UNIVERSITAS HASANUDDIN
ERYTHROPLAKIA
Oleh:
Nama : M.Haritza
UNIVERSITAS HASANUUDDIN
2019
1
1 Daftar Isi
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16
2
Bab I
Pendahuluan
Erythroplakia adalah lesi intraoral yang memiliki penampakan klinis berupa plaque
kemerahan pada mukosa oral. Eryhtroplakia sendiri bersifat asimptomatik tapi umumnya
Erythroplakia umumnya ditemukan pada individu berusia 50-70 tahun, lokasi umum
ditemukan eryhtroplakia adalah pada dasar mulut, mukosa bukal, gingiva, permukaan ventral
dan lateral lidah dan palatum molle. Lesi yang terjadi pada permukaan gingiva dan alveolar
Erythroplakia termasuk salah satu lesi yang tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita,
namun ditemukan bahwa sekitar 75-90% kasus erythroplakia berubah menjadi carcinoma in
situ ataupun timbul menjadi displasia yang sangat parah. Tingkat perubahan menjadi malignant
dari kondisi erythroplakia 17 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan leukoplakia. Dalam
secara berlebih, karena 2 faktor tersebut adalah faktor yang diduga menimbulkan kondisi
tersebut.4
3
Berdasarkan uraian tersebut maka sangat penting untuk dokter gigi maupun masyarakat
umum untuk mengetahui ciri-ciri, faktor predisposisi dan metode preventif untuk mencegah
terjadinya erythroplakia.4
4
Bab II
Tinjauan Pustaka
adalah lesi kemerahan yang tidak dapat dibedakan secara klinis atau patologis sebagai
suatu penyakit yang bersifat unik” sedangkan menurut Buoquot, Ephros “Makula mucosa
berwarna merah yang tidak dapat didiagnosis secara spesifik dan tidak dapat dikaitkan
dapat disimpulkan bahwa ciri umum yang sama adalah warna dari erythroplakia tersebut,
yaitu berwarna merah terang dan lokasi timbulnya yaitu pada mukosa oral. Definisi
terbaru diajukan pada tahun 2015 yang mendefinisikan erythroplakia sebagai “Lesi oral
berwarna merah yang tidak termasuk dari patologi lain yang diketahui”, hal ini
mempertegas kondisi bahwa erythroplakia adalah kondisi yang timbul secara idiopatik
dan asimptomatik.6
5
2.2 Ciri Klinis Erythroplakia
Secara klinis yang nampak dominan pada erythroplakia adalah warna merah terang dari
lesi tersebut, namun jika dilihat dari permukaan lesi tersebut, terdapat beberapa variasi seperti
permukaan yang halus, bergranuler atau seperti beludru7. Namun para peneliti bersepakat
konsumsi alkohol dan mengunyah tembakau diduga sebagai etiologi dan faktor
predisposisi utama8.
Penelitian yang dilakukan di India pada tahun 2014 menunjukkan bahwa lokasi utama
terjadinya erythroplakia adalah pada mukosa bukal, sublingual dan pada palatum molle.9
leukoplakia10.
Erythroplakia ******
Leukoplakia ***
Actinic Cheilitis **
6
Smooth Leukoplakia *
Lichen Planus *
Tabel 1 : Lesi dengan potensi keparahan perubahan malignan pada mukosa oral, pharyngeal dan
laryngeal
Sumber : Ali S, Bansal P, Bhargava D. Oral Leukoerythoplakia – A Case Report.2014
Dapat disimpulkan bahwa secara etiologis belum ditemukan penyebab yang jelas
terkait timbulnya erythroplakia, namun hal yang menjadi faktor predisposisi adalah
Ciri utama dari erythroplakia adalah warna merah dan memiliki tingkat displasia sel yang
tinggi apabila dilihat secara histologis. Warna merah dari lesi tersebut disebabkan oleh mukosa
yang mengalami atrofi yang berada diatas sel mukosa yang vaskuler dan mengalami inflamasi.
Secara klinis, lesi erythroplakia memiliki batas yang jelas, tidak terdapat predisposisi
untuk jenis kelamin dan umumnya diderita oleh pasien berusia 55 tahun.
1. Erythroplakia Homogen
2. Erythroleukoplakia
3. Speckled Erythroplakia
Erythroplakia yang berbentuk homogen memiliki makna bahwa lesi secara keseluruhan
memiliki warna merah dan tidak ada warna lain pada lesi tersebut.
Erythroleukoplakia secara luas memiliki warna merah namun terdapat juga bercak-
bercak putih pada lesi, umumnya pada tepi dari lesi tersebut.
7
Gambar 2 Erythroleukoplakia
Sumber : Langlais PR, Miller CS, Nield-Gehrig JS. Color Atlas of Common Oral Diseases. 2009
erythroleukoplakia, yang membedakan adalah bentuk bercak putih yang lebih bergranuler yang
8
3 Bab III
4 Pembahasan
3.1 Diagnosis Erythroplakia
pemeriksaan yang menyeluruh untuk mengetahui dengan tepat hasil diagnosa dari
pasien. Perlu dilakukan anamnesis untuk mengetahui jika terdapat rasa sakit atau tidak,
dikarenakan kondisi erythroplakia secara umum tidak menimbulkan rasa sakit pada
pasien, dan juga sebaiknya dilakukan pemeriksaan biopsi untuk lebih memperjelas hasil
Terdapat beberapa lesi yang memiliki penampakan klinis yang hampir sama dengan
oleh kurang lebih 25 populasi global. Kondisi erosive lichen planus adalah
varian kedua terbanyak diderita dari lichen planus. Secara klinis lesi ini nampak
eritema dan ulserasi dan disertai rasa sakit dan tidak nyaman pada penderita.11
9
Gambar 4 : Erosive Lichen Planus
Sumber : Balraj L, Nagaraj T, Tagore S. Erosive Lichen Planus : A case report. 2017
Kanker mulut adalah kanker paling umum terjadi keenam secara global,
dan lebih dari 90% kanker mulut adalah squamous cell carcinoma. Pada fase
awal umumnya kanker mulut bersifat asimptomatik dan hanya berbentuk seperti
3. Atrophic Candidiasis
10
dikenal dengan candidasis. Kondisi candidiasis umumnya disertai dengan rasa
4. Sarkoma Kaposi
ditemukan pada penderita HIV namun dapat juga bermanifestasi pada individu
dengan kondisi imun yang sangat menurun seperti individu yang baru saja
11
Berdasarkan diagnosis banding yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
untuk melakukan diagnosis untuk kondisi erythroplakia perlu dilakukan anamnesis dan
kondisi lainnya yang memiliki kemiripan dengan eryhtroplakia, dan sebaiknya dilakukan
Erythroplakia merupakan salah satu lesi yang dikenal sebagai lesi pre-keganasan yang
artinya lesi ini memiliki kemampuan dan potensi untuk berubah dari lesi yang benign menjadi
lesi yang bersifat malign yang kemudian dapat menyebabkan gangguan yang lebih parah dari
kondisi awalnya. Dalam kondisi erythroplakia, penatalaksaanaan yang ideal dan umumnya
Prosedur dari biopsi meliputi pengaplikasin anestesi lokal yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pengambialn sample biopsi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis, apabila
ditemukan ciri yang menunjukkan displasia sel yang parah, dalam hal ini menunujukkan
kondisi erythroplakia, maka sel secara keseluruhan harus diangkat atau dieksisi.14
12
Sumber : Poh FC, Ng S, Berean KW, Williams PM, Rosin PM, Zhang L. Biopsy and Histopathologi Diagnosis
Tingkat keberhasilsan perawatan eksisi dari erythroplakia telah diteliti di Taiwan pada
tahun 2014 dengan cara case review. Hasil penelitian ini menunjukkan prognosis yang cukup
baik yaitu hanya terdapat 4 kasus yang mengalami rekurensi dari total 36 kasus yang diteliti,
hal ini menunjukkan bahwa eksisi memiliki prospek yang baik sebagai perawatan definitif
Pasien Pria berusia 65 tahun datang dengan keluhan gigi goyang pada bagian rahang
kanan atas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengalami kesulitan mengunyah makanan. Pasien
memiliki kebiasaan mengunyah tembakau sekitar 4-5 kali dalam sehari dan memiliki kebiasaan
merokok sejak usia 15-20 tahun. Pasien tidak sadar terkait lesi merah yang terdapat pada langit-
langit mulutnya.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan patch eritema diffuse pada palatum keras hingga
anterior palatum lunak. Nampak groove vertikal pada palatum keras yang diffuse. Palatum
lembut dan lunak jika dipalpasi dan terjadi bleeding pada saat probing. Konsistensi saliva
kental.
Diagnosis klinis yang diambil adalah oral erythroplakia dengan diagnosis banding,
atrophic canndidiasis, smoker’s palate, erosive lichen planus dan allergic stomatitis.
Proses penentuan diagnosis dilakukan dengan menggunakan uji Toluidine biru. Uji ini
dilakukan dengan cara mengaplikasikan Toluidine pada lesi secara topikal, karena sifatnya
yang terikat pada sel mitotik, akan terjadi perlekatan warna pada sel dysplasia dan tidak akan
13
Eritema Diffuse pada Palatum Pasien
Untuk menentukan diagnosis yang tepat, tidak bisa hanya dengan menggunakan
pemeriksaan klinis. Gold Standard penegakan diagnosis oral erythroplakia adalah pemeriksaan
14
histopatologis, karena kondisi dysplasia tidak dapat ditentukan hanya dengan pengamatan
secara visual, namun pengambilan jaringan dengan biopsi bersifat invasif, maka ditemukan
positive yang tinggi dikarenakan retensi mekanik, namun kondisi ini dapat diminimalisir
Erythroplakia telah dianggap sebagai lesi oral premalginan terparah dengan tingkat
insidensi dysplasia parah atau carcinoma pada lesi ini sangat tinggi yaitu 80-90%. Secara
histopatologis, ditemukan bahwa pada kondisi erythroplakia homogen, 51% berubah menjadi
carcinoma invasif, 40% menjadi carcinoma in situ dan 9% menjadi dysplasia moderat dan
ringan.
Etiologi dari oral erythroplakia menunjukkan hubungan yang tinggi dengan konsumsi
Potensi malignan dari lesi tersebut direkomendasikan dilakukan perawatan eksisi dari
lesi tersebut untuk mencegah terjadinya perubahan menjadi malignan, namun pada eksisi masih
terdapat tingkat rekurensi dan perubahan malignan yang tinggi, namun data terkait kondisi ini
masih dianggap kurang mencukupi. Dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut terkait
15
5 Bab 4
klinis yang menyeluruh agar dapat ditemukan pembeda dari diagnosis banding dari
biopsi untuk melihat tampakan histologis dari sel, apakah sel tersebut mengalami dysplasia
yang parah atau tidak, jika diidentifikasikan sebagai erythroplakia, maka harus dilakukan eksisi
4.2 Saran
Dilakukan Penelitian lebih lanjut terkait metode penentuan diagnosis pada kasus
kasus post-perawatan.
16
7 Daftar Pustaka
8
1. Bruch JM, Treister NS. Clinical oral medicine and pathology. Clinical Oral Medicine
2. CAHN LR. Oral pathology. Vol. 40, Journal of the American Dental Association (1939).
2011. 664–665 p.
82.
4. Bedi R, Scully C. Tropical Oral Health [Internet]. Twenty Thi. Manson’s Tropical
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-7020-5101-2.00074-1
Review. 2018;3(1972):17–20.
6. Yang SW, Lee YS, Chang LC, Hwang CC, Luo CM, Chen TA. Clinical characteristics
of narrow-band imaging of oral erythroplakia and its correlation with pathology. BMC
Pharmacother. 2014;
10. MacLeod RI. Color atlas of common oral diseases. Vol. 30, British Journal of Oral and
11. Balraj L, Nagaraj T, Nigam H, Tagore S. Erosive lichen planus. A case report. J Med
17
Radiol Pathol Surg. 2017;27(1):18–20.
12. Bozana BL, Vanja BV, Dragana G, Sven S. Early Stage of Oral Squamous Cell
Carcinoma. 2018;(September).
13. Patil S, Rao RS, Majumdar B, Anil S. Clinical appearance of oral Candida infection and
14. Poh CF, Ng S, Berean KW, Williams PM, Rosin MP, Zhang L. Biopsy and
histopathologic diagnosis of oral premalignant and malignant lesions. J Can Dent Assoc
(Tor). 2008;74(3):283–8.
15. Yang SW, Lee YS, Chang LC, Hsieh TY, Chen TA. Outcome of excision of oral
http://dx.doi.org/10.1016/j.bjoms.2014.10.016
18