Anda di halaman 1dari 60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Psikologi Remaja

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental yang

mendasari perilaku tersebut. Sehingga, dalam ilmu psikologi, yang

menjadi subyek penelitian adalah manusia, dan lebih spesifik adalah

perilaku manusia.31 Sedangkan, defenisi dari psikologi remaja adalah ilmu

yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa

mental dan tingkah laku remaja.32 Dengan demikian, maka segala tingkah

laku remaja merupakan ekspresi dari jiwanya.

Perkembangan psikologi remaja dibagi dalam beberapa kelompok,

yaitu:

1. Pembentukan Konsep Diri Remaja

Remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Menurut G.W. Allport (1961) bahwa seseorang

dapat dikatakan remaja, apabila telah memiliki ciri-ciri psikologik

tertentu dalam diri remaja. Adapun ciri-ciri psikologik yang harus

terdapat dalam diri remaja adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan melakukan pemekaran diri sendiri terhadap orang lain

dan menganggap dirinya sebagai bagian dari orang lain. Dengan

31
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, Jakarta Selatan:
Salemba Humanika, 2015, hlm. 10.
32
Faizah dan Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta, 2006, hlm. Xix.
28

demikian, sifat egois (mementingkan diri sendiri) akan berkurang,

sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki.

b. Kemampuan melihat diri sendiri secara objektif. Artinya, remaja

dapat mengontrol emosi ketika mendapat kritikan dari orang lain

dan menganggap hal tersebut sebagai motivasi untuk menjadi

lebih baik.

c. Kemampuan untuk memiliki tujuan tertentu dan menganggap

bahwa tujuan tersebut merupakan hal yang terbaik bagi diri

sendiri.33

2. Perkembangan Emosi Remaja

Masa remaja disebut sebagai Sturm Und Drang yang maknanya

adalah suatu masa yang memiliki ketegangan emosi yang disebabkan

karena perubahan-perubahan keadaan fisik dan bekerjanya kelenjar-

kelenjar yang terjadi pada waktu tersebut. Seperti, kelenjar seksual,

kelenjar otak dan kelenjar gondok. Meskipun demikian, penyebab

paling utama tumbuhnya ketegangan-ketegangan emosi pada remaja

disebabkan oleh keadaan sosial.

Bentuk-bentuk emosi yang tampak pada remaja antara lain sebagai

berikut:

a. Marah

Timbulnya perasaan marah pada remaja disebabkan

beberapa alasan, yakni sebagai berikut:

33
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997, hlm. 71-72.
29

1) Merasa diperlakukan kurang adil dan

diperlakukan sewenang-wenang.

2) Tidak dapat mengerjakan suatu hal dengan baik

3) Merasa terganggu di waktu sedang mengerjakan

suatu hal tertentu.

b. Takut

Hal-hal yang dapat menimbulkan perasaan takut pada

remaja antara lain sebagai berikut:

1) Apabila harus menghadapi orang-orang yang

asing baginya atau orang yang berjumlah lebih

banyak.

2) Berada sendirian di tempat yang gelap.

Adapun anda-tanda remaja sedang dilanda rasa takut antara

lain adalah:

1) Lemas dan pucat

2) Gemetar

3) Mengeluarkan banyak keringat dan sebagainya.

c. Malu

Timbulnya rasa malu pada remaja disebabkan karena

keinginan remaja yang selalu ingin memberikan kesan yang baik

dari dirinya kepada orang yang asing baginya, orang dewasa, lawan

jenis, akan tetapi remaja tidak sepenuhnya yakin dengan kesan


30

orang terhadap dirinya sehingga mengakibatkan remaja merasa

malu dan canggung dalam dirinya.

d. Cemas

Rasa cemas adalah suatu bentuk ketakutan yang bersal dari

sebab yang dibayangkan oleh remaja. Hal-hal yang dapat

menimbulkan rasa cemas adalah:

1) Hubungan dengan teman-teman pria dan wanita

2) Hal-hal yang berhubungan dengan fisik dan pakaian

3) Hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan.

Rasa cemas dinyatakan dengan dua macam cara, yakni:

1) Membicarakan kecemasan mereka kepada teman-

teman sebaya atau guru-guru dengan harapan akan

mendapatkan simpati atau pertolongan dari orang

disekitarnya.

2) Menunjukkan raut wajah tidak peduli terthadap

keadaannya pada saat itu, sehingga orang lain peduli

terhadap dirinya.

e. Iri hati

Pada umumnya rasa iri hati dianggap hanya dimiliki oleh

kanak-kanak saja, akan tetapi sebenarnya hal ini dirasakan juga

oleh remaja, meskipun remaja berusaha untuk menutupinya.

Adapun sebab-sebab yang menimbulkan rasa iri hati pada

remaja antara lain:


31

1) Melihat teman lebih populer darinya

2) Tertarik kepada lawan jenis.

f. Rasa kasih sayang

Tanda-tanda remaja menunjukkan rasa kasih sayang yang

berasal dari dirinya:

1) Selalu berusaha untuk berada di dekat orang

atau teman yang disayangi

2) Selalu berusaha membahagiakan orang

disekitarnya

3) Selalu mendengarkan dengan penuh perhatian

kata-kata atau cerita-cerita dari orang yang ada

disekitarnya.

g. Kegembiraan

Perasaan tersebut timbul disebabkan karena:

1) Remaja dapat menyesuaikan diri dengan baik

terhadap keadaan yang ada disekitarnya

2) Mengerjakan tugasnya dengan baik

3) Melihat kelucuan dari suatu kejadian

4) Dapat menghilangkan rasa takut, cemas, iri hati,

marah yang telah dialaminya.


32

h. Rasa ingin tahu

1) Rasa ingin tahu terhadap lawan jenis

2) Rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan seks

3) Rasa ingin tahu terhadap hubungan dengan

masyarakat yang lebih luas.

i. Kesedihan

Hal ini antara lain disebabkan karena:

1) Mengalami suatu perpisahan

2) Pertengkaran dengan orang yang disayanginya

3) Merasakan keadaan materiil.

Umumnya kesedihan tersebut dinyatakan dalam bentuk

tangisan ataupun duduk termenung.34

3. Perkembangan Minat/Cita-Cita Remaja

Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu

campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau

kecendrungan–kecendrungan lain yang mengarahkan pada suatu

pilihan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan cita-cita adalah

perwujudan dari minat tersebut dalam hubungan prospek (jangkauan

masa depan).

34
Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, t.t, hlm.
206-212.
33

Adapun bentuk-bentuk minat ataupun cita-cita yang dimiliki

remaja, sangat beragam bentuknya. Di antara bentuk minat maupun

cita-cita yang paling menonjol dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Minat pribadi dan sosial

Minat pribadi timbul disebabkan karena remaja menyadari

bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh kesan

keseluruhan yang ditunjukkan oleh remaja terhadap keadaan yang

disekitarnya. Perbedaan bentuk minat dipengaruhi oleh perbedaan

latar belakang daerah, tingkat ekonomi dan status sosial. Misalnya,

remaja kota berminat pada mobil, dansa, dll, sedangkan bagi

remaja desa lebih berminat terhadap pakaian yang bagus, perhiasan

emas dan semacamnya.35

1) Minat terhadap rekreasi

Minat terhadap rekreasi pada remaja umumnya

sangat kuat. Namun bagi beberapa remaja, lebih memilih

hal yang menjadi hobi atau kesenangan remaja pada

umumnya. Misalnya, bermain sepak bola, membaca,

mendengarkan musik, dan lain-lain.

2) Minat terhadap agama

Remaja sangat menyukai diskusi tentang agama dan

kritis terhadap ajaran suatu agama.36 Akan tetapi,

kelemahan yang remaja miliki adalah kurangnya


35
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, t.t, hlm. 62.
36
Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama, Yogyakarta:Penerbit Teras, 2013, hlm. 127.
34

kemampuan remaja dalam menangkap informasi abstrak.

Hal ini dipengaruhi oleh perasaan maupun emosi remaja

yang lebih melihat atau memandang sesuatu dari segi

praktis dan realitanya.

3) Minat/ cita-cita terhadap sekolah dan jabatan remaja37

Sebagai suatu proses, perkembangan minat/cita-cita

pada seseorang mengalami perubahan sepanjang garis

perkembangannya. Khusus pada remaja, dapat dikatakan

bahwa dalam masa remaja awal minat/cita-cita sering

berubah-ubah. Akan tetapi, ketika memasuki usia remaja

akhir, minat/cita-cita tersebut lebih jelas dan juga

konsisten.38

4. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja

Hubungan sosial setiap individu berkembang disebabkan karena

adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di

dunia sekitarnya. Khusus bagi remaja, terdapat beberapa karakteristik

yang menonjol dari perkembangan sosial remaja, yaitu sebagai

berikut:39

a. Berkembangnya kebutuhan untuk menerima afeksi dari

kelompok atau individu, berupa:

37
Andi Mappiare, Psikologi Remaja,.......hlm. 64.
38
Andi Mappiare, Psikologi Remaja,.......hlm. 66
39
Melly Sri Sulastri, Psikologi Perkembangan Remaja dari segi kehidupan sosial, Bandung: Bina
Aksara, 1984, hlm. 22.
35

1) kasih sayang dari keluarga dan orang lain di

lingkungan sekitar

2) Pujian atau sambutan hangat dari teman-

temannya

3) Penghargaan dan apresiasi dari guru dan

pendidik-pendidik lainnya.

b. Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada

kelompoknya, seperti:

1) Menyatakan afeksi kepada kelompoknya

2) Turut serta memikul tanggung jawab kelompok

3) Menyatakan kesediaan dan kesetiaan kepada

kelompok

4) Mempelajari dan menyelidiki sesuatu di lingkungan

sekitarnya.40

c. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial, menyebabkan

remaja senantiasa mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan

pegangan. Oleh karena itu, orang dewasa dan orang tua

harus menunjukkan konsistensi dalam memegang dan

menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan remaja.41

d. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis, pada

umumnya menyebabkan remaja berusaha keras untuk

memiliki teman dekat dari lawan jenisnya. Untuk itu,


40
Melly Sri Sulastri, Psikologi Perkembangan Remaja dari segi kehidupan sosial,........ hlm..23.
41
Andi Mappiare, Psikologi Remaja,..... hlm. 91.
36

remaja harus diajak berkomunikasi secara rileks dan

terbuka untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan

dengan lawan jenis.42

e. Tampak kecendrungan untuk memilih karier tertentu,

meskipun pada hakikatnya masih berada pada taraf

pencarian karier. Dengan demikian, remaja penting

diberikan wawasan karier yang disertai dengan penjelasan

terhadap keunggulan dan kelemahan masing-masing dari

jenis karier tersebut.43

5. Perkembangan Intelek/Kognitif Remaja

Perkembangan intelek sering dikenal dalam dunia psikologi

maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif.

Perkembangan kognitif manusia merupakan prosses psikologi yang di

dalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun, dan

menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental seperti berpikir,

menimbang mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis,

mengevaluasi, dan memacahkan persoalan yang berlangsung melalui

interaksi dengan lingkungan.

Jean Piaget, seorang ahli psikologi kognitif, membagi

perkembangan intelek/ kognitif menjadi empat tahap:

42
Andi Mappiare, Psikologi Remaja,..... hlm. 92.
43
Andi Mappiare, Psikologi Remaja,..... hlm. 93.
37

a. Tahap sensori-motoris (0-2 tahun)

Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses

pematangan aspek motorik, sehingga anak mampu

mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan,

gerakan-gerakan, dan belajar mengorganisassikan tindakannya,

meskipun anak belum mengenal fungsi simbolik.44

b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Tahap ini ditandai dengan perbuatan rasional anak yang

tidak didukung oleh pemikiran melainkan dengan unsur perasaan.

Oleh karena itu, sikap-sikap yang diperoleh dari lingkungan

sekitarnya sangat bermakna baginya.

c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi

dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang

kurang egosentis dan lebih objektif.

d. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)

Pada tahap ini sudah mampu berpikir abstrak, logis,

memaknai arti kiasan dan simbolik, dan memecahkan pesoalan-

persoalan yang bersifat hipotesis.

Remaja, seharusnya sudah berada pada tahap operasional

formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional, serta

mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.

44
Jean Piaget, Psikologi Anak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 5.
38

Oleh karena itu, setiap keputusan harus dilandasi oleh dasar

pemikiran yang masuk akal sehingga dapat diterima oleh remaja.45

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa perkembangan psikologi remaja adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan perkembangan konsep diri remaja, remaja telah

memiliki kemampuan untuk melakukan pemekaran diri dengan

lingkungan sekitar, bersifat objektif dan dapat menerima

dengan lapang dada segala kritik dan saran dari orang lain.

2. Remaja sangat emosional, terutama jika menghadapi masalah

pribadi dengan orang disekitarnya.

3. Minat remaja sangat beragam. Akan tetapi keberagaman

tersebut mengantarkan remaja kepada sebuah konsistensi yakni

cita-cita.

4. Pengaruh emosi, mengantarkan remaja kepada perkembangan

sosialnya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan dukungan

maupun motivasi dari lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat.

5. Pada usia remaja, ketertarikan mendominasi kepada hal-hal

yang logis, rasional serta bersifat hipotesis. Oleh karena itu,

melibatkan remaja dalam suatu kegiatan akan lebih

memberikan pengaruh positif bagi perkembangan kognitif

remaja.

45
Melly Sri Sulastri, Psikologi Perkembangan Remaja dari segi kehidupan sosial,........hlm. 26-34.
39

B. Konsep Islam Mengenai Pendidikan Seks Berdasarkan Kajian Qs.

An-Nūr ayat 30-31.

Menurut pandangan Islam pendidikan seks merupakan bagian dari

pendidikan akhlak yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebab, tujuan

dari adanya pendidikan seks dalam Islam ialah menjadikan manusia

beriman, berperilaku sesuai jenisnya, bertanggung jawab terhadap

kesuciannya, serta dapat menyusaikan diri dari lingkungannya.46

Hasil penelitian menyebutkan bahwa salah satu faktor utama

terjadinya kehamilan dalam kalangan remaja putri disebabkan karena

kurangnya pemahaman remaja tentang masalah seksual. Untuk mengatasi

masalah tersebut, hal yang paling tepat ialah memberikan pengetahuan

seks pada remaja melalui pendidikan seks.

Pemberian pengetahuan tentang seks seyogyanya tidak mengikuti

model dan metode pendidikan Barat, tetapi dengan mengikuti model dan

metode yang Islami.47 Di antara ayat al-Qur‟ān yang membahas mengenai

pendidikan seks adalah Qs. An-Nūr ayat 30-31 yang berbunyi sebagai

berikut:

ِ ِ ‫ضوا ِمن أَب‬ ِِ


ٰ‫ك أ َْزَكى‬ َ ‫صا ِرى ْم َوََْي َفظُوا فُػُر‬
َ ‫وج ُه ْم ۚ َذٰل‬ َ ‫قُل لِّْل ُم ْؤمن‬
َ ْ ْ ُّ ُ‫ني يَػغ‬
ِ
ْ َ‫ََلُ ْم ۚ إِ َّن اللَّوَ َخبِريٌ ِبَا ي‬
]٠٣:٤٢[ ‫صنَػعُو َن‬

46
Nina Surtiretna, Bimbingan Seks Bagi Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, hlm.2.
47
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami (Solusi Islam Atas Problem-
Problem Psikologi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 33.
40

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah


mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

‫ين ِزينَتَػ ُه َّن‬ ِ ‫ضن ِمن أَبصا ِرِى َّن وََي َفظْن فُػروجه َّن وََل يػب‬ ِ ِ
‫د‬
َ ُْ َ ُ َ ُ َ ْ َ َ ْ ْ َْ ‫ض‬ ُ ‫َوقُل لِّلْ ُم ْؤمنَات يَػ ْغ‬
‫ين ِزينَتَػ ُه َّن‬ ِ ‫ض ِربن ِِبم ِرِى َّن علَى جيوِبِِ َّن ۚ وََل يػب‬ ِ ِ
‫د‬
َ ُْ َ ُ ُ ٰ َ ُ ُ َ ْ ْ َ‫إََّل َما ظَ َهَر مْنػ َها ۚ َولْي‬
‫إََِّل لِبُػعُولَتِ ِه َّن أ َْو آبَائِ ِه َّن أ َْو آبَ ِاء بػُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبْػنَائِ ِه َّن أ َْو أَبْػنَ ِاء بػُعُولَتِ ِه َّن أ َْو‬
ِ ِ ِِ ‫إِخواِنِِ َّن أَو ب ِِن إِخواِنِِ َّن أَو ب ِِن أ‬
‫ت أَِْيَانػُ ُه َّن‬ْ ‫َخ َواِت َّن أ َْو ن َسائ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك‬ َ َ ْ َْ َ ْ َْ
ِ ‫الرج ِال أَ ِو الطِّْف ِل الَّ ِذين ََل يظْهروا علَى عور‬ ِ ِ ِْ ‫ُوِل‬ ِ
‫ات‬ ََْ ٰ َ َُ َ ْ َ َ ِّ ‫اْل ْربَة م َن‬ ِ ‫ني َغ ِْري أ‬ َ ‫أَ ِو التَّابِع‬
‫ني ِمن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُوا إِ ََل اللَّ ِو‬ ِ ِ ِ ِ ‫الن‬
َ ‫ض ِربْ َن بِأ َْر ُجل ِه َّن ليُػ ْعلَ َم َما ُُيْف‬ ْ َ‫ِّساء ۚ َوََل ي‬ َ
]٥٣:٤٦[ ‫َج ًيعا أَيُّوَ الْ ُم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تُػ ْفلِ ُحو َن‬ َِ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.48

48
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab.
41

1. Penafsiran Ahmad Musṭafa Al-Marāgi dalam Tafsir Marāgi mengenai

Qs. An-Nūr ayat 30-31.

Berdasarkan penafsiran al-Marāgi terhadap Qs. An-Nūr ayat 30-31

mengenai konsep pendidikan seks adalah sebagai berikut:

a) Menahan Pandangan

( ‫صا ِرِى ْم‬ ِ ُّ ُ‫)قُل لِّلْم ْؤِمنِني يػغ‬


َ ْ‫ضوا م ْن أَب‬ ََ ُ
‫صار ُكم عمَّا َﺣ ّر َم‬ َ ‫اي ُق ْل اَيُّ َها الرَّ ُﺳو ِل للمؤمنني كّفوا اْب‬
‫فَِﺈ ّن‬, ‫ َو ََل تنظروا اَّل مَا يَُبٍا ُح لكم النّ ْظر اليو‬,‫اﷲ عََلْي ُكم‬
‫ص ِرُف ْوا‬
ْ ‫فَ ْلُي‬. ‫َوَق َﻊ البصر علﻲ ﳏرم من غَري قصد‬
‫صا َر ُى ْم عنو ﺳَ ِرْي ًعا ﳌا‬ َ ‫اَْب‬
“ Katakanlah hai rasul, kepada orang-orang yang
beriman: Tahanlah pandangan kalian dari melihat apa
yang diharamkan Allah kepada kalian, dan janganlah
memandang kecuali memandang yang diizinkan bagi kamu
untuk memandangnya, maka jika terjadi pandangan
dengan maksud tertentu (syahwat), maka pandangan
tersebut diharamkan, maka palingkanlah pandangan itu
dengan segera.”49

Ayat ( ‫صا ِرِى ْم‬ ِ ُّ ُ‫)قُل لِّْلم ْؤِمنِني يػغ‬


َ ْ‫ضوا م ْن أَب‬ َ َ ُ menjelaskan

bahwasanya Islam telah melarang kepada laki-laki agar

tidak memandang kepada aurat wanita yang mereka tidak

dihalalkan untuk memandangnya, yakni antara pusar dan

lutut bagi laki-laki dan seluruh anggota badan kecuali

49
Ahmad Musṭafa Al-Marāghi, Tafsir Al-Marāgi, (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2006),
hlm. 97.
42

wajah dan telapak tangan bagi wanita. Begitu juga jika laki-

laki maupun wanita memandang selain dari pada batasan-

batasan tersebut dengan dorongan syahwat, maka

pandangan tersebut dihukumi haram; sebaliknya jika

memandangnya tanpa dengan syahwat , maka tidak haram.

b) Menjaga Kemaluan ( ‫وج ُه ْم‬


َ ‫) َوََْي َفظُوا فُػُر‬

ِ ‫ او ِِب‬,‫اﺣ َش ِة‬
‫فظ َها من أَ ّن اَ َﺣ ًدا يػَْنظُُر‬ ِ ‫ِِبَعنَػها من عم ِل ال َف‬
ََ َْ
ِ ‫اْ ِد‬ ِ
‫يث (( اﺣفظ عورتك إَل من‬ َْ ‫ و قَد َجاءَ ِف‬,‫الَيها‬
.))‫ك اَْو َما َملَ َكت ِيينك‬ َ ِ‫َزْو َجت‬
“ Menjaga kemaluan maksudnya adalah dari perbuatan
keji, atau memeliharanya dari terlihat oleh seseorang.
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah ḥadiṡ: Peliharalah
auratmu, kecuali terhadap istrimu atau budak yang kamu
miliki.”50

Aurat merupakan bagian tubuh manusia yang wajib untuk ditutupi

dan tidak diizinkan oleh orang lain untuk melihatnya. Hendaknya

seorang muslim maupun muslimah yang baik adalah mampu

memelihara atau menjaga auratnya dari perbuatan yang diharamkan,

seperti berzina, dan hendaklah menutupinya agar tidak terlihat oleh

seorangpun.

Adapun batasan aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut di

tengah terletak penis dan anus. Sedangkan aurat perempuan adalah


50
Ahmad Musṭafa Al-Marāghi, Tafsir Al-Marāgi, (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2006),
hlm. 98.
43

seluruh tubuh selain wajah dan kedua telapak tangan. Hal tersebut

berdasarkan hadiṡ Rasulullah yang berbunyi:

‫ت أَِِب بَ ْك ٍر َعلَى َر ُﺳ ْوِل اﷲِ صلَّى‬ ِ ‫َْساء بِْن‬


َْ ‫ت أ‬ ْ َ‫ َد َخل‬: ‫ت‬
ِ
ْ َ‫َع ْن َعائ َشةَ قَال‬
: ‫ال‬ ٌ َ‫اب َش ِاميَةٌ ِرق‬
ْ ‫اق فَأ َْع ِر‬
َ َ‫ض َعْنػ َه ُاُثَّ ق‬ ِ ِ
ٌ َ‫اﷲُ َعلَْيو َو َﺳلَّ َم َو َعلَ َيها ثي‬
‫صلَ ْح أَ ْن يَػَرى ِمْنػ َها‬ ْ ُ‫ض ََلْ ي‬
ِ
ُ ‫ت اﳌْحْي‬ ْ َ‫َْسَاء إِ َّن الْ َمْرأَةَ إِ َذا بَػلَغ‬
ْ ‫اى َذا يَا أ‬
َ ‫َم‬
‫َش َار إِ ََل َو ْج ِه ِو َو َك َّفْي ِو‬ َ ‫إَِّلَ َى َذا َو َى َذا َو أ‬
Diriwayatkan dari „Aisyah ra. Sesungguhnya Asma putri Abu
Bakar masuk ke dalam tempat Rasulullah sedang ia dalam
keadaan berpakaian tipis, maka Rasulullah saw memalingkan
pandangan dari Asma dan berkata: “Wahai Asma, sesungguhnya
perempuan bila telah mencapai haid, maka tidaklah sah lagi
dilihat daripadanya selain ini “ Dan beliau mengisyaratkan
kepada wajah dan kedua telapak tangan beliau. (Dalam Kitab
Syi‟bul Iman karya Imam Baihaqi Juz 6 halaman 165)51
c) Menghindari perilaku tabarruj atau berlebih-lebihan

(‫ين ِزينَتَػ ُه َّن إََِّل َما ظَ َهَر ِمْنػ َها‬ ِ


َ ‫)وََل يػُْبد‬
َ
ِ ِ‫الزيْػنَ ِة لِلَ َجان‬
ُ‫ب إَِلَّ َم َاَل ِيُكن إِ ْخ َفاءُه‬ ِّ ‫ظهر َن َشيئًا ِمن‬َ َ‫أي وَل ي‬
‫ فال‬, ‫اب‬ِ ‫ض‬ ِ ِ ‫ات و الْ َك‬
َ ‫حل ول‬ ِِ َ‫الع َادةُ بِظُ ُهوِرهِ َكاال‬
َ ‫مّا َجرت‬
ِ ُ‫بؤخ َذ ِان إَِلَّ ف إِبْ َد ِاء َما خفى كاوار والَْل َخ ِال و ال ّد ْمل‬
‫وج‬

َّ ِ‫ألن َى ِذه‬
‫الزينَةَ واقغة‬ َّ ‫اح والقرطو‬
ِ ‫الوش‬ ِ
َ ‫والقالَ َدةِ و ِأْلكلْي ِل و‬
‫الساق و العضد‬ ِ ِ
ّ ‫ف َم َواضﻊ من الَ َسد وى َﻲ الذراءو و‬
‫ظر اِلَْيػ َها‬ ِ
ُ َّ‫و العنق و الرأس و ا لصدر و األذان ََل ََي ُّل الن‬

51
Ali Akbar, Seksualita Ditinjau Dari Hukum Islam,......hlm. 88.
44

‫اﳌ ْستَ ْس َقى ِف األَيَِة بَػ ْع َد ا ِْللْ َم ِن‬


" Hendaklah mereka tidak memperlihatkan sedikitpun dari
perhiasan-perhiasannya, kepada lelaki asing kecuali yang
dapat tampak maupun yang tidak mungkin disembunyikan,
seperti cincin, celak mata dan lipstik. Maka, dalam hal ini
mereka tidak akan dapat siksaan. Lain halnya jika mereka
memperlihatkan perhiasan yang seharusnya disembunyikan
seperti gelang tangan, gelang kaki, kalung, mahkota,
selempang dan anting-anting, sebab semua perhiasan
tersebut terletak pada bagian tubuh (hasta, betis, leher,
kepala, dada dan telinga) yang tidak halal untuk
dipandang, kecuali oleh orang-orang yang dikecualikan
dalam ayat.” 52
Adapun maksud dari kata "yang dikecualikan" dalam ayat

adalah mahram wanita sebagaimana yang diterangkan dalam Qs.

An-Nūr ayat 31:

………Kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah


suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita.
Tabarruj merupakan suatu perilaku dengan sengaja

menampakkan sesuatu yang wajib disembunyikan.53 Menurut

pandangan Syaikh Al-Maudūdi, kata tabarruj memiliki tiga

pengertian:

52
Ahmad Musṭafa Al-Marāghi, Tafsir Al-Marāgi, (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2006),
hlm. 99.
53
Asep Sobari, dkk, Fiqih Sunah Sayyid Sabiq, Jakarta Timur: IKAPI, 2016, hlm. 388.
45

1) Menampakkan atau memperlihatkan kecantikan

maupun ketampanan wajah kepada laki-laki

maupun perempuan yang tidak mahramnya.

2) Memperlihatkan pakaian dan perhiasan kepada laki-

laki maupun perempuan yang tidakmahramnya.

3) Memperlihatkan diri secara sensual di hadapan yang

tidakmahramnya dari cara berjalan, berlenggak-

lenggok, dan berwangi-wangian. 54

Pada umumnya perilaku tabarruj terjadi pada kalangan

perempuan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya firman Allah

maupun ḥadiṣ Rasulullah yang mengarahkan tabarruj kepada

perempuan. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan

terjadi pada kaum laki-laki yang juga pada dewasa ini banyak

berpakaian dan berperilaku seperti perempuan.

Adapun cara berpakaian masyarakat dipengaruhi oleh tiga

hal, yaitu etika, estetika dan erotika. Namun demikian, Islam hanya

memegang dua prinsip yaitu etika dan estetika yang ditandai

dengan pakaian yang beradab, etis, rapi dan tidak merangsang

orang lain melihatnya. Hal tersebut berbanding terbalik dengan

prinsip budaya Barat, yang lebih menonjolkan kepada prinsip

erotika yang merangsang nafsu syahwat.55

54
Hannan Aṭiyah Aṭ- Ṭūri, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja,.............hlm. 110.
55
Ali Akbar, Seksualita Ditinjau Dari Hukum Islam,......hlm. 89.
46

Allah swt. beserta Rasul-Nya sangat membenci perilaku

tabarruj, hal tersebut ditandai dengan banyaknya firman Allah dan

juga ḥadiṣ Rasul yang membahas mengenai pengharaman tabarruj,

antara lain sebagai berikut:

َ ‫اىلِيَّ ِة ْاأل‬
..ۚ ٰ‫ُوَل‬ ِ ‫ال‬
َْ ‫َوََل تَػبَػَّر ْج َن تَػبَػُّر َج‬
....Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah seperti
orang Jahiliah yang dahulu.(Qs. Al-Ahẓāb:33)

ِ ‫عن أِب ىريرة قال قال رﺳول اﷲ صلى اﷲ عليو وﺳلم ِصْنػ َف‬
‫ان‬
‫ض ِربُو َن‬ ِ َ‫ِمن أ َْى ِل النَّا ِر ََل أَرُُهَا قَػوٌم معهم ِﺳيا ٌط َكأَ ْذن‬
ْ َ‫اب الْبَػ َق ِر ي‬ َ ْ ََُ ْ َ ْ ْ
‫وﺳ ُه َّن‬ ِ ‫اﺳيات عا ِريات ُمِ َيال‬ ِ ِ ‫ِِبا الن‬
ُ ُ‫ت ُرء‬ ٌ ‫ت َمائ َال‬ ٌ ٌ َ َ ٌ َ ‫َّاس َون َساءٌ َك‬ َ َ
ْ َ‫ت الْ َمائِلَ ِة ََل يَ ْد ُخ ْلن‬
‫الَنَّةَ َوََل ََِي ْد َن ِرَيَ َها َوإِ َّن‬ ِ ‫َكأَﺳنِم ِة الْبخ‬
ُْ َ ْ
‫وج ُد ِم ْن َم ِس َريةِ َك َذا َوَك َذا‬
َ ُ‫ِرَيَ َها لَي‬

Dari Abu Hurairāh bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:


Terdapat dua golongan dari penghuni neraka yang belum
pernah aku lihat: Algojo-algojo yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang secara
semena-mena dan perempuan yang”berpakaian tetapi
bertelanjang”, berjalan melenggak-lenggok dan
menggoyangkan kepalanya (ke kanan dan ke kiri) seperti
punuk unta yang meliuk-liuk. Perempuan-perempuan
tersebut tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan bisa
mencium aroma surga. Padahal, aroma surga itu dapat
tercium dari jarak perjalanan sekian-sekian.56

56
Al-Maktabah As-Syamilah, HR.Muslim no. 2856, juz. 4, hlm. 2912.
47

2. Penafsiran Allamah Kamal Fāqih Imāni dalam buku Tafsir Nurul

Qur‟ān mengenai Qs. An-Nūr ayat 30-31.57

Menurut Allamah Kamal Fāqih Imāni bahwasanya maksud dari

Qs. An-Nūr ayat 30:

ِ ِ ‫ضوا ِمن أَب‬ ِِ


ٰ‫ك أ َْزَكى‬ َ ‫صا ِرى ْم َوََْي َفظُوا فُػُر‬
َ ‫وج ُه ْم ۚ َذٰل‬ َ ‫قُل لِّْل ُم ْؤمن‬
َ ْ ْ ُّ ُ‫ني يَػغ‬
ِ
ْ َ‫ََلُ ْم ۚ إِ َّن اللَّوَ َخبِريٌ ِبَا ي‬
]٠٣:٤٢[ ‫صنَػعُو َن‬
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Yakni, dosa harus dicegah sejak awal dan ketakwaan harus

dipancarkan dari mata. Ketidaksopanan berupa perbuatan melirik

lawan jenis akan mencegah pertumbuhan dan perkembangan

ruhani orang yang melakukannya.

Seorang laki-laki yang beriman menurut pandangan

penafsir adalah laki-laki yang mampu merendahkan pandangan

dari hal-hal yang dilarang untuk dilihat maupun dipandang.

Sedangkan adapun makna ‫ضوا‬


ُّ ُ‫ يػَغ‬dari ayat di atas adalah

merendahkan suara atau mengurangi pandangan. Sedangkan,

perintah kedua yang disebutkan dalam ayat di atas adalah menjaga

kemaluan dan bersikap mengendalikan diri.

57
Allamah Kamal Fāqih Imāni, Tafsir Nurul Qur‟an, Jakarta: Al-Huda, 2006, hlm. 355.
48

Adapun penafsiran beliau terhadap Qs. An-Nūr ayat 31

sebagai berikut:

…..Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan


mereka kecuali yang biasa terlihat.
Mengenai maksud perhiasan yang tidak diizinkan untuk

ditampakkan oleh kaum wanita sebagaimana yang dinyatakan

dalam ayat di atas, para ahli tafsir mengemukakan pendapat yang

berbeda-beda. Meskipun demikian Allamah Kamal Fāqih Imāni

sependapat dengan Al-Marāgi yang menyatakan bahwa

diharamkan bagi wanita memperlihatkan perhiasan yang

seharusnya disembunyikan seperti gelang tangan, gelang kaki,

kalung, mahkota, selempang dan anting-anting, sebab semua

perhiasan tersebut terletak pada bagian tubuh (hasta, betis, leher,

kepala, dada dan telinga) yang tidak halal untuk dipandang, kecuali

oleh orang-orang yang dikecualikan dalam ayat yakni mahram

wanita.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa konsep pendidikan seks dalam Islam kajian Qs.

An-Nūr ayat 30-31 sebagai berikut:

a. Menahan pandangan menurut ayat ( ‫صا ِرِه ْم‬ ِ ِ ِ ‫)قُل لِّل‬


َ ْ‫ين يَغُضُّوا م ْن أَب‬
َ ‫ْم ْؤمن‬
ُ

dalam pandangan al-Marāgi adalah menjelaskan bahwasanya

laki-laki diharamkan memandang kepada aurat wanita yang


49

mereka tidak dihalalkan untuk memandangnya, Sedangkan

menurut Imāni yang dimaksud makna tersebut tidak hanya

sekedar menundukkan pandangan saja, melainkan juga

memendekkan suara.

b. Menjaga kemaluan ( ‫وج ُه ْم‬


َ ‫ ) َويَ ْح َفظُوا فُ ُر‬menurut al-Marāgi memiliki

makna wajib memelihara diri dari perbuatan keji, seperti

melakukan perzinahan. Sedangkan menurut Imāni makna ayat

tersebut adalah menanamkan sikap mampu mengendalikan diri.

c. Tidak ada perbedaan pendapat di antara keduanya mengenai

batasan pemakaian pakaian maupun perhiasan. Keduanya

sepakat bahwa wanita diharamkan memperlihatkan perhiasan

yang seharusnya disembunyikan seperti gelang tangan, gelang

kaki, kalung, mahkota, selempang dan anting-anting, sebab

semua perhiasan tersebut terletak pada bagian tubuh (hasta,

betis, leher, kepala, dada dan telinga) yang tidak halal untuk

dipandang, kecuali oleh orang-orang yang dikecualikan dalam

ayat yakni mahram wanita.


50

C. Metode Pendidikan Seks untuk Remaja dalam Islam Berdasarkan

Kajian Qs. An-Nūr ayat 30-31.

Metode didefenisikan sebagai cara bertindak menurut sistem aturan

tertentu. Tujuan menggunakan metode adalah agar supaya setiap kegiatan

praktis terlaksana secara rasional dan terarah, sehingga dapat diperoleh

hasil yang maksimal sekaligus optimal.58 Dengan demikian, pengertian

metode pendidikan seks adalah cara menyampaikan pendidikan seks untuk

remaja sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terhindar dari perilaku seks

bebas.

Salah satu faktor utama terjadinya penyimpangan pada remaja

adalah disebabkan karena faktor keluarga, khususnya orang tua. Orang tua

yang kurang memahami arti mendidik remaja dan begitu sibuk bekerja

untuk meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi, sehingga melupakan tugas

pokok sebagai orang tua.

Faktor pendukung lainnya adalah faktor lingkungan dan sekolah.

Lingkungan merupakan tempat remaja dibesarkan yang di dalamnya

terdapat berbagai macam perbuatan, terdapat perbuatan baik maupun

perbuatan buruk, sehingga tidak jarang ditemukan seorang remaja yang

pada masa kanak-kanak baik dan penurut, berubah seketika menjadi

remaja yang nakal disebabkan karena pergaulannya dengan remaja nakal

lainnya.

58
Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Kelurga, Jakarta:Penerbit
Erlangga, 1994, hlm. 18.
51

Sekolah merupakan tempat kedua setelah rumah bagi remaja,

tempat yang menghabiskan sebagian waktu remaja. Oleh karena itu,

sekolah harus mampu menjadikan dirinya sebagai pusat kegiatan

masyarakat yang di dalamnya terdapat guru, orang tua, anak- didik yang

secara bersama-sama dapat belajar dan bekerja pada suatu program

kemasyarakatan.59

1. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan merupakan sebuah metode dalam pendidikan

berupa “proses penanaman kebiasaan” yang dilakukan secara

berulang-ulang.60 Sedangkan makna kebiasaan itu sendiri adalah cara-

cara bertindak yang otomatis tanpa disadari oleh pelakunya.

Ahli pendidikan sepakat bahwa metode pembiasaan sangat

dibenarkan sebagai salah satu upaya pendidikan menuju manusia

dewasa, meskipun sebagian orang menganggap bahwa metode

tersebut sangat konvensional. Hal tersebut disebabkan karena intisari

yang diajarkan dalam metode pembiasaan adalah hal-hal baik yang

menjadikan perilaku baik muncul secara spontan dan reflek tanpa

memerlukan pertimbangan maupun pemikiran.61

Sebagai salah satu proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara

yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa

remaja. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya tersebut

59
Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana, Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Yang
Bermasalah, Jakarta: Rajawali, 1985, hlm. 116-117.
60
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm. 184.
61
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, .......... hlm.129.
52

kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya

semenjak memasuki usia remaja sampai menuju usia dewasa.62

Seseorang yang memiliki kebiasaan tertentu akan dapat

melaksanakan sesuatu dengan mudah dan juga senang hati. Bahkan,

segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit

untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk

mengubahnya dibutuhkan terapi dan pengendalian diri yang serius.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka para ahli pendidikan

senantiasa mengingatkan anak-anak yang hendak memasuki usia

remaja agar diberikan kebiasaan untuk melakukan sesuatu yang

diharapkan dan menjadi kebiasaan yang baik bagi remaja sebelum

terlanjur memiliki kebiasaan lain yang berlawanan dengan kehendak

diri remaja. Meskipun demikian, langkah-langkah pembiasaan

seyogyanya sesekali memberikan motivasi dengan kata-kata yang baik

dan sesekali dengan petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi

peringatan dan pada saat yang lain dengan memberikan kabar gembira,

dan jika dibutuhkan pendidik juga diperkenankan memberikan sanksi

kepada remaja sehingga takut untuk melakukan perilaku menyimpang.

Terdapat beberapa aspek yang harus dibiasakan oleh orang tua

sehingga remaja tumbuh menjadi pribadi yang taat dan takut untuk

melakukan perbuatan maksiat diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pembiasaan Ṣalāt Berjamaah

62
Armai Arief, Pengantar Imu dan Metodologi Pendidikan Islam,........hlm. 110.
53

Pembiasaan ṣalāt berjamaah yang dilakukan oleh orang tua

akan mengajarkan nilai remaja terhadap sifat sabar, menahan

ego serta disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut terlihat, ketika seseorang melaksanakan ṣalāt jamā‟ah,

maka wajib bagi ma‟mum (yang diimami) mengikuti imam

secara tepat, tidak mendahului imam, tidak pula terlambat jauh

darinya serta tidak melakukan gerakan bersamaan dengan

imam.63 Hal demikian mengakibatkan remaja yang terbiasa

melakukan ṣalāt berjamaah terutama di masjid, lebih disiplin

dan tidak menyukai hal-hal yang tidak ada manfaatnya,

sehingga lebih mampu mengkontrol nafsu syahwatnya.

b. Mengisi waktu luang keluarga dengan kegiatan-kegiatan

positif.

Waktu luang merupakan kenikmatan yang sering

disalah gunakan oleh umat manusia. Banyak manusia

menggunakan waktu tersebut dengan hal-hal yang

menjerumuskannya kepada hawa nafsu. Contoh kekinian,

misalnya pergi menghabiskan uang di mall; belanja sebanyak-

banyaknya padahal tidak terlalu dibutuhkan; mengunjungi

tempat-tempat yang mengundang syahwat, main game

63
Sa‟id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Lebih Berkah dengan
Shalat Jama‟ah, Surakarta: Qaula, 2008, hlm. 32.
54

seharian, berkumpul dengan teman-teman di kafe,

menceritakan hal-hal yang tidak bermanfaat, dan lain

sebagainya.

Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang

menyatakan bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara

dua nikmat Allah swt. yang banyak membuat manusia tertipu:

ُ‫صلَّى اللَّو‬ ُّ ِ‫ال الن‬


َ ‫َِّب‬ َ َ‫اس َر ِض َﻲ اللَّوُ َعْنػ ُه َما ق‬
َ َ‫ال ق‬ ٍ َّ‫َع ْن ابْ ِن َعب‬
ُ‫الص َّحة‬ ِ ‫ان َم ْغبُو ٌن فِي ِه َما َكثِريٌ ِم ْن الن‬
ِّ ‫َّاس‬ ِ َ‫علَي ِو وﺳلَّم نِعمت‬
َْ َ َ َ ْ َ
ُ‫َوالْ َفَراغ‬
Dari Ibnu Abba r.a. berkata bahwasanya telah
bersabda Rasulullah saw.:” Dua nikmat di antara
nikmat-nikmat Allah yang kebanyakan manusia
tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu
luang”.64

Padahal, banyak sekali hal-hal bermanfaat yang dapat

dilakukan ketika waktu luang terjadi: di antaranya sebagaimana

ḥadiṣ Rasulullah saw. berikut:

1. Menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟ān serta

mempelajarinya.

Hal tersebut merupakan kegiatan paling utama yang

dapat dimanfaatkan ketika waktu luang. Sebagaimana

sabda Nabi saw. berikut:

64
Al-Maktabah Asy-Syamilah, HR. Imam Bukhāri Bab Orang Yang Menunggu sampai
Kematian, juz.8, hlm. 88.
55

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َﺳلَّ َم‬ ِ


ِّ ِ‫َع ْن عُثْ َما َن َرض َﻲ اللَّوُ َعْنوُ َع ْن الن‬
َ ‫َِّب‬
‫ال َخْيػُرُك ْم َم ْن تَػ َعلَّ َم الْ ُقْرآ َن َو َعلَّ َمو‬
َ َ‫ق‬
Dari Uṣman ra. Bahwasanya Nabi saw. bersabda:”
Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang
mempelajari al-Qur‟ān lalu mempelajarinya”.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah bahwa membaca

al-Qur‟ān serta mempelajarinya merupakan obat yang

paling mujarab dalam menghadirkan ketenangan dan

ketentraman hati, menghilangkan depresi, keresahan dan

kesedihan.65

Orang yang rajin menghafal, membaca serta

mempelajari al-Qur‟ān akan menumbuhkan kemantapan

hati terhadap Allah yang Maha berkehendak, mengawasi,

melihat, dan mendengar setiap perbuatan yang dilakukan

manusia, sehingga melahirkan rasa takut untuk melakukan

hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan Allah dan

Rasul-Nya.

Berdasarkan perkembangan psikologi remaja

bahwasanya di antara ciri-ciri emosi remaja adalah

munculnya perasaan takut yang berlebihan, cemas, gelisah,

mudah bersedih, merasa minder. Oleh karena itu,

kekurangan tersebut merupakan alasan yang sangat tepat

65
Khalilurrahmān Al-Mahfāni, Keutamaan Do‟a & Dzikir Untuk Hidup Bahagia Sejahtera,
Jakarta: Wayu Media, t.t, hlm.44.
56

bagi orang tua agar membiasakan remaja menghafalkan,

membaca serta mempelajari al-Qur‟ān sehingga remaja

tidak mudah terpengaruh dan terjerumus dengan arus

budaya nafsu yang dewasa ini telah menguasai dunia.

2. Olahraga

Kesehatan merupakan suatu perkara yang yang penting

dalam diri setiap individu. Jika seseorang memiliki tingkat

kesehatan yang baik, maka akan dapat melakukan aktivitas

dengan optimal. Hal demikian dapat kita peroleh dengan

pola makan sehat yang disertai dengan olahraga yang

teratur.

Menurut UNESCO olahraga merupakan setiap

gerakan fisik yang mengandung sifat permainan dan

mengandung perjuangan. Daniel Landers, seorang profesor

pendidikan olahraga dari Arizona State University

menyebutkan bahwa terdapat beberapa manfaat olahraga:66

a. Meningkatkan kemampuan otak. Latihan fisik yang

dilakukan secara rutin dapat meningkatkan

konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan mental. Hal

demikian disebabkan karena olahraga dapat

meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan

66
Muhandi dan Aip Syarifudin, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1992, hlm. 15.
57

mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli

percaya bahwa hal-hal demikian dapat mendorong

reaksi fisik dan mental yang lebih baik.

b. Mengurangi stres.

Olahraga dapat mengurangi kegelisahan seseorang

dan dapat mengendalikan amarah. Kegiatan seperti

jalan kaki, berenang, memanah, berkuda, bersepeda,

dan lari merupakan cara terbaik mengurangi stres.

c. Menaikkan daya tahan tubuh .

Olahraga dapat meningkatkan hormon-hormon

dalam otak seperti adrenalin, serotonin, dopamin, dan

endorphin dan berperan dalam peningkatan daya

tubuh.Jika hormon-hormon tersebut normal, maka akan

melahirkan tubuh yang sehat dan rentan terhadap

penyakit. Sebaliknya, jika tidak normal akan

menjadikan seseorang mudah diserang penyakit, emosi

dan susah konsentrasi.

Penjelasan-penjelasan di atas juga di dukung oleh

sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:

Dari „Aṭa bin Abi Rabbah, ia berkata: aku melihat


Jabir bin Abdillah Al Anṣāri dan Jabir bin Umairāh
sedang latihan melempar. Salah seorang dari
mereka berkata kepada yang lainnya: saya
mendengar Rasulullah saw. besabda: “setiap hal
yang tidak ada dzikir kepada Allah adalah kesia-
siaan dan permainan belaka, kecuali empat
perkara: candaan suami kepada istrinya, seorang
58

lelaki yang melatih kudanya, latihan memanah, dan


mengajarkan renang”.67

Oleh karena itu, penting bagi orang tua

membiasakan remaja untuk melakukan olahraga,

karena selain kegiatan yang tidak membuang-buang

waktu, olahraga juga memberikan manfaat yang

sangat besar bagi perkembangan psikologi remaja

khususnya dalam membantu perkembangan

fisiologis remaja.

c. Mengajak remaja untuk mengikuti kajian-kajian agama. Hal

demikian akan menambah pengetahuan remaja mengenai nilai-

nilai ajaran agama yang harus dilaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari. Hal tersebut telah dijelaskan Allah swt.

dalam al-Qur‟ān bahwa manusia harus diberikan pelajaran yang

baik sehingga hidup lebih terarah dan tertuntun:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(Qs. An-Nahl:125)68

d. Mengajak remaja agar senantiasa berkata baik dan benar serta

menegurnya jika berkata yang tidak pantas untuk didengar.

67
Al-Maktabah Asy-Syamilah, HR. An-Nasāi Bab Waktu, juz. 5, hlm. 302, no. 8890.
68
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab.
59

Hal tersebut termotivasi dari firman Allah swt. dalam Qs. Al-

Imrān ayat 104 yang artinya :

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.69
Sangat baik bagi pendidik remaja khususnya orangtua agar

senantiasa mengarahkan remaja untuk berbicara dengan logika

dan hati yang jernih. Hal tersebut akan menjadi contoh dan

teladan bagi teman sebaya dan orang-orang disekitarnya. Hal

tersebut senada dengan firman Allah swt. yang memerintahkan

kepada orangtua agar melindungi dan mencegah keluarganya

dari hal-hal yang dapat mengantarkannya kelak ke dalam api

neraka:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At-Tahrim:6)70
e. Membiasakan remaja untuk selalu meminta izin

Kedua orang tua wajib mengajarkan dan membiasakan

budaya meminta izin kepada remaja dengan memerintahkannya

meminta izin setiap kali ingin mendengar pembicaraan orang lain,

69
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab.
70
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab.
60

melihat barang yang tidak miliknya, bertanya terlebih kepada orang

yang lebih tua dengan remaja dan menyampaikan sesuatu

meskipun penting. Hal demikian memiliki dapat menghindari

remaja untuk memasuki tempat-tempat yang dapat mendatangkan

syahwat remaja, melihat hal-hal yang berbau kriminalitas dan seks

serta mendengar perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat.

Adapun dalil yang secara tegas membahas mengenai

kewajiban meminta izin tertera dalam Qs. An-Nūr ayat 59 yang

berbunyi:

Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur bālig, maka


hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang
sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. 71

Namun demikian, terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan

oleh orang tua dalam mengaplikasikan metode pembiasaan kepada

remaja sebagaimana yang dikatakan oleh Armai Arief, yaitu :

a. Mulailah pembiasaan sebelum terlambat, yakni sebelum remaja

mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang

akan dibiasakan.

b. Pembiasaan seyogyanya dilakukan secara terus menerus

(berulang-ulang) dan dijalankan secara teratur sehingga akhirnya

menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

71
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab
61

c. Pembiasaan harus dilakukan secara konsisten, bersikap tegas dan

tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambil. Tidak

diperkenankan memberi kesempatan kepada remaja untuk

melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.

d. Pembiasaan yang awalnya mekanistis, harus

menjadi kebiasaan yang disertai kata hati remaja itu sendiri.72

2. Metode Keteladanan

Metode keteladanan merupakan sebuah metode yang digunakan

oleh figur pendidik dalam memberikan pendidikan dan pengajaran

dengan cara memberikan contoh teladan yang baik bagi remaja

sehingga dapat mencontoh dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Hal demikian disebakan karena salah satu ciri utama

remaja adalah meniru, meneladani segala sikap, perilaku maupun

tindakan dari orang dewasa yang berada disekitarnya, baik dalam

bentuk perkataan, perbuatan maupun dalam pemunculan sikap-sikap

kejiwaan, emosi, sentimen, dan kepekaan secara sadar maupun tidak

sadar.73

Keteladanan merupakan salah satu sarana pendidikan paling utama

dalam mencapai keberhasilan akhlak, pembentukan mental dan juga

pembentukan sosial remaja.74 Hal tersebut dikarenakan pendidik

adalah panutan atau contoh yang benar di mata remaja. Sehingga,

72
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, hlm. 114-115.
73
Jamaluddin Dindin, Metode Pendidikan Anak, Bandung: Pustaka Al-Fikri, 2010, hlm. 71.
74
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 29.
62

remaja akan cenderung mengikuti tingkah laku pendidik, mencontoh

akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk

perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri remaja dan

menjadi bagian dari persepsinya.75 Oleh karena itu, masalah

keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya remaja.

Pendidikan keteladanan merupakan salah satu bagian dari

pendidikan agama Islam yang dalam hal tersebut diharapkan dapat

membentuk karakter remaja yang mumpuni dalam segi keilmuan serta

berbudi pekerti (berakhlak mulia). Oleh karena itu, penting bagi orang

tua, guru, dan juga masyarakat agar lebih memperhatikan

perkembangan remaja dan senantiasa berusaha menanamkan teladan

yang baik.

Berbagai macam delinkansi yang terjadi pada remaja khususnya

mengenai masalah seks semakin membuka mata masyarakat bahwa

sangat dibutuhkan obat yang ampuh untuk melindungi remaja dari

bahaya-bahaya seks yang dewasa ini sangat mudah ditemukan di

lingkungan masyarakat. Adapun kata kunci tersebut terletak pada

upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter remaja

yang dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

Secara psikologis, remaja sangat membutuhkan keteladanan untuk

mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Hal demikian dikarenakan

75
Abdullāh Naṣih „Ulwān, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jawa Tengah: Penerbit Insan Kamil,
2016, hlm. 516.
63

pendidikan melalui keteladanan dilakukan dengan cara memberikan

contoh-contoh yang konkrit pada remaja. Dalam pendidikan,

pemberian contoh-contoh yang konkrit sangat ditekankan. Sebab,

seorang guru harus senantiasa memberikan uswah yang baik pada

peserta didiknya dalam hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah

ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain, dan nilai guru

ditentukan dari aktualisasinya terhadap hal-hal yang telah

disampaikannya. Semakin konsisten seorang pendidik menjaga

tingkah lakunya, maka semakin senang didengar ajaran maupun

nasihatnya.76

Menurut perspektif perkembangan psikologi remaja, bahwasanya

remaja dalam perkembangan sosialnya selalu membutuhkan seorang

tokoh identifikasi. Identifikasi bermakna sebagai dorongan untuk

menjadi identik (sama) dengan orang lain. Hal demikian dikarenakan

secara insting manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk

mencontoh atau mengikuti orang lain, terlebih terhadap orang yang

dianggap sebagai figur atau panutan.77

Menurut Abdurrahmān an-Nahlāwi proses peneladanan remaja

atau taqlid terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: Pertama, keinginan

untuk meniru dan mencontoh. Remaja disebabkan karena

perkembangan emosional dan perkembangan sosialnya, selalu

terdorong oleh keinginan halus yang tidak disadarinya untuk


76
Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy‟ari, Yogyakarta:Ittaqa
Press, 2001, hlm. 55.
77
Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy‟ari,.......hlm.56.
64

mencontoh sikap dan perilaku orang yang dikaguminya tanpa

disengaja. Peniruan yang tidak disengaja tersebut tidak hanya

mengarah pada perilaku yang baik saja, tetapi dapat juga merambah

kepada tingkah laku yang tidak terpuji. Remaja yang terpengaruh,

secara tidak sadar akan menyerap kepribadian orang yang

mempengaruhinya, baik sebagian ataupun secara keseluruhan. Kedua,

kesiapan untuk meniru. Setiap tahapan mempunyai kesiapan dan

potensi tertentu. Oleh karenanya, Islam tidak memberikan perintah

ṣalāt pada anak yang usianya belum mencapai usia tujuh tahun. Ketiga,

tujuan meniru. Setiap peniruan mempunyai tujuan yang terkadang

diketahui oleh peniru dan terkadang juga tidak. Peniruan tersebut pada

umumnya berlangsung dengan harapan akan memperoleh sesuatu

seperti yang dimiliki oleh orang yang dikaguminya. Apabila peniruan

tersebut dan tujuannya disadari, maka peniruan tersebut tidak lagi

disebut taqlid, tetapi merupakan kegiatan yang disertai dengan

pertimbangan yang disebut ittiba‟. Keempat, tahapan untuk

melakukan. Ketika remaja memasuki tahap melakukan,

maka remaja akan mulai membiasakan hal-hal yang ditirunya,

sehingga lambat laun, akan menjadi bagian pribadinya dan dapat

benar-benar serupa dengan yang ditirunya, baik secara keseluruhan

maupun sebagiannya saja.78

78
Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan
di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro, 1992, hlm. 368-371.
65

Orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam

perkembangan remaja, baik jasmani maupun rohani. Proses

pendidikan tersebut sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena

pada dasarnya (secara psikologi) seorang anak akan meniru dan

meneladani orang tuanya. Dengan teladan tersebut timbullah gejala

identifikasi positif, yaitu penyamaan diri dengan orang yang akan

ditiru. Identifikasi positif itu penting sekali dalam pembentukan

pribadi dan akhlak anak.79 Proses peniruan tersebut tidak hanya

berlangsung ketika anak masih kecil, akan tetapi juga hingga mencapai

usia remaja.80

Anak yang telah mencapai usia remaja dalam perkembangan dan

tingkah lakunya dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor

dari luar. Adapun salah satu faktor dari luar yang dapat mempengaruhi

akhlaq remaja ialah lingkungan keluarga terutama kedua orang tua.

Sebagaimana ḥadiṡ nabi Muhammad Saw, yang berbunyi:

Dari Abi Hurairah r.a, Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda,


“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R.
Al-Bukhāri).
Proses peneladan terhadap orang tua maupun guru dan masyarakat,

tidak hanya terjadi pada hal-hal yang baik saja, akan tetapi juga

berlaku terhadap hal-hal buruk. Hal tersebut sebagaimana yang telah

tertera dalam al-Qur‟ān surat al-Māidah ayat 104 yang berbunyi:

79
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filasafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1980,
hlm.85.
80
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,........hlm.72.
66

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa


yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka
menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu
akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?.81
Oleh karena itu, para pendidik merupakan subyek yang berperan

sebagai penentu kelangsungan hidup remaja. Sebab, kejayaan atau

kehancuran suatu bangsa dilihat dari generasi mudanya.82

Seorang pendidik yang baik bagi remaja seyogyanya yang mampu

menunjukkan kesabaran dalam menghadapi psikologis remaja. Masa

remaja adalah masa yang paling sensitif dalam menghadapi suasana

lingkungan sekitarnya, jika remaja merasa diperlakukan tidak adil,

maka timbul amarah dan emosi sehingga mengeluarkan kata-kata yang

tidak pantas untuk diucapkan dan kelak akan mempengaruhi jiwa dan

perilaku remaja.

Kesabaran dalam mendidik remaja adalah sabar menghadapi

segala persoalan, baik yang berhubungan dengan diri remaja maupun

persoalan lain. Orang tua yang merupakan sekolah pertama bagi

remaja, sepatutnya meneladani remaja agar selalu tabah dan tegar

dalam menghadapi masalah yang dihadapinya, sebagaimana Allah swt.

mengajarkan ummat-Nya dalam Qs. Al-Imrān ayat 200 yang artinya

81
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab.
82
Abidin Ibnu Rusd, Pemikiran Al-Ghazāli tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009, hlm. 71.
67

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah


kesabaranmu dan tetaplah bersikap siaga (diperbatasan negerimu)
dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung”.83

Orang tua ataupun pendidik remaja lainnya yang selalu berlaku

jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani menjauhkan diri dari

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, akan Allah

tinggikan derajatnya dengan cara segala sesuatu yang dilakukan oleh

orang tua maupun pendidik remaja lainnya baik dari perkataan maupun

perbuatan adalah sebuah kepercayaan bagi remaja sehingga remaja

tumbuh dalam kejujuran dan memiliki sikap keberanian dalam

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan

agama juga. Namun sebaliknya, jika orang tua suka berdusta, khianat,

durhaka dan sering melakukan perbuatan dosa, maka akan menjadikan

remaja tumbuh dalam perilaku penyimpangan dalam pergaulan sehari-

harinya.84

Sesuai dengan firman Allah swt. dalam Qs. Maryam ayat 50 yang

berbunyi:

‫َوَوَىْبػنَا ََلُم ِّمن َّر ْْحَتِنَا َو َج َع ْلنَا ََلُ ْم لِ َسا َن ِص ْد ٍق َعلِيِّا‬


]٠٣:٩١[

Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian


dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah
tutur yang baik lagi tinggi.

83
Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Zekr versi 4.1, Terjemahan bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Ṣihab.
84
Abdullāh Naṣih „Ulwān, Pedoman Pengajaran Anak dalam Islam, Semarang: CV. Asy
Syifā,1991, hlm. 2.
68

Pendidik remaja khususnya orang tua hendaknya memberikan

keteladan kepada remaja untuk berupa penanaman sikap iffah yakni

menjaga kesucian diri terhadap segala hal yang didasari oleh nafsu

semata. Sikap tersebut juga merupakan salah satu sikap manusia yang

sangat dicintai Allah swt. sebagaimana yang tertera dalam sabda

rasulullah saw. yang berbunyi:

‫صا ِر َﺳأَلُوا‬ ِ َ‫ي ر ِضﻲ اللَّو عْنو إِ َّن ن‬ ٍ ِ‫عن أَِِب ﺳع‬
َ ْ‫اﺳا م ْن ْاألَن‬
ً ُ َ ُ َ َ ِّ ‫الُ ْد ِر‬
ْ ‫يد‬ َ َْ
َّ‫اى ْم ُُث‬ ْ ‫اى ْم ُُثَّ َﺳأَلُوهُ فَأ‬
ُ َ‫َعط‬ ْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َﺳلَّ َم فَأ‬
ُ َ‫َعط‬
ِ َ ‫رﺳ‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ
‫ال َما يَ ُكو ُن ِعْن ِدي ِم ْن َخ ٍْري‬
َ ‫اى ْم َﺣ ََّّت نَِف َد َما ِعْن َدهُ فَػ َق‬
ُ َ‫َﺳأَلُوهُ فَأ َْعط‬
ِِ ِ ْ ‫فَػلَن أ ََّد ِخره عْن ُكم ومن يستَػع ِف‬
ُ‫ف يُع َّفوُ اللَّوُ َوَم ْن يَ ْستَػ ْغ ِن يػُ ْغنو اللَّو‬ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َُ ْ

َّ ‫َﺣ ٌد َعطَاءً َخْيػًرا َوأ َْو َﺳ َﻊ ِم ْن‬


‫الص ِْب‬ ِ
َ ‫صبِّػْرهُ اللَّوُ َوَما أ ُْعط َﻲ أ‬
َ ُ‫صبَّػْر ي‬
َ َ‫َوَم ْن يَػت‬
Dari Abu Sa‟id al-Khudriy ra bahwa ada beberapa orang
dari kalangan Anṣar meminta (pemberian shadaqah)
kepada Rasulullah shallallâhu „alaihi wa sallam, maka
beliau pun memberi. Kemudian mereka meminta kembali,
lalu beliau pun memberi. Kemudian mereka meminta
kembali, lalu beliau pun memberi lagi hingga habis apa
yang ada pada beliau. Kemudian beliau bersabda: “Apa-
apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) sekali-kali
tidaklah aku akan menyembunyikannya dari kalian semua.
Namun barangsiapa yang mampu menjaga kesucian diri,
maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang
meminta kecukupan maka Allah akan mencukupkannya dan
barangsiapa yang menyabar-nyabarkan dirinya (berlatih
diri untuk bersabar dari meminta-minta), maka Allah akan
memberinya kesabaran. Dan tidak ada suatu pemberian
69

yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih


luas daripada (pemberian) kesabaran”.85

Remaja yang memelihara sikap iffah dalam dirinya akan

terhindar dari hal-hal yang merusak dirinya. Di antaranya adalah

terhindar dari penyakit-penyakit atau resiko-resiko yang diakibatkan

dari pergaulan bebas. Adapun dampak seks terhadap perkembangan

fisiologis remaja di antaranya berupa kehamilan di luar nikah yang

berakibat fatal menjadi aborsi. Dampak sosial di antaranya adalah

remaja akan dikucilkan oleh masyarakat sehingga mengakibatkan

putus sekolah. Sedangkan dampak fisik yang diperoleh oleh remaja

yang gemar melakukan pergaulan bebas adalah terjangkitnya PMS

(Penyakit Menular Seksual) maupun HIV/ AIDS.86

3. Metode Dialog

Berdialog merupakan hal terpenting dalam menjaga sebuah

hubungan, baik dengan keluarga maupun lingkungan sekitar.

Berdialog atau berkomunikasi dengan keluarga terutama antara

orangtua dan anak di usia remaja sangat penting, sebab dapat

menciptakan sebuah keluarga yang harmonis.

Komunikasi keluarga merupakan suatu pengorganisasian dengan

menggunakan kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara, tindakan

menciptakan harapan image, ungkapan perasaan dan saling membagi

85
Al-Maktabah Asy-Syamilah, HR. Muslim Bab Keutamaan Menjaga Diri dan Bersabar, juz. 2,
hlm. 729, no. 1053.
86
Wirya N. Duarsa, Remaja dan Infeksi Menular Seksual, dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya, Jakarta: CV Sagung Seto, 2004, hlm. 34.
70

pengertian. Sedangkan keluarga adalah sebuah kelompok yang satu

sama lain saling berbagi kehidupan dalam jangka waktu lama yang

terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen dan berbagi

pengharapan-pengharapan masa depan mengenai hubungan yang

berkaitan.

Interaksi komunikasi yang terjadi antara remaja dengan orang tua

akan menentukan hubungan kedekatan dan keterbukaan antara orang

tua dan remaja. Remaja yang merasa kurang dekat dengan orang tua

cenderung memiliki banyak kegiatan di luar rumah dan melakukan

penyimpangan-penyimpangan dengan teman-temannya.

Dewasa ini, kebanyakan orang tua cenderung sibuk mencari

ekonomi dan penghormatan dari masyarakat, sehingga tidak memiliki

waktu untuk berdiskusi (berdialog) dengan remaja. Walaupun

demikian, seyogyanya interaksi komunikasi antara orang tua dan

remaja tetap berlanjut setiap hari, baik secara langsung maupun tidak

langsung (melalui media handphone dan sarana komunikasi lainnya).

Hal demikian disebabkan karena berdialog merupakan inti dari proses

ekspresif dalam keluarga dan faktor penting dalam menjalin sebuah

hubungan. Tiap anggota keluarga dapat mengekspresikan pendapatnya

dengan berdialog satu sama lain sehingga pengajaran dapat diketahui,

dipahami, dan dapat direspon secara langsung.

Pada usia remaja, anak akan lebih sering menghabiskan waktu

bersama teman-teman sebayanya, kegiatan organisasi, atau belajar di


71

sekolah maupun ikut bimbingan belajar. Remaja biasanya tidak hanya

membicarakan tentang kehidupan sekolahnya, tetapi berbagai topik

lain seperti kehidupan pergaulan remaja dan ketertarikan remaja

terhadap lawan jenisnya (teman dekat atau pacar). Remaja satu sama

lain bertukar informasi dengan memberikan pengetahuan dan

pengalaman baru yang lebih nyata terhadap masalah yang sedang

remaja hadapi.87

Interaksi dialog antara pendidik khususnya orang tua dan remaja

mengakibatkan terjadinya pesan atau informasi yang dipertukarkan.

Remaja menceritakan secara langsung kepada orang tua mengenai

aktivitas yang telah dilakukan sepanjang hari dan orang tua

menanyakan perihal yang terjadi pada remaja di sekolah. Namun

demikian, sebagaimana dalam pandangan Noller bahwasanya orang

tua juga harus berusaha menanamkan sifat sabat dalam memberikan

pertanyaan kepada remaja, tidak langsung menanyakan hal-hal yang

menurut remaja merupakan hal privasi, sebab remaja lebih cenderung

menceritakan tentang perihal pendidikan dan keuangan (kebutuhan

sehari-hari) kepada orang tua dibandingkan dengan menceritakan

mengenai kehidupan sosial ataupun pergaulannya kepada orang yang

lebih tua dari remaja.88

Dalam interaksi dialog tersebut terkadang orang tua dan remaja

sampai pada suatu kesimpulan, namun bisa juga salah satu dari

87
John W Santrock, Remaja, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007, hlm. 55.
88
John W Santrock, Remaja,.........hlm. 145.
72

keduanya tidak merasa puas dengan pembicaraan lawan bicaranya.

Namun demikian, remaja maupun orang tua dapat mengambil

pelajaran dan menentukan sikap bagi dirinya.89

Bagi para pendidik seks, ketika berbicara dengan remaja harus

dalam keadaan dialog tenang. Berbicara dengan bahasa yang sederhana

terkait bahaya berzina dan pergaulan bebas, sebab di hari kemudian

akan menyebabkan penyesalan.90 Dialog yang diiringi dengan

kesabaran dan kelapangan hati adalah cara terbaik untuk menemukan

solusi dari masalah yang dihadapi remaja. Namun, untuk

mempraktikkan hal tersebut tentu tidak mudah seperti memutar balik

telapak tangan, dibutuhkan ilmu dan keterampilan tersendiri.

Adapun tekhnik yang harus dikuasai oleh para pendidik seks ketika

berdialog dengan remaja, yakni sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk menyampaikan

pendapat atau argumen sendiri mengenai masalah yang sedang

dihadapi remaja, sebab dengan menerima pendapat remaja, maka

remaja merasa dihargai dan otomatis akan cenderung lebih mudah

menerima pendapat orang lain.

b. Memberikan dukungan terhadap pendapat-pendapat remaja yang

bernilai positif. Hal tersebut akan membuat hati remaja senang,

tenang dan akan bersedia melakukan komunikasi yang selanjutnya

dari para pendidik.


89
Abdurrahmān an-Nahlāwi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung:
Diponegoro, 1989, hlm. 284.
90
Hasan Syamsi, Modern Islamic Parenting, Kartasuro: AISAR Publishing, 2017, hlm. 306.
73

c. Mengajukan argumen remaja yang salah dengan bijak. Setelah

memberikan respon terhadap sisi positif pendapat remaja, maka

pendidik harus menyinggung sedikit demi sedikit pendapat remaja

yang kurang tepat, agar remaja tidak menganggap bahwa

argumennya yang salah adalah argumen yang benar.

d. Menawarkan negoisasi berupa alternatif yang dapat menjadi

penengah dalam permasalahan yang dihadapi remaja.91

Permulaan dialog dapat diawali oleh pendidik ataupun

remaja, akan tetapi diutamakan pendidik laki-laki berdialog dengan

remaja laki-laki sedangkan pendidik perempuan dengan remaja

perempuan. Namun, yang harus diketahui oleh pendidik sebelum

berdialog dengan remaja mengenai seks, pendidik harus menguasai

materi yang hendak diperbincangkan agar kedua pihak dapat

menyimpulkan dan mengambil manfaat dari hasil dialog pada saat

itu.

Di antara pertanyaan yang dapat diajukan oleh orang tua

kepada remaja maupun sebaliknya antara lain sebagai berikut:

1) Apakah Allah menciptakan naluri seks kepada

manusia hanya untuk melanjutkan keturunan?

2) Bagaimana Islam mengajarkan manusia untuk

menahan naluri seksnya?

3) Bagaimana tata cara mandi janabah?

91
Irawati Istadi, Membimbing Remaja Dengan Cinta, Yogyakarta: Pro-U Media, 2016, hlm. 64.
74

4) Bagaimana hukum berpacaran?

5) Apakah hukum bagi orang yang salah dalam

mempergunakan mata, hidung, tangan, telinga dan

kaki kepada hal-hal yang berbau seks dalam Islam?

6) Sebutkan bahaya bergaul dengan teman yang tidak

baik?

7) Kenapa dalam Islam tidak diperbolehkan remaja

perempuan berduaan dengan remaja laki-laki atau

berpergian?

8) Sebutkan aurat laki-laki dan perempuan?

9) Mengapa Islam menuntut umatnya menutup aurat

kecuali pada mahramnya?.

4. Metode Pengawasan

Keberhasilan remaja tidak dapat dipisahkan dengan pengawasan

orangtua. Hal demikian disebabkan karena remaja membutuhkan

pengawasan dari orang tua dalam hal cara berpikir, serta

pengembangan imajinasi dan humanisme. Namun demikian, penting

untuk diketahui oleh para pendidik khususnya orang tua agar ketika

melakukan pengawasan kepada remaja tidak membebani pikiran

remaja.

Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua adalah

bahwa remaja tidak merasa diacuhkan oleh kedua orang tuanya. Maka

dalam hal tersebut, orang tua dapat memberikan kepercayaan kepada


75

keluarga maupun sahabat terdekat remaja. Begitu juga, sekolah-

sekolah dan institusi tempat remaja beraktivitas sosial memiliki peran

pengawasan dalam pendidikan remaja, sehingga remaja tidak

terjerumus ke dalam perilaku penyimpangan.92

Definisi pengawasan yang dilakukan oleh pendidik di dalamnya

terdapat akivitas pemeriksaan. Hal demikian sebagaimana yang

dikemukakan oleh Harahap dalam Saputra yang menyatakan bahwa

pengawasan merupakan upaya pemeriksaan terhadap hal-hal yang

terjadi dan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang

dikeluarkan, dan prinsip yang dianut”.93 Pendapat demikian sedikit

berbeda dengan yang dikemukakan oleh Duncan yang menyatakan

bahwa pengawasan merupakan usaha yang dilakukan oleh pengawas

untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memperbaiki

kinerjanya. Kedua defenisi di atas menunjukkan bahwa kegiatan

pengawasan memungkinkan untuk memberikan bantuan dalam bentuk

tertentu seperti nasehat, usulan, keputusan, penilaian, dan sebagainya

sehingga individu pelaksana pekerjaan dapat meningkatkan kinerja

atau memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.94

Pengawasan orang tua terhadap remaja merupakan usaha yang

dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan, mengamati dengan

baik segala aktivitas remaja sebagaimana fungsinya sebagai pendidik

92
Sri Sugiastuti, Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islam, t,k: Mitra Wacana Media, 2013, hlm.
116.
93
Kurnia Inggridwati, Perkembangan Belajar Peserta Didik, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hlm. 67.
94
Kurnia Inggridwati, Perkembangan Belajar Peserta Didik,...... hlm.68.
76

pertama dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah

remaja, sehingga remaja memiliki kemampuan untuk menyesuaikan

diri dengan diri, keluarga dan lingkungannya dalam rangka

membentuk kepribadian remaja.95

Adapun macam-macam gaya kepengawasan yang pada umumnya

diterapkan oleh para pendidik khususnya orang tua kepada remaja

menurut Riadi Kusuma terbagi menjadi empat macam, yaitu:

a. Hangat dan tegas (Authoritative Parenting)

Adapun dalam penerapan pengawasan Authoritative

Parenting adalah sikap orang tua yang tegas sehingga dapat

memicu remaja menjadi lebih mandiri dalam melakukan segala hal

sesuai dengan kemampuan remaja dengan tujuan menjadikan

remaja menjadi pribadi yang dapat melakukan hal dengan mandiri

nantinya. Dalam hal tersebut orang tua wajib mengikut sertakan

remaja dalam memberikan kesempatan serta membuat keputusan

dalam keluarga, orang tua harus menunjukkan kasih sayang dan

sikap sabar dalam memahami remaja. Hal demikian dapat

membuat satu sama lain saling memahami dalam menerima

keputusan yang ada.

Pengaruh pengawasan Authoritative Parenting dapat lebih

memicu keberanian, motivasi, dan kemandirian seorang remaja.

Pola asuh tersebut juga dapat mendorong tumbuhnya kemampuan

95
Soejono Soekanto, Anak dan Pola Perilakunya, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2004, hlm.
86.
77

sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab sosial

remaja.

b. Tidak menerima atau memenuhi sepenuhnya kemauan remaja

(Authoritarian Parenting)

Cara pengawasan Authoritarian Parenting adalah sikap

orang tua yang lebih menggunakan hukuman, batasan-batasan

sehingga remaja tidak terdorong untuk melakukan hal yang dapat

menjadikannya sebagai pemberontak. Gaya pengawasan

Authoritarian Parenting dapat menghindarkan ketergantungan

pada orang tua, susah aktif dalam interaksi masyarakat, sulit untuk

bersosialisasi aktif, kurang percaya diri, frustasi dan

ketidakberanian menghadapi masalah sehari-hari.

c. Sedikit waktu untuk remaja (Neglect Parenting)

Dalam pola pengawasan Neglect Parenting, orang tua

kurang memiliki komitmen untuk remaja. Hal tersebut disebabkan

karena orang tua jarang ada waktu untuk remaja dan lebih

mengutamakan ekonomi dibanding remaja, dengan pola Neglect

Parenting orang tua harus menanggulanginya dengan cara

memenuhi tuntutan remaja yang menurut orang tua mampu

memenuhinya. Meskipun demikian, kekurangan pola Neglect

Parenting adalah orang tua cenderung tidak mengetahui perilaku

dan kebiasaan remaja sehari-hari.

d. Memberikan kebebasan tinggi pada remaja (Indulgent Parenting)


78

Ciri khas gaya kepengawasan Indulgent Parenting adalah

orang tua kurang memperhatikan faktor kedisiplinan dan lebih

mengutamakan kemauan remaja. Remaja bebas memilih terhadap

hal yang diinginkan dan bebas bertindak sesuai yang diinginkan.

Pola Indulgent Parenting akan menjadikan remaja suka

menentang, tidak patuh jika diperintahkan terhadap hal-hal yang

tidak sesuai kehendak remaja, hilang rasa tenggang rasa, dan

kurang bertoleransi dalam bersosialisasi di masyarakat sehingga

remaja akan menjadi tidak mandiri dalam sikap dan sulit untuk

berprestasi di sekolahnya.96

Berdasarkan macam-macam gaya kepengawasan yang

dikemukakan oleh Riadi Kusuma, hanya poin pertama dan kedua

yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengaplikasikan

metode kepengawasan terhadap kasus-kasus berikut:

a. Pergaulan negatif dan teman-teman yang jahat

Salah satu penyebab utama yang memungkinkan remaja

melakukan penyimpangan seks adalah akibat bergaul dengan

teman sepergaulan yang nakal dan memiliki moral yang buruk.

Terlebih jika teman-teman sepergaulan tersebut memiliki akidah

yang lemah.

96
Riadi Kusuma, Macam-Macam Pengawasan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Dan
Pengaruh Terhadap Anak, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm. 1.
79

Pendidikan Islam mengajarkan kepada orangtua dan

pendidik untuk mengontrol dan mengawasi anak sepenuhnya,

terlebih pada usia remaja. Bersamaan dengan itu, Islam

membimbing remaja agar senantiasa memilih teman bergaul yang

ṡālih dan tidak bergaul dengan teman yang berakhlaq buruk. Sebab,

hal tersebut akan menyebabkan remaja terjerumus ke dalam

kesesatan dan juga penyelewengan.97

Sebagaimana ḥadiṡ Rasulullah saw. yang menjelaskan

mengenai pengaruh teman bagi seseorang, berikut ini:

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬


َ ‫َِّب‬
ِ
ِّ ِ‫وﺳى َرض َﻲ اللَّوُ َعْنوُ َع ْن الن‬ َ ‫َع ْن أَِِب بػُْرَد َة َع ْن أَِِب ُم‬
‫ك َونَافِ ِخ الْ ِك ِري‬ ِ ‫السوِء َكح ِام ِل الْ ِمس‬ ِ‫الصال‬ ِ‫ال مثل ا ْلل‬
ْ َ ْ َ َّ ‫و‬ ‫ح‬ِ َّ ‫يس‬ ِ َ ُ َ َ َ َ‫َو َﺳلَّ َم ق‬
ِ ِ ِ َ‫ك وإِ َّما أَ ْن تَػبت‬ ِ ِِ ِ ِ
ُ‫اع مْنوُ َوإِ َّما أَ ْن ََت َد مْنو‬َ ْ َ َ َ‫فَ َحام ُل الْم ْسك إ َّما أَ ْن َُْيذي‬
ً‫ك َوإِ َّما أَ ْن ََِت َد ِرَيًا َخبِيثَة‬ ِ
َ َ‫ِرَيًا طَيِّبَةً َونَاف ُخ الْ ِك ِري إِ َّما أَ ْن َُْي ِر َق ثِيَاب‬
Dari Abu Burdah dari Abu Musa ra. Dari Nabi saw. beliau
bersabda: Permisalan teman yang baik dan teman yang
buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli
minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi,
bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan
kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya
yang tak sedap.” 98

97
Abdullāh Naṣih Ulwān, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1992, cet. 2, hlm. 115.
98
Al-Maktabah Asy-Syamilah, HR. Imam Bukhāri , juz.7, hlm. 96, no. 5534.
80

b. Pornografi

Kata pornografi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani,

dari kata porne yang berarti perempuan jalang dan graphien yang

memiliki arti menulis. Berdasarkan defenisi sederhana tersebut

maka dapat diperoleh bahwa pengertian pornografi adalah lukisan,

gambar serta gerakan-gerakan tubuh yang membuka aurat dengan

sengaja dan semata-mata bertujuan untuk membangkitkan nafsu

birahi yang melihatnya.

Dewasa ini masalah pornografi semakin mudah dan murah

untuk didapatkan. Media massa dan arus kebudayaan Barat Sekuler

adalah yang paling berjasa mengantarkannya dalam kehidupan

masyarakat dan remaja. Padahal, jika seseorang telah melihat

pornografi, maka hal-hal yang dilihatnya tersebut akan tersimpan

terus di bawah alam sadarnya dan sewaktu-waktu akan

menggerakkanya untuk melakukan tindakan yang berhubungan

dengan permasalahan porno atau seksualitas.99

Menurut Sarwono dalam bukunya Psikologi Remaja,

dampak pornografi terhadap remaja adalah: “Remaja cenderung

melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang prasenggama seperti

melihat buku atau film cabul, berciuman, berpacaran dan

sebagainya disebabkan karena ketidakmampuan remaja dalam

menghadapi perkembangan fisiologisnya. Remaja yang sedang

99
Hasan Basri, Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya), Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 1996, hlm. 36.
81

berada dalam puncak keingintahuan, akan mencoba meniru hal-hal

yang telah dilihat atau didengarnya dari media tersebut. Oleh

karena itu, ketika remaja melihat gambar-gambar porno maka akan

merasa tertantang untuk menirukannya setelah diri remaja mulai

terangsang”.100

Pendapat tersebut dikuatkan oleh pernyataan Cline yang

menyimpulkan bahwa terdapat tahap-tahap efek pornografi bagi

para remaja yang mengkonsumsi tayangan tersebut: 101

1. Tahap Addiction (kecanduan).

Sekali remaja menyukai materi pornografi, maka akan

memiliki keinginan untuk mengulanginya dan terus menerus

mencari materi tersebut hingga terpuaskan. Jika remaja tersebut

tidak mengkonsumsi tayangan tersebut maka akan mengalami

“kegelisahan”.

2. Tahap Escalation (eskalasi).

Setelah remaja mengalami kecanduan, selanjutnya remaja

akan mengalami tahap eskalasi. Dampak dari tahap eskalasi

adalah kebutuhan remaja mengenai materi seksual yang

dikonsumsi akan meningkat dan lebih eksplisit (liar).

3. Tahap Desensitization (Desensitisasi).

100
Sarwono W. Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 165.
101
Ade Armando, Mengupas Batas Pornografi , Jakarta : Meneg. Pemberdayaan Perempuan,
2004, hlm. 1.
82

Pada tahap Desensitization materi yang dianggap tabu dan

tidak bermoral, lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang

biasa. Remaja bahkan menjadi cenderung tidak sensitif

terhadap kekerasan seksual.

4. Tahap Act-out.

Tahap Act-out adalah tahap yang membawa remaja

pecandu pornografi akan mencontoh atau menerapkan perilaku

seksual yang selama itu ditontonnya di media.102

Remaja yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang

menggambarkan beraneka ragam adegan seksual, dapat

menganggu proses pendidikan seksnya. Hal demikian dapat dilihat

dari cara remaja memandang lawan jenisnya, berani melakukan

kejahatan seksual dan hubungan seksual. Selain demikian,

pornografi dapat menyebabkan remaja sulit konsentrasi dalam

belajar dan beraktivitas, sebab emosinya telah didominasi oleh rasa

gelisah.

c. Penggunaan Gadget

Perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi

membuat orang tua harus melakukan pengawasan yang ekstra

dikarenakan fungsi gadget yang semakin beranekaragam sehingga

remaja dimanjakan oleh berbagai macam gadget. Oleh karena itu,

tidak heran banyak remaja bahkan pada usia kanak-kanak yang

102
Ade Armando, Mengupas Batas Pornografi ,........hlm.8.
83

membawa ponsel ataupun tablet setiap waktu, hal demikian

menjadi kekhawatiran bagi orang tua jika remaja tergelincir ke hal-

hal negatif, terlebih bentuk dan kualitas gadget yang semakin

canggih. Fungsi gadget dewasa ini tidak hanya untuk menelpon

dan mengirim pesan, tetapi juga dapat mengirim gambar dan foto,

browsing internet, nonton video, main game, merekam audio dan

video, eksis di media sosial dan lain sebagainya 103

Sebagai orang tua yang memiliki beban tanggung jawab

terhadap remaja, seyogyanya memberikan pengalihan kepada

remaja sehingga tidak terjerumus ke dalam penyimpangan tersebut.

Orang tua dapat menggunakan cara dengan melibatkan remaja

untuk berfikir kritis dan menyampaikan tentang dampak negatif

yang akan diterima remaja jika tidak berhati-hati dalam

penggunaan gadget terlebih yang sudah berakseskan internet.

Remaja akan lebih mudah menerima penjelasan orang tua jika

berdasarkan kepada cerita yang konkret.

Tekanan media dewasa ini sangat berpengaruh terhadap

perkembangan remaja. Hal demikian disebabkan karena remaja

masa kini dihadapkan pada lingkungan yang segala sesuatu

berubah sangat cepat yang dibanjiri oleh informasi yang terlalu

banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Hal

103
Ayah Edi, Ayah Edy Menjawab Problematika Orangtua ABG dan Remaja,
Jakarta: Noura Book Publising, 2015, hlm. 3-4.
84

demikian terus menumpuk hingga berakibat timbul perasaan

terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas jika tidak

mengikutinya.

Uraian tersebut menggambarkan betapa majemuknya

masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai

akibat perkembangan fisiologis yang salah satunya merupakan

berkembangnya kelenjar seksual pada masa remaja, ditambah

dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian

pesat sehingga melahirkan masalah-masalah psikologis berupa

gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku remaja. 104

Sekolah merupakan tempat kedua bagi remaja setelah

keluarga dan setengah dari waktu remaja sehari-hari banyak

dihabiskan di sekolah. Oleh karena itu, tentu sekolah juga tidak

dapat dilepaskan dari pengawasan orang tua, sebab dengan

banyaknya jumlah siswa dari para guru di sekolah akan tidak

memungkinkan mendapatkan pengawasan secara keseluruhan.

Dengan demikian, solusi paling tepat adalah adanya hubungan

komunikasi antara orang tua dan guru. Di antara cara menjalankan

hubungan tersebut adalah sebagai berikut:

104
Kelly Brook, Education Of Sexuality For Teenager, North Carolina : Charm press,
2001, hlm. 89.
85

1. Daftar Nilai

Daftar nilai merupakan laporan guru kepada orang tua

mengenai kemampuan belajar, tingkah laku dan kedisiplinan

remaja selama di sekolah. Laporan tersebut tidak diberikan

dalam bentuk kata-kata, melainkan berupa angka.

2. Surat Peringatan

Apabila sekolah memberikan surat peringatan kepada orang

tua, maka orang tua harus lebih memperhatikan kondisi remaja

dan mengawasi tingkah laku serta pergaulan remaja. Hal

tersebut dikarenakan, remaja telah melakukan pelanggaran-

pelanngaran di sekolah, seperti bolos belajar, nakal, merokok,

dan lain sebagaimya.

3. Pertemuan Guru dengan Orang Tua Remaja

Guru akan semakin mudah mendidik remaja di sekolah,

apabila pribadi remaja dapat dipahami guru dengan benar. Oleh

karena itu, sangat baik sekali apabila antara guru dan orangtua

remaja mengadakan pertemuan dan menjalin kerja sama satu

sama lain.105

Metode-metode yang telah peneliti paparkan di atas merupakan

metode pendidikan seks untuk remaja yang sesuai dengan ajaran Islam.

akan tetapi, metode-metode tersebut juga dapat diberikan dalam

pendidikan-pendidikan yang lain, seperti: pendidikan karakter, pendidikan

105
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hlm. 76-79.
86

nalar dan emosi, pendidikan estetika, pendidikan sosial, dan lain

sebagainya.

Menurut hemat peneliti, dua metode dari empat metode pendidikan

seks tersebut dapat dilakukan secara bersamaan, yakni pembiasaan dan

keteladanan. Hal tersebut dikarenakan ketika orang tua maupun pendidik

seks lainnya sedang menanamkan kebiasaan kepada remaja, maka tanpa

disadari telah menjadi teladan bagi remaja.

Adapun dalam masalah penggunaan keempat metode tersebut,

menurut peneliti lebih utama dilakukan terlebih dahulu metode

pembiasaan dan keteladanan secara bersamaan. Hal tersebut disebabkan

karena kedua metode tersebut memiliki pengaruh paling besar terhadap

kesadaran diri dan Khasyah (rasa takut berbuat keburukan) remaja kepada

Allah swt. Sedangkan untuk metode dialog dan kepengawasan yang juga

tidak kalah penting dari kedua metode sebelumnya, dapat dilakukan secara

perlahan. Hal demikian sebagai pertimbangan terhadap pandangan negatif

remaja terhadap orang tua maupun pendidik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai