Anda di halaman 1dari 4

Situs Candi Dengok

oleh Nicolas Mahendra Bharata Adisusanto (X MIPA 4/22)

Situs Candi Dengok merupakan sebuah peninggalan arkeologis yang


terletak di Dusun Dengok Lor, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs Candi Dengok ini
merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Selain Candi Dengok, ada beberapa
candi lainnya yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, seperti Candi Plembutan
dan Candi Risan. Candi Dengok diduga secara kuat merupakan sebuah candi yang
bercorak agama Hindu. Dugaan tersebut diperkuat lagi dengan keberadaan arca
Lingga di candi ini. Arca Lingga merupakan ciri khas dari sebuah candi yang
bercorak agama Hindu. Arca Lingga merupakan perlambang dari Dewa Siwa
yang ada didalam ajaran agama Hindu yang juga melambangkan kesuburan. Arca
Lingga pada umumnya digunakan oleh umat yang beragama Hindu untuk
melakukan pemujaan dan ibadah kepada Dewa Siwa. Tentunya tidak dapat
diragukan kembali bila memang Candi Dengok merupakan candi yang bercorak
agama Hindu.

Situs Candi Dengok yang merupakan candi yang bercorak agama Hindu
menunjukkan bahwa pada zaman dahulu agama Hindu banyak dianut oleh
masyarakat yang tinggal di kawasan Kabupaten Gunungkidul. Candi tentu saja
merupakan tempat yang penting bagi umat agama Hindu karena candi digunakan
oleh masyarakat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan tempat
ibadah. Tidak dikeahui secara pasti tanggal, bulan, dan tahun Candi Dengok
didirikan. Namun, candi ini diduga secara kuat dibangun pada masa Kerajaan
Majapahit, yaitu kerajaan yang bercorak agama Hindu. Candi ini diperkirakan
dibangun sebelum runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1527. Kerajaan
Majapahit memang dikenal sebagai kerajaan yang berjaya di masa lalu.
Wilayahnya bahkan hingga ke semenajung Melayu yang sekarang disana berdiri
Negara Malaysia dan Negara Singapura. Tidak heran jika peninggalan-
peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit dapat dijumpai dimana-mana,
termasuk di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Sayangnya Kerajaan Majapahit
pada akhirnya runtuh setelah diserang oleh Kerajaan Demak.
Dahulu di situs Candi Dengok terdapat arca Nandi dan juga Durga. Arca-
arca tersebut pada saat ini sudah tidak diketahui dimana keberadaannya. Arca-arca
tersebut diyakini dibawa pergi oleh tangan orang-orang yang tidak
bertanggungjawab. Arca-arca di candi ini pada saat ini hanya menyisakan
beberapa arca yang sudah tidak utuh. Arca-arca di candi ini berupa arca tanpa
bagian badan dan kepala dan hanya menyisakan bagian kakinya. Terdapat arca
lain berupa Lingga yang wujudnya kurang jelas apakah ini lingga dari sebuah yoni
ataukah lingga yang semu. Hal ini menandakan bahwa peninggalan arkeologis
sering menjadi sasaran pencurian dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Alasan ekonomi bisa saja melatarbelakangi terjadinya aksi-aksi pencurian
terhadap peninggalan-peninggalan arkeologis. Arca yang ada di candi tentu saja
memiliki harga yang sangat mahal. Banyak orang yang tergiur dengan keuntungan
yang sangat banyak itu. Mereka bisa saja nekat untuk membawa pergi bagian dari
peninggalan arkeologis yang memiliki nilai historis untuk dijual demi alasan
ekonomi kepada orang lain yang memiliki kemampuan untuk membeli benda
purbakala tersebut. Tentu saja hal tersebut adalah hal yang tidak boleh dilakukan
karena dapat mengurangi nilai dari suatu peninggalan arkeologis purbakala.
Tindakan mengambil dan menjual bagian dari peninggalan arkeologis purbakala
itu tentu saja juga bertentangan dengan regulasi yang ada.

Situs Candi Dengok pada saat ini sudah tidak berdiri tegak seperti pada
zaman dahulu, melainkan sudah berwujud reruntuhan candi. Batu candi
berserakan di lokasi candi ini. Di area candi bahkan sudah ditumbuhi aneka
pepohonan. Belum diketahui secara pasti bentuk candi ini pada zaman dahulu saat
masih berdiri tegak sebelum pada akhirnya runtuh seiring waktu berlalu.
Reruntuhan candi ini bahkan terlihat belum terlalu terawat. Belum adanya proses
pemugaran dari bentuk candi ini menyebabkan candi ini terlihat seperti
terbengkalai dan tidak terawat dengan baik. Tampaknya pihak pemerintah belum
terlalu memperhatikan penataan kawasan peninggalan arkeologis purbakala ini
yang memiliki nilai historis dan kaya akan informasi yang berasal dari zaman
dahulu.
Kawasan situs Candi Dengok pada saat ini masih berupa area terbuka yang
kondisinya kurang mendapat perawatan. Papan informasi yang tersedia di
kawasan situs Candi Dengok ini belum menjelaskan secara rinci proses berdiri
dan sejarah Candi Dengok ini. Di area situs Candi Dengok ini ditumbuhi aneka
pepohonan. Di tengah kawasan situs Candi Dengok terdapat sebuah pohon besar
yang dikeramatkan oleh masyarakat daerah setempat. Bahkan pohon tersebut
tampaknya lebih dikeramatkan oleh masyarakat dibandingkan dengan Candi
Dengok itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dari kawasan Candi Dengok ini yang
belum memiliki pagar disekelilingnya, namun malahan yang dipagari adalah
pohon besar yang berdiri ditengah-tengah kawasan Candi Dengok ini yang
dianggap keramat.

Tampaknya Candi Dengok perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih


serius dari pemerintah, dalam hal ini Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
Badan Pelestarian Cagar Budaya merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI)
di bidang pelestarian cagar budaya yang berlokasi di daerah. Candi Dengok yang
merupakan benda cagar budaya tentu saja berada dalam tanggung jawab Badan
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Masyarakat juga diminta untuk menyadari
betapa penting dan berhargalah warisan nenek moyang yang ada di negara kita.
Dengan demikian maka keutuhan benda cagar budaya dapat tetap terjaga dan
lestari hingga pada tahun-tahun yang akan datang.

Kesimpulan dari seluruh tulisan ini adalah sangat penting bagi kita untuk
mempelajari sejarah bangsa kita dari masa purbakala. Dengan mempelajari
sejarah bangsa, kita dapat mengetahui proses perjalanan sejarah bangsa kita.
Tanpa proses perjalanan yang panjang tentu saja bangsa Indonesia tidak akan
terbentuk hingga menjadi seperti sekarang. Peninggalan-peninggalan arkeologis
yang masih ada merupakan salah satu sarana yang dapat membantu kita untuk
mempelajari aneka peristiwa di masa lalu yang berkaitan erat dengan proses
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Salah satu dari sekian banyak peninggalan
tersebut adalah Candi Dengok yang merupakan aset berharga bangsa kita. Candi
Dengok menjadi bukti bahwa dahulu pernah berdiri kerajaan yang berjaya
bernama Majapahit yang pengaruhnya juga ada di Kabupaten Gunungkidul.
Tentunya peninggalan-peninggalan arkeologis semacam itu sangat penting untuk
dijaga dan dirawat kelestariannya. Tentu dengan merawat peninggalan-
peninggalan arkeologis yang sangat bernilai historis tersebut, kita dapat
mewariskan ilmu-ilmu dan sarana untuk mempelajari sejarah perjalanan bangsa
Indonesia kepada anak cucu kita kelak. Pemerintah melalui Badan Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB) memiliki tanggung jawab untuk menjaga, merawat, dan
melestarikan benda-benda cagar budaya berupa peninggalan-peninggalan masa
lampau. Namun sangat perlu untuk diingat bahwa kita sebagai masyarakat dan
warganegara yang baik wajib untuk turut serta menjaga, merawat, dan
melestarikan benda-benda cagar budaya tersebut dengan cara tidak merusak dan
mengambil barang-barang maupun bangunan-bangunan cagar budaya
peningggalan arkeologis yang memiliki nilai historis. Tentu dengan menjaga
kelestarian peninggalan-peninggalan arkeologis tersebut, kita telah turut
berpartisipasi untuk menjaga keutuhan bukti-bukti sejarah perjalanan bangsa
Indonesia.

Sumber-sumber:

 https://www.kompasiana.com/jora5074/5c0a230c12ae9411cc1c63fa/situs-
candi-dengok-peninggalan-kerajaan-majapahit-di-gunungkidul
 http://gdhe.web.id/empat-situs-kuno-di-gunungkidul/
 https://situsbudaya.id/situs-candi-dengok-jogja/
 https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/tentang-kami/
 https://en.wikipedia.org/wiki/Majapahit

Anda mungkin juga menyukai