Anda di halaman 1dari 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioskop
2.1.1 Pengertian Bioskop
Kata Bioskop berasal dari gabungan dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu βιος
(dibaca : vios) yang artinya Hidup atau Kehidupan, dan σκοπος (dibaca : skopos) yang
artinya Melihat atau Tujuan. Jika digabung, maka Bioskop dapat diartikan sebagai “Melihat
Kehidupan”.

Menurut KBBI (2006), Bioskop adalah “Pertunjukan yang diperlihatkan


dengan gambar atau film yang disorot menggunakan lampu sehingga dapat bergerak atau
berbicara”.

Menurut KBBI Edisi Ketiga (2008), Bioskop atau Teater adalah “Pertunjukan
yang diperlihatkan dengan gambar atau film yang disorot sehingga dapat bergerak atau
berbicara” atau “Gedung pertunjukan film cerita”.

Menurut Aulia (2009), Bioskop adalah “Tempat untuk menonton pertunjukan


film dengan menggunakan layar lebar”.

Menurut Biro Pusat Statistik (1989), Bioskop adalah “Suatu perusahaan yang
bergerak di dalam bidang pemutaran film untuk umum atau semua golongan masyarakat
dengan pembayaran dan dilakukan pada bangunan tertentu”.

Jadi, dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bioskop
adalah “Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan atau mempertunjukkan gambar
yang bergerak atau film kepada masyarakat”.

2.1.4 Fungsi Bioskop


Menurut Antonius Pambudi (2007), Bioskop memiliki Fungsi sebagai berikut
yaitu :
1. Sebagai tempat sarana untuk melepaskan ketegangan atau refreshing melalui media
film, yang merupakan hiburan yang dipesan dalam waktu luang dan terutama mencari
kepuasan ataupun kesenangan batinnya.
2. Sebagai tempat pendidikan informal yang digunakan oleh masyarakat umum.
2.1.3 Tujuan Bioskop
Menurut Martha Ardianing P (2004), Bioskop memiliki Tujuan sebagai
berikut yaitu :
1. Mewadahi suatu kegiatan mengenai motivasi produsen dan konsumen serta jasa
pelayanan terhadap keduanya sehingga tercapai sasaran kelancaran penyaluran film,
pelayanan sosial ekonomi masyarakat terhadap kebutuhannya akan arena dan sarana
hiburan.
2. Memberikan pelayanan terhadap penonton dalam masalah kenyamanan dan
keamanan.

