Anda di halaman 1dari 14

HUKUM PERUSAHAAN

adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha.

Perusahaan adalah segala bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus menerus, bekerja, berada dan didirikan di wilayah Negara Indonesia dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atau laba.

Ciri khas dari perusahaan adalah :

– Bekerja terus menerus

– Bersifat tetap

– Terang-terangan

– Mendapat keuntungan

– Pembukuan.

Badan Usaha.

Perkumpulan : Dalam arti luas perkumpulan yang berbadan hukum dan tidak berbadan hukum.

Dengan ciri-ciri sebagai berikut :

– Adanya kepentingan terhadap sesuatu.

– Adanya kehendak.

– Adanya tujuan.

– Adanya kerjasama untuk mencapai tujuan.

Dalam arti sempit misalnya perkumpulan advokat seIndonesia (asosiasinya) tidak mendapat
keuntungan.

Unsur-unsur usaha yang dikatakan sebagai badan hukum :

 o Adanya harta kekayaan yang dipisahkan


 o Mempunyai tujuan tertentu
 o Mempunyai kepentingan sendiri
 o Adanya organisasi yang teratur
 o Proses pendiriannya mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman

Perusahaan Dagang ( PD )

 o Aturan perusahaan dagang Keputusan dari Menperindag No. 23/MPR/KEP/1998 tentang


Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan.
 o Pasal 1 ayat (3) tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan, lembaga perdagangan adalah
suatu instansi atau badan yang dapat membentuk perseorangan atau badan usaha.
 o Surat izin bisa didirikan asal mendapatkan izin dari pemerintahan setempat.

Badan Usaha Milik Negara ( BUMN )

UU Nomor 19 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk BUMN

1. PERJAN (Perusahaan jawatan)

– Pabrik servis.

– Merupakan bagian dari departemen

– Mempunyai hubungan hukum publik.

– Pimpinannya disebut Kepala.

– Memperoleh fasilitas dari Negara.

– Status pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil.

1. PERUM (Perusahaan umum)

– Makna usahanya disamping pabrik servis juga mendapatkan keuntungan.

– Suatu berbadan hukum.

– Bergerak dalam bidang yang penting.

– Mempunyai nama dan kekayaan sendiri.

– Dapat dituntut dan menuntut.


– Dipimpin oleh Direksi.

– Status kepegawaiannya dalam status kepegawaian Negara.

1. PERSERO (Perusahaan perseorangan)

Yaitu perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas yang saham-sahamnya untuk sebagian atau
seluruhnya (minimal 51 %) dimiliki oleh Negara.

– Mencari keuntungan.

– Statusnya badan hukum

– Hubungan dalam usaha adalah berdasarkan hukum perdata.

– Modal dipisahkan dari kekayaan Negara

– Dipimpin oleh seorang Direksi.

– Peran negara adalah tonggak saham.

– Pegawainya perusahaan.

– Organnya terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Direksi dan Komisaris.

Sumber Hukum Perusahaan

Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah-kaidah mengenai hukum
perusahaan, antara lain :

 o Badan Legislatif ( UU )
 o Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian untuk membuat kontrak
 o Hakim yang memutus perkara yang menciptakan yurisprudensi.
 o Masyarakat sendiri yang biasa menciptakan kopensi (dalam bidang usaha)

Pasal 1319 KUH Perdata : yang menyatakan bahwa semua perjanjian baik bernama maupun tidak
bernama tunduk pada ketentuan umum yang termuat dalam Bab ini. (Bab I)

Bab I : Tentang perikatan pada umumnya.

Bab II : Tentang perikatan yang timbul dari perjanjian.

Pasal I KUHD : bahwa setiap undang-undang hukum perdata berlaku juga Bab perjanjian yang diatur
dalam setiap undang-undang ini.

Peraturan perundang-undangan lainnya yang dibentuk oleh pemerintah :

– UU BUMN

– UU Kekayaan Intelektual

– Pengangkutan di darat, air dan udara.

– Ketentuan mengenai perasuransian.

– Perkoperasian

– Pasar modal

– Perseroan Terbatas, dsb.

Kontrak Perusahaan.

1. Kontrak perusahaan merupakan sumber pertama kewajiban serta hak serta tanggung jawab para
pihak.

2. Asas kebiasaan berkontrak yaitu pasal 1338 ayat (1) Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

3. Dalam kontrak perusahaan sering melibatkan pihak ketiga dalam hal penyerahan barang
(perusahaan ekspedisi), pergudangan, asuransi.

4. Dalam Yurisprudensi kewajiban dan hak yang telah ditetapkan oleh hakim di pandang dengan
dasar yang adil untuk menyelesaikan sengketa dan hak para pihak

Misalnya yurisprudensi :

– Jual beli

– Putusan perkara merk Nomor /341/PK PDT/1986

– Srnopi dan Stok Nomor 1272/1984


Kebiasaan

Merupakan sumber hukum yang dapat diikuti oleh para pengusaha.

Kriteria kebiasaan yang di pakai sebagai sumber hukum bagi pengusaha :

– Perbuatan yang bersifat keperdataan

– Mengenai kewajiban dan hak yang seharusnya di penuhi.

– Tidak bertentangan dengan UU dan kepatutan

– Diterima oleh para pihak secara sukarela karena dianggap hal yang lebih dan patut.

– Menuju akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak.

Perjanjian Baku yaitu dimana salah satu pihak telah menuangkan perjanjian tersebut didalam format
formulir.

