Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS

MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN APLIKASI CAKE
DENGAN PENERAPAN METODE ESA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SECARA DARING

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN SOSIAL HUMANIORA

DISUSUN OLEH:

Nama Nim: / Angkatan: 201


Nama Nim: / Angkatan: 201
Nama Nim: / Angkatan: 201

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA


KOLAKA
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2
1.2 Tujuan Khusus Penelitian............................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian........................................................................................ 4
1.4 Keutamaan Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Temuan yang ditargetkan............................................................................. 5
1.6 Konstribusi Penelitian ................................................................................. 6
1.7 Luaran
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 7
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................................. 12
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ........................................................... 18
4.1 Anggaran Biaya ............................................................................................ 19
4.2 Jadwal Kegiatan ........................................................................................... 20
BAB 5. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 22
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pendamping ........................ 23
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ................................................................... 24
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas ....................... 25
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ............................................................. 26
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ............................................. 26


Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan............................................................................................... 26
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengajaran Bahasa Inggris pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik dan benar.
Pengajaran bahasa Inggris di tingkat SMP merupakan kondisi yang sangat baik untuk
perkembangan bahasa Inggris di Indonesia karena siswa akan mendapatkan
penguasaan bahasa Inggris yang lebih baik jika mempelajarinya sejak dini. Menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 20/2003 pasal 17 tentang pendidikan
dasar disebutkan bahwa SMP adalah salah satu jenjang pendidikan dasar di Indonesia.
Jika suatu bangsa ingin maju di bidang pendidikan, maka harus ada upaya
pengembangan potensi dan bakat peserta didik. Untuk mengembangkan potensi dan
bakat siswa dilakukan melalui proses pembelajaran. Dengan proses pembelajaran yang
baik dan berkualitas, maka mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan,
dan bekal untuk menghadapi berbagai kemajuan dan tantangan zaman. Seiring dengan
kemajuan jaman, berkembang pula teori-teori pembelajaran. Teori pembelajaran ini
dapat dijadikan bekal oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
dilaksanakan sehingga tercipta iklim pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu
indikator kemajuan bangsa ditentukan sejauh mana kualitas pendidikannya. Dengan
pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Untuk menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris
dibutuhkan motivasi belajar yang di milikinya. Siswa yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi cenderung prestasinya pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa
yang motivasi belajarnya rendah akan rendah pula prestasi belajarnya (Purwanto :
2005). Karena tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha
atau semangat seseorang untuk bereaktivitas dan tentu saja tinggi rendahnya
seseorang untuk akan menentukan hasil yang diperoleh. Terlebih lagi disaat
pandemic sekarang ini karena itu guru harus mampu memanfaatkan teknologi
sebagai media ajar agar dapat memudahkan dalam pembelajaran daring sehingga
dapat dengan mudah mentransferkan ilmu nya kepada peserta didik. Salah satu
komponen yang penting yang harus dikuasai dalam belajar bahasa Inggris adalah
kosakata.
Menurut Nurrita (2018) manfaat dari media pembelajaran adalah, pertama,
memberikan pedoman bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga
dapat menjelaskan materi pembelajaran dengan urutan yang sistematis dan
membantu dalam penyajian materi yang menarik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Kedua, dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa
sehingga siswa dapat berpikir dan menganalisis materi pelajaran yang diberikan oleh
guru dengan baik dengan situasi belajar yang menyenangkan dan siswa dapat
memahami materi pelajaran dengan mudah.
Mempelajari kosakata berarti mengenali nama-nama benda. Ini melibatkan lebih
dari sekedar mengetahui sebuah kata. untuk benar-benar mengetahui sebuah kata,
seorang siswa harus memiliki banyak keterpaparan pada kata tersebut. Siswa juga
harus menguasai arti, ejaan, pengucapan, dan penggunaan kata dalam komunikasi.
Dimana di era new normal ini menyebabkan pembelajaran tatap muka terhenti untuk
beberapa bulan dan guru diharuskan untuk menggunakanberbagai macam teknologi
sebagai media belajar mengajar antara guru dan siswa.
Berdasarkan latar belakang yang di paparkan penulis di atas bahwa Menghadapi
pembelajaran daring yang sangat panjang waktunya, yang sudah dilaksanakan
hampir setahun, maka perlu inovasi guru dalam penyelenggaraannya. Oleh karena
itu, untuk memudahkan guru dalam memberikan pengajaran kepada siswa peneliti
mencoba untuk mengusulkan sebuah metode yang dikombinasikan dengan aplikasi
belajar bahasa Inggris yaitu aplikasi Cake yang dijamin dapat menarik minat siswa
dan memotivasi siswa untuk belajar bahasa inggris karena siswa dapat interaktif
berkomunikasi dalam fitur yang tersedia pada aplikasi Cake tersebut. Sehingga guru
tidak hanya bergantung pada aplikasi Whatsapp saja untuk megajar siswa bahasa
Inggris

1.2 Tujuan Khusus Penelitian


Sesuai dengan masalah pada latar belakang di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui adakah pengaruh dari penerapan metode Montessori yang
dipadukan dengan aplikasi Duolingo terhadap penguasaan kosakata bahasa Inggris
siswa di SMP 1 Latambaga.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti mengenai aplikasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa di sekolah
serta dapat menjadi salah satu dasar, acuan, dan masukan pengembangan
aplikasi-aplikasi belajar bahasa Inggris selanjutnya yang berkolaboraasi dengan
peneliti bidang IT.
2. Bagi guru
a. Sebagai masukan dalam meningkatkan dan memperluas pengetahuan serta
wawasan dalam memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatkan kreatifitas guru untuk menggunakan teknologi dalam mengajar.
3. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan dan membangkitkan keaktifan, kreatif serta semangat
belajar siswa terhadap penguasaan kosakata bahasa Inggris selama pembelajaran
daring
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat memberikan masukan terhadap penggunaan
teknologi dan metode belajar yang dapat membuat peserta didik mudah untuk
belajar menguasai kosakata agar dapat berkomunikasi bahasa Inggris dengan
lancar dan fasih.

1.4 Keutamaan Penelitian


Penelitian ini merupakan sarana untuk melihat kenyataan sosial dalam
pembelajaran daring di sekolah pada mata pelajaran bahasa Inggris pandemic covid
maupun setelahnya. Dalam hal ini mengajar menggunakan metode ESA membuat
siswa aktif dalam belajar kosakata dengan dipadukan aplikasi Cake dimana teknik
latihan berbicara bahasa Inggrisnya dapat dilakukan bergantian antara peserta didik
dengan Artificial Intelegent (AI) sehingga membuatnya mudah dan menyenangkan
untuk digunakan. Siswa juga dapat menggunakannya secara santai tanpa tekanan, dan
lebih ampuh diterima dan diserap oleh siswa karena fleksibilitasnya. Karena aplikasi
ini dijalankan dengan ponsel cerdas dengan operasi Android maupun OS dan
mengetahui jumlah pemakai android di SMPN 1 Kolaka yang cukup banyak serta
tingkat pemahaman siswa terhadap materi Bahasa Inggris yang rendah maka aplikasi
Cake ini cocok digunakan oleh siswa sebagai media untuk menambah pengetahuan
siswa pada aspek listening dan speaking dengan menggunakan aplikasi ini. Walaupun
penelitian tentang metode ESA telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti
sebelumnya namun perpaduan metode ESA dengan aplikasi Cake dalam
pembelajaran ini merupakan penelitian perintis dalam ilmu pendidikan dengan
tentunya mengedepankan teori para ahli dalam pelaksanaannya.

1.6 Temuan Yang Ditargetkan


Temuan yang ditargetkan yang ditargetkan dalam penelitian ini diperoleh data
dan informasi mengenai penggunaan metode Esa berbantuan aplikasi Cake dalam
pembelajaran bahasa Inggris siswa. Cake dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa
Inggris.

1.7 Konstribusi Penelitian


Penelitian ini memberikan sumbangsih terhadap khazanah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan pembelajaran daring selama masa pandemic covid maupun
setelahnya dan juga memberikan kemudahan bagi guru untuk mengajarkan bahasa
Inggris kepada siswa tanpa perlu kerepotan mengumpulkan media ajar yang interaktif
sehingga dapat dijadikan sebagai alat bantu praktis dalam mengajarkan bahasa
Inggris. Serta menjadikan guru agar peka terhadap penggunaan teknologi dalam
mengajar

1.8 Luaran Penelitian


Hasil penelitian ini akan dipublikasikan ke dalam jurnal nasional terakreditasi
dan/atau akan diseminarkan dalam seminar nasional terakreditasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Montessori


Tomlinson (2013) dalam Vikasari (2020:78) menyatakan bahwa ESA adalah
metode bagaimana membangun minat siswa terhadap suatu topik yang dianggap
bermasalah oleh seorang guru dalam pembelajaran. Guru juga harus tahu cara
membangun dan mengontrolnya. Dalam hal ini guru harus memberikan perhatian dan
motivasi kepada siswa sebagai sasaran pembelajar. Selain itu, metode ini disarankan
untuk mendorong siswa menunjukkan pendapat, pengetahuan, dan bahasanya dengan
baik.

Harmer (2001: 25) sebagaimana dikutip oleh Yuniarti mengatakan bahwa tiga
unsur yang harus ada dalam proses pembelajaran yaitu Engage, Studi, dan Activate.
Engage adalah salah satu elemen dalam proses pembelajaran dimana guru berusaha
untuk membangkitkan emosi siswa. Studi adalah fase belajar lainnya di mana siswa
berkonsentrasi pada pembelajaran bahasa dan bagaimana bahasa itu dibangun. Unsur
terakhir adalah Activate yaitu fase dimana peserta didik melakukan aktivitas atau
latihan untuk membuat siswa menggunakan bahasa dengan bebas dan lebih
komunikatif.

Engage, untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa, guru harus


memperhatikan siswa dan melibatkan mereka secara emosional. Siswa yang terlibat
seringkali berprestasi lebih baik dan berperilaku lebih baik. Beberapa kegiatan yang
melibatkan siswa antara lain, permainan, cerita, musik, dan gambar. Kegiatan ini
dapat digunakan untuk mengarahkan pada target konten bahasa untuk pelajaran.

Study, selama bagian pelajaran, fokusnya ada pada bahasa dan bagaimana
bahasa itu dibangun. Informasi baru atau revisi dari informasi sebelumnya dapat
dimasukkan. Guru dapat menggunakan berbagai gaya untuk menyajikan informasi,
dengan fokus pada tata bahasa, kosa kata pada pengucapan. Gaya mengajar guru
meliputi cara guru menyajikan materi dan pembelajaran kepada siswa yaitu dengan
bekerja dalam kelompok. Bahasa Inggris tertulis dan lisan termasuk dalam segmen
kelas ini dan gaya belajar individu merupakan pertimbangan utama.

Aktivate, fase ketiga ESA ini mengacu pada penggunaan dan praktik fokus
bahasa di segmen studi pelajaran. Latihan dan kegiatan dirancang bagi siswa untuk
menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi dan melatih apa yang telah mereka
pelajari. Tanpa elemen pengaktifan, siswa akan kesulitan memanfaatkan pengalaman
kelas mereka ke dalam situasi komunikasi yang nyata. Beberapa di antaranya,
pengaktifan kegiatan antara lain bermain peran, debat, menulis cerita puisi, dan
diskusi.

ESA

ENGAGE STUDY ACTIVATE

Figure 2.1 ESA Straight Arrows sequence

Engage, Study, Activate adalah elemen dasar dari pengajaran bahasa yang
sukses. Dengan menggunakannya urutan di atas, guru akan melakukan hal yang
terbaik untuk mempromosikan keberhasilan siswa melalui berbagai teori dan
prosedur. Urutan tersebut fleksibel untuk diterapkan di kelas pembelajaran bahasa
Inggris. Langkah-langkah dalam metode ini ESA mudah dipahami dan diingat.
Metode ESA ini juga memfasilitasi guru untuk membimbing siswa dalam belajar.
Selain itu, urutan ESA Straight Arrows sangat memandu siswa. Ini sangat
berguna bagi siswa yang berada di tingkat pra-menengah bawah. Semakin rendah
level siswa, semakin banyak panduan yang dibutuhkan. Siswa dapat dibimbing
langkah demi langkah dalam urutan Panah Lurus ESA ini. Mereka tidak akan bingung
jika mereka mengikuti tahapan urutan ESA Straight Arrows ini.