2.1.4 Sejarah Bioskop


2.1.4.1 Sejarah Bioskop di Dunia
Berdasarkan lansiran dari situs Kompas.com, berikut Sejarah Bioskop di
Dunia :
1. Berdasarkan buku The Magazine of Science and School of Arts Volume 4 (1843)
karya William Brittain, awal mula dari sebuah Bioskop atau Pertunjukan Film adalah
Hiburan Teater, yang melibatkan pemutaran gambar bergerak, dan dianggap sebagai
awal mula film. Pertunjukan Teater dilakukan di tempat-tempat yang sudah tidak
terpakai.
2. Pada tahun 1799, Etienne-Gaspard Robert memindahkan pertunjukan
Phantasmagorie-nya ke Biara yang ditinggalkan di dekat Place Vendome di Paris.
Lingkungan di sekitarnya dikenal menakutkan, dengan kuburan dan reruntuhan.
3. Kemudian pada tahun 1833, The Royal Polytechnic Institution di London menjadi
tempat yang populer dan berpengaruh untuk semua jenis Pertunjukan Teater. Di mana
teater tersebut dapat menampung kurnag lebih 500 kursi, dengan lentera ajaib yang
mampu menampilkan gambaran konser, pantomin, atau bentuk teater lainnya ke
sebuah layar yang besar.
4. Kemudian Teater Film banyak dikenal oleh semua orang, setelah Le Chat Noir, salah
satu Teater Hiburan di Paris memberikan Pertunjukan Bayangan pada tahun 1881.
5. Pada tanggal 28 Oktober 1892 hingga Maret 1900, Emile Reynaud memutar Film
Animasi Pantomimes Lumineus, dengan sistem Theatre Optique miliknya, di Musee
Grevin di Paris. Dia memberikan lebih dari 12.800 pertunjukan dengan total lebih dari
500.000 pengunjung, dengan program termasuk Pauvre Pierrot dan Autour d’une
cabine.
6. Pada bulan Juli 1895, Skladanowsky bersaudara mendemonstrasikan film mereka
dengan Bioskop di Gasthaus Sello di Pankow, Berlin. Sejak 1918, tempat tersebut
dimanfaatkan sebagai Bioskop Penuh-Waktu.
7. Pada tanggal 1 hingga 31 November 1895, Skladanowsky bersaudara melakukan
pertunjukan Film pertama, yaitu di Teater Wintergarten, Berlin.
8. Pada tanggal 28 Desember 1895, Louis dan Auguste melakukan Pemutaran Film
Komersial kepada publik pertama kali, dengan menggunakan teknik Cinematographe,
dan berlangsung di bawah tanah Salon Indien du Grand Cafe di Paris. Film tersebut
menunjukkan kehidupan sehari-hari penduduk di Perancis.
9. Kemudian Lumiere bersaudara terus memperlihatkan Film Pendek, dan
memperagakan Bioskop mereka di seluruh dunia. Mereka mulai membuka Bioskop
mereka di London, Milan dan Amsterdam pada Maret 1896, lalu Berlin dan Dublin
pada bulan berikutnya.
10. Perusahaan Lumiere telah merekam lebih dari 1.400 film antara tahun 1895 dan 1905.
11. Di Amerika Serikat, Industri Film juga cepat berkembang, karena antusiasme publik
yang luar biasa terhadap kemajuan film. Pada tahun 1896, dibukalah Vitascope Hall,
sebagai teater pertama di Amerika Serikat.
12. Pada tahun 1907, Lumiere bersaudara juga mengembangkan proses fotografi warna
praktis pertama, yaitu Pelat Autochrome.
13. Pada bulan Agustus 1908, dibuka The Korsor Biograf Teater, di Korsor, Denmark,
sebagai bioskop tertua yang diketahui masih beroperasi terus menerus.

