Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH

“ BIOSKOP METROPOLE (MEGARIA), JAKARTA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SAFIRANNUR
NIM:160160011
KELAS: 3A

PROGRAM PENDIDIKAN ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-
Nya kepada kita penulis, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Arsitektur
Nusantara dan Aceh mengenai “Bioskop Megaria” yang terletak di Jakarta ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai konsep


bangunan dari Bioskop Metropole (Megaria) tersebut, sekaligus menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Arsitektur Nusantara dan Aceh.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka, saya menerima segala kritik dan saran agar dapat memperbaiki
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun bagi saya
sendiri.

Lhokseumawe, 22 november 2017

SAFIRANNUR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Bioskop Metropole (Megaria)
B. Sejarah Berdirinya Bioskop Metropole (Megaria)
C. Fungsi Bioskop Metropole (Megaria)
D. Konsep Arsitektur Pada Bioskop Metropole (Megaria)

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bioskop Metropole (Megaria) di Kota Jakarta adalah sebuah


gedung bioskop bersejarah yang dibangun pada tahun 1932 dengan nama Bioscoop
Metropool, sesuai dengan ejaan bahasa Belanda pada waktu itu. Sejak tahun 1993,
Metropole dimasukkan sebagai cagar budaya oleh gubernur Jakarta. Selain bioskop
yang kini dikelola oleh 21 Cineplex group, terdapat pula gerai kopiStarbucks, toko
roti, dan restoran di lantai dua. Sementara gedung kedua kini ditempati ruang
pamer Grohe, produk sanitasi air asal Jerman.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Bioskop Metropole (Megaria) ?


2. Sebutkan letak geografis dari Bioskop Metropole (Megaria) !
3. Apakah fungsi dari Bioskop Metropole (Megaria) tersebut ?
4. Sebutkan konsep arsitektur yang diterapkan pada Bioskop Metropole
(Megaria)?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Bioskop Metropole (Megaria)


2. Mengetahui letak georafis dari Bioskop Metropole (Megaria)
3. Mengetahui fungsi dari Bioskop Metropole (Megaria)
4. Mengetahui konsep arsitektural yang diterapkan pada Bioskop Metropole
(Megaria)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Bioskop Metropole (Megaria)


Bioskop yang terletak di sudut Jalan
Pegangsaan dan Jalan Diponegoro,
Menteng, Jakarta Pusat dan berkapasitas
1.000 penonton ini adalah salah satu bioskop
terbesar dan tertua, dengan arsitektur
bergaya Art Deco yang masih tersisa di
Jakarta hingga sekarang. Pada 1951, gedung
dan lahan seluas 11.623m² ini dimiliki oleh
PT Bioskop Metropole. Bangunannya dirancang oleh Liauw Goan Sing, dan awalnya
diberi nama Bioscoop Metropool. Bioskop ini mulai dibangun pada tahun 1932 dan
diresmikan tahun 1949 oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta. Nama bioskop ini
diganti menjadi Bioskop Megaria akibat adanya kebijakan anti-Barat dari Presiden
Soekarno pada tahun 1960.

Pada tahun awalnya, Bioskop Metropole terikat kontrak sehingga hanya


menayangkan film-film yang diluncurkan oleh MGM, namun pada saat pelaksanaan
Festival Film Indonesia (FFI) pertama pada tahun 1955, Bioskop Metropole ikut serta
menayangkan film-film Indonesia. Gedung Bioskop Metropole juga menjadi tempat
dilaksanakannya rapat penting yang menjadi cikal bakal pendirian Gabungan
Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI).

Pada tahun 1984, konsep cineplex (membagi satu gedung menjadi beberapa
kompleks teater) mulai dikenal di Indonesia, pertama kali diterapkan oleh Teater
Kartika Chandra. Bioskop Megaria mengikuti strategi ini dan menambah satu teater
tambahan di belakang gedung utama. Namun, strategi Bioskop Megaria tidak
sesukses Kartika Chandra, dan akhirnya bioskop ini bangkrut. Kompleks teater ini
kemudian dibeli oleh grup jaringan bioskop 21 Cineplex, yang dikelola oleh Subentra
Grup pada tahun 1989 dan diubah namanya menjadi Metropole 21. 21 Cineplex
mengubah rancangan interior gedung itu dengan membagi ruang bioskop utama
menjadi 3 bioskop berukuran kecil dan satu teater di gedung tambahan, dengan
kapasitas tempat duduk sekitar kurang dari 170 kursi setiap ruangannya. Dengan
demikian Metropole 21 menjadi bioskop yang memiliki 4 teater. Namanya pun
sempat berubah menjadi Megaria 21. Gedung ini dinyatakan sebagai Bangunan
Cagar Budaya Kelas A yang dilindungi dan tidak boleh dibongkar oleh Gubernur
DKI Jakarta pada tahun 1993.
Selain bioskop dengan 4 teater milik 21 Cineplex group, sepanjang dasawarsa
1990-an sampai akhir dasawarsa 2000-an, gedung ini disewa oleh beberapa usaha
kelas menengah, antara lain terdapat pula sasana biliar di lantai dua yang luas.
Sementara di lantai dasar terdapat tempat cukur, dan beberapa restoran; antara lain
kedai pempekmegaria, rumah makan masakan Tionghoa, dan rumah makan ayam
bakar khas Jawa. Sementara gedung sekunder pada lantai dasarnya disewa oleh gerai
pasar swalayan Hero, dan perkantoran pada lantai di atasnya.

