BUKITTINGI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
SPO-IRM 1–4
2. Khusus
a. Bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan
1. Sebagai acuan dalam penyusunan rencana pengembangan pelayanan
fisioterapi disarana kesehatan
2. Sebagai acuan dalam melaksanakan bimbingan teknis (clinical
supervition)
3. Sebagai acuan dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan
fisioterapi
Prosedur Jenis pelayanan ditinjau dari peralatan dapat dipilah sebagai berikut :
1. Test Evaluation and Diagnostic
a. Manual Muscle Test and Muscle Performance Test
b.Joint Range of Motion measurement
c. Strength Duration Curve
d.Surface EMG / Myomed
2. Electrotherapy meliputi :
a. Short Wave Diathermy
b.Micro Wave Diathermy
c. Ultra Sound
d.Low and Middle Electrical Stimulation
4. Hydrotherapy meliputi :
a. Hot pack hydro collator
b.Paraffin Bath
c. Cold Pack
d.Jet air Cyrotherapy
5. Mechanotherapy meliputi :
a. General / Lokal exercise
b.Pre and Pots operative exercise
c. Pre and Post Natal exercise
d.Gait Training with / without walking edge
e.Specific neurological condition exercise
f. Specific pediatric condition exercise
g. Chest physiotherapy / exercise
Prosedur Indikasi :
1. Kondisi Pasien Dalam Keadaan Bed Rest Total
2. Kondisi Koma/Post Koma
3. Kondisi Post Operative
4. Kondisi Post Fracture/Dislokasi Yang Masih Akut
Kontraindikasi Mutlak :
1. Penderita Dalam Keadaan Panas Tinggi
2. Penderita Penyakit Jantung Yang Masih Dalam Pengawasan
Kontraindikasi Relatif :
1. Penderita hipertensi
Tekhnik Aplikasi :
Untuk indikasi no 1, 2, 3, 4, dan 5 :
1. Posisi penderita tidur atau duduk yang enak, anggota yang akan disinar
diganjal dengan bantal.
2. Bagian yang akan disinar dibebaskan dari pakaian, kulit dicuci dengan sabun
dilap kering, bagian anggota/badan yang tidak disinar ditutup dengan
handuk.
3. Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin.
4. Control peralatan : lampu dihidupkan, diatur sehingga jarak lampu ke kulit
45 – 60 cm, sinar jatuh tegak lurus kekulit.
Control waktu penyinaran : terlalu panas atau kurang panas, bila keluar
keringat dilap sampai kering.
5. Selesai terapi : peralatan dipindahkan, bila penderita pusing disuruh tiduran
dahulu
6. Khusus indikasi no 5, penyinaran diberitahukan pada kulit sekitar luka.
Dosis Exercise
Waktu : Setiap 1 macam gerakan dari suatu sendi diberikan 5 – 8 x gerakan
dengan waktu sesuai dengan toleransi penderita.
Pengulangan : 1 x1 hari
Seri : 10 kali
Tekhnik Aplikasi
1. Posisi tiduran atau duduk dalam keadaan rileks
2. Pergerakan diberikan sesuai fungsi otot atau kelompok otot, pada bidang
gerak sendinya mencapai range of movement (ROM) yang penuh.
3. Bantuan pernafasan, dengan shaking dan vibrasi untuk membantu expirasi
penderita terutama yang dalam keadaan lemah atau koma.
Unit Terkait Instalasi rawat jalan dan rawat inap
Klinik swasta/ Rs Pemerintah
Rujukan Rs/ Institusi lainnya
Dokumen Terkait Lembar Konsul
Surat rujukan/ kiriman untuk tindakan Rehabilitasi Medik
NO NO.REVISI HALAMAN
DOKUMEN 1–3
SPO-IRM
Pengertian Adalah tahap – tahap yang dilaksanakan berurutan dalam pelayanan Fisioterapi.
Tujuan Agar diperoleh pelayanan yang efektif dan efesien untuk tetap menjaga kualitas
pelayanan terhadap pasien.
2. Anamnesis.
- Data riwayat penyakit, keluhan yang dirasakan.