2.1.4.2 Sejarah Bioskop di Indonesia


Berdasarkan lansiran dari situs Wikipedia.org, berikut Sejarah Bioskop di
Indonesia :
1. Pada bulan Desember 1900, didirikan Bioskop pertama di Indonesia, yang berada di
Jl. Tanah Abang I, Jakarta Pusat. Harga yang ditawarkan yaitu Karcis Kelas 1 seharga
dua gulden (perak), dan Karcis Kelas 2 seharga setengah perak.
2. Bioskop zaman dulu bermula di sekitar Lapangan Gambir (kini Monas). Bangunan
Bioskop pada masa itu menyerupai bangsal, dengan dinding dari gedek, dan
beratapkan kaleng/seng. Setelah selesai pemutaran film, Bioskop itu kemudian
dibawa keliling ke kota lain. Bioskop ini dikenal dengan nama Talbot (nama dari
pengusaha bioskop tersebut).
3. Bioskop lain diusahakan oleh seorang yang bernama Schwarz. Tempatnya terletak
kira-kira di Kebon Jahe, Tanah Abang. Sebelum akhirnya hancur terbakar, Bioskop
ini menempati sebuah gedung di Pasar Baru.
4. Ada lagi Bioskop yang bernama Jules Francois de Calonne (nama pengusahanya),
yang terdapat di Deca Park. De Calonne ini mula-mula adalah Bioskop terbuka di
lapangan, yang pada zaman sekarang disebut "misbar" alias gerimis bubar. De
Calonne adalah cikal bakal dari Bioskop Capitol yang terletak di Pintu Air.
5. Bioskop-bioskop lain seperti, Bioskop Elite di Pintu Air, Bioskop Rex di Kramat
Bunder, Bioskop Cinema di Krekot, Astoria, Bioskop Capitol di Pintu Air, Bioskop
Centraal di Jatinegara, Bioskop Rialto di Senen dan Tanah Abang, Bioskop Surya di
Tanah Abang, Bioskop Thalia di Hayam Wuruk, Bioskop Olimo dan Bioskop Orion
di Glodok, Bioskop Al Hambra di Sawah Besar, Bioskop Oost Java di Jl. Veteran,
Bioskop Rembrant di Pintu Air, Bioskop Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan,
Bioskop Rivoli di Kramat, Bioskop Chatay di Jl. Gunung Sahari dan lain-lain,
merupakan Bioskop yang muncul dan ramai dikunjungi setelah periode 1940-an.
6. Film-film yang diputar di dalam Bioskop Tempo Dulu adalah Film gagu alias Film
bisu atau Film tanpa suara. Biasanya pemutaran di iringi Musik Orkes, yang ternyata
jarang berkesinambungan dengan Film. Beberapa Film yang kala itu yang menjadi
favorit masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom Mix, Eddie Polo, Charlie
Chaplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll.
7. Pada tahun 1951, diresmikan Bioskop Metropole di Jakarta, yang berkapasitas 1.700
tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan penyedot, bertingkat tiga dengan
ruang dansa dan kolam renang di lantai paling atas.
8. Pada tahun 1955, Bioskop Indra di Yogyakarta mulai mengembangkan Kompleks
Bioskopnya dengan Toko dan Restoran.
9. Pada saat awal Orde Baru, kemajuan perbioskopan di Indonesia mulai berkembang
secara pesat, baik dalam jumlah produksi Film Nasional maupun bentuk dan sarana
tempat pertunjukan. Kemajuan ini memuncak pada tahun 1990-an. Pada dasawarsa
itu, produksi Film nasional 112 judul. Sementara sejak tahun 1987, Bioskop dengan
konsep Sinepleks (gedung bioskop dengan lebih dari satu layar) semakin marak.
Sinepleks-sinepleks ini biasanya berada di Kompleks Pertokoan, Pusat Perbelanjaan,
atau Mal yang selalu jadi tempat nongkrong anak-anak muda dan kiblat konsumsi
terkini masyarakat perkotaan. Di sekitar Sinepleks itu tersedia Pasar Swalayan,
Restoran Cepat Saji, Pusat Mainan, dan macam-macam.
10. Sinepleks tidak hanya menjamur di Kota Besar, tetapi juga menerobos Kota
Kecamatan, sebagai akibat dari Kebijakan Pemerintah, yang memberikan masa bebas
ajak, dengan cara mengembalikan pajak tontonan kepada "Bioskop Depan".
Akibatnya, pada tahun 1990, Bioskop di Indonesia mencapai puncak kejayaan yaitu
3.048 layar. Sebelumnya, pada tahun 1987, di seluruh Indonesia terdapat 2.306 layar.
11. Pada tahun 2000-an, Jaringan Bioskop mulai marak di Indonesia. Ada dua pengelola
Bioskop yang terkenal, yaitu 21 Cineplex, dengan Bioskop 21, XXI dan The
Premiere, serta jaringan Blitzmegaplex. Bioskop-bioskop ini tersebar di seluruh pusat
perbelanjaan di Indonesia, kadang-kadang dalam satu pusat perbelanjaan terdapat
lebih dari satu Bioskop.
12. Film yang ditayangkan adalah Film dari dalam maupun luar negeri, meskipun pada
awal tahun 2000 hingga sekitar tahun 2005, tidak banyak perfilman nasional yang
berhasil masuk Jaringan Bioskop. Film-film nasional baru masuk kedalam Bioskop
Indonesia, sejak tahun 2006 hingga sekarang.

2.2 Tiket
2.2.1 Pengertian Tiket
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Tiket adalah karcis kapal,
pesawat terbang, dsb”. Sedangkan Pengertian Karcis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “surat kecil (secarik kertas khusus) sebagai tanda telah membayar ongkos, dsb (untuk
naik bus, menonton bioskop, dsb),” dan Karcis Masuk adalah “karcis untuk masuk
(menonton pertunjukkan film, sirkus, pertandingan sepak bola, dsb)”.

Menurut Wikipedia, “Tiket adalah suatu kartu atau kertas slip, yang digunakan
untuk memperoleh admisi dari suatu lokasi atau event”.
Menurut Kamus Ensiklopedi, “Tiket adalah suatu voucher untuk menunjukkan
bahwa orang telah membayar pintu masuk untuk suatu teater, gedung bioskop, taman
hiburan, kebun binatang, museum, konser/persetujuan, atau atraksi lain, atau izin untuk
menumpang suatu pesawat udara, transportasi publik, perjalanan kapal laut, dan lain-lain,
secara khusus karena telah membayar ongkos”.