2.2 Aplikasi Cake

Mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi


informasi dan komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning
membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat diakses setiap saat dan
visualisasi materi yang menarik. Mobile learning merupakan bagian dari e-Learning,
namun lebih condong kepada pemanfaatan kecanggihan telepon seluler. Mobile
learning menyediakan materi pelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan
saja dengan tampilan yang menarik (Quin : 2000 dalam Liana : 2018). Berdasarkan
pernyataan tentang mobile learning di atas maka penulis, dalam penelitian ini,
membahas khusus tentang aplikasi Cake

Cake merupakan salah satu aplikasi khusus untuk belajar bahasa Inggris.
Aplikasi ini ditawarkan oleh sebuah perusahaan bernama playlist Corporation, dan
aplikasinya hanya berukuran 7,3 MB saja. Meski aplikasi ini baru dirilis pada tahun
2018, namun jumlah unduhannya sudah melampaui 10 juta kali unduhan. Hal ini
membuktikan bahwa aplikasi Cake memang menjadi aplikasi belajar bahasa khusus
bahasa Inggris yang sangat membantu banyak orang (https://trikinet.com).

Cake lebih mampu memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih relevan


dan mengena di masa sekarang. Dalam aplikasi belajar bahasa Inggris ini, pengguna
disuguhkan video-video pendek dengan berbagai kategori. Ada banyak sekali
potongan vlog, film, juga podcast berbahasa Inggris yang dilengkapi dengan teks dan
terjemahan dalam bahasa Indonesia dimana kita bisa mengikuti pengucapan dan cara
bicara penutur asli secara langsung.

Dalam video-video itu, pengguna juga bisa memutar versi lambat selain versi
aslinya. Hal tersebut membuat pengguna bisa lebih mudah mencerna dan menirukan
apa yang baru saja dikatakan oleh penutur asli di dalam video. Dengan metode
demikian, pengguna bisa melatih skill reading, listening, juga pronunciation dalam
waktu yang sama. (https://mojok.co)

aplikasi Cake juga merupakan aplikasi yag lebih variatif dan kontekstual

aplikasi Cake lebih condong menerapkan metode pembelajaran secara multimedia,


seperti belajar lewat video dan audio untuk pelafalan kosa kata bahasa inggris. Selain
itu, aplikasi Cake tetap memerlukan koneksi internet agar dapat berfungsi dengan
baik.

Dalam aplikasi Cake, pengguna akan disuguhkan latihan soal yang lebih
variatif dan mengacu pada suatu konteks. Misalnya, untuk menjawab soal yang
membutuhkan jawaban berupa kata atau kalimat tertentu dalam bahasa Inggris, Cake
akan menunjukkan kalimat-kalimat penyerta dalam dialog dengan latar spesifik
sehingga pengguna bisa memahami suatu ungkapan secara kontekstual dan lebih
mudah diingat.
Cake lebih condong menerapkan metode pembelajaran secara multimedia, seperti
belajar lewat video dan audio untuk pelafalan kosa kata bahasa Inggris. Selain itu,
Cake memerlukan koneksi internet agar dapat berfungsi dengan baik.

CAKE adalah aplikasi yang paling cocok dengan pembelajar bahasa Inggris. CAKE
menyediakan latihan speaking dengan penutur asli. Siswa juga dapat mengecek
pelafalan mereka dari CAKE dengan AI Speech Recognition. Merekam suara siswa
dan mendapatkan feedback langsung layaknya berbicara seperti penutur asli.

Cake merupakan aplikasi gratis yang dapat diunduh untuk ponsel Android dan iPhone
(iOS) yang mengajarkan ekspresi dan pelafalan dalam bahasa Inggris dari video
YouTube dengan serial dan adegan film di dalamnya. Tujuan Cake adalah
memberikan kelas percakapan bahasa Inggris dengan pengulangan frasa tertentu.
Sistem pengenalan suara mengevaluasi pelafalan bahasa Inggris dari pengguna dan
memberikan umpan balik pada kinerja pengguna disertai beberapa tips belajar bahasa
Inggris.

Banyaknya klip pendek untuk berlatih pengucapan bahasa Inggris diperbarui setiap
hari, dan dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan topik percakapan dan tingkat
pengetahuan. Cake juga menyediakan sumber daya untuk memantau kelas bahasa
Inggris setiap hari, seperti mencatat hari dan jam belajar dan tujuan harian.
(https://matchstix.io)

2.4 Langkah-Langkah Pengajaran Kosakata dengan Metode Montessori

Langkah-langkah Metode ESA tidak terbatas pada model pembelajaran


konvensional. Langkah yang dilakukan oleh guru menggunakan metode Montessori
dapat dimodifikasi sebagai berikut:

a. Pertama, guru menjelaskan materi atau topik yang akan diajarkan kepada siswa.
b. Langkah kedua, guru memberikan perspektif kepada siswa tentang materi yang
telah dijelaskan.
c. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi kelompok dan meminta siswa untuk
membuka aplikasi Duolingo baik laptop maupun di smartphone.
d. Siswa diminta untuk mengukur tingkat pengetahuan kosakata yang telah mereka
miliki sebelumnya di placement test dengan memilih pilihan cari tahu level.

e. Selanjutnya siswa menjawab beberapa kosa kata nama sesuai dengan gambar
yang mereka lihat di layar. Permainan aktivitas mencocokkan dimana siswa atau
sekelompok siswa berusaha menemukan sebuah kata yang tepat berdasarkan
gambar / bunyi / benda yang menunjukkan artinya. Jika dalam situasi normal guru
menggunakan tape recorder untuk memperdengarkan audio sementara dengan
aplikasi Duolingo ini guru dimudahkan dengan dukungan gambar dan suara yang
tersedia di aplikasi tersebut.

f. Kemudian setelah melihat hasil yang dicapai oleh siswa guru dapat menentukan
sejauh mana tingkat penguasaan kosakata yang siswa miliki. Sehingga materi
yang diajarkan dapat disesuaikan dengan penguasaan kosakata yang siswa miliki
dan memperkenalkan kosakata baru
g. Langkah selanjutnya adalah meminta siswa untuk mencoba berlatih menjawab
quiz yang ada di dalam aplikasi Duolingo yang tentunya telah sesuai dengan
kemajuan penguasaan kosakata mereka. Ketika siswa menjadi lebih nyaman
dengan mengidentifikasi kata dan gambar serta suara guru dapat membiarkan
siswa mengerjakannya sendiri.

Langkah terakhir adalah menguji kalimat bangunan pemahaman siswa dengan


menggunakan kata-kata yang mereka pelajari. Siswa akan membuat beberapa kalimat
dengan menggunakan kosakata yang berhubungan dengan item tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen”. Karena dalam penelitian ini, subjek yang dipilih merupakan seluruh
subjek dalam kelompok yang utuh (satu kelas). Sebagaimana dikemukakan oleh
Kartono (1999) metode eksperimen merupakan metode percobaan dan observasi
sistematis dalam suatu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu
disederhanakan, yaitu hanya beberapa faktor saja yang diamati, sehingga peneliti bisa
mengatasi seluruh proses eksperimennya. Metode ini diberikan pada satu kelompok
saja tanpa kelompok pembanding.

3.2 Tahapan penelitian yang akan digunakan


Hal pertama dalam pelaksanaan eksperimen menggunakan desain subyek
tunggal ini dilakukan dengan memberikan tes kepada subjek yang belum diberi
perlakuan disebut pretest (O1) untuk mendapatkan siswa yang memiliki masalah
komunikasi interpersonal rendah. Setelah didapat data siswa yang memiliki masalah
dalam komunikasi interpersonal, maka dilakukan treatment (X) dengan teknik
pelatihan asertif untuk jangka waktu tertentu kepada siswa yang kemampuan
komunikasi interpersonalnya rendah. Setelah dilakukan perlakuan kepada siswa yang
mengalami masalah, maka diberikan lagi tes untuk mengukur tingkat kemampuan
komunikasi siswa sesudah dikenakan variabel eksperimen (X), dalam posttest akan
didapatkan data hasil dari eksperimen dimana kemampuan komunikasi interpersonal
siswa meningkat atau tidak ada perubahan sama sekali. Bandingkan O1 dan O2 untuk
menentukan seberapa besar perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada sebagai akibat
diberikannya variabel eksperimen. Kemudian data tersebut dianalisis dengan
menggunakan t-test (Arikunto:2002). Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu
pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan tujuan
untuk menunjukkan adanya hubungan antar variabel dan untuk memperoleh data
hasil penelitian berdasarkan skala angka kemudian melakukan analisis data serta
penghitungan statistik.
3.2 prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan
b. Prestest
c. Pelaksanaan perlakuan
d. Posttest

