Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MINGGUAN

ETIKA PROFESI
USULAN PEMUGARAN DAN PELESTARIAN BIOSKOP PERMATA
YOGYAKARTA

DOSEN PENGAMPU
Ir.Endang Setyowati,MT
DISUSUN OLEH
Adibah Namirah (5160911197)
Ardya Abiyanti (5160911225)
Aulia Tysandhari (5160911146)
Mezfi Nofitasari (5160911227)
Dwi Nurcahyati (5160911156)
Nia Indriani (5160911103)

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
2019

1
1.1 DATA EKSISTING BIOSKOP PERMATA

Bioskop Permata terletak di Jalan Sultan Agung yang merupakan salah satu jalan utama di
kota Yogyakarta.Dibangun pada zaman penjajahan Belanda di tahun 1940-an, Bioskop Permata
didirikan di atas lahan bekas Pasar Tanjung. Bioskop ini sempat diisukan akan diledakkan saat
Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yaitu pertempuran mempertahankan Kemerdekaan Republik
Indonesia.

Dalam perjalanannya, Bioskop Permata mengalami beberapa kali ganti nama. Pada
awalnya, bioskop ini bernama Bioskop Asta, meskipun nama ini diragukan oleh beberapa
pihak, kemudian berganti nama menjadi Bioskop Luxor, hingga akhirnya menjadi Bioskop
Permata.

Begitu fenomenalnya Bioskop Permata di kala itu, terutama era 60 hingga 70-an, hingga
seolah tak memberi hak bagi anak muda Jogja untuk tidak menapakinya. Bioskop ini adalah tempat
wajib dikunjungi saat itu, menjadi simbol prestise bagi di kalangan anak muda, sama seperti mal
dan kafe pada masa sekarang. Di bioskop ini pula, beragam film-film Indonesia yang fenomenal
pernah diputar, seperti Badai Pasti Berlalu versi tahun 70-an, dan Gita Cinta di SMA.

Bangungannya tampak tua, menggambarkan usianya yang sesungguhnya. Tak hanya


cat dinding serta muralnya yang kusam dan mengelupas di sana-sini, gaya bangunan gedung
bioskop yang sekarang sudah gulung layar ini kental bernuansa kolonial. Temboknya tebal dan

2
kokoh, dengan jendela kaca es warna-warni berukuran sempit yang sama suramnya dengan
tembok gedung. Semenjak tutup, pintu utama tertutup pintu teralis logam, dan setiap orang
yang melewati pintu ini bisa melihat area lobi Bioskop Permata.

Pada awalnya, pemutaran film yang sehari sampai 5 kali menurun menjadi 3 kali,
hingga pada akhirnya pihak pengelola kesulitan memperoleh film untuk ditayangkan.
Sementara disisi lain, jumlah pengunjung juga terus menyusut. Padahal, salah satu gedung
bioskop bersejarah di Yogyakarta ini memiliki kapasitas 350 kursi penonton, bukan angka
kecil saat Bioskop Permata dibuka setahun setelah proklamasi kemerdekaan, yaitu tahun 1946.
Pada masa-masa ini, Bioskop Permata terkenal sebagai salah satu bioskop mewah di
Yogyakarta.

Namun, kini Bioskop Permata hanya tinggal nama, tempat itu sudah tujuh tahun tidak aktif
memutar film-film dalam maupun luar negeri. Terletak di Jalan Sultan Agung yang merupakan
salah satu jalan utama di kota Yogyakarta, tidak serta merta membuat bioskop ini selalu ramai.
Hal ini terjadi karena persaingan dan pengelola bioskop Permata yang tidak melakukan inovasi

3
atau kemajuan alat apapun pada bioskop ini. Alhasil, bioskop yang dibangun sejak zaman Belanda
ini punah juga dan benar-benar tutup pada tahun 2010.

1.2 USULAN PEMUGARAN BIOSKOP PERMATA

Berdasarkan survey yang sudah kami lakukan, melihat dari kondisi bangunan dan
lingkungan, menurut pendapat kami pemugaran yang terbaik untuk Bioskop Permata ini adalah
dengan melakukan renovasi, atau mengalihfungsi kan bangunan tetapi mempertahankan bentuk
bangunannya.

Renovasi yang menjadi usulan kami, adalah merenovasi Bioskop Permata menjadi pusat
aktivitas perfilman masyarakat Yogyakarta. Dimana di tempat ini nanti nya bisa menjadi tempat
untuk pameran karya seni film, memutar film hasil karya masyarakat baik nasional maupun film-
film internasional.

Nanti nya ditempat ini juga bisa menjadi tempat berkumpul baru, dan meningkatkan
kesadaran dan kesukaan masyarakat terhadap seni perfilman.

Ide dari pemugaran ini adalah dari beberapa potensi Bioskop Permata, yaitu :

 Lokasi site dekat dengan Puro Pakualaman, hanya berjarak sekitar 300 meter.

 Di Kota Yogyakarta, industry perfilman sedang berkembang, ditambah dengan adanya


beberapa sekolah film yang memebutuhkan wadah untuk menampilkan hasil kerja nya.
 Bisa menjadi hiburan public.
 Sirkulasi nya baik dan aman.

4
 Memiliki tempat yang bisa menampung parkir untuk kendaraan roda 2 maupun roda 4.

 Bangunan nya tidak membutuhkan biaya banyak untuk renovasi, karena kerusakan yang
ada hanya kerusakan minor seperti cat mengelupas, berlumut dan gambar hasil vandalism.

5
 Sudah tersedia sirkulasi servis sendiri.

Anda mungkin juga menyukai