Anda di halaman 1dari 90

0

Program Pelatihan
Instruktur Instruktur
Kejuruan Metodologi Pelatihan
Bergianta Sinulingga, S.T
Website: Greathabit.info Email: bergianta@gmail.com HP: 081385064900

I.

MENYUSUN PROGRAM PELATIHAN

I.1. STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI)

KODE UNIT

: P.854900.011.01

JUDUL UNIT

: Menyusun Program Pelatihan

DESKRIPSI UNIT

: Unit kompetensi ini mencakup persyaratan yang


berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang dibutuhkan seseorang untuk menyusun program
pelatihan.

ELEMEN KOMPETENSI
1. Menentukan kualifikasi
program pelatihan

KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Nama program pelatihan ditentukan berdasarkan
pemaketan/pengemasan kompetensi.
1.2 Jenjang program pelatihan ditentukan berdasarkan jenjang
kualifikasi.
1.3 Deskripsi program pelatihan dirumuskan mengacu kepada isi
program pelatihan.
1.4 Kompetensi lulusan ditetapkan berdasarkan nama dan
jenjang program.

2. Menentukan persyaratan
peserta

2.1 Persyaratan umum peserta ditentukan berdasarkan


kebutuhan program pelatihan.
2.2 Persyaratan kompetensi ditentukan mengacu pada prasyarat
untuk mengikuti program pelatihan.

3. Menyusun kurikulum
pelatihan

3.1 Unit-unit kompetensi ditentukan dengan mengacu pada


pencapaian kompetensi lulusan program pelatihan.
3.2 Materi pelatihan dikelompokkan ke dalam kelompok umum
dan inti.
3.3 Kebutuhan OJT ditentukan sesuai dengan kompetensi
lulusan.

4. Menyusun silabus
pelatihan

4.1 Elemen unit kompetensi diidentifikasi sesuai unit kompetensi.


4.2 Kriteria unjuk kerja diidentifikasi sesuai elemen kompetensi.
4.3 Indikator unjuk kerja dideskripsikan untuk mencapai kriteria
unjuk kerja.
4.4 Pengetahuan, keterampilan, sikap kerja dan jangka waktu
(teori dan praktek) ditentukan.

5. Menentukan sumber
daya pelatihan

5.1 Fasilitas dan sarana pelatihan ditentukan dengan mengacu


kepada kebutuhan pelatihan setiap unit kompetensi.
5.2 Bahan pelatihan ditentukan dengan mengacu kepada
kebutuhan pelatihan setiap unit kompetensi.
5.3 Kualifikasi instruktur ditentukan sesuai dengan unit
kompetensi/materi yang akan dilatihkan.

6. Memvalidasi program
pelatihan

6.1 Komponen-komponen program pelatihan yang harus


divalidasi ditentukan.
6.2 Metode validasi ditentukan sesuai dengan komponen yang
akan divalidasi.
6.3 Finalisasi program dilakukan dengan memperhatikan
masukan-masukan yang rasional dari hasil validasi.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel :
Unit ini berlaku untuk menyusun program pelatihan dalam rangka merancang program
pelatihan.
2. Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
3.1 Peralatan
2.2.1 Alat pengolah data
3.2 Perlengkapan
2.2.2 Standar kompetensi
2.2.3 Data dan informasi analisis kebutuhan pelatihan
3. Peraturan yang diperlukan
4.1 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar kompetensi kerja yang relevan
4.2.2 Pedoman penyusunan program pelatihan
4.2.3 Uraian tugas atau job description
4.2.4 SOP
PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi penilaian
1.1 Kondisi penilaian mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, skap kerja, proses,
dan hasil atas pencapaian kompetensi ini yang terkait dalam menyusun program
pelatihan sebagai bagian dari perancangan program pelatihan.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan kombinasi dari lisan, tertulis, observasi, atau
portofolio.
1.3 Penilaian dapat dilaksanakan di salah satu atau kombinasi dari workshop, di
tempat kerja, atau kelas.

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
5.1 Pengetahuan
3.1.1 Struktur program pelatihan
3.1.2 Metode dan teknik pelatihan
3.1.3 Media pembelajaran
3.1.4 Mekanisme penyusunan program pelatihan
5.2 Keterampilan
3.2.1 Perkiraan biaya dan waktu
3.2.2 Menginterpretasi unit kompetensi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Teliti
4.2 Cermat
5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam menspesifikasikan kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta pelatihan

I.2 MATERI MENYUSUN PROGRAM PELATIHAN


Program pelatihan merupakan bagian integral dari sistem pelatihan. Terciptanya program
pelatihan yang serasi sesuai keinginan kebutuhan pelatihan yang diminta akan bergatung
pada sumber daya yang diperlukan guna memenuhi tuntutan pelatihan yang ada. Hal ini
akan terlaksana bila identifikasi rencana pelatihan yang akan dielenggarakan sepenuhnya
memenuhi sumber daya pelatihan yang tersedia sehingga penyelenggaraan program
pelatihan tertentu dapat berjalan sesuai keinginan
peserta pelatihan.
Program pelatihan berbasis kompetensi dapat
disusun dengan melibatkan perwakilan pemangku
kepentingan

antara

lain

instruktur,

industri/pengguna tenaga kerja, pakar dan praktisi


yang kompeten di bidangnya.

A. Penetapan Kebutuhan Pelatihan


Penetapan kebutuhan pelatihan dilakukan melalui analisis kebutuhan pelatihan yang
merupakan kegiatan menganalisis guna menentukan program pelatihan yang disusun
untuk mencapai suatu standar kompetensi.

Pola penyusunan program pelatihan berbasis


kompetensi didasarkan atas:
1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan
dengan penelusuran kebutuhan berdasarkan:

a. Kualifikasi nasional, dengan mengacu pada


jenjang kerangka kualifikasi nasional indonesia;
Penetapan kebutuhan pelatihan mengacu pada jenjang kualifikasi yang tertera dari
tugas dan tanggung jawab. Di dalam kualifikas pada KKNI dimulai dari jenjang 1
sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi.

b. Jabatan atau okupasi nasional, dengan mengacu pada tugas dan fungsi jabatan atau
okupasi;
Analisis jabatan/pekerjaan digunakan sebagai dasar penyusunan program pelatihan
berbasis kompetensi. Analisis jabatan merupakan proses menguraikan jabatan
sehingga menghasilkan deskripsi jabatan. Analisis ini bersumber dari Klasifikasi
Jabatan Indonesia (KJI) atau sumber-umber jabatan lainnya yang berlaku pada
lembaga.

c. Klaster dan/atau unit kompetensi, dengan mengacu pada kebutuhan khusus


kompetensi tertentu sesuai kebutuhan industri atau organisasi.
Penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi yang mengacu pada klaster
dilakukan melalui analisis kompetensi kerja yang dibutuhkan industri atau organisasi.
Analisis kompetensi kerja dilakukan dengan cara menghimpun data hasil dari:
1) Analisis kinerja, merupakan pernyataan sejauh mana elemen kompetensi yang
dipersyaratkan tersebut terukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan.
2) Analisis persyaratan kinerja, merupakan pernyataan-pernyataan kondisi atau
konteks dimana kriteria unjuk kerja tersebut diaplikasikan.
3) Analisis acuan penilaian, merupakan pernyataan-pernyataan kondisi atau
konteks sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian.
2. Profil Kompetensi yang Dibutuhkan
Profil kompetensi didapatkan dari hasil analisis yang dilakukan melalui penelusuran
kebutuhan berdasarkan pada tiga kelompok di atas yaitu Kualifikasi Nasional, dengan
mengacu pada jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Jabatan atau okupasi

nasional, dengan mengacu pada tugas dan fungsi jabatan atau okupasi dan klaster
dan/atau unit kompetensi, dengan mengacu pada kebutuhan khusus kompetensi
tertentu sesuai kebutuhan industri atau organisasi. Dalam penentuan unit kompetensi
tersebut dapat diuraikan dari kebutuhan pengguna (user) yang berasal dari pasar kerja,
dengan melihat atau identifikasi pekerjaan apa saja yang harus dilakukan. Acuan
standar kompetensi diambil dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI).
SKKNI adalah standar kompetensi yang berlaku secara nasional dalam suatu Negara
melalui suatu badan independent, seperti Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
3. Analisis kompetensi terkini calon peserta / recognition of curren competence
(RCC)
Melakukan Identifikasi kompetensi terkini calon peserta merupakan untuk menentukan
kebutuhan pelatihan, antara lain:
a.

Tingkat pendidikan formal

b.

Kualifikasi kompetensi calon peserta ( bekerja atau belum


bekerja);

c.

Penetapan populasi calon peserta (tingkat pendidikan,


umur dan jenis kelamin.

Populasi calon peserta pelatihan bisa berasal dari pencari kerja


atau

pekerja

yang

ingin

meningkatkan

kualifikasi

kompetensinya dan atau pekerja yang akan alih profesi.


4. Kebutuhan Pelatihan
Kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi dilakukan dengan cara mengidentifikasi
kesenjangan (gap/kekurangan) antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill)
dan sikap kerja (atittude) terkait yang dipersyaratkan suatu kualifikasi jabatan/pekerjaan
dengan kompetensi terkini (RCC) yang dimiliki oleh calon peserta pelatihan melalui
proses analisis kebutuhan pelatihan.
Kesenjangan kemampuan kompetensi untuk melaksanakan unit kompetensi, elemen
kompetensi atau tugas-tugas dari jabatan/pekerjaan tersebut ditetapkan menjadi
kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi bagi calon peserta pelatihan di Lembaga
Pelatihan Kerja.
5. Penetapan Program Pelatihan
Penetapan program pelatihan adalah hasil dari kebutuhan pelatihan yang
akan dijadilan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan yang
berisikan informasi-informasi yang akan dilakukan dari mulai persiapan,
pelaksanaan dan pasca pelatihan.
a. Nama Pelatihan

Nama Pelatihan ditetapkan sesuai dengan acuan yang digunakan dalam


penyusunan program yaitu :
1) Kualifikasi;
2) Jabatan;
3) Klaster permintaan dari pengguna/industri (Taylor Made)
Contoh : Klaster Melaksakan Pembelajaran Tatap Muka
b. Penulisan Kode Program Pelatihan
Pengisian kode program bukan merupakan suatu keharusan, tergantung dari nama
pelatihan. Kode program mengacu kepada format kodefikasi Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang terkini. KBLI dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik dan penulisannya sebagai berikut :

00

00

00

(1) Kategori, diisi dengan huruf dari kategori lapangan usaha (KBLI)
(2) Golongan Pokok, diisi dengan 2 digit angka sesuai dengan nama golongan
pokok lapangan usaha.
(3) Golongan, diisi dengan 1 digit angka sesuai nama golongan lapangan usaha
(4) Sub golongan, diisi dengan 1 digit angka sesuai dengan nama sub golongan
lapangan usaha
(5) Kelompok, diisi dengan 1 digit angka sesuai dengan nama kelompok lapangan
usaha
(6) Sub kelompok, diisi satu angka sesuai dengan nama sub kelompok lapangan
usaha, jika tidak ada subkelompok diisi dengan huruf 0
(7) Bagian, diisi satu angka sesuai dengan nama, bagian lapangan usaha dan/atau
negara tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), jika tidak ada nama bagian
lapangan usaha diisi dengan huruf 0
(8) Versi Program Pelatihan, diisi dengan nomor urut versi program pelatihan
menggunakan 2 digit angka, mulai dari 01, 02, 03 dan seterusnya dalam tahun
bersangkutan serta tahun berikutnya kembali mulai dari 01, 02, 03 dan
seterusnya
(9) Tahun Pembuatan Standar Pelatihan Berbasis Kompetensi, diisi dengan tahun
kalender menggunakan 2 digit angka, misal tahun 2015, ditulis 15, dan
seterusnya.
Contoh : P.85.3.1.2.0.1.01.15

c. Jenjang Program Pelatihan


Jenjang Program Pelatihan adalah suatu jenjang berdasarkan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI), baik program pelatihan kerja berjenjang maupun non
jenjang (spesifik dan unit) yang mengacu pada SKKNI, diisi dengan jenjang
kualifikasi I sampai dengan jenjang kualifikasi 9, sesuai klaster yang telah disepakati
oleh stakeholder atau sesuai kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha/industry
barang dan jasa.
Contoh penulisan jenjang program pelatihan
1) Penulisan jenjang program pelatihan yang mengacu kepada KKNI
Jenjang program pelatihan : jenjang 1, jenjang 2, jenjang 3, dan
sampai jenjang 9
2) Penulisan jenjang program pelatihan yang tidak mengacu pada KKNI diisi NonJenjang.
d. Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan adalah abstraksi yang menggambarkan kemampuan, kondisi,
standar yang harus dicapai peserta pelatihan sampai dengan akhir proses pelatihan
kerja, dengan demikian unsur-unsur yang terkandung dalam tujuan pelatihan
meliputi:
1)

Subyek belajar (peserta)

2)

Pernyataan ingin dicapai (kompeten/Belum kompeten)

3)

Kata kerja aktif seperti: menyusun, mengelola, menggunakan, dan seterusnya

4)

Obyek yang dipelajari

5)

Menguraikan

cakupan

pelatihan

yang

menggambarkan

kesenjangan

kemampuan (lack of skill)


6)

Merupakan kalimat yang menggambarkan keseluruhan tujuan pelatihan

7)

Menggambarkan uraian ringkas jabatan/pekerjaan.

e. Unit Kompetensi yang Ditempuh


Merupakan unit kompetensi yang disusun berdasarkan hasil penentuan unit
kompetensi pada tahapan pelatihan yang akan dilakukan oleh peserta pelatihan.
Penulisan unit kompetensi yang ditempuh dengan format sebagai berikut:
1) Nomor Urut disesuaikan dengan sistematika penomeran
2) Kode Unit Kompetensi
3) Judul Unit Kompetensi
f. Perkiraan Waktu Pelatihan
Pada dasarnya pelatihan berbasis kompetensi tidak dibatasi waktu, karena lebih
berorientasi pada capaian kompetensi. Namun, pada proses penyelenggaraan

pelatihan terstruktur dibutuhkan rentang waktu untuk pencapaian kompetensi oleh


sekolompok orang dalam proses pembelajaran. Ukuran waktu ditentukan dalam jam
latihan, @ 45 menit setiap 1 (satu) jam pelatihan. Perkiraan waktu pelatihan
ditentukan oleh :
1) Kompleksitas

pengetahuan

dan

keterampilan yang harus dicapai.


2) Kedalaman

pengetahuan

dan

keterampilan yang harus dicapai


3) Latar belakang pengetahuan dan
keterampilan yang dipersyaratkan,
yaitu

Unit

prasyarat

yang

dipersyaratkan dalam unit kompetensi


4) Pengetahuan yang disampaikan merupakan teori pengantar praktik (must know).
Alokasi jam untuk pengetahuan dan praktik dibuat secara proporsional. Waktu
praktik setidak-tidaknya memenuhi kebutuhan aplikasi (mencoba), praktik masih
dengan bimbingan dan praktik mandiri.
5) Perkiraan waktu pelatihan merupakan akumulasi jam pelatihan yang tercantum
dalam silabus untuk satu Unit Kompetensi (UK) yang dihitung dari setiap Kriteria
Unjuk Kerja (KUK) dalam satu Elemen Kopetensi (EK).
g. Persyaratan Peserta Pelatihan
Persyaratan Peserta Pelatihan merupakan batasan-batasan tertentu yang harus
dipenuhi oleh calon peserta pelatihan. Persyaratan tersebut meliputi :
1) Pendidikan
2) Pelatihan
3) Pengalaman kerja
4) Jenis kelamin
5) Umur
6) Kesehatan
7) Persyaratan Khusus (bila diperlukan)
h. Persyaratan Instruktur
Instruktur/tenaga

pelatih

merupakan

personil

yang sangat penting pada proses pelaksanaan


pelatihan, karena keberhasilan suatu program
pelatihan

salah

satunya

adalah

ditentukan

kompetensi instruktur dalam memfasilitasi dan


membimbing peserta pelatihan dalam mencapai

kompetensinya. Dengan demikian, perlunya persyaratan bagi instruktur pada setiap


pelaksanaan program pelatihan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut meliputi :
1) Pendidikan Formal
2) Kompetensi Metodologi Pelatihan dibuktikan dengan minimal Sertifikat Pelatihan
Metodologi Pelatihan yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
3) Kompetensi Teknis yang dimiliki sesuai dengan program pelatihan dibuktikan
dengan minimal Sertifikat Pelatihan atau Sertifikat Kompetensi teknis yang
relevan sesuai unit kompetensi yang akan dilatihkan dan diterbitkan oleh instansi
berwenang.
4) Pengalaman kerja (jika diperlukan)
5) Kesehatan (pada hal tertentu)
6) Persyaratan Khusus (bila diperlukan)
i. Kurikulum Pelatihan
Kurikulum berisi unit-unit kompetensi dan non-unit kompetensi yang ditempuh oleh
setiap peserta pelatihan sesuai dengan nama pelatihan untuk memenuhi
kesenjangan kemampuan. Format Kurikulum Pelatihan, terdiri atas :

No

Unit Kompetensi

Kode Unit

Perkiraan Waktu
Pengetahuan Keterampilan Jumlah

Kelompok Unit Kompetensi

Jumlah I
2

On The Job Training (OJT)

Jumlah II
3

Kelompok Non-Unit Kompetensi

Jumlah III
Jumlah I s.d III

j. Silabus
Silabus merupakan penjabaran setiap unit kompetensi yang diuraikan secara rinci,
sistematis dan terpadu ke dalam program pelatihan sesuai dengan persyaratan

10

suatu jabatan/pekerjaan, yang mengarah kepada tercapainya tujuan pelatihan dan


jenjang pelatihan yang ditetapkan.
Unit Kompetensi, Kode Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi (EK) dan Kriteria
Unjuk Kerja (KUK) diisi sesuai dengan SKKNI. Indikator Unjuk Kerja (IUK) diisi
dengan indikasi pencapaian kriteria unjuk kerja yang mengandung aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Penulisan IUK menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diukur dan dibuat materi pelatihannya. IUK dirumuskan dari
setiap KUK dengan memedomani kata kerja pasifnya dijadikan kata kerja aktif.
Rumusan aspek pengetahuan diawali dengan kata dapat, aspek keterampilan
diawali dengan kata mampu, dan aspek sikap kerja diawali dengan kata harus.
Perkiraan waktu pelatihan diisi dengan perkiraan waktu pelatihan yang diperlukan
untuk 1 (satu) unit kompetensi. Jam Pelatihan diisi dengan perkiraan waktu pelatihan
dibuat tiap elemen kompetensi sesuai dengan kebutuhan KUK.

SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI


1. KELOMPOK UNIT KOMPETENSI
1.1 Unit Kompetensi :
Kode Unit

Perkiraan Waktu :
JAM

MATERI PELATIHAN
ELEMEN
KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK
KERJA

INDIKATOR
UNJUK KERJA
Pengetahuan Keterampilan Sikap

PELATIHAN
Pengeta- Keteramhuan

pilan

1.1
1.2

2.1
2.2

k. Pelatihan di Tempat Kerja (On the Job Training/OJT)


Pelatihan di tempat kerja merupakan pelaksanaan unjuk kerja peserta pelatihan
untuk memperoleh pengalaman kerja sesuai dengan unit kompetensi yang telah
ditempuh di lembaga pelatihan. Kolom indikator pelaksanaan di tempat kerja diisi
dengan kegiatan yang mudah diamati oleh instruktur pembimbing atau supervisor di
tempat kerja yang dirumuskan berpedoman pada KUK yang ada dalam EK

11

2. PELATIHAN DI TEMPAT KERJA (OJT)


2.1 Unit Kompetensi :
Kode Unit
:
ELEMEN KOMPETENSI
1

INDIKATOR PELAKSANAAN PELATIHAN DITEMPAT KERJA


-

l. Daftar Peralatan dan Bahan Pelatihan


Peralatan dan bahan pelatihan diperlukan untuk proses pelaksanaan pelatihan,
penyusunannya dibuat pada setiap unit kompetensi. Daftar peralatan diisi dengan
rincian kebutuhan jenis peralatan yang digunakan dalam proses pelatihan pada unit
kompetensi, sedangkan daftar bahan diisi rincian kebutuhan bahan-bahan yang
digunakan habis dalam proses pelatihan dengan spesifikasi tertentu sehingga
mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, kebutuhan alat dan bahan mencakup kebutuhan untuk penyampaian
pengetahuan dan keterampilan (teori dan praktik) selama proses pelatihan
berlangsung.

DAFTAR PERALATAN DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Nama Pelatihan :
2. Kode Program Pelatihan :
NO
I

UNIT KOMPETENSI

KODE UNIT

DAFTAR PERALATAN

DAFTAR BAHAN

KET

UNIT KOMPETENSI

II

NON UNIT KOMPETENSI

6. Validasi Program Pelatihan


Memvalidasi Program Pelatihan merupakan langkah-langkah mensahihkan/menjadikan
program

pelatihan

dapat

diterima

oleh

lembaga

terkait

karena

dapat

12

dipertanggungjawabkan kebenarannya/kesempurnaannya. Komponen program pelatihan


yang akan divalidasi adalah:
a. Nama pelatihan
b. Kode program
c. Kualifikasi/jenjang pelatihan
d. Tujuan pelatihan
e. Unit kompetensi yang ditempuh
f.

