataan diatas ada satu alas an dalam penggunaan campur kode dan alih kode adalah jika
kita tidak bisa menemukan kata atauterjemahan yang tepat dan sempurna dari bahasa sumber.
Grosjean (1982), code-switching can also be used for many
other reasons, such as quoting what someone has said (and thereby
emphasizing one’s group identity), specifying the addressee (switching to the
usual language of a particular person in a group will show that one is
addressing that person), qualifying that has been said, or talking about past
events.
Pernyataan selanjutnya ini bermaksud alih kode bisa digunakan jika seseorang atyau pembicara
atau penulis ingin membuat penyataan tentang apa yang telah orang lain katakan seperti hasil
wawancara dan quote

Penyebab terjadinya alih kode dan campur kode adalah sebagai berikut :
1. Pembicara dan pribadi pembicara.

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Pembicara kadang dan bisa sering menggunakan alih kode dan campur kode dikarenakan
pribadi pembicara, hal inisangat relative dan tidak bisa di justifikasi dengan ukuran yang
mutlak.
2. Lawan bicara
Lawan bicara juga akan mempengaruhi terjadinya alih kode dan campur kode, jika
pembicara dan lawan bicara berasal dari satu bahasa maka akan lebih kecil terjadi alih
kode dan campur kode. Tetapi jika pembicaraan dwi bahasa terjadi maka alih kode dan
campurkode akan sering terjadi untuk menciptakankenyamana dalam berbicara.
3. Tempat dan waktu bicara
Tempat yang resmi akan lebih sedikti menciptakan alih kode dan campur kode, karena
biasanya pembicara akan lebih mempersiapkan materi nya.
4. Topic pembicaraan
Pengkhususan topic akan mengurangi alih kode dan campur kode
5. Tingkat bahasa orang-orang yang terlibat
Semakin tinggi tingkat bahasa orang yang terlibat semakin tinggi pula kemungkinan alih
kode dan campur kode terjadi.

Contoh alih kode dan campur kode

Contoh ini mengenai sebuah wawancara seorang pewawancara dengan sorang native dari
Australia.

Responden (R)

Nama: James Andrew Moloch

Jenis Kelamin: Laki-laki

Usia: 32 tahun

Tempat Kelahiran: Australia

Bahasa Ibu: Bahasa Inggris

Bahasa lain yang dikuasai: Bahasa Indonesia

Pekerjaan: Karyawan Perusahaan Multimedia

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Responden dipilih berdasarkan hasil pengamatan, ketika ia terlibat percakapan dengan salah
seorang instruktur Bahasa Inggris ditempat kursus tersebut, yaitu:

Mediator (X)

Nama: Joko Subiantoro

Jenis Kelamin: Laki-laki

Usia: 30 tahun

Tempat Kelahiran: Bandung

Bahasa Ibu: Bahasa Indonesia

Bahasa lain yang dikuasai: Bahasa Inggris, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa.

Pekerjaan: Instruktur Bahasa Inggris selama 5 tahun

Data pewawancara adalah sebagai berikut:

Pewawancara (P)

Nama: R.A. Kanya V. Devi

Jenis Kelamin: Perempuan

Usia: 36 tahun

Tempat Kelahiran: Bandung

Bahasa Ibu: Bahasa Indonesia

Bahasa lain yang dikuasai: Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Bahasa Itali,

Bahasa Perancis, dan Bahasa Belanda

Pekerjaan: Penulis

Hasil pengamatan dan wawancara dengan responden telah ditranskripsikan (terlampir) untuk
dianalisis.

ANALISIS DATA

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Hasil pengamatan dan wawancara tersebut menjadi data utama yang dibagi menjadi 4 bagian
sesuai dengan konteks pembicaraan. Analisis data mendeskripsikan jenis, tataran, sifat, dan
faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.