- Pemeriksaan data klinis yang ada : Rontgen, Laboratorium, Tensi, Suhu
tubuh, Berat badan, dll.
3. Pemeriksaan Fisik.
- Dengan cara Inspeksi, palpasi, auskultasi.
- Pengambilan / pemeriksaan data – data klinis yang diperlukan.
4. Menegakkan Diagnose.
Dengan diagnose [Suspected], gejala, keluhan, bila dari dokter pengirim
sudah ada dikuatkan dan dilengkapi.
7. Pelaksanan Terapi.
Persiapan tempat dan alat pelaksanaan terapi sesuai dengan standar teknik
aplikasinya.
8. Evaluasi
Adanya perubahan, tetap saja, membaik, atau sembuh sama sekali.
9. Laporan
Laporan administrasi
5. Penentuan terapi meliputi : Jenis dosis, pengulangan dan serinya, alat – alat
khusus yang diperlukan. Pelaksana : Fisioterapis.
9. Laporan Administrasi.
Terapi yang dilakukan, dosisnya, pengulangan serinya, usulan tindak lanjut,
dll.
Prosedur
Indikasi :
1. Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma, tahap akut, sub akut,
kronik.
2. Trauma : pada system musculoskeletal.
3. Adanya keluhan nyeri pada system musculosceletal.
4. Kondisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot dan jaringan lunak.
5. Persiapan suatu latihan / senam.
6. Gangguan pada system peredaran darah.
Kontra Indikasi :
1. Panas lebih dari 370C.
2. Adanya pendarahan atau kecenderungan pendarahan.
3. Adanya keganasan.
4. Lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.
5. Adanya logam didalam tubuh atau menempel pada kulit.
6. Penderita anak – anak dan dewasa yang tidak bias diatur.
Gangguan sensorik pada kulit, wanita mengandung, khusus daerah pelvic
Dosis :
Penentuan dosis intesitas tergantung Aktualitas patologi dan akut / kronik kasus
Tekhnik Aplikasi :
Untuk nomor aplikasi 1 sampai 5 antara lain :
1. Posisi penderita, senyaman mungkin tiduran atau duduk.
2. Metode pemasangan electrode :
a. Trough yang trough : bila yang dituju adalah local dan dalam.
b. Cross – fire : bila yang dituju suatu daerah organ yang berongga atau
pelvic.
c. Longitudinal : yang dituju dangkal dan luas atau memanjang.
d. Monopolar : bila yang dituju local dan dangkal.
e. Cable method : yang dituju daerah / anggota berupa silinder
memanjang
f. Khusus pada indikasi no 5, pemasangan electrode pada daerah
vasomotor.
g. Bila yang dituju demikian luasnya maka perlu dipasang lebih dari satu
kali.
h. Pemasangan electrode tidak boleh menempel langsung pada kulit,
ada spasi, tempat yang menonjol spasi diperbesar.
Prosedur Indikasi :
1. Kondisi sehabis trauma sub akut atau kronik.
2. Kondisi peradaran sub akut dan kronik.
3. Kondisi kelumpuhan / kelayuhan / nyeri urat saraf pusat atau tepi.
4. Kondisi ketegangan otot dan nyeri.
5. Kondisi luka superfisil kronik dengan tekhnik khusus.
Kontra Indikasi :
1. Anastesia pada kulit.
2. Kondisi gangguan peredaran darah arteri, tepat lokasi tidak boleh dikenakan
langsung.
3. Kondisi dengan kecenderungan terjadi perdarahan superficial.
4. Kondisi sehabis radioterapi sebelum 3 bulan.
Dosis :
Waktu : 10 – 20 menit.
Pengulangan sub akut 1 x 1 hari, kronik 1 x 2 hari.
Seri : 10 kali.
Tekhnik Aplikasi :
Untuk indikasi no 1, 2, 3, 4, dan 5 :
1. Posisi penderita tidur atau duduk yang nyaman, anggota yang akan disinar
diganjal dengan bantal.
2. Bagian yang akan disinar dibebaskan dari pakaian, kulit dicuci dengan sabun
di lap kering, bagian anggota / badan yang tidak disinar ditutup dengan
handuk.
3. Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin.
4. Control peralatan : lampu dihidupkan, diatur sehingga jarak lampu ke kulit
45 – 60 cm, sinar jatuh tegak lurus kekulit.
Control waktu penyinaran : terlalu panas atau kurang panas, bila keluar
keringat dilap sampai kering.
5. Selesai terapi : peralatan dipindahkan, bila penderita pusing disuruh tiduran
dahulu
6. Khusus indikasi no 5, penyinaran diberitahukan pada kulit sekitar luka.
Prosedur Indikasi :
1. Kondisi peradangan sub akut dan kronik.
2. Kondisi traumatic sub akut dan kronik.
3. Adanya jaringan parut [scar tissue] pada kulit sehabis luka operasi atau luka
bakar.
4. Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan, perelngketan jaringan
lunak [otot, tendon, dan ligamentum].
5. Kondisi Inflamasi kronik.
Kontra Indikasi :
1. Jaringan lembut : mata, ovarium, testis, otak.
2. Jaringan yang baru sembuh, jaringan / granulasi baru.
3. Kelainan : khusus pada daerah uterus.
4. Pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat [tidak mencukupi].
5. Tanda – tanda keganasan.
6. Infeksi bakteri specific.
Dosis :
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, dan 4.
1. Sub akut : intensitas ¼ - 1 dengan waktu 3 menit pengulangan 1 x 1 serta
seri 10 kali.
2. Kronik : intensiotas 1 ½ watt/cm2 dengan waktu 5 – 10 menit.
Pengulangan 1 x 1 hari atau 1 x 2 hari, sehari 12 – 18 kali.
3. Dosis maximum : intensitas 2-2,5 watt/ cm2 dengan waktu 5 – 10 menit.
Tekhnik Aplikasi :
1. Pemberian ultrasonic kebanyakan dikombinasikan dengan mekanoterapi.
2. Daerah yang akan diterapi ultrasonic harus bebas dari pakaian, diposisikan
dalam posisi penerapan [relax atau terulur] yang nyaman tersangga.
3. Gunakan sonogel atau media lain [air, gel diklofenak / piroksikam, dll]
sebagai media penghantar atau under water.
Prosedur Indikasi :
1. Otot yang layuh [lower motor neuron lesion] dengan nilai otot dibawah 3.
Bila karena trauma pada urat syaraf, maka perlu pemeriksaan electro
myography [E.M.G] untuk mengetahui tingkat kerusakan komplit atau
partial.
2. Kelemahan otot karena adanya penyakit atau karena otot lama tidak
berfungsi [disuse atrophy], dengan nilai otot dibawah 3.
3. Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri sangat, misal sehabis
trauma.
4. Otot yang dipindahkan tendonnya / fungsinya [tendon transver], tiga minggu
sesudah operasi.
5. Adanya pembengkakan local / setempat pada anggotanya.
6. Otot yang memendek atau berlengketan [contraktur].
Kontra Indikasi :
1. Kondisi sehabis operasi urat saraf atau penyambungan, yang
konduktivitasnya belum membaik berdasarkan pemeriksaan E.M.G.
2. Lower motor neuron lesion sehabis trauma yang masih baru, dengan
keluhan-keluhan nyeri yang sangat.
3. Lower motor neuron lesion dengan complete nerve lesion.
4. Penderita dalam keadaan panas tinggi.
Dosis :
Untuk indikasi no 1, 2, 3,. 4, 5, dan 6
1. Intensitas : 2- 60 mA [ kontraksi optimal], durasi 0,001 – 1 msc.
2. Waktu : tipa satu motor point pada otot perlu 30-90 kali rangsangan
dengan waktu 1 – 3 menit.
3. Pengulangan : umumnya 1 kali 1 hari, khusus no 1, 2 dan 4 bila otot telah
mencapai nilai 2 cukup satu kali 2 hari.
4. Seri : 5 – 10 kali.
Tehknik Aplikasi
Untuk indikasi no 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
1. Posisi penderita : tiduran yang nyaman dan rileks.
2. Anggota badan yang diobati tersangga dengan baik dalam posisi semi feksi
atau dalam keadaan rileks.
3. Bagian badan atau anggota yang akan diterapi, kulitnya dicuci dengan sabun
sampai bersih dan dikeringkan.
4. Pemasangan electrode : satu berupa ped electrode pada nerve trunk, satu
lagi berupa button electrode tiap – tiap pain point otot, dipindah –
pindahkan dengan selalu dipegang.
5. Kontraksi yang timbul optimal untuk mendidik atau untuk penguatan
6. Penderita perlu mengikuti setiap rangsangan dengan suatu usaha kontraksi
otot.
7. Khusus indikasi no 5 anggota / otot yang hendak diterapi dibalut tekan
dengan perban elastic dan dielevasikan.
8. Khusus indikasi no 6 otot yang dirangsang diposisikan dalam keadaan
terulur.
Prosedur Indikasi :
1. Kondisi lower motor neuron lesion baru ynag masih disertai keluhan nyeri.
2. Kondisi sehabis trauma atau operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum
membaik, perlu pemeriksaan E.M.G.
3. Kondisi lower motor neuron lesion kronik yang sudah terjadi partial / total
dennervated muscle.
4. Kondisi pasca operasi tendon transverse.
5. Kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai counter irritation atau awal dari
suatu latihan [prelimnary exercise].
6. Kondisi peradangan sendi orteoarthritis, rheumatoid arthritis, tennis elbow
dll.
7. Kondisi pembengkakan setempat [local oedema] yang belum sepuluh hari.
Kontra Indikasi :
1. Sehabis operasi tendon transver sebelum tiga minggu.
2. Adanya rupture tendon / otot sebelum terjadi penyambungan.
3. Kondisi peradangan akut atau penderita dalam keadaan panas.
Dosis :
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
1. Posisi penderita tiduran yang enak dan rileks.
2. Bagian badan / anggota yang akan diberikan kulit telah dicuci bersih dan
dikeringkan.
3. Pemasangan elektode : satu ped electrode positif pada origo dari pada otot,
atau electrode negative berupa pad / button pada insertion dari pada otot
tersebut.
4. Jenis arus listrik yang dipakai adalah jenis interrupt direct current.
5. Khusus indikasi nomor 5, dengan dua buah pada elektroda dipasang
berhadapan [trough and trough] atau sejajar [longitudinal] dipilih jenis arus
direct current.
6. Khusus indikasi no 6, dua buah pad elektroda dipasang longitudinal, dengan
anoda electrode positif pada daerah proximalnya, system ini disebut an
elektro porosis.
7. Untuk modulasi nyeri dapat digunakan beberapa jenis arus :
Diadynamis, Ultra Reiz, TENS, atau HPVC.
Kontra indikasi
1. Penderita panas tinggi dan adanya proses peradangan akut
2. Force passive movement khusus stiff elbow.
3. Hipertensi dan hiper adduksi pada :
- Post fractur collum fermis
- Post fractur shaft of femur dengan pen.
Dosis :
Untuk indikasi nomor 1 s/d 7
1. Diberikan pasif sesuai dengan fungsinya, dengan ulangan 5 – 8 kali
gerakan.
2. Waktu 15 – 40 menit
3. Pengulangan 1 x 1 hari, 1 x 2 hari kondisi kronik.
4. Seri: 10 Kali
Tekhnik Aplikasi :
1. Posisi : Tiduran atau duduk keadaan rileks
2. Pergerakan passif sesuai fungsi otot atau kelompok otot , pada bidang
gerak sendinya mencapai range of movement (ROM) yang penuh.
3. Pasif / bantuan pernapasan, dengan shaking dan vibrasi untuk membantu
expirasi penderita terutama yang dalam keaadaan lemah atau coma.
Prosedur Indikasi :
1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 1 dan 2
2. Kondisi kesulitan mengontrol gerak
3. Kondisi terhambatnya gerak-gerak sendi
Kontra indikasi
Untuk II, III dan IV
1. Penderita panas tinggi
2. Penderita dalam keadaan bedrest total
3. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus
4. Penderita khusus habis operasi dengan moore prothese gerakan sendi
paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan
5. Penderita yang tidak kooperatif
Dosis :
Untuk indikasi nomor 1,2 dan 3
Waktu : setiap satu macam gerakan dari suatu sendi diberikan 10 – 30
gerakan, dengan waktu sesuai dengan toleransi penderita.
1. Pengulangan 1 x 1 hari
2. Seri : 10 kali
Tekhnik aplikasi
Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 3.
1. Posisi penderita yang enak, rileks dan stabil, dengan ruangan gerak
yang cukup
2. Anggota yang dilatih diberikan penyangga (support) dan penahan
(fixasi) pada bagian proximalnya
3. Diusahakan yang dicapai perlemasan (relaxasi) pada otot antagonis
dari pada gerakan yang dimaksud
RSI IBNU SINA YARSI FREE ACTIVE MOVEMENT
BUKITTINGGI
NO NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN 1-2
SPO-IRM-
STANDAR PROSEDUR 4.Tanggal
Diberikan contoh arah gerakan (pattern of movement) pada gerakan
Terbit
OPERASIONAL sendi yang penuh. Ditetapkan Direktur
5. Diberikan komando yang jelas. Gerakan sendi yang penuh dan diulang-
ulang dengan irama yang sama.
6. Perlu dijalin kerja sama antara terapis dengan penderita
7. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihanMARS
Dr. Hj.ZULFA, pernafasan.
NIP.
Pengertian Adalah gerak sendi aktif tanpa tahanan ataupun bantuan dari luar
Unit Terkait Instalasi rawat jalan dan rawat inap
Klinik swasta/ Rs Pemerintah
Tujuan Rujukan Rs/ Institusi
1. Mobilisasi lainnya
sendi aktif
2. Mengajarkan gerak fungsional
Dokumen Terkait Lembar
3. Konsul otot
Memperkuat
Surat rujukan/ kiriman untuk tindakan Rehabilitasi Medik
Kebijakan 1. UU RI no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. UU RI no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
Daftar Rujukan Juknis Exercise
Juknis Asuhan Fisioterapi
Prosedur Indikasi :
1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 3 keatas
2. Kondisi kesulitan mengontrol gerak anggota gerak tubuh
3. Kondisi terhambatnya jarak gerak sendi
4. Kondisi ketegangan otot dan jaringan lunak
Kontra indikasi
1. Penderita tanas tinggi
2. Penderita dalam keadaan bed rest total
3. Penderita penyakit jantung perlu tekhnik khusus
4. Penderita khusus habis operasi dengan moore Prothese gerakan sendi
paha (hi joint) adduksi, fleksi dan internal rotasi tak boleh berlebihan
5. Penderita yang tidak kooperatif
Dosis :
RSI IBNU SINA YARSI RESISTED ACTIVE EXERCISE
Untuk indikasi nomor 1,2,3 dan 4.
BUKITTINGGI
1. Waktu : Tiap bentuk gerak dari suatu sendi diberikan 10 – 30 gerakan, 2 –
3 menitNO NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN1 x 1 hari.
2. Pengulangan 1-2
SPO-IRM-
3. Seri : 10 kali
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL Tekhnik Aplikasi Ditetapkan Direktur
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, dan 4.
1. Posisi penderita senyaman mungkin, rileks, stabil, dengan ruangan gerak
yang mencukupi
2. Bentuk dan arah gerakan yang diberikan Dr. Hj.ZULFA, MARS
contoh, ditujukan dengan
gerakan yang penuh. NIP.
Pengertian Adalah gerak sendi
3. Komando aktif dengan
yang jelas, melawan
kecepatan tahanan
dan irama dariyang
gerakan luar. sesuai.
4. Perlu dijalin kerjasama antara terapis dan penderita
Tujuan 1.
5. Untuk penguatan
Bila penderita otot
lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan. Bila banyak
2. Untuk peregangan otot – tendon.
keluar keringat dipersilahkan segera untuk minum.
3. Untuk mobilisasi sendi
6. Bias dikerjakan dengan bantuan alat-alat ataupun permainan
7. Latihan isometric perlu ditandai dengan palpasi pada otot atas tendonnya.
Prosedur
Indikasi :
1. Kondisi kelamahan otot dengan nilai 4.
2. Kondisi kesulitan mengontrol gerak anggota gerak tubuh.
3. Kondisi menyusutnya volume otot (Atrhopy)
Kontra indikasi
1. Penderita panas tinggi
2. Penderita dalam keadaan bed rest total
3. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus
4. Penderita khusus habis operasi dengan moore prothese gerakan sendi
paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan.
5. Penderita yang tidak kooperatif.
Dosis :
Untuk indikasi nomor 1,2, dan 3
1. Waktu : tiap bentuk gerak dari suatu sendi diberikan 10 – 30 gerakan, 2 – 3
menit
2. Pengulangan 1 x 1 hari
3. Seri : 6 kali
Tekhnik Aplikasi
Untuk indikasi nomor 1, 2, dan 3
1. Posisi penderita senyaman mungkin, rileks, stabil, dengan ruangan gerak
yang mencukupi.
2. Penahan / fixasi pada bagian proximal dari sendi yang akan digerakan
Contoh : arah gerak yang luas.
3. Pemberian beban gerak (resistance) yang optimal, khusus pada latihan
proprio captive.
4. Komando, kecepatan, pengulangan irama gerak harus sesuai.
5. Perlu dijalin kerjasama antara terapis dan penderita
6. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan, Bila banyak
keluar keringat dipersilahkan untuk minum
7. Diusahakan penderita dapat melakukan gerakan sendi dengan alat-alat.
Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan tangan untuk normalisasi neuro
musculoskeletal vegetative mechanism.
Indikasi :
Untuk nomor A, B, C, dan D
1. Cartilaginous displacement
2. Penekanan jaringan urat saraf (radix nervi spinalis)
3. Klasifikasi jaringan lunak ( ligamentum, tendon, otot)
4. Ketegangan system musculature vertebrae
5. Nyeri kepala, nyeri tengkuk, nyeri punggung, nyeri pinggang yang tak jelas
penyebabnya.
Kontra indikasi
Untuk nomor A, B ,C dan D
1. Peradangan akut / kronik vertebrae
2. Infeksi spesifik / non spesifik vertebrae
3. Fraktur vertebrae
4. Gangguan system peredaran darah invertebrate
5. Porose tulang vertebrae
6. Proses degenerasi discus invertebrate
7. Congenital abdormalities dari vertebrae
8. Tanda-tanda keganasan pada vertebrae
9. Ketegangan musculature yang bersifat akut
10. Khusus (1) Cervical : adanya keluhan bertambah hebat sesudah manipulasi.
Khusus (2) Thoracal : adanya porose / fraktur costae
Tekhnik Aplikasi
(A) Untuk Cervical indikasi nomor 1, 2.
1. Posisi penderita tidur terungkap, kedua tangan dilipat di bawah dahi,
bagian tengkuk dan punggung atas dibuka pakaiannya.
2. Terapis berdiri disebelah atas penderita
3. Penekanan dengan kedua ibu jari dilakukan pada masing-masing
vertebrae dengan tekhnik vertikal - oscillatory pressure, predominan (arah
tekanan) kedaerah yang nyeri diulang sebanyak 4 kali.
4. Kuat lemahnya tekanan disesuaikan dengan toleransi penderita.
Untuk cervical indikasi nomor 3, 4.
1. Posisi penderita turun telentang, rileks, tanpa bantal dikepala.
2. Terapis berdiri disebelah atas penderita.
3. Manipulasi : dengan menarik kepala penderita lurus kearah cranial,
disusul gerak rotasi kepala ke kanan dan ke kiri, lateral bending diulang
setidaknya 3 kali.
4. Tarikan harus kuat tapi cukup comfortable.
Tekhnik Aplikasi
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
1. Posisi penderita :
- Tiduran dibed atau duduk dikursi dengan rileks dan badan / anggota
yang akan diterapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal sedang
bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk
2. Bahan pelican : berupa salep, minyak atau bedak.
3. Tekhnik massage :
a. Effleurage : Untuk penenang dan memperlancar aliran darah dan limpfe
b. Friction : Menghancurkan perlengketan / pergeseran jaringan lunak dan
konter iritasi diberikan pada akar-akar urat syaraf dan atau pada
titik-titik nyeri (akar urat syaraf = segmen).
c. Petrissage : terdiri dari kneaging, wringing dan picking up.
Mempunyai pengaruh melemaskan dan mengulur otot / jaringan lunak,
melancarkan juga bisa membantu mendorong gerak pencernaan pada
usus.
d. Tapotament : terdiri dari Hacking, clapping, beating, dan pounding.
Berguna untuk memberikan rangsangan / pacuan pada urat saraf dan
otot, pada otot, pada torak untuk memperlancar pengeluaran sekresi dari
system pernafasan dalam postural drainage.
e. Vibrasi dan shaking, mengurangi / melemaskan ketegangan otot dan
keluhan nyeri, memperlancar pengeluaran sekresi pernafasan,
memperlancar gerak pencernaan dan pembuangan.
Prosedur Indikasi
1. Pasien kiriman dari poliklinik rawat jalan
2. Pasien setelah rawat inap dan rawat jalan
3. Pasien setelah operatif yang sudah rawat jalan
4. Pasien kiriman dari Dokter praktek/RS. Pemerintah
5. Pasien kiriman Dokter Perusahaan
Kontraindikasi Mutlak :
1. Pasien Ca untuk kasus-kasus Akut
2. Pasien Infeksi Akut yang masih aktif
3. Penderita Penyakit Jantung Yang Masih Dalam
Kontraindikasi Relatif :
1.Penderita hipertensi
Tekhnik Aplikasi :
Untuk indikasi no 1, 2, 3, 4, dan 5 :
1. Posisi penderita tidur atau duduk yang nyaman, anggota yang akan disinar
diganjal dengan bantal.
2. Bagian yang akan disinar dibebaskan dari pakaian, kulit dicuci dengan
sabun dilap kering, bagian anggota/badan yang tidak disinar ditutup
dengan handuk.
3. Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin
Tekhnik Aplikasi
1. Posisi tiduran atau duduk dalam keadaan rileks
2. Pergerakan diberikan sesuai fungsi otot atau kelompok otot, pada bidang
gerak sendinya mencapai range of movement (ROM) yang penuh.
3. Bantuan pernafasan, dengan shaking dan vibrasi untuk membantu expirasi
penderita terutama yang dalam keadaan lemah atau koma.
Unit Terkait Instalasi rawat jalan dan rawat inap
Klinik swasta/ Rs Pemerintah
Rujukan Rs/ Institusi lainnya
Dokumen Terkait Lembar Konsul
Surat rujukan/ kiriman untuk tindakan Rehabilitasi Medik
TAHUN
2015
DAFTAR ISI
SPO INSTALASI REHABILITASI MEDIK
RSI IBNU SINA YARSI BUKITTINGGI
NO JUDUL DOKUMEN
1 Prosedur Tetap Pelayanan Fisioterapi
2 Asuhan Fisioterapi pada Pasien Rawat Jalan
3 Asuhan Fisioterapi pada Pasien Rawat Inap
4 Administrasi Pelayanan Pasien IRM
5 Tindakan Elektro Therapy/SWD
6 Tindakan Aktino Therapy Infra Red
7 Tindakan Stimulasi Listrik Faradisasi/Arus Bolak Balik Frekuensi Rendah/ Menengah
8 Tindakan Interupted Direct/ Galvanic Current
9 Tindakan Ultrasounik
10 Passive Exercise
11 Assisted Active Exercise
12 Free Active Movement
13 Resisted Active Exercise
14 Manipulasi pada Vertebra
15 Massage dan Manipulasi Massage