Anda di halaman 1dari 33

1

STUDI PENGGUNAAN APLIKASI ANGKET KEBUTUHAN PESERTA


DIDIK (AKPD) TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SMPN 26 SEMARANG

APLIKASI ANGKET KEBUTUHAN PESERTA DIDIK (AKPD) PADA


PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING : STUDI PADA
GURU BK SE-KOTA SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
CHANDRA LUKYTA
NPM 15110137
2

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
3

PENGEMBANGAN APLIKASI ANGKET KEBUTUHAN PESERTA DIDIK


(AKPD) BERBASIS ANDROID UNTUK EFISIENSI KINERJA GURU
BIMBINGAN DAN KONSELING DI KOTA SEMARANG

A. Latar Belakang Masalah


Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada di sekolah
yang memiliki peranan penting berkaitan dengan pemenuhan fungsi dan tujuan pendidikan
serta peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Menurut Jauhari (2018:1). Pendidikan yang
bermutu dalam penyelenggaraanya tidak cukup hanya dilakukan melalui tranformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi harus juga didukung oleh tenaga kependidikan yang
profesional, sistem manajemen pendidik serta kemampuan peserta didik untuk menolong
diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.
Untuk mencapai keinginannya peserta didik membutuhkan sebuah bantuan karena berada
dalam tahapan tugas perkembangan, dimana di saat fase ini peserta didik mengalami
hambatan dan kesulitan akibat dari kurangnya pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
dan juga kemampuan pemahaman dari lingkungannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
layanan bimbingan dan konseling yang dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik.
Pentingnya layanan bimbingan dan konseling bagi siswa di jelaskan oleh Depdiknas
(2008:192) yang menyebutkan bahwa layanan bimbingan dan konseling adalah upaya
memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
secara berkelanjutan dan sistematis yang di lakukan oleh seorang professional, Susanto
(2018:4). Untuk menjadi seorang profesional dibutuhkan sebuah kompetensi yang harus
dicapai, hal ini sesuai dengan pernyataan Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang menyatakan bahwa seorang konselor
sekolah harus menguasai semua kompetensi yang telah ditentukan, salah satu kompetensi
yang wajib dikuasai adalah kompetensi professional, kompetensi profesional menuntut
konselor agar mampu melaksanakan sebuah manajemen bimbingan yang baik. Manajemen
4

bimbingan dan konseling adalah segala aktivitas yang dimulai dari penyusunan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi di bidang bimbingan dan konseling.
Sehubungan dengan itu, penyusunan program bimbingan dan konseling sebagai langkah
awal dalam manajemen bimbingan dan konseling sangat berpengaruh pada hasil akhir dari
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada pelaksanan penyusunan program
Bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama di kota Semarang yang dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling. Penyusunan program layanan bimbingan konseling
merupakan bagian layanan yang sangat penting dan vital dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah karena tanpa adanya suatu penyusunan program yang
baik maka tujuan program yang ingin dicapai akan tidak memiliki perencanaan yang matang
dan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan layanan bimbingan dan konseling yang
diharapkan. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling mencakup berbagai bidang, jenis layanan, serta kegiatan
pendukung. Selain itu juga, pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan berbagai pihak
dan memerlukan sejumlah fasilitas sarana prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan demikian, penyusunan program bimbingan
dan konseling dapat membantu konselor untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai dan
mengetahui langkah apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebelum
menjalani suatu penyusunan program bimbingan dan konseling, dibutuhkan suatu analisis
kebutuhan siswa.
Asesmen kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan siswa sangat berpengaruh pada hasil
layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling dan berpengaruh pada
penyusunan program bimbingan dan konseling, seperti yang dikemukakan oleh Kinanti
Putri (2017:82). Need Assesment adalah pekerjaan konselor yang utama dan pertama dalam
membuat Program bimbingan dan konseling, sehingga need asessement menjadi kunci
utama dalam pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya. Dilihat dari
pernyataan tersebut seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan
program harus melakukan identifikasi kebutuhan siswa sebagai data awal penyusunan
program. Apabila konselor tidak melakukan asesmen kebutuhan maka program yang
5

disusun tidak akan sesuai dengan kebutuhan siswa dan penanganan permasalahan yang
diberikan guru bimbingan dan konseling pun menjadi tidak maksimal.
Pemberian asesmen kebutuhan dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui
dua teknik yakni tes dan non-tes. Alat tes bermanfaat untuk memperoleh data tentang
individu, sedangkan alat non-test diperlukan sebagai alat pengumpul data, khususnya dalam
hal memperoleh data sosial yang relevan, untuk menyimpan serta mengolah keseluruhan
data yang masuk Winkel W.S. & Hastuti (2006:269). Ada berbagai jenis alat instrumen
untuk mengidentifikasi masalah individu, salah satu contoh alat non-test yang dapat
membantu kinerja konselor untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa yakni aplikasi angket
kebutuhan peserta didik (AKPD).
Menurut Andori (2016) Aplikasi AKPD merupakan aplikasi yang bertujuan untuk
membantu konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk mengungkap masalah siswa
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah disediakan, jadi dalam program ini telah
tercantum beberapa item pernyataan, setiap pernyataan itu mengungkap permasalahan siswa
yang berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, belajar dan karier. Dengan adanya item pada
AKPD diharapkan siswa bisa terbantu untuk menemukan masalah yang dihadapinya, maka
dibutuhkan suatu stimulus untuk mengungkap masalah yang mereka rasakan. Melalui alat
pengumpulan data AKPD ini juga dapat memudahkan konselor untuk menganalisis dan
pengambilan keputusan dalam menyusun program bimbingan, karena masalah yang dialami
siswa dapat terditeksi dengan jelas dan dapat di prioritaskan mana masalah yang harus
diutamakan untuk diselesaikan.
Aplikasi AKPD adalah sebuah aplikasi pengolahan informasi kebutuhan peserta didik
yang di proses dengan memanfatkan tekonologi software Microsoft excel, yang berguna
membantu guru bimbingan dan konseling dalam mengidentifikasi kebutuhan peserta
didik sesuai dengan tiga aspek penilaian, meliputi aspek penilaian koginitif, psikomotorik
dan aspek afektif. Aplikasi Software AKPD dalam proses pengolahan data memanfaatkan
perangkat lunak dari microsoft dalam bentuk tabel yang tersebar (spreadsheet), menurut
Taufik (2017:10) spreadsheet merupakan lembar kerja elektronik yang terdapat dalam
software Microsoft excel yang sangat familiar di kalangan pengguna komputer. Dengan
aplikasi ini data yang di peroleh guru bimbingan dan konseling akan dengan cepat di
analisa dan kemudian guru bimbingan dan konseling akan memperoleh data terkait
6

kebutuhan peserta didik, baik secara pribadi maupun kelompok, dan selanjutnya mampu
digunakan sebagai pedoman penyusunan program layanan bimbingan dan konseling bagi
peserta didik.
Hingga saat ini software AKPD, merupakan software aplikasi yang menjadi pilihan
prioritas utama bagi guru bimbingan dan konseling di kota Semarang untuk melakukan
kegiatan identifikasi kebutuhan peserta didik disekolah. Hasil wawancara yang di
lakukan oleh peneliti terhadap 3 guru bimbingan dan konseling di SMPN 26 Semarang,
pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 14 November 2019, di peroleh data bahwa guru
bimbingan dan konseling menggunakan aplikasi software AKPD untuk memperoleh
informasi, mengolah dan membantu dalam menyusun program bimbingan dan konseling
baik program semesteran maupun program tahunan di sekolah.
Penilaian guru bimbingan dan konseling mengenai aplikasi software AKPD,
memperoleh berbagai macam pendapat tentang manfaat dan kendala dalam
penggunaanya. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti guru bimbingan dan
konseling menyatakan, beragam manfaat ketika menggunakan aplikasi AKPD
diantaranya adalah, jumlah daftar pertanyaan yang tidak begitu banyak, dan sistem yang
di gunakan sudah terprogram dan terkonsep secara otomatis berformat pengolahan data
berbasis micorosoft excel. Kegiatan Assisment yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling pun tidak terlepas dalam hambatan atau pun kekurangan, hambatan yang
sangat di rasakan oleh guru bimbingan dan konseling adalah kevalidan butir item yang
ada di aplikasi AKPD, belum ada yang menguji validitas serta reabilitas dari angket yang
digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan peserta didik. Selain itu kekurangan yang di
rasakan oleh guru bimbingan dan konselingpun diantaranya adalah masih digunakannya
assisment tunggal dalam proses identifikasi kebutuhan siswa.
Dalam pemilihan alat non-tes yang digunakan, syarat utama instrumen yang baik
adalah valid dan reliabel Zaenal Arifin (2017:30). Untuk memperoleh data siswa yang
valid maka alat instrumen yang digunakanpun telah teruji valid dan reliabelnya, akan
tetapi dalam instrumen AKPD belum ada uji yang menguji validitas dan reabilitas dari
alat tersebut. Sebaiknya untuk penyusunan program bimbingan dan konseling, guru
bimbingan dan konseling menggunakan lebih dari satu instrumen dengan beberapa alat
instrumen yang lain seperti observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu,
7

penggunaan aplikasi AKPD sebagai alat instrumen dalam penyusunan program masih
dipertanyakan karena untuk menyusun program bimbingan dan konseling.
Apabila terjadi kekeliruan dalam proses penggunaan aplikasi AKPD dalam menyusun
sebuah program maka, akan mengakibatkan kendala dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling. hal ini juga berpengaruh terhadap layanan yang akan diberikan
kepada siswa, karena akan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis
ingin meneliti sebuah judul “Studi Penggunaan Aplikasi AKPD Dalam Penyusunan
Program Bimbingan Dan Konseling Di SMPN 26 Semarang Tahun 2020/2021

B. Fokus Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka peneliti akan memfokuskan kajian
penelitiannya pada permasalahan untuk mengkaji pengunaan AKPD terhadap
penyusunan program bimbingan dan konseling.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan aplikasi angket kebutuhan peserta didik (AKPD) terhadap
penyusunan program bimbingan dan konseling di SMPN 26 Semarang?

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penggunaan Aplikasi Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD)
terhadap penyusunan program bimbingan dan konseling Guru BK se-kota semarang.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang pengembangan
konsep atau ilmu mengenai penggunaan aplikasi AKPD sebagai usaha untuk
penyusunan program bimbingan dan konseling sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan bimbingan dan konseling.
b) Menumbuhkan iklim akademik program studi bimbingan dan konseling untuk selalu
melakukan evaluasi terhadap ilmu yang baru sebelum di implementasikan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling
8

2. Manfaat Praktis
a) Bagi guru bimbingan dan konseling dapat memperoleh referensi dan rujukan secara
luas dan mendalam untuk mengoprasionalkan aplikasi AKPD untuk penyusunan
program bimbingan dan konseling yang berjalan sesuai dengan prosedur yang telah
disusun dengan baik.
b) Bagi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling) sebagai wadah
perkumpulan guru BK di daerah masing-masing untuk selalu mengjkaji dan
membahas instrumen yang sesuai sebelum digunakan untuk mengidentifikasi
kebutuhan siswa.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang istilah yang
digunakan dalam penulisan judul skripsi di atas, maka penulis merasa perlu untuk
memberikan penegasan terlebih dahulu pada istilah-istilah yang terdapat dalam judul, dan
pembatasan masalahnya sebagai berikut:
a) Aplikasi Angket Kebutuhan Peserta didik
Aplikasi AKPD adalah sebuah aplikasi pengolahan informasi kebutuhan peserta didik
yang di proses dengan memanfatkan tekonologi software Microsoft excel, yang
berguna membantu guru bimbingan dan konseling dalam mengidentifikasi kebutuhan
peserta didik sesuai dengan tiga aspek penilaian, meliputi aspek penilaian koginitif,
psikomotorik dan aspek afektif, (Andori, 2016).
b) Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling
Rahman (2009:18) penyusunan program merupakan seperangkat kegiatan yang
merumuskan masalah dan tujuan, bentuk-bentuk kegiatan, personal, fasilitas,
anggaran, serta berbagai bentuk usulan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu. Penyusunan program bimbingan di sekolah harus disusun secara
sistematik agar dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif.

G. Kajian Teori
1. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a) Program Bimbingan dan Konseling
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bila dimulai dari
adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan
9

yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Hotch
dan Costor (Purwanto,2014:34) menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling
adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk
membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Selanjutnya menurut Giyono
(2010:38) program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan
bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode
bulanan, semester dan tahunan
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling
adalah satuan rencana kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada
suatu periode tertentu yang bertujuan untuk mempermudah guru pembimbing sekolah
dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dalam upaya pengembangan potensi
diri peserta didik.
Program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari suatu sistem di
sekolah dan mengandung makna bahwa program bimbingan dan konseling bukan berarti
program milik guru pembimbing sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan
dan konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di
sekolah. Program tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai
ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada
pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Program bimbingan dan
konseling disusun oleh guru pembimbing sekolah dan dilakukan penilaian program yang
dilakukan oleh semua pihak terkait dan hasil penilaian akan menjadi program bimbingan
dan konseling yang dipedomani oleh guru pembimbing sekolah dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling.
b) Jenis-jenis Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling adalah suatu satuan besar atau kecil rencana
kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang akan
dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam pembuatan program bimbingan dan konseling
di sekolah, guru pembimbing dapat merumumuskan klasifikasi periode program
bimbingan dan konseling sesuai cakupan kurun waktu tahun pelajaran sekolah. Dalam
Panduan Operasional Pelayanan Bimbingan dan Konseling tahun (2016:24) jenis– jenis
program bimbingan dan konseling itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu;
10

1) Program Tahunan
Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam
kurun waktu satu tahun pelajaran dalam unit semester dan bulanan. Program tahunan
merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan bimbingan
dan konseling selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas.
2) Program Semester
Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam
kurun waktu setengah tahun atau 6 bulan pelajaran dalam unit semester Program
semesteran merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling selama setengah tahun atau 6 bulan ajaran untuk masing-
masing kelas.
Dari perumusan jenis program tersebut, maka guru pembimbing selaku penyusun
program bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengakumulasi layanan sesuai
batasan periode yang telah ditentukan dalam pembuatan suatu program bimbingan dan
konseling secara keseluruhan di sekolah agar layanan dapat berjalan efektif dan efisien
serta maksimal.
c) Komponen Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode disusun dengan
memperhatikan secara seksama struktur program bimbingan dan konseling yang sangat
erat kaitannya dengan berbagai ketentuan yang sudah dirumuskan. Menurut Yusuf
(Purwanto,2014:36) bahwa struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat
jenis layanan, yaitu : (1) layanan dasar bimbingan; (2) layanan responsif, (3) layanan
perencanaan individual, dan (4) layanan dukungan sistem
1) Layanan Dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua
siswa for all melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan
secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”. Tujuan
layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan
yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya,
atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya.
11

2) Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”. Tujuan layanan
responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan
masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
3) Layanan Perencanaan Individual
Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan
kesempatan yang tersedia di lingkungannya”. Tujuan Layanan perencanaan individual
bertujuan untuk membantu siswa agar (a) memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya, (b) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan
(c) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskannya.
4) Layanan Dukungan sistem
Layanan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen
yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen
yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan
secara menyeluruh melalui pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen
program; penelitian dan pengembangan. Program bimbingan dan konseling yang disusun
dengan memperhatikan komponen-komponen program tersebut, maka secara tidak
langsung akan mempermudah tujuan dari program yang dibuat dalam memberikan
dukungan kepada guru dalam memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di
sekolah.
12

d) Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling


Selain memperhatikan struktur program bimbingan dan konseling, guru pembimbing
selaku penyusun program juga memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam
pembuatan program. Purwanto (2014:34) untuk setiap periode program yang disusun harus
memperhatikan secara seksama unsur-unsur dalam program bimbingan dan konseling yaitu
sebagai berikut : (a) Kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling (b)
Jumlah peserta didik yang dibimbing (c) Bidang-bidang Bimbingan (d) Jenis-jenis layanan
(e) Kegiatan pendukung (f) Volume kegiatan (g) Frekuensi layanan (h) Lama kegiatan (i)
Waktu kegiatan (j) Kegiatan khusus.
e) Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling
Di Indonesia telah banyak sekolah yang menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya membantu peserta didik. Akan tetapi apabila diperhatikan secara
seksama penyelenggaraannya seringkali tidak didasarkan atas suatu rencana dalam
bentuk program yang disusun secara baik dan benar. Program yang disusun secara baik
dan benar akan memberikan banyak keuntungan bagi yang diberikan layanan maupun
yang memberikan layanan. Menurut Giyono (2010:20) Program bimbingan yang baik
yaitu program bimbingan yang apabila dilaksanakan akan efektif dan efisien memilliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para peserta
didik yang besangkutan.
2) Kegiatan bimbingan diatur berdasarkan skala proritas yang juga ditentukan
berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kemampuan petugas.
3) Program dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga
pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.
4) Program dikembangkan dengan melibatkan tenaga di luar sekolah dalam pelaksanaan
program (misal pihak kepolisian, dokter)
5) Program memiliki tujuan yang ideal tetapi realistis maksudnya dapat dicapai dengan
mudah dalam pelaksanaannya.
6) Program tersebut mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua
anggota staf pelaksananya.
7) Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program.
13

8) Penyusunan program disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah


yang bersangkutan.
9) Memberikan kemungkinan untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik
di sekolah yang bersangkutan.
10) Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan
sekolah dengan masyarakat.
11) Berlangsung sesuai dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri
maupun kemajuan para peserta didik.
12) Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam
hal pelayanan individual dan kelompok.
13) Program memiliki alat ukur yang objektif dan mencakup berbagai bidang layanan
yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan bidang karir.
14) Program bimbingan merupakan bagian yang integral dari program pendidikan di
sekolah.
Program bimbingan dan konseling di sekolah akan terlaksana secara efektif dan efisien
sesuai kebutuhan dari sekolah ketika program yang disusun telah memiliki ciri-ciri yang
diterangkan dalam poin-poin tersebut.
Sasaran Pelayanan Bimbingan dan Konseling Agar layanan yang dilakukan berjalan
maksimal dan tepat, maka layanan yang dilakukan oleh guru pembimbing mengarah
kepada beberapa sasaran, yaitu :
1) Layanan kepada peserta didik Bimbingan melayani semua peserta didik, dengan
pengertian bahwa program bimbingan hanya diperuntukkan kepada peserta didik
tertentu atau peserta didik yang mengalami kesulitan saja. Bimbingan juga membantu
peserta didik membuat perencanaan dan mengambil keputusan dan bukan menyiapkan
nasehat. Bimbingan membantu guru mata pelajaran dan tenaga pendidik lainnya dalam
membantu peserta didik tetapi bukan mengambil alih tugas mereka.
2) Layanan kepada kepala sekolah Membantu penyelenggaraan latihan dalam jabatan
bagi guru dan staf sekolah lainnya dalam upaya meningkatkan kemampuan mereka
untuk melaksankan program bimbingan di sekolah. Membantu pelaksanaan seleksi
atau penerimaan dan penempatan peserta didik serta tindak lanjutnya. Membantu
upaya pembaharuan pendidikan di sekolah. Membantu kepala sekolah dalam
14