Data 1

X: S’cuse me. Are you waiting for someone? (1)

R: Yes, I’m picking up my wife. She’s studying here.(2)

X: Oh, why don’t you come in? It’s raining.(3)

R: No, No, terima kasih. Saya cuma tunggu sebentar istri saya.(4)

X: I don’t think so. It’s Friday. The classes won’t finish until 5 o’clock.

Come on in. By the way, my name’s Joko.

I am one of the instructors here. (5)

R: Nice to meet you. I’m Jim. Boleh saya duduk disini? May I sit here?(6)

X: Of course, make yourself comfortable. By the way, which class is

your wife in?(7)

R: She’s in the Elementary class. Etty. She just started 3 days ago. (8)

X: Ooh, Etty. The one with long straight dark hair and glasses?

Your wife’s very pretty.(9)

R: Yeah, that’s my wife.(10)

Keterangan Data 1

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan.


2. Topik dan subtopik Pembicaraan
Topik Pembicaraan: membuka percakapan
Subtopik: cuaca (hujan)
3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa
Fungsi kalimat (1): membuka percakapan
Fungsi kalimat (2): menjelaskan keadaan
Fungsi kalimat (3): memberikan tawaran
Fungsi kalimat (4): menolak tawaran
Fungsi kalimat (5): mengajak berkenalan

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Fungsi kalimat (6): menyambut perkenalan


Fungsi kalimat (7),(8),(9),(10): menjalin keakraban
4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur
Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1, 2, dan 3). Bahasa
yang kemudian digunakan adalah bahasa Indonesia dengan tingkat tutur biasa (kalimat
4). Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam santai/non-formal dan sopan.

Dari analisis data 1 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada
kalimat (4) dan (6). Alih kode pada data 1 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai
berikut :

1. Jenis alih kode adalah alih kode bahasa


2. Tataran alih kode adalah tataran kalimat
3. Sifat alih kode sementara tergantung situasi
4. Faktor penyebab alih kode ialah Responden (R) pada kalimat (4) menggunakan bahasa
lain (bahasa Indonesia) dengan maksud membangun keakraban sekaligus menghormati
tuan rumah dengan memberikan isyarat bersedia berbicara dalam bahasa asli tuan rumah.
Sedangkan alih kode pada kalimat (6) lebih disebabkan rasa ragu pada Responden untuk
memilih apakah menuruti keyakinannya untuk menghormati tuan rumah atau mengikuti
keinginan tuan rumah yang selalu bertanya bukan dengan bahasa tutur aslinya.

Pada dialog 1 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.

Campur kode Data 1 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. Jenis campur kode ialah campur bahasa


2. Tataran campur kode ialah tataran kalimat
3. Sifat campur kode sementara
4. Faktor penyebab campur kode ialah perbedaan tujuan dalam menggunakan bahasa; yang
satu ingin menghormati bahasa lawan bicaranya, sementara lawan bicaranya ingin
mempraktekkan/melatih kemampuan bahasa asingnya.

Data 2

X: I’m sorry to bother you er…, Jim. But, do you think you could do me a favor?(1)

R: Mengenai (baca: menggenay) istri saya?(2)

X: No, No, Bukan. Kebetulan saya kedatangan tamu, a Writer.

She’s conducting a survey on bilingualism. She’s looking for an English native

speaker who also speaks Bahasa Indonesia for an interview. So, do you think you

could help her?(3)

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

R: Yes, of course, with pleasure. While I’m waiting for my wife……(4)

X: Oh, thank you so much. It’s really kind of you. Now, let me introduce you to my

visitor. Ms. Kanya, this is James Andrew er…(5)

R: Moloch…. But, please call me Jim.(6)

P: Hi! Nice to see you. My name is Kanya.(7)

X: OK, I think I can leave you two together. I’ll be around if you need me. (8)

P: Thanks Mr. Joko….

Well, Jim…., eh.. saya panggil Jim saja, ya?(9)

R: Ya, ya.(10)

Keterangan Data 2

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan.