PP Nomor 27 Tahun 1978 pasal (3)

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum atau badan hukum atau orang perorangan untuk
mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Akuisisi = Pengambilalihan (take over)

– UU Nomor 1 Tahun 1995 : PT

– UU Nomor 7 Tahun 1992 : Perbankan

– PP Nomor 27 Tahun 1978 pasal (3)

UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (pasal 103-105)

Wewenang untuk mengakuisisi adalah RRPS

Jeni-jenis Akuisisi :

Ditinjau dari segi kekuasaan perseroan

 Akuisisi Internal yaitu akuisisi terhadap perseoan dalam kelompok atau group sendiri.
 Akuisisi Eksternal yaitu akuisisi terhadap perseroan luar atau group sendiri atau terhadap
perseroan dari kelompok lain.

Ditinjau dari segi keberadaan perseoan

 Akuisisi pinansial yaitu akusisi terhadap beberapa perseroan tertentu dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan pinansial memperbaiki kondisi perseroan-perseroan terakuisisi.
 Akusisi strategis yaitu akuisisi engan tujuan untuk menciptakan sinergi berdasarkan
pertimbangan angka panjang.

– Akuisisi Horizontal yaitu akuisisi perseroan yang memiliki produk dan jasa yang sejenis atau
pesaing yang memiliki daerah kekuasaan yang sama dengan tujuan untuk memperluas pasar.

– Akuisisi Vertical yaitu akuisisi terhadap beberapa perseroan yang memiliki produk atau ketentuan
sejenis dengan tujuan untuk mengurangi mata rantai dari hulu sampai ke hilir.

– Akuisisi Komkomerasi yaitu akuisisi bebrapa perseroan yang tidak mempunyai kaitan bisnis secara
langsung dengan bisnis perseroan pengakuisisi dengan tujuan membentuk komlomerasi yag lebih
besar.

Keuntungan Akuisisi

– Kelangsungan hidup perseroan terjamin karena makin kuat.

– Pengaruh persaingan dapat dikurangi

– Kedudukan atau keuangan erseroan bertambah kuat

– Arus barang ke pasaran terjamin.

– Perseroan yang rugi menjadi stabiii kerugiannya.

– Kualitas atau mutu barang dapat di tingkatkan.

Kerugian Akuisisi

 Pemegang saham royalitas makin terdesak oleh pemegang saham mayoritas


 Secara diam-diam akuisisi cenderung menuju pada pusat penguasaan ekonomi pada pusat
penguasan tertentu dalam bentuk monopoli.
 Pemasukan pendapatan Negara disektor pajak akan berkurang karena daftar laba rugi
menunjukan angka rendah bagi bayar pajaknya.
 Perseroan mengakuisisi dapat menguasai pasar dengan bebas sehingga menjadi pemegang
monopoli dan dalam hal ini sulit di awali karena belum ada undang undang anti monopoli.

Akuisisi Bank

Diatur dalam PP Nomor 28 tahun 1999 dan Perbankan UU Nomor 10 tahun 1998

Dalam pasal 1 angka 4 : akuisisi pangambil alihan kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap bank.

Syarat Akuisisi Bank

Mendapat izin dari Bank Indonesia (penting) karena Bank Indonesia sebagai pusat yang bertanggung
jawab terhadap bank-bank yang ada di Indonesia.

Tujuan Akuisisi Bank

– Dapat mendorong kinerja bank dan system kinerja nasional

– Tidak menimbulkan permusuhan kekuatan ekonomi pada suku cadang atau dalam bentuk monopoli
yang merugikan masyarakat.

– Tidak merugikan nasabah bank

Akuisisi
Akuisisi adalah tindakan pengambil alihan saham perusahaan secara sebagian atau secara
keseluruhan guna menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

Jadi bisa dikatakan,akuisisi bisa merupakan suatu langkah spekulasi dari suatu perusahaan dalam
menyelamatkan perusahaanya dari suatu kebangkrutan,mengapa akuisisi bisa dikatakan sebagai
suatu langkah spekulasi,karena tak jarang suatu perusahaan yang bangkrut dan memilih akuisisi
sebagai penyelamatan akhirnya peran serta perusahaan setelah akuisisi menjadi kian menipis karena
kebijakan pengakuisisi menjadi kebijakan yang paling dominan.
Merger

Akuisisi sebagai suatu pilihan dalam penyelamatan perusahaan tidak selalu merupakan hal yang
absurd karena akusisi itu sendiri memiliki kekurangan tersendiri,katakanlah suatu perusahaan selamat
dari kebangkrutan karena memilih akusisisi akan tetapi di sisi lain pesan serta perusahaan yang di
akuisisi malah terpojok dengan kebijakan sang akuisitor.

Pada merger cenderung bagaimana manajemen kedua perusahaan dapat menstabilkan setiap
kebijakan karena dalam hal ini terjadi suatu penggabungan dua persuahaan menajadi satu
perusahaan karena berbagai factor salah satunya,salah satu perusahaan mengalami kemunduran
usaha.

Pada dasarnya merger adalah suatu keputusan untuk mengkombinasikan atau menggabungkan dua
atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan baru. Dalam konteks bisnis, merger adalah suatu
transaksi yang menggabungkan beberapa unit ekonomi menjadi satu unit ekonomi yang baru. Proses
merger umumnya memakan waktu yang cukup lama, karena masing-masing pihak perlu melakukan
negosiasi, baik terhadap aspek-aspek permodalan maupun aspek manajemen, sumber daya manusia
serta aspek hukum dari perusahaan yang baru tersebut. Oleh karena itu, penggabungan usaha
tersebut dilakukan secara drastis yang dikenal dengan akuisisi atau pengambilalihan suatu
perusahaan oleh perusahaan lain.

Dilihat dari motifnya, perusahaan-perusahaan melakukan merger sebenarnya didasarkan atas


pertimbangan ekonomis dan dalam rangka memenangkan persaingan dalam bisnis yang semakin
kompetitif. Cost saving dapat dicapai karena dua atau lebih perusahaan yang memiliki kekuatan
berbeda melakukan penggabungan, sehingga mereka dapat meningkatkan nilai perusahaan secara
bersama-sama.Merger juga dimaksudkan untuk menghindarkan perusahaan dari bangkrut, dimana
kondisi salah satu atau kedua perusahaan yang ingin bergabung sedang dalam ancaman bangkrut.
Penyebabnya bisa karena missmanagement atau karena faktor-faktor lain seperti kehilangan pasar,
keusangan teknologi dan/atau kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Melalui
merger, kedua perusahaan tersebut akan bersama menciptakan strategi baru untuk menghindari
risiko bangkrut.

Alasan dan Tujuan penggabungan dan peleburan.

– Memperbesar jumlah modal

– Menyamakan jalur distribusi

– Memperbesar sinergi perusahaan

– Mengurangi persaingan
Tujuan :

– Kepentingan perseroan

– Harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha

– Memperhatikan kepentingan kreditur

Hukum Perusahaan
Ditulis Unknown pada Jumat, 02 Mei 2014

A. Pengertian
Hukum perusahaan adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala jenis
usaha dan bentuk usaha. Pengertian mengenai perusahaan dapat ditemukan pada pasal 1 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang menyebutkan bahwa
Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat
tetap dan terus menerus didirikan, bekerja dan berkedudukan di Indonesia dengan tujuan
memperoleh keuntungan/laba.
menurut Prof. Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-
perjanjian perdagangan. Di sini Molengraff memandang perusahaan dari sudut “ekonomi”;
Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk hukum perusahaan ialah Hukum
Perusahaan. Hukum Perusahaan merupakan pengkhususan dari beberapa bab dalam KUH
Perdata dan KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan peraturan perundangan lain yang mengatur
tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan
dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan merupakan peraturan-
peraturan hukum yang masih baru. Apabila hukum dagang (KUHD) merupakan hukum khusus
(lex specialis) terhadap hukum perdata (KUH Perdata) yang bersifat lex generalis, demikian pula
hukum perusahaan merupakan hukum khusus terhadap hukum dagang.
B. Unsur-Unsur Perusahaan
Berdasarkan definisi-definisi perusahaan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dikatakan yang menjadi unsur-unsur perusahaan yaitu :
1. Badan usaha
Badan usaha yang menjalankan kegiatan perekonomian itu mempunyai bentuk hukum
tertentu, seperti Perusahaan Dagang (PD), Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV), Perseroan
Terbatas (PT), Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero) dan Koperasi. Hal
ini dapat diketahui melalui akta pendirian perusahaan yang dibuat di muka notaris, kecuali
koperasi yang akta pendiriannya dibuat oleh para pendiri dan disahkan oleh pejabat koperasi.

2. Kegiatan dalam bidang perekonomian


Kegiatan ini meliputi bidang perindustrian, perdagangan, perjasaan, pembiayaan yang
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Perindustrian meliputi kegiatan, antara lain eksplorasi dan pengeboran minyak,
penangkapan ikan, usaha perkayuan, barang kerajinan, makanan dalam kaleng, obat-
obatan, kendaraan bermotor, rekaman dan perfilman, serta percetakan dan penerbitan.
2. Perdagangan meliputi kegiatan, antara lain jual beli ekspor impor, bursa efek,
restoran, toko swalayan, valuta asing, dan sewa menyewa.
3. Perjasaan meliputi kegiatan, antara lain transportasi, perbankan, perbengkelan,
jahit busana, konsultasi, dan kecantikan.
3. Terus menerus
Kegiatan dalam bidang perekonomian itu dilakukan secara terus menerus, artinya sebagai
mata pencaharian, tidak insidental, dan bukan pekerjaan sambilan.

4. Bersifat tetap
Bersifat tetap artinya kegiatan itu tidak berubah atau berganti dalam waktu singkat, tetapi
untuk jangka waktu yang lama. Jangka waktu tersebut ditentukan dalam akta pendirian
perusahaan atau surat ijin usaha, misalnya 5 (lima) tahun, 10 (sepuluh) tahun, atau 20 (dua
puluh) tahun.
5. Terang-terangan
Terang-terangan artinya ditujukan kepada dan diketahui oleh umum, bebas berhubungan
dengan pihak lain, diakui dan dibenarkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang. Bentuk
terang-terangan ini dapat diketahui dari akta pendirian perusahaan, nama dan merek perusahaan,
surat izin usaha, surat izin tempat usaha, dan akta pendaftaran perusahaan.

6. Keuntungan dan atau laba


Istilah keuntungan atau laba adalah istilah ekonomi yang menunjukkan nilai lebih (hasil)
yang diperoleh dari modal yang diusahakan (capital gain). Setiap kegiatan menjalankan
perusahaan tentu menggiinakan modal, dengan modal perusahaan diharapkan keuntungan dan
atau laba dapat diperoleh karena tujuan utama dari perusahaan adalah memperoleh keuntungan.

7. Pembukuan
Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang
Dokumen Perusahaan ditentukan, setiap perusahaan wajib membuat catatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dalam Pasal 5 ditentukan, catatan
terdiri dari dari neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal transaksi harian,
atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai kewajiban dan hak-hak lain yang berkaitan
dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa subjek hukum perusahaan bisa berupa
perorangan atau badan hukum, objeknya bisa berupa benda berwujud atau benda immaterial, dan
hubungan hukumnya berasal dari perikatan karena perjanjian atau undang-undang
C. Dasar Hukum Perusahaan
Dasar Hukum Perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau ketentuan
Hukum Perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa badan legislatif yang menciptakan
undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim
yang memutus perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat pengusaha yang
menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan demikian, Hukum Perusahaan itu terdiri
dari kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan
kebiasaan mengenai perusahaan.

1. Perundang-undangan
Perundang-undangan dalam hal ini meliputi undang-undang peninggalan Hindia Belanda
di Indonesia pada masa lampau, namun masih dianggap berlaku dan sah hingga saat ini
berdasarkan atas peralihan UUD 1945, misalya ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHD
(Kitab Undang-undang Hukum Dagang) ,KUH Perdata. Selain itu juga perundang-undangan
yang termaktub mengenai perusahaan di Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
terus dilaksanakan dan dikembangkan hingga saat ini.
Perundang-undangan lain yang menjadi sumber hukum:
 Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
 PP No. 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan,
 Undang-undang No. 32 Tahun 2007 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi,
 Undang-undang No. 33dan 34 Tahun 1964 tentang Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja,
 Undang-undang No. 5 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
 Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
 Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
 Undang-undang No.7 Tahun 1987 tentang Penyempurnaan Undang-undang No.6
Tahun 1982,
 Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,
 Lain-lain.

2. Kontrak Perusahaan
Kontrak perusahaan atau yang biasa juga disebut dengan perjanjian selalu ditulis dan
dianggap sebagai sumber utama hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
kesepakatan. Apabila saat tertentu terjadi perselisihan antara pihak-pihak terkait, dalam hal ini
saat kontrak perusahaan masih berlaku, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui perdamaian,
arbitase, atau pengadilan umum sekali pun jika tidak ditemui penyelesaian yang jelas. Tentunya
kontrak perusahaan ini yang akan memberikan pertimbangan tertentu sekaligus secara jelas akan
mempengaruhi putusan. Karena secara jelas semua menyangkut kontak dan ketentuannya telah
tercantum dalam kontrak tersebut.

3. Yurispudensi
Yurisprudensi adalah sumber hukum perusahaan yang dapat diikuti oleh pihak-pihak terkait. Hal
ini akan mengisi kekosongan hukum, terutama jika terjadi suatu sengketa terkait pemenuhan hak
dan kewajiban. Secara otomatis, yurisprudensi ini akan memberikan jaminan perlindungan atas
kepentingan pihak-pihak, terutama bagi mereka yang berusaha di Indonesia.

4. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan sumber hukum khusus yang tidak tertulis secara formal. Kebiasaan
sebagai sumber hukum dapat diikuti pengusaha tatkala peraturan mengenai pemenuhan hak dan
kewajiban tidak tercantum dalam undang-undang dan perjanjian. Karena itulah kebiasaan yang
telah berlaku dan berkembang di kalangan pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan
lazim menjadi panutan untuk mencapai tujuan sesuai kesepakatan. Kebiasaan yang biasanya
dapat menjadi acuan bagi perusahaan adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Perbuatan yang bersifat perdata
b. Mengenai hak serta kewajiban yang harus dipenuhi
c. Tidak bertentangan dengan undang-undang atau sumeber hukum lainnya
d. Diterima oleh semua pihak secara sukarela karena telah dianggap sebagai hal yang logis dan
patuh
e. Menerima dari berbagai akibat hukum yang dikehendaki oleh semua pihak

JENIS PERUSAHAAAN

1. Perseroan Terbatas (PT)

A. Dasar Hukum:
 Undang-undang No.1 tahun 1995 tertanggal 1 Maret 1995 tentang Perseroan Terbatas
 Undang-undang No.8 tahun 1995 tertanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal

B. Pengertian
PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pelaksanaannya (Pasal
1 butir 1 UUPT).
C. Karakteristik
1. Pemegang saham PT tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas
nama PT dan tidak bertanggungjawab atas kerugian PT melebihi nilai saham yang telah
diambilnya (Pasal 3 ayat 1 UUPT).
2. Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila :
a. persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak langsung) dengan iitikad
buruk memanfaatkan PT semata-mata untuk kepentingan pribadi;
c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh PT; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak langsung) secara melawan
hukum menggunakan kekayaan PT yang mengakibatkan kekayaan PT menjadi tidak cukup
untuk melunasi hutang PT (Pasal 3 ayat 2 UUPT).

Ketentuan tersebut di atas merupakan penjabaran dari prinsip “tanggungjawab terbatas”


(limited liability) dari pemegang saham, namun demikian undang-undang mengatur bahwa
tanggung jawab terbatas tersebut bisa hapus karena keadaan tertentu (Pasal 3 ayat 2 UUPT),
sehingga dalam hal keadaan tertentu tersebut terjadi, pemegang saham harus bertanggungjawab
penuh secara pribadi, hal tersebut dikenal dengan istilah “piercing the corporate veil” atau
“lifting the veil” yang artinya menembus cadar perusahaan atau membuka kerudung.
D. Jenis PT
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam UUPT dan UUPM, maka PT dapat dibedakan
ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
a. PT Terbuka yaitu perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria
tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal (Pasal 1 ayat 6 UUPT). Menurut UUPM yang dimaksud
dengan PT Terbuka atau dalam UUPM disebut Perusahaan Publik adalah perseroan yang
sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal
disetor sekurang-kurangnya Rp.3 milyar atau suatu jumlah pemegang saham atau modal disetor
yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
b. PT Tertutup adalah perseroan yang tidak termasuk dalam kategori PT Terbuka.
E. Pendirian, Pendaftaran Dan Pengumuman PT
a. PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta pendirian dalam bahasa Indonesia yang
dibuat secara Notariil;
b. Akta Pendirian tersebut telah diajukan kepada dan untuk disahkan oleh Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (“Menkeh”);
c. PT memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian disahkan oleh Menkeh;
d. Direksi wajib mendaftarkan Akta Pendirian berikut pengesahannya dalam Daftar Perusahaan
sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
e. Direksi wajib mengumumkan pendirian, pengesahan serta pendaftaran Akta Pendirian dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

F. Perubahan Anggaran Dasar


1. Perubahan tertentu Anggaran Dasar PT sebagaimana tersebut di bawah ini harus
mendapat persetujuan Menkeh, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan serta diumumkan di
Tambahan Berita Negara (Pasal 15 ayat 2 UUPT):
 nama PT;
 maksud dan tujuan PT;
 kegiatan usaha PT;
 jangka waktu berdirinya PT, apabila Anggaran Dasar menetapkan jangka waktu tertentu;
 besarnya modal dasar;
 pengurangan modal ditempatkan dan disetor;
 status perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.
2. Perubahan Anggaran Dasar selain sebagaimana dimaksud butir a di atas cukup dilaporkan
kepada Menkeh dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak keputusan
RUPS dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan (Pasal 15 ayat 3 UUPT).
3. Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam butir a di atas mulai
berlaku sejak tanggal persetujuan diberikan.
4. Perubahan Anggaran Dasar sebagaimna dimaksud dalam butir b di atas mulai
berlaku sejak tanggal pendaftaran.
G. Ketentuan Peralihan Tentang Perubahan Ad Sesuai UUPT
1. Akta Pendirian PT yang telah disahkan atau Anggaran Dasar yang perubahannya
telah disetujui sebelum UUPT berlaku tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
UUPT.
2. Akta Pendirian PT yang belum disahkan atau Anggaran Dasar yang perubahannya
belum disetujui oleh Menkeh pada saat berlakunya UUPT wajib disesuaikan dengan
ketentuan UUPT.
3. Dalam waktu 2 tahun terhitung sejak UUPT mulai berlaku semua PT yang
didirikan dan telah disahkan berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Dagang harus
telah disesuaikan dengan ketentuan UUPT.
4. Dalam jangka waktu 3 tahun terhitung sejak tanggal 24 Februari 1998, PT wajib
melakukan penyesuaian nama. Dalam hal ini, penyesuaian dapat dilakukan antara lain
pada saat:
o PT mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pertama kalinya sejak tanggal 24
Februari 1998, atau
o PT mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengubah Anggaran Dasar.

H. Hak-Hak Pemegang Saham


Hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam pembahasan tentang PT adalah hak-hak
pemegang saham, terutama hak-hak pemegang saham minoritas. Menurut UUPT, hak-hak
pemegang saham adalah sebagai berikut:
a. mengajukan gugatan terhadap PT ke Pengadilan Negeri, apabila dirugikan karena tindakan PT
yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau
Komisaris (Pasal 54 ayat 2 UUPT);
b. Atas nama PT, apabila mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap
anggota Direksi atau Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian
pada perseroan (Pasal 85 butir 3 dan Pasal 98 butir 2 UUPT);
c. Atas nama diri sendiri atau atas nama PT , apabila mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan permohonan
kepada Pengadilan Negeri setempat agar dilakukan pemeriksaan terhadap PT (Pasal 110 butir
3.a. UUPT);
d. 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan permohonan
kepada Pengadilan Negeri setempat agar membubarkan PT (Pasal 117 butir 1.b UUPT).

I. Organ PT
Organ PT terdiri dari:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”)
2. Komisaris
3. Direksi
J. RUPS
1. RUPS adalah organ PT yang memegang kekuasaan tertinggi dalam PT dan memegang segala
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1 butir 3 UUPT).
2. Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, RUPS mempunyai kewenangan antara lain :
o Mengangkat anggota Komisaris dan Direksi untuk jangka waktu tertentu, termasuk untuk
memberhentikannya sewaktu-waktu atau mengangkatnya kembali apabila jangka waktu tertentu
tersebut berakhir (Pasal 80 jo Pasal 95 UUPT)
o Menyetujui perubahan Anggaran Dasar PT (Pasal 14 UUPT).
o Menyetujui rancangan penggabungan, peleburan dan pengalihan PT (Pasal 102 ayat 3 jo Pasal
103 ayat 3 butir b UUPT);
o Menyetujui pembubaran PT (Pasal 114 UUPT);
o Melakukan tindakan lainnya yang tidak diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar serta tidak
dilimpahkan kewenangannya kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1 butir 3 UUPT).

K. Komisaris
Komisaris adalah organ PT yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau
khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan PT (Pasal 1 butir 5 UUPT).
Yang dapat diangkat menjadi anggota Komisaris adalah :
a. orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; dan
b. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu PT dinyatakan pailit; atau orang yang pernah dihukum karena
melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 tahun sebelum
pengangkatan (Pasal 96 UUPT).

L. Direksi
Direksi adalah organ PT yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan PT untuk
kepentingan dan tujuan PT serta mewakili PT baik di dalam maupun di luar pengadilan (Pasal 1
butir 4 UUPT). PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan surat
pengakuan utang atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota
Direksi (Pasal 79 ayat 2). Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah :
a. orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; dan
b. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau orang yang pernah dihukum
karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 tahun sebelum
pengangkatan (Pasal 79 ayat 3 UUPT).
Tindakan Pt Berhubungan Dengan Bank
PT Sebagai Nasabah
1. Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar PT, maka umumnya tindakan PT
untuk membuka rekening pada Bank (e.g.: Giro, Deposito dan/atau Tabungan) cukup
diwakili oleh angota Direksi yang berwenang mewakili Direksi, tanpa perlu mendapat
persetujuan Dewan Komisaris / RUPS, karena tindakan tersebut termasuk tindakan
kepengurusan PT sehari-hari.
2. Konsekuensinya adalah bahwa anggota Direksi yang berwenang mewakili Direksi
PT tersebut berhak pula menentukan karyawan PT atau kuasanya sebagai Authorized
Signer atas rekening pada Bank yang bersangkutan.
3. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pemberian kuasa tersebut adalah agar
kuasa yang diberikan bersifat khusus (tidak bersifat umum), hal demikian mengingat
sesuai dengan ketentuan Pasal 1796 KUH Perdata ditentukan bahwa pemberian kuasa
yang dirumuskan dalam kata-kata umum hanya meliputi perbuatan
pengurusan, sementara tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan rekening PT
pada Bank pada umumnya termasuk juga tindakan yang meliputi perbuatan
kepemilikan. Pemberian kuasa tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam
anggaran dasar perseroan.
PT Sebagai Peminjam
1. Dalam hal PT bertindak sebagai peminjam, maka pada umumnya anggaran dasar
PT mewajibkan anggota Direksi yang bersangkutan untuk memperoleh persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari Dewan Komisaris/RUPS.
2. Perlu menjadi perhatian adalah bahwa apabila anggaran dasar PT mensyaratkan
demikian, maka persetujuan tertulis tersebut agar diperoleh terlebih dahulu sebelum
dilaksanakannya perbuatan tersebut, hal demikian untuk mencegah timbulnya gugatan di
kemudian hari dari pihak yang seharusnya memberikan persetujuan Dewan
Komisaris/RUPS) yang mengakibatkan perbuatan tersebut dapat dimintakan
pembatalannya di muka hakim.
PT Sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan
1. Dalam hal PT bertindak sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan, maka pada
umumnya anggaran dasar PT yang bersangkutan mewajibkan anggota Direksi yang
bersangkutan memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Dewan
Komisaris/RUPS.
2. Perbedaan akibat hukum bagi PT sebagai Pemberi Jaminan dan PT sebagai
penjamin (corporate guarantee) adalah sebagai berikut :
a. PT sebagai pemberi jaminan yaitu dimana PT menyerahkan suatu asset tertentu milik PT sebagai
jaminan untuk jaminan atas pelunasan hutang pada Bank, berarti pemberian jaminan hanya
terbatas pada harta kekayaan PT yang dijaminkan ;
b. PT sebagai penjamin (corporate guarantee) berarti kekayaan PT seluruhnya secara hukum
menjadi jaminan atas pelunasan hutang pada Bank, kecuali jika disetujui lain oleh para pihak di
dalam corporate guarantee tersebut.
Beberapa Istilah Khusus Yang Berhubungan Dengan Pt
Penggabungan/Merger
Satu PT atau lebih menggabungkan diri menjadi satu dengan PT yang telah ada, dimana PT yang
telah ada tersebut tetap berdiri sedangkan PT yang menggabungkan diri tersebut menjadi bubar
(Pasal 102 ayat 1 UUPT).
Peleburan/Konsolidasi
Satu PT atau lebih meleburkan diri dengan PT yang lain dan membentuk PT baru, dimana
seluruh PT yang meleburkan diri tersebut seluruhnya menjadi bubar dan akhirnya membentuk
PT baru (Pasal 102 ayat 1 UUPT).
Pengambilalihan/Akuisisi
1. Satu PT mengambil alih saham yang telah ada atau saham yang akan dikeluarkan
oleh PT lain, dengan ketentuan bahwa istilah pengambilalihan / akuisisi umumnya
dipergunakan apabila pengambilalihan tersebut mengakibatkan timbulnya pengendalian
atas PT yang sahamnya diambilalih (Pasal 103 UUPT).
2. UUPT tidak mengatur mengenai definisi pengendalian, namun mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal, yang dimaksud dengan
“pengendalian” adalah pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara
apapun, mempengaruhi pengelolaan dan atau kebijakan PT.
Pembubaran PT dan Likuidasi
a. PT bubar karena (Pasal 114 UUPT):
o Keputusan RUPS;
o Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir.
o Penetapan Pengadilan.
Direksi Perseroan dapat mengajukan usul pembubaran kepada RUPS. Keputusan RUPS
tentang pembubaran PT sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan mengenai pengambilan
keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat 1 dan ketentuan mengenai korum
sebagaimana diatur dalam Pasal 76 UUPT (Pasal 115 ayat 1 & 2 UUPT). Perseroan bubar pada
saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.(Pasal 115 ayat 3 UUPT). Pembubaran perseroan
sebagaimana dimaksud di atas diikuti dengan likuidasi oleh likuidator (Pasal 115 ayat 4 UUPT).
Dalam hal PT bubar karena jangka waktu berdirinya berakhir sebagaimana ditetapkan
dalam anggaran dasar, Direksi PT dapat mengajukan permohonan kepada Menkeh untuk
perpanjangan jangka waktu tersebut (Pasal 116 ayat 1 UUPT). Namun demikian permohonan
perpanjangan jangka waktu tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang
dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit tiga per empat bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui paling sedikit oleh tiga per empat bagian
dari jumlah suara tersebut (Pasal 116 ayat 2 UUPT).
Pengadilan Negeri dapat membubarkan PT atas :
o permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat PT melanggar kepentingan umum.
o permohonan satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.
o permohonan kreditor berdasarkan alasan PT tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan
pailit atau harta kekayaan PT tidak cukup untuk melunasi seluruh utangnya setelah persyaratan
pailit dicabut.
o permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta
pendirian PT (Pasal 117 ayat 1 UUPT).
Dalam hal PT bubar, maka PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan
untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi (Pasal 119 ayat 1 UUPT). Dalam hal
PT sedang dalam proses likuidasi, maka pada surat keluar dicantumkan kata-kata “dalam
likuidasi” di belakang nama PT (Pasal 119 ayat 3 UUPT). Likuidator dari PT yang telah bubar
wajib memberitahukan kepada semua krediturnya dengan surat tercatat mengenai bubarnya
PT (Pasal 120 ayat 1 UUPT).
Likuidator bertanggungjawab kepada RUPS atas likuidasi yang dilakukan (Pasal 124 ayat 1
UUPT). Sisa kekayaan hasil likuidasi diperuntukkan bagi para pemegang saham (Pasal 124 ayat
2 UUPT). Likuidator wajib mendaftarkan dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi sesuai
dengan ketentuan Pasal 21 dan 22 tentang pendaftaran dalam Daftar Perusahaan dan
pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 124 ayat 2 UUPT).
Bentuk-Bentuk Khusus Perseroan Terbatas
1. PT Penanaman Modal Dalam Negeri (“PT PMDN”)
Penanaman Modal Dalam Negeri (“PMDN”) adalah penggunaan daripada kekayaan
masyarakat Indonesia termasuk hak dan benda, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk
menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan Undang -undang No.6 tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang
No.12 tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri (“UU PMDN”).
2. PT Penanaman Modal Asing (PT PMA)
Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia. Perusahaan penanaman modal asing
harus suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

3. PT Persero
Salah satu bentuk khusus PT adalah Perusahaan Persero. Namun mengingat Perusahaan
Persero merupakan juga bagian dari Perusahaan Negara, maka pembahasan mengenai
Perusahaan Persero akan dibahas di Butir B.3 di bawah ini.
4. PT Sebagai Kelompok Usaha
Pengertian yang umum mengenai suatu kelompok usaha adalah sebagai berikut:
Suatu kelompok usaha pada umumnya memiliki induk perusahaan (parent company) yang
merupakan holding company yaitu suatu perusahaan yang tujuannya adalah menguasai saham
atau manajemen dari perusahaan yang dimiliki/dikuasainya.
Ketentuan Kelompok Usaha Menurut Bank Indonesia
Sehubungan dengan belum lengkapnya ketentuan hukum di Indonesia yang mengatur
kelompok usaha secara spesifik, maka ketentuan Bank Indonesia yang berlaku saat ini dapat
dijadikan acuan dalam menangani kelompok usaha sebagai kelompok peminjam maupun pihak
terkait dengan peminjam atau kelompok peminjam.
Bank Indonesia menetapkan kriteria berkenaan dengan kelompok usaha berkaitan dengan
pemberian kredit yaitu ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (“BMPK”)
dimana ditetapkan ketentuan mengenai “Kelompok Peminjam” maupun “Pihak Terkait” dari
“Peminjam” atau “Kelompok Peminjam”.
Dasar Hukum
1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tertanggal 31 Desember 1998
No.31/177/KEP/DIR tentang BMPK sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 2/16/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000.
2. Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Pengertian
1. “Peminjam” adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang
memperoleh satu atau lebih lebih penyediaan dana;
2. “Kelompok Peminjam” adalah sejumlah Peminjam yang satu sama lain
mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan dan/atau hubungan keuangan.
3. “Pihak Terkait” adalah Peminjam atau Kelompok Peminjam yang mempunyai
keterkaitan dengan Bank karena merupakan:
 pemegang saham perorangan yang memiliki saham 10% atau lebih dari modal disetor Bank;
 pemegang saham berbentuk perusahaan/badan yang memiliki saham 10% atau lebih dari modal
disetor Bank;
 anggota Dewan Komisaris Bank;
 anggota Direksi Bank;
 keluarga dari pihak-pihak tersebut dalam angka 1, angka 3 dan angka 4;
 perorangan yang memiliki saham 25% atau lebih dan/atau yang mengendalikan operasional,
pengawasan atau pengambilan keputusan, baik langsung maupun tidak langsung, atas
perusahaan-perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2;
 pejabat Bank yang mempunyai fungsi eksekutif, yaitu yang mempunyai pengaruh terhadap
operasional Bank dan/atau bertanggungjawab langsung kepada Direksi termasuk pejabat Satuan
Kerja Audit Intern dan Dewan Audit;
 perusahan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak dimaksud dalam
angka 1 sampai dengan 7 di atas dengan kepemilikan 10% atau lebih dari modal disetor
perusahaan;
 perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat pengaruh dalam operasional, pengawasan atau
pengambilan keputusan dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan
angka 7 walaupun pihak-pihak tersebut tidak memiliki saham pada perusahaan dimaksud;
 10. anak perusahaan Bank dengan kepemilikan saham Bank lebih dari 25% dari modal disetor
perusahaan dan/atau apabila Bank mempengaruhi perusahaan tersebut.

4. “Pengendalian” adalah:
 Bank mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian dengan investor
lainnya;
 Bank mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional
perusahan berdasarkan angaran dasar atau perjanjian;
 Bank memiliki kewenangan untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus
perusahaan;
 Bank mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus;
 Bank memiliki atau mengendalikan sekurang-kurangnya 10% saham dan merupakan pemegang
saham terbesar dibandingkan dengan kepemilikan pihak lain dalam perusahaan;
 Bank dan pihak terkait dengan Bank memiliki jumlah saham lebih dari 50% dari modal
perusahaan;
 Aktivitas utama perusahaan tempat penyertaan adalah untuk memberikan manfaat bagi Bank; dan
atau
 Bank memiliki saham dan merupakan kreditur terbesar dari perusahaan tempat penyertaan.
5. “Perusahaan Induk” adalah badan hukum yang dibentuk untuk mengkonsolidasikan suatu
kelompok usaha dan memiliki saham bank baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
kepemilikan lebih dari 50% atau melakukan Pengendalian terhadap Bank.
6. “Perusahaan Induk di Bidang Keuangan” adalah badan hukum yang dibentuk
oleh Perusahaan Induk untuk mengkonsolidasikan seluruh aktivitas perusahaan induk
atau kelompok usaha yang bergerak di bidang keuangan atau yang melakukan
Pengendalian terhadap seluruh aktivitas perusahaan induk atau kelompok usaha yang
bergerak d bidang keuangan.
7. “Perusahaan Anak” adalah badan hukum yang dimiliki atau dikendalikan oleh
Bank baik secara langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari:
 Perusahaan Subsidiari yaitu Perusahan Anak dengan kepemilikan Bank lebih dari 50%;
 Perusahaan Partisipasi adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank 50% atau kurang
namun Bank memiliki Pengendalian terhadap perusahaan.
8. “Perusahaan Afiliasi” adalah perusahaan anak dari Perusahaan Induk Bank atau dari
Perusahaan Induk di Bidang Keuangan.
Karakteristik
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut di atas, suatu perusahaan digolongkan sebagai
anggota suatu “Kelompok Peminjam” apabila memenuhi salah satu kriteria keterkaitan dalam
hal kepemilikan, kepengurusan dan hubungan keuangan dengan satu atau lebih perusahaan
lainnya, yaitu sebagai berikut :
1. 25% atau lebih dari hak kepemilikan masing-masing perusahaan dikuasai oleh
suatu perusahaan atau seseorang atau secara bersama oleh suatu keluarga;
2. salah satu perusahaan menguasai 25% atau lebih hak kepemilikan perusahaan
lain;
3. anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan lainnya yang mempunyai fungsi
eksekutif pada salah satu perusahaan, menjadi anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris, atau pejabat eksekutif pada perusahaan lainnya yang berwenang memutuskan
hal-hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan;
4. dalam hal tidak terdapat hubungan kepemilikan dan/atau kepengurusan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1, 2 dan 3 di atas, dua atau lebih perusahaan
dianggap sebagai kelompok apabila terdapat hubungan keuangan sebagai berikut:
a. satu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyediaan dana yang diterima oleh perusahaan
lainnya;
b. satu perusahaan memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan lainnya sehingga
mengakibatkan adanya pengendalian usaha oleh perusahaan pemberi bantuan.
Ketentuan Kelompok Usaha Menurut Uupm
Menurut ketentuan UUPM yang masuk kategori PT sebagai kelompok usaha adalah
hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung,
oleh Pihak yang sama. Hal tersebut tersirat dalam butir e definisi tentang Afiliasi yang berbunyi
sebagai berikut:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara
horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari Pihak tersebut;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan
komisaris yang sama;
d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan
atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung,
oleh Pihak yang sama; atau
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Berdasarkan definisi dalam butir e di atas 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik
langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama merupakan affiliasi. Sedangkan yang
dimaksud Pihak dalam UUPM adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisasi.
Perusahaan Negara
1. Perusahaan Perseroan (PERSERO)
Perusahaan Perseroan (“Persero”) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang No.9 tahun 1969 tertanggal 1 Agustus 1969 tentang Bentuk-Bentuk
Usaha Negara (“UU No.9/1969”) yang berbentuk Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud
dalam UUPT yang seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh
Negara melalui penyertaan modal secara langsung. Tidak termasuk sebagai Persero adalah
Perseroan Terbatas yang sahamnya dimiliki oleh Persero.

2. Perusahaan Umum (PERUM)


Perusahaan Umum (“Perum”) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk
berdasarkan UU No.9/1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara berupa kekayaan
Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Maksud dan tujuan Perum adalah
menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.

3. Perusahaan Jawatan (PERJAN)


Perusahaan Jawatan (“Perjan”) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk
berdasarkan UU No.9/1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan merupakan
kekayaan Negara yang dipisahkan serta tidak terbagi atas saham. Maksud dan tujuan Perjan
adalah menyelenggarakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan masyarakat umum,
berupa penyediaan jasa pelayanan yang bermutu tinggi dan tidak semata-mata mencari
keuntungan.

4. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

5. Yayasan
Istilah “Yayasan” digunakan sebagai terjemahan dari istilah “Stichting” dalam bahasa
Belanda dan “Foundation” dalam bahasa Inggris. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota (Pasal 1 ayat 1 UU Yayasan).
6. Firma
Firma ini adalah gabungan dari beberapa usaha perseorangan maka kontinuitas akan lebih
lama, kemampuan permodalannya akan lebih menjadi besar. Akan tetapi tidak jarang dengan
bergabungnya dua orang pengusaha itu justru mengakibatkan perselisihan yang kadang – kadang
usahanya menjadi tak terkontrol dengan baik karena sering terjadi konflik antar keduanya.
7. Perserikatan Komanditer (CV)
Bentuk ini banyak dilakukan untuk mempertahankan kebaikan – kebaikan dari bentuk
perseorangan yang memberikan kebebasan dan penguasaan penuh bagi pemiliknya atas
keuntungan yang diperoleh oleh perusahan. Disamping itu untuk menghilangkan atau
mengurangi kejelekan dalam hal keterbatasan modal yang dimilikinya maka diadakanlah
penyertaan modal dari para anggota yang tidak ikut aktif mengelola bisnisnya, yang hanya
menyertakaan modalnya saja dalam bisnis itu.
Bentuk ini memiliki dua macam anggota yaitu :
- Anggota aktif (Komanditer Aktif) adalah anggota yang aktif menjalankan usaha bisnisnya dan
menanggung segala utang-utang perusahaan.
- Anggota tidak aktif (Komanditer Diam) adalah anggota yang hanya menyertakan modalnya
saja. Maka dari itu kertabatas modal perusahaan dapat dihindarkan, sehingga perusahaan akan
dapat mencari dan mendapatkan modal yang lebih besar untuk keperluan bisnisnya. Hal ini
merupakan salah satu kebaikan dari bentuk Perserikatan Komanditer, dibandingkan dengan
bentuk – bentuk lain yang sudah dibicarakan diatas.

Anda mungkin juga menyukai