hubungannya dengan masyarakat terutama dengan orang tua peserta didik serta
membantu kepala sekolah dalam rangka partisipasi sekolah dalam masyarakat untuk
memecahkan atau menangani masalah sosial yang berkaitan dengan masalah
pendidikan
3) Layanan kepada guru Penyajian informasi mengenai diri peserta didik kepada guru
dan bantuan menafsirkan informasi tersebut. Membantu guru mempersiapkan mental
peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Membantu guru memecahkan masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
Bersama-sama guru mata pelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
kurikuler, serta membantu guru dalam pengelolaan kelas.
4) Layanan kepada orang tua dan masyarakat Membantu orang tua untuk lebih
memahami anaknya, membantu orang tua untuk mengenal dan memahami program
pembelajaran di sekolah tempat anaknya belajar, serta memberikan informasi kepada
masyarakat sekitar sekolah yang bersangkutan mengenai rencana-rencana, program-
program yang dilaksanakan di sekolah tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa program bimbingan dan
konseling di sekolah itu tidak terbatas pada layanan bimbingan kepada peserta didik saja
terlebih lagi yang secara nyata yang hanya mengalami kesulitan, akan tetapi lebih dari itu
program bimbingan mencakup layanan kepada semua peserta didik baik yang bermasalah
maupun yang tidak bermasalah, kepada guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan orang
tua peserta didik dan masyarakat sekitar sekolah.
2 Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
b) Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diperlukan adanya
perencanaan-perencanaan sehingga mempermudah konselor sekolah dalam penyusunan
program. Dalam artian adanya kejelasan arah dalam penyusunan hingga pelaksanaan
program bimbingan agar terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan
efektif. Menurut Rahman (2009:18) penyusunan program merupakan seperangkat
kegiatan yang merumuskan masalah dan tujuan, bentuk-bentuk kegiatan, personal,
fasilitas, anggaran, serta berbagai bentuk usulan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu. Penyusunan program bimbingan di sekolah harus disusun secara
15

sistematik agar dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Menurut Juntika
(Purwanto,2014:42) penyusunan program bimbingan diperlukan adanya perencanaan-
perencanaan sehingga mempermudah guru pembimbing sekolah dalam penyusunan
program. Dalam artian adanya kejelasan arah dalam pelaksanaan program bimbingan
serta terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan efektif.
Dari berbagai pendapat ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa penyusunan
program bimbingan dan konseling merupakan seperangkat kegiatan yang di rancang
sedemikian rupa guna untuk mencapai tujuan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dengan memanfatkan segala sumber daya yang mempengaruhi keberhasilan
dalam pelaksanaanya.
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diperlukan adanya
perencanaan-perencanaan sehingga mempermudah konselor sekolah dalam penyusunan
program. Dalam artian adanya kejelasan arah dalam penyusunan hingga pelaksanaan
program bimbingan agar terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan
efektif. Menurut Nurihsan (Daud, 2018:55) ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu: analisis kebutuhan dan permasalahan siswa, penentuan tujuan program layanan
bimbingan yang akan dicapai, analisis situasi dan kondisi sekolah, penetapan metode dan
teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan
dilakukan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
telah ditetapkan, persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan, perkiraan tentang
hambatan dan usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan.
c) Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan Program bimbingan dan Konseling
Di samping rumusan tentang aspek-aspek tersebut, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling seperti yang
diungkapkan Giyono (2007:39) sebagai berikut:
a. Program hendaknya selaras dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah
yang bersangkutan dengan menggunakan sarana yang ada di sekolah dan dan luar
sekolah.
b. Semua staf sekolah dibantu dalam menelaah kebutuhan, masalah, dan sifat-sifat
peserta didik.
16

c. Program bimbingan diusahakan mendapat bantuan yang berkesinambungan dari


semua staf sekolah dan program bimbingan itu harus dipahami oleh mereka semua.
d. Usahakan untuk mengetahui kemampuan setiap anggota staf sekolah dalam kaitannya
dengan bimbingan dan konseling.
e. Usahakan pula bantuan dari pihak orang tua peserta didik, masyarakat, dan unsur-
unsur setempat lainnya.
f. Teliti pelayanan dan kegiatan lain yang sudah dan sedang dilakukan dalam program
bimbingan di sekolah yang bersangkutan.
g. Buat analisis bagi setiap pelayanan pokok dalam program bimbingan kemudian diuji
dan dinilai berdasarkan analisis tugas itu.
h. Tentukan pimpinan program dan berikan tugas kepada semua anggota pelaksanaanya
sesuai dengan analisis tugas.
i. Rencanakan dan laksanakan latihan dalam jabatan sesuai dengan penelaahan tentang
kebutuhan dan kemampuan setiap anggota staf sekolah.
j. Laksanakan pengawasan dan bantuan secara reguler kepada orang-orang yang
memegang tugas khusus dalam program bimbingan.
k. Rencanakan dan laksanakan penilaian yang memadai tentang efektivitas program
bimbingan tersebut.
Rumusan tersebut merupakan sistematika terciptanya program bimbingan yang baik.
Penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang penting
karena penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan langkah awal dalam
pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling
d) Sistematika Penyusunan dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Rahman (2009:19) Sistematikan penyusunan dan pengemabngan program
bimbingan dan konseling komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar,
yaitu terdiri dari pemetaan kebutuhan, dan konteks layanan dan desain program yang
sesuai dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan.
1) Pemetaan Kebutuhan, Masalah, dan Konteks Layanan
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah haruslah dimulai dari kegiatan
asesmen (pengukuran, penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program/layanan (Depdiknas, 2007). Kegiatan
17

asesmen ini meliputi (a) asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan
kegiatan mengidentifikasi harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan
stakeholder pendidikan terlibat, sarana dan prasarana pendukung program bimbingan,
kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan sekolah; (b) asesmen
kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut karakteristik peserta didik; seperti
aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap dan kebiasaan
belajar, minat, masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, tugas perkembangan
psikologis. Melalui pemetaan ini diharapkan program dan layanan bimbingan dan
konseling yang dikembangkan oleh konselor benar‐benar dibutuhkan oleh seluruh
segmen yang terlibat dan sesuai dengan konteks lingkungan program. Dengan kata lain,
program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana per semester ataupun tahunan bukan
sekedar tuntutan administratif, melainkan tuntutan tanggung jawab yang sungguh harus
dilaksanakan secara professional. Berikut langkah‐ langkah yang dapat dilakukan oleh
konselor dalam memetakan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan: a) Menyusun
instrumen dan unit analisis penilaian kebutuhan. Eksplorasi peta kebutuhan, masalah, dan
konteks membutuhkan instrument asesmen yang berfungsi sebagai alat bantu. Dalam
instrumen ini, konselor merumuskan aspek dan indicator beserta item
pernyataan/pertanyaan yang akan diukur dan jenis metode yang akan digunakan untuk
mengungkap aspek dimaksud. Metode yang dapat digunakan, seperti observasi,
wawancara, dokumentasi, dan sebagainya. b) Implementasi penilaian kebutuhan. Pada
tahap ini, konselor sesegera mungkin mengumpulkan data dengan menggunakan
instrument yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan memperoleh gambaran
kebutuhan dan konteks lingkungan yang akan dirumuskan ke dalam program lebih lanjut
c) Analisis hasil penilaian kebutuhan. Setelah data terkumpul, konselor mengolah,
menganalisis, dan menginterpretasi hasil penilaian yang diungkap dengan tujuan
kebutuhan, masalah, dan konteks program dapat teridentifikasi dengan tepat d) Pemetaan
kebutuhan/permasalahan. Setelah hasil analisis dan identifikasi masalah terungkap,
petugas bimbingan dan konseling dan konselor membuat peta kebutuhan/masalah yang
dilengkapi dengan analisis faktor‐ faktor penyebab yang memunculkan
kebutuhan/permasalahan.
18

2) Desain Program bimbingan dan konseling dan Rencana Aksi Action Plan
Berikut ini adalah penjabaran rencana operasional (action plan) yang diperlukan
Action plan yang akan disusun paling tidak memenuhi unsur 5W+1H (what, why, where,
who, when, and how). Dengan demikian, konselor dan petugas bimbingan perlu
melakukan hal‐hal berikut ini:
a) Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan. Kegiatan
ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik
b) Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan di
atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus menerus. Berapa
banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat.
Perencanaan waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang
harus dilakukan oleh konselor. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar
perkiraan atau pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk konselor dalam
pelaksanaan komponen pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
c) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel
kebutuhan yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud
dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan
ini bisa dalam bentuk matrik; Program Tahunan dan Program semester.
d) Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah dituangkan ke dalam
rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender
kegiatan mencakup kalender tahunan, bulanan, dan mingguan.
e) Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk (1) kontak
langsung, dan (2) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak
langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan
waktu terjadwal 2 (dua) jam pelajaran per‐kelas per‐minggu. Adapun kegiatan
bimbingan tanpa kontak langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui
tulisan (seperti e‐mail, buku‐buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah
(home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referral).
19

e) Tahap Perancangan (Designing) dalam Penyusunan Program


Menurut Panduan Operasional Penyelenggaran layanan bimbingan dan Konseling
(2016:24) Tahap perancangan (designing) dalam penyusunan program terdiri dari dua (2)
kegiatan, yaitu penyusunan program tahunan, dan penyusunan program semesteran.
Setiap kegiatan diuraikan pada bagian berikut.
1) Penyusunan Program Tahunan Bimbingan dan Konseling
Struktur program tahunan bimbingan dan konseling terdiri atas: a) rasional, b) dasar
hukum, c) visi dan misi, d) deskripsi kebutuhan, e) tujuan, f) komponen program, g)
bidang layanan, h) rencana operasional, i) pengembangan tema/topik, j) rencana evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut, dan k) anggaran biaya, dan l) sarana prasarana. Masing-
masing diuraikan sebagai berikut. a. Merumuskan rasional Uraian dalam rasional
merupakan latar belakang yang melandasi program bimbingan dan konseling yang akan
diselenggarakan. Beberapa aspek yang perlu diuraikan dalam rasional meliputi : 1)
urgensi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas; 2) kondisi objektif
di sekolah masing-masing berupa permasalahan, hambatan, kebutuhan, budaya sekolah
sekaligus potensi-potensi keunggulan yang dimiliki oleh peserta didik; 3) kondisi objektif
yang ada di lingkungan masyarakat yang menunjukkan daya dukung lingkungan dan
ancamanancaman yang mungkin berpengaruh terhadap perkembangan peserta
didik/konseli; dan 4) harapan yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan konseling.
Menentukan Dasar Hukum Dasar hukum yang ditentukan menjadi landasan kebijakan
guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di
satuan pendidikan.
Penulisan dasar hukum mengikuti kaidah urutan dari perundangan tertinggi yang
relevan sampai aturan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan, misalnya: undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan daerah, surat keputusan kepala
sekolah. c. Merumuskan visi dan misi Rumusan visi dan misi bimbingan dan konseling
harus sesuai dengan visi dan misi sekolah. Oleh karena itu, sebelum menetapkan visi dan
misi program layanan bimbingan dan konseling, perlu terlebih dahulu menelaah visi dan
misi sekolah. Oleh karena itu, sebelum menetapkan visi dan misi program layanan
bimbingan dan konseling, perlu terlebih dahulu menelaah visi dan misi sekolah,
selanjutnya merumuskan visi dan misi program layanan bimbingan dan konseling. d.
20

Mendeskripsikan Kebutuhan Rumusan deskripsi kebutuhan diidentifikasi berdasarkan


asumsi tentang tugas perkembangan yang seharusnya dicapai peserta didik/konseli dan
asesmen kebutuhan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Hasil asesmen inilah yang selanjutnya menjadi deskripsi kebutuhan yang akan
difasilitasi dalam pencapaian tujuan layanan yang akan diberikan. c. Merumuskan Tujuan
Rumusan tujuan dibuat berdasarkan deskripsi kebutuhan peserta didik/konseli. Rumusan
tujuan yang akan dicapai disusun dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai peserta
didik/konseli setelah memperoleh layanan bimbingan dan konseling. d. Menentukan
Komponen Program Komponen program bimbingan dan konseling, komponen program
bimbingan dan konseling di SMP meliputi: (1) Layanan Dasar, (2) Layanan Peminatan
dan Perencanaan Individual (3) Layanan Responsif, dan (4) Dukungan sistem. e.
Mengidentifikasi bidang layanan Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan
mencakup empat bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan
pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Pada hakikatnya perkembangan tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak
dapat dipisahkan dalam setiap diri individu peserta didik/konseli. Materi layanan
bimbingan klasikal disajikan secara proporsional sesuai dengan hasil asesmen kebutuhan
4 (empat) bidang layanan. f. Menyusun Rencana Kegiatan (Action Plan) Dalam
membantu guru bimbingan dan konseling atau konselor mencapai tujuan BK selama satu
tahun diperlukan rencana operasional yang memberikan panduan untuk penyusunan
program tahunan dan semesteran. Rencana kegiatan (action plan) bimbingan dan
konseling merupakan rencana detail yang menguraikan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang didapat dari hasil asesmen terhadap kondisi
peserta didik serta standar kompetensi kemandirian siswa. g. Mengembangkan
Tema/Topik Layanan Bimbingan dan Konseling Tema/topik merupakan rincian lanjut
dari identifikasi deskripsi kebutuhan peserta didik/konseli dalam aspek perkembangan
pribadi, sosial, belajar dan karier yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling (RPL bimbingan dan konseling). h. Rencana evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut.
Evaluasi program didasarkan pada rumusan tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu,
perlu dilakukan evaluasi keterlaksanaan program. Hasil evaluasi dapat dijadikan salah
21

satu bentuk akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling. Hasil evaluasi dan diakhiri
dengan rekomendasi tentang tindak lanjut pengembangan program selanjutnya. i. Sarana
dan prasarana Selain rumusan dalam bentuk perilaku, hasil analisis asesmen kebutuhan
juga digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur program Bimbingan dan
konseling.
Standar infrastruktur mengacu pada lampiran Permendikbud No. 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Rancangan kebutuhan sarana dan prasarana disesuaikan dengan dukungan kebijakan dan
dana serta kemanfaatannya. j. Menyusun Anggaran Biaya Layanan Bimbingan dan
Konseling Pada perencanaan program Layanan Bimbingan dan konseling perlu
direncanakan anggaran biaya yang diperlukan selama program tersebut dijalankan.
Usulan dana yang dibutuhkan selama Layanan Bimbingan dan konseling agar terlihat
rinciannya secara jelas dapat dilakukan sejalan dengan program bimbingan dan konseling
secara keseluruhan. Pengajuan dana harus jelas rincian penggunaannya dapat juga berupa
kesatuan dalam program yang diuraikan kebutuhan dana perkegiatan
f) Penyusunan Program Semesteran Bimbingan dan Konseling
Panduan Operasional Penyelenggaran layanan bimbingan dan konseling (2016:42)
guru bimbingan dan konseling diharuskan membuat rencana kegiatan yang akan
dilakukan selama satu tahun, guru bimbingan dan konseling atau konselor
mendistribusikan komponen layanan dan strategi kegiatan dalam program semesteran
dalam bentuk yang lebih rinci. Terdapat berberapa komponen dalam program semesteran
yaitu a. Bulan dan komponen program b. Layanan dasar Berisi tentang strategi layanan
dan topik/tema layanan dalam komponen layanan dasar, seperti bimbingan klasikal
dengan tema yang sudah dibuat dalam rencana kegiatan. c. Layanan Peminatan dan
Perencanaan individual. Berisi tentang strategi layanan dan topik/tema dalam komponen
layanan perencanaan individual misalnya bimbingan klasikal dengan tema memilih
sekolah lanjutan di tingkat SMA/SMK/MA/MAK. d. Layanan responsif Berisi strategi
layanan dan topik/tema (bila ada) dalam komponen layanan responsif, misalnya
konseling kelompok dengan tema teman baik e. Dukungan sistem Berisi tentang strategi
kegiatan dalam dukungan sistem seperti pengembangan jejaring, kegiatan manajemen,
dan PKB.
22

2. Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD)


a) Pengertian AKPD
Aplikasi angket kebutuhan peserta didik merupakan sebuah software perangkat lunak
yang merupakan sebuah fasilitas terbaru bagi guru bimbingan dan konseling untuk
mengidentifikasi kebutuhan peserta didik. Aplikasi ini muncul setelah diperbaruinya
Panduan Operasional Penyelenggaraan bimbingan dan konseling pada tahun 2016, dalam
panduannya dianjurkan konselor atau guru bimbingan dan konseling menyusun program
layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan pedoman yang telah diperbarui.
Menurut Bathara (2019:28) Aplikasi angket kebutuhan peserta didik merupakan
sebuah media alternatif bagi guru bimbingan dan konseling untuk membantu dalam
kegiatan identifikasi kebutuhan peserta didik melalui sebuah kuesioner atau angket yang
bertujuan untuk mempermudah guru bimbingan dan konseling dalam merancang atau
menyusun pembuatan program kerja tahunan dan semesteran bagi peserta didik dengan
media sebuah aplikasi.
Sedangkan menurut Penabur (2019) Aplikasi angket kebutuhan peserta didik
merupakan sebuah alat bantu bagi guru bimbingan dan konseling dalam memberikan
layanan kepada peserta didik. Aplikasi angket kebutuhan peserta didik merupakan sebuah
media untuk menganalisa beragam kebutuhan peserta didik sehingga guru bimbingan dan
konseling dapat menentukan penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
Kemudian Andori (2016) menjelaskan bahwa aplikasi angket kebutuhan peserta didik
merupakan sebuah kuesioner yang tunjukan kepada konselor atau guru bimbingan dan
konseling untuk menganalisa berbagai macam kebutuhan peserta didik berdasarkan tugas
perkembangan sesuai dengan standart kompetensi kemampuan peserta didik, tujuan
penggunaan aplikasi angket kebutuhan peserta didik adalah untuk membantu
mempermudah tugas konselor dalam memperoleh informasi kebutuhan peserta didik
yang nantinya akan dijadikan sebuah panduan pembuatan program dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan penyelesaian masalah peserta didik yang di susun secara
sistematis dalam jangka waktu satu tahun hingga jangka waktu satu semester. Aplikasi
angket kebutuhan peserta didik merupakan sebuah aplikasi perangkat lunak yang
memanfaatkan aplikasi Microsoft excel guna mengolah data jawaban peserta didik secara
23

otomatis dan cepat sehingga guru bimbingan dan konseling dapat mendapatkan hasil
kebutuhan peserta didik tampa menggunakan sistem rumus konvensional dalam proses
menghitungnya.
Dari beragam pendapat oleh beberapa ahli maka peneliti menyimpulkan bahwa
Aplikasi angket kebutuhan peserta didik adalah sebuah media alternatif bagi guru
bimbingan dan konseling untuk melaksanakan proses identifikasi kebutuhan peserta
didik. Media tersebut meliputi sebuah kuesioner atau angket berdasarkan aspek tugas
perkembangan peserta didik yang telah di identifikasi berdasarkan standar kompetensi
kemandirian peserta didik yang dirujuk dari pencapaian tugas perkembangan. Aplikasi
AKPD memanfatkan sebuah media Microsoft excel untuk melakukan proses pengolahan
data yang telah deprogram secara otomatis untuk dapat memperoleh data kebutuhan
peserta didik sesaui dengan kebutuhan masing-masing peserta didik yang kemudian akan
di gunakan sebagai acuan guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program
layanan meliputi layanan tahunan maupun layanan program semester bagi peserta didik.
b) Indikator Pertanyaan (AKPD)
Indikator pertanyaan yang terdapat AKPD materi angket atau kuesioner memuat
indikator tugas perkembangan peserta didik yang sesuai dengan Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling, Menurut Fahrozin (2016:17) dalam Panduan
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama, aspek tugas
perkembangan peserta didik sekolah menengah pertama meliputi:
a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota
masyarakat, dan umat manusia.
c) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, dan ekonomi.
d) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk
mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan
dalam kehidupan masyarakat.
e) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan
sosial yang lebih luas.
24

f) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai
pria atau wanita.
g) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan
fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
h) Memiliki kemandirian perilaku ekonomis.
i) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi
seni. Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya.
Tugas perkembangan peserta didik/konseli yang telah teridentifikasi sebelumnya perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk standar kompetensi. Dalam layanan bimbingan
dan konseling, standar kompetensi tersebut dikenal dengan istilah Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik (SKKPD). Berbagai aspek perkembangan yang terdapat
dalam SKKPD pada dasarnya dirujuk dari tugas perkembangan yang akan dicapai oleh
peserta didik atau konseli. Dengan demikan antara tugas perkembangan dan aspek
perkembangan yang terdapat dalam SKKPD memiliki keterkaitan yang sangat erat
Aspek-aspek perkembangan dalam SKKPD selanjutnya menjadi rumusan kompetensi
yang dirujuk oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam mempersiapkan
rancangan pelaksanaan dari berbagai kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Rumusan kompetensi tersebut dikembangkan lebih rinci menjadi tugas-tugas
perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik/konseli dalam berbagai tataran
internalisasi tujuan, yaitu pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Yang dimaksud dengan
tataran internalisasi tujuan, yaitu: 1)pengenalan, untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman peserta didik/konseli terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus
dipelajari dan dikuasai; 2)akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan
menjadikan perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya;
3)tindakan, yaitu mendorong peserta didik/konseli untuk mewujudkan perilaku dan
kompetensi baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari.
c) Manfaat Penggunaan (AKPD)
Data hasil penggunaan AKPD atau assessment kebutuhan terhadap peserta
didik/konseli digunakan untuk membuat profil individual, profil kelas, menyusun
program tahunan dan semesteran, dan merencanakan pemberian layanan. Menurut
Fahrozin (2016:25) Manfaat Penggunan AKPD adalah:
25

a) Membuat profil individual setiap peserta didik/konseli Berdasarkan data hasil asesmen
maka setiap peserta didik/konseli dapat disusun profil yang menggambarkan tentang
identitas diri peserta didik, karakteristik tugas perkembangan, klasifikasi kecerdasan,
bakat, minat, efikasi diri, motivasi belajar, kesiapan belajar, arah karir, kematangan
sosial, kematangan emosi, manajemen konflik, regulasi diri dalam belajar, prestasi
akademik dan non akademik yang dimiliki, latar belakang keluarga-sekolah-
masyarakat dan lain-lain, serta gambaran tentang kelebihan dan kelemahan setiap
peserta didik/konseli.
b) Membuat profil kelas Berdasarkan data individual peserta didik/konseli tersebut, maka
dikembangkan profil kelas, sehingga tiap kelas memiliki profilnya sendiri-sendiri.
Profil sebaiknya dituangkan ke dalam bentuk matrik, misalnya dalam format
landscape excel, atau dalam bentuk grafik sehingga semua data dapat dimasukkan.
Dengan profil kelas ini dapat diketahui kedudukan peserta didik/konseli dalam kelas
antara lain peta potensi kelas, dan sosiogram. Profil yang diperoleh akan
menggambarkan variasi kebutuhan layanan bimbingan dan konseling yang meliputi:
bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar, dan karir.
c) Membuat program tahunan dan semesteran Berdasarkan profil individual dan kelas,
disusun rancangan program tahunan dan semesteran yang memuat komponen layanan
(layanan dasar, layanan peminatan dan penyusunan individual, layanan responsif,
dukungan sistem) dan bidang layanan bimbingan dan konseling (pribadi, sosial,
belajar, karir).
d) Menyusun rancangan pemberian layanan bimbingan dan konseling Berdasarkan profil
individual dan kelas disusun rancangan pemberian layanan bimbingan dan konseling
secara individual, kelompok, klasikal, kelas besar atau lintas kelas, dan atau
menggunakan media.

G. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan
berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan dan Taylor,
sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,(2000:3) penelitian kualitatif adalah
26

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.Adapun tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta
dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana penyusunan program layanan bimbingan dan konseling di SMPN 26
Semarang dengan menggunakan aplikasi angket kebutuhan peserta didik (AKPD).
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas,
lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan kuesioner. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi
penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini, lokasi
penelitian terletak di SMPN 26 Semarang dan Penelitian ini akan dilakukan di bulan juni
2020 hingga bulan juli 2020.
3. Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian
a) Pengertian Data
Data merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari penelitian kualitatif,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017:21) karakteristik utama penelitian
kualitatif adalah melakukan penelitian dalam kondisi yang alamiah, langsung ke sumber
data dan peneliti menjadi instrument kunci, menyajikan data-data dalam bentuk kata-kata
atau gambar dan tidak menekankan pada angka-angka, mengutamakan proses dari pada
produk, melakukan analisis data secara induktif dan lebih menekankan makna di balik
data yang diamati. Agar data dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan baik, maka harus
memenuhi syarat-syarat menurut Setyawan (Anggito, 2018:213) syarat syarat tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan atau hasil pengukuran harus ditampilkan dan
dilaporkan apa adanya.
27

2) Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan data harus sesuai dengan permasalahan yang
sedang dihadapi atau diteliti
3) Up to Date
Data tidak boleh using atau tertinggal dengan zaman, karena itu harus selalu
menyesuaikan perkembangan
4) Representatif
Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan dapat menggambarkan kondisi
senyatanya atau mewakili suatu kelompok tertentu atau populasi
b) Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010: 157) Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. dalam penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini berasal dari hasil observasi,
wawancara semi terstruktur, dan analisis dokumentasi yang dilakukan.
Dengan demikian sumber data dlam penelitian ini yaitu :

Infoman Jumlah Aspek yang dikaji


KS 3 Kebijakan .....
Wakasek KUR 3 Dukungan Kur dlm BK
Guru BK 12 1, pengunaan AKPD dan 2) penyusnan
prgram BK

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010: 157) Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. dalam penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini berasal dari hasil observasi,
wawancara semi terstruktur, dan analisis dokumentasi yang dilakukan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk data kualitatif. Data
kualitatif yang digunakan didapat dari sumber yang menjadi subyek penelitian, teknik
28

yang digunakan dalam dalam pengambilan sample pada penelitian ini yaitu menggunakan
teknik purposive sampling atau pengambilan sample yang bertujuan. Sumber data ini
diperoleh secara langsung dari sumber yang menjadi subjek peneliti dimana populasinya
adalah guru bimbingan dan konseling di SMPN 26 Semarang. Sedangkan data sekunder
Menurut Johnson & Christensen (Gumilang 2016: 155) adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari sumber data utama yaitu melihat langsung keadaan lingkungan dan
dokumentasi berupa foto serta biodata.

Tabel 1
Sumber Data
NO Sumber Data Jumlah (Orang)
1. Wakasek kurikulum Bimbingan dan 1
Konseling
2. Guru bimbingan dan konseling 4
3. Wali kelas 1
Jumlah 6

c) Instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, peneliti
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan
pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya (Moleong, 2014: 168). Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa, kuesioner. kuesioner atau
memberikan pertanyaan tertulis yang diperuntukan untuk 5 guru bimbingan dan
konseling serta 2 guru wali kelas. Kuesioner dipergunakan untuk melihat proses
penyusunan layanan bimbingan dan konseling. Peneliti menggunakan bentuk kuesioner
29

terbuka dan tertutup untuk memfasilitas jawaban dari guru bimbingan dan konseling
apabila item penilian tidak memuaskan bagi guru maka dapat memberikan kritikan dalam
bentuk tertulis yang sudah di buat oleh peneliti. Untuk menganalisa penilaian ahli peneliti
menggunaakan skala likert 5 point jawaban responen berupa pilihan dari 5 alternatif yang
ada yaitu,1 SB (sangat baik), B (baik) ,C (cukup), K (kurang) dan, SK (sangat kurang).

3. Prosedur pengumpulan data


TULISKAN LANGKAH2 YANG ANDA LAKUKAN UNTUK
MENEMUKAN DATA DARI SUMBER DATA
Pengumpulan data kualitatif adalah dengan berfokus pada jenis data aktual dan
prosedur pengumpulannya. Pengumpulan data mencakup pencarian izin, pelaksanaan
strategi sampling kualitatif yang baik, mengembangkan cara-cara untuk merekam
informasi, baik secara digital, kertas menyimpan data, dan pengumpulan persoalan etika
yang mungkin muncul, Creswell (2015: 205-206) Proses pengumpulan data sebagai
berikut: Menetukan tempat penelitian, memperoleh akses dan membangun hubungan,
sampling purposeful, mengumpulkan data, merekam informasi, memecahkan persoalan
lapangan, dan menyimpan data.
5. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data digunakan untuk mengetahui kebenaran suatu data.
Setelah data yang ada dianalisis sampai ditemukan jawaban dari pertanyaan penelitian,
selanjutnya memeriksa keabsahan temuan. Untuk menentukan keabsahan temuan
diperlukan teknik pemeriksaan. Menurut Sugiyono (2016: 121) dalam penelitian
kualitatif uji keabsahan data meliputi uji credibility (validasi internal), transferability
(validasi eksternal), dependability (realibilitas), dan confirmability (obyektivitas).
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan
reliabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2016: 117). Uji
keabsahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu uji credibility (validasi
internal). Ada bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
30

sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Uji kredibilitas yang dipilih adalah
triangulasi. Tringgulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Ada tiga macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan
(Sugiyono, 2016: 127) yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu. Namun yang peneliti gunakan hanya dua Adapun penjelasan dari masing-masing
teknik yaitu:
a) Triangulasi sumber yaitu triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. dalam
penelitian ini yaitu pengumpulan data yang telah diperoleh dari 4 guru bimbingan dan
konseling di SMPN 26 Semarang, Satu guru kelas dan Wakil kepala sekolah bagian
kurikulum bimbingan dan konseling . Data tersebut dideskripsikan, dikategorikan,
mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang lebih spesifik dari sumber
data. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member cheek) dengan tiga sumber data tersebut.
Dalam penelitian, setelah melakukan observasi dan wawancara dengan narasumber,
selanjutnya peneliti mengecek data yang sudah diperoleh dari wawancara.
b) Triangulasi teknik, yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam triangulasi yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. karena dalam proses penelitian tidak
memungkinkan untuk menggunakan triangulasi waktu sebab responden yang akan diteliti
berstatus guru dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pengumpulan data sesuai
dengan teknik pengumpulan data pada triangulasi waktu.
6. Metode Analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yasng penting dan yang akan dipelajari,
31

dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2016: 244)
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2016: 246) menegaskan, bahwa dalam penelitian
kualitatif data yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-
beda, seperti interview, observasi, kutipan, dan dari dokumen, catatan-catatan melalui
tape, terlihat lebih banya berupa kata-kata dari pada angka. oleh karena itu, data tersebut
harus "diproses" dan dianalisis sebelum dapat digunakan. Aktivitas dalam analisis data
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sam[pai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data.
data resuctionatau reduksi data, data display atau penyajian data dan conclusion
drawing/verification atau kesimpulan
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dacatat secara
teliti dan rinci. semakin lama penelitian dilapangan maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisi data melalui
reduksi data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah dereduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b) Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan
mempermudah untuk memahami apa yan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
c) Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)
Langkah ketiga yang akan peneliti lakukan adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara dan dapat berubah
apabila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
32

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
diteliti menjadi jelas.

DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. 2013. Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB,SMA/MA.SMALB dan SMK/MAK.
Jakarta:Asosiasi Bimingan san konseling indonesia.
ABKIN. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur
Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Andori,2017 Program aplikasi akpd sesuai dengan POP BK 2016 Untuk Sekolah
Menengah Pertama
Arikunto, S & Cepi S. D. S. A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis
Bagi Mahasiswadan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin. Z. 2017. Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian. Jurnal THEOREMS (The
Original Research of Mathematics). Vol. 2 No. 1, Juli 2017, hal. 28-36
Aryani,E dan Safitri. Tanpa Tahun. Asesmen Psikologi Teknik Non Tes.Diktat
kuliah.Palangkaraya.http://www.umpalangkaraya.ac.id/dosen/estaryani/
wpconten/uploads/2015/03/asesmen-non-tes.pdf Diunduh pada 10 Desember 2015
Daryanto, M. F. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum.
Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional . 2008 . Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar akademik dan Kompetensi Konselor.[On
33

Line ]. Tersedia : http//www.bnspindonesia.org/document.php?id=44. Di akses 22


Mei 2012 08.30
Gibson, R. L & Mitchell M. H. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jauhari,Maryani. (2018). Program Bimbingan Karir dalam Meningkatkan Rencana
Keputusan Karir Siswa. JIGC Volume 2 Nomor 1 Juni 2018. ISSN (Print) 2088-
4842
Kinanti, P. (2018). Pengembangan Aplikasi Berbasis Android Konselor Sekolah Dalam
Upaya Pengintregasian kebutuhan siswa. Tersedia :
https://media.neliti.com/media/publications/253602-pengembangan-aplikasi-need-
assesment-kon-9c8237b0.pdf
Lesmana, J. M. 2006. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI Press
Moch Taufik2017 Belajar Microsoft Excel dengan macro
Mugiarso, Heru 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press
Prilinta, U. 2015. Studi deskripftif Penggunaan Software Identifikasi Kebutuhan dan
Masalah Siswa IKMS Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di
SMA Negeri Kabupaten Pemalang 2015. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, Semarang
Rifa’i, A. & C. T. A. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, Dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:
Widyakarya.
Sukardi, D. K. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling di
Sekolah : edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Supratiknya, A. 2011. Merancang Program dan Modul. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Winkel, W. S. & M. M. S. H. 2006. Bimbingan dan konseling di instuti pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf, S. L. N. 2009. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi
Press

Anda mungkin juga menyukai