2. Topik dan subtopik Pembicaraan
Topik Pembicaraan: meminta bantuan
Subtopik: perkenalan
3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa
Fungsi kalimat (1): mengajukan permintaan
Fungsi kalimat (2): meminta penjelasan maksud permintaan
Fungsi kalimat (3): memberikan penjelasan
Fungsi kalimat (4): mengabulkan permintaan
Fungsi kalimat (5): berterima kasih dan memperkenalkan dua pihak
Fungsi kalimat (6),(7),(8),(9),(10): menjalin perkenalan
4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur
Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1). Bahasa yang
kemudian digunakan adalah bahasa Indonesia (kalimat 2, 3 dan dua kalimat terakhir)
dengan tingkat tutur tinggi (kalimat 1, 3, 4, 5). Ragam bahasa yang digunakan adalah
ragam sopan dan formal dengan sedikit nuansa santai di dua kalimat terakhir.

Dari analisis data 2 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada
kalimat (2), (3),(9) dan (10). Alih kode pada data 2 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah
sebagai berikut :

1. jenis alih kode adalah alih kode bahasa, ragam bahasa, dan tingkat tutur.
2. tataran alih kode adalah tataran kalimat dan frase
3. sifat alih kode adalah sementara menyesuaikan dengan situasi

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

4. faktor penyebab alih kode ialah: Responden (R) terpengaruh lawan bicara (pada kalimat 2
dan 4), Pewawancara bermaksud membangun keakraban (pada kalimat 7 dan 9),
Mediator menyesuaikan dengan suasana (pada kalimat 3, 5 dan 8).

Pada dialog 2 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.

Campur kode Data 2 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. jenis campur kode ialah campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur
2. tataran campur kode ialah tataran kalimat, kata, fonem
3. sifat campur kode sementara
4. faktor penyebab campur kode ialah pengaruh bahasa asli penutur (kalimat 2), penegasan
(kalimat 3), dan keinginan menciptakan suasana akrab.

Data 3

P: I was surprised when I heard you speak Bahasa Indonesia just now. I think you are the

right person for the interview. Mudah-mudahan tidak terlalu lama. Bisa kita mulai

sekarang?(1)

R: Well, boleh. Apa yang ingin(baca: inggin) Ibu tanyakan?(2)

P: Pertama-tama saya ingin tahu a few details, nama, usia, alamat, pekerjaan,… untuk

kelengkapan data responden saya.(3)

R: Nama lengkap saya James Andrew Moloch, saya berasal dari Australia, saya tinggal

di Jalan Kiputih(baca: keyputi), menyewa rumah(baca: ruma) saya di sana. Saya

disini sudah hampir dua tahun.(4)

P: Your age? Occupation?(5)

R: Oh, saya lahir tahun tujuh dua(baca: tuju dwa). Saya bekerja di sebuah(baca:

sebwa) perusahaan multimedia.

Sebelumnya saya bekerja di anak perusahaan TELKOM sebagai consultant. Lima

bulan saya sudah bekerja di perusahaan yang sekarang ini. Saya mengerjakan design

animasi. (6)

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Keterangan Data 3

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan.


2. Topik dan subtopik Pembicaraan
Topik Pembicaraan: meminta keterangan lebih banyak
Subtopik: data Responden
3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa
Fungsi kalimat (1): meminta ijin mewawancarai
Fungsi kalimat (2): mengabulkan permintaan wawancara
Fungsi kalimat (3): menanyakan data Responden
Fungsi kalimat (4): menceritakan tentang diri
Fungsi kalimat (5): bertanya lebih lanjut.
Fungsi kalimat (6): bercerita lebih banyak
4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur
Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1), yang kemudian
segera berganti menjadi dominan bahasa Indonesia. Tingkat tutur yang digunakan adalah
tingkat tutur biasa. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam sopan dan akrab.

Dari analisis data 3 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada
kalimat (1). Alih kode pada data 3 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :

1. jenis alih kode adalah alih kode bahasa


2. tataran alih kode adalah tataran kalimat
3. sifat alih kode adalah sementara menyesuaikan dengan situasi
4. faktor penyebab alih kode ialah: membangun keakraban

Pada dialog 3 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.

