Anda di halaman 1dari 15

Laporan

ANALISIS GAYA BELAJAR


Bimbingan dan Konseling (BK)

Semua Kelas 7
Tahun Pelajaran 2022 - 2023

SMP EKA SAKTI SEMARANG (Terakreditasi A)


Jl. Karang Rejo Raya No.64 Srondol Wetan Banyumanik Semarang 50263
Telp.: 024 7473255 Website:https://smpekasakti.sch.id

Dinas Pendidikan Kota Semarang


Sekolah Menengah Pertama
2022

Aplikasi Gaya Belajar ALMaS


Tentang
Roberta "Bobbi" DePorter
Pakar Gaya Belajar

Kode Hasil Pendek


Roberta "Bobbi" DePorter adalah Presiden Quantum Learning Network (QLN) dan
salah satu pendiri program SuperCamp .

Bobbi DePorter adalah salah satu pendiri dan presiden Quantum Learning Network.
Diakui oleh banyak orang sebagai pakar pembelajaran yang efektif dan
A V Visual pengembangan pemuda, dia telah menulis atau ikut menulis lebih dari selusin buku
tentang pembelajaran. Karya Bobbi telah menginspirasi jutaan siswa dan pendidik di
seluruh dunia untuk mengejar keunggulan akademik, pribadi, dan profesional. Dia
telah menerima penghargaan kemanusiaan dari dua organisasi: Dewan
Kepemimpinan Transformasional dan Parenting 2.0.
Pada tahun 1978, Bobbi mendirikan Burklyn Business School, yang menggunakan
metode Quantum Learning untuk mengajarkan keterampilan bisnis humanistik kepada
peserta. Banyak siswa Burklyn berkomentar bahwa jenis pembelajaran ini sangat
efektif dan menyenangkan sehingga mereka ingin anak-anak mereka mengalaminya.
Pada tahun 1982, Ms. DePorter dan dua rekannya dari sekolah bisnis memulai
B A Auditori SuperCamp pertama, mengajarkan pembelajaran unik dan keterampilan hidup kepada
remaja dengan cara yang menyenangkan dan dinamis.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, “gaya belajar adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”.
kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk
beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain”.

C K Kinestetik Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia
dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial dan gaya belajar kinestetik.

***

D M Multi

1
Pentingnya Gaya Belajar Dalam Pembelajaran

Gaya belajar atau learning style merupakan cara peserta didik bereaksi dan
menggunakan perangsang–perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Gaya
belajar seseorang adalah kombinasi bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi (DePorter dan Hernacki, 2010). Secara umum gaya belajar
dipahami sebagai cara yang disukai oleh peserta didik dalam menyerap, mengolah,
mengatur, memahami, mengingat informasi yang diperoleh serta memecahkan
permasalahan yang ia hadapi dalam aktivitas belajar dengan berinteraksi dan
merespon lingkungan belajarnya.
Gaya belajar dianggap memiliki peranan penting dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Seperti yang diungkapkan oleh Joko (2006) “Gaya belajar (learning
styles) merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan
seorang pelajar mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang
tersendiri”. Pembelajaran yang bermakna datangnya dari motivasi diri dan bukan
paksaan. Siswa yang kerap dipaksa belajar dengan cara-cara yang kurang cocok dan
berkenan bagi mereka tidak menutup kemungkinan akan menghambat proses
belajarnya terutama dalam hal berkonsentrasi saat menyerap informasi yang
diberikan.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi
lebih pandai, tetapi dengan mengenal gaya belajar seseorang akan dapat menentukan
cara belajar yang lebih efektif.. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
membuktikan bahwa ternyata kita memiliki cara belajar dan berpikir yang berbeda-
beda. Perlu disadari bahwa tidak semua orang punya gaya belajar yang sama.
Walaupun bila mereka berada di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda
tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya,
mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah
informasi atau pelajaran yang sama.
Di lingkungan sekolah, sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar
dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa
membaca, kemudian mencoba memahaminya. Sebagian siswa lain lebih suka guru
mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka
mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka
membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut
pelajaran tersebut.
Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang
menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita
panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para
siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang
hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara
tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar
dirinya. Oleh karena itu, sebagai seorang guru bisa memahami bagaimana perbedaan
gaya belajar pada siswanya, dan mencoba menyadarkan siswanya akan perbedaan
tersebut, mungkin akan lebih mudah bagi guru untuk menyampaikan informasi secara
lebih efektif dan efisien.
A. PENGERTIAN GAYA BELAJAR
Menurut DePorter (2000) “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana
ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Umumnya
dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian,
pengetahuan, psikologis, latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan.
Hamzah (2008) menyatakan bahwa “Ada beberapa tipe gaya belajar yang bias kita
cermati dan mungkin kita ikuti apabila memang kita merasa cocok dengan gaya itu,
diantaranya: gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik”.
Dryden (2000), menuliskan dalam bukunya, bahwa sedikitnya ada tiga gaya
utama belajar: pertama, Pelajar Haptik, dari kata Yunani yang berarti bergerak
bersama, sering disebut juga pelajar kinestetik. Kedua, Pelajar visual, yang belajar
paling baik ketika mereka melihat gambar-gambar yang mereka pelajari. Ketiga,
Pelajar auditorial, yang belajar paling baik melalui suara.
B. MACAM-MACAM GAYA BELAJAR
Banyaknya pendekatan dalam mengklasifikasikan atau membedakan gaya belajar
disebabkan karena setiap pendekatan yang digunakan mengakses aspek yang berbeda
secara kognitif. Berdasarkan berbagai pendekatan tersebut yang paling terkenal dan
sering digunakan saat ini ada tiga, yaitu pendekatan berdasarkan preferensi kognitif,
profil kecerdasan dan preferensi sensori. Berdasarkan preferensi sensori atau
kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan
informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam tiga kategori. Ketiga
kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai
dengan ciri-ciri perilaku tertentu.
a) Gaya belajar visual (visual learners)
Gaya belajar ini lebih menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Peserta didik
dengan macam gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan untuk melihat
buktinya terlebih dahulu sebelum mereka mempercayainya. Seseorang dengan gaya
belajar visual memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Depoter,2000)
a. Rapi dan teratur;
b. Berbicara dengan tepat;
c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik;
d. Teliti terhadap detail;
e. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;
f. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran
mereka;
g. Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengarkan;
h. Mengingat dengan asosiasi visual; biasanya tidak terganggu oleh keributan;
i. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika ditulis dan
sering kali meminta bantuan orang untuk mengulanginya;
j. Pembaca cepat dan tekun;
k. Lebih suka membaca daripada dibacakan;
l. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada
sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek;
m. Mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat;
n. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain;
o. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak;
p. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato; dan lebih suka seni
daripada musik.
q. Senantiasa berusaha melihat bibir guru yang sedang mengajar.
r. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya siswa akan melihat
teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.
s. Cenderung menggunakan gerakan tubuh (untuk mengekspresikan dan
menggantikan kata-kata) saat mengungkapkan sesuatu.
t. Tak suka bicara di depan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain.
u. Biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
v. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan.
w. Biasanya dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa merasa
terganggu.
Upaya mempermudah proses belajar peserta didik dengan gaya belajar visual ini,
maka dapat ditempuh
beberapa strategi antara lain:
i. Menggunakan materi visual, seperti gambar, diagram, dan peta;
ii. Menggunakan warna untuk meng-hilite hal-hal penting;
iii. Menggunakan multimedia, seperti komputer dan video;
iv. Mengajak peserta didik untuk membaca buku-buku berilustrasi;
v. Mengajak peserta didik untuk mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
b) Gaya belajar auditori (auditory learners)
Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk dapat memahami wadan
mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan
pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya,
peserta didik harus mendengar, baru kemudian dapat mengingat dan memahami
informasi itu. Seseorang dengan gaya belajar auditori memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Berbicara pada diri sendiri saat bekerja;
b. Mudah terganggu oleh keributan;
c. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca;
d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkannya;
e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara;
f. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita;
g. Berbicara dalam irama yang terpola;
h. Biasanya pembicara yang fasih;
i. Lebih suka musik daripada seni;
j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat;
k. Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar;
l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi,
seperti memotong bagian- bagian hingga sesuai satu sama lain;
m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya; dan
n. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
o. Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau
kelas.
p. Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV, bahkan dapat menirukannya secara
tepat dan komplet.
q. Cenderung banyak omong.
r. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena
kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
s. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
t. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya, seperti
hadirnya siswa baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas dan sebagainya.
Adapun strategi yang dapat ditempuh oleh pendidik/orang tua guna
mempermudah proses belajar peserta didik/anak dengan gaya belajar auditori, antara
lain:
a. Mengajak peserta didik/anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi, baik di
dalam kelas maupun di dalam keluarga;
b. Mendorong peserta didik/anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras;
c. Pada saat belajar, sebaiknya disertai dengan alunan musik;
d. Mendiskusikan ide-ide dengan peserta didik/anak secara verbal; dan
e. Membiarkan peserta didik/anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset
dan mendorongnya untuk mendengarkan rekaman tersebut sebelum tidur.
c) Gaya belajar kinestetik (kinesthetic learners)
Gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar peserta didik dapat mengingatnya. Ciri-ciri gaya
belajar kinestetik sebagai berikut:
a. Berbicara dengan pelan;
b. Menanggapi perhatian fisik;
c. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka;
d. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;
e. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
f. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar;
g. Belajar melalui memanipulasi dan praktik;
h. Menghapal dengan cara berjalan dan melihat;
i. Menggunakan jari sebagai alat penunjuk ketika membaca;
j. Banyak menggunakan isyarat tubuh; dan
k. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
l. Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.
m. Amat sulit untuk berdiam diri/duduk manis.
n. Suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya sedemikian aktif.
o. Memiliki koordinasi tubuh yang baik.
p. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar.
q. Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, dan sebagainya) dirasa
amat sulit oleh siswa dengan gaya belajar ini.
r. Cenderung terlihat “agak tertinggal” dibanding teman sebayanya. Padahal hal ini
disebabkan oleh tidak cocoknya gaya belajar siswa dengan metode pengajaran yang
selama ini lazim diterapkan di sekolah-sekolah
Adapun beberapa strategi yang dapat ditempuh oleh pendidik dan orang tua guna
mempermudah peserta didik/anak dalam proses belajarnya, antara lain:
a. Tidak boleh terlalu memaksakan peserta didik/anak untuk belajar sampai berjam-
jam;
b. Mengajak peserta didik/anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya,
misalnya menggunakan objek sesungguhnya untuk belajar konsep baru;
c. Memberikan izin kepada peserta didik/anak untuk mengunyah permen karet pada
saat belajar; memberikan izin kepada peserta didik/anak untuk belajar sambil
mendengarkan musik; dan menggunakan warna terang untuk meng-hilite hal-hal
penting dalam bacaan.
Pada dasarnya kita semua bisa belajar, tetapi kita tidak belajar dengan gaya/
cara yang serupa. Dimana belajar adalah suatu pendekatan atau metode, seperti
ungkapan pepatah dalam Ghufron (2012), tidak ada satu pendekatan yang sesuai
dengan semua orang, jika pembelajaran dirancang dan diterapkan dengan
memperhatikan perbedaan gaya belajar, anak didik akan mampu meningkatkan
konsentrasi, ketika proses belajar dan anak didik juga akan mendapatkan materi yang
lebih banyak serta mempertahankan lebih banyak materi-materi yang sukar.
Setiap individu atau siswa tentunya mempunyai gaya belajar masingmasing
sesuai dengan situasi yang dihadapi, sehingga memungkinkan setiap siswa
mempunyai banyak gaya belajar/ kombinasi gaya belajar tergantung dengan
situasinya. Hal ini juga akan berdampak pada pendidiknya. Di sini guru juga harus
mengerti pembelajaran yang baik untuk masing-masing siswa sehingga guru harus
mengetahui dan memahami karakter masing-masing siswa. Untuk itu ada pentingnya
guru mengetahui gaya belajar siswanya. Groat (1198) dalam Ghufron (2012)
menyatakan ada beberapa alasan mengapa pemahaman pengajar terhadap gaya
belajar pelajar, perlu diperhatikan dalam proses pengajaran, yaitu; membuat proses
belajar mengajar dialogis. Apabila seorang guru ingin apa yang disampaikan dalam
pembelajaran benar-benar bisa diterima, maka guru harus mengkolaborasikan
berbagai pendekatan sehingga akan menjadi semacam orkestra materi yang enak
disampaikan, terutama sesuai dengan gaya-gaya belajar yang dimiliki anak didik kita.
Memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki anak didik kita.
Satu asumsi yang tak perlu dipersoalkan lagi di dalam karir konseling adalah bahwa
semua keinginan individu akan menjadi lebih baik apabila disesuaikan dengan
beberapa tugas, area-area pokok, dan karier-karier yang telah mereka miliki, seperti
kesesuaian fungsi kepribadian, bakat, gaya-gaya teori dan seterusnya.
DAFTAR BACAAN
DePorter, Bobby & Hernacki, Mike. (2000). Quantum Learning : Membiasakan
Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, Bandung: Kaifa.
Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dryden, gordon dan Jeannete Vos. (2000). Revolusi Cara Belajar. The Learning
Revolution. Bandung: Kaifa. Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawati. (2012). Gaya
Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah, (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi
Aksara.