Menurut Anggraini (2008:27) “Tiket adalah suatu dokumen perjalanan yang


dikeluarkan oleh suatu perusahaan, yang berisi rute, tanggal, data penumpang yang
digunakan untuk melakukan suatu perjalanan”.

Menurut Darsono dalam Anggraini (2008:27), “Tiket adalah salah satu


dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh maskapai penerbangan, dan merupakan kontak
tertulis satu pihak, yang berisikan ketentuan yang harus dipenuhi oleh penumpang selama
memakai jasa penerbangan, dan data penerbangan penumpang yang
mempunyai masa periode waktu tertentu”.

Menurut Mayasari (2011:19) “Tiket adalah dokumen berharga yang harus


wajib dimiliki oleh penumpang yang akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat
udara, dokumen tersebut dikeluarkan oleh perusahaan penerbangan terkait, yang bertindak
sebagai pengangkut transportasi, yang didalamnya tercantum syarat-syarat perjanjian antar
penumpang dan pengangkut (perusahaan penerbangan)”.

Jadi, dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Tiket
adalah “Suatu kertas atau kartu atau dokumen, yang digunakan sebagai suatu tanda
persetujuan atau bukti seseorang telah melakukan pembayaran, untuk melakukan sesuatu
yang mewajibkan pembayaran”.

2.2.2 Pengertian Tiket Elektronik (E-Ticket)


Menurut Wikipedia, “Tiket elektronik adalah sebuah tiket dalam bentuk
digital. Tiket elektronik dapat digunakan untuk penerbangan, perkereta apian, hotel, bioskop,
dan juga suatu pertunjukan.”

Menurut Blenz (2008), “E-Ticketing atau Electronic Ticketing adalah sebuah


metode perdagangan, pembelian, dan penjualan tiket dari berbagai produk jasa, khususnya
jasa perjalanan melalui media internet dan komputer”.

Menurut Ng-Kruelle dan Swatman (2006), “E-Ticketing atau Elektronik Tiket


adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari aktivitas perjalanan
penumpang, tanpa harus mengeluarkan dokumen berharga secara fisik ataupun paper tiket.
Sebagai bukti pengeluaran E-Ticket, pelanggan akan diberikan Itinerary Receipt, yang hanya
berlaku sebagai alternatif untuk masuk ke dalam bandara di Indonesia, yang masih
mengharuskan penumpang untuk membawa tanda bukti perjalanan. E-ticketing (ET) adalah
peluang untuk meminimalkan biaya dan mengoptimalkan kenyamanan penumpang. E-
ticketing mengurangi biaya proses tiket, menghilangkan fomulir kertas, dan meningkatkan
fleksibilitas penumpang dan agen perjalanan dalam membuat perubahan-perubahan dalam
jadwal perjalanan.”.

Jadi, dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Tiket
Elektronik (E-Ticket) adalah “Suatu tanda atau bukti seseorang telah melakukan pembayaran
berupa media digital, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk mencetak dalam
bentuk kertas atau kartu, dan meningkatkan efektivitas, efisiensi dan fleksibilitas dalam
pembayaran”.

2.2.3 Manfaat Tiket Elektronik (E-Ticket)


2.2.3.1 Manfaat Tiket Elektronik untuk Perusahaan
Menurut Blenz (2008), Manfaat dari Tiket Elektronik (E-Ticket) untuk sebuah
perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi biaya yang berkaitan dengan pencetakan dan surat tiket.
2. Mengurangi tenaga kerja yang berkaitan dengan pencetakan dan surat tiket.
3. Keamanan terjamin, karena berkode validasi, dan menghilangkan kemungkinan tiket
palsu atau duplikat.
4. Pemesanan E-tiket oleh konsumen berarti mengetahui berapa banyak konsumen
perusahaan, karena perusahaan menyimpan data konsumen di database perusahaan.
5. Memberikan informasi tambahan yang perlu diketahui bagi pelanggan.