Campur kode Data 3 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. jenis campur kode ialah campur bahasa


2. tataran campur kode ialah tataran kalimat, kata, fonem
3. sifat campur kode sementara
4. faktor penyebab campur kode ialah penyingkatan istilah (kalimat 3 dan 5) dan
kenyamanan menggunakan bahasa asli penutur (kalimat 2 dan 4)

Data 4

P: Bahasa Indonesianya sudah lancar sekali. Apakah sebelum datang ke Indonesia pernah

belajar bahasa Indonesia secara khusus? (1)

R: Memang. Sebelum dikirim kesini, saya mempunyai(baca: mempunyjay) pelatihan

Bahasa Indonesia sekiranya 4 bulan. Tetapi sebelumnya juga saya pernah belajar

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

sedikit-sedikit dari murid Indonesia yang homestay. Itu waktu saya belajar di High

School. (2)

P: And what made you interested in Bahasa Indonesia? Or maybe you were more

interested in the country, Indonesia, I mean.(3)

R: Well, first I got interested in the language. Waktu berkata bilang-bilang dengan

Andi yang dulu itu homestay, kelihatan pada saya bahasa Indonesia mudah; tidak

ada pengubahan tenses. Saya cuma harus banyak ingat kata-kata. Tetapi cerita my

uncle confirmed cerita Andi tentang the beauty of Indonesia. My uncle banyak

sekali datang ke Indonesia, ke macam-macam tempat, macam-macam pulau. He loves

Indonesia very much, especially Borneo, Kalimantan. Jadi, sejak itu saya punya

Keinginan(baca: keyngginan) datang ke Indonesia. Saya mau(baca: maw) lihat

Indonesianya sendiri. Jadi, waktu ada job offer untuk ke Indonesia, saya melamarkan

untuk pekerjaan itu. (4)

P: Apa ada kesulitan-kesulitan khusus ketika belajar bahasa Indonesia selama 4 bulan?

Itu program intensif perusahaan, ya?(5)

R: Ya, itu kerjasama antara agent dengan Australian Embassy. Itu program bagus.

Pengajar-pengajar juga bagus-bagus. Saya juga enjoy. Tetapi saya waktu itu juga

punya kesulitan …masalah. Sampai sekarang saya belum betul-betul mengerti the use

of affix in Bahasa Indonesia; dan saya juga tidak begitu bagus pilih-pilih kata yang

pas, semisalnya kata “boleh”, “bisa”, “dapat”, lalu kata “ingin”, “mau”, “akan”, atau

kata-kata “punya”, “mengalami”, “mensele..” apa itu.. “menselenggerakan”..(6)

P: Menyelenggarakan?…(7)

R: That’s it; dan kata “mengadakan”…..

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Selainnya itu juga saya pada mulanya merasa sulit menangkap pembicaraan di film-

film, sangat cepat. Bahasa yang saya belajar sangat berbeda dengan daily

conversation. Tetapi sekarang saya sudah sering, sudah biasa. (8)

P: Ada kesulitan dengan pengucapan, pronunciation?(9)

R: Well, mungkin ada juga. Tapi saya rasa tidak banyak. Saya tahu ada beberapa huruf

tidak dibunyikan. Bahasa Indonesia saya kira mirip Bahasa Jerman, tidak banyak

beda antara tulisan dan bacaan. Tapi intonation saya masih belum bisa mengikuti.(10)

P: Sewaktu kerja di anak perusahaan TELKOM, apakah menggunakan bahasa Indonesia

untuk rutinitas kerja?(11)

R: Iya, itu yang saya menyesal. Waktu itu orang-orang di kantor… well, they hired an

English instructor and asked me to speak English on every occasion, supaya mereka

latihan; ada program mengirim employees untuk training di luar negeri, in turns. (12)

P: So how do you improve your Indonesian, then?(13)

R: I have a best friend, a local friend. Kita sering ketemu. Actually, he’s the one who first

introduced me to my wife. He’s a graduate from Monash. Dia ajak saya kerja di kantor

saya sekarang. (14)

P: OK, then, Jim, I think I’ve had enough for my report. Terima kasih banyak. It’s really

nice talking to you.(15)

R: Sama-sama.(16)

Keterangan Data 4

1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan.


2. Topik dan subtopik Pembicaraan
Topik Pembicaraan: kemampuan dwibahasa Responden
Subtopik: cara Responden memperoleh dan mengembangkan bahasa asing
3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa
Fungsi kalimat (1): menanyakan pelatihan bahasa Indonesia Responden

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Fungsi kalimat (2): menjelaskan pelatihan bahasa Indonesia


Fungsi kalimat (3): menanyakan motivasi Responden berdwibahasa
Fungsi kalimat (4): menjelaskan alasan berdwibahasa
Fungsi kalimat (5): bertanya tentang kesulitan belajar bahasa Indonesia
Fungsi kalimat (6): menjelaskan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia
Fungsi kalimat (7): mengoreksi kata
Fungsi kalimat (8): menyetujui koreksi kata
Fungsi kalimat (9): bertanya tentang kesulitan pengucapan
Fungsi kalimat (10): menjelaskan tentang pengucapan
Fungsi kalimat (11): bertanya tentang penggunaan bahasa Indonesia di tempat kerja.
Fungsi kalimat (12): menjelaskan kurangnya kesempatan berbahasa Indonesia
Fungsi kalimat (13): menanyakan cara meningkatkan kemampuan dwibahasa
Fungsi kalimat (14): menjelaskan cara meningkatkan kemampuan dwibahasa
Fungsi kalimat (15): berterimakasih telah bersedia diwawancara
Fungsi kalimat (16): menunjukkan sikap akrab
4. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur
Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Inggris (kalimat 1), yang kemudian
segera berganti menjadi dominan bahasa Indonesia. Tingkat tutur yang digunakan adalah
tingkat tutur biasa. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam sopan dan akrab.

Dari analisis data 4 dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada
kalimat (3, 4, 12, 13, 14, 15)). Alih kode pada data 4 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah
sebagai berikut :

1. Jenis alih kode adalah alih kode bahasa


2. Tataran alih kode adalah tataran kalimat
3. Sifat alih kode adalah sementara menyesuaikan dengan situasi
4. Faktor penyebab alih kode ialah: mempraktekkan dan menguji kemampuan dwibahasa
masing-masing

Pada dialog 3 terjadi campur kode. Responden melakukan campur kode bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.

Campur kode Data 3 dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:

1. Jenis campur kode ialah campur bahasa


2. Tataran campur kode ialah tataran kalimat, kata, fonem
3. Sifat campur kode sementara
4. Faktor penyebab campur kode ialah pemilihan istilah yang tepat (8, 9), ketidak-tahuan
padanan kata(2, 5, 6, 8), dan kenyamanan menggunakan bahasa asli penutur (4, 10, 12)

Contoh diambil dari

http://doeniadevi.wordpress.com/2009/10/20/perihal-alih-kode-code-switching-dan-campur-
kode-code-mixinginterference-dalam-kedwibahasaan/

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id
Linguistics 2010 Code Mixing and Code SwitchingTM

Konklusi
dari sedikitpenelitan diatas semoga tercapai kepahaman dalam bahasa alih kode dan campur kode
sehngga tercipta penggunaan yang tepat dan tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari.

References

http://doeniadevi.wordpress.com/2009/10/20/perihal-alih-kode-code-switching-dan-campur-
kode-code-mixinginterference-dalam-kedwibahasaan/

http://anaksastra.blogspot.com/

Reasons and Motivations for Code-Mixing and Code-Switching by Eunhee Kim TESOL 5th
semester, Spring 2006 Issues in EFL Vol.4 No.1

http://rizalfikry.com http://originalresearch.blog.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai