DISUSUN OLEH :
NAMA : SAFIRANNUR
NIM:160160011
KELAS: 3A
Segala puji bagi Allah SWT yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-
Nya kepada kita penulis, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Arsitektur
Nusantara dan Aceh mengenai “Bioskop Megaria” yang terletak di Jakarta ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka, saya menerima segala kritik dan saran agar dapat memperbaiki
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun bagi saya
sendiri.
SAFIRANNUR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Bioskop Metropole (Megaria)
B. Sejarah Berdirinya Bioskop Metropole (Megaria)
C. Fungsi Bioskop Metropole (Megaria)
D. Konsep Arsitektur Pada Bioskop Metropole (Megaria)
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1984, konsep cineplex (membagi satu gedung menjadi beberapa
kompleks teater) mulai dikenal di Indonesia, pertama kali diterapkan oleh Teater
Kartika Chandra. Bioskop Megaria mengikuti strategi ini dan menambah satu teater
tambahan di belakang gedung utama. Namun, strategi Bioskop Megaria tidak
sesukses Kartika Chandra, dan akhirnya bioskop ini bangkrut. Kompleks teater ini
kemudian dibeli oleh grup jaringan bioskop 21 Cineplex, yang dikelola oleh Subentra
Grup pada tahun 1989 dan diubah namanya menjadi Metropole 21. 21 Cineplex
mengubah rancangan interior gedung itu dengan membagi ruang bioskop utama
menjadi 3 bioskop berukuran kecil dan satu teater di gedung tambahan, dengan
kapasitas tempat duduk sekitar kurang dari 170 kursi setiap ruangannya. Dengan
demikian Metropole 21 menjadi bioskop yang memiliki 4 teater. Namanya pun
sempat berubah menjadi Megaria 21. Gedung ini dinyatakan sebagai Bangunan
Cagar Budaya Kelas A yang dilindungi dan tidak boleh dibongkar oleh Gubernur
DKI Jakarta pada tahun 1993.
Selain bioskop dengan 4 teater milik 21 Cineplex group, sepanjang dasawarsa
1990-an sampai akhir dasawarsa 2000-an, gedung ini disewa oleh beberapa usaha
kelas menengah, antara lain terdapat pula sasana biliar di lantai dua yang luas.
Sementara di lantai dasar terdapat tempat cukur, dan beberapa restoran; antara lain
kedai pempekmegaria, rumah makan masakan Tionghoa, dan rumah makan ayam
bakar khas Jawa. Sementara gedung sekunder pada lantai dasarnya disewa oleh gerai
pasar swalayan Hero, dan perkantoran pada lantai di atasnya.
Karena lokasinya yang dekat dengan kantor pusat tiga partai dominan pada masa
Orde Baru—Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), dan Golongan Karya (Golkar)—Megaria menjadi salah satu lokasi populer
untuk berkumpul bagi mahasiswa pada masa reformasi pada akhir tahun 1990-an.
Pada awal 2007, tersiar berita bahwa gedung bioskop ini akan dijual. Lahan dan
bangunannya ditawarkan dengan harga Rp 15 juta per m² atau total sekitar Rp
151,099 miliar. Namun pada tahun 2008, rencana penjualan tersebut dibatalkan. Grup
21 Cineplex memperpanjang masa sewa dan melakukan renovasi baik pada bagian
interior maupun eksterior bangunan dan mengubahnya menjadi bioskop untuk
kalangan menengah ke atas, namanya pun diubah menjadi Metropole XXI.
Setelah renovasi yang digelar antara tahun 2008 dan 2013, penyewa gedung ini
pun berubah menyesuaikan dengan peruntukannya yang sebagai gerai kelas atas,
yakni dengan penerapan biaya sewa yang jauh lebih tinggi pula. Semula Grup
Cineplex 21 sempat membuka kedai XXI Garden Cafe, yang kemudian digantikan
oleh gerai Starbucks pada 2014. Sementara tempat cukur, kedai pempek dan beberapa
rumah makan di lantai dasar digantikan oleh bakery (toko roti) dan beberapa toko.
Sasana biliar di lantai dua kini telah digantikan oleh Roemah Kuliner, sebuah restoran
kelas atas dengan konsep food hall (mirip food court) yang menyajikan masakan
Indonesia. Gedung kedua di sebelah timur bekas pasar swalayan, kini menjadi ruang
pamer Grohe, produk sanitasi air mewah (keran, bak, wastafel, dan perlengkapan
mandi dan sanitasi lainnya) asal Jerman.
Metropole terdiri dari tiga gedung utama. Satu gedung digunakan sebagai
bioskop, yang kini dimiliki oleh grup 21 Cineplex. Dahulu bioskop ini hanya
memiliki satu teater yang berukuran sangat besar, yang mampu menampung sekitar
1.000 orang penonton termasuk kursi di balkon. Gedung ini kemudian direnovasi dan
dibagi menjadi empat teater, masing-masing berkapasitas kurang dari 170 orang. Dua
gedung lainnya terletak di bagian pinggir dan belakang: satu digunakan sebagai salah
satu sinepleks (teater 4) dan ruang pertunjukan, dan satu lainnya sebagai tempat
perkantoran dan supermarket. Supermarket Hero yang menempati gedung kedua
kemudian digantikan dengan ruang pamer Grohe, produk sanitasi air (keran,
pancuran air, dll.) asal Jerman. Seluruh gedung ini berdiri di atas tanah 11.800-m² dan
memiliki total 12 pengontrak.
Aliran idealis yang mengarah pada gaya kolektif dan universal ini banyak
menggunakan garis-garis lurus (vertikal maupun horizontal) dengan bentuk-bentuk
dasar dan juga warna-warna dasar sebagai elemennya. Elemen dekoratif bukan
bagian dari gerakan yang menekankan kebutuhan praktis, fungsional dan ekonomis
dari sebuah bangunan.
Warna yang digunakan bukan sebagai elemen dekoratif, melainkan sebagai
media ekspresi diri. Bioskop Megaria yang dirancang oleh Han Groenewegen (lahir
di Den Haag 1888, meninggal di Jakarta 1980) banyak berorientasi pada aliran De
Stijl seperti tampak pada menara menjulang yang merupakan salah satu ciri khas De
Stijl, dengan permainan garis horisontal dan vertikal sebagai bagian dari ekspresi
bangunan.
Bangunan model ini biasanya dirancang dalam empat tampak, yaitu tampak
depan, samping kiri dan kanan, serta tampak belakang. Tidak seperti gaya bangunan
frontal yang lebih mengutamakan tampak depan.
Tema dan Konsep Desain Tema yang dipilih dalam perancangan dengan judul
”Revitalisasi Bangunan Megaria Sebagai Pusat Cinema” adalah Integrasi. Integrasi
adalah proses mengkoordinasikan berbagai tugas, fungsi, dan bagian-bagian,
sedemikian rupa dapat bekerja sama dan tidak saling bertentangan dalam pencapaian
sasaran dan tujuan (Webster’s New Collegiate Dictionary). Senada 6 dengan
sinkronisasi, keluaran upaya integrasi adalah kesamaan pencapaian sasaran dan
tujuan.
http://repository.gunadarma.ac.id/609/1/REVITALISASI%20BANGUNAN%20MEGARIA
%20SEBAGAI%20PUSAT%20SINEMA_UG.pdf
https://www.fimela.com/beauty-health/kisah-perjalanan-hidup-metropole-xxi-110426b.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bioskop_Metropole,_Jakarta
https://feed.merdeka.com/trend/cerita-tentang-metropole-bioskop-tertua-di-jakarta-1411289.html