Anda di halaman 1dari 8

JENTERA

BRITANIA

VOLUME
1
MERRY CHRISTMAS
&

HAPPY NEW YEAR


2020
FOREWARD
Salam Perhimpunan,
Apa kabar teman-teman pelajar yang tersebar di
berbagai daerah di Inggris Raya?
Semoga kita semua selalu berada dalam rahmat
kesehatan juga kebahagiaan.
Sebagai salah satu organisasi perhimpunan pe-
lajar Indonesia tertua di dunia, PPI UK hadir
menjadi jembatan informasi serta inspirasi bagi
teman-teman semua ketika harus menempuh
studi jauh dari rumah dan keluarga tercinta. Mel-
alui newsletter yang akan diterbitkan setiap
bulan ini, PPI UK berharap jalinan relasi antar
sesama pelajar Indonesia menjadi semakin kuat
dan terjaga meski jarang bertemu mata. News-
letter ini juga akan menjadi sarana bagi
teman-teman untuk berbagi kisah dari UK serta
mendapatkan berita mengenai apa yang yang
tengah terjadi di Indonesia. Semoga upaya ini
bisa menjadi semangat kita bersama untuk
saling berbagi pandangan dan ilmu
bagi kemajuan Ibu Pertiwi.

One’s destination is never a place but


a new way of seeing things.” – Henry Miller 

Presiden PPI UK,

Maria Stela Clarisa Nau


EDITOR:
Departemen Komunikasi dan Informasi PPI UK
Departemen Kemahasiswaan PPI UK
Departemen Riset dan Kajian Strategis PPI UK
STUDENT LIFE
Terbiasa Menjadi Pelajar Mandiri
Bagaimana sih kehidupan sebagai student di Cambridge?
Buyung Alfian Noris Sudrajat,
Ketua PPI Cambridge yang saat ini sedang menempuh
MPhil Candidate in Education,
Globalisation and InternationalDevelopment
di University of Cambridge berbagi cerita serunya di kota ini.

Bagaimana keseharianmu di UK sejauh ini?


Seberapa menyenangkannya?
It has been a great experience so far. Proses settle down berjalan
cukup lancar untuk saya, tapi tentu saya harus beradaptasi
dengan hal-hal yang baru saya temukan di sini. Saya tidak akan
lupa beberapa hal baru yang saya pelajari di sini: melakukan
self-checkout di supermarket! Pengalaman itu lucu sekali karena
awalnya saya tidak tahu bagaimana harus melakukan self-check-
out. Saya juga tidak tahu bahwa mesinnya bisa menerima peca-
han uang lebih dari dari £20. Berada di lingkungan baru membuat
saya lebih sensitive dan reflective, baik kepada diri saya sendiri
atau dengan lingkungan sosial di sini.

Bagaimana dengan living cost di Cambridge? Ada tips untuk


berhemat?
Menurut saya, Cambridge sedikit lebih murah dibandingkan
London. Sepertinya yang paling banyak memakan biaya di UK
adalah tempat tinggal, jadi usahakan untuk mendapatkan tempat
tinggal yang nyaman untuk kamu menempuh perjalanan ke
kampus atau pusat kota, sesuai dengan bujet tentunya (dan
jangan sampai melebihi 50% dari jatah bulananmu). Masak sendiri
di rumah juga sangat membantu untuk berhemat, jadi kamu bisa
Seberapa tenang kota Cambridge untuk belajar? alokasikan biayanya untuk liburan atau bersantai sesekali. Yang
Cambridge sangat kondusif untuk belajar karena memang kota ini pasti, berhemat memang penting tapi jangan sampai kamu
merupakan kota pelajar. Kalau kamu tanya, “Di mana universitas di kota memaksakan diri sampai
ini?”, jawabannya adalah hampir seluruh kota dipenuhi oleh universitas. melupakan kesehatan diri sendiri ya.
Komunitas-komunitas lokalnya juga seru-seru dan ramah untuk maha-
siswa. Di sini terdapat lebih dari 20.000 pelajar, jadi student life selalu
menjadi bagian dari komunitas-komunitas penting di sini. Jadi, kamu Jika kamu bisa mengulang waktu, apa yang ingin kamu ketahui
dengan mudah bisa mendapatkan support dan hal-hal lain yang kamu sebelum tiba di Cambridge?
butuhkan sebagai pelajar. Karena Cambridge adalah kota collegiate university, yang mem-

Bagaimana perbedaan antara belajar di universitasmu saat ini buatnya sedikit berbeda dari kebanyakan universitas di UK. Jadi,
dengan universitas di Indonesia? kalau bisa mengulang waktu, saya ingin mendapatkan bagaimana
collegiate system bekerja di sini dari pelajar yang pernah menem-
Saya menjalani S1 di Fakultas Pendidikan di Sampoerna University
puh pendidikan di kota ini. Karena itu, terkoneksi dengan alumni di
yang, menurut saya, salah satu yang terbaik untuk pendidikan tinggi di
Cambridge cukup penting.
Indonesia. Saat itu, gaya mengajarnya banyak menggunakan learn-
er-centred approach dengan banyak kegiatan active learning dan
kolaborasi. Mahasiswanya juga dilatih untuk menjadi autonomous Apa tips untuk pengalaman belajar maksimal di UK?
learner. Jadi, rasanya tidak berbeda jauh dengan gaya kuliah di sini, Cobalah untuk berpartisipasi aktif di berbagai kesempatan. Tidak
terutama dalam hal berpartisipasi aktif dalam seminar dan perkuliahan. melulu harus berhubungan dengan akademis. Perluas network-
Saya juga terbiasa menjadi pelajar mandiri di mana kita sebagai maha- mu dengan berkenalan dengan berbagai organisasi yang menarik
siswa mengatur sendiri sistem belajar kita, dengan bantuan dari super- untukmu. Dan terakhir, banyak jalan-jalan karena itu akan mem-
visor, tentunya. Mungkin saya hanya belum bisa membayangkan buka wawasanmu lebih luas tentang manusia, budaya dan dunia.
standar kualitas penulisan akademis saya. Di akhir term ini, saya harus
mengumpulkan essay berisi 6.000 kata, dan ini menjadi pengalaman
Apa tipsmu untuk calon mahasiswa yang akan berkuliah di
pertama untuk saya. Memang terlihat demanding, tapi justru hal ini
Cambridge?
memotivasi saya untuk memberikan yang terbaik.
Research jurusan yang ingin kamu ambil dengan teliti dan pasti-
Bagaimana kamu beradaptasi dengan cuacanya? kan bahwa kamu mengerti apa yang ditawarkan dari jurusan
Cuaca di sini tentu sangat berbeda dengan cuaca panas dan tersebut. Kontak potential supervisor atau course coordinator jika
lembab khas Jakarta. Tapi saya sangat menikmatinya, meskipun ada yang ingin ditanyakan atau kamu perlu informasi lebih lanjut
sering hujan dan berangin sehingga saya mudah terkena flu. Jadi, mengenai jurusanmu. Jika kamu mendaftar ke University of Cam-
trik untuk survive, menurut saya, adalah mengenakan beberapa bridge, karena di sini ada dua universitas (yang satu bernama
lapis pakaian dan memiliki Anglia Ruskin University), pastikan kamu banyak baca informasi
waterproof apparel berkualitas. mengenai college-nya sebelum melakukan pendafataran. Kum-
Apa saja barang-barang yang penting dibawa saat berkunjung

TRAVEL ke Belfast?
Seperti yang kita tahu, UK terkenal dengan hujan. Dan itu pula
yang terjadi di Belfast. Jadi, bawa rain-resistant coat atau
Yuk, jalan-jalan ke Belfast! payung. Dua benda ini selalu berguna saat dibutuhkan.
Apa saja sih yang wajib dikunjungi di kota ini? Simak obrolan kami Ke mana biasanya kamu pergi for fun atau bersantai?
dengan Azam David Saifullah, yang saat ini mengambil Doctoral
Di sini banyak bar menarik. Untuk kamu yang ingin berbaur
Program in Nursing di Queen’s University of Belfast sekaligus
dengan warga lokal, mungkin pergi ke bar bisa menjadi pilihan
Ketua PPI Belfast.
tempat. Tapi saya lebih senang ke coffee shop karena suasan-
anya lebih tenang. Perpustakaan juga bisa jadi tempat yang oke
untuk bersantai karena banyak buku yang,
tentunya, merupakan jendela dunia.
Tapi sejujurnya, saya sendiri lebih senang jalan-jalan mengelil-
ingi kota, entah itu dengan berjalan kaki atau ikut bus tour. Di
sini juga ada hop on hop off bus yang bisa kamu ikuti. Tinggal
naik tur ini saja, kamu sudah melihat
hampir seluruh sudut Belfast. Yeayy!

Ada tips untuk travel on budget di Belfast?


Hmmm, harga untuk masuk tempat wisata lumayan bervariasi.
Contohnya, Game of Thrones tour agak mahal, sekitar £50
untuk setiap tempat, dan pilihan tempatnya lumayan banyak.
Jadi, pilih tempat yang ingin kamu kunjungi dengan bijak. Tiket
masuk museum mulai dari £15, tapi lagi, jangan lupa bawa
Student ID dan tanya untuk diskon *wink*. Belanja juga variatif,
Apa saja tempat-tempat yang wajib dikunjungi di Belfast? tergantung kebutuhan masing-masing. One-day bus ticket
bisa jadi cara yang tepat untuk memangkas pengeluaran
Well, Belfast terkenal sebagai tempat dibangunnya kapal Titanic, dan…
transportasi, atau jalan kaki saja.
*drumroll please*, lokasi syuting Game of Thrones! Di sini juga terdapat
banyak museum yang patut dikunjungi, tapi yang paling popular di
kalangan turis adalah the Titanic Museum dan Game of Thrones Tour. Seberapa ramah warga Belfast?
Tapi, Belfast menawarkan lebih banyak lagi. Contohnya, di City Center Orang-orang lokal di sini sangat ramah, sopir-sopir busnya
banyak terdapat toko-toko favorit. Ingin bertualang? Hiking trails atau juga. Kamu mungkin perlu beradaptasi dengan aksen mereka
area pesisir selalu siap untuk dijelajahi. Ingin tenggelam dalam karena mereka bicara cukup cepat. Tapi jangan khawatir,
buku-buku? Di sini banyak perpustakaan mereka sangat sangat sangat ramah. Staff di toko-toko juga
yang menarik untuk dikunjungi. biasanya sangat membantu. Kamu
akan merasa nyaman di sini.
Apakah ada pertunjukan musik, teater dan sebagainya yang
patut dilihat?
Belfast memiliki setidaknya 17 teater untuk kamu menikmati berbagai
pertunjukan, mulai dari musik, komedi sampai opera. Di dekat Queen’s
University Belfast, terdapat Waterfront Hall, Grand Opera House dan
Ulster Hall. Kamu juga bisa cek website mereka. Ssst, jangan lupa bawa
kartu mahasiswa ya karena banyak student discounts tersedia.

Seberapa nyaman kalau mau jalan-jalan di Belfast?


Belfast adalah kota yang sangat nyaman. Banyak toko dan teater terle-
tak di pusat kota, dan kamu bisa menikmati semuanya dari siang sampai
malam. City Center juga dikelilingi banyak hotel, jadi sangaaat nyaman.
Tapi kalau mau pergi hiking atau ke area pesisir, don’t worry be happy.
Kamu bisa naik kereta atau bus.

Apa saja destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Belfast


atau sekitarnya?
Well, saya lebih senang mengeksplorasi kota Belfast ketimbang men-
jelajahi tempat-tempat wisatanya. Jangan lupa, ambil banyak foto.
Bahkan, University hall-nya saja sangat…. FASCINATING. Hello, Harry
Potter’s fans out there!
STORY
Kentut pertama di London
oleh
Moses Parlindungan Ompusunggu
UCL, MA Ethnographic and Documentary Film
Sekitar 16 jam terbuai di udara, aku mendekat lagi ke tanah. Sudah setahun lebih menunggu: London, pusat peradaban dunia, aku menjelang
dirimu dalam gempita bahagia!

Orang-orang dalam pesawat bergegas beranjak, serentak mengarah menuju garbarata. Tubuh masih terpaku pada kursi kabin, kupandangi
tanah Britania dan langitnya yang hitam. Hanya jendela dan badan pesawat yang memisahkanku dari mereka.

“Ah, London,” batinku. Senyumku menyemarak. Letih lekang oleh buncahan cita. Bahkan ketika datarannya belum kuinjak dan angkasa musim
gugurnya yang terkenal kelabu belum lagi kulihat.

Peluk-cium kedua orangtuaku dan si adik bontot saat melepasku di Bandara Soekarno-Hatta terasa amat jauh di belakang punggung. Sewajarn-
ya, aku segera mengabarkan kepada mereka, si anak lelaki tertua di keluarga telah mendarat di Heathrow yang seperti raksasa.

Belakangan, hal itu tertunda hingga aku tiba di tempat tinggalku di asrama kampus. Pertama, mereka, toh, masih pada tidur; hampir pukul
sembilan malam waktu London; tiga dini hari waktu Jakarta. Kedua, hal itu terlewat dari rencana kegiatan karena biusan angan: aku akan tinggal
di sini setidaknya hingga setahun ke depan.

“Ah, London,” pikirku, setelah kucegat koper biru mudaku dari jalur bagasi yang bergerak seperti ular. Semua yang serba pertama lalu terasa
menjadi sejarah yang sentimentil. Langkah pertama di London. Kencing pertama kali di London. Nafas pertama terembus di London. Kentut
pertama di London. Semua terjadi di Bandara Heathrow, malam, 16 September 2019.

***

“Mas Moses dimanaa,” pesan WhatsApp dari Kiran, kenalanku yang sedang berkuliah di London, muncul di ponselku, pukul 21.02. “Aku samper,”
ujarnya lagi.

Kiran menjemputku di Heathrow. Garis wajahnya ceria, ketika ia menyambutku dan Reza, kawanku seperjalanan dari Jakarta yang juga akan
bareng berkuliah di London. Kiran tak berjaket, sementara aku dan Reza terbungkus dalam baju hangat tebal.

“Wah, aku udah terbiasa, sih,” kata Kiran, setelah kutanyakan, kok bisa kuat keluar malam tanpa jaket di negeri utara bumi ini. Mendengar itu, rasa
khawatir akan bertungkus lumus menantang dingin selama tinggal di Inggris perlahan sirna. Jika Kiran bisa, aku pun tentu akan bisa menyatu
dengan udara di tempat asal klub bola Queen’s Park Rangers ini.

Bagaikan mercusuar bagi kapal-kapal di malam pekat, Kiran memandu kami, dua laki-laki Jakarta yang terdampar di Eropa, dengan cekatan.
Kami dibawa menuju mesin pembelian kartu ponsel di ruang kedatangan Heathrow. Kemudian, ke mesin pembelian kartu langganan transporta-
si, tepat di muka stasiun kereta bawah tanah -- belakangan kutahu, sebutannya tube -- Terminal 4 Heathrow yang sepi. Selanjutnya, masuk ke
dalam gerbong tube, duduk di atas kursi berselimut kain beludru biru bermotif titik-titik warna-warni. Seperti kursi pesawat terbang, namun
tanpa layar televisi kecil di depan mata.

Ini seperti mainan baru. Pandanganku berkeliaran dalam kereta yang melesat membising. Segalanya terasa fenomenal. Papan penunjuk trayek
di atas pintu. Bule-bule yang tenggelam dalam buku dan alat pendengar suara di telinga. Koperku yang tak mau diam di atas lantai, mengikuti
gerak kereta yang cepat. Hingga hal sepele macam tulisan di pojok kiri atas layar ponselku: “vodafone UK”. Tuhan, aku kini telah bernomor
telepon Inggris. Lagi-lagi sejarah hidup menuliskan butir terbarunya.

***

“Sampe sini, udah bisa sendiri, ya?” tanya Kiran, ketika kami tiba di stasiun Camden Town, sekitar satu jam perjalanan dari Heathrow. Ia tak turun
di situ. Dia bilang, perjalanannya berakhir di stasiun Colindale (entah, ada di belahan bumi mana Colindale itu, pikirku saat itu). Kami lalu saling
melambaikan tangan dan berpisah jalan.

“From here, sir,” ujar penjaga keamanan di pintu keluar stasiun, mengarahkanku ke gerbang khusus penumpang berbarang besar. Lewat dari situ,
di depan mataku telah tersaji pemandangan yang, saat itu, bagiku mengharukan: jalanan kota London, kali pertama kulihat langsung dalam
hidup.

Dari stasiun, kubutuhkan sekitar 12 menit berjalan kaki untuk tiba di asrama Max Rayne House, kepunyaan University College London (UCL),
kampusku di sini. Di tengah perjalanan, aku berhenti sebentar untuk mengambil foto koperku dengan latar belakang jembatan kereta bertulis-
kan “CAMDEN ROAD”.
“A legal alien,” bunyi keterangan yang kububuhkan bersama foto itu, merujuk ke lagu “Englishman In New York”-nya Sting. Ia kukirimkan ke grup
WhatsApp berisi kawan-kawan seangkatan masuk koran The Jakarta Post tahun 2016 -- tempat celotehan-celotehan tak bermartabat keluar
setiap hari.
Tiba di kamar, aku tak berhenti menggigil. Kutelan sebutir obat demam, dibungkuskan oleh pamanku, seorang dokter di Cikarang, Jawa Barat.
Jaket tebal membungkus badanku dalam tidur.

“Ah, London,” batinku, dalam gigilan dan tubuh tiada berselimut. Aku bersendawa dan kentut berkali-kali. Kalau kata orang Indonesia, itu
tandanya “masuk angin kecapean”.

Anda mungkin juga menyukai