Persyaratan peserta pelatihan

g. Persyaratan instruktur
h. Kurikulum berbasis kompetensi
i.

Silabus pelatihan berbasis kompetensi

j.

Bahan dan alat pelatihan

Validasi Kesesuaian Program Pelatihan Terhadap


Kebutuhan Sumber Daya Pelatihan
Nama Program Pelatihan
Kode Program
:
Tujuan Pelatihan
:

NO.

DAFTAR UNIT KOMPETENSI

SARFAS

SUMBER DAYA PELATIHAN


SDM
SISMET

DANA

KET
7

Kesesuaian Program Pelatihan


Terhadap Pedoman Penyusunan Program Pelatihan

No.

Komponen program pelatihan

Judul/nama
Program Pelatihan

Kode Program Pelatihan

Jenjang program pelatihan

Tujuan pelatihan

Muatan Satuan Materi/


Unit-unit kompetensi

dst

Kriteria

Hasil
S

TS

Tanggapan

13

B. Tahapan Penyusunan Program Pelatihan


Penyusunan Program PBK dibuat beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan penyusunan draft Program PelatihanBerbasis Kompetensi
2. Penyusunan draft Program PelatihanBerbasis Kompetensi
3. Pembahasan draft Program PelatihanBerbasis Kompetensi
4. Penyempunaan draft Program PelatihanBerbasis Kompetensi
5. Validasi program Program PelatihanBerbasis Kompetensi
6. Standarisasi program Program PelatihanBerbasis Kompetensi
7. Revisi Program PelatihanBerbasis Kompetensi.

II.

MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN

II.1 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

KODE UNIT

: P.854900.013.01

JUDUL UNIT

: Mendesain Media Pembelajaran

DESKRIPSI UNIT : Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan


pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam mendisain media
belajar.

ELEMEN KOMPETENSI
1. Mendesain dan memvalidasi
suatu strategi untuk media
pembelajaran

2. Memilih media pembelajaran

KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Desain program pelatihan dianalisis.
1.2 Strategi untuk media pembelajaran dirumuskan.
1.3 Strategi untuk pengembangan media
pembelajaran divalidasi dengan mereka yang
terlibat dalam proses pelatihan.
2.1. Materi pembelajaran yang ada diinventarisasi.
2.2. Metode pembelajaran dipilih sesuai dengan
materi pembelajaran.
2.3. Media pembelajaran dipilih sesuai pembelajaran.

3. Mengembangkan media cetak,


non-projectable and projectable

3.1 Media didesain berdasarkan pada strategi dan


rencana umum untuk pengembangan media.
3.2 Hasil desain media pembelajaran
dikembangkan.

14

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini digunakan dalam membuat desain pembelajaran sebagai
persiapan sebelum melaksanakan pelatihan.
1.2 Media cetak yang dimaksud tidak termasuk modul pelatihan kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1. Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Printer
2.1.3 Media pembelajaran
2.2. Perlengkapan
2.2.1 Alat tulis kantor
3. Peraturan yang diperlukan
(Tidak ada.)
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1.

Penilaian dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan, sikap kerja, proses


dan hasil yang dicapai dalam melaksanakan unit kompetensi ini.

1.2.

Penilaian dapat dilakukan dengan kombinasi metode: lisan, tertulis, observasi,


praktek dan/atau portofolio.

1.3.

Penilaian dapat dilaksanakan di salah satu atau kombinasi dari: workshop, kelas,
tempat kerja dan/atau Tempat Asesmen Kompetensi (TAK).

2. Persyaratan kompetensi
2.1.

P.854900.011.01 Menyusun Program Pelatihan

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1

Jenis-jenis media pembelajaran

3.1.2

Jenis-jenis metode pembelajaran

3.2 Keterampilan
3.2.1

3.2.1 Mengolah data

3.2.2

3.2.2 Menggunakan media pembelajaran

15

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Cermat
4.2 Kreatif
4.3 Inovatif

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam memilih media pembelajaraan yang sesuai

II.2 Materi Mendesain Media Pembelajaran


Program pelatihan yang telah disusun sebelum menjadi pedoman penyelenggaraan
pelatihan diberbagai Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), perlu dicermati dan dikaji relevansinya.
Program pelatihan yang akan dikaji disusun berdasarkan Pedoman Penyusunan Program
Pelatihan Berbasis Kompetensi yang dikeluarkan oleh Ditjen Binalattas Depnakertrans.
SKEMA KAJIAN RELEVANSI KURIKULUM DAN SILABUS DENGAN TUJUAN
NAMA
PELATIHAN

TUJUAN
PELATIHAN
PROGRAM
PELATIHAN

UNIT
KOMPETENSI

RELEVANSI/
KOHESI

KURIKULUM &
SILABUS

A. Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan Alat Bantu seperti Audio, Visual ataupun Multi
media yang banyak digunakan sebagai sarana didalam pertemuan atau pelatihan yang
menggunakan metode untuk menyampaikan pesan atau pelajaran.
Alat Bantu seperti ini di lingkungkan pendidikan dan pelatihan sering disebut
sebagai AVA atau Audio Visual Aid.
1)

Karakteristik media pembelajaran


Dapat dilihat dan atau didengar (model, rekaman video, powerpoint)
Alat bantu pembelajaran ( Benda Nyata, Benda tiruan)

16
Medium perantara informasi (penyampai informasi)
Alat belajar (modul, rekaman, bahan ajar)
2)

Fungsi media
Memperbesar perhatian
Memberikan pengalaman nyata
Menentukan cara berpikir kongkrit
Melatih pemikiran secara kontinyu dan teratur
Mengatasi keterbatasan
Membangkitkan motivasi
Memberikan pengalaman yang tak mudah didapat .

3)

Kriteria pemilihan media


Sesuai kompetensi, siswa, kebutuhan, daerah, dan biaya
Keadaan sarana pendukung
Kemampuan pengelolaan
Ketepatgunaan/efisiensi
Mutu teknis

Media

pembelajaran

adalah

segala

bentuk

dan

saluran

yang

digunakan

untuk

menyampaikan pesan atau informasi dalam rangka proses pembelajaran antara lain meliputi
buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer.
Tabel 1
Pesan dalam Komunikasi Bagaimana Diproduksi dan Dicerna
PESAN DICERNA DAN
DIINTERPRETASI DENGAN:

PESAN DIPRODUKSI DENGAN:


Berbicara, menyanyi, memainkan alat musik,
dsb.

Mendengarkan

Memvisualisasikan melalui film, foto, lukisan,


gambar, model, patung, grafik, kartun, gerakan
nonverbal

Mengamati

Menulis atau mengarang

Membaca

Instruktur harus memiliki kompetensi yang berkaitan dengan media pembelajaran yang
meliputi:

1) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pembelajaran


2) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
3) Seluk-beluk proses pembelajaran

17
4) Hubungan antara metoda melatih dan media pembelajaran
5) Nilai atau manfaat media pembelajaran dalam pembelajaran
6) Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran
7) Media pembelajaran berkaitan dengan materi pelatihan
8) Usaha inovasi dalam media pembelajaran.
Kapan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar (teaching aids) dan alat bantu
belajar (learning aids) berfungsi sebagai alat peraga, di bawah ini dijelaskan melalui gambar
skema.
KURIKULUM

ALAT PERAGA

INSTRUKTUR

INSTRUKTUR

MEDIA

MEDIA

INSTRUKTUR

SISWA

Penjelasan Diagram Pola Instruktur:


Pola 1: Instruktur
Sumber belajar peserta pelatihan hanya instruktur, artinya instruktur memegang kendali
penuh atas proses pembelajaran.
Pola 2: Instruktur dan Alat Peraga
Sumber belajar peserta pelatihan instruktur dibantu bahan/sumber lain. Instruktur masih
memegang kendali, hanya tidak mutlak karena sumber lain itu berfungsi sebagai alat bantu
atau alat peraga.
Pola 3: Instruktur dan Media
Sumber belajar peserta pelatihan instruktur dan sumber lain berdasarkan pembagian
tanggung jawab. Kendali dibagi bersama. Sumber lain merupakan bagian integral dari
seluruh proses pembelajaran. Dalam hal ini sumber lain itu disebut media.
Pola 4: Media
Sumber belajar peserta pelatihan bukan instruktur/orang, melainkan media.

18

Peranan dan fungsi media pembelajaran sangat dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengar
(peserta pelatihan), serta sarana dan prasarana yang tersedia, di samping karakteristik
medianya sendiri.

Proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal yang berhubungan dengan


rangsangan dari luar yang masuk ke dalam diri peserta pelatihan melalui inderanya, yaitu
terutama indera penglihatan dan pendengaran. Dalam hal ini, media pembelajaran
merupakan faktor eksternal yang dapat memberikan rangsangan untuk terjadinya proses
pembelajaran melalui pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) sehingga peserta akan
menerima informasi lebih mudah untuk dipelajari. Informasi dalam bentuk audio dan visual
sangat penting dalam proses pembelajaran.
Menurut prinsip pembelajaran bahwa makin banyak indera yang dilibatkan akan membawa
hasil lebih baik. Dalam buku Worker Education and Aids Techniques dari ILO (International
Labor Organization) menyatakan bahwa kemampuan mengingat seseorang rata-rata adalah
sebagai berikut:

(1)

Hanya untuk mendengar

: 20%

(2)

Hanya untuk melihat

: 30%

(3)

Dengan melihat dan mendengar

: 50%

(4)

Dengan melihat, mendengar, dan mengucapkan

: 70%

(5)

Dengan mlihat, mendengar, mengucapkan, dan mela-ukan

: 90%

SHEAL PETTER (1989)

MENERIMA
10 %

DENGAR

20 %

LIHAT

30 %
50 %

DENGAR + LIHAT
DENGAR + LIHAT+DISKUSI

70 % DENGAR+LIHAT+DISKUSI+MENCOBA
90 %

PRAKTIK

BERBUAT

19

B. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional material) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dikuasai oleh peserta pelatihan dalam rangka memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan.
Tiga pengertian materi pembelajaran menurut National Center for Vocational Education
Research Ltd adalah :
1) Merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan instruktur
2) Bahan ajar digunakan untuk membantu instruktur dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok yang utuh
dari kompetensi yang akan dikuasai peserta pelatihan dalam proses pembelajaran.

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum,
yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran yang
sesuai dengan Standar Kompetensi. Artinya materi yang ditentukan untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan indikator unjuk kerja atau Silabus .
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.

Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi mesin,
peralatan kerja, Fasilitas dan sarana kerja.
Contoh: Komputer, alat kerja bangku, bengkel.

b.

Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan
sebagainya.
Contoh: Peningkatan Produktifitas kerja .

c.

Prinsip adalah berupa hal-hal pokok dan memiliki posisi terpenting meliputi dalil, rumus,
paradigma, teori serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab
akibat.
Contoh: Hukum Newton, Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja.

d.

Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam melakukan suatu


aktivitas dan kronologi suatu sistem.
Contoh: Langkah-langkah mengajar.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika mengidentifikasikan materi pembelajaran,


diantaranya:
a. Potensi peserta pelatihan meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial dan
potensi keterampilan.
b. Relevansi dan karakteristik daerah/lokasi .

20

c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta pelatihan
d. Kebermanfaatan bagi peserta pelatihan.
e. Aktulaitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran.
f.

Relevansi kebutuhan peserta pelatihan dan kebutuhan Industri

g. Alokasi waktu

Agar dapat membuat urutan materi yang diajarkan seorang instruktur harus memahami ciri
dan isi pelajaran, prinsip pemilihan isi materi, taksonomi bloom mengenai kecakapan belajar
dari peserta. Materi pelatihan harus dirancang menurut prinsip prinsip belajar dengan urutan
yang tepat yaitu :
dari materi yang mudah menuju materi yang mempunya tingkat kesulitan yang tinggi
dari materi yang bersifat harus
yang dikuasai/must know menuju
materi yang bersifat sebaiknya
diketahui/nice to know
dari materi yang sederhana menuju
materi yang kompleks
dari materi yang nyata menuju
materi yang abstrak
dari materi yang menyeluruh menuju materi yang rinci sehingga dapat diambil kesimpulan
Must know: pengetahuaan atau keterampilan yang

wajib dikuasai untuk mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan benar, tepat, aman dan prosedural.


Should know: pengetahuaan atau keterampilan yang bila dikuasai dapat membantu
menyelesaikan pekerjaan tertentu dengan lebih cepat dan lebih baik.
Nice to know: pengetahuaan atau keterampilan yang bila dikuasaai akan memperluas
pengertian tentang pekerjaan, namun pengaruhnya tidak begitu banyak dalam penyelesaian
pekerjaan.
Memilih isi dan materi pelajaran dapat dilakukan berdasarkan: Prioritas, waktu, nilai belajar,
fasilitasnya, frekuensi penggunaan, kemungkinan digunakan dan karena kekhususannya.
C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

21

Terdapat berbagai macam metoda pelatihan yang dapat digunakan instruktur pelatihan
untuk melakukan transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta
pelatihan, namun secara garis besar dapat dikelompokkan dan 2 (dua) kelompok sebagai
berikut:

Berpusat pada instruktur / Teacher Centered Learning (TCL) diantaranya:


1)

Ceramah

2)

Demonstrasi

Berpusat pada peserta / Student Centered Learning (SCL) diantaranya :


1)

Diskusi

2)

Simulasi

3)

Praktik

4)

Brainstorming

5)

Debat

6)

Seminar

7)

role playing

8)

Studi Kasus

Selain hal-hal diatas masih terdapat banyak sekali Metode Pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses Pelat ihan, misalnya : metod e out bound, metod e
quantum learning dan lain sebagainya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran adalah :


1)

Ceramah
Merupakan metode pembelajaran yang memberikan informasi pada sejumlah siswa
pada suatu kesempatan.

Kekuatan

: dapat mencakup banyak siswa, tidak banyak memerlukan peralatan


serta penyaji dapat tepat waktu.

Kelemahan : tidak mendorong seseorang untuk mengingat semua materi,


partisipasi siswa terbatas, penilaian terbatas pada kemampuan siswa
dan tidak ada keseimbangan berpikir antara guru-siswa.

2)

Demonstrasi
Merupakan pembelajaran seorang guru yang memperlihatkan suatu proses.

Kekuatan

: lebih menimbulkan minat, dapat menjelaskan prinsip-prinsip dan


prosedur yang masih belum jelas serta belum dipahami untuk
keterampilan tertentu.

22

Kelemahan : memerlukan waktu persiapan yang agak lama, peralatan mahal dan
sering dilakukan oleh kelompok terbatas.

3)

Diskusi
Merupakan ajang bertukar pikiran diantara sejumlah orang dalam membahas masalah
tertentu yang dilaksanakan secara teratur, dan bertujuan untuk memecahkan masalah
secara bersama.

Kekuatan

: siswa

dapat

berpartisipasi

aktif

dalam

pembelajaran,

mengembangkan tanggungjawab, mengembangkan rasa percaya


diri, ide berkembang, terbuka, terarah, memperoleh banyak informasi.

Kelemahan : memerlukan banyak waktu, perlu persiapan yang matang serta perlu
waktu untuk siswa yang bersifat pemalu dan otokratif.

4)

Simulasi
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menirukan suatu
kegiatan atau pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.

Kekuatan

: bersifat menyenangkan, dapat mengembangkan kreativitas siswa,


kegiatan dilakukan tanpa memerlukan lingkungan sebenarnya,
menimbulkan interaksi antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir
kritis.

Kelemahan : siswa harus siap mental, lebih mementingkan proses pengertian,


tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.

5)

Laboratorium / Praktek
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan
konsep pelajaran yang telah diterima.

Kekuatan

: dapat mengembangkan kreativitas siswa, menimbulkan interaksi


antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir kritis.

6)

Kelemahan : membutuhkan waktu lama, tidak semua hal dapat dipraktekkan.

Brainstorming
Metode ini digunakan dalam pemecahan masalah, setiap anggota kelompok
mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan yang terpikirkan.

Kekuatan

: dapat memunculkan pendapat baru, merangsang semua anggota


mengambil bagian, tidak menyita waktu, hanya sedikit pengalaman
yang diperlukan.

23

Kelemahan : mudah lepas dari kontrol, harus ada evaluasi, dan anggota
cenderung mengadakan evaluasi setelah satu pendapat diajukan.

7)

Debat
Merupakan metode pembelajaran yang memilih dan menyusun materi ajar menjadi
suatu paket pro dan kontra.

Kekuatan

: dapat

mengembangkan

kemampuan

akademik

siswa

dan

merangsang kemampuan siswa untuk mengeluarkan pendapat


sesuai dengan posisinya dalam kelompok debat.

8)

Kelemahan : tidak semua siswa dapat terlibat langsung, kurang efektif.

Seminar
Metode belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang suatu hal.

Kekuatan

: melatih menumbuhkan sikap positif siswa, memperkaya pengetahuan


siswa serta memberi kesempatan siswa untuk saling berinteraksi.

Kelemahan : memakan waktu lama dan bila siswa belum kondusif maka seminar
tidak berjalan efektif.

9)

Bermain Peran (Role Play)


Merupakan metode yang menetapkan seseorang pada situasi tertentu, seolah-olah
menggambarkan situasi sebenarnya melalui penokohan, pengekspresian sikap, dan
tindakan-tindakan.

Kekuatan

: dapat mendorong keterlibatan lebih mendalam dan memusatkan


perhatian pada aspek yang dikehendaki.

Kelemahan : keengganan melakukan peran, tidak menghayati, kurang realistis,


dianggap dialog biasa.

10) Studi Kasus


Metode ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan konsep dan teknik analisis
dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Kekuatan

: dapat memberikan wawasan yang luas, pertukaran pendapat,


membuka kesiapan mental serta menemukan beberapa alternatif.

Kelemahan : sulit

mengukur

sikap dan

perilaku,

hambatan

waktu,

dapat

menimbulkan frustasi bagi siswa yang tidak punya ide pemecahan


masalah.

24

Hal yang lebih penting dari metode Pelatihan adalah kesiapan instruktur didalam
melakukan transfer of knowledge dengan cara mempersiapkan diri atas materi yang akan
diajarkan dan penguasaan keterampilan instruktur terhadap materi paktik serta
keterampilan berkomunikasi dengan siswa. Memilih metoda dapat dianalisis berdasarkan:

1. Tujuan belajar
2. Materi pelatihan
3. Jumlah peserta dan luas ruangan
4. Tingkat kemampuan peserta (level peserta)
5. Fasilitas yang tersedia
6. Waktu( durasi dan timing)
7.

Panca indera apa saja yang hendak dilibatkan

D. Mernacang media pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran

(1) Papan Visual


Papan visual adalah papan yang dapat menyampaikan pesan-pesan visual, seperti
papan tulis, papan magnetik, papan lembar balik, papan buletin, papan flanel, papan
peragaan (display board)

(a) Papan Tulis


Papan tulis dapat kita kata-kan sebagai media visual atau alat bantu visual apabila di atasnya telah memu-at pesan, artinya papan tulis yang bersih hanya
sebagai alat tulis saja

(b) Papan Magnetik/White Board


Papan tulis spidol biasanya berwarna
putih dan meng-gunakan spidol hitam.

Selamat

Papan tulis spidol ada yang berfungsi


sebagai papan magnetik karena bahan
dasarnya terdapat unsur logam.

(c) Peta Lipat (flip chart)


Flip chart adalah bahan ajar yang dituliskan
pada kertas chart ukuran A0 yang disiapkan
sebelum mengajar dan dijepitkan pada standard
chart atau pada jepitan.

(2) Benda Asli dan Benda Tiruan (Model)

MAGNET

25

Benda asli dan benda tiruan mempunyai kegunaan yang spesifik. Ada tiga macam
benda asli, yaitu:

(a) Benda yang sebenarnya (unmodified real thing) adalah benda sebagaimana
adanya, tanpa perubahan, kecuali hanya dipindah-kan dari tempat aslinya.
Sayangnya benda asli ini tidak selalu dapat dihadirkan/digunakan kapan saja dan
di mana saja saat dibutuhkan karena ukurannya atau karakteristik lainnya.

(b) Benda yang sudah dimodifikasi (modified real thing) adalah benda asli yang
sudah dimodifikasi, seperti mock-up (replika,imitasi/tiruan), miniatur, dan cutaway
(potongan-potongan).

(c) Spesimen, sering juga disebut sampel adalah benda asli yang digunakan sebagai
contoh atau sampel dari bagian grup atau kemasan pak atau kotak/dus.
Secara skema penggolongan benda atau obyek tersebut di atas dapat dilihat
pada gambar skema di bawah ini.
Gambar. Penggolongan Media Obyek
OBYEK/BENDA

ALAMI

BUATAN

TIRUAN

REPLIKA

MODEL

MOCK UP

PADAT

POTONG SILANG

KERJA

SPESIMEN

Penjelasan:
Obyek alami, benda hidup (hewan, tanaman) dan benda mati (batu-batuan)
Obyek Buatan, benda dibuat untuk keperluan manusia (bangunan, mesin, mainan)
Obyek Tiruan, benda dibuat sebagai pengganti atau mewakili benda aslinya
Replika, benda pengganti atau mewakili yang mempunyai ukuran dan bentuk sama
dengan benda aslinya (armatur starter dibuat dari kayu)
Model, benda pengganti atau mewakili dapat dibuat denganberbagai bahan antara
lain kayu, plastik, ebonit, dsb. dengan skala tertentu dan mempunyai komponenkomponen yang dapat bergerak menurut pola benda aslinya. Bagian-bagian dari
model biasanya diberi warna berbeda-beda yang kontras sehingga dapat
menunjukkan dengan jelas komponen yang ada serta memperjelas arah proses
dan cara kerja dari suatu benda sesuai dengan aslinya.

26

Model padat, benda pengganti atau mewakili yang terutama menunjukkan bentuk
bagian luar.
Model potong silang, benda pengganti atau mewakili yang terutama menunjukkan
struktur bagian dalam.
Model

kerja,

benda

pengganti

atau

mewakili

yang

terutama

untuk

mendemonstrasikan fungsi, proses atau cara kerja.


Mock up, benda pengganti atau mewakili dari suatu bagian/ komponen yang dapat
dilepas atau dipisahkan dari dudukannya maupun diiris atau dipotong terbuka
digunakn untuk menunjukkan fungsi dan cara kerja komponen-komponennya.
Spesimen, bagian dari suatu obyek asli dan dapat juga merupakan satu contoh
untuk mewakili dari kelompok keseluruhan.

(3) Multimedia Berbasis Komputer dalam Proses Pembelajaran


Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan
organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung.
Komputer adalah alat elektronik yang termasuk pada kategori multimedia karena
mampu melibatkan berbagai indera dan organ tubuh, seperti telinga, mata, dan
tangan yang dengan pelibatan ini informasi yang diperoleh mudah diterima dan
dimengerti. Komputer juga merupakan sumber belajar karena menyediakan berbagai
macam bentuk media yang memungkinkan peserta pelatihan dapat berunjuk kerja.

(a) Multimedia Presentasi


Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi pengetahuan dalam
pembelajaran klasikal, baik untuk kelompok kecil maupun kelompok besar. Media
ini cukup efektif karena menggunakan multimedia proyektor yang memiliki
jangkauan pancar cukup besar sehingga peserta dapat melihat dengan jelas.
Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya menggunakan software
power point.

(b) Video Pembelajaran


Komputer juga bisa digunakan untuk proses pembelajaran melalui video, artinya
materi ajarnya sudah direkam di VCD/DVD.

(c) Internet
Internet adalah jaringan global yang menghubungkan jutaan komputer di seluruh
dunia manakala sudah terhubung dengan internet maka akan tersedia banyak
informasi yang dapat diperoleh. Dengan demikian, si pemakai internet akan dapat
menghubungi banyak komputer kapan saja dan dari mana saja di belahan bumi
ini guna memperoleh informasi, mengirimkan informasi, atau berinteraksi dengan
sesama pengguna internet.

27

E. Pedoman Menentukan Pengembangan Media Pembelajaran


Untuk menentukan jenis media mana yang akan dikembangkan, tentunya harus dilakukan
identifikasi kemungkinan media pembelajaran yang akan digunakan. Untuk itu, dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel di bawah ini.

Tabel. Mengidentifikasi jenis media pembelajaran yang akan dikembangkan


Jenis/Nama Media: .
NO.
1.

SDM

2.

Anggaran

3.

Material/bahan

4.

Peralatan kerja

5.

Metoda Kerja

6.

Tempat Kerja

7.

Waktu

III.

KETERSEDIAAN

UNSUR

Ya

KETERANGAN

Tidak

MERENCANAKAN PENYAJIAN MATERI PEMBELAJARAN

III.1 Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)

KODE UNIT

P.854900.016.01

JUDUL UNIT

Merencanakan Penyajian Materi Pembelajaran

DESKRIPSI UNIT :

Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan


pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam merencanakan
penyajian materi pembelajaran.

ELEMEN KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

1. Merancang sesi
pembelajaran

1.1 Materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran


diidentifikasi
1.2 Materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran
disusun dalam sesi dan pentahapan pembelajaran

2. Mempersiapkan
bahan/perlengkapan
pembelajaran dan
media yang digunakan

2.1. Bahan/perlengkapan pembelajaran dan media


pembelajaran yang digunakan diidentifikasi dan
dikelompokkan.
2.2. Bahan/perlengkapan pembelajaran dan media
pembelajaran yang digunakan disusun dalam bentuk
rencana pembelajaran.

28

3. Mengorganisasikan
lingkungan
pembelajaran sesuai
dengan situasi yang
pembelajaran.

3.1. Tempat proses pembelajaran beserta fasilitasnya


diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan.

3.2. Media/sarana pendukung pembelajaran yang akan


digunakan baik untuk instruktur maupun peserta
pelatihan disiapkan.
2.3. Fasilitas, bahan/perlengkapan pembelajaran, media
pembelajaran dan jadual pembelajaran diorganisasikan
sesuai dengan rencana pembelajaran.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel:
Unit ini berlaku untuk merancang sesi pembelajaran, mempersiapkan
bahan/perlengkapan pembelajaran dan media yang digunakan, mengorganisasikan
lingkungan pembelajaran sesuai dengan situasi yang pembelajaran yang digunakan
merencanakan penyajian materi pembelajaran.
2. Peralatan dan Perlengkapan
2.1. Peralatan
alat pengolah data
2.2. Perlengkapan
2.2.1 Program pelatihan
2.2.2 Buku literatur/referensi
2.2.3 Alat tulis kantor
3. Peraturan yang diperlukan
(Tidak ada.)
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
Standar kompetensi

PANDUAN PENILAIAN:

1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan, sikap kerja, proses dan
hasil yang dicapai dalam melaksanakan unit kompetensi ini.
1.2 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan merancang sesi
pembelajaran, mempersiapkan bahan/perlengkapan pembelajaran dan media yang
digunakan, mengorganisasikan lingkungan pembelajaran sesuai dengan situasi

29

yang pembelajaran yang digunakan untuk merencanakan penyajian materi


pembelajaran sebagai bagian dari program pelatihan.
1.3 Penilaian dapat dilakukan dengan kombinasi metode: lisan, tertulis, observasi, dan
atau portofolio.
1.4 Penilaian dapat dilaksanakan di salah satu atau kombinasi dari: workshop, kelas,
dan tempat kerja.

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan


3.1 Pengetahuan
Rencana penyajian materi pelatihan
3.2 Keterampilan
Menyusun rencana penyajian materi pelatihan

4. Sikap yang diperlukan


Cermat dalam menterjemahkan program pelatihan dengan rencana yang akan disusun

5. Aspek kritis
Ketepatan dalam melakukan kesesuaian rencana dengan modul pelatihan

III.2 Materi Pembelajaran Merencanakan Penyajian Materi Pembelajaran

Pada awal pertama kali seorang instruktur yang baru diangkat dan diperintahkan untuk
mengajar suatu materi pelatihan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan informasi tentang pelatihan yaitu:
Peserta pelatihan
Latar belakang peserta, kemampuan dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya,
serta pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti sebelumnya
Program pelatihan
Unit Kompetensi. Tujuan Pelatihan, isi materi, metode pelatihan
Sarana dan fasilitas
Sarana dan fasilitas yang disediakan, jadwal, serta lokasi dimana pelatihan dilaksanakan
dapat diketahui dari pihak penyelenggara pelatihan.

30

Perencanaan yang dibuat oleh instruktur tentang kegiatan apa yang harus dilakukannya
dikelas sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar, karena dengan adanya
perencanaan yang matang maka materi yang disampaikan tidak menyimpang dari program
pelatihan, fasilitasi dan penyajian yang disampikan instruktur telah terstruktur dan sistematis,
sehingga pelaksanaan pembelajaran akan efektif dan efisien.

Diagram proses penyusunan rencana penyajian materi pembelajaran


1.

Merancang Sesi Pembelajaran


Merencanakan penyajian materi pembelajaran adalah kegiatan penyusunan yang
dilakukan oleh seorang instruktur sebagai awal persiapan dalam melaksanakan proses
pembelajaran dan melakukan pengaturan jadwal jam pelatihan disesuaikan dengan
topik-topik materi yang akan diajarkan. Penyusunan sesi pembelajaran dilakukan
dengan memperhatikan Standar, Silabus, metode, media dan waktu yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membuat peserta pelatihan menerima materi
pembelajaran dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika merancang sesi pembelajaran antara lain :
a. Menganalisis materi pembelajaran
Mengumpulkan informasi dari kurikulum/silabus pelatihan atau dari unit kompetensi.
Analisis materi pembelajaran dibuat dalam bentuk matrik yang berisikan perihal:

judul unit kompetensi atau materi pembelajaran, elemen kompetensi, kriteria unjuk
kerja, indikator unjuk kerja, domain pengetahuan, ketererampilan, dan atau sikap,
sumber belajar, metode, media, dan waktu. ( Lihat Pada lembar Lampiran)

31

b. Menyusun tahapan penyajian materi pembelajaran


Tahapan materi pembelajaran adalah alur proses tiap-tiap isi/konten pembelajaran
yang akan disajikan menurut urutan waktu penyajiannya. Penyusunan struktur
tahapan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan mengurutkan isi/konten
pembelajaran. Biasanya terlebih dahulu dilakukan penyajian materi teori kemudian
latihan

atau

prakteknya.

mempertimbangkan

Menyusun

tahapan

materi

pemilihan media pembelajaran

pembelajaran

perlu

dan Prioritas isi/konten.

Penyusunan tahapan penyajian materi pembelajaran dapat dilakukan dengan


menggunakan:

2.

Diagram alir

Nomor urut materi

Mempersiapkan Bahan/Perlengkapan Pembelajaran dan Media yang Digunakan


Sebelum melaksanakan penyajian materi pembelajaran seorang instruktur harus yakin
betul bahwa persiapan bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran telah ditetapkan dan direncanakan penggunaannya. Persiapan
bahan dan media yang akan digunakan disususun instruktur dalam bentuk rencana
pembelajaran atau lesson plan.
Lesson Plan disusun oleh instruktur sebelum melaksanakan proses pembelajaran yang
isinya antara lain Judul Materi, tujuan pembelajaran, uraian kegiatan peserta dan
instruktur, metode, alat dan media pembelajaran, serta alat evaluasi yang akan
digunakan.
Bahan yang bisa dipakai dalam menyusun lesson plan adalah hasil analisis materi
pembelajaran dan tahapan penjajian materi pembelajaran serta format atau template
rencana penyajian materi pembelajaran disesuaikan dengan format yang telah
disepakati bersama.
Judul topik bahasan ini bisa diambil dari judul unit kompetensi, atau elemen kompetensi
atau topik bahasan yang diambil dari KUK.
Adapun tujuan pembelajaran merupakan kemampuan yang diharapkan dapat diperoleh
oleh peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan. Narasi

tujuan pembelajaran ini

hendaknya merupakan kalimat yang terukur, dengan mengandung unsur-unsur:


audience, perubahan tingkah laku, kriteria, dan kondisi (ABCD) serta mengikuti prinsipprinsip tujuan pembelajaran yaitu SMART.

Berdasarkan struktur penyajian materi pembelajaran maka disusun tahapan belajarmengajar. Tahapan belajar-mengajar dikelompokkan dalam 4 tahap, yaitu:

32

Tahap motivasi: tahap ini adalah tahap awal/persiapan proses belajar-mengajar


yang berfungsi memotivasi peserta pelatihan agar tertarik dan fokus terhadap topik
yang akan disajikan

Tahap elaborasi: pada tahap ini instruktur lebih berperan dalam mengelaborasi atau
mempresentasikan materi pembelajaran

Tahap konsolidasi: pada tahap ini diharapkan dilaksanakan dengan lebih


menekankan pada terjadinya penyerapan dan pengendapan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap oleh peserta pelatihan dengan melakukan tugas-tugas atau
praktik, dan

Tahap evaluasi: adalah tahap akhir yang intinya mengukur pencapaian belajar
peserta pelatihan

Setiap tahapan belajar-mengajar tersebut disebutkan metode yang dipakai, alat bantu
yang digunakan, dan lamanya waktu pelaksanaan kegiatan tersebut. Lesson plan yang
disusun oleh instruktur dapat menjadi skenario dalam pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas.

3.

Mengorganisasikan Lingkungan Pembelajaran Sesuai dengan Situasi


Pembelajaran
Seorang instruktur dapat membuat checklist kesiapan bahan dan media pembelajaran
seperti hal-hal sbb:
Lesson plan
Handouts
Materi presentasi
Alat evaluasi
Ruang kelas
Papan tulis
OHP/LCD
Peralatan praktek
Bahan praktek
Untuk memastikan kesiapan bahan dan media pembelajaran tersebut seorang instruktur
dapat menggunakan checklist. Checklist tersebut dapat seperti berikut:

33

Checklist Kesiapan Bahan/Perlengkapan dan Media/Sarana Pembelajaran


Unit Kompetensi/Materi Pembelajaran: ......

No

Bahan/Sarana

IV.

1.

Lesson plan

2.

Handouts

3.

Materi presentasi

4.

Alat evaluasi

5.

Ruang kelas

6.

Papan tulis

7.

OHP/LCD

8.

Peralatan praktek

Kesiapan
Siap

Lokasi/PIC

Belum

Tindakan

Ket.

MELAKSANAKAN PELATIHAN TATAP MUKA (FACE TO FACE)

IV.1 Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)


KODE UNIT

: P.854900.017.01

JUDUL UNIT

: Melaksanakan Pelatihan Tatap Muka (Face to Face)

DESKRIPSI UNIT

: Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan


pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyajikan/
melaksanakan pelatihan (face to face).

ELEMEN KOMPETENSI
1. Menjalin hubungan kerja
yang baik pada situasi
pembelajaran

KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Hubungan kerja yang baik antar peserta pelatihan
dalam proses pembelajaran diwujudkan dalam
bentuk saling memahami peran masing-masing
1.2 Hubungan kerja yang baik antara peserta pelatihan
dengan instruktur diwujudkan dalam bentuk saling
memahami peran masing-masing
1.3 Hubungan yang harmonis antara peserta pelatihan
dan instruktur dengan situasi lingkungan
pembelajaran, yang diwujudkan dalam bentuk
saling memahami peran masing-masing

2. Menerapkan bimbingan
yang tepat dalam situasi
pembelajaran

2.1 Materi bimbingan diidentifikasi sesuai dengan


situasi pembelajaran
2.2 Proses pembelajaran simulasi dilaksanakan

34

dengan lancar, tertib sesuai dengan rencana


2.3 Proses pembelajaran dilaksanakan secara individu,
kelompok kecil dan kelompok besar
3. Memonitor proses
pembelajaran dalam situasi
pembelajaran

3.1 Proses pembelajaran diidentifikasi sesuai dengan


situasi pembelajaran
3.2 Proses fasilitasi bimbingan pembelajaran dimonitor
3.3 Proses fasilitasi bimbingan pembelajaran
dilaporkan

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel :
Unit ini berlaku untuk menjalin hubungan kerja yang baik pada situasi pembelajaran,
menerapkan

bimbingan yang tepat dalam situasi pembelajaran, memonitor proses

pembelajaran dalam situasi pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi proses


pembelajaran.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1. Peralatan
2.1.1 Alat bantu melatih
2.1.2 Alat peraga
2.2. Perlengkapan
2.2.1 Lesson plan/session plan
2.2.2 Bahan pembelajaran (learning material)
2.2.3 Buku literatur/referensi
2.2.4 Alat tulis kantor
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Pedoman mengelola kelas dan bengkel kerja (classroom and workshop
management)
3.2 Pedoman pelatihan berbasis kompetensi
3.3 Pedoman pelaksanaan mengajar untuk instruktur atau yang relevan
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar kompetensi terkait dengan materi pelatihan
4.2.2 Tata tertib siswa/peserta pelatihan atau yang relevan

35

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Penilaian dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan, sikap kerja, proses dan
hasil yang dicapai dalam melaksanakan unit kompetensi ini.
1.2. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan menjalin hubungan kerja yang
baik pada situasi pembelajaran, menerapkan bimbingan yang tepat dalam situasi
pembelajaran, memonitor proses pembelajaran dalam situasi pembelajaran yang
digunakan untuk memfasilitasi proses pembelajaran sebagai bagian dari program
pelatihan.
1.3. Penilaian dapat dilakukan dengan kombinasi metode: lisan, tertulis, observasi, dan
atau portofolio.
1.4. Penilaian dapat dilaksanakan di salah satu atau kombinasi dari: workshop, kelas,
dan atau tempat kerja.

2. Persyaratan kompetensi
2.3. P.854900.016.01 Merencanakan Penyajian Materi Pelatihan

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Hubungan kerja yang baik antar peserta pelatihan dalam proses pembelajaran
3.1.2 Materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi pembelajaran
3.1.3 Hirarki dan urutan proses pembelajaran
3.2 Keterampilan
3.2.1 Mewujudkan hubungan kerja yang baik antara peserta dengan instruktur
dalam bentuk saling memahami peran masing-masing
3.2.2 Membimbing peserta pelatihan
3.2.3 Melaksanakan proses pembelajaran

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Konsistensi dalam menjaga kontak dengan peserta pelatihan

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mengelola kelas dan bengkel kerja

36

IV.2 Materi Pelatihan Memfasilitasi Proses Pembelajaran


Pelatihan

kerja

merupakan

keseluruhan

kegiatan

untuk

memberi,

memperoleh,

meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan


etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi kompentensi/jabatan/ pekerjaan serta spesifikasi pekerjaan.

1.

Menjalin Hubungan Kerja yang Baik pada Situasi Pembelajaran


Instruktur berfungsi sebagai fasilitator, pelatih, pembimbing teknis, supervisor yang
bertugas untuk menyampaikan materi pelatihan kepada peserta pelatihan di LPK atau di
tempat kerja selama proses pelatihan. Sedang peserta pelatihan adalah peserta yang
telah memenuhi persyaratan teknis dan administrasi untuk mengikuti pelatihan.
Hubungan kerja yang baik pada situasi pembelajaran adalah hubungan antara instruktur
dan peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan
dengan lancar sampai mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan.
Instruktur melaksanakan fungsinya yang baik sebagai komunikator dengan menerapkan
ketentuan berkomunikasi yang efektif sehinggan peserta pelatihan dapat mengikuti
materi pelatihan yang diajarkan dengan mudah dengan penuh semangat belajar.

a. Prinsip Komunikasi Instruksional


Agar hubungan kerja tercipta dengan baik, seorang instruktur harus memahami
prinsip berkomunikasi dalam proses belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar
merupakan serangkaian kegiatan yang harus direncanakan dan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.

1)

Pengertian Komunikasi Instruksional


Proses penyampaian materi pelatihan oleh seorang instruktur kepada peserta
pelatihan berdasarkan ketentuan berkomunikasi dalam mengajar/melatih.

2)

Unsur-unsur Komunikasi
a) Komunikator (pengirim informasi)
b) Informasi/pesan
c) Media/saluran
d) Komunikan (penerima informasi)
e) Efek/umpan balik.

3)

Macam-macam Komunikasi
a) Berdasarkan Media Komunikasi
(1) Komunikasi Verbal, menggunakan bahasa/ucapan;
(2) Komunikasi Nonverbal, komunikasi dengan menggunakan gerak
anggota tubuh atau signal.

37
b) Berdasarkan Umpan-balik
(1) Komunikasi Satu Arah, pengirim informasi tidak memperoleh umpan
balik;
(2) Komunikasi Dua Arah, pengirim informasi memperoleh umpan balik.

b. Tahapan Melatih
Setelah materi pelatihan yang akan diajarkan ditetapkan, instruktur merencanakan
secara rinci tentang bagaimana cara terbaik yang akan ia lakukan dalam melatih atau
membantu peserta pelatihan dalam belajar.
Agar berhasil dalam mengajar/melatih, rencana yang dibuat harus mempertimbang
kan hal-hal sebagai berikut:
1)

Tujuan pembelajaran

2)

Jenis materi pelatihan, pengetahuan atau keterampilan

3)

Metoda melatih yang tepat

4)

Lingkungan pembelajaran

5)

Bahan dan peralatan yang akan digunakan

6)

Perbedaan individu peserta pelatihan

7)

Faktor-faktor keefektifan belajar, antara lain motivasi, prinsip belajar,


penggunaan panca indera.

Waktu melatih/mengajar materi pelatihan diajarkan secara bertahap yang biasa


digunakan adalah Pola Empat Tahap dalam Mengajar (The four step pattern of
instruction) atau juga disebut The Standard Herbartian Lesson.
Pola ini terdiri atas empat tahap mengajar, yaitu:
1)

Tahap Pendahuluan (Introduction/Preparation)


Tahap pendahuluan dibagi dua bagian:
a)

Persiapan instruktur untuk mengajar:


(1) Mengatur

ruangan

(kelas/bengkel)

seperti

ventilasi,

penerangan;
(2) Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan waktu
mengajar;
(3) Menentukan bahan dan alat yang akan digunakan peserta
pelatihan;
(4) Menyiapakan alat bantu mengajar seperti projektor, komputer,
dan lainnya sesuai dengan kebutuhan;
(5) Menyiapkan evaluasi yang akan digunakan.
b)

Menyiapkan peserta pelatihan untuk menerima materi pelatihan:

38

(1) Mencek kehadiran peserta pelatihan, dengan cara memanggil


satu

per

satu

atau

menghitung

jumlahnya

kemudian

dicocokkan dengan daftar hadir peserta dengan catatan jangan


gunakan waktu terlalu lama untuk ini;
(2) Memperkenalkan judul pelajaran, di samping diucapkan, juga
dsampaikan secara tertulis. Kemudian lakukan diskusi singkat
dengan peserta pelatihan tentang judul tersebut;
(3) Melakukan apersepsi, menghubungkan materi yang akan
disajikan dengan materi sebelumnya sehingga jelas kaitannya;
(4) Mengecek pengetahuan peserta pelatihan, dengan melakukan
tanya

jawab

singkat

untuk

mengetahui

sejauh

mana

pengetahuan peserta sebelumnya tentang materi yang akan


disajikan. Dengan demikian, pelajaran dapat dimulai dari apa
yang sudah diketahui peserta pelatihan;
(5) Menyampaikan tujuan belajar, agar para peserta pelatihan
mengetahui dengan jelas kemampuan apa yang akan diperoleh
setelah pelatihan selesai. Dalam hal ini juga disampaikan
manfaat apa yang diperoleh termasuk arah yang akan
dipelajari.
2)

Tahap Penyajian
Bila peserta pelatihan telah benar-benar siap menerima materi pelatihan,
barulah instruktur menyajikan isi pelajaran. Penyampaian isi pelajaran,
baik teori maupun praktik merupakan tahap penyajian. Instruktur
menjelaskan dengan metoda yang tepat.
a)

Menjelaskan
Jika menjelaskan materi pelatihan, perhatikan hal-hal sebagai
berikut:
(1) Buatlah penjelasan itu sederhana, jelas dan masuk akal;
(2) Jangan menggunakan kata-kata, istilah atau ucapan yang
mungkin sulit dimengerti oleh peserta pelatihan;
(3) Jelaskan perlahan-lahan, sesuaikan dengan tingkat
kemampuan peserta pelatihan;
(4) Jangan menjelaskan terlalu banyak hal yang tidak yakin
peserta akan dapat memahaminya.Jelaskan setahap demi
setahap;
(5) Ulangi penjelasan bila diperlukan.

39
b)

Melukiskan/menggambarkan
Bila menggunakan gambar/diagram, perhatikan hal-hal sebagai
berikut:
(1) Yakinkan bahwa peserta pelatihan dapat memahami dan
menginterpretasikan gambar atau sket ke keadaan yang
sebenarnya;
(2) Ukurannya harus cukup besar sesuai dengan jumlah peserta
sehingga seluruh peserta pelatihan dapat melihatnya dengan
jelas.

c)

Mendemonstrasikan
Beberapa materi pelatihan khususnya materi keterampilan diajarkan
dengan cara mendemonstrasikan dan peserta diminta untuk
memperhatikan selagi kegiatan itu dilakukan instruktur.
Dalam hal ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Atur peserta sedemikian rupa sehingga mereka berada pada
posisi seperti kedudukan instruktur;
(2) Lakukan perlahan-lahan agar para peserta dapat mengikuti
dengan jelas;
(3) Tekankan keselamatan dan kunci kerja melakukan pekerjaan
tersebut;
(4) Demonstrasikan secara bertahap, beri kesempatan peserta
bertanya;
(5) Bila diperlukan, ulangi demonstrasi.

d)

Bertanya
Pada

waktu

menyajikan

pelajaran

instruktur

mengajukan

pertanyaan lisan kepada peserta untuk mempertinggi keinginan


belajar dan menjadikan peserta aktif dan terpusat pada apa yang
sedang diajarkan/dijelaskan instruktur.
Bila mengajukan pertanyaan lisan lakukanlah dengan urutan sbb.:
(1) Ajukan pertanyaan yang jelas kepada seluruh peserta;
(2) Berhenti sebentar untuk memberikan kesempatan kepada
peserta untuk memikirkan jawabannya;
(3) Tunjuk salah seorang peserta untuk menjawabnya dengan cara
menyebut namanya;
(4) Dengarkan jawaban peserta;
(5) Mintakan pendapat peserta lainnya;

40

(6) Berikan pujian, betulkan bila ada kesalahan dan kuatkan


jawaban yang benar.
Jangan mengajukan pertanyaan kepada peserta tertentu saja
karena hal ini dapat mengakibatkan peserta lainnya merasa kurang
diikutsertakan yang akhirnya akan menurunkan semangat belajarnya
atau mengurangi perhatiannya.
3)

Tahap Aplikasi
Pada tahap ini peserta diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman
dengan

melakukan

sendiri

apa

yang

sudah

diajarkan.

Aplikasi

dilaksanakan dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi


pelatihan.

a) Untuk pelajaran teori


Dilakukan dengan memberikan tugas-tugas, pertanyaan-pertanyaan
yang harus dikerjakan/dijawab, baik secara lisan maupun tulisan.
Instruktur membetulkan jawaban yang salah, memberikan penguatan
terhadap jawaban yang benar dan membeikan pujian. Bila peserta
tidak dapat menjawab atau jawabannya kurang tepat, jangan
memojokkan peserta karena akan menurunkan semangatnya.
Waktu peserta sudah menjawab, jangan buru-buru dikomentari, tetapi
buatlah suasana persaingan dengan cara menanyakan pendapat
peserta lain terhadap jawaban peserta terdahulu.

b) Untuk pelajaran praktik


(1) Sebelum dimulai tekankan kepada peserta tentang
keselamatan kerja dan kunci kerja yang harus diperhatikan;
(2) Atur tempat kerja setiap peserta agar tida saling terganggu;
(3) Tunjukkan/bagikan/tentukan bahan dan alat yang akan
digunakan oleh setiap peserta pelatihan;
(4) Bagikan lembaran kerja (job sheet) bila itu diperlukan;
(5) Lakukan pengawasan yang seksama;
(6) Berikan bantuan bila diperlukan saja, jangan pilih kasih;
(7) Bila peserta melakukan langkah yang salah, segera hentikan
dan betulkan;
(8) Bila diperlukan, demonstrasikan atau jelaskan kembali.

41

4)

Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat membantu, baik untuk
instruktur maupun peserta dalam penentuan tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran. Instruktur hendaknya menjelaskan pentingnya evaluasi
dalam proses belajar-mengajar agar peserta tidak memandang evaluasi
merupakan hal yang menakutkan. Evaluasi merupakan alat ukur dari
proses belajar. Untuk itu, instruktur hendaknya tidak terlalu menekankan
kepada peserta terhadap berhasil atau tidaknya, tetapi lebih pada proses
capaian sudah sejauh mana sehingga peserta sendiri yang akan menilai
dirinya tentang keberhasilan tersebut.
Pada tahap evaluasi ini isntruktur hanya mengawasi peserta agar tidak
melakukan kerjasama. Instruktur tidak memberikan bantuan kepada
peserta waktu mengerjakan evaluasi/tes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi ini adalah sbb.:

a) Tempatkan peserta sedemikian rupa agar tidak bekerja sama;


b) Bagikan lembaran evaluasi dengan caran ditelungkupkan supaya
peserta tidak mendahului sebelum waktunya;

c)

Jelaskan prosedur evaluasi;

d) Lakukan pengawasan dengan seksama, tetapi jangan sampai


mengganggu konsentrasi peserta.

c.

Tugas Instruktur dan Tugas Peserta Pelatihan

1)

Tugas Instruktur
Perilaku instruktur waktu mengajar, berbicara, bertindak, cara bersikap sangat
mempengaruhi kesuksesan peserta pelatihan dalam belajar. Keteladanan
adalah hal yang dominan dalam pengembangan pengajaran agar peserta
pelatihan mempunyai sikap yang diharapkan.
Instruktur mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk meletakkan pondasi
sebagai dasar pengembangan karier peserta pelatihan. Tugas dan tanggung
jawab instruktur adalah sebagai berikut:

a) Menentukan isi, rencana pelajaran dan alat evaluasi


b) Memilih metoda dan media pembelajaran / Praktik
c) Menyajikan dan menerapkan isi pelajaran
d) Mengevaluasi hasil belajar peserta pelatihan
e) Menyiapkan fasilitas pelatihan
f)

Melaksanakan dan mengawasi keselamatan kerja

42
g) Menginventaris dan memelihara peralatan yang digunakan
h) Mengumpulkan dan menyimpan laporan dan surat-surat
i)

Mempersiapkan kebutuhan bahan dan peralatan pelatihan

j)

Memelihara kerjasama dengan semua pihak

k) Mengikuti dan melaksanakan kegiatan dinas


l)

Meningkatkan kemampuan dengan cara belajar sendiri

Instruktur menilai kemampuan diri sendiri dengan cara sebagai berikut:

a) Kategori penilaian:
(1) Nilai A = kemampuan mengajarnya baik sekali
(2) Nilai B = kemampuan mengajarnya baik
(3) Nilai C = kemampuan mengajarnya cukup
(4) Nilai D = kemampuan mengajarnya sedang
(5) Nilai E = kemampuan mengajarnya kurang.
b) Cara melaksanakan penilaian instruktur:
(1) Siapkan dan bagikan lembaran angket sebanyak jumlah peserta
pelatihan

(2) Jelaskan kepada peserta bahwa anda sebagai instruktur memerlukan


masukan untuk perbaikan mengajar

(3) Setiap item pada kolom penilaian diberi tanda silang (X)
(4) Kumpulkan semua lembaran angket sebanyak jumlah peserta
(5) Hitung tanda silang atau cek pada setiap item sesuai dengan hasil
penilaian.

(6) Berikan bobot pada setiap nilai secara tingkatan, misalnya A=5, B=4,
C=3, D=2, E=1.

(7) Hitung nilai rata-rata dengan rumus sbb.:


Nri

(ni X W)
p

Nri

: nilai rata-rata setiap item pertanyaan

ni : banyaknya tanda silang/cek setiap kategori


W : bobot kategori
P

: jumlah peserta pelatihan.

43

Tabel 1. Contoh Cara Menghitung Nilai Rata-rata Setiap Item


KATEGORI

ni1

ni X W

Baik Sekali

10

Baik

12

Cukup

24

Sedang

Kurang

Jumlah

16

51

Nilai rata-rata item 1 = 51 : 16 = 3,19


Tabel 2. Kategori Kualitas Instruktur Mengajar
N0.

KUALITAS

INDIKASI PADA INSTRUKTUR

1.

4,50 5,00

Anda adalah instruktur yang diidamkan


Baik sekali

2.

3,50 4,49

Anda adalah instruktur yang mempunyai

penampilan/kemampuan baik
Tingkatkan kemampuan

3.

3,00 3,49

Anda adalah instruktur yang mempunyai

penampilan/kemampuan rata-rata (sedang)


Buatlah suatu usaha-usaha untuk

meningkatkan kemampuan
4.

2,00 2,99

Anda adalah instruktur yang mempunyai

potensi.
Cobalah berbuat lebih baik lagi

5.

1,99 atau
kurang

Anda adalah instruktur yang belum berhasil

dalam mengajar
Anda perlu melipatgandakan usaha-usaha

untuk meningkatkan kemampuan mengajar


(banyak berkonsultansi dengan rekan
instruktur)

44

Tabel 3. Angket Menilai Kualitas Instruktur


KUALITAS INSTRUKTUR
NO. ITEM YANG DINILAI
A
1.

Menyajikan pelajaran dengan jelas dan


mempergunakan istilah-istilah yang mudah
dimengerti.

2.

Menciptakan situasi yang menarik perhatian.

3.

Mengadakan komunikasi dua arah antara instruktur


dan siswa

4.

Mendorong partisipasi siswa dalam diskusi,


demonstrasi, menyelesaikan soal dan percobaan.

5.

Mementingkan tugas membantu siswa belajar


sebelum kepentingan diri sendiri.

6.

Memberikan kepuasan pada siswa dalam belajar dan


bukan menggunakan kekuasaan untuk
kepentingannya.

7.

Memberikan cara mengajar yang menarik.

8.

Menguasai materi pelatihan yang diajarkan.

9.

Memberikan pertanggungjawaban terhadap janji-janji


dengan siswa.

10. Mau mendengarkan usul-usul individu dan kelompok.


11. Memberikan keramahan, kesimpatikan.
12. Memperlakukan siswa secara adil, tidak membedabedakan.
13. Mendengarkan dan memperhatikan pendapat siswa.
14. Mengontrol siswa dengan tabah.
15. Memperoleh kehormatan siswa secara tetap.
16. Menepati waktu pertemuan/janji.

45

Nra

Nri1 + Nri2 + Nri3 + Nri4 + Nri5 + Nri6 + Nri7 + ................Nri


i

= jumlah item pertanyaan

Nra= nilai rata-rata akhir = kualitas instruktur

Sepuluh petunjuk bagi instruktur dalam memperlakukan peserta pelatihan atau


siswa, yaitu:

a) Siswa adalah orang yang terpenting dalam pelaksanaan tugas melatih


b) Siswa adalah tidak tergantung pada instruktur, tetapi instruktur yang
tergantung pada siswa

c) Siswa bukan perintang usaha instruktur, melainkan merupakan tujuan


usaha instruktur

d) Siswa merupakan keuntungan bagi instruktur bila mereka datang


berkunjung, bukan sebaliknya

e) Siswa adalah bagian dari usaha instruktur, mereka bukan orang luar
f)

Siswa juga manusia yang mempunyai pikiran dan perasaan seperti


instruktur

g) Siswa bukanlah lawan untuk bertengkar atau bertanding


h) Siswa adalah seseorang yang menyampaiakan keinginannya, sedangkan
instruktur yang mempunyai tugas untuk memenuhi keinginan tersebut

i)

Siswa sewajarnya mendapat pelayanan dan keramah-tamahan dari


instruktur

j)
2)

Siswa adalah urat nadi kehidupan usaha instruktur.

Tugas Peserta Pelatihan


Pada dasarnya tugas peserta pelatihan adalah belajar. Untuk itu maka peserta
pelatihan wajib:

a) Mematuhi perintah instruktur dalam rangka proses belajar-mengajar


(pembelajaran);

b) Mematuhi tata tertib yang diberlakukan selama proses pembelajaran;


c) Menanyakan materi pelatihan yang sedang dipelajari apabila dirasa belum
dipahami sehingga betul-betul materi tersebut dapat dipahami/dikuasai;

d) Memberikan saran/masukan kepada instruktur agar materi pelatihan dapat


dipelajari dengan mudah;

46
e) Ikut menjaga/memelihara suasana kelas agar kondusif untuk belajar
apabila belajar secara kelas.

d. Ciri-ciri Lingkungan Pembelajaran yang Kondusif


Kondisi lingkungan pembelajaran sangat mempengaruhi moral dan tingkat motivasi
belajar peserta pelatihan. Seorang peserta pelatihan tidak dapat dimotivasi dengan
baik apabila ia merasa:
- Kedinginan atau kepanasan karena udara dalam ruangan tidak sesuai dengan
suhu udara yang dibutuhkan,
- Garis pandang yang kurang tepat sehingga kurang jelas apa yang dia lihat;
- Tempat duduk yang kurang sesuai sehingga tidak nyaman,
- Penyinaran lampu yang menyilaukan atau kurang terang,
- Kebisingan yang mengganggu.
Oleh sebab itu, untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penerangan/cahaya
2) Temperatur dan Ventilasi
3) Sanitasi
4) Kebersihan dan Keindahan
5) Warna dinding ruangan
6) Peragaan yang Menarik (interesting display)
e. Hubungan antara sesama Peserta Pelatihan
Etika peserta pelatihan dalam hubungan atara sesama peserta yaitu :
1.

Menghormati semua peserta pelatihan tanpa membedakan suku, agama, ras,


status sosial dan tidak didasari atas perasaan suka atau tidak suka.

2.

Bersikap ramah dan sopan santun dalam interaksi baik di dalam lingkungan
maupun di luar lingkungan pelatihan.

3.

Bekerjasama dan berlakuk adil terhadap sesama peserta dalam menuntut ilmu
pengetahuan

4.

Saling menasehati dan menghindari perkataan yang dapat menyakiti perasaan


peserta lain.

5.

Suka membantu peserta lain yang kurang mampu dalam pelajaran maupun
kurang mampu secara ekonomi.

6.

Menghormati perbedaan pendapat atau pandangan dan tidak menggangu


ketenangan peserta lain yang sedang mengikuti proses pembelajaran.

47

7.

Tidak mengajak atau mempengaruhi peserta pelatihan lain untuk melakukan


tindakan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma hukum dan norma
lainnya yang hidup di tengah masyarakat.

f.

Hubungan Instuktur dengan Peserta Pelatihan:


1.

Instruktur berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mengajar,


membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan
hasil pembelajaran

2.

Instuktur

membimbing

peserta

untuk

memahami,

menghayati

dan

mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, peserta pelatihan,dan


anggota masyarakat
3.

Instuktur mengetahui bahwa setiap peserta memiliki karakteristik secara


individual dan masing-masingn peserta berhak atas layanan pembelajaran.

4.

Instuktur menghimpun informasi tentang peserta dan menggunakannya untuk


kepentingan proses pembelajaran.

5.

Instuktur secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus


berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana pelatihan
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta pelatihan.

6.

Instuktur menjalin hubungan dengan peserta yang dilandasi rasa kasih sayang
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pelatihan.

7.

Instuktur berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang


dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta pelatihan.

8.

Instuktur secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk


membantu peserta dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya,
termasuk kemampuannya untuk berkarya.

9.

Instuktur menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali


merendahkan martabat peserta didiknya.

10. Instuktur bertindak dan memandang semua tindakan peserta secara adil.
11. Instuktur berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan
dan hak-hak peserta pelatihan.
12. Instuktur terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta pelatihan.
13. Instuktur membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
pelatihan dari kondisi-kondisi yang menghambat proses pembelajaran,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

48

14. Instuktur tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pelatihan, hukum,kesehatan, dan
kemanusiaan.
15. Instuktur tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionallnya
kepada peserta dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,
moral, dan agama.
16. Instuktur tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi

2.

Menerapkan bimbingan yang tepat dalam situasi pembelajaran


Bimbingan yang tepat dalam situasi pembelajaran adalah bimbingan yang dilakukan
oleh instruktur sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi individu peserta
pelatihan sehingga peserta pelatihan dapat dengan mudah mengikuti bimbingan
tersebut.
Bimbingan adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluasluasnya kepada peserta baik perorangan atau kelompok untuk memecahkan
permasalahannya sendiri
peserta

dan didampingi oleh Instruktur.

Bimbingan melibatkan

dan Instruktur dalam dialog satu lawan satu dan mengikuti suatu proses yang

tersusun, diarahkan pada tanggung jawab memelihara kemajuan dan kinerja yang baik
serta hubungan kerja positif antara Instruktur dan peserta pelatihan. Ada 3 metoda
Bimbingan belajar peserta pelatihan yaitu :
a. Coaching
Mengajarkan,

membimbing,

memberikan

instruksi

kepada

seseorang

(atau

kelompok) agar dia (atau mereka) memperoleh ketrampilan atau metode baru dalam
melakukan sesuatu untuk mencapai suatu sasaran yang dikehendaki.
Peran seorang Coaching

1) Mengajarkan ketrampilan atau tugas baru


2) Coach menunjukkan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya
3) Fokus pada mengajarkan
4) Coach memberikan solusi untuk permasalahan
Ciri-ciri Coaching

Coach yang memulai diskusi / pembahasan

Berhubungan dengan mengajarkan suatu ketrampilan atau tugas

Tindakan bersifat positif dan korektif

Coach menunjukkan atau memberikan instruksi yang spesifik mengenai apa


yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya

49

Sasarannya adalah untuk memperbaiki kinerja

6 Langkah Melakukan Coaching

1) Menjelaskan tujuan dan kepentingan dari diskusi


2) Mendiskusikan dan menjelaskan situasi dengan detil
3) Menyepakati hasil yang diharapkan
4) Mendiskusikan cara yang paling efektif untuk menangani situasi tersebut
5) Menyimpulkan tindakan yang harus diambil
6) Tunjukkan kepercayaan dan keyakinan Anda dan tetapkan tanggal untuk followup

b. Counseling
Suatu kegiatan untuk mengubah perilaku, sikap seseorang. Counseling membantu
seseorang untuk menyadari perilaku, sikapnya yang menghambat atau menimbulkan
masalah.
Peran seorang Counseling

1) Mengubah sikap atau perilaku


2) Counselor meneliti sikap atau perilaku seseorang bersama orang tersebut
3) Fokus pada mendengarkan
4) Counselor membantu orang untuk menemukan solusinya sendiri
6 Langkah Melakukan Counseling

1) Mempersiapkan suasana
2) Mendengarkan dan memahami
3) Mencari penyebab permasalahan
4) Mendiskusikan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan permasalahan
5) Membantu membuat keputusan
6) Tunjukkan kepercayaan dan keyakinan Anda dan tetapkan tanggal untuk followup

c. Mentor
Mentor adalah orang yang dipercaya dan pemimpin yang pengertian , membantu
teman

dalam ketidaktahuannya dalam bekerja dan membantu teman

sesuatu yang tidak diketahuinya


Peran seorang mentor:

1) Memberikan dukungan baik emosi maupun psykis

belajar

50

2) Pendamping langsung dalam mengembangkan minat belajar dan keterampilan


3) Sebagai seorang organizer, model pembelajar dalam lingkungannya dan
mempunyai komitmen untuk menambah keahliannya.
3.