M. Joko Susilo. (2006). Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, Yogyakarta : Pinus.
Riyanto, Y (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup
Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Referensi
Teknik Mengajar
Gaya Belajar

Kode Hasil Pendek Referensi Mengajar yang tepat oleh guru sesuai Gaya Belajar
VISUAL:
1. Memberikan pembelajaran dengan menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi
pelajaran.
Perangkat grafis itu berupa slide, film, gambar ilustrasi, catatan, coretan-coretan, dan kartu gambar dengan warna warni
menarik yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
A V Visual 2. Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan simbol/warna.
3. Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa selanjutnya siswa mendefinisikan dengan bahasanya sendiri.
4. Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media pembelajaran.
5. Pergunakan setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai sumber pembelajaran.

AUDITORY:
1. Menerapkan pembelajaran dengan berdiskusi kelompok dan menjelaskan pokok bahasan dengan panjang lebar yang
kemudian oleh siswa diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami, atau siswa
dapat juga menggunakan tape perekam yang digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau
penjelasan guru untuk kemudian di dengar kembali.
B A Auditori 2. Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi, volume suara, ataupun kecepatannya.
3. Gunakan pengulangan- pengulangan konsep yang sudah diberikan (jelaskan berulang- ulang).
4. Tutor sebaya.
5. Sekali-kali, ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk percakapan, pendiktean, diskusi, atau rekaman audio yang
bisa didengar siswa.
6. Selingi dengan musik.
KINESTETIK:
1. Memberikan pembelajaran dengan cara selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
2. Belajar melalui pengalaman dengan menggunakan model atau alat peraga, belajar di laboratorium, dan bermain
sambil belajar.
3. Menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan.
4. Saat membimbing secara perorangan biasakan berdiri/duduk di samping siswa.
C K Kinestetik 5. Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam kelas.
6. Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya secara bertahap.
7. Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas.
8. Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret.

D M Multi

1
Referensi
Belajar Mandiri
Gaya Belajar

Kode Hasil Pendek Referensi Belajar Mandiri oleh siswa sesuai Gaya Belajar
VISUAL:
1. Garis bawahi poin penting dalam tulisan untuk mengingat kata kunci.
2. Buat kartu bantu sebagai informasi kunci agar menjadi ringkas.
3. Batasi menulis kata/ informasi; lebih banyak membuat gambar.
4. Konversi kata dan informasi ke dalam simbol-simbol, diagram, dan gambar.
A V Visual 5. Membuat gambar visual dari informasi yang diterima.
6. Praktik mengubah visual ke dalam kata-kata.
7. Beri kode warna, garis bawah, dan highlight informasi.
8. Jadilah kreatif dengan membuat lebih banyak grafik, diagram, mind maps.

AUDITORY:
1. Belajar dalam kelompok atau dengan mitra belajar, yaitu : diskusi, mendengarkan, berbicara.
2. Meninjau dan membaca teks sebelum ke kelas.
3. Membaca catatan dan teks dengan keras.
4. Mengucapkan informasi yang penting untuk diingat
B A Auditori 5. Merekam catatan dan informasi penting dari para pengajar dan mendengarkan rekaman secara teratur.
6. Menggunakan buku dengan catatan pengingat

KINESTETIK:
1. Membaca cepat buku pelajaran.
2. Mengelilingi sekitar sambil membaca dengan keras.
3. Rekam catatan dan mendengarkannya.
4. Menggunakan waktu istirahat secara teratur.
5. Mendengarkan musik sambil belajar.
C K Kinestetik 6. Duduk di depan kelas.
7. Membuat catatan untuk tetap ikut aktif di dalam kelas.
8. Masukkan informasi ke kartu untuk belajar, mengacak, dan membacanya
9. Berkunjung ke museum dan galeri.
10. Meluangkan waktu ekstra di laboratorium untuk praktik.
11. Mengetik catatan dari tulisan dan catatan yang ada dikelas.
12. Buat lembar kerja, tabel, grafik untuk diatur.

D M Multi

1
Dinas Pendidikan Kota Semaramng
Sekolah Menengah Pertama
SMP EKA SAKTI SEMARANG (Terakreditasi A)
Bimbingan dan Konseling (BK)
Jl. Karang Rejo Raya No.64 Srondol Wetan Banyumanik Semarang 50263
Telp.:024 7473255 Website: https://smpekasakti.sch.id

GRAFIK GAYA BELAJAR


SEMUA PESERTA

12

10
Multi 10
13%
8
Visual 8 8
33% 6

Kinestetik 4
27% 4
2

Auditori -
27% Visual Auditori Kinestetik Multi

Visual Auditori Kinestetik Multi


Semua Peserta 30 100%
Visual 10 33%
Auditori 8 27%
Kinestetik 8 27%
Multi 4 13%

Semarang, 29 Juli 2022


Kepala Sekolah, Guru Bimbingan dan Konseling,

Muslih, S.Pdi. Chandra Lukyta, S.Pd


NIK.99.2121.005 NIK. 99.2121.109
Rekap Output Semua Peserta / Recap All Participants SMP EKA SAKTI SEMARANG (Terakreditasi A)

Hasil Hasil Prosentase %


No Kelas No Induk Nama Jenis Kelamin Singkat Panjang V A K
1 7 bahasa Yusuf satria eka wardani Laki-laki A Auditori 20,0% 53,3% 26,7%
2 7 bahasa Ardo Fatur A Laki-laki A Auditori 10,0% 46,7% 43,3%
3 VII bahasa Anggun Aulia Rahmadhani Perempuan K Kinestetik 30,0% 33,3% 36,7%
4 7 bahasa Ashika Ayuri Ranjana Perempuan K Kinestetik 23,3% 26,7% 50,0%
5 7bahasa Tania fanya dewi Perempuan VK Visual Kinestetik 40,0% 20,0% 40,0%
6 7 bahasa M. Rizky akbar r Laki-laki K Kinestetik 26,7% 33,3% 40,0%
7 7Bahasa Naswa Aulia Solekhah Perempuan V Visual 43,3% 36,7% 20,0%
8 7 bahasa Sella Amalia ardiana Perempuan K Kinestetik 26,7% 26,7% 46,7%
9 7 bahasa Syafa almira Perempuan V Visual 40,0% 33,3% 26,7%
10 7 Bahasa Nameera Julian Kasih Putri Perempuan K Kinestetik 23,3% 33,3% 43,3%
11 7 bahasa Pandu Dewonoto Rahardian Laki-laki A Auditori 27,6% 44,8% 27,6%
12 7 BAHASA 185 HAFIZHNAILLRASYAWAHIDSALIM Laki-laki VK Visual Kinestetik 36,7% 26,7% 36,7%
13 VII BAHASA Adamdimitrirahmattulah Laki-laki V Visual 36,7% 30,0% 33,3%
14 7 bahasa Amiko HUT RI rafael Laki-laki A Auditori 30,0% 40,0% 30,0%
15 7 BAHASA Fiko Putra Firmansyah Laki-laki A Auditori 20,0% 43,3% 36,7%
16 7 bahasa Hafishasaputra Laki-laki K Kinestetik 23,3% 36,7% 40,0%
17 7 Bahasa Fahri Raysa Yudhistira Laki-laki K Kinestetik 33,3% 23,3% 43,3%
18 7 bahasa Dika Rizky Oktavian Laki-laki K Kinestetik 30,0% 30,0% 40,0%
19 7 bahasa Nico Ezra Maulana Laki-laki V Visual 40,0% 33,3% 26,7%
20 7 bahasa Devina galuh sanjaya Perempuan VK Visual Kinestetik 40,0% 20,0% 40,0%
21 7 bahasa Amfibi Devisa Saraswati Perempuan A Auditori 36,7% 43,3% 20,0%
22 7 bahasa Rizky arniza Perempuan V Visual 46,7% 26,7% 26,7%
23 7 bahasa Hyuga.pratama Laki-laki V Visual 40,0% 26,7% 33,3%
24 7 bahasa Oktaviafitriyani Perempuan V Visual 43,3% 36,7% 20,0%
25 7 BAHASA Aldo Riski Maulana Laki-laki VAK Visual Auditori Kinestetik 33,3% 33,3% 33,3%
26 7 Bahasa Raditya Al Farel Laki-laki A Auditori 30,0% 40,0% 30,0%
27 7 Bahasa Asoka Fairuz DammaCetta Laki-laki V Visual 72,4% 24,1% 3,4%
28 7bahasa Muhammad Wisnu Pembidik Laki-laki V Visual 40,0% 30,0% 30,0%
29 7 bahasa Mahestya Arya Pinandhita Laki-laki V Visual 50,0% 30,0% 20,0%
30 7 bahasa Muhammad Kevin faturriza Laki-laki A Auditori 26,7% 40,0% 33,3%

Anda mungkin juga menyukai