2.2.3.2 Manfaat Tiket Elektronik untuk Penumpang/Pelanggan


Menurut Blenz (2008), Manfaat dari Tiket Elektronik (E-Ticket) untuk
penumpang/pelanggan adalah sebagai berikut :
1. Tidak masalah jika kehilangan atau salah menempatkan.
2. Tidak ada tiket kertas/blangko tiket yang dikeluarkan
3. Bisa check-in online di maskapai tersebut atau e-kios di bandara.
4. Bisa dibeli di menit-menit terakhir online.
5. Tidak perlu menunggu tiket untuk dikirimkan.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tiket Elektronik (E-Ticket)


2.2.4.1 Kelebihan Tiket Elektronik (E-Ticket)
Menurut Blenz (2008), Kelebihan dari Tiket Elektronik (E-Ticket) adalah
sebagai berikut :
1. E-ticket tidak masalah jika hilang, karena bisa print kembali atau cek melalui email
penumpang
2. E-ticket lebih mudah diperoleh.
3. E-ticket fleksibel dan lebih efisien.
4. E-ticket ramah lingkungan.
5. E-ticket memuat voucher belanja.
2.2.4.2 Kekurangan Tiket Elektronik (E-Ticket)
Menurut Blenz (2008), Kekurangan dari Tiket Elektronik (E-Ticket) adalah
sebagai berikut :
1. Biasanya ada informasi yang sangat terbatas pada kupon e-ticket. Jadi dalam kasus
kerusakan sistem reservasi, mungkin ada komplikasi jika penumpang harus mengubah
tiket elektronik.
2. Mungkin ada beberapa tantangan untuk menerbitkan kembali versi elektronik, jika
penumpang harus dialihkan ke maskapai lain, terutama ketika terjadi pembatalan
penerbangan karena tidak ada alasan cuaca terkait.

2.3 PHP

Gambar 2. 1 Logo PH

2.3.1 Pengertian PHP


Berdasarkan lansiran dari situs Wikipedia.org, PHP adalah “bahasa skrip yang
dapat ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML”. PHP saat ini banyak dipakai untuk
merancang program situs web yang dinamis. PHP juga dapat digunakan untuk merancang
sebuah CMS (Content Manajemen System).

PHP tidak hanya berjalan melalui server web, PHP ternyata juga bisa
menyelesaikan tugas-tugas pemrograman dalam format antarmuka baris perintah atau CLI
(Command Line Interface).

2.3.2 Sejarah PHP


Berdasarkan lansiran dari situs Wikipedia.org, berikut adalah sejarah dari
bahasa pemrograman PHP :
1. Pada awalnya PHP merupakan kependekan dari Personal Home Page (Situs personal).
PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Pada waktu itu PHP
masih bernama Form Interpreted (FI), yang wujudnya berupa sekumpulan skrip yang
digunakan untuk mengolah data formulir dari web.
2. Selanjutnya Rasmus merilis kode sumber tersebut untuk umum dan menamakannya
PHP/FI. Dengan perilisan kode sumber ini menjadi sumber terbuka, maka banyak
pemrogram yang tertarik untuk ikut mengembangkan PHP.
3. Pada November 1997, dirilis PHP/FI 2.0. Pada rilis ini, interpreter PHP sudah
diimplementasikan dalam program C. Dalam rilis ini disertakan juga modul-modul
ekstensi yang meningkatkan kemampuan PHP/FI secara signifikan.
4. Pada tahun 1997, sebuah perusahaan bernama Zend menulis ulang interpreter PHP
menjadi lebih bersih, lebih baik, dan lebih cepat. Kemudian pada Juni 1998,
perusahaan tersebut merilis interpreter baru untuk PHP dan meresmikan rilis tersebut
sebagai PHP 3.0 dan singkatan PHP diubah menjadi akronim berulang PHP:
Hypertext Preprocessor.
5. Pada pertengahan tahun 1999, Zend merilis interpreter PHP baru dan rilis tersebut
dikenal dengan PHP 4.0. PHP 4.0 adalah versi PHP yang paling banyak dipakai pada
awal abad ke-21. Versi ini banyak dipakai disebabkan kemampuannya untuk
membangun aplikasi web kompleks tetapi tetap memiliki kecepatan dan stabilitas
yang tinggi.
6. Pada Juni 2004, Zend merilis PHP 5.0. Dalam versi ini, inti dari interpreter PHP
mengalami perubahan besar. Versi ini juga memasukkan model pemrograman
berorientasi objek ke dalam PHP untuk menjawab perkembangan bahasa
pemrograman ke arah paradigma berorientasi objek. Peladen web bawaan
ditambahkan pada versi 5.4 untuk mempermudah pengembang menjalankan kode
PHP tanpa menginstal peladen perangkat lunak.
7. Versi terbaru dan stabil dari bahasa pemograman PHP saat ini adalah versi 8.0.

2.3.3 Sintaksis Dasar PHP


Berdasarkan lansiran dari situs Wikipedia.org, berikut Sintaksis Dasar dari
Bahasa Pemrograman PHP :
1. Pembatas. PHP hanya mengeksekusi kode yang ditulis dalam pembatas sebagaimana
ditentukan oleh dasar sintaks PHP. Apapun di luar pembatas tidak diproses oleh PHP
(meskipun teks PHP ini masih mengendalikan struktur yang dijelaskan dalam kode
PHP. Pembatas yang paling umum adalah "<?php" untuk membuka dan "?>" Untuk
menutup kode PHP.Tujuan dari pembatas ini adalah untuk memisahkan kode PHP
dari kode di luar PHP, seperti HTML,JavaScript.
2. Variabel. Variabel diawali dengan simbol dolar $. Pada versi php PHP 5
diperkenalkan jenis isyarat yang memungkinkan fungsi untuk memaksa mereka
menjadi parameter objek dari class tertentu, array, atau fungsi. Namun, jenis petunjuk
tidak dapat digunakan dengan jenis skalar seperti angka atau string. Contoh variabel
dapat ditulis sebagai $nama_variabel. Penulisan fungsi, penamaan kelas, nama
variabel adalah peka akan huruf besar (Kapital) dan huruf kecil . Kedua kutip ganda
"" dari string memberikan kemampuan untuk interpolasi nilai variabel ke dalam string
PHP. PHP menerjemahkan baris sebagai spasi, dan pernyataan harus diakhiri dengan
titik koma ;.
3. Komentar. PHP memiliki 3 jenis sintaks sebagai komentar pada kode yaitu tanda
blok / * * / , komentar 2 baris // Serta tanda pagar # digunakan untuk komentar satu
baris. Komentar bertujuan untuk meninggalkan catatan pada kode PHP dan tidak akan
diterjemahkan ke program.
4. Fungsi. Ratusan fungsi yang disediakan oleh PHP serta ribuan lainnya yang tersedia
melalui berbagai ekstensi tambahan. fungsi-fungsi ini didokumentasikan dalam
dokumentasi PHP. Namun, dalam berbagai tingkat pengembangan, kini memiliki
berbagai konvensi penamaan. Sintaks fungsi adalah seperti di gambar 2.2 di bawah
ini.

Gambar 2. 2 Sintaks Fungsi

2.3.4 Contoh Program PHP


Berdasarkan lansiran dari situs Wikipedia.org, berikut Contoh Program yang
menggunakan Bahasa Pemrograman PHP :
1. Membuat Sebuah Halaman Web PHP
Sebuah Halaman web yang ditulis menggunakan Bahasa Pemograman PHP
adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Sintaks Halaman Web PHP

2. Program bilangan Fibonacci


Berikut ini adalah contoh program yang relatif lebih kompleks yang ditulis
dengan menggunakan PHP. Contoh program ini adalah program untuk menampilkan
20 bilangan pertama dari deret bilangan Fibonacci.terdapat beberapa variable atau
sintax. seperti function. itu merupakan bagian dari javascript.
Gambar 2. 4 Sintaks Program Bilangan Fibonacci

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan PHP


Di dalam setiap Bahasa Pemrograman, tentu memiliki Kelebihan dan
Kekurangan, terutama juga dalam merancang suatu program menggunakan Bahasa
Pemrograman PHP. Berikut Kelebihan dan Kekurangan dalam Bahasa Pemrograman PHP.

2.3.5.1 Kelebihan PHP


Berdasarkan lansiran dari situs materibelajar.co.id, berikut adalah kelebihan
dari bahasa pemrograman PHP :
1. Dapat membuat Web menjadi lebih Dinamis.
2. PHP sifatnya Open Source, yang artinya bisa digunakan oleh siapa saja secara gratis.
3. Program yang dibuat dengan PHP dapat digunakan atau dijalankan oleh Semua
Sistem Operasi, karena PHP berjalan secara Web Base, yang berarti semua Sistem
Operasi bahkan HP yang memiliki Web Browser, bisa menggunakan program PHP.
4. Aplikasi PHP lebih cepat dan mudah jika dibandingkan dengan ASP dan Java.
5. Mendukung beberapa paket Database seperti MySQL, Oracle, PostgrSQL, dan lain-
lain.
6. Bahasa pemrograman PHP tidak membutuhkan Kompilasi / Compile dalam
penggunaannya.
7. Banyak Web Server yang mendukung PHP seperti Apache, Lighttpd, IIS dan yang
lainnya.
8. Dalam pengembangan Aplikasi PHP mudah karena banyak Dokumentasi, Refrensi &
Developer yang mendukung dalam pengembangannya.
9. Banyak bertebaran Aplikasi dan Program PHP yang Gratis & Siap pakai seperti
PrestaShop, WordPress, dan masih banyak lagi yang lainnya.

2.3.5.2 Kekurangan PHP


Berdasarkan lansiran dari situs materibelajar.co.id, berikut adalah kekurangan
dari bahasa pemrograman PHP :
1. Tidak ideal jika untuk pengembangan skala besar.
2. Tidak mempunyai sistem pemrograman berorientasi objek yang sesungguhnya.
3. Tidak dapat memisahkan antara tampilan dengan logika dengan baik (Meskipun
penggunaan template bisa memperbaikinya).
4. PHP mempunyai kelemahan security tertentu yang mana jika programmer tidak jeli
dalam melakukan pemrograman dan kurang memperhatikan isu dan konfigurasi PHP.
5. Kode PHP bisa dibaca semua orang, dan kompilasi hanya bisa dilakukan dengan tool
yang mahal.

2.3.6 Tipe Data PHP


Setiap Bahasa Pemrograman memiliki Tipe Data, begitu juga dengan Bahasa
Pemrograman PHP. Berdasarkan lansiran dari situs Wikipedia.org, Tipe Data dari bahasa
pemrograman PHP terdiri dari 8 jenis yaitu :
1. Boolean
2. Integer
3. Float/ Double
4. String
5. Array
6. Object
7. Resource
8. NULL

2.4 Struktur Navigasi


Dalam merancang suatu Aplikasi, kita harus membutuhkan suatu Struktur
Navigasi untuk menentukan arah dan tujuan dari sebuah aplikasi, agar aplikasi yang kita
rancang dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan arah dan tujuan dari aplikasi tersebut.

Menurut Evi dan Malabay (2009:124), Stuktur Navigasi merupakan


“rancangan hubungan dan rantai kerja dari beberapa area yang berbeda dan dapat membantu
mengorganisasikan seluruh elemen page”.

Menurut Evi dan Malabay (2009:125), Stuktur Navigasi dapat dikategorikan


menjadi empat bagian yang berbeda yaitu :
1. Struktur Navigasi Linier
Struktur Navigasi Linier hanya mempunyai satu rangkaian cerita yang berurut,
yang menampilkan satu demi satu tampilan layar secara berurut. Tampilan yang
ditampilkan pada struktur jenis ini adalah satu halaman sebelumnya atau satu halaman
sesudahnya, tidak dapat dua halaman sebelumnya atau dua halaman sesudahnya.

Gambar 2. 5 Struktur Navigasi Linier


2. Struktur Navigasi Hirarki
Struktur ini menggunakan percabangan untuk menampilkan data berdasarkan
kriteria tertentu, pada tampilan utama disebut sebagai master page sedangkan untuk
tampilan cabang disebut slavepage.

Gambar 2. 6 Struktur Navigasi Hirarki

3. Struktur Navigasi Non Linear


Struktur non linear hampir sama halnya dengan struktur linear, namun struktur
non linear memperbolehkan percabangan dengan menyamakan kedudukkan sehingga
tidak ada master page atau pun slavepage.

Gambar 2. 7 Struktur Navigasi Non Linear

4. Struktur Navigasi Hybrid


Struktur hybrid merupakan struktur gabungan atau perpaduan antara struktur
linear dan struktur non linear yang dapat memberikan interaksi yang tinggi terhadap
pengguna program.

Gambar 2. 8 Struktur Navigasi Hybrid


2.5.1 Entity Relationship Diagram (ERD)
2.5.1.1 Definisi Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Rosa dan Shalahuddin (2014:53) “ERD adalah bentuk paling awal
dalam melakukan perancangan basis data relasional. Jika menggunakan OODMBS maka
perancangan ERD tidak perlu dilakukan”.

Menurut Ladjamudin (2013:142) “Entity Relationship Diagram (ERD) adalah


suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara
abstrak”.

2.5.1.2 Notasi ERD


Didalam ERD terdapat sejumlah aliran notasi seperti notasi Chen
(dikembangkan oleh Peter Chen), Barker (dikembangkan oleh Richard Barker, Ian Palmer
dan Harry Ellis), notasi Crow’s Foot, dan beberapa notasi lain. Tetapi notasi yang banyak
dipakai adalah notasi Chen. Berikut ini adalah simbol-simbol yang dipakai dalam ERD
dengan notasi Chen menurut Rosa dan Shalahuddin (2014:50):
1. Entitas/Entity

Gambar 2. 9 Entitas ERD

Entitas merupakan data inti yang akan disimpan, bakal tabel pada basis data,
benda yang memiliki data dan harus disimpan datanya agar dapat diakses oleh
aplikasi komputer. Penamaan entitas biasanya lebih ke kata benda dan belum
merupakan nama tabel.

2. Atribut

Gambar 2. 10 Atribut ERD

Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas.

3. Atribut Kunci Primer


Gambar 2. 11 Atribut Kunci Primer ERD

Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas dan digunakan
sebagai kunci akses record yang diinginkan, biasanya berupa id. Kunci primer dapat
lebih dari satu kolom, asalkan kombinasi dari beberapa kolom tersebut dapat bersifat
unik (berbeda tanpa ada yang sama).

4. Atribut Multi Nilai/Multivalue

Gambar 2. 12 Atribut Multivalue ERD

Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas yang dapat
memiliki lebih dari satu.

5. Relasi

Gambar 2. 13 Relasi ERD

Relasi yang menghubungkan antar entitas, biasanya diawali dengan kata kerja.

6. Asosiasi/Association

Gambar 2. 14 Asosiasi ERD

Penghubung antara relasi dan entitas dimana di kedua ujungnya memiliki


multiplicity kemungkinan jumlah pemakaian. Kemungkinan jumlah maksimum
keterhubungan antara entitas satu dengan entitas yang lain disebut dengan
kardinalitas. Misalkan ada kardinalitas 1 ke N atau sering disebut dengan one to many
menghubungkan entitas A dan entitas B.

2.5.2 Logical Record Structure (LRS)


2.5.2.1 Definisi Logical Record Structure (LRS)
Menurut Ladjamudin (2013:159) “Logical Record Structure (LRS) merupakan
hasil transformasi ERD ke LRS yang melalui proses kardinalitas dan menghasilkan atribut-
atribut yang saling berelasi”.
2.5.2.2 Kardinalitas dalam LRS
Menurut Ladjamudin (2013:159), Aturan pokok dalam melaksanakan
transformasi E-R Diagram ke logical record structure, disebabkan oleh elemen yang menjadi
titik perhatian utama pada langkah transformasi dengan proses kardinalitas, yang terdiri dari
tiga jenis kardinalitas yaitu sebagai berikut:
1. One to One
Yaitu proses kardinalitas yang panahnya lebih diarahkan di entity dengan
jumlah atribut yang lebih sedikit.
2. One to Many
Relasi harus digabungkan dengan entity pada pihak many, dan tidak perlu
melihat banyak sedikitnya pada entity tersebut.
3. Many to Many
Yaitu proses kardinalitas pada relationship berubah status menjadi file
konektor, sehingga baik entity maupun relasi akan menjadi struktur record sendiri.

2.5.2.3 Derajat Relationship


Menurut Ladjamudin (2013:144), “Derajat Relationship adalah jumlah entitas
yang berpartisipasi dalam satu Relationship”. Menurut Ladjamudin (2013:145), Derajat
relationship yang sering dipakai didalam ERD adalah sebagai berikut:
1. Unary Relationship
Unary relationship adalah model yang terjadi diantara entity yang berasal dari
entity set yang sama. Sering juga disebut sebagai recursive relationship atau reflective
relationship.
2. Binary Relationship
Adalah model relationship antara instance-instance dari suatu tipe entitas (dua
entity yang berasal dari entity yang sama). Relationship ini paling umum digunakan
dalam pembuatan model data.
3. Ternary Relationship
Ternary Relationship merupakan relationship antara instance-instance dari tiga
tipe entitas sepihak.

Anda mungkin juga menyukai