Karena lokasinya yang dekat dengan kantor pusat tiga partai dominan pada masa
Orde Baru—Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), dan Golongan Karya (Golkar)—Megaria menjadi salah satu lokasi populer
untuk berkumpul bagi mahasiswa pada masa reformasi pada akhir tahun 1990-an.

Pada awal 2007, tersiar berita bahwa gedung bioskop ini akan dijual. Lahan dan
bangunannya ditawarkan dengan harga Rp 15 juta per m² atau total sekitar Rp
151,099 miliar. Namun pada tahun 2008, rencana penjualan tersebut dibatalkan. Grup
21 Cineplex memperpanjang masa sewa dan melakukan renovasi baik pada bagian
interior maupun eksterior bangunan dan mengubahnya menjadi bioskop untuk
kalangan menengah ke atas, namanya pun diubah menjadi Metropole XXI.

Setelah renovasi yang digelar antara tahun 2008 dan 2013, penyewa gedung ini
pun berubah menyesuaikan dengan peruntukannya yang sebagai gerai kelas atas,
yakni dengan penerapan biaya sewa yang jauh lebih tinggi pula. Semula Grup
Cineplex 21 sempat membuka kedai XXI Garden Cafe, yang kemudian digantikan
oleh gerai Starbucks pada 2014. Sementara tempat cukur, kedai pempek dan beberapa
rumah makan di lantai dasar digantikan oleh bakery (toko roti) dan beberapa toko.
Sasana biliar di lantai dua kini telah digantikan oleh Roemah Kuliner, sebuah restoran
kelas atas dengan konsep food hall (mirip food court) yang menyajikan masakan
Indonesia. Gedung kedua di sebelah timur bekas pasar swalayan, kini menjadi ruang
pamer Grohe, produk sanitasi air mewah (keran, bak, wastafel, dan perlengkapan
mandi dan sanitasi lainnya) asal Jerman.

B. Letak Geografis Bioskop Metropole (Megaria)


Bioskop Metropole terletak di dekat persimpangan antara Jalan Pangeran
Diponegoro, Jalan Pegangsaan Timur, dan Jalan Proklamasi, di kawasan perumahan
mewah Menteng, di Jakarta Pusat. Gedung ini dekat dengan perlintasan kereta api
yang menghubungkan Stasiun Cikini dan Stasiun Manggarai (kini rel layang kereta
api).

Metropole terdiri dari tiga gedung utama. Satu gedung digunakan sebagai
bioskop, yang kini dimiliki oleh grup 21 Cineplex. Dahulu bioskop ini hanya
memiliki satu teater yang berukuran sangat besar, yang mampu menampung sekitar
1.000 orang penonton termasuk kursi di balkon. Gedung ini kemudian direnovasi dan
dibagi menjadi empat teater, masing-masing berkapasitas kurang dari 170 orang. Dua
gedung lainnya terletak di bagian pinggir dan belakang: satu digunakan sebagai salah
satu sinepleks (teater 4) dan ruang pertunjukan, dan satu lainnya sebagai tempat
perkantoran dan supermarket. Supermarket Hero yang menempati gedung kedua
kemudian digantikan dengan ruang pamer Grohe, produk sanitasi air (keran,
pancuran air, dll.) asal Jerman. Seluruh gedung ini berdiri di atas tanah 11.800-m² dan
memiliki total 12 pengontrak.

C. Fungsi Bioskop Metropole (Megaria)

Fungsinya dari Bioskop Metropole (Megaria) yakni diperuntukkan


sebagai gedung pertunjukan pemutaran film.

Selain difungsikan sebagai gedung pertunjukan, Bioskop Metropole ini


juga dijadikan nilai sejarah, yaitu dengan dikaitkannya dengan peristiwa-peristiwa
perjuangan, ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan
pada tingkat nasional dan daerah.

Bioskop Metropole dijadikan sebagai pusat sinema yang merupakan wadah


untuk mengembangkan dan melestarikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
dunia perfilman di Indonesia.
D. Konsep Arsitektur Pada Bioskop Metropole (Megaria)

Konsep arsitektur pada bangunan Bioskop Mteropole (Megaria) ini


dikenalm dengan nama International Style. Salah satu gaya yang mempengaruhi
International Style adalah gaya De Stijl dari Belanda. De Stijl sendiri berasal dari
nama sebuah majalah seni yang didirikan oleh Theo van Doesburg, seorang pelukis
yang terkadang juga merancang bangunan (arsitek).

Aliran idealis yang mengarah pada gaya kolektif dan universal ini banyak
menggunakan garis-garis lurus (vertikal maupun horizontal) dengan bentuk-bentuk
dasar dan juga warna-warna dasar sebagai elemennya. Elemen dekoratif bukan
bagian dari gerakan yang menekankan kebutuhan praktis, fungsional dan ekonomis
dari sebuah bangunan.
Warna yang digunakan bukan sebagai elemen dekoratif, melainkan sebagai
media ekspresi diri. Bioskop Megaria yang dirancang oleh Han Groenewegen (lahir
di Den Haag 1888, meninggal di Jakarta 1980) banyak berorientasi pada aliran De
Stijl seperti tampak pada menara menjulang yang merupakan salah satu ciri khas De
Stijl, dengan permainan garis horisontal dan vertikal sebagai bagian dari ekspresi
bangunan.

Bangunan model ini biasanya dirancang dalam empat tampak, yaitu tampak
depan, samping kiri dan kanan, serta tampak belakang. Tidak seperti gaya bangunan
frontal yang lebih mengutamakan tampak depan.

Gaya bangunan ini juga menandai perkembangan arsitektur modern di


Indonesia. Karena tema proyek ini adalah integrasi, maka akan berpengaruh ke
berbagai aspek termasuk pemilihan gaya bangunan. Bangunan pendukung akan
dibuat berkesan melanjutkan gaya dari bangunan utama yaitu De Stijl namun dengan
porsi yang sesuai komposisi keseluruhan.
E. Tema Arsitektur Pada Bioskop Metropole (Megaria)

Tema dan Konsep Desain Tema yang dipilih dalam perancangan dengan judul
”Revitalisasi Bangunan Megaria Sebagai Pusat Cinema” adalah Integrasi. Integrasi
adalah proses mengkoordinasikan berbagai tugas, fungsi, dan bagian-bagian,
sedemikian rupa dapat bekerja sama dan tidak saling bertentangan dalam pencapaian
sasaran dan tujuan (Webster’s New Collegiate Dictionary). Senada 6 dengan
sinkronisasi, keluaran upaya integrasi adalah kesamaan pencapaian sasaran dan
tujuan.

Dalam sinkronisasi, keserasian atau keharmonisan dalam berinteraksi lebih


diutamakan, dalam integrasi, keterpaduan dalam pencapaian sasaran dan tujuan
bersama merupakan kata kuncinya.

Tema Desain “Integrasi” Integrasi tidak menuntut penyeragaman, tetapi saling


mengisi (komplementer) di antara komponen-komponen atau fungsi-fungsi. Semua
keluaran komponen atau fungsi dipadukan secara holistik, saling mengisi, sehingga
secara sektoral tidak saling menonjolkan diri, tetapi terarah kepada keluaran, sasaran
dan tujuan bersama. Komplementer dan holistik adalah kata-kata kunci dalam
integrasi. Pemilihan tema Integrasi juga didasarkan atas klasifikasi bangunan Megaria
yang termasuk pada kriteria bangunan golongan A.
Secara keseluruhan bangunan tidak boleh dirubah bentuk sehingga dapat
dinikmati oleh generasi yang akan datang. Karena bangunan pendukung sekarang ini
kondisi fisik maupun fungsi ruang sudah tidak layak pakai lagi dan tidak termasuk
yang Golongan A, bangunan ini akan di bongkar total dan akan diganti dengan
bangunan pendukung yang baru. Melalui tema yang dipilih akan diupayakan
memvitalkan kembali fungsi yang telah ada yaitu sebagai bangunan bioskop.
Bangunan akan dikembangkan menjadi pusat sinema sehingga akan adanya
penambahan fungsi dan ruang.

Mengingat fungsi bangunan adalah sebagai pusat sinema yang merupakan


wadah untuk mengembangkan dan melestarikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan dunia perfilman di Indonesia maka perlu rancangan yang menerapkan unsur
teknologi modern dengan tampilan bentuk bangunan yang menerapkan gaya-gaya
arsitektur modern pula.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.gunadarma.ac.id/609/1/REVITALISASI%20BANGUNAN%20MEGARIA
%20SEBAGAI%20PUSAT%20SINEMA_UG.pdf

https://www.fimela.com/beauty-health/kisah-perjalanan-hidup-metropole-xxi-110426b.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Bioskop_Metropole,_Jakarta

https://feed.merdeka.com/trend/cerita-tentang-metropole-bioskop-tertua-di-jakarta-1411289.html

Anda mungkin juga menyukai