3.3 Luaran dan indikator capaian yang terukur di setiap tahapan


a. Prestest luarannya adalah data siswa terhadap hasil tes awal yang memiliki
masalah komunikasi interpersonal rendah yang didapatkan sebelum
perlakukan diberikan
b. Pelaksanaan perlakuan luarannya adalah penerapan metode ESA dengan
memadukan media aplikasi Cake.
c. Posttest luarannya adalah data hasil dari eksperimen dimana kemampuan
komunikasi interpersonal siswa meningkat atau tidak ada perubahan sama
sekali.

3.4 Teknik pengumpulan data


1. Pre-tes
Di pre tes ini penulis memberikan soal sebanyak 15 nomor untuk mengukur
sejauh mana penguasaan kosakata siswa sebelum diberikan perlakuan
2. Perlakuan
Peneliti memberikan perlakuan kepada siswa dengan menerapkan metode
Montessori dan menggunakan aplikasi Cake sebagai media/alat bantu ajar.
3. Post tes
Di post tes ini penulis memberikan soal sebanyak 15 nomor untuk mengukur
sejauh mana penguasaan kosakata siswa setelah diberikan perlakuan

3.5 analisis data


Pada penelitian ini peneliti memberikan pretest berupa kumpulan soal “fill in
the blank” peneliti akan memutar dialog pada sebuah video yang menggunakan
simple present tense kemudian siswa dituntut untuk menyimak dan mengisi kata yang
hilang pada soal pretest tersebut.

Setelah seluruh siswa mengerjakan soal pretes, kegiatan pembelajaran mulai


masuk dalam kegiatan inti dimana pemberian treatment Aplikasi ESA dengan
memadukan Cake mulai di berikan. Karena aplikasi ini merupakan alat bantu dalam
situasi pembelajaran daring pengganti media offline

Kegiatan ketiga, yaitu pemberian soal posttes dengan bobot soal yang sama
dengan soal pretes di awal dan disini diukur perubahan hasil belajar siswa. Dari awal
mengerjakan soal pretes, treatment, dan setelah mengerjakan soal posttest

3.6 cara penafsiran

3.7 penyimpulan hasil penelitian


BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM – R


No. Jenis Pengeluaran Biaya
1 Peralatan penunjang Rp 1.000.000
2 Bahan habis pakai Rp 1.000.000
3 Perjalanan Rp 3.000.000
4 Lain – lain Rp 5.000.000
Jumlah Rp 10.000.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2 Jadwal Kegiataan PKM – R


No Kegiatan Bulan ke - 1 Bulan ke - 2 Bulan ke – 3
1 Persiapan
Penelitian
2 Penyusunan
Instrumen
3 Pelaksanaan
Tindakan
4 Pengumpulan
Data
5 Analisis Data
6 Pembuatan
Laporan
DAFTAR
PUSTAKA

https://mojok.co/terminal/cake-aplikasi-belajar-bahasa-inggris-saingan-berat-
duolingo/ (diakses pada 25 Februari 2020)

https://matchstix.io/in/cara-belajar-berbicara-bahasa-inggris-dengan-aplikasi-kue-
dan-berlatih-pengucapan-bahasa/ (diakses pada 26 Februari 2020)

https://trikinet.com/post/aplikasi-belajar-bahasa-asing (diakses pada 27 Februari


2020)

Liana, Rizki Maylan Yosinta. (2018). Pengaruh Penggunaan Aplikasi “Hello


English” Berbasis Smartphone Android terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP. Jurnal Edutcehnologia, tahun II, Vol 2
No. 2, Desember 2018

Nurrita, Teni. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa. Misykat Journal, Volume 03, Nomor 01

Purwanto, M. Ngalim. ( 2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Soenamo, Adi. (2005). Icebreaker Permainan Atraktif-Edukatif untuk Pelatihan


Manajeme. Yogyakarta: Andi Offset

Vikasari , Rully May. (2020). The Effectiveness of Applying ESA Method Towards
Students’ English Vocabulary Mastery. Jo-ELT (Journal of English Language
Teaching), 6(2):76, DOI: 10.33394/jo-elt.v6i2.2358

Anda mungkin juga menyukai