Versi 2.0
Ditujukan kepada Lembaga Pelatihan, Mitra Platform Digital, dan Tim Ahli
Independen
KATA PENGANTAR
Sesuai tertuang pada Perpres 113/2022 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres 36/2020
Tentang Pengembangan Kompetensi Kerja melalui Program Kartu Prakerja, serta pada
Permenko Ekon 17/2022 tentang Peraturan Pelaksanaan Perpres 36/2020 Tentang
Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Perpres 113/2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres 36/2020
Tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja, Program Kartu
Prakerja dijalankan dengan tujuan pengembangan kompetensi, peningkatan daya saing dan
produktivitas angkatan kerja, serta pengembangan kewirausahaan.
Hal yang berbeda dalam Program Kartu Prakerja semenjak tahun 2023 adalah program ini
dijalankan dengan Skema Normal. Terdapat perbedaan dengan skema semi bansos yang memang
dibutuhkan dalam menghadapi masa pandemi Covid-19. Kembalinya Program Kartu Prakerja ke
Skema Normal sesuai cita-cita awalnya, membuat program ini semakin berfokus pada skilling,
upskilling dan reskilling.
Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (“MPPKP”) dalam keberjalanan Skema Normal
selalu melakukan pemantauan dan evaluasi berkala atas implementasi rencana yang dilakukan.
Masukan, kritik dan saran diterima dari berbagai pihak mencakup namun tidak terbatas pada
seluruh stakeholders terkait. Dalam perjalanan Skema Normal Program Kartu Prakerja,
dirasakan beberapa hal yang sudah baik dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik dengan
menambah, menyederhanakan, dan/atau memperjelas Standar Panduan Pelatihan dan Tata
Laksana yang telah diberikan sebelumnya sehingga dinilai perlu untuk menerbitkan kembali
sebuah handbook yang menjadi pegangan terutama bagi para mitra platform digital dan
lembaga penyedia pelatihan pada Program Kartu Prakerja untuk menjadi pegangan dalam
menjalankan tugas dan fungsi sesuai peran masing-masing.
Panduan ini disusun tidak mengurangi arti dari panduan sebelumnya, melainkan menambah
opsi dan memperjelas beberapa poin pada Panduan yang sebelumnya. Panduan merupakan
pegangan, tata aturan dan kesepakatan Program Kartu Prakerja bersama para mitra di dalam
ekosistem Prakerja untuk dapat melaksanakan skilling, reskilling dan upskilling demi mencapai
tujuan Program Kartu Prakerja. Harapannya dengan pelatihan yang disediakan dan diikuti oleh
para penerima, program ini semakin mendukung bangsa ini dalam hal pembelajaran sepanjang
hayat.
1
Salam
DenniPuspaPurbasari
Direktur Eksekutif MPPKP
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
B. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
BAB II
PANDUAN UMUM PELATIHAN
A. PENGANTAR UMUM
B. RAGAM PELAKSANAAN MODA PELATIHAN SKEMA NORMAL
B.1 Pelatihan Berbasis Synchronous
1. Pelatihan Synchronous Daring
C. DASAR RUJUKAN PELATIHAN SKEMA NORMAL
C.1 Rujukan Okupasi (Kesesuaian dengan Kebutuhan Pasar Kerja)
C.2 Rujukan Pelatihan Keterampilan Lunak/Keterampilan Dasar Non Teknis
C.3 Rujukan Pelatihan Kewirausahaan
D. PERSYARATAN UTAMA
D.1 Metode Interaktif
D.2 Referensi Penyusunan Kurikulum Pelatihan
BAB III
PANDUAN STANDAR KUALITAS KURIKULUM PELATIHAN
A. Alasan Penyusunan Modul
B. Penjabaran Aspek Kompetensi
C. Tujuan Pelatihan
1. Standardisasi Kerangka Penentuan Tujuan Pelatihan
2. Standardisasi Operasionalisasi Penulisan Tujuan Pelatihan
D. Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan
E. Materi Pelatihan
F. Rangkaian Kegiatan Pelatihan
F.1 Sesi Pembuka
F.2 Rangkaian Sesi Pelatihan
1. Aktivitas Commit
2. Aktivitas Process
3
3. Aktivitas Practice
3.1 Ragam Aktivitas Process & Practice
F.3 Pelaksanaan Evaluasi Akhir Pelatihan
F.4 Sesi Penutup
F.5 Perangkat Evaluasi Efektivitas Pelatihan
1. Pre-Test
2. Kuis
3. Kuis Pop-Up
4. Tugas Praktik Mandiri
5. Post-Test
6. Unjuk Keterampilan
BAB IV
PANDUAN STANDAR ADMINISTRATIF PELAKSANAAN PELATIHAN
A. Umum
1. Judul Pelatihan
2. Deskripsi Pelatihan
3. Kelompok Sasaran/Target Peserta
B. Pelatihan berbasis Daring
1. Kualitas Produk Materi Pelatihan
2. LMS (Learning Management System)
3. Durasi Pelatihan
4. Perangkat Evaluasi Pelatihan
a. Pre-Test
b. Kuis
c. Tugas Praktik Mandiri
d. Post-Test
e. Unjuk Keterampilan & Rubrik Penilaian
5. Penggunaan Alat/Materi Pendukung
4
BAB V
PENUTUP
GLOSSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
Dasar Hukum Program Kartu Prakerja adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui
Program Kartu Prakerja sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 113 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja
(“Perpres 36/2020”);
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 17 Tahun 2022 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan
Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 113 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui
Program Kartu Prakerja (“Permenko Ekon 17/2022”).
B. LATAR BELAKANG
Program Kartu Prakerja (“Program”) dikembangkan dengan latar belakang adanya keluhan dari
para pencari kerja yang mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan dan, di sisi lain, kompetensi
yang didapat dari lembaga pendidikan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Program ini pada hakikatnya disiapkan untuk menghilangkan atau minimal mempersempit celah
tersebut. Selain itu, Program ini juga diarahkan untuk mendorong peningkatan keterampilan yang
dibutuhkan saat ini dan masa mendatang terutama dalam menghadapi era revolusi industri
4.0 dan teknologi digital.
Berdasarkan Perpres 36/2020 tujuan Program ini adalah: i) mengembangkan kompetensi
angkatan kerja, ii) meningkatkan produktivitas, dan daya saing angkatan kerja; dan/atau iii)
mengembangkan kewirausahaan.
Masalah yang sering kali muncul dalam proses peningkatan kompetensi angkatan kerja melalui
pelatihan adalah ketidaksinkronan antara penyediaan pelatihan dengan kebutuhan pasar yang
dinamis. Selain itu, kualitas pelatihan yang ditunjukkan dengan, antara lain, silabus, tenaga
pengajar, materi, alat bantu ajar, juga berpengaruh pada pencapaian tujuan suatu program
pelatihan. Oleh karena itu, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (“MPPKP”) menjalin
kerjasama dengan beberapa lembaga independen yang terdiri dari berbagai ahli di bidang
pengembangan maupun pengelolaan pelatihan serta bidang terkait lainnya untuk melakukan
asesmen terhadap pelatihan yang diusulkan masuk ke dalam ekosistem Program. Hal ini sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 ayat (4) Pemenko Ekon 17/2022.
6
Berdasarkan Pasal 35 ayat (8) Permenko Ekon 17/2022, MPPKP memiliki tugas mengatur lebih
lanjut ketentuan teknis mengenai syarat, kriteria, dan mekanisme Pelatihan untuk melengkapi
seluruh ketentuan yang telah diatur dalam Permenko Ekon 17/2020. Sehubungan dengan itu,
MPPKP menyusun dokumen Standar Kualitas Pelatihan ini. Dokumen ini berisi seluruh kriteria
dan persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku, standar pelatihan yang akan menjadi penilaian,
serta alat bantu untuk Platform Digital dalam memeriksa pelatihan yang diusulkan oleh Platform
Digital. Adapun standar pelatihan ini akan berlaku pada Skema Normal dimana bantuan
difokuskan lebih besar pada bantuan pelatihan yang dapat digunakan oleh Penerima Kartu
Prakerja (“Penerima”) untuk belanja pelatihan berdasarkan kebutuhan sesuai tujuan Program.
Panduan ini berfungsi sebagai pedoman bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses asesmen
agar tersedia standar penilaian yang adil, transparan, dan objektif. Panduan ini juga ditujukan
sebagai referensi bagi tim internal maupun tim independen yang ditunjuk oleh MPPKP dalam
melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan dan konten pelatihan sehingga terjaga
konsistensi kualitas pelatihan dalam Program ini.
Untuk menyederhanakan proses asesmen oleh tim ahli independen, MPPKP melakukan
penyempurnaan terhadap parameter dan indikator yang digunakan dalam proses asesmen oleh
tim ahli independen. Ketentuan dalam panduan ini berlaku sejak tanggal disahkan dan berfungsi
sebagai pedoman bagi Platform Digital dalam melakukan pemeriksaan usulan pelatihan dari
Lembaga Pelatihan secara adil, transparan, dan objektif. Untuk kelengkapan terkait mekanisme
pengajuan serta tugas dan kewajiban rinci Platform Digital terkait pelatihan akan dijelaskan
lebih lanjut melalui panduan terpisah.
C. TUJUAN
Secara umum, dokumen Panduan Standar Kualitas & Tata Laksana Pelatihan Skema Normal ini
disusun dengan tujuan:
Memastikan seluruh Pelatihan dalam ekosistem Program Kartu Prakerja memenuhi syarat
dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Permenko Ekon 17/2022 serta menjadi acuan bagi
lembaga pelatihan dalam menyelenggarakan pelatihan dalam pelaksanaan skema normal
Program Kartu Prakerja.
Adapun tujuan khusus dari dokumen ini adalah:
1) Sebagai pedoman bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pengajuan dan
penyelenggaraan pelatihan pada Program Kartu Prakerja untuk Skema Normal; dan
2) Khusus bagi Platform Digital, sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada Lembaga
Pelatihan dan menyelenggarakan fungsi dan tugasnya dalam memfasilitasi pemilihan
Pelatihan yang diselenggarakan Lembaga Pelatihan sebagaimana diatur pada Pasal 45
butir (e) Permenko Ekon 17/2022.
7
BAB II
PANDUAN UMUM PELATIHAN
A. PENGANTAR UMUM
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan semangat bahwa Program
Kartu Prakerja harus mampu mengakomodasi kebutuhan penerima manfaat tanpa
mengesampingkan perbedaan dari masing-masing moda pelaksanaan pelatihan. Oleh karena
itu, Skema Normal yang sebelumnya berjalan dengan moda berbasis synchronous, dilanjutkan
dengan membuka moda berbasis asynchronous.
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa seluruh
pelatihan yang masuk ke dalam ekosistem Program Kartu Prakerja merupakan pelatihan yang
bertujuan untuk peningkatan kompetensi, daya saing, produktivitas dan kewirausahaan. Dengan
demikian, pelatihan dalam skema normal mewadahi keberagaman okupasi dan kategorisasi
yang dibutuhkan oleh industri, serta pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
kewirausahaan.
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa setiap
aspek ataupun butir-butir penilaian standar yang disampaikan di bawah ini merupakan panduan
untuk menjadi pegangan bagi para penyedia program pelatihan dalam menyusun dan
menyediakan pelatihan dalam Program Kartu Prakerja.
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini disusun dengan pemahaman bahwa seluruh
pengalaman belajar yang dirancang dalam Program Kartu Prakerja ini ditujukan untuk pembelajar
dewasa. Dengan demikian, seluruh proses perancangan standar kualitas, secara umum, merujuk
pada “Experiential Learning Theory” (Kolb, 1984), “Transformative Learning” (Mezirow, 1995),
“Project-Based Learning” (Dewey, 1897).
Standar Kualitas Pelatihan Skema Normal ini secara umum, akan membahas:
1. Aspek Rujukan Okupasi;
2. Aspek Persyaratan Utama;
3. Aspek Kurikulum;
4. Aspek Administratif; dan
5. Aspek Tata Laksana.
8
B. RAGAM PELAKSANAAN MODA PELATIHAN SKEMA NORMAL
Dalam pelaksanaan Pelatihan Skema Normal terdapat beberapa moda pelatihan yang berbasis
synchronous dan asynchronous. Perbedaan mendasar dari kedua moda pembelajaran tersebut
terletak pada waktu dan jenis interaksi antara peserta & tenaga pelatih yang terjadi di ruang
kelas.
Pada pelatihan synchronous, interaksi antara peserta dan tenaga pelatih terjadi secara
real-time. Peserta harus hadir pada waktu yang ditentukan untuk mengikuti sesi pembelajaran
bersama tenaga pelatih dan peserta lainnya. Selain itu, peserta dapat berpartisipasi dalam diskusi
langsung dengan tenaga pelatih dan peserta lainnya, bertanya langsung, dan menerima umpan
balik secara real-time.
Sementara pada pelatihan asynchronous, interaksi antara peserta dan tenaga pelatih tidak
terjadi secara real-time, peserta dapat mengakses materi pembelajaran dan berinteraksi dengan
instruktur pada waktu yang mereka pilih, tanpa harus hadir secara bersamaan. Peserta juga
memiliki fleksibilitas waktu yang tinggi dalam mengakses materi pembelajaran.
Adapun berikut adalah ragam pelaksanaan moda pelatihan Skema Normal:
9
C. DASAR RUJUKAN PELATIHAN SKEMA NORMAL
10
10
NO OKUPASI NO OKUPASI
26 Pembelian
11
11
● Laporan Kemenko Ekonomi bersama World Bank mengenai
Indonesia’s Critical Occupation List (COL) 2018
Dokumen ini berisi 35 jenis pekerjaan yang diperlukan dan strategis. Untuk bisa
dimasukan ke dalam daftar ini, suatu pekerjaan harus memenuhi dua kriteria: (1)
mengalami kekurangan pekerja dan (2) harus bisa memenuhi kebutuhan yang strategis
bagi ekonomi Indonesia. Pekerjaan yang ada di dalam daftar COL ini mewakili berbagai
sektor seperti manufaktur, telekomunikasi dan IT, akomodasi dan industri makanan,
konstruksi, Informasi dan Teknologi Komunikasi, dan berbagai industri pelayanan
profesional lainnya. Ke-35 okupasi tersebut adalah:
NO OKUPASI OKUPASI SPESIFIK YANG BERKAITAN
Manajer Hubungan;
Manajer Hubungan; Manajer Brand; Manajer
7 Manajer Brand; Manajer
Hubungan Masyarakat
Hubungan Masyarakat
12
12
NO OKUPASI OKUPASI SPESIFIK YANG BERKAITAN
Manajer Perencanaan
Produksi dan
Manajer Perencanaan Produksi dan Pengendalian
8 Pengendalian
Persediaan ; Manajer Merchandising
Persediaan; Manajer
Merchandising
Insinyur Lingkungan,
Teknik Lingkungan; Insinyur Produksi; Process
16 Insinyur Produksi dan
Engineer
Insinyur Proses
Spesialis Metode
19 Perencana Kurikulum
Pendidikan
13
NO OKUPASI OKUPASI SPESIFIK YANG BERKAITAN
22 Surveyor Surveyor
24 Drafter Drafter
Desainer Grafis,
Perancang grafis; Desainer Tata Letak; Pembuat
29 Desainer Tata Letak, dan
animasi
Animator
14
NO OKUPASI OKUPASI SPESIFIK YANG BERKAITAN
Operator Pembangkit
34 Operator Pembangkit Listrik
Listrik
15
15
26. Project Managers
27. Full Stack Engineers
28. Architects and Surveyors
29. Advertising and Public Relations Professionals
30. Industrial and Production Engineers
31. Heavy Truck and Bus Drivers
32. Electrotechnology Engineers
33. Solar Energy Installation and System Engineers
34. Vocational Education Teachers
35. Financial Analysts
36. Internet of Things Specialists
37. University and Higher Education Teachers
38. Renewable Energy Engineers
39. Civil Engineers
40. Supply Chain and Logistics Specialists
41. Graphic Designers
42. Sheet and Structural Metal Workers, Moulders
43. Light Truck or Delivery Services Drivers
44. Electrical Equipment Installers and Repairers
45. Special Education Teachers
46. Chemical Engineers
47. Chefs and Cooks
48. Financial and Investment Advisers
49. Mechanical Engineers
50. Mechanics and Machinery Repairers
51. Power Production Plant Operators
52. Building Finishers and Related Trades Workers
53. Construction Laborers
16
16
No Okupasi
1 Shop keepers
2 Sales and marketing managers
3 General office clerks
4 Software developers
5 Finance managers
6 Physiotherapists*
7 Secretaries (general)
8 Managing directors and chief executives
9 Technical and medical sales professionals (excluding ICT)
10 Software and applications developers and analysts n.e.c.
11 Accounting associate professionals
12 Receptionists (general)
13 Nursing professionals*
14 Accountants
15 Public relations professionals
16 Graphic and multimedia designers
17 Personnel and careers professionals
18 Computer network and systems technicians
19 Manufacturing laborers not elsewhere classified
20 Manufacturing managers
21 Applications programmers
22 Systems analysts
23 Commercial sales representatives
24 Advertising and marketing professionals
25 Database designers and administrators
26 Teaching professionals not elsewhere classified
27 Management and organization analysts
28 Financial and insurance services branch managers
29 Supply, distribution and related managers
30 Business services and administration managers not elsewhere classified
17
No Okupasi
31 Database and network professionals not elsewhere classified
32 Human resource managers
33 Engineering professionals not elsewhere classified
34 Financial analysts
35 Contact center salespersons
*termasuk dalam okupasi Care Economy
Oleh karena itu, di tahun 2023, untuk mendukung program tersebut, Manajemen
Pelaksana Program Kartu Prakerja, membuka kategori pelatihan terkait Ekonomi Hijau
yang termasuk namun tidak terbatas pada:
● Energi Baru & Terbarukan
● Kebijakan/Konsultansi Energi
● Pertanian Berkelanjutan
● Pariwisata Berkelanjutan
Dokumen Peta Okupasi Green Jobs Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, dapat
ditemukan di:
https://petaokupasi.bappenas.go.id/download/peta-okupasi-nasional-green-jobs-dalam-
kerangka-kualifikasi-nasional-indonesia-kkni/
18
18
tersebut sulit direplikasi. Di tahun 2017, Deloitte melaporkan bahwa pada tahun 2030,
okupasi-okupasi yang bergantung pada ke keterampilan lunak/keterampilan dasar non
teknis akan berkontribusi kepada ⅔ pekerjaan di seluruh dunia. Oleh karena itu, Kartu
Prakerja Skema Normal akan membuka kategori pelatihan untuk keterampilan
lunak/keterampilan dasar non teknis.
Adapun dokumen acuan yang saat ini digunakan oleh MPPKP dalam menentukan jenis
kategori pelatihan keterampilan dasar non teknis (soft skills) adalah Future of Jobs Report
2023 yang disusun oleh World Economic Forum (WEF). MPPKP membuka jenis kategori
keterampilan dasar non teknis berdasarkan dokumen tersebut.
Detil rujukan tersebut dapat dilihat secara spesifik pada halaman 38 di:
https://www3.weforum.org/docs/WEF_Future_of_Jobs_2023.pdf
MPPKP juga dapat menambah dokumen rujukan jenis kategori pelatihan keterampilan
dasar non-teknis apabila dipandang perlu. Adapun terkait penambahan dokumen rujukan
akan diumumkan oleh MPPKP kepada mitra Program Kartu Prakerja.
Oleh karena itu, untuk mendukung peningkatan kewirausahaan, Program Kartu Prakerja
Skema Normal akan membuka kategori Kewirausahaan, dengan ketentuan sebagai berikut:
● Pelatihan Kewirausahaan dapat menjadi pelatihan sendiri tanpa merujuk ke suatu
okupasi tertentu
● Mencakup ilmu dasar kewirausahaan (seperti namun tidak terbatas pada
pengembangan ide bisnis, penyusunan model bisnis, dasar survey pasar atau
pelanggan, pengembangan proposal bisnis, cara mendapatkan pendanaan dan
lainnya) dan konsep teknis dari kompetensi kewirausahaan yang akan dilatihkan.
● Terkait dengan adanya aktivitas praktik yang bersifat teknis, maka pengajuan
Pelatihan Kewirausahaan wajib mempertimbangkan kesesuaian kurikulum pelatihan,
alat peraga, dan moda pelatihan yang diajukan.
19
19
D. PERSYARATAN UTAMA
D.1 Metode Interaktif
Sub aspek ini merupakan penilaian terkait pemenuhan syarat serta ketepatan dalam
memilih metode interaktif dan kesesuaian dengan prinsip pembelajaran daring dan luring.
Setiap pelatihan tentu memiliki desain pembelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu
setiap penyelenggara pelatihan dapat memilih metode interaktif yang sesuai dan/atau
mendukung desain pembelajaran peserta.
Pasal 35 ayat (3) Permenko Ekon 17/2022 mengatur bahwa pelatihan yang dilakukan
secara daring (dalam jaringan/online) dan/atau luring (luar jaringan/offline) wajib bersifat
interaktif. Tujuan utama dari ketentuan tersebut adalah agar seluruh peserta penerima
Program Kartu Prakerja dipastikan benar-benar mengikuti pelatihan sebelum mendapatkan
sertifikat sebagai tanda penyelesaian pelatihan dan bukti memperoleh keterampilan dari
pelatihan yang dipilih dan diikutinya dengan menggunakan fasilitas yang disediakan
Program Kartu Pekerja.
Pada pelaksanaannya, metode interaktif ini disesuaikan dengan moda pelaksanaan
pelatihan, yaitu pelatihan bermoda synchronous dan pelatihan bemoda asynchronous.
Untuk pelatihan bermoda synchronous, akan diadakan dalam dua format; Pelatihan
Webinar dan Pelatihan Luring.
Pelatihan dengan format webinar dipilih untuk membuka ruang interaksi langsung antara
peserta dengan tenaga pelatih dalam satuan waktu yang sama walaupun terpisah jarak
dan ruang. Pelatihan dengan format Luring, dipilih untuk menitikberatkan interaksi secara
langsung pada ruang dan waktu yang sama antara peserta dan tenaga pelatih. Sementara
itu, pelatihan dengan moda asynchronous (pembelajaran mandiri) dipilih untuk
menitikberatkan interaksi secara tidak real time antara peserta dan tenaga pelatih.
Adapun secara umum, Metode Interaktif ini kemudian disesuaikan pada seluruh moda
pelatihan dengan menitikberatkan pada rasio pembelajaran bersifat praktik 70% dan teori
30%. Komposisi rasio pembelajaran tersebut tercermin pada pelaksanaan aktivitas Practice
(dimana peserta mendapatkan kesempatan pembelajaran untuk mencoba berlatih
keterampilan secara praktik langsung) pada setiap sesi pelatihan dan sesi Evaluasi Akhir
Pelatihan yang tidak hanya menitikberatkan pada Post-Test tetapi juga pelaksanaan Tugas
Praktik Mandiri untuk pelatihan webinar & pembelajaran mandiri dan Unjuk Keterampilan.
20
20
Pertimbangan yang dimaksud berupa rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan bidang pekerjaannya,
atau minimal menyebutkan 1 Unit Kompetensi (satuan terkecil pada
pengelompokan kompetensi suatu Standar Kompetensi Kerja) untuk dijadikan
acuan dan diterjemahkan menjadi salah satu dari Tujuan Khusus pada
Rancangan Program Pelatihan.
21
21
Jika menggunakan rujukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, maka seluruh
Elemen Kompetensi yang termasuk dalam 1 Unit Kompetensi yang dijadikan acuan wajib
diterjemahkan menjadi bagian dari rangkaian aktivitas atau materi dalam sesi pelatihan.
22
22
BAB III
PANDUAN STANDAR KUALITAS KURIKULUM PELATIHAN
Pelatihan Program Kartu Prakerja diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang menjadi
penerima manfaat. Oleh karena itu, kurikulum pelatihan wajib mematuhi standar minimal
kualitas pelatihan yang dipersyaratkan memberikan pengalaman pembelajaran yang optimal bagi
penerima manfaat maksimal.
Secara operasionalisasi penulisan pada form, Alasan Penyusunan Modul ini disampaikan
dalam 2 (dua) kolom isian yaitu Kondisi Ideal dan Kondisi Faktual, berikut penjelasan
lengkapnya:
● Kondisi Ideal
Kondisi Ideal adalah penggambaran terkait kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh
seseorang yang ingin berhasil dalam okupasi tertentu. Secara operasional dapat
dituliskan dalam bentuk kalimat yang mendeskripsikan situasi ideal dengan pengayaan
perspektif, baik itu memuat perhitungan produktivitas, kompetisi, konteks terkini,
maupun standar kerja di industri untuk okupasi tertentu.
● Kondisi Faktual
Kondisi Faktual adalah penggambaran terkait terkait penguasaankompetensiyangsaat ini
umumnya dimiliki olehseseorangdalam okupasitertentu. Secara operasional dapat dituliskan
dalam bentuk kalimat untuk mendeskripsikan situasi faktual yang memuat perbandingan
atau kesenjangan (gap) terhadap situasi ideal.
Contoh:
Pada pelatihan “Korespondensi Ekspor Berbahasa Inggris untuk UMKM”, maka
dapat dituliskan;
Kondisi Ideal
Pengusaha UMKM bisa berkorespondensi menggunakan bahasa Inggris sehingga mampu
membuat penawaran ataupun merespon kesempatan pengembangan bisnis berbasis
ekspor.
23
23
Kondisi Faktual
Di era digital ini, potensi pelanggan yang dilayani oleh Pengusaha UMKM berasal dari
negara tetangga seperti ASEAN, hal ini tentu menuntut para Pengusaha UMKM untuk
mampu menguasai bahasa inggris dengan baik mengoptimalisasi potensi
pengembangan bisnisnya (Rianto et. al. 2015). Ketidakmampuan berkorespondensi
dalam Bahasa Inggris dengan baik dapat menghambat pengusaha UMKM untuk
mengoptimalisasi peluang bisnis ke negara lainnya.
Contoh:
Pada pelatihan, “Strategi Pemasaran Digital”, maka dapat ditulis butir-butir ranah
Kognitif (Pengetahuan) seperti:
○ Strategi Pemasaran;
○ Informasi Ragam Platform Pemasaran Digital & Media Sosial;
○ Fitur-Fitur pada Platform Pemasaran Digital.
Contoh:
Pada pelatihan, “Komunikasi Efektif pada Dunia Kerja”, maka dapat ditulis
butir-butir ranah Afektif (Sikap Kerja) seperti:
○ Berkomunikasi secara efektif;
24
24
○ Keterlibatan diri secara penuh;
○ Berpikiran positif;
○ Konsisten.
Contoh:
Pada pelatihan, “Teknik Presentasi”, maka dapat ditulis butir-butir ranah Keterampilan
(Psikomotor) seperti:
● Menyusun materi presentasi;
● Menampilkan posisi tubuh (gesture) yang ideal pada saat presentasi;
● Menghasilkan kualitas vokal (volume, artikulasi, intonasi, dan tempo bicara) yang
ideal pada saat presentasi;
C. Tujuan Pelatihan
Aspek ini merupakan penjabaran lengkap terkait capaian Program yang berupa perubahan
pengetahuan, sikap, keterampilan dari peserta pelatihan setelah menyelesaikan Program.
25
25
ASPEK KETERAMPILAN KERJA (PSIKOMOTOR)
BUKAN STANDAR
STANDAR MINIMAL
STANDAR OPTIMAL
26
TINGKATAN DEFINISI KATA KERJA AKTIF (TUJUAN)
BLOOM
BUKAN STANDAR
STANDAR MINIMAL
STANDAR OPTIMAL
27
penilaian kebenaran, mengkritisi, menilai.
ketepatan, dan kejelasan
dari suatu informasi.
BUKAN STANDAR
STANDAR MINIMAL
STANDAR OPTIMAL
28
TINGKATAN DEFINISI KATA KERJA AKTIF (TUJUAN)
29
29
Untuk mempertajam kerangka perancangan Program atau Modul Pelatihan, Tujuan Pelatihan
terbagi menjadi 2 (dua) tingkatan, yaitu Tujuan Umum Pelatihan dan Tujuan Khusus
Pelatihan.
Tujuan Umum Pelatihan adalah capaian umum bagi para peserta pelatihan setelah
menyelesaikan Program atau Modul Pelatihan.
Tujuan Khusus Pelatihan adalah capaian khusus bagi para peserta pelatihan untuk
menunjang pencapaian Tujuan Utama Pelatihan selama mengikuti Program atau Modul
Pelatihan ini.
Contoh
(1):
Untuk pelatihan “Pengembangan Model Database untuk Programming” maka
tujuan umum dan tujuan khusus pelatihan dapat dituliskan sebagai berikut;
Tujuan Umum
Peserta pelatihan (A) mampu membuat modelling menggunakan Python (B) dengan
menunjukkan minimal 60 persen penguasaan materi (D) pada saat unjuk keterampilan
(C).
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
● Menggunakan fungsionalitas serta fitur dari Python yang digunakan untuk data
science untuk mengidentifikasi dan menganalisis dataset;
● Memahami Practical Statistics yang digunakan untuk data science untuk menguji
dataset;
● Membuat Query struktur Data Frame untuk cleaning and processing dataset;
● Membuat visualisasi dasar hingga lanjutan untuk representasi data;
● Membuat fitur Machine Learning untuk analisa dan pengujian data;
● Menggunakan alat/teknik scikit-learn untuk membuat dan mengevaluasi Machine
Learning Model;
● Mengimplementasikan Supervised dan Unsupervised Learning untuk
memecahkan kasus nyata dari dataset yang diberikan;
● Berpikir kritis dan analitis, mampu menginterpretasikan informasi yang didapat
dari pengolahan data, serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif.
30
30
Contoh (2):
Untuk pelatihan “Belajar Budidaya Ikan Air Tawar Bagi Pemula” maka tujuan
umum dan tujuan khusus pelatihan dapat dituliskan sebagai berikut;
Tujuan Umum
Peserta pelatihan (A) mampu menunjukkan minimal 60 persen penguasaan (D)
langkah-langkah pemijahan alami ikan lele (B) pada saat praktik mandiri (C).
Tujuan Khusus
Di akhir pelatihan, peserta mampu:
● Mengingat tren budidaya perikanan (ikan lele) & pengurusan sertifikasi;
● Menguraikan pentingnya keterampilan berjualan ikan lele;
● Memahami proses strategi pemasaran ikan lele sederhana;
● Memahami pelaksanaan tahapan budidaya ikan lele secara umum;
● Memahami tahapan khusus dari pembibitan hingga pemanenan/penyakit;
● Merencanakan bisnis budidaya ikan lele;
● Menerapkan langkah-langkah budidaya ikan lele secara praktis;
● Menyatakan pandangan positif tentang proses budidaya ikan lele;
● Menyatakan pentingnya pengetahuan terkait penjualan/pembukuan bisnis.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penulisan operasionalisasi Tujuan Khusus:
● Jumlah butir Tujuan Khusus paling tidak sama dengan jumlah sesi yang akan dibawakan
pada dalam rangkaian pelatihan;
● Tujuan Khusus secara spesifik merupakan muatan langsung dari Unit Kompetensi yang
dijadikan rujukan perancangan pelatihan;
● Minimal wajib terdapat 1 (satu) Tujuan Khusus yang memuat secara spesifik 1 (satu)
Unit Kompetensi yang dijadikan rujukan perancangan program pelatihan.
31
31
Secara operasionalisasi penulisan pada form, perencanaan evaluasi untuk setiap level bisa
dituangkan dalam penjabaran dari butir-butir dari mulai Waktu Pelaksanaan Evaluasi,
Perangkat Evaluasi, Aspek Evaluasi, dan Ukuran Keberhasilan Evaluasi. Adapun berikut
pemaparan lengkapnya mengenai Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan termasuk
contoh-contohnya;
Level 2 — Keterampilan
Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan pada level ini mengukur perubahan kebiasaan
atau keterampilan pada peserta setelah pelatihan berlangsung. Proses evaluasi pada level
ini setidak-tidaknya mendorong peserta untuk unjuk kompetensi melalui adanya Tugas
Praktik Mandiri dan Unjuk Keterampilan baik secara perorangan maupun kelompok dengan
adanya alokasi waktu/durasi untuk proses pengerjaan tugas terlebih dulu
Pelatihan dapat dinyatakan EFEKTIF apabila peserta berhasil mengerjakan Unjuk
Keterampilan/mempresentasikan hasil pekerjaannya dan menunjukan adanya kelengkapan
berproses sebagaimana yang sudah disampaikan selama Pelatihan dan
membuat/menyesuaikan keterbatasannya secara personal untuk tetap mencapai hasil sesuai
dengan Rubrik Penilaian yang ditetapkan.
E. Materi Pelatihan
Sub aspek ini merupakan penjelasan dimensi penilaian yang memuat penjabaran lengkap
terkait materi dan topik pelatihan per sesinya untuk mencapai Tujuan Umum Pelatihan
ataupun Tujuan Khusus Pelatihan. Secara operasional penulisan pada formulir, umumnya
setiap Tujuan Khusus Pelatihan terwakilkan setidaknya oleh 1 (satu) sesi pelatihan.
Contoh:
Pada pelatihan “Menyusun Strategi Negosiasi untuk Manajer Pemasaran”, yang
termasuk dalam sesi pelatihan adalah:
1. Perkenalan Tentang Negosiasi dan Tipe Negosiasi;
2. Preparation dan Opening Position;
3. Strategi dan Pendekatan Negosiasi;
4. Cara Komunikasi dalam Bernegosiasi;
5. Kesalahan dalam Bernegosiasi;
6. Bargaining, Movement, dan Closing.
32
32
F. Rangkaian Kegiatan Pelatihan
Aspek ini merupakan penjelasan dimensi penilaian yang memuat runutan kegiatan
pelatihan.
● Penjelasan Urgensi Pelatihan & Komitmen bagi Peserta (What’s In It for Me)
Penjelasan Urgensi Pelatihan bagi peserta ini bertujuan untuk mendorong peserta untuk
berkomitmen dalam proses pembelajaran yang akan dilalui selama program
berlangsung, sekaligus juga membagi tanggung jawab keberhasilan pembelajaran
kepada peserta pelatihan. Secara teknis, proses penjelasan Urgensi Pelatihan bagi
Peserta bisa disampaikan dengan beberapa pilihan di bawah yang bisa dikembangkan
secara lebih spesifik:
○ Refleksi Pribadi terhadap Pengalaman dengan Topik Pelatihan berkaitan;
○ Menonton Video terkait manfaat dari Topik Pelatihan berkaitan.
Secara teknis, proses pelaksanaan Ice Breaking dapat disampaikan dengan pilihan di
bawah yang bisa dikembangkan secara lebih spesifik:
○ Permainan dengan bantuan aplikasi interaktif di website;
33
33
○ Permainan kelompok yang bersifat teka-teki atau aktivitas olah tubuh.
● Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan Pre-Test dilakukan di awal pelatihan untuk mengukur tingkat pengetahuan
peserta sebelum melaksanakan pelatihan. Penjelasan mengenai Pre-Test dapat dilihat
pada bagian selanjutnya.
1. Aktivitas Commit
Aktivitas commit adalah aktivitas dimana peserta disadarkan mengenai pentingnya
materi yang akan diajarkan pada awal sebuah sesi, sehingga mereka akan termotivasi
dan berkomitmen untuk mengikuti sesi. Pada pelaksanaannya, aktivitas Commit ini mirip
dengan Penjelasan Urgensi Pelatihan & Komitmen bagi Peserta (What’s In It for Me) di
Sesi Pembuka pada Alur Besar Rangkaian Kegiatan Pelatihan, namun dengan penekanan
lebih spesifik pada setiap Sesi Pelatihan sesuai dari tujuan per sesinya. Tahap ini bisa
dilakukan dengan cara, misalnya:
● Membaca artikel dari koran atau majalah mengenai topik pembahasan terkait dan
melakukan diskusi singkat setelahnya terkait urgensi apa relevansi artikel tersebut
dengan tujuan sesi;
● Melakukan kegiatan diskusi membahas topik sederhana yang relevan dengan tujuan
pelatihan;
34
34
● Menonton video yang berhubungan dengan konten pelatihan dan melakukan diskusi
singkat setelahnya bagaimana relevansi video tersebut dengan pelatihan
Dalam proses perumusan kurikulum Kartu Prakerja, perlu dijelaskan bagaimana relevansi
aktivitas commit tersebut terhadap tujuan sesi.
2. Aktivitas Process
● Aktivitas process adalah aktivitas dimana peserta memperoleh dan mengolah
berbagai informasi yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan.
Sasaran dari aktivitas ini adalah pemaparan pada aspek kompetensi ranah kognitif.
Tahap ini bisa dilakukan dengan cara, misalnya:Memberikan penjelasan dan tanya
jawab di kelas/webinar;
● Meminta peserta untuk membaca, artikel, buku, e-book atau e-slide;
● Meminta peserta menonton film tutorial;
● Meminta peserta mengakses website, journal, dsb.
Contoh:
Judul Pelatihan : Teknik Penulisan Berita untuk Media Online
35
35
● Pengajar membuka forum tanya jawab.
3. Aktivitas Practice
Aktivitas di mana peserta memperoleh kesempatan untuk menguji apakah pemahaman
yang didapatnya di tahap process sudah benar. Pada tahap ini pengajar perlu
menunjukkan yang benar dan yang salah atau memberi umpan balik. Sasaran dari
aktivitas ini utamanya mencakup aspek kompetensi psikomotor, namun tidak menutup
juga mencakup aspek kompetensi lainnya selama relevan dengan moda & tujuan
pelatihan. Tahap ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti meminta peserta
untuk, misalnya:
● Membuat skema atau mind map;
● Membuat dokumen
● Membuat ringkasan dari studi kasus yang diberikan
● Praktik membuat instalasi listrik
Ceramah ✓ ✓
Debat ✓
Diskusi ✓
Kelompok
Games ✓ ✓
Role Play ✓
Studi Kasus ✓ ✓
Tutorial ✓ ✓
36
36
Synchronous Daring Asynchronous
Kegiatan
Process Practice Process Practice
Putar ✓ ✓
Film/Video
Jigsaw ✓ ✓
Simulasi ✓
Demonstrasi ✓ ✓
Diskusi Panel ✓ ✓
Praktek ✓ ✓
Langsung
Diskusi Refleksi ✓
Tes Tertulis ✓ ✓
Tes Lisan ✓ ✓
Kerja ✓
Kolaboratif
Peer Teaching ✓
Tanya Jawab ✓ ✓
Mindmap ✓ ✓
Web Browsing ✓
Polling/Kuis ✓ ✓
Untuk Program Pelatihan yang dirancang dengan merujuk pada Unit Kompetensi di Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, maka pada perancangan aktivitas di dalam sesi pelatihan
wajib mempertimbangkan Elemen Kompetensi sebagai bagian dari aktivitas Process ataupun
aktivitas Practice.
37
37
F.3 Pelaksanaan Evaluasi Akhir Pelatihan
Pelaksanaan Evaluasi Akhir ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan
peserta pelatihan dari sebelum dan sesudah mengikuti Program atau Modul Pelatihan dan
menandai berakhirnya Rangkaian Sesi Pelatihan. Oleh karena itu, evaluasi akhir wajib
selaras dengan materi yang diajarkan pada pelatihan.
Pelaksanaan Evaluasi Akhir dimulai dengan pelaksanaan Post-Test sebagai bentuk evaluasi
Level 2 — Learning (Pemahaman) untuk menjadi pembanding dari hasil Pre-Test yang sudah
dilaksanakan di awal pelatihan. Selain Post-Test, Evaluasi Akhir Pelatihan Level 2 —
Behaviour (Keterampilan) dilaksanakan dengan Unjuk Keterampilan yang secara teknis dan
format disesuaikan dengan masing-masing moda pelatihan. Dengan demikian, berikut
adalah alur Pelaksanaan Evaluasi Akhir Pelatihan;
● Pelaksanaan Evaluasi Akhir Pelatihan Level 2 Pemahaman: Post-Test
● Pelaksanaan Evaluasi Akhir Pelatihan Level 2 Keterampilan: Unjuk Keterampilan
38
38
mengikuti pelatihan. Penjelasan detil mengenai Post-test dapat dilihat pada bagian
selanjutnya.
1. Pre-Test
Pre-Test ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan terhadap program pelatihan
yang dipilih oleh peserta pelatihan sebelum Sesi Pelatihan dimulai. Melalui Pre-Test,
tenaga pelatih atau lembaga pelatihan dapat memperoleh informasi tentang tingkat
pemahaman dan keahlian awal peserta. Pada umumnya, pretest dapat dilakukan melalui
berbagai macam metode, namun pada Program Kartu Prakerja, secara teknis proses
pelaksanaan Pre-Test bisa disampaikan melalui:
● Penggunaan aplikasi form/soal di aplikasi internet ataupun LMS Tidak diperkenankan
untuk menggunakan kertas soal cetak dan alat tulis pensil/pulpen.
2. Kuis
Kuis bertujuan untuk mengukur pemahaman peserta secara berkala di akhir setiap sesi
pelatihan. Melalui kuis, peserta dapat mengukur sejauh mana mereka telah memahami
materi, sementara tenaga pelatih dapat mendapatkan gambar terkait pemahaman
peserta, memperbaiki proses belajar, atau pada pelatihan synchronous juga dapat berguna
untuk memberikan penjelasan tambahan tentang konsep atau topik yang mungkin
masih membingungkan bagi peserta.
39
39
Dalam moda pelatihan pembelajaran mandiri, Tugas Praktik Mandiri perlu dinilai dan
diberikan umpan balik sesuai dengan rubrik penilaian yang dipersyaratkan oleh MPPKP.
4. Post-Test
Post-test bertujuan untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta setelah
mengikuti pelatihan. Dengan adanya hasil pre-test dan post-test, tenaga pelatih
dan lembaga pelatihan dapat menilai sejauh mana peningkatan pengetahuan peserta
telah meningkat dan apakah program pelatihan telah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pelaksanaan Post-Test ini bertujuan untuk mengukur tingkat peningkatan
pengetahuan dari hasil mengikuti program pelatihan. Sama halnya dengan Pre-Test,
secara umum post-test dapat dilakukan melalui berbagai macam metode, namun pada
Program Kartu Prakerja secara teknis, proses pelaksanaan Post-Test bisa disampaikan
melalui: dengan pilihan di bawah yang bisa dikembangkan secara lebih spesifik;
○ Penggunaan aplikasi form/soal di internet ataupun LMS untuk bank soal dan juga
tampilan antarmuka peserta untuk melakukan
tes;
Pengumuman perbandingan nilai Post-Test dan Pre-Test untuk masing-masing peserta.
5. Unjuk Keterampilan
Sesuai dengan sub aspek Perencanaan Evaluasi Efektivitas Pelatihan bahwa pada Skema
Normal, setiap Program Pelatihan diwajibkan untuk memberikan evaluasi sampai dengan
Level 2 — Behavior (Keterampilan). Adapun penjelasan lebih lengkap terkait format dan
penyesuaian standar aktivitas Unjuk Keterampilan terhadap setiap moda pelatihan
dibahas kemudian secara terpisah di bab selanjutnya.
Aktivitas unjuk keterampilan wajib memiliki rubrik penilaian. Rubrik Penilaian adalah
panduan penilaian yang berisikan sekumpulan kriteria yang harus dipenuhi oleh peserta
dan digunakan untuk mendapatkan gambaran secara komprehensif & objektif terkait
pencapaian kinerja peserta dengan tujuan pelatihan yang ingin dicapai.
40
40
BAB IV
PANDUAN STANDAR ADMINISTRATIF PELAKSANAAN
PELATIHAN
A. Umum
1. Judul Pelatihan
Aspek ini menjelaskan bahwa Judul Pelatihan merepresentasikan substansi dari Pelatihan
sehingga dapat mudah ditangkap secara sekilas baik oleh Penerima Kartu Prakerja
maupun khalayak umum. Oleh sebab itu, MPPKP menetapkan beberapa ketentuan
terkait dengan judul dari Pelatihan yang ditawarkan kepada Penerima Kartu Prakerja,
yaitu sebagai berikut:
● Menggunakan kalimat singkat (maksimal 6 kata, di luar kata sambung, moda
pelatihan atau kota pelaksanaan pelatihan)
● Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh calon peserta dari kelompok sasaran
yang dituju (penggunaan Bahasa Inggris diperbolehkan untuk istilah teknis atau istilah
yang secara umum digunakan untuk merujuk ke aspek tersebut)
● Mencakup kompetensi yang mengacu ke suatu okupasi yang akan dilatih pada
pelatihan tersebut.
● Tidak menggunakan kata-kata yang tidak relevan, seperti “cara cepat”, “cara
jitu”, “kiat”, “tips”, “trik”, dan sebagainya.
● Tidak menggunakan kata-kata yang memiliki makna pengulangan dengan pelatihan,
seperti “belajar”, “berlatih”, “pelatihan”, “mempelajari”, dan sebagainya.
2. Deskripsi Pelatihan
Aspek ini menjelaskan bahwa Lembaga Pelatihan dan Platform Digital wajib
menampilkan deskripsi Pelatihan di situs mikro masing-masing. Dalam deskripsi tersebut
harus terdapat informasi yang menjelaskan substansi dari Pelatihan. Deskripsi Pelatihan
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
● Mencantumkan okupasi dan menjelaskan tentang kompetensi yang akan dilatih
sesuai tujuan Pelatihan,
● Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh calon peserta dari kelompok
sasaran yang dituju (penggunaan Bahasa Inggris diperbolehkan untuk istilah teknis
atau istilah yang secara umum digunakan untuk merujuk ke aspek tersebut).
41
41
prasarana atau alat pembelajaran, latar belakang pengalaman, dan/atau keterampilan
tertentu yang harus dimiliki sebelum mengambil pelatihan. Kelompok sasaran harus
sesuai dengan kompetensi dan okupasi yang disebut di judul serta materi yang terdapat
di dalam konten pelatihan.
3. Durasi Pelatihan
Sub aspek ini merupakan penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi durasi Pelatihan
dan durasi materi berdasarkan tujuan dari Pelatihan. Durasi Pelatihan adalah total
perkiraan waktu peserta untuk menyelesaikan suatu modul pelatihan. Selain itu, terdapat
juga durasi sesi/aktivitas (misal: membaca ebook dan permainan/studi kasus) yang perlu
dicantumkan secara detail. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:
● Total durasi minimal 15 jam yaitu mencakup seluruh materi yang berupa
penyampaian substansi latih/ajar (tidak termasuk Evaluasi Belajar (Pre-Test,
Post-Test, Kuis), Tugas Praktik Mandiri, Unjuk Keterampilan, dan Sesi Pengayaan);
● Durasi total maupun per materi harus efektif dalam mencapai tujuan
Pelatihan. Informasi terkait pelatihan dijabarkan dan ditampilkan secara lengkap
pada laman di Platform Digital, termasuk RPP (Rancangan Program Pelatihan);
● Pelatihan Daring memiliki durasi maksimum 3 jam dan minimum 2 jam per harinya,
di mana pelatihan paling cepat dimulai pukul 08.00 WIB pada hari pelatihan dan
42
42
paling lama selesai pukul 22.00 WIB pada setiap hari pelatihan;
● Durasi aktivitas Practice per sesi adalah ⅓ dari durasi sesi tersebut;
● Pelatihan dengan mode webinar harus memiliki 100% sesi berupa live webinar.
b. Kuis
● Minimal 5 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pemahaman dan/atau
pengetahuan pada Sesi/Materi/Topik Pelatihan yang baru saja disampaikan
sesuai dengan Tujuan Pelatihan;
● Soal yang terdapat pada Kuis tidak diperbolehkan ada soal yang sama dengan
soal Pre-Test maupun Post-Test;
● Minimum 80% dijawab dengan benar sebagai syarat untuk melanjutkan ke
rangkaian kegiatan pelatihan berikutnya;
● Pelaksanaan Kuis menggunakan LMS atau aplikasi digital.
43
43
● Instruksi Tugas Praktik Mandiri disampaikan di setiap akhir Sesi Pelatihan, untuk
kemudian Instruksi Tugas Praktik Mandiri tersebut dapat dilihat dan diakses
kembali oleh peserta pada LMS;
● Hasil Pengerjaan Tugas Praktik Mandiri dari Peserta Pelatihan wajib disertakan
pada LMS dan didokumentasikan sebagai bagian dari Arsip Pelatihan.
● Instruksi Tugas Praktik Mandiri pada sesi sebelumnya, wajib untuk dibahas oleh
Lembaga Pelatihan pada awal sesi selanjutnya.
d. Post-Test
● Terdapat 3 bank soal yang berisi set soal yang sama dengan pre-test
● Urutan soal harus berbeda dengan urutan pada Pre-Test dan selanjutnya urutan
pertanyaan teracak setiap percobaan oleh peserta (user);
● Setiap bank soal berisi minimal 20 pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur pemahaman dan/atau pengetahuan atas kompetensi yang dituju;
● Soal Post-Test tidak boleh menggunakan soal yang sama dengan kuis;
● Peserta yang berhak untuk mengikuti Unjuk Keterampilan, adalah peserta yang
mendapatkan nilai Post-Test minimal 60;
● Pelaksanaan Post-Test menggunakan LMS atau aplikasi digital;
● Tidak ada informasi perihal kunci jawaban dalam lembar Post-Test maupun
modul pelatihan.
44
44
● Lembaga Pelatihan berkewajiban untuk memberitahukan nilai Unjuk
Keterampilan pada peserta melalui LMS.
Adapun berikut beberapa format untuk Unjuk Keterampilan, namun tidak terbatas,
dan dapat disesuaikan dengan keterampilan ataupun Tujuan Pelatihan yang hendak
dicapai pada Program Pelatihan:
1. Presentasi
dalam bentuk dokumen yang diunduh di media penyimpanan data
Online berbasis Cloud: Github, OneDrive, Dropbox, Google Drive dengan
format
● Presentasi menggunakan Power Point;
● Infografis;
● Postingan yang bersifat kompleks dan dapat dibagikan di sosial media
peserta pelatihan;
● Film pendek berdurasi kurang dari 5 menit;
● Contoh Coding;
● File dengan format khusus, contoh: psd, ai, pdf, jpeg;
● Video dengan format dan kompresi yang memadai untuk upload dan
penilaian.
2. KaryaTulis
dapat berbentuk:
a. Tulisan akademik atau non-akademik dan dibagi ke dalam 3
paragraf:
i. Paragraf pembuka
ii. Paragraf isi
iii. Paragraf penutup
b. Tulisan contoh surat tanpa ketentuan paragraf.
3. Demonstrasi
Mendemonstrasikan keterampilan yang dicapai dalam pelatihan yang
sudah diselesaikan dalam bentuk pertemuan online seperti Zoom
Meeting, Google Meet, atau Microsoft Teams. Demonstrasi yang tidak
dapat dilakukan secara langsung dapat didokumentasikan berupa video.
Aktivitas unjuk keterampilan, perlu memiliki rubrik penilaian. Rubrik Penilaian
yang disusun oleh Lembaga Pelatihan perlu mencakup identitas rubrik (nama
45
45
pelatihan, kompetensi, indikator/tujuan pembelajaran), aktivitas, aspek
penilaian, skala penilaian, kriteria penilaian, dan penjelasan setiap kriteria.
Lembaga Pelatihan wajib memiliki rubrik penilaian dengan ketentuan sebagai
berikut:
● Rubrik Penilaian terdiri minimal dari 4 komponen/aspek penilaian;
● Setiap komponen/aspek penilaian dapat memiliki bobot tertentu yang
tidak rata namun tetap seimbang jika dihadapkan dengan Tujuan
Pelatihan;
● Setiap komponen/aspek penilaian dibuat penilaiannya dalam skala likert
dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 4, dengan rentang satuan
terkecil adalah per 0,5.
Contoh Rubrik Penilaian
ASPEK 1 2 3 4
46
46
letak informasi. informasi yang
diperlukan.
47
47
BAB V
PANDUAN TATA LAKSANA PELATIHAN
Tata Laksana Pelatihan ini merupakan Panduan untuk para Mitra Lembaga Pelatihan bisa
memahami terkait pelaksanaan dari Program Pelatihan pada Program Kartu Prakerja Skema
Normal ini. Adapun berikut yang perlu diperhatikan:
48
48
D. Pelaksanaan Pelatihan & Kepesertaan
D.1 Pelaksanaan Pelatihan Synchronous
● Pelatihan wajib diselenggarakan dengan minimum 1 peserta hadir;
● Pelatihan diselenggarakan secara sekuensial sesuai dengan Rancangan
Program Pelatihan (RPP) yang telah diajukan;
● Pada setiap sesi, saat memasuki aktivitas Practice, Lembaga Pelatihan perlu
memberikan slide presentasi penanda sebagai pemberitahuan kepada peserta
bahwa sesi Practice akan dimulai dan sedang berlangsung;
● Khusus dalam pelaksanaan pelatihan daring, selama Pelatihan Daring berlangsung,
terdapat beberapa hal yang wajib dilakukan mencakup namun tidak terbatas pada:
○ Lembaga Pelatihan wajib memberikan informasi kepada peserta untuk
mencantumkan nama asli sesuai format yang ditentukan.
○ Lembaga Pelatihan wajib memberikan instruksi kepada peserta untuk
menyalakan kamera
○ Dalam hal verifikasi identitas peserta, para peserta wajib menyalakan kamera
dan dilarang menggunakan masker, kacamata hitam, topi, dan alat lainnya yang
dapat mengganggu proses verifikasi identitas.
49
49
BAB VI
PENUTUP
Handbook ini merupakan Panduan untuk para Mitra Lembaga Pelatihan bisa memahami terkait
pelaksanaan dari Program Pelatihan pada Program Kartu Prakerja Skema Normal ini. Adapun
berikut adalah ringkasan yang mencakup beberapa perubahan signifikan yang perlu
diperhatikan:
1. MPPKP akan membuka moda pelatihan Asynchronous guna meningkatkan aksesibilitas
peserta terhadap Pelatihan Kartu Prakerja;
2. Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan
inklusif secara sosial, MPPKP membuka kategori Green Jobs guna mendukung Green
Economy;
3. Berdasarkan analisa kebutuhan, MPPKP membuka kategori pelatihan Keterampilan Dasar
Non-Teknis (Soft Skills). MPPKP akan secara bertahap menambahkan kategori pelatihan
Keterampilan Dasar Non-Teknis berdasarkan kebutuhan;
4. Demi meningkatkan pengembangan kewirausahaan, MPPKP membuka pelatihan okupasi
kewirausahaan;
5. Guna menjamin kualitas pelaksanaan pelatihan, MPPKP memberlakukan pembatasan
moda pelatihan. Pelatihan kewirausahaan dan pelatihan alat berat hanya dapat
dilaksanakan secara luring.
Kami berharap handbook ini bisa menjadi berguna dan memandu Mitra Program Kartu Prakerja
dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka sesuai peran masing-masing. Hal-hal yang belum
diatur dalam handbook ini akan ditentukan kemudian oleh MPPKP.
50
50
GLOSSARIUM
1. Alat Praktik adalah peralatan yang disiapkan untuk menunjang pelaksanaan pelatihan
dimana para peserta mencoba keterampilan secara langsung.
2. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi dan penilaian yang relevan terhadap suatu
lembaga.
3. Asisten Tenaga Pelatih adalah tenaga pelatih yang membantu Tenaga Pelatih untuk
untuk membantu proses pelaksanaan pelatihan.
4. Asynchronous Learning adalah pembelajaran dimana pembelajar, tenaga
pelatih/pengajar, dan peserta lainnya tidak berada pada ruang, waktu dan proses belajar yang
sama. Contohnya, seperti kelas pelatihan yang disampaikan melalui video yang sudah
direkam sebelumnya.
5. Fasilitas Pelatihan adalah ruang kelas termasuk sarana dan prasarana di dalamnya yang
menunjang pelaksanaan pelatihan secara tatap muka.
6. Fasilitator adalah seseorang yang membantu tenaga pelatih untuk menjalankan sesi
praktek dan unjuk keterampilan di pelatihan luring.
7. Kartu Prakerja adalah kartu penanda atau identitas yang diberikan kepada penerima
manfaat Program Kartu Prakerja.
8. Kompetensi Kerja adalah kemampuan setiap individu mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang mampu membawa produktivitas pada suatu organisasi kerja.
9. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematis
atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3).
10. Learning Management System (LMS) adalah perangkat lunak berbasis aplikasi atau
web yang digunakan untuk mengadministrasi, mendokumentasi, menelusuri,
mengimplementasikan dan mengevaluasi program pelatihan.
11. Lembaga Pelatihan adalah instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah atau swasta yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan.
12. Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) adalah unit yang
melaksanakan Program Kartu Prakerja.
13. Pelatihan adalah keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan Kompetensi Kerja dan/atau kewirausahaan, produktivitas, disiplin, sikap,
dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu.
14. Pelatihan Bauran Luring adalah kegiatan pelatihan yang menggabungkan metode belajar
asynchronous melalui platform Learning Management System (LMS) untuk kemudian terjadi
pembelajaran synchronous secara tatap muka.
51
51
15. Pelatihan Daring kegiatan pelatihan yang dilakukan secara online baik secara synchronous
(metode belajar Live Webinar).
16. Pelatihan Video Conference adalah kegiatan pelatihan yang seluruh penyampaian
materinya dilakukan secara synchronous dimana peserta hadir dalam ruang kelas ditemani
oleh Asisten Tenaga Pelatih dengan kehadiran Tenaga Pelatih Utama secara online.
17. Platform Digital adalah mitra resmi pemerintah dalam pelaksanaan Program Kartu
Prakerja yang dilakukan melalui aplikasi, situs internet, dan/atau layanan konten lembaga
berbasis internet.
18. Program Kartu Prakerja adalah program pengembangan kompetensi kerja yang
ditujukan untuk pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja,
dan/atau pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi.
19. Program Pelatihan atau Modul Pelatihan adalah media pembelajaran yang
dipergunakan untuk meningkatkan kompetensi peserta pelatihan guna mencapai tujuan
umum dan khusus dari pelatihan terkait.
20. Program Pelatihan yang Identik paling sedikit memiliki kesamaan pada materi,
evaluasi, dan Lembaga Pelatihan yang menyelenggarakan.
21. Rancangan Program Pelatihan (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar, 2011: 263).
22. Silabus adalah rencana pembelajaran yang dibuat berdasarkan standar kompetensi, materi
pokok pembelajaran, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi penilaian, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan alokasi waktu (Kusnandar, 2011).
23. Synchronous Learning adalah proses belajar dimana para peserta pelatihan dan tenaga
pelatih/pengajar melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada waktu yang bersamaan,
Contohnya: Live Webinar atau Kelas Pelatihan Luring.
24. Tagging (label) adalah jenis metadata yang membantu untuk menjelaskan suatu hal dan
memungkinkan hal tersebut ditemukan ketika melakukan pencarian.
25. Tenaga Pelatih adalah tenaga pelatih yang memberikan substansi utama dalam modul
Pelatihan dan ditampilkan di setiap topik pembelajaran yang dibawakan.
26. Pelatihan Luring adalah pelatihan seluruh materi disampaikan secara synchronous dan
bertemu secara tatap muka dimana pengajar dan peserta hadir di dalam satu ruang dan waktu
yang sama.
52
52
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin Samuel. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. Boston, Amerika: Allyn
& Bacon.
Dewey, John. (1897). My Pedagogic Creed. The School Journal, Volume LIV, No. 3 (16 Januari,
1897), halaman 77 - 80
Kirkpatrick, Donald J. (1994). Evaluating training programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-
Koehler.
Kolb, David. (1984). Experiential Learning: Experience As The Source Of Learning And
Development. New Jersey, Amerika Serikat : Prentice Hall
Mager, F. (1962). Preparing Instructional Objectives. Fearon, Paolo Alto.
Mezirow, Jack. (1991). Transformative Dimensions of Adult Learning. San Francisco, Amerika
Serikat: Jossey-Bass
53
53