Pedoman melaksanakan proses pembelajaran simulasi


Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Proses pembelajaran
simulasi merupakan proses belajar secara tiruan.

a. Tujuan Simulasi
1) Untuk melatih keterampilan tertentu;
2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip;
3) Untuk latihan memecahkan masalah
b. Prinsip Simulasi
1) Semua peserta pelatihan harus terlibat langsung menurut peran masingmasing;

2) Penentuan topik disesuaikan dengan kemampuan peserta pelatihan;


3) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu;
4) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi secara lengkap dan
menyeluruh;

5) Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu.


c. Bentuk Simulasi
1) Role playing
2) Psikodrama
3) Sosiodrama
4) Permainan/game.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Simulasi
1) Menentukan topik dan tujuan simulasi;
2) Memberikan gambaran secara garis besar tentang simulasi tersebut;
3) Mengorganisasikan kebutuhan simulasi;
4) Menunjuk/memilih peserta mana yang akan berperan;
5) Menjelaskan kepada peserta yang sudah ditunjuk tentang peran yang akan
dimainkan;

6) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan diri;


7) Menetapkan lokasi dan waktu simulasi;

51

8) Melaksanakan simulasi;
9) Melakukan evaluasi dan umpan-balik;
10) Mengulang simulasi.
4.

Pedoman melaksanakan proses pembelajaran secara individu, kelompok kecil


kelompok besar dan Pengajaran Mikro (Microteaching)
Proses pembelajaran kelompok kecil apabila instruktur melayani 3-8 orang peserta
pelatihan, individu apabila peserta pelatihannya hanya satu orang, sedangkan
selebihnya merupakan kelompok besar.

a. Proses pembelajaran secara individu dan kelompok kecil


Pada dasarnya pembelajaran secara individu dan kelompok kecil yang harus
diperhatikan seorang instruktur sama saja. Dalam hal ini ada empat keterampilan
yang harus dikuasai oleh instruktur, yaitu:

1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi


2) Keterampilan mengorganisasi
3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual merupakan keterampilan yang
cukup

kompleks

dan

memerlukan

penguasaan

keterampilan-keterampilan

sebelumnya, yakni keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan


variasi, menjelaskan, dan membimbing diskusi kelompok kecil. Keberhasilannya
sangat ditentukan oleh pengetahuan, kreativitas, serta hubungan antaran instruktur
dengan peserta pelatihan, dan antar peserta pelatihan sendiri.

b. Proses pembelajaran secara kelompok besar atau kelas


Keterampilan mengelola kelas/kelompok besar merupakan keterampilan instruktur
untuk

menciptakan

dan

memelihara

kondisi

belajar

yang

optimal

dan

mengembalikannya ke kondisi yang optimal apabila terjadi gangguan, baik dengan


cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
Prinsip mengelola kelas

1) Kehangatan dan keantusiasan;


2) Penggunaan bahan-bahan yang menantang menggairahkan semangat belajar
peserta;

3) Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola


interaksi;

4) Diperlukan keluwesan tingkah laku instruktur dalam mengubah strategi


mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul;

52

5) Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian peserta


pada hal-hal yang negatif;

6) Mendorong peserta pelatihan untuk mengembangkan disiplin diri sendiri


dengan cara memberi contoh dalam perbuatan instruktur sehari-hari.

c. Pengajaran Mikro (Microteaching)


Pengajaran mikro adalah metoda pelatihan penampilan yang dirancang secara jelas
dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar sehingga
instruktur atau calon instruktur dapat menguasai setiap kompnen satu per satu
dalam situasi mengajar yang disederhanakan. (Mc. Laughlin & Moulton)

1) Ciri-ciri Pengajaran Mikro


a)

Mikro dalam pengajaran mikro berarti dalam skala kecil. Skala kecil dapat
berkaitan dengan ruang lingkup materi pelatihan, waktu, peserta
pelatihan, dan keterampilannya;

b)

Mikro dalam pengajaran mikro dapat disamakan dengan pengertian mikro


pada mikroskop, artinya keterampilan mengajar yang kompleks akan
dipelajari lebih mendalam dan teliti;

c)

Pengajaran mikro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon instruktur


harus

membuat

persiapan

mengajar,

melaksanakan

pengajaran

berdasarkan rencana yang telah dibuat, mengelola kelas, dsb.;

d)

Pengajaran mikro juga berari belajar yang sesungguhnya. Ditinjau dari


calon instruktur, dia belajar bagaimana mengajar, sedangkan dari peserta
pelatihannya akan memperoleh atau belajar sesuatu sesuai dengan
tujuan pengajaran yang dirumuskan oleh calon instruktur;

e)

Pengajaran mikro bukanlah simulasi. Dalam situasi mengajar rekannya


sendiri, calon instruktur harus memperlakukan mereka sebagaimana
layaknya sebagai siswa;

f)

Untuk mendapatkan hasil rekaman yang akurat, pengajaran mikro harus


dilengkapi dengan alat-alat perekam video dan audio. Rekaman ini
penting untuk dipelajari oleh calon instruktur.

2)

Perbedaan Pengajaran Mikro dan Pengajaran Makro


Perbedaan pengajaran mikro dan pengajaran makro dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini.

53

Tabel4. Perbedaan Pengajaran Mikro dan Pengajaran Makro

5.

HAL YANG
DIBANDINGKAN

PENGAJARAN
MAKRO

PENGAJARAN MIKRO

Banyaknya siswa

30-40 orang

5-10 orang

Waktu Mengajar

30-45 menit

10-15 menit

Materi Pelatihan

luas

Sempit/terbatas pada aspek yang


sederhana

Fokus

Keterampilan yang
terintegrasi dengan
materi pelatihan

Terisolasi, yakni pada keterampilan


dasar mengajar dan bukan pada
materi pelatihan

Umpan Balik

Rekaman Video dan Audio, lembar


observasi

Memonitor proses pembelajaran dalam situasi pembelajaran

a. Pedoman mengidentifikasi proses pembelajaran sesuai dengan situasi


pembelajaran
Adapun pedoman mengidentifikasi proses pembelajaran sesuai dengan situasi
pembelajaran sebagai berikut:

1) Menyiapkan lembar penilaian proses pembelajaran seperti tabel 6;


2) Menyiapkan kriteria penilaian seperti tabel 5;
3) Melakukan penilaian proses pembelajaran sesuai dengan lembar penilaian
yang sudah disiapkan berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan;

4) Menghitung hasil penilaian;


5) Mengidentifikasi item-item mana yang nilaianya masih kurang;
6) Menyimpulkan hasil penilaian.
b. Cara menilai tahapan pembelajaran
1) Isi lembar penilaian dengan tanda cek () pada kolom nilai berdasarkan kriteria
penilaian terhadap unjuk kerja instruktur dalam proses pembelajaran;

2) Hitung tanda cek setiap kolom sehingga diperoleh banyaknya nilai A,B,C,dan D;
3) Kalikan banyaknya setiap kolom tersebut dengan bobot masing-masing;
4) Hasil penjumlahan setiap kolom nilai merupakan nilai akhir;
5) Tetapkan berhasil atau belum berhasil dengan cara membandingkan nilai akhir
tersebut berdasarikan standar keberhasilan;

6) Buat rekomendasi hasil penilaian item-item mana yang perlu diperbaiki atau
belum sesuai dengan proses pembelajaran yang benar.

54

Tabel 5. Kriteria Penilaian Proses Pembelajaran


I. PERSIAPAN/LEMBAR RENCANA MENGAJAR
1. Tujuan Belajar
a. Sesuai dengan judul, dapat dicapai, sesuai dengan
waktu dan dapat diukur
b. Sesuai dengan judul atau sesuai dengan waktu
c. Asal ada
d. Tidak ada

A
B
C
D

2. Alat Peraga

a. Lengkap sesuai dengan metode mengajar


b. Sebagian ada dan sesuai dengan metode mengajar
c. Papan tulis dengan kelengkapannya
d. Tidak ada

A
B
C
D

3. Metode Mengajar

a. Lengkap sesuai dengan tujuan belajar


b. Ada, tetapi tidak lengkap
c. Ada, tetapi tidak sesuai
d. Tidak ada

A
B
C
D

4. Empat Langkah Mengajar

a. Lengkap sesuai dengan tujuan belajar, waktu,


susunan, dan sistematika
b. Tidak lengkap
c. Asal ada
d. Tidak ada

A
B
C
D

a. Ada usaha menyiapkan


b. Ada usaha sekedarnya
c. Tidak ada usaha
d. -

A
B
C
D

a. Bahan presentasi sudah siap ditayangkan di layar, papan


tulis bersih, tulisan rapi dan jelas dibaca
b. Ada sebagian, tulisan rapi dan kurang jelas dibaca
c. Ada sebagian, tulisan tidak rapi dan tidak jelas dibaca
d. Tidak ada alat peraga

II. PERSIAPAN DIRI/KELAS


1. Persiapan Ruangan

2. Persiapan Alat Peraga

B
C
D

3. Persiapan bahan dan kelengkap-an a. Alat Penunjuk, penghapus, kapur tulis/spidol. dan
alat peraga lainnya
bahan lain sesuai dengan persiapan
b. Ada sebagian
c. d. Tidak ada

B
C
D

4. Persiapan Mental-Fisik

III LANGKAH I (PENDAHULUAN)


1. Mengecek kehadiran dan
Menyiapkan Siwa

a. Cara berpakaian, rambut, dsb. rapi dan serasi


sesuai dengan ketentuan diklat, tidak gugup
b. Penampilan rapi, tetapi gugup
c. Mental baik, penampilan tidak rapi
d. Penampilan tidak rapi dan gugup

a. Memanggil satu per satu, mengatur duduk, dan menanyakan kepada siswa sudah siap atau belum
b. Tidak memanggil satu per satu, mengatur duduk,

B
C
D

A
B

55

dan menanyakan kepada siwa sudah siap atau


belum
c. Memanggil satu per satu, tidak menyiapkan
d. Tidak melakukan
2. Apersepsi

3. Memperkenalkan Judul

4. Menerangkan Manfaat
Pelajaran

IV. LANGKAH II (PENYAJIAN)


1. Sistematika sesuai dengan
persiapan

2. Suara

3. Pandangan Mata

4. Sikap Mengajar

5. Penguasaan Bahan Pelajaran

a. Dilakukan dan ada hubungannya dengan pelajaran


sebelumnya
b. Dilakukan, tetapi tidak mantap
c. Dilakukan, tetapi tidak mengarah pada judul
d. Tidak dilakukan

C
D
A
B
C
D

a. Diucapkan dan didukung dengan tulisan disertai


diskusi singkat
b. Diucapkan saja atau ditulis saja disertai diskusi
c. Diucapkan saja dan atau ditulis saja tanpa diskusi
d. Tidak dilakukan

B
C
D

a. Dilakukan sesuai dengan tujuan instruksional

b. Dilakukan, tetapi tidak mantap


c. Dilakukan, tetapi tidak sesuai
d. Tidak dilakukan

B
C
D

a. Dilakukan semua dan sesuai urutannya

b. Sama urutannya, tetapi tidak seluruhnya


c. Dilakukan seluruhnya, tetapi urutan tidak sama
d. Tidak sama urutannya dan tidak seluruhnya

B
C
D

a. Jelas ucapannya, terdengar sampai belakang,


intonasi dan lagu kalimat tidak monoton
b. Terlalu keras, tidak jelas (terlalu cepat), terputus-putus
c. Terlalu pelan (tidak kedengaran sampai belakang)
d. tidak bersuara
a. Merata melihat ke seluruh siswa
b. Melihat ke sebagian siswa
c. Tidak melihat siswa, tetapi posisi badan meng-hadap
siswa
d. Membelakangi siswa, dominan melihat ke papan
tulis/layar proyektor

a. Berwibawa, jujur, tidak pilih kasih, tidak ada gerakan


yang tidak perlu
b. Berwibawa, tidak pilih kasih, tidak ada gerakan
yang tidak perlu, tetapi tidak jujur
c. Banyak gerakan yang tidak perlu sehingga
mengalihkan/mengundang perhatian siswa
d. Tidak berwibawa
a. Penyajian jelas, mudah dimengerti, dan terarah
b. Jelas, mudah dimengerti, tetapi tidak terarah
c. Penyajian tidak Jelas

B
C
D
A
B
C
D

A
B
C
D
A
B
C

56

d. Penyajian sulit dimengerti

6. Kunci-kunci/pokok kerja

a. Lengkap dan jelas


b. Tidak lengkap, tetapi jelas
c. Tidak lengkap dan tidak jelas
d. Tidak dilakukan

A
B
C
D

7. Pertanyaan untuk Memelihara


Partisipasi

a. Dilakukan secara periodik atau per sesi materi


diajukan pertanyaan
b. Kadang-kadang dilakukan (ada sesi yang lupa)
c. Kurang dilakukan (banyak sesi yang lupa)
d. Tidak dilakukan

8. Penggunaan Alat Peraga

9. Memberikan Kesempatan
kepada Siswa untuk Bertanya

10. Penguasaan Kelas

11. Kesimpulan

V. LANGKAH III (APLIKASI)


1. Pemberian Tugas Sesuai
dengan Persiapan

2. Prosedur Pertanyaan

a. Digunakan selurh alat peraga yang disiapkan


dengan tepat dan benar
b. Digunakan semuanya, tetapi ada yang salah
c. Digunakan sebagian walaupun tepat dan benar
d. Tidak digunakan
a. Dilakukan secara periodik dengan tepat (setiap
akhir sesi memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya)
b. Dilakukan secara periodik, tetapi tidak setiap akhir
sesi materi pelatihan
c. Dilakukan tidak secara periodik
d. Tidak dilakukan
a. Membangkitkan minat/perhatian siswa, menertibkan siswa
yang kurang perhatian
b. Membangkitkan minat/perhatian siswa, tetapi
kurang menertibkan siswa
c. Kurang membangkitkan minat/perhatian siswa
d. Tidak dilakukan

B
C
D
A
B
C
D
A

B
C
D
A
B
C
D

a. Memberikan ikhtisar pelajaran sesuai dengan


penyajian
b. Memberikan ikhtisar sebagian sesuai dengan
penyajian
c. Memberikan ikhtisar tidak sesuai
d. Tidak dilakukan

C
D

a. Dilakukan sesuai dengan persiapan

b. Dilakukan sebagian sesuai dengan persiapan


c. Dilakukan tidak sesuai dengan persiapan
d. Tidak dilakukan

B
C
D

a. Dilakukan semua sesuai dengan prosedur bertanya


b. Dilakukan sebagian sesuai dengan prosedur
bertanya
c. Dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan prosedur
bertanya
d. Tidak dilakukan

A
B

C
D

57

3. Pembetulan Jawaban Siswa/


Penguat

a. Dilakukan terhadap semua jawaban siswa

b. Dilakukan sebagian
c. Dilakukan, tetapi penguatan yang salah
d. Tidak dilakukan

B
C
D

4. Persaingan Sehat

a. Dilakukan terhadap semua siswa secara tepat


b. Dilakukan terhadap sebagian siswa secara tepat
c. Dilakukan terhadap sebagian siswa, tidak tepat
d. Tidak dilakukan

A
B
C
D

5. Pengecekan apakah telah


dipahami oleh semua siswa

a. Dilakukan secara tepat

b. Dilakukan sebagian dan tidak tepat


c. Asal Dilakukan
d. Tidak dilakukan

B
C
D

VI. LANGKAH IV (EVALUASI)


1. Materi Evaluasi

2. Syarat Materi Evaluasi

3. Pencapaian Tujuan Instruksi

a. Dilakukan semua sesuai dengan persiapan dan


tujuan instruksional
b. Dilakukan sebagian sesuai dengan persiapan dan
tujuan instruksional
c. Dilakukan sebagian dan tidak sesuai dengan tujuan
instruksional
d. Tidak dilakukan
a. Memenuhi prinsip dan teknik penyusunan materi
evaluasi
b. Kurang memenuhi syarat
c. Tidak memenuhi syarat
d. Tidak dilakukan

A
B
C
D
A
B
C
D

a. Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan persiapan


b. Evaluasi dilakukan sebagian sesuai dengan persiapan
c. Evaluasi dilakukan sebagian dan tidak sesuai
dengan persiapan
d. Tidak dilakukan

A
B
C

1. Pemberian Tugas Rumah

a. Diberikan tugas dengan jelas


b. Diberikan tugas tidak jelas
c. d. Tidak diberikan

A
B
C
D

2. Pemberesan Kelas dan Waktu

a. Alat peraga dan kelengkapannya telah dibe-reskan


lagi dan dalam keadaan bersih, tepat waktu
b. Alat peraga dan kelengkapannya telah dibereskan, tetapi
waktunya toleransi 5 menit
c. Alat peraga dan kelengkapannya telah dibereskan, tetapi
waktu di bawah 10 menit
d. Dibiarkan, tidak dibereskan lagi

VII TAMBAHAN

B
C
D

58

Tabel 6. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran


NO.

UNSUR-UNSUR YANG DINILAI

PERSIAPAN/LEMBARAN RENCANA MENGAJAR


1. Tujuan Belajar
2. Alat Peraga
3. Metoda Mengajar
4. Empat Langkah Mengajar

II

PERSIAPAN DIRI/KELAS
1. Persiapan Ruang
2. Persiapan Alat Peraga
3. Persiapan Alat dan Perkakas
4. Persiapan Mental dan Fisik

III

LANGKAH I (PENDAHULUAN)
1. Menyiapkan Peserta dan Absensi
2. Apersepsi
3. Memperkenalkan Judul
4. Menerangkan Manfaat Pelajaran

IV

LANGKAH II (PENYAJIAN)
1. Sistematika Sesuai dengan Persiapan
2. Suara
3. Pandangan Mata
4. Sikap Mengajar
5. Penguasaan Bahan Pelajaran
6. Kunci-kunci Pokok Pelajaran
7. Pertanyaan untuk Memelihara Partisipasi
8. Penggunaan Alat Peraga
9. Kesempatan Bertanya kepada Peserta Pelatihan

10. Penguasaan Kelas


11. Kesimpulan
V

LANGKAH III (APLIKASI)


1. Pemberian Tugas Sesuai dengan Persiapan
2. Prosedur Pertanyaan
3. Pembetulan Jawaban
4. Persaingan Sehat
5. Pengecekan Apakah Telah Dipahami oleh Semua
Peserta Pelatihan

VI

LANGKAH IV (EVALUASI)
1. Bahan/Materi Tes
2. Syarat Tes

VII

3. Pencapaian Tujuan Instruksi dan Ketepatan Waktu


TAMBAHAN
1. Pemberian Tugas Rumah
2. Pemberesan Kelas/Waktu
JUMLAH

NILAI
A (x3) B (X2)

C (X1)

D (X0)

59

VI.

MENGASES KOMPETENSI

VI.1 Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)


KODE UNIT

: P.854900.042.01

JUDUL UNIT

: Mengases Kompetensi

DESKRIPSI UNIT

: Unit ini menetapkan kompetensi yang dibutuhkan untuk mengases


kompetensi asesi, termasuk Rekoknisi Pembelajaran Lampau
(RPL) di dalam sistem asesmen berbasis kompetensi. Unit ini
dapat digunakan dalam mengases kompetensi pada lembaga
sertifikasi profesi, lembaga pelatihan, dan lembaga pendidikan.
Skills for employability dalam unit sudah menjadi bagian dari
kriteria unjuk kerja.

ELEMEN KOMPETENSI

1. Menetapkan dan
memelihara lingkungan
asesmen

KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Rencana asesmen diinterpretasi, kemudian


kebijakan dan prosedur sistem asesmen serta
persyaratan organisasi/ hukum/etika pelaksanaan
asesmen dikonfirmasikan dengan orang yang
relevan.
1.2 Acuan pembanding asesmen yang relevan dan
perangkat asesmen yang akan digunakankan
diakses dan diinterpretasi guna memastikan bukti
dan cara pengumpulan bukti.
1.3 Rincian mengenai rencana asesmen dan proses
asesmen dijelaskan, dibahas dan diklarifikasi
dengan asesi, termasuk kesempatan untuk
melakukan penyesuaian yang beralasan, asesmen
ulang dan banding.
1.4 Jika relevan, usulan perubahan terhadap proses
asesmen dirundingkan dan disepakati dengan
asesi.

2. Mengumpulkan bukti yang


berkualitas

2.1 Rencana asesmen diikuti sebagai panduan dalam


melaksanakan asesmen, guna penentuan
kompetensi, metode asesmen dan perangkat
asesmen digunakan untuk mengumpulkan,
mengorganisasikan dan mendokumentasikan bukti
dalam format yang sesuai.
2.2 Prinsip-prinsip asesmen dan aturan-aturan bukti
diterapkan dalam pengumpulan bukti yang
berkualitas.
2.3 Kesempatan untuk pengumpulan bukti pada saat

60

bekerja secara nyata atau dalam aktifitas kerja yang


disimulasikan ditentukan bersama asesi dan
personel yang terkait.
2.4 Kesempatan untuk aktifitas-aktifitas asesmen
terpadu diidentifikasi dan bila perlu perangkat
asesmen dimodifikasi.
2.5 Kebijakan dan prosedur sistem asesmen yang
teridentifikasi dan persyaratan
organisasi/hukum/etika untuk asesmen dibahas.
3. Mendukung asesi

3.1 Asesi dibimbing dalam pengumpulan bukti guna


pencapaian pengakuan kompetensi terkini.
3.2 Komunikasi yang sesuai dan keterampilan
interpersonal digunakan untuk mengembangkan
hubungan yang profesional dengan asesi, yakni
hubungan yang merefleksikan kepekaan terhadap
perbedaan individu dan memungkinkan terjadinya
umpan balik dua arah.
3.3 Bila diperlukan, keputusan-keputusan mengenai
penyesuaian yang beralasan berdasarkan
kebutuhan dan karakteristik asesi dibuat bersama
asesi.
3.4 Penyesuaian-penyesuaian yang beralasan dibuat
sehingga dapat mempertahankan integritas standar
kompetensi yang relevan dan memungkinkan
prinsip-prinsip asesmen dan aturan bukti dapat
diterapkan secara berimbang.
3.5 Bila ada, dukungan spesialis sesuai rencana
asesmen diakses.
3.6 Risiko kesehatan dan keselamatan kerja apa pun
terhadap orang atau peralatan ditanggulangi
dengan segera.

4. Membuat keputusan
asesmen

4.1 Keterbatasan perolehan dan evaluasi bukti yang


berkualitas diidentifikasi dan bila perlu diminta
arahan dari orang yang relevan.
4.2 Bukti yang telah terkumpul diperiksa dan dievaluasi
untuk memastikan bahwa bukti tersebut dapat
merefleksikan bukti yang diperlukan dalam
memperlihatkan kompetensi dan mencakup seluruh
bagian komponen standar kompetensi yang
dijadikan acuan pembanding asesmen dan dimensi
kompetensi, serta memperhatikan dokumentasi
terkait lainnya, dan memenuhi aturan bukti.
4.3 Pertimbangan berdasarkan prinsip asesmen dan
aturan bukti digunakan untuk memutuskan
pencapaian kompetensi yang telah
didemonstrasikan asesi berdasarkan bukti yang
dikumpulkan.
4.4 Dalam membuat keputusan asesmen, kebijakan

61

dan prosedur sistem asesmen yang relevan dan


pertimbangan-pertimbangan organisasi/hukum/etika
digunakan.
4.5 Umpan balik yang jelas dan membangun terkait
keputusan asesmen diberikan kepada asesi, dan
bila perlu dikemukakan pula rencana tindak lanjut.

5. Merekam dan melaporkan


keputusan asesmen

5.1 Hasil asesmen segera dicatat secara akurat sesuai


dengan kebijakan dan prosedur sistem asesmen
serta persyaratan organisasi/ hukum/etika.
5.2 Laporan asesmen dilengkapi dan diproses sesuai
dengan kebijakan dan prosedur sistem asesmen
serta persyaratan organisasi/hukum /etika.
5.3 Bila diperlukan, rekomendasi tindak lanjut
diserahkan kepada orang yang relevan.
5.4 Bila diperlukan, dengan memperhatikan ketentuan
kerahasiaan, pihak-pihak terkait lainnya diberitahu
tentang keputusan asesmen.

6. Meninjau proses asesmen

6.1 Proses asesmen ditinjau berdasarkan kriteria yang


ada melalui konsultasi dengan orang yang relevan
guna perbaikan dan perubahan pelaksanaan
asesmen di masa datang.
6.2 Tinjauan didokumentasi dan direkam sesuai dengan
kebijakan dan prosedur sistem asesmen yang
relevan serta persyaratan organisasi/hukum/etika.
6.3 Keterampilan kematangan berfikir (refleksi) secara
mandiri digunakan untuk meninjau dan
mengevaluasi praktek asesmen.

BATASAN VARIABEL
1.

Konteks variabel :

1.1 Kondisi atau keadaan lingkungan kerja dimana unit kompetensi dapat
dilaksanakan, adalah adanya akses sumber informasi tentang
pendekatan asesmen yang mencakupi target asesi, jalur asesmen,
konteks asesmen, dan acuan pembanding.
1.2 Kata-kata yang dicetak tebal, jika digunakan pada Kriteria Unjuk
Kerja, diberikan penjelasan lebih lanjut pada bagian berikut.
1.3 Rencana asesmen adalah keseluruhan dokumen perencanaan yang
akan digunakan dalam proses asesmen, dapat mencakupi:
1.3.1

Maksud dan tujuan asesmen.

1.3.2

Konteks asesmen

62
1.3.3

Personel teridentifikasi.

1.3.4

Standar kompetensi yang relevan dan dokumentasi asesmen


lainnya.

1.3.5

Hubungan dengan kebiojakan dan prosedur asesmen.

1.3.6

Rencana bukti.

1.3.7

Metode dan perangkat asesmen yang telah ditentukan.

1.3.8

Kemungkinan kluster unit kompetensi sesuai tujuan asesmen.

1.3.9

Identifikasi bahaya K3, termasuk penilaian resiko dan strategi


pengawasan.

1.3.10 Bahan dan/atau sumber daya fisik yang dibutuhkan.


1.3.11 Pengaturan organisasi pelaksanaan asesmen.
1.3.12 Persyaratan pelaporan K3.
1.3.13 Kebutuhan khusus asesmen, sebagai contoh persyaratan
peralatan pelindung diri.
1.3.14 Kerangka urutan kerja, penentuan waktu dan target waktu
asesmen.
1.3.15 Prosedur asesmen mandiri.
1.3.16 Kaitan dengan rencana pengorganisasian asesmen, kebijakan
dan prosedur.
1.4 Kebijakan dan prosedur sistem asesmen dapat mencakupi:
1.

Seleksi asesi.

2.

Alasan dan tujuan asesmen berbasis kompetensi.

3.

Rekaman asesmen/manajemen data/manajemen informasi.

4.

Pengakuan kompetensi terkini/pengakuan terhadap


pembelajaran sebelumnya.

5.

Pengakuan terhadap pengaturan transfer kredit.

6.

Kebutuhan asesor, kualifikasi, pemeliharaan keterkinian


kompetensi.

7.

Prosedur pelaporan asesmen.

8.

Banding asesmen.

9.

Keluhan/ pengaduan-pengaduan asesi.

10.

Validasi.

11.

Evaluasi/ internal audit.

12.

Biaya-biaya/ penggunaan jasa pihak ketiga.

13.

Akses dan kesetaraan/penyesuaian yang beralasan.

63
14.

Pengaturan kemitraan.

15.

Kaitan dengan sumber daya manusia atau sistem hubungan


industrial.

16.

Kaitan dengan sistim manajemen mutu secara keseluruhan.

1.5 Persyaratan legal/organisasi/etika dapat mencakupi:


1.5.1

Kebijakan dan prosedur sistem asesmen.

1.5.2

Persyaratan strategi asesmen.

1.5.3

Sistem pelaporan, perekaman dan penelusuran asesmen.

1.5.4

Sistem jaminan mutu.

1.5.5

Rencana bisnis dan kinerja.

1.5.6

Kebijakan dan prosedur akses dan kesetaraan.

1.5.7

Pengaturan kolaborasi dan partnership.

1.5.8

Parameter-parameter sumber daya.

1.5.9

Pengaturan saling pengakuan.

1.5.10 Sistem dan proses hubungan industri, penghargaan/


persetujuan perusahaan.
1.5.11 Ruang lingkup registrasi.
1.5.12 Kebijakan/prosedur sumber daya manusia.
1.5.13 Persyaratan legal, termasuk anti diskriminasi, kesetaraan
pekerjaan, peran/tanggungjawab/kondisi kerja.
1.5.14 Kode etik industri.
1.5.15 Persyaratan kerahasiaan dan privacy.
1.5.16 Pertimbangan K3, termasuk:
a. Jaminan persyaratan K3 selama proses asesmen;
b. Identifikasi dan pelaporan bahaya K3 kepada personel
terkait.
1.6 Orang yang relevan, boleh saja meliputi:
1.6.1

Pelanggan, perusahaan atau organisasi.

1.6.2

Ketua tim, manejer, supervisor.

1.6.3

Personil pengarah.

1.6.4

Teknisi/tenaga ahli.

1.6.5

Koordinator pelatihan dan asesmen.

1.6.6

Koordinator asesmen.

1.6.7

Regulator industri.

64
1.6.8

Perwakilan karyawan dan pengusaha.

1.6.9

Anggota asosiasi profesi.

1.7 Acuan pembanding asesmen merujuk kepada:


1.7.1

Kriteria yang digunakan untuk mengasses asesi, dapat berupa


unit/sejumlah unit standar kompetensi, kriteria asesmen
kurikulum pelatihan, spesifikasi kinerja, spesifikasi produk.

1.8 Perangkat Asesmen berisikan instrumen dan prosedur pengumpulan


seta interpretasi bukti sesuai metode asesmen yang telah dirancang,
dapat mencakupi:
1.8.1

Instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk


pengumpulan bukti, diantaranya:
a. Profil ukuran kinerja yang dapat diterima;
b. Proforma/template;
c. Pertanyaan spesifik atau aktifitas tertentu;
d. Ceklis observasi/bukti;
e. Ceklis untuk mengevaluasi contoh produk kerja;
f. Bahan asesmen mandiri asesi.

1.8.2

Prosedur, informasi dan instruksi untuk asesor dan/atau asesi


terkait dengan penggunaan instrumen asesmen serta kondisi
pelaksanaan asesmen.

1.9 Penyesuaian yang beralasan dan/atau kebutuhan spesifik tidak harus


mengkompromikannya terhadap integritas standar kompetensi, dapat
mencakupi:
1.9.1

Penyesuaian proses asesmen disebabkan keterbatasan asesi


terhadap persyaratan bahasa, literasi dan numerasi.

1.9.2

Penyediaan dukungan pembaca, penterjemah, pelayan,


penulis.

1.9.3

Penggunaan teknologi adaptif atau peralatan khusus.

1.9.4

Pelaksanaan asesmen secara fleksibel karena alasan keletihan


atau keperluan pengobatan.

1.9.5

Penyediaan peralatan asesmen berupa braille, audio/videotape.

1.9.6

Penyesuaian fisik tempat/lingkungan asesmen.

1.9.7

Penyesuaian metode/perangklat asesmen.

1.9.8

Pertimbangan umur/gender asesi.

1.9.9

Pertimbangan budaya/tradisi/agama.

1.10 Metode Asesmen adalah teknik khusus yang digunakan untuk


mengumpulkan bukti dan dapat mencakupi:

65
1.10.1 Observasi langsung, sebagai contoh:
a. Aktifitas kerja nyata secara langsung ditempat kerja;
b. Aktifitas kerja yang disimulasikan pada suatu tempat
seperti tempat kerja.
1.10.2 Aktifitas terstruktur, sebagai contoh:
a. Simulasi/ bermain peran (role play);
b. Berbagai proyek;
c.

Berbagai presentasi;

d. Berbagai lembar aktifitas.


1.10.3 Mengajukan pertanyaan, sebagai contoh :
a. Pertanyaan tertulis;
b. Interview/ wawancara;
c.

Asesmen mandiri;

d. Pertanyaan lisan;
e.

Kuesioner;

f.

Ujian lisan atau ujian tertulis.

1.10.4 Portofolio, sebagai contoh:


a. Koleksi contoh kerja yang dikumpulkan oleh asesi;
b. Produk dengan dokumentasi yang mendukung;
c.

Bukti sejarah;

d. Jurnal/ buku catatan kerja;


e. Informasi tentang pengalaman hidup.
1.10.5 Meninjau ulang produk-produk, sebagai contoh:
a. Produk sebagai hasil kerja suatu proyek;
b. Contoh/produk-produk hasil kerja.
1.10.6 Umpan balik dari pihak ketiga, misalnya:
a. Testimoni/laporan dari pemilik perusahaan/supervisor;
b. Bukti sebagai peserta pelatihan;
c.

Pencapaian otentik sebelumnya;

d. Interview dengan atasan, supervisor, atau sesama rekan


kerja.
1.11 Prinsip-prinsip asesmen memandu proses asesmen dan ditujukan
untuk menjaga:
1.11.1 Validitas.
1.11.2 Reliabilitas.

66
1.11.3 Fleksibilitas.
1.11.4 Fairness/keadilan.
1.12 Aturan Bukti sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip asesmen,
dilengkapi dengan panduan pengumpulan bukti untuk memastikan
bahwa bukti tersebut:
1.12.1 Sahih/valid.
1.12.2 Memadai.
1.12.3 Otentik.
1.12.4 Terkini.
1.13 Bukti berkualitas memenuhi aturan bukti, dan harus:
1.13.1 Mencakup demonstrasi pencapaian kriteria unjuk kerja.
1.13.2 Merefleksikan keterampilan, pengetahuan dan sikap
sebagaimana dikemukakan pada unit kompetensi.
1.13.3 Memperlihatkan penerapan keterampilan pada konteks
sebagaimana dikemukakan pada batasan variabel.
1.13.4 Mendemonstrasikan kompetensi setiap waktu.
1.13.5 Mendemonstrasikan kompetensi secara berulang.
1.13.6 Menjadi kebiasaan kerja asesi.
1.13.7 Dapat diverifikasi.
1.13.8 Mendemonstrasikan keterampilan/pengetahuan terkini asesi.
1.13.9 Tidak mengurangi persyaratan bahasa, literasi dan numerasi
sebagaimana dipersyaratkan dalam standar kompetensi.
1.14 Memandu berarti menjelaskan kepada asesi tentang:
1.14.1 Pengertian setiap tujuan asesmen.
1.14.2 Pengertian asesmen.
1.14.3 Pengertian perangkat asesmen.
1.14.4 Cara menggunakan perangkat asesmen.
1.14.5 Aturan bukti harus dipenuhi atas bukti yang dikemukakan
asesi.
1.15 Keterampilan komunikasi, dapat mencakupi:
1.15.1 Menyampaikan umpan balik yang membangun dan
mendukung.
1.15.2 Mengajukan pertanyaan yang cocok untuk mengklarifikasi dan
mengkonfirmasi instruksi pengumpulan bukti.
1.15.3 Menginterpretasi jawaban lisan secara akurat.
1.15.4 Mengarahkan asesi untuk menyampaikan petunjuk/ instrtuksi
kepada asesor.
1.15.5 Membuat pilihan dan petunjuk secara jelas dan konkrit.
1.16 Keterampilan interpersonal, dapat mencakupi:

67
1.16.1 Menginterpretasi jawaban lisan secara akurat.
1.16.2 Melakukan interaksi dua arah.
1.16.3 Menggunakan bahasa yang cocok dengan asesi, konteks
asesmen dan kinerja disesuaikan dengan standar kompetensi.
1.16.4 Menggunakan bahasa dan konsep dengan memperhatikan
perbedaan budaya.
1.16.5 Menggunakan sikap menyatu dengan budaya setempat.
1.17 Perbedaan individual, dapat mencakupi:
1.17.1

Halangan bahasa, nunerasi dan literasi.

1.17.2

Keterbatasan fisik, seperti pendengaran, penglihatan, suara


dan mobilitas.

1.17.3

Keterbatasan intelektual.

1.17.4

Kondisi kesehatan seperti arthritis, epilepsy, diabetes, asthma


yang dapat mempengaruhi asesmen.

1.17.5

Kesulitan belajar.

1.17.6

Keterbatasan psikiatris dan psikologis.

1.17.7

Ketaatan terhadap agama dan spritual.

1.17.8

Latar belakang persepsi/pandangan budaya.

1.17.9

Umur.

1.17.10 Gender.
1.18 Umpan Balik dapat mencakupi:
1.18.1

Memastikan proses asesmen telah dimengerti.

1.18.2

Memastikan adanya perhatian asesi.

1.18.3

Memberikan kesempatan bertanya dan menjawab.

1.18.4

Menyetujui luaran.

1.18.5

Mengidentifikasi bukti yang akan dikemukakan selanjutnya.

1.18.6

Mendiskusikan rencana aksi.

1.18.7

Menyetujui kesenjangan pelatihan yang dibutuhkan.

1.18.8

Informasi terkait dengan kesempatan proses banding.

1.18.9

Menyarankan perbaikan pengumpulan bukti.

1.19 Dukungan spesialis, dapat mencakupi:


1.19.1

Asistensi oleh pihak ketiga, penterjemah.

1.19.2

Pengembangan aktifitas asesmen secara online.

1.19.3

Dukungan terhadap asesi dan/atau asesor secara jarak jauh


atau terisolasi.

68
1.19.4

Dukungan bahan asesmen atau ahli keselamatan.

1.19.5

Arahan dari otoritas regulator.

1.19.6

Asesmen secara tim/panel.

1.19.7

Dukungan dari asesor kepala.

1.19.8

Arahan dari ahli pengembang kebijakan.

1.20 Pembatasan, dapat berkaitan berkaitan dengan:


1.20.1

Peran dan tanggung jawab kerja.

1.20.2

Menemukan kebutuhan asesi.

1.20.3

Panel asesmen.

1.20.4

Proses mutu organisasi pelatihan dan/atau asesmen.

1.20.5

Level kompetensi personel.

1.20.6

Persyaratan pelatihan organisasi, industri dan nasional.

1.20.7

Level pengetahuan personel tentang asesmen berbasi


kompetensi.

1.20.8

Tanggung jawab hukum.

1.21 Seluruh komponen dari unit standar kompetensi meliputi:


1.21.1

Elemen Kompetensi.

1.21.2

Kriteria Unjuk Kerja.

1.21.3

Keterampilan Layak Kerja.

1.21.4

Batasan Variabel termasuk:


a. Kontekstualisasi;
b. Kaitan terhadap pengetahuan dan persyaratan
perusahaan;
c.

1.21.5

Fokus Asesmen;

d. Persyaratan dasar pengetahuan bahasa, literasi dan


numerasi.
Panduan penilaian, termasuk:
a. Pengetahuan yang dibutuhkan;
b. Keterampilan dan atribut yang dibutuhkan;
c.

Persyaratan kemampuan bahasa, literasi dan numerasi;

d. Aspek kritis dari bukti yang harus dipertimbangkan/


persyaratan kuatitas bukti;
e.

Keselarasan asesmen dan saling ketergantungan antar


unit-unit kompetensi;

f.

Metode / sumber daya / konteks asesmen.

69

1.21.6

Dimensi Kompetensi, sebagai contoh:


a. Task skills;
b. Task management skills;
c.

Contingency management skills;

d. Job role/environment skills;


e.

Transfer skills.

1.22 Dokumentasi terkait, dapat mencakupi:


1.22.1

Panduan asesmen dari paket training terkait.

1.22.2

Kriteria asesmen modul terakreditasi.

1.22.3

Bukti yang akan dikumpulkan sebagaimana dikemukakan


rencana asesmen.

1.22.4

Definisi dan interpretasi bukti di dalam pengembangan


perangkat asesmen.

1.22.5

Kebijakan dan prosedur asesmen.

1.22.6

Persyaratan K3, hukum, kode etik, standar, panduan.

1.22.7

Indikator dan level kompetensi sistem pelaporan nasional.

1.22.8

Persyaratan organisasi kerja.

1.22.9

Spesifikasi produk.

1.22.10 Perangkat asesmen kompetensi terintegrasi.


1.23 Keputusan merupakan proses dua langkah dan artinya:
1.23.1

Keputusan dibuat oleh asesor berkaitan dengan pencapaian


kompetensi terhadap prinsip asesmen dan aturan bukti.

1.23.2

Keputusan dibuat oleh asesor berdasarkan bukti yang


dikemukakan dan kemudian dievaluasi, apakah asesi telah
kompeten atau belum.

1.24 Rencana aksi dibutuhkan jika keputusan belum kompeten diambil,


dan dapat mencakupi:
1.24.1

Kesenjangan kompetensi, pelatihan lanjut, bila berkaitann


dengan akurasi.

1.24.2

Peluang praktek tambahan dibawah supervisi, bila berkaitan


dengan presisi.

1.24.3

Pelung asesmen tambahan/peluang pengumpulan bukti


tambahan.

1.24.4

Fasilitasi individual jika diperlukan.

1.24.5

Pengalihan ke dukungan spesialis.

70
1.25 Laporan asesmen, dapat mencakupi:
1.25.1

Rincian data asesi.

1.25.2

Rincian asesmen: tanggal, waktu, tempat.

1.25.3

Rincian kesimpulan asesor atas bukti.

1.25.4

Umpan balik ke dan dari asesi.

1.25.5

Justifikasi keputusan.

1.25.6

Kesimpulan rencana aksi untuk asesi.

1.25.7

Informasi kritis lainnya, termasuk banding dan hasil.

1.25.8

Tandatangan asesor dan asesi.

1.25.9

Laporan tertulis/elektronik kepada penyandang dana.

1.26 Rekomendasi, dapa mencakupi:


1.26.1

Rekomendasi asesmen.

1.26.2

Rekomendasi dukungan pelatihan dan/atau asesmen unit


kompetensi yang lain.

1.26.3

Rekomendasi rencana aksi.

1.26.4

Asesmen ulang.

1.26.5

Implikasi banding.

1.27 Pihak lain yang relevan, dapat mencakupi:


1.27.1

Pihak-pihak yang disarankan asesi.

1.27.2

Pihak-pihak yang akan diberikan informasi disebabkan


adanya kontrak kewajiban.

1.28 Kriteria, dapat mencakupi:


1.28.1

Mengikuti rencana asesmen.

1.28.2

Memenuhi persyaratan organisasi, etika dan hukum,


termasuk K3.

1.28.3

Penyampaian informasi yang tepat kepada asesi terkait proses


asesmen dan penjelasan seluruh langkah dengan
menggunakan komuniasi efektif dan keterampilan
interpersonal.

1.28.4

Demonstrasi penerapan aturan bukti dan prinsip asesmen


dalam pengumpulan bukti yang berkualitas.

1.28.5

Demonstrasi dukungan dan arahan kepada asesi selama


proses asesmen.

1.28.6

Penggunaan metode dan perangkat asesmen.

1.28.7

Penerapan penyesuaian yang wajar, bila diperlukan.

71
1.28.8

Penyampaian umpan balik yang jelas dan membangun kepada


asesi terkait keputusan asesmen.

1.28.9

Peninjauan konsistensi keputusan.

1.29 Konsultasi, dapat mencakupi:


1.29.1

Dengan asesor dan koordinator pelatihan dengan tetap


bersikap wajar.

1.29.2

Diskusi dengan klien, ketua tim, manejer, koordinator


asesmen, supervisor dan mentor.

1.29.3

Tenaga ahli teknik.

1.29.4

Tenaga ahli bahasa, literasi, numerasi.

1.30 Pengakuan atas pembelajaran terdahulu (RPL) didefinisikan:


Suatu proses asesmen yang mengases seseorang individu pada jalur
pembelajaran non-formal dan informal guna menentukan apakah
individu tersebut telah mencapai luaran pembelajaran yang
disyaratkan, luaran kompetensi, atau sejumlah standar kompetensi
untuk dapat masuk pada sebahagian/semua persyaratan suatu
kualifikasi.
2. Peralatan dan Perlengkapan
2.1 Peralatan
Perangkat asesmen, yang dapat mencakupi: checklist observasi, daftar
pertanyaan tertulis, alat ukur hasil kerja asesi
2.2 Perlengkapan
Peralatan komputer dan program teknologi informasi dan komunikasi
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan
Kerja Nasional
3.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 tahun
2013 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
Pedoman yang terkait
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Asesmen kompetensi untuk unit ini dapat dilakukan pada konteks
kerangka program asesmen kompetensi sesuai konteks yang ditetapkan
diatas.

72
1.2 Tempat Uji Kompetensi seharusnya dilakukan di tempat kerja atau
simulasi tempat kerja yang baik.
1.3 Pelaksanakan asesmen terhadap personil yang akan diases, harus
dilakukan oleh asesor kompetensi.
1.4 Ikhtisar Asesmen.
Untuk memperagakan/mendemonstrasikan kompetensi unit ini, asesi
harus dapat membuktikan bahwa mereka telah mampu mengases
komkpetensi orang lain melalui proses pengumpulan dan peninjauan
bukti dan membuat keputusan.
Bukti yang disampaikan harus menggambarkan bagaimana lingkungan
asesmen ditegakkan dan bagaimana kebutuhan asesi dipenuhi;
bagaimana unit kompetensi diinterpretasi untuk menentukan
persyaratan bukti; bagaimana rencana asesmen diikuti; bagaimana
perangkat asesmen digunakan pada saat pengumpulan bukti;
keputusan asesmen telah berbasis aturan bukti; keterampilan
komunikasi
digunakan
untuk
memandu,
mendukung
dan
menyampaikan umpan balik kepada asesi selama proses asesmen;
rekaman dan pelaporan; dan bagaimana proses asesmen ditinjau.
1.4.1

Produk yang dapat digunakan sebagai bukti, seharusnya


mencakupi:
a. Perangkat asesmen yang lengkap;
b. Dokumentasi bukti yang dikumpulkan dan keputusan.
Asesmen;
c. Umpan balik dari asesi/asesor/supervisor/koordinator
asesmen;
d. Umpan balik kepada asesi berikut rekomendasi pilihan ke
depan;
e. Rekaman dan pelaporan asesmen;
f. Tinjauan pelaksanaan asesmen dan rekomendasi
pelaksanaan ke depan.

1.4.2

Proses yang bisa digunakan sebagai bukti seharusnya


mencakupi:
a. Cara menginterpretasi standar kompetensi dan dokumendokumen lainnya;
b. Cara penjadwalan aktifitas asesmen;
c. Cara memodifikasi rencana asesmen agar memenuhi
kebutuhan asesi;
d. Cara evaluasi bukti terkait aturan bukti.

1.4.3

Implikasi sumber daya asesmen seharusnya mencakupi:


a. Akses kepada asesi yang akan diases;
b. Akses ke standar kompetensi;
c. Akses ke bahan dan perangkat asesmen;

73
d. Akses ke tempat dan peralatan asesmen;
e. Dokumentasi tempat kerja;
f. Akses ke kebijakan dan prosedur asesmen;
g. Akses ke dokumentasi/rekaman asesi untuk mendapatkan
persyaratan spesifik;
h. Pertimbangan biaya dan waktu;
i. Akses ke personel yang dibutuhkan.
1.4.4

Pengumpulan bukti berkualitas membutuhkan:


a. Asesmen harus memenuhi ruang lingkup unit ini dan
merefleksikan seluruh komponen unit, yakni Elemen
Kompetensi, Kriteria Unjuk Kerja, Batasan Variabel, Panduan
Bukti, Keterampilan Layak Kerja;
b. Batasan metode asesmen dan teknik pengumpulan bukti
yang tepat digunakan untuk menentukan kompetensi;
c. Bukti
harus
dikumpulkan
di
tempat
kerja
bila
memungkinkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, suatu
tempat kerja yang disimulasikan harus disediakan;
d. Bukti-bukti yang dikumpulkan harus berhubungan dengan
beberapa demonstrasi/ praktek kinerja yang dinilai pada
titik-titik yang berbeda pada waktu yang tepat, pembelajaran
dan jalur asesmen hendaknya dipisahkan oleh praktek dan
pembelajaran selanjutnya;
e. Bukti yang dikumpulkan harus berhubungan paling kurang
dengan satu asesmen;
f. Asesmen memenuhi aturan bukti;
g. Keputusan kompeten dapat dibuat bila asesor yakin bahwa
hasil yang dipersyaratkan dari suatu unit telah dicapai dan
bahwa kinerja telah diperagakan secara konsisten.

1.4.5

Persyaratan bukti yang spesifik harus meliputi :


a. Pelaksanaan asesmen pada sejumlah asesi atas unit
kompetensi yang berbeda, mengikuti rencana asesmen yang
relevan;
b. Paling kurang seorang asesi diases pada jalur asesmen;
c. Paling kurang satu asesmen harus mencakup hal yang
menyangkut penyesuaian yang wajar serta keputusan;
d. Semuanya harus menunjukkan:
1) Penggunaan metode dan perangkat asesmen yang berbeda
termasuk batasan variabel aktifitas asesmen;
2) Demonstrasi komunikasi dua arah dan umpan balik;
3) Cara pengambilan keputusan dan cara merekam serta
melaporkan hasil asesmen;

74

1.4.6

2.
3.

4) Rekaman dan pelaporan asesmen memenuhi persyaratan


hukum/organisasi dan etika;
5) Proses asesmen ditinjau dan hasil peninjauan
didokmentasikan.
Asesmen Terpadu artinya:
Unit ini dapat di ases tersendiri atau sebagai bagian dari
aktifitas asesmen terpadu yang melibatkan unit-unit lain yang
relevan. Unit-unit berikut ini disarankan:
a. SKKNI P.854900.041.01
Plan and organise assessment/Merencanakan dan
Mengorganisasikan asesmen;
b. SKKNI P.854900.043.01
Develop assessment tools/Mengembangkan Perangkat
Asesmen.

Persyaratan kompetensi
P.854900.040.01 Merencanakan dan Mengorganisasikan Asesmen
Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Asesmen berbasis kompetensi mencakup:
a. Pelatihan dan pendidikan vokasi sebagai suatu sistem
berbasis kompetensi

3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.1.7
3.1.8
3.1.9

b.

Asesmen berpatokan kriteria/keunggulan atas asesmen


perpatokan norma

c.

Menyetujui kriteria yang digunakan pada pelatihan dan


pendidikan vokasi di tingkat nasional atau penjelasan yang
dikemukakan standar kompetensi tentang spesifikasi kinerja
suatu pekerjaan / fungsi kerja dan keterampilan/
pengetahuan

d.

Pelaporan asesmen berbasis kompetensi

e.

Standar kompetensi sebagai basis kualifikasi

f.

Prinsip-prinsip asesmen berbasis kompetensi

g.

Struktur dan penggunaan standar kompetensi

Prinsip-prInsip asesmen dan penerapannya


Aturan bukti dan penerapannya
Pengertian tujuan asesmen dan konteks asesmen, termasuk RPL
Berbagai metode asesmen, termasuk kecocokannya dalam
pengumpulan berbagai jenis bukti; persyaratan sumber daya
dan kaitannya dengan biaya
Pengertian penyesuaian yang wajar dan penerapannya
Metodologi evaluasi dasar yang cocok untuk tinjauan
pengalaman individu
Jenis dan bentuk bukti, termasuk penggunaan perangkat
asesmen yang relevan untuk pengumpulan berbagai jenis bukti
pada asesmen berbasis kompetensi
Pengetahuan praktis tentang hambatan dan proses terkait
perangkat dan metode asesmen

75
3.1.10 Sistem asesmen serta kebijakan dan prosedur asesmen yang
digunakan oleh industri, organisasi atau otoritas pelatihan
3.1.11 Kebijakan dan prosedur RPL yang digunakan oleh organisasi
3.1.12 Perhatian terhadap budaya yang sensitif dan kebersamaan
3.1.13 Kebijakan relevan lainnya, perundangan, kode etik dan standar
nasional, misalnya:
a. Hak paten
b.

Keamanan informasi

c.

Plagiatisme

d.

Paket pelatihan/standar kompetensi

e.

Persyaratan lisensi

f.

Persyaratan industri/tempat kerja

g.

Persyaratan rekaman informasi dan kerahasiaan

h. Anti diskriminasi termasuk kesamaan kesempatan,


pencemaran nama baik, diskriminasi ketidakmampuan
i.

Hubungan tempat kerja

j.

Persetujuan perusahaan/penghargaan industri

3.1.14 Tanggungjawab
K3
berkaitan
dengan
pengorganisasian asesmen, seperti:
a. Persyaratan pelaporan bahaya dan insiden

rencana

dan

b. Proedur darurat dan prosedur penggunaan alat pelindung


diri
c. Penggunaan peralatan secara aman dan pemeliharaannya
d. Informasi sumber daya K3
3.2 Keterampilan
3.2.1 Keterampilan analisis dan interpretasi untuk:
a. Menguraikan substansi/isi standar kompetensi
b. Menginterpretasi perangkat asesmen dan informasi lainnya
c. Mengidentifikasi kebutuhan asesi
3.2.2

d. Membuat keputusan berbasis bukti hasil asesmen


Keterampilan observasi untuk:
a. Mengakui pembelajaran terdahulu asesi
b. Menentukan kesiapan asesi dalam pelaksanaan asesmen
c. Mengobservasi kinerja asesi
d. Mengidentifikasi asesi sekiranya membutuhkan asistensi
selama pelaksanaan asesmen

76
3.2.3

Keterampilan meneliti dan mengevaluasi untuk:


a. Mengakses persyaratan individu pelaksana dan sumber
daya asesmen
b. Mengakses kebijakan dan prosedur sistem asesmen
c. Mengakses kebijakan dan prosedur RPL
d. Mengevaluasi bukti
e. Mengevaluasi proses asesmen

3.2.4

3.2.5

3.2.6

3.2.7

Keterampilan kognitif untuk:


a. Menghargai bukti dan membuat keputusan
b. Memperhatikan dan merekomendasikan penyesuaian yang
wajar
Keterampilan membuat keputusan:
a. Mengakui pembelajaran terdahulu asesi
b. Membuat keputusan atas pencapaian kompetensi asesi
Keterampilan literasi untuk:
a. Membaca dan menginterpretasi informasi yang relevan
tentang pelaksanaan asesmen
b. Mempersiapkan kebutuhan dokumentasi dan informasi yang
diperlukan untuk proses asesmen
Keterampilan komunikasi/interpersonal untuk:
a. Menjelaskan pengertian asesmen kepada asesi
b. Memberikan innstruksi yang jelas dan tepat
c. Mengajukan pertanyaan secara efektif
d. Menyampaikan klarifikasi
e. Mendiskusikan proses asesmen dengan pihak terkait
lainnya
f. Memberikan umpan balik yang sesuai kepada asesi
g. Mendiskusikan hasil asesmen dengan asesi
h. Menggunakan bahasa secara tepat dengan asesi dan
lingkungan asesmen

3.2.8

i. Mempertahankan suatu hubungan kerja yang baik dengan


asesi
Sikap yang harus dimiliki:
a. Kemauan untuk memandu dan mendukung asesi
b. Mampu memberi semangat kepada asesi, menerima dan
memanfaatkan umpan balik
c. Sensitif terhadap perbedaan keperluan setiap individu
d. Beretika dalam pelaksanaan asesmen

4. Sikap kerja
4.1 Dapat menjaga rahasia

77
4.2 Berwawasan luas
4.3 Diplomatis
4.4 Beradaptasi baik dengan lingkungan dan perubahan
4.5 Fokus mencapai sasaran
4.6 Mengambil keputusan berdasarkan logika dan analisa
5. Aspek kritis
5.1 Interpretasi bukti yang telah dikumpulkan dan pengambilan keputusan
berdasarkan standar kompetensi terkait dengan penerapan prinsip
asesmen dan aturan bukti. Unit ini juga melingkupi demonstrasi
hubungan yang profesional antara asesor dan asesi dan keterampilan
yang mendukung hubungan yang profesional tersebut

78

1. Menetapkan dan mempertahankan lingkungan penilaian


a. Apakah yang perlu yang dipertimbangkan dalam menetapkan lingkungan
penilaian?
Sebelum memulai penilaian, penting untuk memastikan segala sesuatu yang perlu
disiapkan sudah dalam keadaan siap. Idealnya, penguji harus:

mengkonfirmasikan rincian-rincian dalam rencana penilaian

memberitahukan kandidat mengenai tujuan penilaian, konteks dan tolak ukur


kinerja

mengembangkan hubungan yang profesional dengan kandidat

Setiap kandidat akan memiliki motivasi dan harapan-harapan yang berbeda dimana
beberapa di antaranya memiliki kebutuhan pembelajaran yang akan memerlukan
sumber-sumber dan bantuan tambahan. Oleh karena itu, penting bagi penguji untuk
memahami kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penyediaan sumbersumber dan bantuan tambahan, dan dapat memastikan akan hal ini dan
memanfaatkannya.
b. Bagaimanakah kompetensi seharusnya dinilai?
Kompetensi harus dinilai dalam suatu lingkungan yang mendekati hal-hal yang biasa
dialami dan sesuai dengan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja. Penilaian
harus berlangsung dalam situasi dimana kandidat merasa nyaman dan dapat
mengikuti penilaian dengan benar.
Dalam mempersiapkan lingkungan, pertimbangkan kenyamanan fisik maupun
psikologi kandidat.
Kondisi fisik yang perlu dipertimbangkan adalah temperatur, pencahayaan dan
tingkat kebisingan. Bagaimana perasaan emosi kandidat juga perlu dipertimbangkan.
Kandidat dapat disiapkan dan dibuat merasa tidak terlalu gugup, dengan membahas
bersama mereka dalam kondisi bagaimana penilaian akan berlangsung dan dengan
memberikan instruksi-instruksi yang jelas.
c. Apakah kandidat memahami proses penilaian?
Adalah penting bagi kandidat untuk memahami dengan jelas semua langkah dan
persyaratan prosedur penilaian, termasuk:

Tujuan penilaian

Dalam kondisi bagaimana penilaian akan dilaksanakan

Proses appeal/peninjauan

Rincian mengenai pengaturan misalnya waktu, tempat dan materi-materi yagn


dibutuhkan.

Praktek yang baik adalah menghubungi kandidat sebelum penilaian berlangsung


untuk memastikan mereka memahami semua prosedur dan untuk mengklarisifikasi

79

pertanyaan apa pun. Apabila penguji merasa tidak yakin mengenai apakah kandidat
telah memahami segala sesuatu, penguji dapat meminta mereka menjelaskan apa
saja menurut mereka yang terlibat dalam penilaian.
d. Bagaimanakah lingkungan penilaian dapat dipertahankan
Rincian mengenai rencana dan proses penilaian harus dijelaskan, dibahas dan
diklarisifikasi dengan kandidat secara berkelanjutan. Ini akan mencakup kesempatan
untuk penilaian, penyesuaian yang wajar, penilaian ulang dan banding.
Selain itu, penguji harus menjadi ahli dalam strategi komunikasi yang efektif dan
mencari peluang untuk memberikan umpan balik (feedback) yang membangun
kepada kandidat dan juga mendorong kandidat untuk memberikan umpan balik
mengenai proses penilaian guna memungkinkan peningkatan yang berkelanjutan.
e. Sikap dan perilaku bagaimanakah yang diperlukan penguji?
Penilaian adalah proses partisipatif di antara penguji dan kandidat. Untuk
melaksanakan penilaian yang berhasil, penguji akan membutuhkan keterampilan
komunikasi dan interpersonal yang efektif. Ini adalah penting untuk dapat
menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh kandidat secara jelas dan efektif.
Penguji perlu memperlihatkan empati. Ini berarti mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh kandidat dan memahami apa yang mungkin mereka alami sebelum,
selama, dan setelah penilaian. Penting bagi penguji untuk tidak mencoba membuat
kandidat merasa takut atau terintimidasi, karena ini dapat mempengaruhi kinerja dan
tidak memberikan hasil penilaian yang akurat.
Mendengarkan dan merespons juga merupakan keterampilan yang penting bagi
seorang penguji. Mendengarkan secara aktif dapat memperlihatkan bahwa penguji
memiliki perhatian terhadap kandidat dan terhadap apa yang mereka ucapkan.
Respons penguji dapat menciptakan perasaan yang positif atau negatif bagi kandidat
dan mempengaruhi kinerja mereka. Sebagai seorang penguji, penilaian-penilaian
yang Anda buat akan mempengaruhi kandidat. Penguji memiliki tanggung jawab
untuk memastikan bahwa hak kandidat diperhatikan. Hak ini meliputi persetujuan
secara bebas dan kerahasiaan.
Persetujuan yang bebas berarti bahwa kandidat harus:

Diinformasikan mengenai rencana penilaian

Diberikan rincian mengenai penilaian

Hanya berpartisipasi setelah siap

Kerahasiaan berarti bahwa informasi mengenai penilaian kandidat harus:

Disediakan kepada personel yang berhak

Dijaga keamanannya dalam Ellipse

80

f.

Apakah yang dimaksud dengan kesempatan untuk mengumpulkan bukti?


Setelah prosedur penilaian diuraikan, penguji perlu mengidentifikasi dimana dan
bagaimana mereka dapat mengumpulkan bukti yang diperlukan. Kesempatan terbaik
untuk melakukan penilaian adalah di tempat kerja karena di sinilah tempat dimana
kinerja kompeten yang sesungguhnya dapat diamati dengan paling mudah.
Apabila penilaian dilaksanakan di tempat kerja, maka penting untuk memastikan
bahwa penilaian tidak mengganggu praktek tempat kerja yang normal, juga tidak
memakan waktu secara berlebihan. Penguji harus juga memastikan bahwa personel
yang tepat, misalnya supervisor, diinformasikan bahwa penilaian akan dilaksanakan.
Apabila penilaian dilaksanakan di luar tempat kerja, maka penguji harus memastikan
bahwa penilaian tersebut sesuai dan tidak terlalu berbeda dengan praktek yang
berlangsung

sesungguhnya

di

tempat

kerja.

Penguji

mungkin

perlu

mempertimbangkan sejumlah lingkungan dan sumber penilaian, termasuk waktu,


lokasi, keuangan/biaya, peralatan, material, prosedur K3 & prosedur pengoperasian.
Bukti harus juga menunjukkan bahwa bukti tersebut sah, otentik, cukup dan terkini.
Pahami persyaratan organisasi atau industri selain standar kompetensi yang sedang
dinilai. Misalnya, peraturan K3 yang menyatakan bahwa setiap orang harus memakai
kacamata safety dan helm ketika berada di lokasi kerja. Perhatikan bahwa organisasi
dapat menyesuaikan standar-standar kompetensi sesuai kebutuhan organisasi
tersebut dengan menambahkan informasi, tetapi tidak bisa mengurangi apa pun dari
standar yang sudah ada.

2. Mengumpulkan bukti yang berkualitas


a. Bagaimanakah bukti berkualitas dapat dikumpulkan?
Proses untuk menetapkan sistem penilaian dilandaskan pada mekanisme untuk
mengumpulkan bukti yang berkualitas. Peran penguji adalah untuk mengumpulkan
bukti yang membuktikan bahwa kandidat memenuhi standar kompetensi. Kegiatan
pengumpulan bukti harus bervariasi dan disesuaikan dengan alat-alat penilaian yang
tepat.
Untuk memastikan pengumpulan bukti yang berkualitas, langkah-langkah berikut
harus diambil:

Rencana penilaian diikuti sebagai pedoman untuk melaksanakan penilaian dan


metode serta alat penilaian digunakan untuk mengumpulkan, menyusun dan
mendokumentasikan bukti dalam format yang sesuai untuk menentukan
kompetensi

Kandidat diberikan penjelasan yang jelas mengenai alat-alat penilaian dan apa
yang disyaratkan sebagai bukti

81

Kesempatan untuk mengumpulkan bukti dalam kegiatan kerja/kegiatan kerja yang


disimulasikan ditentukan, dengan gangguan minimal terhadap lingkungan kerja,
bila memungkinkan.

Kebijakan dan prosedur sistem penilaian yang diidentifikasi dan persyaratan


organisasi/hukum/etika untuk penilaian dibahas.

b. Bagaimanakah prinsip-prinsip penilaian dan aturan-aturan mengenai bukti


mendukung pengumpulan bukti yang berkualitas?
Prinsip-prinsip Penilaian menyatakan bahwa penilaian harus sah, dapat diandalkan,
fleksibel dan adil. Ini memastikan bahwa bukti yang dikumpulkan berhubungan
langsung dengan apa yang diakui sebagai bukti, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan

untuk

seluruh

kandidat,

memiliki

kesempatan

untuk

dilakukan

penyesuaian secara wajar untuk mendukung penyesuaian berdasarkan kebutuhan


(customisation) dan meningkatkan keadilan baik dalam administrasi alat penilaian
dan pengumpulan bukti mengenai kinerja.
Contoh: perilaku yang kasar oleh penguji
Aturan Mengenai Bukti berhubungan erat dengan prinsip-prinsip penilaian ini dan
memberikan pedoman mengenai pengumpulan bukti untuk memastikan bahwa bukti
tersebut sah, cukup, otentik dan terkini. Dengan kata lain, ini sesuai dengan jenis
kinerja yang disyaratkan, dikumpulkan di berbagai kesempatan dalam suatu periode
waktu tertentu untuk memastikan kinerja yang konsisten, dapat diverifikasi sebagai
hasil kerja kandidat itu sendiri dan dikumpulkan dengan cara yang tepat untuk
memastikan bahwa bukti tersebut adalah indikasi yang tepat mengenai hasil kerja
kandidat saat ini.
Contoh: penyalahgunaan bukti

3. Mendukung kandidat
a. Bagaimanakah kandidat dapat didukung?

Keterampilan interpersonal dan komunikasi yang sesuai digunakan untuk


mengembangkan hubungan yang profesional dengan kandidat

Pengakuan terhadap kompetensi saat ini diupayakan dengan mudah

Penyesuaian yang wajar harus mempertahankan keutuhan standar-standar


kompetensi yang relevan dan memungkinkan prinsip-prinsip penilaian dan aturanaturan bukti diterapkan secara seimbang

Dukungan dari spesialis diperoleh, bila dibutuhkan, sesuai dengan rencana


penilaian

82

Risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) apa pun terhadap orang atau alat
segera ditangani.

b. Bagaimanakah kandidat dapat didukung sebelum penilaian?


Sebelum penilaian, kandidat kemungkinan akan merasa gugup sehingga penguji
perlu menciptakan lingkungan yang mendukung yang memberikan keyakinan kepada
mereka. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat untuk menciptakan suasana yang
nyaman dan membuat mereka merasa tenang.

Pastikan lingkungannya sesuai untuk pelaksanaan penilaian

Ciptakan suasana yang positif dan perhatikan lingkungan sekitar

Pastikan bahwa kandidat merasa rileks dan tidak merasa takut

Berikan salam kepada kandidat, sambut mereka dan ciptakan hubungan yang
baik. Berikan waktu kepada kandidat untuk tenang dan merasa nyaman.

Berikan penjelasan singkat mengenai proses penilaian dalam bahasa yang


mudah dipahami

Beritahukan kepada kandidat mengenai waktu yang diialokasikan untuk


menyelesaikan penilaian

Undang kandidat untuk mengajukan pertanyaan

Beritahukan kandidat kapan mereka bisa mulai melakukan tugas penilaian

c. Bagaimanakah kandidat dapat didukung selama melaksanakan penilaian?


Kandidat perlu merasa nyaman mengapa mereka dinilai dan percaya bahwa penguji
akan bersikap adil dalam penilaian mereka. Penguji harus memastikan bahwa proses
penilaian adalah adil bagi seluruh kandidat dan dapat disesuaikan berdasarkan
situasi yang dihadapi masing-masing individu. Diskriminasi karena latar belakang ras,
budaya, agama, jenis kelamin atau pribadi adalah tidak pantas dan tidak boleh
mempengaruhi pelaksanaan penilaian atau hasil penilaian.
Kondisi-kondisi bagaimana penilaian dilaksanakan harus sudah dikomunikasikan
kepada kandidat. Selama berlangsungnya penilaian, penguji harus memberikan
dorongan dan bimbingan melalui pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan
yang diungkapkan dan difokuskan secara benar bila relevan.
d. Bagaimanakah kandidat dapat didukung setelah Penilaian?
Penting untuk memberikan umpan balik (feedback) secara tepat waktu mengenai
kinerja dan menginformasikan kandidat mengenai tambahan atau modifikasi yang
diperlukan sebagai syarat untuk memenuhi standar-standar kompetensi. Selain itu,
penguji harus menjelaskan pilihan-pilihan penilaian apa pun. Bahkan meskipun
kandidat telah mencapai tingkat kompetensi yang disyaratkan, umpan balik
(feedback) konfirmasi masih harus diberikan.

83

4. Membuat keputusan penilaian


a. Kapan keputusan penilaian seharusnya dibuat?
Keputusan penilaian harus dibuat setelah penguji puas bahwa kandidat telah
memberikan bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa penilaian sudah dianggap
kompeten.
Penguji sering kali khawatir mengenai berapa banyak bukti yang dianggap cukup
untuk membuktikan kompetensi. Penguji perlu yakin bahwa bukti yang dikumpulkan
mencakup seluruh bagian dari tolak ukur (benchmark) yang relevan. Apabila tolak
ukurnya adalah Unit Kompetensi, maka bukti secara keseluruhan harus mencakup:

Semua Elemen

Semua Kriteria Kinerja

Semua yang harus dalam Pernyataan Kisaran

Semua bukti kritis yang tercantum dalam pedoman bukti

Semua keterampilan penting dan pengetahuan dasar yang tercantum dalam


pedoman bukti

Kompetensi Kunci

Dimensi kompetensi

b. Bagaimanakah penilaian seharusnya dibuat?

Bukti yang dikumpulkan diperiksa dan dievaluasi untuk memastikan bahwa bukti
tersebut mencerminkan bukti yang disyaratkan untuk memperlihatkan kompetensi

Penilaian (judgement) digunakan untuk menyimpulkan apakah kompetensi telah


diperlihatkan, berdasarkan bukti yang ada.

c. Adakah batasan-batasan dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti yang


berkualitas?
Batasan-batasan dapat berhubungan dengan:

Peran dan tanggung jawab pekerjaan

Kontekstualisasi alat penilaian

Memenuhi kebutuhan kandidat

Panel Penilaian

Persyaratan organisasi

Memahami kompetensi dan proses penilaian

Tanggung jawab hukum

d. Bagaimanakah umpan balik dapat diberikan kepada kandidat?


Ketika memberikan umpan balik mengenai hasil penilaian kepada kandidat, penguji
harus:

84

Memberikan penjelasan mengenai apakah kandidat kompeten/belum kompeten

Menguraikan kompetensi apa yang belum dicapai

Menguraikan bagaimana kandidat dapat mencapai kompetensi

Memberikan umpan balik tertulis yang mencakup rencana tindakan untuk


pengembangan lebih lanjut.

5. Mencatat dan melaporkan keputusan penilaian


a. Apakah yang harus dicatat dan dilaporkan?
Membuat catatan penilaian secara akurat dan aman adalah bagian yang penting dari
proses penilaian. Berdasarkan standar AQTF untuk Organisasi Pelatihan Terdaftar,
RTO harus membuat catatan, termasuk catatan-catatan yang berhubungan dengan
penilaian.
Hasil penilaian harus segera dicatat dan laporan penilaian dilengkapi dan diproses
sesuai dengan sistem penilaian. Rekomendasi-rekomendasi untuk tindakan tindak
lanjut kemudian harus diserahkan kepada orang yang relevan, bila diperlukan.
b. Mengapa perlu catatan?
Membuat dokumentasi yang akurat tentang proses penilaian adalah sangat penting karena
catatan ini dapat:
Digunakan untuk memberikan umpan balik kepada kandidat
Digunakan untuk mengkonfirmasikan dikeluarkannya suatu kualifikasi atau Pernyataan

Pencapaian
Diacu sebagai panduan untuk pilihan-pilihan studi ke depan
Digunakan untuk promosi atau kenaikan gaji
Digunakan sebagai bukti bahwa organisasi pelatihan telah memenuhi persyaratan

legislatif atau perundang-undangan


Diacu dalam kasus banding.

Bagaimanakah hasil penilaian seharusnya dicatat?


Setiap organisasi harus memiliki prosedur-prosedur untuk mencatat hasil penilaian. Penguji
juga harus membuat catatannya sendiri untuk memberikan umpan balik dan membantu
mengklarifikasi pertanyaan-pertanyaan atau protes/banding yang mungkin timbul.
Terkadang

perundang-undangan, misalnya yang

berhubungan dengan persyaratan

pemberian lisensi, akan mensyaratkan catatan penilaian dibuat secara rinci. Secara hukum
organisasi mungkin harus membuat catatan untuk suatu jangka waktu tertentu.

Anda mungkin perlu membuat catatan untuk informasi berikut:


Nama kandidat
Tanggal dan waktu penilaian

Metode

yang digunakan untuk

menilai kompetensi

85
Lokasi penilaian

Hasil-hasil penilaian

Unit yang akan diujikan kepada Komentar dan umpan balik

Anda
Bukti yang disyaratkan

Nama penguji
Prosedur

banding/tinjauan

apa

pun
Tempat kerja dan organisasi mungkin juga memiliki batasan-batasan mengenai siapa yang
memiliki akses terhadap hasil penilaian. Setiap organisasi harus memiliki kebijakan, yang
menguraikan prosedur untuk memperoleh akses, yang memenuhi persyaratan yang
berhubungan dengan undang-undang privasi pemerintah.
Di IPN/PTFI, catatan pelatihan dapat diakses oleh QMS, IPN, HR dan diawasi untuk tujuan
Pengelolaan Kinerja saja.
Sebagai aturan dasar, setiap akses atau penggunaan terhadap catatan kandidat harus
mendapatkan izin secara tertulis dari kandidat yang bersangkutan.

6. Meninjau proses penilaian


Mengapa meninjau penilaian?
Meninjau penilaian adalah bagian penting dari proses penilaian. Penguji harus selalu
meninjau penilaian mereka secara teratur untuk memastikan bahwa penilaian mereka tetap
sah, dapat diandalkan, fleksibel, dan adil.
Penilaian berbasis kompetensi dirancang sebagai sistem yang dinamis. Meninjau penilaian
secara teratur membantu memastikan bahwa prosedur-prosedur dan metode-metode tetap
fleksibel, adil dan dapat memenuhi kebutuhan semua individu.
Meninjau penilaian juga memberikan penguji kesempatan untuk meneliti prosedur-prosedur
dan metode-metode dan membuat perubahan-perubahan yang diperlukan. Peninjauan dapat
mengidentifikasi modifikasi ringan yang mungkin perlu dibuat, misalnya mengklarifikasi
pertanyaan-pertanyaan yang pada awalnya dianggap sudah jelas. Apabila terdapat protes
(appeal) terhadap suatu keputusan, proses peninjauan memberikan kesempatan untuk
memikirkan dan membahas apa yang telah terjadi selama penilaian.
Peninjauan penilaian memungkinkan penguji dan tempat kerja memastikan bahwa mereka
mempertahankan praktek-praktek penilaian yang berkualitas. Membahas dan meninjau
penilaian dengan para penguji lainnya memberikan kesempatan untuk menganalisis dan
memverifikasi prosedur-prosedur dan metode-metode.

Metode-metode peninjauan apakah yang dapat digunakan?


Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk meninjau penilaian Anda. Hal ini
mencakup:

86

Umpan balik dari kandidat


Umpan balik ini bisa jadi sangat berharga, karena kandidat akan dapat memberikan umpan
balik mengenai jenis-jenis pertanyaan yang telah Anda ajukan, tugas-tugas yang perlu
mereka laksanakan dan instruksi-instruksi yang diberikan. Bagian dari dokumentasi penilaian
bisa berupa lembar evaluasi untuk kandidat, yang berisikan pertanyaan-pertanyaan atau
skala peringkat mengenai bagian-bagian dari penilaian, dan mereka dapat memberikan
komentar mengenai berbagai aspek dari proses.
Mempertimbangkan penilaian Anda
Penguji harus memikirkan kembali penilaian Anda dan mengidentifikasi bagian-bagian yang
tidak berhasil seperti yang diharapkan. Mereka harus menanyakan kepada diri mereka
sendiri:
Bagian mana yang berhasil dengan baik dan mengapa?
Bagian mana yang tidak berhasil atau tidak seperti yang diharapkan?
Apakah penguji siap untuk segala sesuatu yang telah terjadi selama penilaian?
Adakah sesuatu yang harus dilakukan secara berbeda untuk waktu yang akan datang?

Umpan balik dari orang lain


Dalam suatu penilaian, adalah gagasan yang baik untuk selalu membahas prosedurprosedur dan metode-metode dengan supervisor atau para penguji lainnya. Supervisor atau
rekan sekerja mungkin dapat memberikan saran-saran mengenai bagaimana mengatasi
masalah yang terjadi selama penilaian, memperkuat dan menambahkan bagian-bagian yang
baik dalam penilaian, atau sekedar memverifikasi bahwa penilaian telah dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
Sesi moderasi
Moderasi adalah proses dimana para penguji dapat membandingkan dan mengevaluasi
metode-metode dan prosedur-prosedur penilaian mereka. Ini adalah sebuah proses yang
penting dan membantu mempertahankan standar kualitas bagi penguji.
Berkumpul bersama para penguji lainnya memberikan kesempatan untuk:
Mengidentifikasi apakah mereka menggunakan kriteria yang sama untuk menilai bidang-

bidang yang sama


Mengevaluasi metode dan alat penilaian mereka
Membahas isu-isu apa pun yang mungkin timbul termasuk kesulitan-kesulitan yang

dialami bersama kandidat atau manajemen


Menyarankan metode apa pun untuk diperbaiki.

Kriteria apakah yang dapat digunakan untuk meninjau penilaian?


Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan selama proses peninjauan antara lain:
Apakah tugas penilaian mencerminkan kondisi sesungguhnya di tempat kerja?

87

Terkadang tidak memungkinkan untuk menilai kandidat di tempat kerja dan Anda akan
perlu menetapkan tugas penilaian. Anda akan perlu mempertimbangkan apakah kondisikondisi ketika penilaian berlangsung sama dengan kondisi sesungguhnya di tempat kerja.
Anda akan perlu memikirkan mengenai apakah ada faktor-faktor yang mungkin telah
mempengaruhi hasil penilaian. Misalnya, kondisi sesungguhnya di tempat kerja adalah
sangat bising sementara kandidat melaksanakan tugas penilaian dalam kondisi yang
sangat tenang. Apakah perbedaan kondisi ini telah membuat hasil penilaian menjadi
berbeda?
Apakah Anda menilai unit kompetensi secara keseluruhan?

Anda harus memiliki bukti bahwa kandidat kompeten dalam semua elemen yang
mencakup suatu unit. Adalah penting bahwa seluruh unit dinilai, bukan hanya unit-unit
tunggal saja.
Apabila memungkinkan, Anda dapat menilai sejumlah unit secara bersama-sama.
Dengan cara ini Anda akan melaksanakan penilaian secara keseluruhan, yang akan
menilai tidak saja unit-unit secara terpisah, tetapi juga seluruh rangkaian kompetensi,
yang mencakup suatu peran pekerjaan.
Apakah penilaian praktis?

Berapa lama penilaian berlangsung dan berapa banyak biaya yang dibutuhkan? Terlepas
apa pun hasil penilaian, Anda perlu mengidentifikasi apakah penilaian praktis atau tidak.
Anda harus meninjau penilaian Anda untuk memastikan bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan penilaian adalah efisien dan tidak mahal.
Siapakah yang perlu dilibatkan/diberitahukan?
Proses peninjauan akan melibatkan sejumlah orang. Penguji akan perlu memutuskan siapa
yang harus menjadi bagian dari proses peninjauan dan berapa banyak orang yang akan
terlibat. Beberapa orang tertentu perlu diberitahukan setelah proses peninjauan berlangsung,
misalnya supervisor, wakil karyawan dan personel administrasi, apabila akan ada
perubahan-perubahan untuk dibuat dan didokumentasikan.
Bagaimanakah keputusan penilaian dapat diverifikasi?
Untuk melakukan verifikasi terhadap keputusan penilaian Anda, penguji harus memeriksa
bukti yang dikumpulkan bersama para penguji lainnya. Ini akan membantu memastikan agar
keputusan penilaian tetap konsisten dan mempertahankan prosedur jaminan kualitas dengan
membandingkan bukti yang telah Anda kumpulkan dengan bukti yang dikumpulkan oleh para
penguji lainnya untuk kompetensi yang sama.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat diajukan mengenai bukti yang dikumpulkan:
Apakah bukti sah?
Penting bahwa bukti yang telah Anda kumpulkan berhubungan dengan kompetensi
sesungguhnya yang Anda nilai. Untuk memastikan bahwa bukti Anda adalah sah, Anda

88

harus menyimak dengan seksama kriteria kinerjanya; apa yang sebetulnya harus dilakukan
oleh kandidat? Misalnya, apabila mereka perlu mengoperasikan komputer maka mereka
tidak perlu menguraikan bagaimana komputer diprogram.
Apakah Anda menggunakan lebih dari satu bukti?
Apabila Anda mengamati seorang kandidat sedang mengoperasikan sebuah mesin dan
Anda menggunakan satu observasi untuk menilai orang tersebut, apakah ini cukup?
Kandidat mungkin saja telah memiliki hari yang baik dalam mengoperasikan mesin tersebut,
atau mungkin dalam keadaan beruntung. Sebaliknya, dia mungkin saja dalam keadaan
gugup dan telah mengoperasikan mesin dengan buruk karena sedang dinilai.
Penting bagi Anda untuk mengumpulkan serangkaian bukti untuk memastikan bahwa
kandidat tidak saja dapat melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi juga memiliki
keterampilan-keterampilan dasar dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas tersebut. Misalnya, amatilah seorang kandidat yang sedang mengoperasikan mesin
yang sama selama beberapa kali dan juga mengajukan pertanyaan kepadanya untuk
memastikan bahwa dia memahami bagaimana mesin tersebut beroperasi.
Apakah Anda mengumpulkan bukti dalam serangkaian konteks?
Penting bagi Anda untuk menilai seorang kandidat dalam sejumlah konteks yang berbeda.
Kandidat tersebut mungkin saja dapat melaksanakan suatu tugas tertentu dalam satu
konteks, tetapi tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut yang diberikan dalam situasi yang
berbeda. Anda harus pasti bahwa kandidat tersebut dapat memperlihatkan kompetensi
dalam beberapa situasi yang berbeda.
Apabila tidak praktis, atau apabila terlalu mahal untuk melakukan penilaian terhadap
kandidat dalam beberapa situasi yang berbeda maka Anda dapat mencari bukti tambahan
dari seorang supervisor. Pertanyaan-pertanyaan tambahan mengenai bagaimana kandidat
akan berkinerja ketika menghadapi situasi yang berbeda dapat juga membantu
mengidentifikasi pengetahuan dasar.
Apakah Anda mengumpulkan bukti dalam jumlah yang benar?
Saat Anda melaksanakan penilaian, Anda mungkin menemukan bahwa bukti yang telah
Anda temukan di waktu awal tidak cukup, atau terlalu banyak untuk membuat penilaian
mengenai kompetensi. Anda mungkin menemukan bahwa beberapa aspek dari kinerja
membutuhkan bukti tambahan untuk memastikan kompetensi. Pikirkan kembali mengenai
penilaian Anda dan jumlah bukti yang Anda peroleh untuk membuat penilaian yang
seimbang terhadap kompetensi.
Apakah Anda memeriksa bahwa bukti yang diberikan otentik?
Apabila Anda mengharuskan kandidat untuk memberikan contoh-contoh pekerjaan,
dokumen atau porfolio, Anda harus memeriksanya untuk memastikan bahwa itu adalah hasil
karya kandidat itu sendiri.

89

Apakah penilaian Anda mencerminkan praktek-praktek di tempat kerja?


Anda harus memastikan bahwa penilaian yang Anda lakukan benar-benar menilai apa yang
perlu dilakukan oleh kandidat di tempat kerja. Tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan yang Anda
tetapkan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan harus berhubungan langsung
dengan apa yang harus dilakukan oleh kandidat dalam fungsi/peran pekerjaan mereka.
Melaporkan mengenai proses peninjauan
Setelah penilaian ditinjau, penguji harus mendokumentasikan semua prosedur dan hasilnya.
Apabila

ada

prosedur

yang

perlu

diubah

maka

penting

bahwa

perubahan

ini

didokumentasikan sebagai bagian dari kebijakan dan prosedur organisasi untuk memastikan
bahwa prosedur ini di-update dan dipatuhi.
Di IPN dan PTFI, umpan balik untuk peninjauan dikumpulkan oleh petugas RTO sebagai
bagian dari Komite Kurikulum.
Personel yang terkait seperti para penguji lainnya, manajer, wakil serikat kerja dan
departemen SDM harus diberikan salinan mengenai hasil peninjauan. Ini akan memastikan
bahwa setiap orang mengetahui bahwa perubahan telah dilakukan, bila ada, dan bahwa
terdapat laporan mengenai hasil peninjauan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai