Anda di halaman 1dari 3

POLICY BRIEF

Kebutuhan jumlah Profesional dalam IAP

Latar Belakang

Tantangan di era globalisasi dan pasar yang kompetitif menuntut daya tahan dan daya saing
sebuah kelompok, komunitas, organisasi dan negara dalam bentuk pemanfaatan sumber daya
manusia sebagai “intelectual asset” menjadi salah satu faktor yang penting dalam mendukung
produktivitas dan keunggulan kompetititf perusahaan. Pengembangan SDM stratejik merupakan
tuntutan bagi setiap organisasi untuk menyelaraskan program training dengan strategi organisasi.
Dalam kasus kali ini, IAP atau Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia sebagai badan organisasi yang
bergerak dibidang perencanaan wilayah dan kota harus mempunyai sedikit banyak tenaga profesional
dalam mencukupi kebutuhan tantangan pekerjaan. Berdasarkan AD-ART IAP BAB IV Pasal 9 tentang
fungsi dari IAP yang berbunyi “IAP berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pembinaan,
komunikasi, konsultasi dan koordinasi antarahli perencanaan wilayah dan kota dan antara ahli
perencanaan wilayah dan kota dengan tenaga ahli/profesional lain, dengan lembaga/instansi
masyarakat, swasta, pemerintah dan internasional; serta sebagai wadah untuk melindungi
kepentingan masyarakat seluas-luasnya.”. Yang nyatanya pada saat ini IAP sendiri belum mencukupi
dalam Kompetensi dan jumlah professional perencana. Oleh karena itu diperlukan tindakan-tindakan
praktis untuk menyikapi kebijakan tersebut.

Berdasarkan UU No.6 tahun 2017 tentang Arsitek pasal 25 huruf C yang berbunyi “Standar
keprofesionalan Arsitek, antara lain, menghasilkan dokumen teknis yang terdiri atas dokumen
gambar, dokumen spesifikasi teknis, dan dokumen perhitungan volume pekerjaan.”

Langkah-langkah praktis :

 Pengembangan SDM melalui program training di tempat kerja membutuhkan suatu sarana
dan fasilitas yaitu Training Center. Selain itu untuk merealiasikan upaya peningkatan
pembelajaran dan kinerja, maka diperlukan suatu standar kompetensi profesi khususnya bagi
para training manager untuk mengelola training center dalam suatu organisasi.
 Program pendidikan berkelanjutan profesi perencana bekerjasama dengan pengurus provinsi,
asosiasi sekolah perencanaan (ASPI), dan institusi mitra IAP
 Pengembangan profesi melalui standarisasi kompetensi perencana bekerjasama dengan
institusi pengguna dan penyedia (sekolah dan lembaga pelatihan) perencana, mutual
recognation institusi dan profesi, serta award karya perencanaan.
 Pengembangan riset dan dan publikasi aplikasi perencanaan wilayah dan kota bekerjasama
dengan mitra pembangunan dan penerbit (jurnal, majalah, dan media publikasi lain) di bidang
perencanaan.

Jangka waktu pembuatan kebijakan upaya pencarian kebutuhan jumlah professional ini
memerlukan waktu 5 bulan

Jangka waktu implementasi kebijakan ini memerlukan waktu 1 tahun

Tahap pelaksanaan monitoring dan evaluasi

1. Tahap awal sebelum proses pelatihan, monitoring dilakukan terhadap


a. Kriteria pelamar
- Pendidikan minimal S1 Teknik Arsitetkur Universitas Negeri / Swasta dengan
pengalaman kerja minimal 3 tahun
- Diutamakan memiliki sertifikat pelatihan dan atau surat pengalaman kerja
pada bidang urban design
- Menguasai Autocad, Ms. Office
- Menguasai program lain yang menunjang pekerjaan (SketchUp/3ds Max,
Adobe Photoshop/Illustrator/Coreldraw, dll)
2. Tahap sedang berlangsungnya proses pelatihan, monitoring dilakukan terhadap
a. Kepatuhan dan disiplin
b. Keaktifan dan inisiatif
c. Kemampuan peserta (pre-test sampai dengan waktu berlangsungnya monitoring)
3. Tahap akhir dari pelatihan
a. Kemampuan peserta (penguasaan materi)
b. Hasil rancangan yang dihasilkan
c. Keinginan pelamar setelah selesai pelatihan
MONITORING 1 TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahap awal
Tahap sedang
Tahap akhir
Ket : monitoring dan evaluasi ini didedikasikan berdasarkan kemampuan serta keahlian pelamar dalam
menjalankan pelatihan dan menggunakan system gugur apabila dari salah satu tahapan tidak dilaksanakan.

SANKSI 1 TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Teguran
Peringatan Tertulis
Pembatasan kegiatan
Pembatasan pendaftaran
Pengehentian sementara
Ket : sanksi berlaku seiring dengan kondisi pelamar selama pelatihan yang didasarkan oleh UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai